Anda di halaman 1dari 27

Laporan Proyek Alat

Praktikum Sistem Tertanam

Environment Controlling System pada Agrikultur


Berbasis Aktuator Servo Motor dan Motor DC
dengan Menggunakan Sensor GP2D12, LM75, dan
Load Cell

Nama Praktikan NPM


M. Solaahuddin T. 1906374906
Jennifer Santoso 1906348164

Laboratorium Komputer - Departemen Fisika


Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam
Universitas Indonesia
2021
1

JUDUL PROYEK
Environment Controlling System pada Agrikultur Berbasis Aktuator Servo Motor dan
Motor DC dengan Menggunakan Sensor GP2D12, LM75, dan Load Cell.

TUJUAN
● Mempelajari dan merancang sistem kendali proses Environment Controlling
System.
● Melakukan simulasi untuk analisis sistem tertanam dengan memanfaatkan
mikrokontroler ATMega128, sensor, dan aktuator.
● Menyelesaikan tugas akhir mata kuliah Praktikum Sistem Tertanam.

MANFAAT
● Mengaplikasikan sistem tertanam pada kehidupan sehari-hari.
● Otomatisasi baik dalam deteksi maupun kontrol suatu Environment
Controlling System yang efisien.
● Menjaga kualitas suatu perkebunan pada beberapa parameter seperti suhu,
jarak gerakan, dan kadar air tanah.

ALAT DAN BAHAN


● Mikrokontroler ATmega128
● Sensor : LM75, GP2D12, dan load cell
● Aktuator : DC motor (1) dan servo motor(2)
● Alphanumeric LCD 16x2
● Buzzer 440 Hz
● ADCMCP3204
● Pull up resistor 4.7kΩ (3)
● Push button (1)
● Power supply

Universitas Indonesia
2

TEORI DASAR
Environment Controlling System mengembangkan inovasi industri 4.0 agrikultur
dengan menyediakan sensor untuk menghitung parameter pertanian seperti suhu
udara, kadar air melalui massa tanah, maupun pengendalian hama yang dirancang
untuk membantu meningkatkan produktivitas lahan, bahan, dan hasil panen pertanian.
Dengan menggunakan sistem kontrol otomasi, petani dapat mengambil tindakan
secara cepat dan tepat terhadap kondisi tanaman yang berbeda-beda sesuai dengan
kebutuhan tanaman.
Volumetric water content (VWC)
Kadar air volumetrik adalah perbandingan antara volume air dengan satuan volume
tanah. Kandungan air volumetrik dapat dinyatakan sebagai rasio, persentase atau
kedalaman air per kedalaman tanah (dengan asumsi luas permukaan satuan), seperti
inci air per kaki tanah. Misalnya, jika volume air adalah 20 persen dari unit volume
tanah yang mengandungnya, VWC dapat dilaporkan sebagai 20 persen, 0,20 (rasio)
atau 2,4 inci per kaki tanah (0,20 × 12 inci per kaki).

Pengendalian hama
Pengendalian hama adalah pengaturan atau pengelolaan spesies yang didefinisikan
sebagai hama, anggota kingdom hewan yang berdampak buruk pada aktivitas
manusia. Tindakan pengendalian hama dapat dilakukan sebagai bagian dari strategi
pengelolaan hama terpadu.

Strategi pengendalian hama pertanian dan pencarian produk telah lama didominasi
untuk pengendalian 'hama' yang lebih baik. Pengendalian hama bisa lebih
berkelanjutan ketika praktik pertanian menjadi lebih kompatibel dengan sistem
ekologi.

Pengendalian suhu lingkungan

Universitas Indonesia
3

Salah satu dari banyak bidang di mana sistem kontrol lingkungan digunakan adalah
sektor pertanian. Sistem ini menyediakan suhu yang sesuai dibandingkan dengan
tanaman yang ditanam di lingkungan rumah kaca yang mana menjadi salah satu
faktor yang meningkatkan efisiensi produksi.

