Anda di halaman 1dari 15

HAMKA I

31 AGUSTUS 2021

1. Tidak semua negara punya MK, tetapi seluruh negara yang memiliki MK pasti punya
fungsi pengujian undang-undang
2. MK di Indonesia punya 5 kewenangan, ada di pasal 24C UUD 1945

The First Cases of Judicial Review (universal, bukan Indonesia)


> di Amerika tidak punya Mahkamah Konstitusi, tapi mereka punya mekanisme pengujian
undang-undang yang dilakukan oleh MA
- Marbury vs Madison - Justice John Marshall
1. Kasus pertama MA memutuskan tindakan kongres inkonstitusional
2. Menguji dan membatalkan ketentuan yang berkaitan dengan pengangkatan hakim
(Judiciary Art 1789)
3. Menjadi dasar kewenangan judicial review Supreme Court Amerika Serikat
- Hylton vs USA - Justin William Paterson
1. Kasus pertama MA memutuskan tindakan kongres konstitusional
2. Menguji namun tidak membatalkan (menguatkan) ketentuan yang berkaitan dengan
pajak atas gerbong kereta api (tax on carriages act 1794)

VERFASSUNGSGERICHSHOFT
1. Hans Kelsen yang memelopori pendirian MK di Austria pada tahun 1920
2. Hans Kelsen mendirikan MK karena ia juga yang menciptakan Stufenbau Theorie.
jadi peraturan yang di bawah harus berpegang pada peraturan yang lebih tinggi
3. MK tidak merujuk kepada MA. MK menguji undang-undang terhadap UUD.

Latar Belakang: Menjalankan wewenang judicial review & upaya mewujudkan check and
balances
1. Hakim MK dipilih dengan pengajuan 3 dari MA, 3 dari DPR, dan 3 dari Presiden

Gagasan MK di Indonesia
- Dulu MK dianggap tidak dibutuhkan, tapi setelah ada UU Kehakiman yang
menggagas judicial review maka kelamaan dibutuhkan eksistensi MK.
- judicial review ttp ada di MA, tapi menguji suatu peraturan terhadap undang-
undang → ini jadi problem sebenernya, kalau di luar negeri semua judicial review
di MK

Ciri Khas MK? → menguji undang-undang terhadap UUD 1945

Kewenangan MK
1. Memutus tentang perselisihan hasil pemilihan umum
2. Memutus pembubaran partai politik
3. Menguji undang-undang terhadap UUD 1945
4. Memutus sengketa kewenangan lembaga negara yang kewenangannya diberikan oleh
UUD 1945
5. MK wajib memberikan eh ngentot eh kasar

Fungsi MK
1. Pelindung konstitusi, ideologi, dan demokrasi
2. Penjaga hak asasi manusia dan hak konstitusi rakyat
3. Penentu akhir dalam menginterpretasikan konstitusi
→ setiap orang boleh mengintepretasikan konstitusi, tapi yang berwenang untuk
memaknai dengan konkret ya MK

Hukum Acara itu apa?


● Mekanisme penyelenggaraan fungsi dari suatu lembaga negara dalam memberikan
pelayanan kepada masyarakat. Terdapat pengaturan
● Hukum Materiil mengidentifikasi pencuri (substansi), Hukum Acara menentukan apa
dia pencuri atau tidak

Asas-Asas Hukum Acara MK. pengadilan ada 3 putusan → ditolak, diterima, dan
apa
1. Ius curia novit (pengadilan tidak boleh menolak untuk memeriksa, mengadili, dan
memutus)
2. Persidangan terbuka untuk umum
→ tidak ada satu pun pengadilan di MK yang tertutup
3. independen dan imparsial
4. peradilan dilaksanakan secara cepat, sederhana, dan biaya ringan
→ tidak ada biaya di MK
5. Audi et alteram partem (hak untuk didengar secara seimbang)
→ hakim itu harus mendengarkan semua warga negara
6. Hakim aktif dan juga pasif dalam persidangan
→ aktif mencari keadilan, pasif ??????
7. Presumption iustae causa (praduga keabsahan): tindakan penguasa dianggap sah
sesuai aturan hukum sampai ada pembatalannya

