Anda di halaman 1dari 14

MAKALAH

PERBANDINGAN ANTAR ALIRAN

(Pelaku Dosa Besar)

Mata Kuliah : Ilmu Kalam

Dosen Pengampu : Muhammad Faizal Ahsan, M.Pd.

Disusun oleh :

Kelompok 7

1. Dawiya Medina Mutiara (211410124)


2. Muhamad Rafif Athaya (211410125)
3. Aulia Arrohimi Rahmah (211410126)
4. Nanda Putri Sabrina (211410127)
JURUSAN EKONOMI SYARIAH 1 D
FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS ISLAM
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SULTAN MAULANA
HASANUDDIN BANTEN
2021/2022

KATA PENGANTAR

Syukur alhamdulillah, marilah kami panjatkan atas ke hadirat Allah SWT. Karena
atas ridhonya kami dapat menyelesaikan makalah ini dengan baik.

Pada kesempatan ini, izinkan kami mengucapkan banyak terima kasih kepada semua
pihak, terutama kepada Bapak Muhammad Faizal Ahsan, M. Pd. Selaku dosen pengampu di
mata kuliah Ilmu Kalam.

Adapun tujuan dari penulisan makalah ini adalah untuk memnuhi tugas yang
diberikan oleh Pak Muhammad Faizal Ahsan, M. Pd. Selain itu, makalah ini juga bertujuan
untuk menambah wawasan tentang materi perbandingan antaraliran: pelaku dosa besar bagi
para pembaca dan juga bagi penulis.

Besar harapan kami agar makalah ini dapat bermanfaat di kalangan banyak orang,
terutama kepada kami. Kami menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari kata sempurna.
Untuk itu, kami sangat berharap dukungan serta sumbangsih sepatah dua patah kata kritik dan
saran yang membangun terhadap makalah yang kami buat.

Serang, 17 November 2021


Penulis
DAFTAR ISI
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

B. Rumusan Masalah
1. Apa saja yang termasuk ke dalam aliran-aliran pelaku dosa bessr?
2. Bagaimana awal kemunculan aliran pelaku dosa besar?
3. Bagaimana pandangan/perbandingan menurut aliran pelaku dosa besar?

C. Tujuan
1. Mengetahui apa saja aliran-aliraj dosa besar
2. Mengetahui awal kemunculan aliran pelaku dosa besar
3. Mengetahui pandangan/perbandingan menurut aliran pelaku dosa besar
4. Memenuhi tugas yang di berikan dari bapak dosen

D. Manfaat

Setelah menentukan latar belakang, rumusan masalah, dan tujuan dari pembuatan
makalah ini, maka kami menemukan beberapa manfaat yang dapat menambah pengetahuan
dan wawasan kami tentang materi perbandingan antaraliran: pelaku dosa besar. Dengan
demikian, kami sebagai umat islam lebih mengetahui akan hal-hal apa sajakah yang terdapat
pada materi perbandingan antaraliran: pelaku dosa besar.
BAB II

PEMBAHASAN

A. Apa Saja Aliran-aliran Pelaku Dosa Besar


a. Aliran Khawarij
b. Aliran Murji’ah
c. Aliran Mu’tazilah
d. Aliran Asy’ariah
e. Aliran Maturidiah
f. Aliran Syi’ah Zaidiah

B. Awal Kemunculan Aliran Pelaku Dosa Besar


a. Aliran Khawarij

Suatu aliran pengikut Ali bin Abi Thalib yang keluar meninggalkan barisan karena
tidak sepakat terhadap Ali yang menerima arbitrase/tahkim dalam Perang Siffin pada tahun
37 H/648 M dengan kelompok bughat (pemberontak) Mu'awiyah bin Abi Sufyan perihal
persengketaan khilafah. Kelompok Khawarij pada mulanya memandang Ali dan pasukannya
berada di pihak yang benar karena Ali merupakan khalifah sah yang telah dibai'at mayoritas
umat Islam, sementara Mu'awiyah berada di pihak yang salah karena memberontak kepada
khalifah yang sah.

b. Aliran Murji’ah

gagasan irja' yang merupakan basis doktrin Murjiah muncul pertama kali sebagai
gerakan politik yang diperlihatkan oleh cucu Ali bin Abi Thalib, Al-Hasan bin Muhammad
Al-Hanafiyah, sekitar tahun 695. Teori lain menceritakan bahwa ketika terjadi perseteruan
antara Ali dan Mu'awiyah, dilakukan tahkim (arbitrase) atas usulah Amr bin 'Ash, seorang
kaki tangan Mu'awiyah. Kelompok Ali terpecah menjadi dua kubu, yaitu yang pro dan yang
kontra. Kelompok kontra akhirnya menyatakan keluar dari Ali, yaitu kubu khawarij
memandang bahwa tahkim itu bertentangan dengan Al-Quran, dalam pengertian tidak
bertahkim berdasarkan hukum Allah SWT. Oleh karena itu, khawarij berpendapat bahwa
melakukan tahkim itu dosa besar dan dihukum kafir, sama seperti perbuatan dosa besar lain,
seperti zina, riba, membunuh tanpa alasan yang benar, durhaka kepada orang tua, serta
memfitnah wanita baik-baik. Pendapat khawarij tersebut ditentang sekelompok sahabat yang
kemudian disebut Murji'ah dengan mengatakan bahwa pembuat dosa besar tetap mukmin,
tidak kafir, sementara dosanya diserahkan kepada Allah SWT.