Penggunaan sensor dan aktuator dalam sistem kontrol lingkungan pada sektor
agrikultur
Sensor digunakan untuk mengumpulkan informasi tentang fisik dan atribut
lingkungan sedangkan aktuator digunakan untuk bereaksi umpan balik untuk
memiliki kendali atas situasi. sensor mengakumulasi informasi yang mencirikan
objek atau lingkungan dan digunakan untuk mengidentifikasi manusia, lokasi, objek.
Ranah agrikultur memiliki beberapa persyaratan sebagai berikut:
1. Pengumpulan informasi cuaca, tanaman dan tanah
2. Pemantauan lahan terdistribusi
3. Beberapa tanaman di sebidang tanah
4. Kebutuhan pupuk dan air yang berbeda untuk bagian yang berbeda tanah tidak
rata
5. Persyaratan tanaman yang beragam untuk cuaca dan tanah yang berbeda
kondisi
6. Solusi proaktif daripada solusi reaktif.
Persyaratan di atas memerlukan aplikasi paralel dan terdistribusi dalam pengolahan.
Selain itu, sensor dan aktuator berfungsi untuk mengumpulkan informasi yang
diperlukan dan untuk bereaksi pada situasi yang berbeda.

Sensor GP2D12
Sensor GP2D12 adalah sensor pengukur jarak dengan pemrosesan sinyal terintegrasi
dan output tegangan analog.

Universitas Indonesia
4

Gambar 5.1 Blok Diagram GP2D212

Gambar 5.2 Spesifikasi GP2D212

Sensor ini menggunakan prinsip pantulan sinar infra merah. Dalam aplikasi ini nilai
tegangan keluaran dari sensor yang berbanding terbalik dengan hasil pembacaan jarak
dikomparasi dengan tegangan referensi komparator. Prinsip kerja dari rangkaian
komparator sensor GP2D12 adalah jika sensor mengeluarkan tegangan melebihi
tegangan referensi, maka keluaran dari komparator akan berlogika rendah. Jika
tegangan referensi lebih besar dari tegangan sensor maka keluaran dari komparator
akan berlogika tinggi.

Universitas Indonesia
5

Sensor LM75
Sensor suhu LM75 mencakup konverter delta-sigma analog-to-digital, dan detektor
suhu berlebih digital. Host dapat meminta LM75 melalui antarmuka I2C-nya untuk
membaca suhu kapan saja.

Tabel 5.1 Deskripsi pin LM75

Pin Nama Fungsi

1 SDA Jalur Input/Output Data Seri. Saluran pembuangan terbuka.


Hubungkan SDA ke resistor pullup.

2 SCL Masukan Jam Serial-Data. Saluran pembuangan terbuka.


Hubungkan SCL ke resistor pullup.

3 OS Output Shutdown Overtemperature. Saluran pembuangan


terbuka. Hubungkan OS ke resistor pullup.

4 GND Ground.

5 A2 Input Alamat interface 2-wire. Hubungkan A2 ke GND


atau +VS untuk menyetel alamat bus I2C yang diinginkan.
Jangan biarkan tidak terhubung.

6 A1 Input Alamat interface 2-wire. Hubungkan A1 ke GND


atau +VS untuk mengatur alamat bus I2C yang diinginkan.
Jangan biarkan tidak terhubung.

7 A0 Input Alamat interface 2-wire. Hubungkan A0 ke GND


atau +VS untuk menyetel alamat bus I2C yang diinginkan.
Jangan biarkan tidak terhubung

8 + 𝑉𝑆 Masukan Tegangan Pasokan Positif. Bypass ke GND


dengan kapasitor bypass 0.1μF.

Sensor Suhu LM75 terdiri dari IC LM75, Resistor, Kapasitor, Power LED dalam satu
rangkaian terintegrasi. Rentang penginderaan suhu untuk modul ini adalah dari
−25°C hingga +125°C. Output overtemperature (OS) open-drain menenggelamkan
arus ketika batas suhu yang dapat diprogram terlampaui. Output OS beroperasi di

Universitas Indonesia
6

salah satu dari dua mode, komparator atau interupsi. Host mengontrol suhu di mana
alarm dinyatakan (𝑇𝑂𝑆) dan suhu histeresis di bawah kondisi alarm tidak valid (𝑇𝐻𝑌𝑆𝑇

). Juga, register 𝑇𝑂𝑆 dan 𝑇𝐻𝑌𝑆𝑇 LM75 dapat dibaca oleh host. Alamat LM75 diatur

dengan tiga pin untuk memungkinkan beberapa perangkat bekerja pada bus yang
sama. Power-up dalam mode komparator, dengan default 𝑇𝑂𝑆 = +80 °C dan 𝑇𝐻𝑌𝑆𝑇 =

+75 °C. Rentang tegangan suplai 3.0V hingga 5.5V, arus suplai rendah, dan
antarmuka I²C menjadikan LM75 ideal untuk banyak aplikasi dalam manajemen dan
perlindungan termal.