Objek Sengketa
1. PUU = pengujian undang2
2. SKLN = sengketa lembaga negara
3. P3 = Konstitusionalitas suatu partai politik
4. PHPU = perselisihan hasil Pemilihan Umm
5. Impeachment = pendapat DPR

Proses Persidangan MK
Permohonan > BRPK > Persidangan > Putusan
HAMKA II (Kuliah Umum Prof. Jimly)
7 SEPTEMBER 2021

● Hukum Acara berkaitan dengan wewenang atau yurisdiksi


● Negara-negara common law tidak memiliki MK. Fungsi judicial review terhadap
UUD ada di MA
● MK pertama kali dibentuk di Amerika karena peristiwa …
● Inggris tidak punya MK karena merasa tidak ada lembaga yang seharusnya memiliki
kekuasaan untuk membatalkan UU.
● Ada 2 pola, peradilan konstitusi yang berdiri sendiri (centralized model) dan peradilan
konstitusi yang terintegrasi di MA (decentralized model)
● Centralized disebut juga model Kelsenian karena Hans Kelsen merupakan orang
pertama yang merumuskan ide pembentukan lembaga MK di Wina. Dia diangkat
sebagai tim reformasi Austria pada 1919. Pada 1920, dibentuklah UU tentang MK dan
dibentuk MK di Wina (MK pertama di dunia).
● Wewenang MK: pasal 7A, 7B, dan 24C UUD 1945
● Biasanya disebut kalau MK punya 4 wewenang + 1 kewajiban, tapi menurut Prof.
Jimly, ini sebenarnya 5 wewenang
● Wewenang MK (24C ayat 1 dan 2):
- judicial review undang-undang terhadap konstitusi;
- memutus sengketa pemilu;
- memutus sengketa lembaga negara yang kekuasaannya diberikan oleh
konstitusi;
- membubarkan partai politik; dan
- memberikan putusan atas pendapat Dewan Perwakilan Rakyat mengenai
dugaan pelanggaran oleh Presiden dan/atau Wakil Presiden. (impeachment)
● MK pertama kali muncul di Indonesia karena kasus Gus Dur yang dilengserkan tanpa
proses pengadilan. Dengan demikian, di UUD ditambahkan pasal soal impeachment
yang tercantum dalam Pasal 7 UUD 1945
● Korea Selatan juga memakai sistem sama seperti Indonesia: judicial review peraturan
di bawah undang-undang dengan undang-undang itu di MA, undang-undang dengan
konstitusi itu di MK.
● Kenapa judicial review peraturan di bawah UU ada di MA? karena kita civil law jadi
harus dipisah, ikutin Jerman.
● yang MK blm ada pengalaman ada 2, yaitu impeachment dan pembubaran parpol
● Pengaturan mengenai pembubaran parpol masih belum ada yang jelas. Setiap parpol
punya ormas, yang jadi pertanyaan apakah ormas parpol tersebut juga harus
dibubarkan apabila parpol juga dibubarkan? lalu apabila dibubarkan, seharusnya
dibubarkan di MK, tetapi karena sampai sekarang belum ada pengaturan mengenai
pembedaan antara ormas parpol dan ormas biasa (masih sama-sama diatur di UU
ormas) jadinya nanti masih jadi wewenang MA, nah ini salah
● semua pihak yang punya hak konstitusional dapat mengajukan permohonan
● salah satu pasal yang paling banyak dimuat di UU adalah pasal HAM. pertanyaannya
boleh ga kalau ada WNA yang mau ngajuin permohonan? karena kalo di UUD yang
diomongin adalah hak asasi MANUSIA bukan hak asasi WNI. ini yang jadi
permasalahan.
● 3 macam putusan di MK: mengabulkan, ditolak (kalau dalil konstitusionalitasnya
tidak terpenuhi), NO/tidak diterima (kalau legal standingnya tidak memenuhi syarat)
● 5 pihak yang memohon:
- MHA
- Badan hukum
- .
- .
- .
● Pihak termohon: bukan orang/pemerintah/DPR karena belum tentu mereka yang
bikin. dengan demikian, tidak ada pihak yang berlawanan dalam judicial review di
MK. karena yang diadili bukanlah orang/pemerintah/DPR, mereka hanya narasumber
saja. yang diadili adalah norma yang terkandung di dalam pasal-pasal UU.
● Objek yang dipersoalkan ada 2 macam, yaitu (ada di UU MK secara eksplisit):
- kandungan materi (pengujian materiil) → pengujian tentang norma