c. Aliran Mu’tazilah

Golongan pertama (Mu’tazilah I) muncul sebagai respons politik murni. Sementara,


golongan kedua (Mu’tazilah II) muncul sebagai respons persoalan teologis yang berkembang
di kalangan khawarij dan murji’ah yang muncul karena peristiwa tahkim.

d. Aliran Asy’ariah

Al-Asy'ari lahir di Basrah pada tahun 260 H/875 M. Setelah berusia lebih 40 tahun, ia
hijrah ke kota Baghdad dan wafat pada tahun 324 H/935 M. Berkat didikan ayah tirinya, Al-
Asy’ari kemudian menjadi tokoh mu’tazilah hingga usianya mencapai 40 tahun. Kemudian
Al-Asy’ari meninggalkan paham mu’tazilah karena telah bermimpi bertemu Rasululullah
SAW. Sebanyak tiga kali, pada malam ke-10, ke-20, dan ke-30 ramadhan. Dalam mimpinya,
Rasulullah SAW. memperingatkannya agar segera meninggalkan paham mu’tazilah dan
segera membela paham yang telah diriwayatkan dari heliau.

e. Aliran Maturidiah

Aliran ini kali pertama muncul di Samarkand, pertengahan abad ke-3 Hijriah . Nama
aliran itu dinisbahkan dari nama pendirinya, Abu Mansur Muhammad Al-Maturidi. faktor-
faktor yang melatarbelakangi munculnya pemikiran teologinya yang pada perkembangan
berikutnya melahir-kan aliran Maturidiyah:

1. Ketidakpuasan terhadap konsep teologi Mu‟tazilah yang terlalube alam memberikan


otoritas pada akal. Hal ini dapat dilihat dari beberapa judul tulisannya yang secara
eksplisit menggambarkan penolakannya terhadap Mu‟tazilah, seperti Kitab Radd
Awa‟il al-Adillah li al-Ka‟bi, Kitab Radd Tahdhib al-Jadal li al-Ka‟bi dan Kitab
Bayan Wahm al-Mu‟tazilah (Al-Syahrastani, t.th.,: 76-77). Dan pada saat yang sama
al-Maturidi juga tidak puas atas konsep teologi ulama salaf yang mengabaikan
penggunaan akal.
2. Kekhawatiran atas meluasnya ajaran Syi‟ah terutama aliran Qaramithah yang dengan
keras menentang ulama-ulama salaf. Khusus di wilayah Asia Tengah aliran ini banyak
dipengaruhi oleh paham Mazdakism, sebuah aliran komunis yang dicetuskan oleh
Mazdak bin Bambadh seorang reformis militan pada abad ke-5 M pada masa
kekuasaan Sasania (lihat Nicholson dalam Hansting (ed.), t.th. p. 508-509). Ajaran
aliran ini terkait dengan Manichaeism sebuah ajaran yang merupakan percampuran
antara ajaran Kristen dengan Zoroaster dan ajaran-ajaran Budha (Baven dalam
Hansting (ed.), t.th.,: 394-402). Kitab al-Radd „ala Qaramitah yang ditulis oleh al-
Maturidi merupakan suatu indikasi akan kekhawatirannya atas pengaruh ajaran ini
pada masyarakat.

f. Aliran Syi’ah Zaidiah

Sekte ini mengakui Zaid bin 'Ali sebagai Imam V. putra Imam IV, 'Ali Zainal Abidin.
Ini berbeda dengan sekte Syi'ah lain yang mengakui Muhammad Al-Baqir, anak Zainal
Abidin yang lain, sebagai Imam V. Dari nama Zaid bin 'Ali inilah nama Zaidiah diambil 57
Syi'ah Zaidiah merupakan sekte Syi'ah yang moderat.58 Bahkan, Abu Zahrah menyatakan
bahwa Syi'ah Zaidiah merupakan sekte yang paling dekat dengan Sunni.