Sensor Load Cell


Load cell adalah sensor pendeteksi gaya yang dirancang dengan cermat, dengan
elemen kecil yang disebut pengukur regangan dan dipasang di lokasi yang tepat pada
struktur sensor. Load cell dirancang untuk mengukur gaya tertentu, dan mengabaikan
gaya lainnya yang diterapkan. Output sinyal listrik oleh Load cell sangat kecil dan
membutuhkan amplifikasi khusus.

Load cell dirancang untuk mengukur gaya dalam satu arah. Mereka akan sering
mengukur gaya ke arah lain, tetapi sensitivitas sensor akan berbeda, karena bagian
dari Load cell yang beroperasi di bawah kompresi sekarang dalam ketegangan, dan
sebaliknya.

Spesifikasi listrik, fisik, dan lingkungan dari load cell membantu menentukan aplikasi
mana yang sesuai untuknya. Spesifikasi umum meliputi:
1. Full Scale Output (FSO): Output elektronik dinyatakan dalam mV/V. Diukur
pada skala penuh.

Universitas Indonesia
7

2. Combined Error: persen dari output skala penuh yang mewakili deviasi
maksimum dari garis lurus yang ditarik antara tanpa beban dan beban pada
kapasitas terukur. Sering diukur selama penurunan dan peningkatan beban.
3. Non-Linearity: Deviasi maksimum kurva kalibrasi dari garis lurus yang
ditarik antara kapasitas pengenal dan beban nol. Diukur pada peningkatan
beban dan dinyatakan sebagai persen dari output skala penuh.
4. Hysteresis: Perbedaan maksimum antara sinyal keluaran load cell untuk beban
yang diterapkan sama. Pengukuran pertama dapat diperoleh dengan
mengurangi beban dari keluaran terukur dan yang kedua dengan
meningkatkan beban dari nol.
5. Repeatability: Perbedaan maksimum antara pengukuran keluaran untuk beban
berulang dalam kondisi yang sama. Diukur dalam persen dari keluaran
terukur.
6. Zero Balance (Offset): Pembacaan keluaran load cell dengan eksitasi terukur
tanpa beban. Penyimpangan dalam keluaran antara pengukuran nol yang
sebenarnya dan load cell nyata di bawah beban nol yang dinyatakan sebagai
persentase keluaran skala penuh.
7. Compensated Temperature Range: Rentang suhu di mana load cell
dikompensasi sehingga dapat memastikan keseimbangan nol & keluaran
terukur dalam batas yang ditentukan. Dinyatakan sebagai °F atau °C.
8. Operating Temperature Range: Rentang suhu ekstrem di mana load cell dapat
beroperasi tanpa efek buruk permanen pada karakteristik kinerjanya.
Dinyatakan sebagai °F atau °C.
9. Temperature Effect on Output: Modifikasi pembacaan output yang disebabkan
oleh suhu load cell. Dinyatakan sebagai persen output skala penuh per derajat
°F atau °C.