- pembentukan UU (pengujian tentang pembentukan/pengujian formil) →

pengujian tentang apa saja yang bukan materiil, bisa mengandung format,

bentuk, proses persiapan, proses pembahasan, proses pengesahan


IM BACKKK
kalau pengujian formil → bisa jadi seluruh UU tersebut harus dicabut
kalau pengujian materiil → yang dicabut hanya yang dimohonkan saja. Untuk

masuk ke dalam materiil, harus ada perbedaan makna yang menyebabkan

kerugian konstitusional, misal pasal, satu kata, satu huruf, titik koma, dll.
HAMKA IV
21 SEPTEMBER 2021

● Jumlah perkara sengketa lembaga negara sebenarnya sudah bertambah (bukan 27


lagi), tetapi di website MK masih hanya tertera 27 perkara.
● Dalam perkara SKLN, subjectum litis juga penting karena jelas disebutkan bahwa
yang bisa berperkara adalah lembaga negara yang kewenangannya diberikan langsung
oleh UUD, bukan disebutkan langsung.
● Kadang kala, MK memang mengutamakan objectum litis terlebih dahulu. Namun,
subjectum litis tetap tidak bisa diabaikan.
● Contoh sengketa antara KPUD Depok dengan Mendagri. MK tidak menerima
permohonan tersebut. Walaupun objectum litisnya sudah benar mengenai
kewenangan lembaga negara, tetapi MK menyatakan bahwa subjectum litisnya tidak
benar (KPUD Depok) karena yang diberikan kewenangan konstitusional adalah KPU.
● Semua penyelenggara pemilu bisa menjadi pihak, yaitu KPU, DKPP, dan Bawaslu
● Kalau misal ada suatu lembaga yang tidak ada lembaga perantara (cth lembaga
perantara KPUD adalah KPU) untuk bisa memenuhi subjectum litis di SKLN, MK
dapat mempertimbangkan untuk menerima perkara tersebut. Misal, masyarakat
hukum adat.
● Contoh sengketa antara MHA dengan KPU. Waktu itu KPU “memaksa” suku baduy
untuk mau berpartisipasi dalam pemilu, sementara suku baduy tidak mau karena
mereka tidak mau berurusan dengan politik. MHA pun mengajukan permohonan ke
SKLN karena menganggap bahwa KPU telah melampaui wewenangnya. Sengketa ini
diterima oleh MK untuk disidangkan walaupun putusannya adalah ditolak. Hal ini
diterima karena MK melihat suku baduy sebagai kesatuan MHA dan sengketanya
berkaitan dengan konstitusi.
● Sampai sekarang, belum ada lembaga swasta yang bersengketa di lembaga negara.
Menurut Bu Nur Widyastanti, untuk bisa bersengketa di SKLN, subjectum litis dan
objectum litis harus terpenuhi.
● Kenapa MA ga jadi pihak di SKLN?
Ditakutkan nanti apabila MA diperkarakan di MK, pihak-pihak yang terdampak dari
putusan-putusan hasil peradilan MA akan meragukan keabsahan dari putusan yang
dihasilkan oleh hakim MA yang sedang berperkara tersebut. Takutnya nanti akan
banyak kericuhan.
Selain itu, akan menjadi sulit karena MA mengajukan 3 orang hakim MA menjadi
hakim konstitusi. Dengan demikian, apabila MA berperkara di MK, akan terjadi
conflict interest antara Hakim MK yang bisa jadi memperkarakan rekannya dulu saat
di MA.
● Putusan Sela dapat dikeluarkan oleh MK ga tanpa permohonan dari pihak yang
bersengketa?
Bisa. Pada dasarnya, putusan sela diberikan oleh MK jika salah satu atau kedua belah
pihak meminta diadakan putusan sela. Namun, kalau ternyata tidak ada pihak yang
meminta putusan sela dan MK menilai apabila kewenangannya diteruskan dan
berpotensi mengakibatkan kerugian konstitusional bagi masyarakat, MK dapat
mengeluarkan putusan sela tanpa diminta.
● Dalam SKLN, apabila amar putusannya adalah dikabulkan, MK harus menyatakannya
dengan tegas.Hal ini karena berbicara tentang kewenangan lembaga negara yang akan
berimplikasi kepada rakyat.
● Setiap putusan MK harus disampaikan ke DPR, DPD, dan Presiden serta lembaga
negara lain apabila dipandang perlu. Hal ini karena putusan MK dapat berpengaruh
pada peraturan perundang-undangan di Indonesia, berjalannya pemerintahan, dan
sistem ketatanegaraan.

