Askep Jiwa PK
Askep Jiwa PK
S1 ILMU KEPERAWATAN
FAKULTAS ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS PESANTREN TINGGI DARUL ‘ULUM JOMBANG
TAHUN AKADEMIK 2018/2019
A. Masalah Utama
Perilaku Kekerasan
B. Proses Terjadinya Masalah
1. DEFINISI
Perilaku kekerasan adalah nyata melakukan kekerasan,di tujukan pada diri sendiri / atau
orang lain secara verbal maupun non verbal dan pada lingkungan. (Depkes RI,2006)
Perilaku kekerasan merupakan salah satu respons marah yang diekspresikan dengan
melakukan ancaman, mencederai orang lain, atau merusak lingkungan. (Akemat 2011)
Perilaku kekerasan adalah suatu bentuk perilaku yang bertujuan untuk melukai seseorang
secara fisik maupun psikologis. Berdasarkan definisi ini maka perilaku kekerasan dapat
dilakukan secara verbal, diarahkan pada diri sendiri, orang lain, dan lingkungan. Perilaku
kekerasan dapat terjadi dalam dua bentuk yaitu saat sedang berlangsung perilaku kekekrasan
atau riwayat perilaku kekerasan. (Deden & Rusdi, 2013)
Perilaku kekekrasan merupakan suatu bentuk ekspresi kemarahan yang tidak sesuai
dimana seseorang melakukan tindak-tindakan yang dapat membayangkan / mencederai diri
sendiri, orang lain bahkan merusak lingkungan. (Prabowo, 2014)
Data perilaku kekerasan dapat diperoleh melalui observasi atau wawancara tentang perilaku
berikut ini:
3. Rentang respon
a Respon adaptif
1. Pernyataan (Assertion)
respon marah dimana individu mampu menyatakan atau mengungkapkan rasa marah,
rasa tidak setuju, tanpa menyalahkan atau menyakiti orang lain. Hal ini biasanya akan
memberikan kelegaan.
2. Frustasi
respon yang terjadi akibat individu gagal dalam mencapai tujuan, kepuasan, atau rasa
aman yang tidak biasanya dalam keadaan tersebut individu tidak menemukan alternatife
lain.
b Respon maladaptife
1. Pasif
Suatu keadaan dimana individu tidak dapat mampu untuk mengungkapkan perasaan yang
sedang dialami untuk menghindari suatu tuntunan nyata.
2. Agresif
Perilaku yang menyertai marah dan merupakan dorongan individu untuk menuntut suatu
yang dianggapnya benar dalam bentuk destruktif tapi masih terkontrol.
3. Amuk dan kekerasan
Perasaan marah dan bermusuhan yang kuat di sertai hilang control, dimana individu diri
sendiri, orang lain maupun hubungan. (Prabowo, 2014)
4. Faktor predisposisi
Faktor-faktor yang mendukung terjadinya masalah perilaku kekerasan :
1) Psikologis
Kegagalan yang dialami dapat menimbulkan frustasi yang kemudian dapat timbul agresif
atau amuk. Masa kanak-kanak yang tidak menyenangkan yaitu perasaan ditolak, dihina,
dianiaya atau sanksi penganiayaan.
2) Perilaku
Reinforcement yang diterima pada saat melakukan kekerasan, sering mengobservasi
kekerasan dirumah atau di luar rumah, semua aspek ini menstimulasi individu
mengadopsi perilaku kekerasan.
3) Sosial Budaya
Budaya tertutup dan membalas secara diam (pasif agresif) dan kontrol sosial yang tidak
pasti terhadap pelaku kekerasan akan menciptakan seolah-olah perilaku kekerasan yang
diterima (permissive).
4) Bioneurologi
Banyak bahwa kerusakan system limbik, lobus frontal, lobus temporal dan
ketidakseimbangan neurotransmitter turut berperan dalam terjadinya perilaku kekerasan.
(Prabowo, 2014)
5. Faktor Presipitasi
Faktor presipitasi dapat bersembur dari pasien, lingkungan atau interaksi dngan orang
lain. Kondisi pasien seperti kelemahan fisik (penyakit fisik), keputuasaan, ketidak berdayan,
percaya diri yang kurang dapat menyebabkan perilaku kekerasan. Demikian dengan situasi
lingkungan yang rebut, padat, kritikan yang mengarah pada penghinaan, kehilangan orang
yang dicintai/pekerjaan dan kekerasan. Interaksi yang profokatif dan konflik dapat juga
memicu perilaku kekerasan. (Prabowo, 2014)
6. Sumber Koping
Mekanisme koping yang digunakan adalah mekanisme pertahanan ego, antara lain :
1. Sublimasi
Menerima suatu sasaran pengganti yang mulia. Artinya dimata masyarakat untuk suatu
dorongan yang mengalami hambatan penyaluran secara normal. Misal : meremas adonan
kue, meninju tembok, memukul bantal, dan lain-lain. Tujuannya untuk mengurangi
ketegangan akibat marah.