Universitas Indonesia
8

10. Temperature Effect on Zero: Perubahan keseimbangan nol yang disebabkan


oleh perubahan suhu lingkungan. Dinyatakan sebagai persen output skala
penuh per derajat °F atau °C.
11. Input Resistance: Resistansi input dari rangkaian jembatan load cell. Diukur
pada lead eksitasi positif & negatif tanpa beban yang diterapkan. Diukur
dalam Ohm.
12. Output Resistance: Resistansi keluaran dari rangkaian jembatan load cell.
Diukur pada lead eksitasi positif & negatif tanpa beban yang diterapkan.
Diukur dalam Ohm.
13. Insulation Resistance: Resistansi yang diukur di sepanjang jalur antara: sirkuit
jembatan dan elemen transduser, sirkuit jembatan dan pelindung kabel, dan
elemen transduser dan pelindung kabel. Biasanya diukur pada lima puluh volt
di bawah kondisi pengujian standar.
14. Recommended Excitation: Tegangan eksitasi maksimum yang
direkomendasikan untuk transduser agar dapat beroperasi sesuai
spesifikasinya. Dinyatakan dalam VDC.
15. Cable Length: Panjang kabel standar di mana load cell dikalibrasi. Panjang
kabel mempengaruhi bagaimana load cell dikalibrasi.
16. Safe Overload: Beban maksimum yang dapat diterapkan ke load cell tanpa
menyebabkan efek permanen pada spesifikasi kinerjanya. Diukur sebagai
persen dari output skala penuh.
17. Ultimate Overload: Beban maksimum yang dapat ditahan tanpa menyebabkan
kegagalan struktur.
18. Material: Substansi yang terdiri dari elemen pegas dari load cell.

Motor DC
Motor DC atau motor arus searah adalah suatu mesin listrik yang dapat mengubah
energi listrik yang berupa listrik arus searah menjadi energi mekanik (gerak). Energi

Universitas Indonesia
9

mekanik tersebut berupa putaran dari rotor. Motor DC memerlukan suplai tegangan
searah pada kumparan medan untuk diubah menjadi energi mekanik. Kumparan
medan pada motor DC disebut stator (bagian yang tidak berputar) dan kumparan
jangkar disebut rotor (bagian yang berputar). Jika terjadi putaran pada kumparan
jangkar dalam medan magnet, maka akan timbul tegangan (GGL) yang berubah-ubah
arah pada setiap setengan putaran, sehingga menghasilkan tegangan bolak-balik.

Gambar 5.3 Simbol dan Bentuk Fisik Motor DC


Prinsip kerja motor DC pertama adalah arus medan (DC) yang mengalir pada belitan
medan akan menghasilkan medan magnet. Medan magnet akan memotong belitan
jangkar yang ada di rotor motor DC; kedua adalah belitan jangkar dialiri arus listrik.
Karena belitan berarus listrik ini berada dalam pengaruh medan magnet, maka pada
belitan akan timbul gaya magnet yang selanjutnya akan menimbulkan torsi; dan
ketiga adalah jika torsi awal yang dihasilkan lebih besar daripada torsi beban, maka
jangkar akan berputar.

Motor Servo
Motor servo adalah sebuah perangkat atau aktuator putar (motor) yang dirancang
dengan sistem kontrol umpan balik loop tertutup (servo), sehingga dapat di set-up
atau di atur untuk menentukan dan memastikan posisi sudut dari poros output motor.
Motor servo merupakan perangkat yang terdiri dari motor DC, serangkaian gear,
rangkaian kontrol dan potensiometer. Serangkaian gear yang melekat pada poros
motor DC akan memperlambat putaran poros dan meningkatkan torsi motor servo,
sedangkan potensiometer dengan perubahan resistansinya saat motor berputar
berfungsi sebagai penentu batas posisi putaran poros motor servo.

Universitas Indonesia
10

Penggunaan sistem kontrol loop tertutup pada motor servo berguna untuk mengontrol
gerakan dan posisi akhir dari poros motor servo. Penjelasan sederhananya begini,
posisi poros output akan di sensor untuk mengetahui posisi poros sudah tepat seperti
yang diinginkan atau belum, dan jika belum, maka kontrol input akan mengirim
sinyal kendali untuk membuat posisi poros tersebut tepat pada posisi yang diinginkan.

Gambar 5.4 Bentuk fisik Motor Servo

Timer mode PWM


Modul timer dapat mengoperasikan berbagai mode salah satunya adalah mode PWM.
Dimana timer mendapat clock dari sumber internal dan menghitung hingga nilai
register auto-reload, maka pin saluran keluaran didorong HIGH. Dan tetap sampai
hitungan timer mencapai nilai register CCRx, event match menyebabkan pin channel
output di-drive LOW. Dan itu tetap sampai penghitung waktu menghitung hingga
nilai register isi ulang otomatis, dan seterusnya.

Bentuk gelombang yang dihasilkan disebut sinyal PWM (pulse-width modulated).