C. Pandangan dan Perbandingan Antaraliran: Pelaku Dosa Besar


a. Aliran Khawarij

Semua pelaku dosa besar (mur-takib al-  kabirah), menurut semua subsekte
Khawarij, kecuali Najdah adalah kafir dan disiksa di neraka selamanya. Lebih keras dari
itu, subsekte Khawarij yang sangat ekstrem Azariqah, bahkan menggunakan istilah yang
lebih mengerikan dari kafir, yaitu musyrik. Mereka memandang musyrik bagi umat Islam
yang tidak mau bergabung ke dalam barisannya. Pelaku dosa besar dalam pandangan
mereka telah beralih status keimanannya menjadi kafir millah (agama), dan telah keluar
dari Islam. Kafir semacam ini akan kekal di neraka bersama orang-orang kafir lainnya.

Subsekte Najdah tidak jauh berbeda dari Azariqah. Apabila predikat musyrik
disandangkan oleh Azariqah kepada umat Islam tidak mau ber gabung ke dalam kelompok
mereka, predikat yang sama disandang pula oleh Najdah kepada siapa pun dari umat Islam
yang secara ber kesinambungan mengerjakan dosa kecil. Sama halnya dengan dosa besar,
apabila tidak dilakukan secara kontinu, pelakunya tidak dipandang musyrik, tetapi kafir jika
dilaksanakan akan menjadi musyrik.
Walaupun secara umum subsekte aliran Khawarij sependapat bahwa pelaku dosa
besar dianggap kafir, tetapi masing-masing berbeda pendapat tentang pelaku dosa besar
yang diberi predikat kafir.

b. Aliran Murji’ah
Secara garis besar, sebagaimana telah dijelaskan, subsekte Khawarij dapat
dikategorikan ke dalam dua kategori ekstrem dan moderat. Untuk memilah subsekte yang
ekstrem atau moderat, Harun Nasution memn berikan indikasi bahwa subsekte Murji'ah
yang ekstrem adalah mereka yang berpandangan babwa iman terletak di dalam kalbu.
Adapun ucapan dan perbuatan tidak selamanya merupakan refleksi dari apa yang ada di
dalam kalbu. Oleh karena itu, segala ucapan dan perbuatan seseorang yang menyimpang
dari kaidah agama tidak berarti telah menggeser atau merusak keimanannya, bahkan
keimanannya masih sempurna di mata Tuhan.
Di antara kalangan Murji'ah yang berpendapat serupa di atas adalah subsekte Al-
Jahmiah, As-Salihiah, dan Al-Yunusiah. Mereka berpandangan bahwa iman adalah tasdiq
secara kalbu atau dengan ungkapan lain mari (mengetahui) Allah dengan kalbu; bukan
secara demonstratif, baik dalam ucapan maupun tindakan.
Sementara yang dimaksud Murji’ah moderat adalah mereka yang berpendapat bahwa
pelaku dosa besar tidak menjadi kafir. Meskipun ia akan disiksa di neraka, tetapi tidak
kekal dan bergantung pada dosa yang dilakukannya.

c. Aliran Mu’tazilah
Mu'tazilah tidak menentukan status  dan predikat yang pasti bagi pelaku dosa besar,
apakah  tetap mukmin atau telahkafir, kecuali dengan sebutan  yang sangat terkenal al-
manzilah bain al manzi-latain.

Setiap pelaku dosa besar, menurut Mu'tazilah  berada diposisi tengah antara posisi
mukmin dan posisi  kafir. Jika meninggal dunia dan belum sempat bertobat,  ia akan
dimasukkan ke dalam mereka selama-lamanya. Meskipun demikian, siksaan yang akan
diterimanya lebih  ringan daripada siksaan orang kafir.

d. Aliran Asy’ariah

Terhadap pelaku dosa besar, Al-Asy'ari sebagai wakil Ahl As-Sunnah menyatakan
pendiriannya dengan tidak mengafirkan orang-orang yang sujud ke Baitullah (Ahl Al-
Qiblah) walaupun melakukan dosa besar, seperti berzina dan mencuri. Menurutnya, mereka
masih tetap sebagai orang yang beriman dengan keimanan yang mereka miliki, sekalipun
berbuat dosa besar. Akan tetapi, jika dosa besar itu dilakukannya dengan menganggap
bahwa hal ini dibolehkan (halal) dan tidak meyakini keharamannya, ia dipandang telah
kafir.