2. Proyeksi
Menyalahkan orang lain kesukaranya atau keinginan yang tidak baik. Misal : seorang
wanita mempunyai perasaan seksual terhadap rekan kerjanya, berbalik menuduh bahwanya
temennya tersebut mencoba merayu, menggodanya.
3. Represi
Mencegah pikiran yang menyakitkan atau membahayakan masuk ke alam sadar. Missal :
seorang anak yang sangat membenci orang tuanya, akan tetapi menurut ajaran/ didikan yang
diterima sejak kecil bahwa membenci orang tua merupakan hal yang tidak baik dan di kutuk
oleh Tuhan, sehingga perasaan benci itu ditekannya dan akhirnya ia melupakannya.
4. Reaksi Formasi
Mencegah keinginan yang berbahaya bila diekspresikan. Dengan melebih lebihkan sikap
dan perilaku yang berlawanan dan menggunakannya sebagai rintangan. Misal : seseporang
yang tertarik pada teman suaminya, akan memperlakukan orang tersebut dengan kuat.
5. Deplacement
Melepas perasaan yang tertekan biasanya bermusuhan. Pada obyek yang tidak begitu
berbahaya seperti pada mulanya yang membangkitkan emosi itu. Misal : seorang anak marah
karena mendapatkan hukuman dari ibunya karena menggambar dinding dikamarnya, dan dia
mengalihkan marahnya dengan bermain perang-perangan dengan temannya. (Prabowo, 2014)
C. Pohon Masalah
Resiko tinggi
(Effect)
(Causa)
D. Masalah Keperawatan Yang Mungkin Terjadi
a) Harga Diri Rendah
b) Perilaku Kekerasan
c) Koping Individu Tidak Efektif
d) Perubahan Persepsi Sensori : Halusinasi
e) Resiko Mencederai Diri Sendiri dan Orang Lain dan Lingkungan
f) Isolasi Diri
g) Berduka Disfungsional
h) Inefektif Proses Terapi
(Deden & Rusdi, 2013)
E. Data Yang Perlu Dikaji
TUK 6 : Pasien dapat Diskusikan bersama pasien Setelah diberikan Sp 2 : Latihan mengontrol S : klien mengatakan belum
menggunakan obat cara mengatasi perilaku tindakan keperawatan perilaku kekerasan secara dapat mengontrol emosi, dan
dengan benar sesuai kekerasan dengan minum dalam mengatasi minum obat akan mencoba cara control
dengan program obat secara benar dan perilaku kekerasan Evaluasi kemampuan marah yang sudah diajarkan
yang ditetapkan. tepat. pasien dengan minum pasien mengontrol PK (pukul bantal).
obat secara benar dan dengan cara fisik 1 dan 2. O : raut muka tegang, kontak mata
tepat Jelaskan cara kontrol PK baik tampak gelisah.
dengan minum obat teratur A : masalah perilaku kekerasan
Bimbing pasien belum teratasi.
P : lanjutkan latihan
memasukkan dalam jadwal
mengungkapkan perasaan marah.
kegiatan harian
TUK 4 : Pasien dapat Diskusikan bersama pasien Setelah diberikan Sp 3 : Latihan mengontrol S : klien mengatakan masih ingat
mengungkapkan perilaku kekerasan yang tindakan keperawatan perilaku kekerasan secara cara control marah yang sudah
perilaku marah yang biasa dilakukan pada saat dalam mengatasi social/verbal diajarkan (tarik nafas dalam dan
sering dilakukan marah secara : perilaku kekerasan Evaluasi jadwal harian pukul bantal), klien mengatakan
Verbal pasien dapat mengenali sudah minum obat sesuai anjuran
untuk dua cara fisik
Terhadap orang lain jenis PK : dan.
Latihan mengungkapkan
Terhadap diri sendiri Fisik O : klien tampak senang, klien
Verbal rasa marah secara verbal: mampu mendemontrasikan cara
Terhadap lingkungan
Non verbal menolak dengan baik, fisik II dengan baik tanpa
meminta dengan baik, bimbingan.
mengungkapkan perasaan A : masalah perilaku kekerasan
dengan baik. teratasi sebagian.
Susun jadwal latihan P : lanjutkan latihan secara
mengungkapkan marah spiritual.
secara verbal.