HAMKA V
28 SEPTEMBER 2021
PHPU

Sejarah Perubahannya
● Awal kewenangan: menyelesaikan hasil sengketa pemilihan umum secara kuantitatif
● Perkembangan kewenangan: menyelesaikan hasil sengketa pemilihan umum secara
kualitatif. MK sekarang melihat proses, tidak hanya hasil akhir

TSM
● Terstruktur: melibatkan pejabat-pejabat mulai dari RT/RW sampai Presiden
● Sistematis: pelanggaran sudah direncanakan terlebih dahulu. Hal ini yang membuat
sulit pembuktian oleh MK
● Masif: Dilakukan di wilayah luas. Kalau kayak 1 RT doang, itu tidak termasuk masif

Prinsip Langsung, Umum, Bebas, Rahasia, Jujur, dan Adil (Luberjudil)


● Langsung → masyarakat memlih langsung
Contoh pelanggaran “langsung” = ada anak yang mewakilkan neneknya untuk
memilih umum
● Umum → setiap warga negara yang telah memenuhi syarat memiliki hak yang

sama dalam memilih

● Bebas → masyarakat dapat memilih pilihannya, calon manapun, secara bebas.


Kalau golput termasuk implementasi bebas tidak? Bisa dibilang tidak, karena
walaupun tidak puas dengan calon yang ada, pada akhirnya akan tetap ada yang
menang. Hal ini juga berkaitan dengan legitimasi yang diberikan kepada pemerintah.
Sebenernya sah-sah aja kalau mau golput, tetapi jadinya gabisa

Apakah parpol yang melakukan kegiatan sosial di masyarakat di luar masa-masa


pemilu dihitung sebagai persuasi/paksaan? Fungsi parpol adalah bentuk dari
demokrasi. Jadi seharusnya memang parpol tidak bekerja saat masa-masa Pemilu.
Parpol bertugas untuk melakukan pendidikan politik ke masyarakat, dll. Walaupun
pastinya masing-masing parpol memiliki tujuannya masing-masing, yang penting
mereka telah melaksanakan fungsinya.
● Rahasia →
● Jujur
● Adil → perlakuan sama terhadap semua pihak.
Contoh = kalau ada peserta pemilu yang tidak memenuhi syarat administratif, harus
didiskualifikasi

Asas Rahasia, Jujur, dan Adil harus diimplementasikan oleh MK dalam memutus
sengketa Pemilu