Adapun balasan di akhirat kelak yang akan diperoleh pelaku dosa besar apabila
meninggal dan tidak sempat bertobat, menurut Al-Asy'ari hal itu bergantung pada kebijakan
Tuhan Yang Maha Berkehendak Mutlak. Tuhan bisa mengampuni dosanya atau pelaku
dosa besar itu mendapat syafaat Nabi Muhammad SAW. sehingga terbebas dari siksaan
neraka atau sebaliknya, Tuhan bisa memberinya siksa neraka sesuai dengan ukuran dosa
yang dilakukannya. Walaupun begitu, ia tidak akan kekal di neraka, seperti orang-orang
kafir lainnya. Setelah penyiksaan terhadap dirinya selesai, ia akan dimasukkan ke dalam
surga. Dari paparan yang singkat ini, jelas bahwa Asy'ariah sesungguhnya mengambil
posisi yang sama dengan Murji'ah, khususnya dalam pernyataan yang tidak mengafirkan
para pelaku dosa besar.

e. Aliran Maturidiah

Aliran Maturidiah, baik Samarkand maupun Bukhara, tampaknya sepakat


menyatakan bahwa pelaku dosa masih tetap sebagai mukmin karena adanya keimanan
dalam dirinya. Balasan yang diperolehnya kelak di akhirat bergantung pada yang
dilakukannya di dunia. Jika ia meninggal tanpa tobat terlebih dahulu, keputusannya
diserahkan sepenuhnya pada kehendak Allah SWT. Jika menghendaki pelaku dosa besar itu
diampuni, la akan memasukkannya ke neraka, tetapi tidak kekal di dalamnya.

Berkaitan dengan persoalan ini, Al-Maturidi, peletak dasar aliran kalam Al-
Maturidiah berpendapat bahwa orang yang berdosa besar tidak kafir dan tidak kekal di
dalam neraka, walaupun ia meninggal sebelum ber tobat. Hal ini karena Tuhan telah
menjanjikan akan memberikan balasan kepada manusia sesuai dengan perbuatannya. Kekal
di dalam neraka adalah balasan untuk orang yang berbuat dosa syirik. Berbuat dosa besar
selain syirik tidak akan kekal di dalam neraka. Oleh karena itu, per buatan dosa besar
(selain syirik) tidak menjadikan seseorang kafir atau murtad. Menurut Al-Maturidi, iman
itu cukup dengan tashdiq dan ikrar, sedangkan amal adalah penyempurnaan iman. Oleh
karena itu, amal da akan menambah atau mengurangi esensi iman, kecuali menambah atau
mengurangi pada sifatnya.

f. Aliran Syi’ah Zaidiah

Penganut Syrah Zaldiah percaya bahwa orang yang melakukan dosa besar akan
kekal dalam neraka, jka dia belum bertobat dengan pertobatan yang sesungguhnya. Dalam
hal ini, Syi'ah Zaidiah dekat dengan Mu'tazilsh ini bukan sesuatu yang aneh mengingat
kedekatan aliran ini dengan mu’tazilah. Wasil bin Atha salah seorang pemimpin mu’tazilah,
mempunyai hubungan dengan Zaid Moojan Momen bahkan mengatakan bahwa Zaid
pernah belajar kepada Wasil bin Atha.
BAB III

PENUTUP

Kesimpulan

Patut dikemukakan bahwa aliran-aliran yang berpandangan bahwa pelaku dosa


besar statusnya masih tetap mukmin menjelaskan bahwa di akhirat akan dimasukkan ke
neraka, ia tidak akan kekal di dalamnya. Aliran-aliran yang berpendapat bahwa pelaku dosa
besar statusnya bukan mukmin berpendapat bahwa di akhirat kelak ia akan dimasukkan ke
neraka dan kekal di dalamnya. Mengenai hal ini, kita melihat bahwa Khawarij dan
Mu'tazilah berada di barisan yang sama. Meskipun demikian, terdapar perbedaan yang
tegas di antara keduanya. Khawarij memandang status pelaku dosa besar sebagal kafir,
bahkan musyrik. Oleh karena itu, la mendapatkan siksaan serupa dengan yang diperoleh
orang-orang kafir. Sementara itu, Mu'tazilah memandang status pelaku dosa besar sebaga
fasik, yaitu posisi netral dan independen di antara dua kutub, yaitu mukmin dan kafir. Oleh
karena itu, balasan yang diperolehnya kelak di akhirat tidak sama dengan orang mukmin
dan tidak serupa dengan orang kafir. Pelaku dosa besar akan disiksa selama-lamanya di
neraka paling atas dengan siksaan yang lebih ringan daripada siksaan yang diterima oleh
orang kafir.

Penting dicatat pula bahwa perbedaan pandangan mengenai pelaku dosa besar, jika
ditinjau dari sudut pandang wad wa wa'id, dapat diklasi fikasikan menjadi dua kubu utama,
yaitu kubu radikal dan kubu moderat Kubu radikal diwakili oleh Khawarij dan Mu'tazilah,
sementara sisanya merupakan kubu moderat.

Saran

Dalam makalah ini penulis berkeinginan memberikan saran kepada pembaca agar ikut
peduli dalam mengetahui sejauh mana kita mempelajari materi perbandingan antaraliran
pelaku dosa besar. Semoga para pembaca dapat menambah cakrawala ilmu pengetahuan.
DAFTAR PUSTAKA

Anda mungkin juga menyukai