TUK 7 : Pasien dapat Diskusikan bersama pasien Setelah diberikan Sp 4 : Latihan mengontrol S : klien mengatakan sudah dapat
mengontrol perilaku cara mengatasi marah tindakan keperawatan perilaku kekerasan secara mengontrol emosi, minum obat
kekerasan secara dengan spiritual. dalam mengatasi spiritual. teratur dan akan mencoba cara
spiritual. perilaku kekerasan Evaluasi kemampuan control marah dengan berdo’a dan
pasien dengan berdoa shalat
pasien mengontrol PK
dan sholat. O : klien tampak tenang dan
dengan cara fisik I, II dan
senang, klien kooperatif.
verbal A : dapat mendemostrasikan
Latihan Kontrol PK dengan latihan fisik.
cara sholat/berdoa P : pertahankan kondisi klien.
Bimbing pasien
memasukkan dalam jadwal
kegiatan harian
TUK 1 : Pasien dapat Identifikasi kemampuan Setelah penyuluhan SP 1 keluarga : memberikan S : keluarga mengatakan sudah
dukungan keluarga keluarga dalam merawat keluarga dapat penyuluhan kepada keluarga mengetahui masalah yang dihadapi
untuk mengontrol pasien dari sikap yang menjelaskan tentang: tentang cara merawat klien anggota keluarganya.
perilaku kekerasan. telah dilakukan keluarga Pengertian perilaku perilaku kekerasan di rumah, O : keluarga terlihat sedih, takut
terhadap pasien selama kekerasan. dengan cara : A : masalah perilaku kekerasan
ini. Tanda dan gejala Diskusikan masalah yang belum teratasi.
Diskusikan dengan perilaku kekerasan. dihadapi keluarga dalam P : lanjutkan latihan cara
keluarga tentang Penyebab dan akibat merawat pasien mengontrol marah.
pentingnya peran perilaku kkerasan. Diskusikan bersama pasien
keluarga sebagai Cara merawat pasien keluarga tentang perilaku,
pendukung untuk dengan perilaku kekerasan (penyebab, tanda,
mengatasi perilaku kekerasan. dan gejala,perilaku yang
kekerasan. muncul dan akibat dari
Diskusikan potensi perilaku tersebut)
keluarga untuk Diskusikan bersama keluarga
membantu pasien kondisi-kondisi pasien yang
mengatasi perilaku perlu segera dilaporkan
kekerasan. kepada perawat, seperti
Diskusikan dengan melempar atau memukul
keluarga melalui benda/orang lain.
pertemuan keluarga SP 2 keluarga : melatih keluarga
tentang : pengertian melakukan cara-cara S : keluarga sudah memahami
perilaku kekerasan, tanda mengontrol kemarahan perilaku kekerasan anggota
dan gejala perilaku Evaluasi pengetahuan keluarganya dan memberikan
kekerasan, penyebab dan keluarga tentang marah motivasi positif.
akibat perilaku kekerasan, Anjurkan keluarga untuk O : keluarga terlihat mulai mengerti
cara merawat pasien memotivasi pasien melakukan dan memahami
dengan perilaku A : masalah perilaku kekerasan
kekerasan. tindakan yang telah diajarkan teratasi sebagian.
Latih keluarga dalam oleh perawat P : lanjutkan perencanaan pulang.
merawat pasien dengan Ajarkan keluarga untuk
perilaku kekerasan. memberikan pujian kepada
Beri kesempatan keluarga pasien bila pasien dapat
mendemostrasikan ulang melakukan kegiatan tersebut
Tanyakan perasaan secara tepat
keluarga setelah Diskusikan bersama keluarga
mendemostrasikan cara tindakan yang harus dilakukan
merawat pasien perilaku bila pasien menunjukkan
kekerasan. gejala-gejala perilaku
Beri reinforcement atas kekerasan
keterlibatan keluarga. SP 3 keluarga: membuat
perencanaan pulang bersama
keluarga S : keluarga mengatakan sudah bias
menangani bila anggota
keluarganya menunjukkan gejala
perilaku kekerasan.
O : keluarga terlihat senang dan
kooperatif.
A : masalah perilaku kekerasan
teratasi.
P : pertahankan kondisi.
DAFTAR PUSTAKA
https://www.smallcrab.com/kesehatan/1202-asuhan-keperawatan-perilaku-kekerasan
Dr. Keliat Anna Budi, Akemat, dkk. 2011. Keperawatan Kesehatan Jiwa Komunitas : CMHN
(Basic Course). Jakarta : EGC.
Rusdi, Dermawan Deden. 2013. Keperawatan Jiwa : Konsep Dan Kerangka Kerja Asuhan
Keperawatan Jiwa. Yogyakarta : Gosyen Publishing.