Perkembangan pelanggaran
● Pelanggaran dalam proses yang tidak berpengaruh terhadap hasil suara, cth:
pemasangan baliho. tapi kalau ini, putusannya tidak membatalkan hasil pemilu, tetapi
diadakan pemilihan ulang
● Pelanggaran dalam proses pemilu atau pemilukalda, cth: money politic. Kalau ini,
hasil suara bisa dibatalkan sepanjang terjadi secara TSM
● Pelanggaran tentang persyaratan menjadi calon yang bersifat prinsip dan dapat
diukur dapat dijadikan dasar untuk membatalkan hasil pemilu atau pemilukalda
karena ada pesertanya yang tidak memenuhi syarat sejak awal. cth: ada calon yang
pernah dipidana yang pidananya lebih dari 5 tahun seharusnya

Objek Perselisihan Pemilukalda


● maap ke miss

Jenis Putusan
● Tidak dapat diterima (N/O) → soal legal standing

● Dikabulkan → pihak pemohon yang benar

● Ditolak →

Putusan Sela
● Kalau dulu, putusan sela hanya ada di SKLN. Gunanya supaya masing-masing
lembaga tidak menjalankan kewenangan yang sedang disengketakan
● Kalau dalam PHPU, sebelum 2014, belum ada putusan sela yang dikeluarkan oleh
MK untuk PHPU karena awalnya putusan sela bertujuan untuk menghentikan
sementara kewenangan.
● MK memerintahkan KPU untuk melakukan kewenangan tertentu terlebih dahulu
supaya MK bisa menentukan putusan akhir
● Sebenarnya putusan sela di PHPU mirip dengan putusan akhir. Misal di putusan sela
MK memutus kalau perkara ini tidak bisa diteruskan. Kalau dilihat, ini bisa dianggap
seperti putusan menolak. MK berargumen kenapa hal ini termasuk ke dalam putusan
sela karena belum masuk ke dalam tahap peradilan. Putusan sela ini pun masih dikaji,
apakah memang putusan sela atau putusan akhir. Karena walaupun MK bilang
putusan sela, proses peradilannya tidak dilanjut, kalau di SKLN dilanjut.

Perkembangan Model Putusan Pilkada di MK

Apa bedanya pemungutan suara ulang, penghitungan suara ulang, dan pemilukada
ulang?
● pemilukada ulang = semua prosesnya, mulai dari pendaftarran, kampanya, hingga
penghitungan suara

Kenapa pilkada dibatasi untuk bersengketa di MK?


● Karena sengketa yang diurus oleh MK sudah sangat banyak dan sengketa pemilukada
memang sangat banyak
● Untuk efisiensi

Proses perselisihan di MK
● MK tidak bisa mengeluarkan sanksi pidana ataupun perdata
HAMKA VI
5 OKTOBER 2021
PEMBUBARAN PARTAI POLITIK

Mengapa perlu mekanisme pembubaran partai politik?


➔ Secara umum, mekanisme pembubaran parpol dibutuhkan untuk melindungi
demokrasi dan ideologi bangsa
➔ Secara khusus, karena dibutuhkan due proccess of law sehingga ada
pertanggungjawabannya yang nanti bisa dilihat, utamanya pertanggungjawaban
melalui proses hukum dan putusan pengadilan. Hal ini juga dapat menjadi pencegah
untuk putusan-putusan yang sewenang-wenang seperti pembubaran Masyumi, PKI
yang dibubarkan melalui Keputusan Presiden, bukan Putusan Pengadilan.