Frekuensinya ditentukan oleh clock internal, prescaler, dan register ARRx. Kemudian
siklus tugasnya ditentukan oleh nilai register saluran CCRx. PWM tidak selalu harus
mengikuti prosedur yang sama persis ini untuk pembangkitan PWM, namun, hal ini

Universitas Indonesia
11

adalah yang paling mendasar dan lebih mudah untuk memahami konsepnya. Mode ini
disebut mode PWM up-counting.

Universitas Indonesia
12

MODEL RANGKAIAN

Gambar 6.1. Model Rangkaian

Keterangan:

GP2D12 : Sensor jarak hama


LM75 : Sensor suhu lingkungan
Load cell : Pengukur kadar air tanah melalui massa media tanam

DIAGRAM BLOK

Gambar 7.1 Diagram blok Environment Controlling System

Universitas Indonesia
13

DIAGRAM ALUR

Gambar 8.1 Interrupt service routine

dan LCD akan menampilkan tulisan “Intruder Detected”

Gambar 8.2 Flowchart Environment Controlling System

Universitas Indonesia
14

CARA KERJA
Environment Controlling System merupakan suatu sistem untuk memonitor
sekaligus mengendalikan suatu lingkungan yang dikhususkan pada perkebunan atau
pertanian dengan memperhatikan beberapa parameter. Sistem akan menggunakan
sensor untuk memonitor suhu udara, kadar air pada tanah, dan keberadaan hama.
Sistem menggunakan sensor: GP2D12 untuk mendeteksi jarak hama terhadap
tanaman, LM75 untuk mengukur suhu lingkungan, load cell untuk mengukur massa
media tanam. Dengan mengetahui massa tanah mula-mula yang digunakan, operator
dapat menghitung kadar air tanah atau volumetric water content (VWC) pada media
tanam. Data digital sensor GP2D12 dan load cell didapatkan melalui komunikasi
serial peripheral interface (SPI), sedangkan data sensor LM75 didapatkan melalui
komunikasi interface I2C.
Apabila suhu udara kurang dari 30 derajat celcius pada suatu perkebunan (suhu
yang ideal untuk melakukan penyiraman tanaman), maka output timer yang bekerja
pada mode fast PWM mengaktifkan servo agar dapat mengatur valve saluran air dan
drain. Selanjutnya sensor akan mengecek kelembaban tanah. Apabila kadar air media
tanam kurang dari ideal, servo akan diaktifkan untuk membuka valve saluran air,
sebaliknya jika kadar air berlebih servo akan diaktifkan untuk membuka valve drain
untuk membuang kelebihan air pada media tanam.
Pada kondisi kadar air ideal atau suhu lingkungan diatas 30 derajat celcius kedua
valve akan tertutup karena suhu ini tidak ideal untuk melakukan penyiraman tanaman,
kelebihan kadar air pada kondisi ini juga dapat berfungsi sebagai cadangan air
tambahan pada suhu lingkungan yang tinggi. Lalu untuk jarak hama, apabila hama
terdeteksi mendekati suatu tanaman maka motor DC dan buzzer 440 Hz akan
menyala untuk menggerakan alat yang dapat mengusir hama.
Sistem ini dilengkapi dengan user interface berupa tombol untuk mengaktifkan
atau mematikan rangkaian, LCD untuk menampilkan suhu lingkungan dan

Universitas Indonesia
15

kelembaban media tanam, dan LED dengan label untuk menunjukkan proses yang
sedang berlangsung pada sistem.

HASIL UJI

Gambar 10.3. Kondisi sistem mati

Pada keadaan sistem mati, sensor tidak melakukan pembacaan sinyal, LCD tidak
menampilkan hasil pembacaan sensor, dan seluruh interface LED tidak aktif.

Gambar 10.1 Tombol power

Penekanan tombol power (INT0) dapat mengaktifkan dan mematikan rangkaian.


INT0 bekerja pada mode falling edge dengan bantuan tegangan dari pull-up resistor.

Universitas Indonesia
16

Gambar 10.2. Tampilan LCD

Hasil pembacaan temperatur lingkungan oleh sensor LM75 dan volumetric water
content pada media tanam oleh load cell di-casting untuk mendapatkan hasil
pembacaan yang sebenarnya, kemudian ditampilkan melalui LCD.