Prabowo Eko. 2014. Konsep & Aplikasi Asuhan Keperawatan Jiwa. Yogyakarta : Nuha Medika.
Masalah : Perilaku Kekerasan
Pertemuan :
A. Proses Keperawatan
1. Kondisi Klien
Muka merah dan tegang, pandangan tajam, mengepalkan tangan, jalan mondar-mandir.
2. Diagnosis
a) Resiko Mencederai Diri Sendiri dan Orang Lain dan Lingkungan b/d perilaku
kekerasan
b) Perilaku Kekerasan b/d koping individu inefektif
3. Tujuan
a) Sp 1 : Membina hubungan saling percaya, identifikasi perasaan marah, tanda dan gejala
yang dirasakan perilaku kekerasan yang dilakukan, akibatnya serta mengontrol secara
latihan fisik 1 dan 2.
b) Sp 2 : Melatih mengontrol perilaku kekerasan dengan minum obat.
c) Sp 3 : Melatih mengontrol perilaku kekerasan secara social/verbal.
d) Sp 4 : Melatih mengontrol perilaku kekerasan secara spiritual.
4. Tindakan Keperawatan
Dalam membina hubungan saling percaya perlu dipertimbangkan agar pasien merasa
aman dan nyaman saat berinteraksi dengan saudara. Tindakan yang harus saudara
lakukan dalam rangka membina hubungan saling percaya adalah :
a. Mengucapkan salam terapeutik
b. Berjabat tangan
c. Menjelaskan tujuan interaksi
d. Membuat kontrak topik,waktu dan tempat setiap kali bertemu pasien
2. Diskusikan bersama pasien penyebab perilaku kekerasan saat ini dan yang lalu
3. Diskusikan perasaan pasien jika terjadi penyebab perilaku kekerasan
4. Diskusikan bersama pasien perilaku pasien yang biasa dilakukan pada saat marah secara:
a. Verbal
b. Terhadap orang lain
c. Terhadap diri sendiri
d. Terhadap lingkungan
a. Latih mengungkapkan rasa marah secara verbal : menolak dengan baik, meminta
dengan baik, mengungkapkan perasaan dengan baik.
b. Susun jadwal latihan mengungkapkan marah secara verbal
10. Latih pasien mengontrol perilaku kekerasan dengan patuh minum obat
a. Latih pasien minum obat secara teratur dengan prinsip lima benar (benar nama pasien,
benar nama obat, benar cara minum obat, benar waktu minum obat, dan benar dosis
obat) disertai penjelasan guna obat dan akibat berhenti minum obat
b. Susun jadwal minum obat secara teratur
11. Ikut sertakan pasien dalam terapi aktivitas kelompok stimulasi persepsi mengontrol
perilaku kekerasan.
“Bagaimana perasaan bapak setelah berbincang –bincang dan latihan fisik, tentang
kemarahan bapak?”
b. Evaluasi Objektif
“iya jadi ada 2 penyebab kemarahan bapak ………..(sebutkan) dan yang bapak rasakan
……….(sebutkan)serta akibatnya ………….(sebutkan)
“Lalu ada berapa cara yang sudah kita latih, coba bapak sebutkan lagi?Bagus!”
c. Rencana tindak lanjut
“Mari kita masukkan kedalam jadwal kegiatan sehari-hari bapak. Pukul kasur dan
bantal mau jam berapa?Bagaimana kalau setiap bangun tidur ? Baik , jadi jam
05.00pagi, dan jam 15.00 sore, lalu kalau ada keinginan marah sewaktu-waktu
gunakan kedua cara yang tadi ya pak . Sekarang kita buat jadwal nya ya pak, mau
berapa hari sekali bapaklatihan memukul bantal dan kasur serta Tarik nafas ini?
d. Kontrak yang akan datang
“Besok kita ketemu lagi ya pak, nanti kita bicarakan cara lain mengontrol rasa
marah, yaitu dengan patuh minum obat . Mau jam berapa pak ? Seperti sekarang saja ,
jam ?” O ya “
“Nanti kita akan membicarakan cara penggunaan obat yang benar untuk mengontrol
rasa marah bapak, setuju pak ?”
1. Evaluasi jadwal kegiatan harian pasien untuk cara mencegah marah yang sudah dilatih
2. Latih pasien minum obat secara teratur dengan prinsip lima benar ( benar nama pasien,
benar nama obat, benar cara minum obat, benar waktu dan benar dosis obat) disertai
penjelasan guna obat dan akibat berhenti minum obat
3. Susun jadwal minum obat secara teratur.
Fase Orientasi :
a. Salam Terapeutik
“Assalamualaikum pak, sesuai janji saya kemarin hari ini kita ketemu lagi”
b. Evaluasi/validasi
“Bagaimana pak, sudah dilakukan latihan tarik nafas dalam, pukul kasur bantal? Apa
yang dirasakan setelah melakukan latihan secara teratur? Coba kita lihat cek kegiatanya”.