Kasus Pembubaran Parpol di Dunia


● Welfare Party, Turkey
➔ Dibubarkan oleh MK Turki pada tahun 1999 karena melanggar konstitusi dan
prinsip sekulerisme
➔ Pada tahun ‘90-an, mulai muncul partai-partai yang mempraktikkan nilai-nilai
akar rumput (?), yaitu Islam. Partai-partai ini melakukan kegiatan yang
mempromosikan nilai-nilai Islam. Padahal, kalau dengan paham sekulerisme
(yang dianut oleh Turki), tidak boleh. Bolehnya hanya di lingkup kecil saja,
tidak boleh di ruang publik. Akhirnya, partai-partai tersebut pun dibubarkan.
● Socialist Reich Party & Komunist Party de Deutch, Germany
➔ Keduanya dibubarkan oleh MK Federal Jerman pada 1952 dan 1956 karena
sistem, nilai, program, dan kegiatan partai bertentangan dengan basic law dan
prinsip demokrasi. Jerman Barat waktu itu sud
● Thai Rak Thai Party, Thailand
➔ Dibubarkan oleh MK Thailand pada 2000 berapa gatau karena serangkaian
kecurangan pada pemilu 2006
➔ Yang curang bukan hanya oknum-oknum pengurusnya saja, tetapi sudah jadi
program parpol. Jadi, secara sistematis, parpolnya-lah yang melakukan
kecurangan pada pemilu.
● Persamaan dan Perbedaan dari Ketiga Kasus Tersebut
Partai politik yang sudah resmi menjadi badan hukum wajib untuk tunduk kepada
peraturan perundang-undangan yang ada di Indonesia. Kalau dilanggar, dapat
diajukan ke MK.
➔ Persamaan: ketiganya melakukan pelanggaran terhadap larangan-larangan
➔ Perbedaan: alasan pembubaran

Larangan Terhadap Parpol dan Sanksi


● Sanksi administrasi diberikan untuk memberi kesempatan bagi parpol tersebut dan
untuk memberikan waktu bagi pemerintah untuk mencari bukti.

Hukum Acara Pembubaran Parpol


● Rakyat tidak bisa menjadi pemohon. Logikanya adalah yang bisa dilakukan oleh
Parpol adalah ancaman terhadap negara, bukan orang per orangan. Jadi yang merasa
dirugikan pasti negara. Dalam konteks apapun, yang mewakili negara adalah
pemerintah yang bisa diwakili oleh Jaksa Agung atau menteri yang ditunjuk. Jaksa
Agung dalam negara manapun dianggap sebagai representasi dari negara
● Isi permohonan: ketika mengajukan permohonan, pemerintah juga harus point out
pelanggarannya harus seperti apa secara faktual (tidak hanya ini melanggar asas, ini
melanggar kegiatan)

Persidangan
● Tahapan: Pemeriksaan Pendahuluan, Pemeriksaan Persidangan, Pembuktian,
Keterangan Saksi & Ahli, Rapat Permusyawaratan Hakim, Putusan
● Harus ada kepastian hukum sehingga tidak boleh berlarut-larut waktu
penyelesaiannya

Akibat Hukum Pembubaran


● Di UU MK tidak ada, diaturnya di PMK No. 12 Tahun 2008
● Bagaimana kalau jadinya ada kekosongan pemerintahan di DPR dan DPRD?
Untuk mengisi kursi, harus dengan konstetasi, atau pemilu. Jadi, akan tetap kosong
sampai ada pemilu lagi.Kalau di negara parlementer, ada Pemilu Sela semisal ada
kursi kosong karena partai bermasalah. Akan tetapi, di Indonesia tidak diatur.
Semisalkan partai mayoritas di Indonesia bubar
Menurut Bang Abi → dalam pengambilan keputusan, DPR atau DPRD harus

membuat tata tertib baru untuk mengatur prosedur pengambilan keputusan

dengan sisa orang yang ada setelah suatu partai politik dibubarkan.

Tapi kalau Menteri, itu bukan merupakan representasi dari suatu Parpol karena dipilih
langsung oleh Presiden sehingga tidak membuat Menteri yang parpolnya dibubarkan
akan turut dilepas jabatannya.

Pelarangan hak hidup parpol tidak absolut. Ia masih bisa memilih tetapi tidak bisa
dipilih
HAMKA VII
12 OKTOBER 2021

Anda mungkin juga menyukai