Gambar 10.4. Kondisi rangkaian pada saat VWC < 20%

Indikator LED menunjukkan proses penyiraman sedang berlangsung, valve saluran


air terbuka dan valve drain tertutup.

Universitas Indonesia
17

Gambar 10.5. Kondisi rangkaian pada saat VWC 20 - 40%

Indikator LED menunjukkan kondisi sistem normal, pada kondisi ini semua valve
berada dalam keadaan tertutup.

Gambar 10.6. Kondisi rangkaian pada saat VWC > 40%

Indikator LED menunjukkan proses pembuangan kelebihan air (draining) sedang


berlangsung, valve saluran air tertutup dan valve drain terbuka.

Universitas Indonesia
18

Gambar 10.7. Kondisi mekanisme pengusir hama aktif (jarak < 25 cm)

Proses yang berlangsung tetap berjalan, namun mekanisme pengusiran hama aktif
apabila terdapat objek dengan jarak kurang dari 25 cm dimana buzzer 440 Hz dan
motor DC menyala dan LCD akan menampilkan tulisan “Intruder Detected”.

Universitas Indonesia
19

ANALISIS
Cara kerja rangkaian virtual dibuat dengan program dalam bahasa C dengan
menggunakan aplikasi CodeVisionAVR sebagai berikut:

Mendefinisikan pin, library, variable, dan bit yang akan digunakan.

Interrupt service routine. Aktivasi rangkaian diatur dengan nilai bit power, falling
edge pada INT0 sebagai tombol power akan mengubah nilainya antara 0 dan 1.

Universitas Indonesia
20

● Komunikasi dimulai pada saat falling edge CS_bar.


● Sesuai dengan datasheet, mula-mula CS_bar harus bernilai 1 dulu untuk
memastikan agar CS memulai dari low, kemudian dilanjutkan dengan CS_bar
sama dengan 0.
● temp1 dikirim melalui perintah MCP3204 Command yang berisikan data
yang tidak memiliki arti.
● Kemudian master mengirim no_sensor yang sudah digeser 6 kali ke kiri, maka
temp 1 sekarang berisikan D11 D10 D9 D8.
● Kemudian temp1 dibuat untuk menjadi nol sehingga di AND kan dengan
0x00FF.
● Hasil pembacaan temp1 berupa bilangan 16-bit oleh fungsi spi(no_sensor).
● Pada pembacaan ini nilai bit SPDR diabaikan, maka 12 bit pertama temp1
perlu di-set low dan digeser 8-bit untuk menyediakan slot hasil pembacaan
temperatur temp2 oleh fungsi spi(0).
● Gabungan antara temp1 dan temp2 merupakan hasil pembacaan yang dapat
diambil dan siap di-casting.
● Kemudian komunikasi dihentikan pada saat nilai CS_bar kembali high.

Universitas Indonesia
21

Mengatur fungsi masing-masing port sesuai dengan konfigurasi rangkaian sebagai


berikut:

Gambar 11.1 Rangkaian virtual Environment Controlling System

Universitas Indonesia
22

Mengatur timer 0 dan 2 pada mode fast PWM (pulse width modulation) dengan lebar
pulsa maksimal pada 0xFF. Kedua port ini akan terhubung dengan PWM servo yang
bekerja sebagai valve.

Mengaktifkan INT0 pada mode falling edge.

Mengaktifkan SPI sebagai master dan pada mode operasi 0.

Pada saat bit power = 0, sistem dinonaktifkan. Seluruh valve tertutup dan seluruh
LED pada interface mati.

Pada saat bit power = 1


● Mendapatkan data dari sensor jarak GP2D12 (channel 0 ADC)
● Mendapatkan data load cell (channel 1 ADC)

Universitas Indonesia
23

● Mendapatkan data dari LM75 melalui komunikasi I2C


● Casting data load cell untuk mendapatkan volumetric water content (VWC)

Untuk massa tanah 25 kg, persentase VWC bernilai 3 kali massa air pada
media tanam.

● Menampilkan temperatur lingkungan pada baris ke-0 LCD.


● Menampilkan VWC pada baris ke-1 LCD. Pada saat massa media tanam lebih
kecil dari massa tanah, maka tulisan “Add Soil!” muncul pada LCD.