“Bagus, nah kalau tarik nafas dalamnya dilakukan sendiri tulis M, artinya mandiri, kalau
diingatkan perawat baru dilakukan ditulis B, artinya dibantu atau diingatkan .
“Nah kalau tidak dilakukan tulis T, artinya belum bisa melakukan”.
c. Kontrak
“Bagaimana kalau sekarang kita bicara dan latihan tentang cara minum obat yang benar
untuk mengontrol rasa marah”.
“Diamana enaknya kita berbincang-bincang ? Bagaimana kalu 15 menit”
“Berapa macam obat yang bapak minum ? warnanya apa saja ? Bagus . Jam berapa bapak
minum ? Bagus “
“Obatnya ada 3 macam pak, yang warnanya orange namanya CPZ gunanya agar pikiran tenang.
Yang putih ini namanya THP agar rileks dan tenang. Dan yang merah jambu ini namanya HLP
agar pikiran teratur dan rasa marah berkurang. Semua ini harus bapak minum 3 kali sehari, jam 7
pagi, jam 1 siang dan 7 malam”
“Bila nanti setelah minum obat mulut bapak terasa kering, untuk membantu mengatasinya bapak
bisa mengisap-isap es batu”
“Bila mata terasa berkunang-kunang, bapak sebaiknya istirahat dan jangan beraktivitas dulu”.
“Nanti di rumah sebelum minum obat ini bapak lihat dulu label di kotak obat, apakah benar
nama bapak tertulis di situ, berapa dosis yang harus diminum, dan jam berapa saja harus
diminum. Baca juga nama obatnya apakah sudah benar ? Di sini minta obatnya sama perawat
kemudian cek lagi apakah benar obatnya”.
“Jangan pernah menghentikan minum obat sebelum berkonsultasi dengan dokter ya pak, karena
dapat terjadi kekambuhan”
Terminasi :
a. Evaluasi subyekti
“Bagaimana perasaan bapak setelah kita bercakap-cakap tentang cara minum obat yang
benar”.
b. Evaluasi objektif
“Coba bapak sebutkan lagi jenis obat yang bapak minum! Bagaimana cara minum obat
yang benar ?”
“Nah, sudah berapa cara mengontrol perasaan marah yang kita pelajari ?
c. Rencana tindak lanjut
Sekarang kita tambahkan jadwal kegiatanya dengan minum obat. Jangan lupa laksanakan
semua dengat teratur ya”
d. Kontrak yang akan datang
“Besok pagi kita akan ketemu lagi, kita akan latihancara mengontrol marah dengan
belajar berbicara yang banyak.Mau jam berapa ya pak? Jam 10 pagi ya,Sampai Jumpa”
Fase Orientasi:
a. Salam Terapeutik
“Assalamualaikum pak, sesuai dengan janji saya kemarin, sekarang kita ketemu lagi”
“Bagaimana pak, sudah dilakukan latihan tarik nafas dalam, pukul kasur bantal dan
minum obat ? Apa yang dirasakan setelah melakukan secara teratur ?
b. Evaluasi/validasi
“Coba saya lihat jadwal kegiatan hariannya “.
c. Kontrak
“Bagaimana kalau sekarang kita latihan cara bicara untuk mencegah marah ?”
Fase Kerja :
“Sekarang kita latihan cara bicara yang baik untuk mencegah marah. Kalau marah sudah
disalurkan melalui tarik nafas dalam atau pukul kasur dan bantal, dan sudah lega, maka kita perlu
bcara dengan orang yang membuat kita marah. Ada tiga caranya pak :
1. Minta dengan baik tanpa marah dengan nada suara yang rendah, serta tidak menggunakan
kata-kata kasar. Kemarin bapak bilang penyebab marahnya karena minta uang ke istri
tidak diberi. Coba bapak minta uang dengan baik: “Bu, saya perlu uang untuk beli
rokok”. Nanti bisa dicoba di sini untuk meminta baju, minta obat dan lain-lain. Coba
bapak praktekkan. Bagus pak.
2. Menolak dengan baik, jika ada yang menyuruh dan bapak tidak ingin melakukanya,
katakana: “maa saya tidak bisa melakukanya karena sedang ada kerjaan”. Coba bapak
praktekkan. Bagus pak.
3. Mengungkapkan perasaan kesal, jika ada perlakuan orang lain yang membuat kesal bapak
dapat mengatakan : “saya jadi ingin marah karena perkataanmu tadi itu”. Coba
peraktekkan. Bagus .
Fase Terminasi
a. Evaluasi subyektif
“Bagaimana perasaan bapak setelah bercakap-cakap tentang cara mengontrol marah
dengan bicara yang baik ?”
b. Evaluasi objektif
“Coba bapak sebutkan lagi cara bicara yang baik yang telah kita pelajari” “Bagus sekali”
c. Rencana tindak lanjut
“sekarang mari kita masukkan dalam jadwal. Berapa kali sehari bapak mau latihan bicara
yang baik ? Bisa kita buat jadwwalnya ?”
“Coba masukkan dalam jadwal latihan sehari-hari,misalnya meminta obat, uang dan lain-
lain. Bagus nanti docoba ya pak”
d. Kontrak yang akan datang
“Bagaimana kalau dua jam lagi kita ketemu lagi ?” “Nanti kita akan membicarakan cara
lain untuk mengatasi rasa marah bapak yaitu dengan cara ibadah, bapak setuju ? Mau
dimana pak ? Disini lagi ? Baik, sampai nanti ya”.
SP 4 Pasien : Latihan mengntrol perilaku kekerasan secara spiritual
1. Evaluasi latihan mengontrol perilaku kekerasan secara fisik dan social/verbal
2. Latihan sholat/berdoa
3. Buat latihan sholat/berdoa
Fase Orientasi:
a. Salam Terapeutik
“Assalamualaikum pak, sesua dengan janji saya dua jam yang lalu, sekarang saya datang
lagi. Baik, yang mana yang mau dicoba”.
b. Evaluasi/validasi
“Bagaimana pak, latihan apa yang sudah dilakukan ? Apa yang dirasakan setelah
melakukan latihan secara teratur? Bagus sekali, bagaimana rasa marahnya ?”
c. Kontrak
“Bagaimana kalau sekarang kita latihan cara lain untuk mencegah rasa marah yaitu
dengan ibadah”.
“Dimana enaknya kita berbincang-bincang ? Bagaimana kalau di tempat tadi ? “Berapa
lama bapak mau kita berbincang-bincang ? bagaimana kalau di tempat tadi ?”
“Berapa lama bapak mau kita berbincang-bincang? Bagaimana kalau 15 menit ?”
Fase Kerja :
“Coba ceritakan kegiatan ibadah yang biasa bapak lakukan? Bagus, baik mana yang mau
dicoba?”
“Nah, kalau kala bapak sedang marah caba bapak langsung duduk dan tarik nafas dalam. Jika
tidak reda juga marahnya rebahkan badan agar rileks. Jika tidak reda juga, ambil air wudhu
kemudian sholat”.
“Coba bapak sebutkan sholat 5 waktu ? Bagus, mau coba yang mana ? Coba sebutkan
caranya”(untuk yang muslim)
Fase Terminasi :
a. Evaluasi subyekti
“Bagaimana perasaan bapak setelah kita bercakap-cakap tentang cara yang ketiga ini ?”
b. Evaluasi objektif
“Jadi ada berapa cara mengontrol marah yang kita pelajari ? Bagus”.
c. Rencana tindak lanjut
“Mari kita masukkan kegiatan beribadah pada jadwal kegiatan bapak. Mau berapa kali
bapak sholat. Baik kita masukkan sholat _(sesuai kesepakatan pasien)
“Coba bapak sebutkan lagi cara ibadah yang dapat bapak lakukan bila bapak merasa
marah”
“Setelah ini coba bapak lakukan sholat sesuai jadwal yang telah kita buat tadi”
d. Kontrak yang akan datang
“Baik, besok kita ketemu lagi untuk melihat sejauh mana bapak melaksanakan kegiatan
dan sejauh mana dapat mencegah rasa marah”.
“sampai jumpa”.
Fase Orientasi:
a. Salam Terapeutik
“assalamu’alaikum bu, perkenalan nama saya Yusi, saya perawat dari ruang soka ini,saya
yang akan merawat bapak (pasien). Nama ibu siapa?senangnnya dipanggil apa?”
b. Evaluasi/validasi
“bagaimana perasaan ibu saat ini?
c. Kontrak
“Bisakah kita berbincang-bincang sekarang tentang masalah yang ibu hadapi?”
“Berapa lama kita bisa berbincang-bincang, bu? Bagaimana kalau di kantor perawat?”
Fase kerja :
“Bu, apa masalah yang ibu hadapi dalam merawat bapak?apa yang ibu lakukan?
“Baik bu,saya akan coba jelaskan tentang marah bapak dan hal-hal yang perlu diperhatikan”.