Universitas Indonesia
24

Sistem akan terpicu jika terdapat objek yang berjarak kurang dari 25 cm dari
tanaman. Sistem pengusir yang terdiri dari buzzer 440 Hz dan DC Motor (Port G)
akan dihidupkan dan LCD akan menampilkan tulisan “Intruder Detected”.

Kontrol kadar air hanya dilakukan pada saat suhu lingkungan kurang dari 31 derajat
celcius, suhu yang ideal untuk melakukan penyiraman tanaman. Port E terhubung
dengan LED yang menunjukkan proses kontrol apa yang sedang berjalan. Berikut
adalah proses yang terjadi terhadap kondisi kelembaban tanah:
● VWC <= 0 (kekurangan tanah)
Seluruh valve tertutup, operator harus menambahkan tanah ke media tanam
untuk membuat sistem kembali bekerja normal.
● VWC < 20 (kondisi tanah kering)
Valve penyiraman air akan terbuka, dan drain tertutup.
● VWC 20 - 40 (kondisi tanah ideal)
Kedua valve akan kembali tertutup dan indikator normal menyala.

Universitas Indonesia
25

● VWC > 40 (kondisi tanah basah)


Drain terbuka untuk membuang kelebihan air tanah, dan proses penyiraman
dihentikan.

KESIMPULAN
1. Environment Controlling System merupakan kendali proses yang dapat menjaga
kondisi lingkungan yang ideal untuk pertumbuhan tanaman.
● Sistem monitoring lingkungan dirancang dengan pemanfaatan sensor LM75
sebagai pengukur suhu lingkungan, sensor GP2D12 sebagai pendeteksi
keberadaan hama, dan load cell sebagai pengukur kadar air melalui massa
media tanam.
● Sistem kendali proses dirancang dengan aktuator valve dengan pemanfaatan
servo motor yang bekerja pada mode PWM dan mekanisme pengusiran hama
berupa buzzer dan motor DC.
● User interface memudahkan monitoring oleh operator. Sistem dilengkapi
dengan LCD dan indikator LED.
2. Melalui proyek ini praktikan berhasil menguasai pemrograman bahasa C untuk
mengaktifkan penampilan LCD, external interrupt, penggunaan dan casting data
sensor melalui komunikasi SPI dan I2C, dan timer dalam mode PWM pada
mikroprosesor ATmega128 melalui CodeVisionAVR.
3. Dengan berhasilnya proyek akhir ini, kami telah menyelesaikan tugas akhir mata
kuliah Praktikum Sistem Tertanam untuk merealisasikan aplikasi sistem tertanam
di bidang agrikultur.

REFERENSI
[1] Digital Temperature Sensor and Thermal Watchdog with 2-Wire Interface dalam
https://datasheets.maximintegrated.com/en/ds/LM75.pdf, diakses 10 Desember 2021
pukul 19.34 WIB.

Universitas Indonesia
26

[2] Understanding Soil Water Content and Thresholds for Irrigation Management
oleh Sumon Datta, dkk dalam https://extension.okstate.edu/fact-sheets/understanding
-soil-water-content-and-thresholds-for-irrigation-management.html, diakses 1
Desember 2021 pukul 20.18 WIB.
[3] IoT System for Monitoring a Large-Area Environment Sensors and Control
Actuators Using Real-Time Firebase Database oleh Le Truong Giang dalam
https://www.researchgate.net/publication/349066443_IoT_System_for_Monitoring_a
_Large-Area_Environment_Sensors_and_Control_Actuators_Using_Real-Time_Fire
base_Database diakses 22 Desember 2021 pukul 22.12 WIB.
[4] Aqeel-ur-Rehman, Abbasi, A. Z., Islam, N., & Shaikh, Z. A. (2014). A review of
wireless sensors and networks’ applications in agriculture. Computer Standards &
Interfaces, 36(2), 263–270. doi:10.1016/j.csi.2011.03.004 diakses pada 16 Desember
2021 pukul 23.00 WIB.
[5] Datasheet GP2D12. Diakses pada 16 Desember 2021 pukul 23.15 WIB.
[6] Datasheet LM75. Diakses pada 16 Desember 2021 pukul 23.30 WIB.
[7] Datasheet Loadcell. Diakses pada 16 Desember 2021 pukul 23.40 WIB.

Universitas Indonesia

Anda mungkin juga menyukai