“ Bu, marah adalah suatu perasaan yang sangat wajar tapi bisa tidak disalurkan dengan benar
akan membahayakan dirinya sendiri,orang lain dan lingkungan”.
“Yang menyebabkan suami ibu marah dan mengamuk adalah kalau dia merasa direndahkan ,
keinginannya tidak terpenuhi. Kalau bapak apa penyebabnya bu?”
“Kalau nanti wajah suami ibu tampak tegang dan merah, lalu kelihatan gelisah, itu artinya suami
ibu sedang marah, dan baisanya setelah itu ia akan melampiaskannya dengan membanting-
banting perabot rumah tangga atau atau memukul atau bicara kasar? Kalau ada perubahan
terjadi? Lalu apa yang biasa ia lakukan?”
“ Bila hal itu terjadi sebaiknya ibu tetap tenang, bicara lembut tapi tegas, jangan lupa jaga jarak
dan jauhkan benda-benda tajam dari sekitar bapak seperti gelas, pisau. Jauhkan juga anak-anak
kecil dari bapak”.
“ Bila bapak masih marah dan ngamuk segera bawa ke puskesmas atau RSJ setelah sebelumnnya
diikat dulu (ajarkan caranya pada keluarga. Jangan lupa minta bantuan orang lain saat mengikat
bapak ya bu, lalu lakukan dengan tidak menyakiti bapak dan jelaskan alasan mengikat agar
bapak tidak mencederai diri sendiri, orang lain atau lingkungannya.
“ Nah, ibu sudah lihatkan apa yang saya ajarkan kepada bapak bila tanda-tanda kemarahan itu
muncul. Ibu bisa bantu bapak dengan cara mengingatkan jadwal latihan cara mengontrol marah
yang sudah dibuat yaitu secara fisik, verbal, spiritual dan minum obat teratur”.
“ Kalau bapak bisa melakukan latihannya dengan baik jangan lupa dipuji ya bu”.
Fase Terminasi:
a. Evaluasi subyekti
“Bagaimana perasaan ibu setelah kita bercakap-cakap tentang cara merawat bapak?”
b. Evaluasi objektif
“Coba ibu sebutkan lagi cara merawat bapak”.
c. Rencana tindak lanjut
“ Setelah ini coba ibu ingatkan jadwal latihan yang telah dibuat untuk bapak ya bu”.
Fase Orientasi:
a. Salam Terapeutik
“ Assalamu’alaikum bu, sesuai dengan janji kita 2 hari yang lalu sekarang kita bertemu
lagi untuk latihan cara-cara mengontrol rasa marah bapak.”
b. Evaluasi/validasi
“Bagaimana bu? Masih ingatkah diskusikan kita yang lalu ? ada yang mau ibu
tanyakan?”
c. Kontrak
“Berapa laam ibu mau kita latihan?”
“Bagaimana kalau kita latihan di sini saja? Sebentar saya panggilkan bapak supaya bisa
berlatih bersama”.
Fase kerja:
“Nah pak, coba ceritakan kepada ibu, latihan yang sudah bapak lakukan. Bagus sekali. Coba
perlihatkan kepada ibu jadwal harisan bapak! Bagus !”
“ Nanti di rumah ibu bisa membantu bapak latihan mengontrol kemarahan bapak”.
“Masih ingatkah pak, bu kalau tanda-tanda marah sudah bapak rasakan maka yang harus
dilakukan bapak adalah?................”
“ Ya betul, bapak berdiri, lalu tarik nafas dari hidung, tahan sebentar lalu keluarkan/tiup
perlahan-lahan. Melalui mulut seperti mengelyarkan kemarahan. Ayo coba lagi, tarik nafas dari
hidung,bagus,tahan dan tiup melalui mulut. Nah, lakukan 5 kali, coba ibu temani dan bantu
bapak menghitung latihan ini smapai 5 kali “.
“ya...benar, kalau ada yang menyebabkan bapak marah dan muncul perasaan kesal, berdebar-
debar, mata melotot, selain nafas dalam bapak dapat melakukan pukul kasur dan bantal”.
“sekarang coba kita latihan memukul kasur dan bantal, kamar bapak di mana? Jadi kalau nanti
bapak kesal dan ingin marah, langsung ke kamar dan lampiaskan kemarahan tersebut dengan
memukul kasur dan bantal”
“nah, coba bapak lakukan sambil didampingi ibu, berikan bapak semangat ya bu. Ya, bagus
sekali bapak melakukannya”.
“cara yang ketiga adalah bicara yang baik bila marah. Ada tiga carannya pak, coba praktikkan
langsung kepada ibu cara bicara ini:
1. Meminta dengan baik tanpa marah dengan nada suara yang rendah serta tidak
menggunakan kata-kata kasar,misalnya: bu, saya perlu uang untuk beli rokok! Coba
bapak praktikkan. Bagus pak’.
2. Menolak dengan baik, jika ada yang menyuruh dan bapak tidak ingin melakukannya,
katakan: ‘maaf saya tidak bisa melakukannya karena sedang ada kerjaan’. Coba
bapak praktekkan. Bagus pak.
3. Mengungkapkan rasa kesal, jika ada perlukan orang lain yang membuat kesal bapak
dapat mengatakan:’ saya jadi ingin marah dengan perkataanmu itu’. Coba
praktekkan. Bagus.
4. Selanjutnnya kalau bapak sedang marah apa yang harus dilakukan? Baik sekali,
bapak coba langsung duduk dan tarik nafas dalam. Jika tidak reda juga, ambil air
wudhu kemudian sholat. Bapak bisa melakukan sholat secara teratur dengan
didampingi ibu untuk meredakan kemarahan.
5. Cara terakhir adalah minum obat teratur ya pak, bu agar pikiran jadi tenang, tidurnya
juga tenang, tidak ada rasa marah?
Bapak coba jelaskan ada berapa macam obatnya! Bagus, jam berapa minum obat? Bagus, apa
guna obat? Bagus, apa boleh mengurangi atau menghentikan obat? Wah bagus sekali!
Dua hari yan g lalu sudah saya jelaskan terapi pengobatan yang bapak dapatkan, ibu tolong
selama dirumah ingatan bapak untuk meminumnya secara teratur dan jangan dihentikan tanpa
sepengetahuan dokter.
Fase Terminasi:
a. Evaluasi subyekti
“ baiklah ibu, latihan kita sudah selesai. Bagaimana perasaan ibu setelah kita latihan cara-
cara mengontrol marah langsung kepada bapak?”
b. Evaluasi objektif
“bisa ibu sebutkan lagi ada berapa cara mengontrol marah?”
c. Rencana tindak lanjut
“selanjutnya tolong pantau dan motivasi bapak melaksanakan jadwal latihan yang telah
dibuat selama di rumah nanti. Jangan lupa beri pujian untuk bapak bila dapat melakukan
dengan benar ya bu!”
d. Kontrak yang akan datang
“karena bapak sebentar lagi sudah mau pulang bagaimana kalau 2 hari lagi ibu bertemu
saya untuk membicarakan jadwal aktivtas bapak selama di rumah nanti”.
“ jam 10 seperti hari ini ya bu. Di ruang ini juga”.
Fase orientasi:
a. Salam Terapeutik
“ Assalamualaikum pak,bu, karena bapak sudah boleh pulang, maka sesuai janji kita
kemaren, sekarang kita ketemu unutuk membicarakan jadwal bapak selama di rumah”.
b. Evaluasi/validasi
“ bagaimana pak,bu, selama ibu membesuk apakah sudah terus di latih cara merawat
bapak? Apakah sudah di puji keberhasilannya?
c. Kontrak
“ nah, sekarang bagaimana kalau bicarakan jadwal di rumah, di sini saja?”
“berapa lama bapak dan ibu mau kita bicara? Bagaimana kalau 30 menit?”
Fase kerja:
“pak, bu, jadwal yang telah di buat selama bapak di rumah sakit tolong di lanjutkan di rumah,
baik jadwal aktivitas maupun jadwal minum obatnya. Mari kita lihat jadwal bapak!”
“hal-hal yang perlu di perhatikan lebih lanjut adalah perilaku yang di tampilkan oleh bapak
selama di rumah. Ibu dan bapak, ini nomor telponn puskesmasnya(0651)554xxx.
Kalau misalnya bapak menolak minum obat atau memperlihatkan perilaku yang membahayakan
orang lain. Jika hal ini terjadi segera hubungi perawat Yusi di puskesmas Indera puri, puskesmas
terdekat dari rumah.
Jika tidak teratasi perawat Yusi akan merujuknya ke rumah sakit terdekat”.
Fase terminasi :
a. Evaluasi subyekti
“ bagaimana bu, ada yang ingin ditanyakan?
b. Evaluasi objektif
“Coba ibu sebutkan apa saja yang perlu di perhatikan ? (jadwal kegiatan, tanda atau
gejala, follow up ke puskesmas).
c. Rencana tindak lanjut
Selanjutnya setelah berada di rumah hal yang perlu di ingat (jadwal kegiatan, tanda atau
gejala, follow up ke puskesmas).
d. Kontrak yang akan datang
Baiklah, silahkan selesaikan admintrasinya!”
“ saya akan persiapkan pakaian dan obat bapak”.