Abstrak : Perlindungan infrastruktur dari bahaya longsoran yang sering terjadi pada akhir
akhir ini merupakan hal penting agar prasarana tersebut dapat terus digunakan,
penggunaan dinding penahan merupakan salah satu cara dalam mengatasi permasalahan
kelongsoran. Penggunaan dinding penahan yang terletak pada daerah tepi sungai tidak
hanya mampu menahan gaya lateral sesuai fungsinya namun harus juga mampu menahan
gerusan air yang terjadi pada kaki dinding penahan sehingga kegagalan struktur dapat
dihindari. Penggunaan dinding penahan kombinasi merupakan metode alternatif dalam
memecahkan masalah tersebut, dimana dinding penahan yang terbuat dari pasangan batu
gunung dikombinasikan dengan material strouss pile dan balok beton dibagian bawahnya,
hal ini dilakukan agar kestabilan dapat terjaga secara keseluruhan
Kata kunci : Longsoran tepi sungai, dinding penahan kombinasi, stabilitas
Abstract : Infrastructure Protection from slide danger which often became of this time
represent the important matter so that the infrastructure can be non-stoped to be used,
use of retaining wall represent one of way of in overcoming slide problems. use of
Retaining Wall which lay at riverbank area dose not only able to arrest detain the style
lateral according to its function but have to also able to arrest detain the erotion irrigate
that happened foot/feet of retaining wall so that structure failure can be avoided the use
of Reatining Wall combination represent the alternative method in solving problem,
where made retaining wall from couple petrify the mount combined with the material of
strouss pile and its underside concrete log, this matter conducted stability to can be
awaked as a whole
Keyword : Siliding erotion, Reatining wall combination, stability
PENDAHULUAN
Kolom Praktis
Strouss Pile
Balok Beton
Poer Pondasi
Strouss Pile
BATASAN MASALAH
Untuk lebih memfokuskan penelitian terhadap design dari tubuh dinding penahan
maka penilitian ini dibatasi pada hal hal sebagai berikut :
1. Dinding penahan bermaterialkan pasangan batu gunung (diatas 1/3 H) yang
dikombinasikan dengan strouss pile dan balok beton bertulang (dibawah 1/3H)
2. Tidak membahas analisis longsoran karena diasumsikan tanah tersebut tidak stabil
(sesuai dengan kondisi real dilapangan)
3. Gaya geser antara pasangan batu gunung dan beton disatukan melalui besi beton
sebagai shear connector karena gaya geser antara kedua material tersebut tidak
dilakukan penelitian lanjutan.
4. Tidak membahas analisis ekonomi (anggaran biaya) dari pembuatan dinding
penahan tersebut
LANDASAN TEORI
Dasar perhitungan untuk strouss pile tidak jauh berbeda dengan perhitungan
kapasitas tiang yang digunakan pada pondasi tiang sumuran, namun yang sering
digunakan dalam perencanaan adalah hasil penyelidikan oleh geotechnical Institute Of
Naples (1961) yang dimodifikasi oleh Departemen Pekerjaan Umum Indonesia, untuk
kapasitas tiang tunggal, digunakan :
kel.tiangxJHP
Qtiang = qcxA x
3 5
Dengan :
Qtiang : Kapasitas Tiang Tunggal ( Kg)
qc : Nilai Penetrasi Konus (Kg/cm2)
Kel.tiang : Keliling Tiang Bor (cm)
JHP : jumlah Hambatan Pelekat (Kg/cm2)
3 dan 5 : Angka Keamanan
kolom
Balok
Balok dapat mengalami lentur dan sewaktu – waktu akan terjadi tegangan geser
yang akan menimbulkan retak miring. Perilaku balok beton bertulang pada keadaan
runtuh karena geser sangat berbeda pada keruntuhan karena lentur. Balok tersebut
langsung hancur tanpa adanya peringatan terlebih dahulu” (Sumber, Edward G Nawi,
Beton bertulang Suatu Pendekatan Dasar, Bandung Hal 147,1998). Dalam pelaksanaan
dilapangan pengerjaan balok dapat langsung dicor dengan plat (disebut Monolit) dan ada
juga di cor tidak monolit.
Dimensi balok bergantung pada panjang bentang antar tumpuan (kolom),
semakin panjang bentang maka semakin tinggi kualitas sutau balok, luas tulangan
ditentukan oleh momen (Mn) yang bekerja pada balok intu sendiri, tulangan pada balok
terbagi atas tulangan tarik (tul. utama) dan tulangan tekan serta sengkang yang berfungsi
melawan geser pada balok.
Secara garis besar perencaan balok yang mengalami beban lentur adalah sebagai
berikut :
1. Hitung nilai Mu dari hasil statika sehingga Mn dapat diketahui
2. Nilai Rn perlu ditentukan dari persamaan Mu
yang selanjutnya dicari nilai ρ yang
b.d
2
akan dipakai untuk mengetahui luas tulangan yang dipakai dengan persamaan perlu
fc'
= fy
Luas tulangan yang dipakai dapat ditentukan melaluipersamaan As = .b .d
dimana : = Faktor Lentur
fc’ = Kuat tekan beton
fy = Tegangan lelaeh baja
ρ = Rasio penulangan
Rn = Perbandingan momen ultimit dengan penampang
Balok tentunya tidak akan mengalami lentur saja, tetapi juga gaya geser yang
menyebabkan keruntuhan geser yang umumnya bersifat getas, sehingga SKSNI T – 15-
1991 pasal 3.4.5 mensyaratkan perlunya tulangan geser minimum jika:
½ .. Vc < Vu < Vc
dimana : = faktor reduksi
Vc = kuat geser nominal beton
Vu = gaya geser pada penampang
PEMBAHASAN
Pemilihan lokasi sesuai dengan maksud dan tujuan dari penelitian ini dimana tinggi
lereng 6.50 meter dari permukaan air surut terendah dan disebelah kiri (4 meter) dari
longsoran terdapat jembatan serta mempunyai jarak 8 meter dari tepi sungai terhadap
pemukiman warga.
1. Asumsi - asumsi
Asumsi-asumsi digunakan sebagai pendekatan terhadap perencanaan, hal ini
disebabkan kurang legkapnya data teknik dan terbatasnya waktu untuk penelitian, asumsi
yang digunakan, yaitu :
a. Tanah aktif merupakan tanah granular (c=0) hal ini dimaksudkan untuk menghasilkan
nilai Tekanan tanah aktif (Pa) maksimal.
b. Berat dinding penahan yang merupakan beban yang bekerja pada balok diasumsikan
maksimal 50% dari seluruh berat dinding penahan (sesuai dengan lebar balok).
B C D E F G H I J K
4m 4m 4 m4 m4 m4 m4 m4 m4 m
9921,8 kgm
W= 6821,2 kg/m 9921,8 kgm
B C
4m
VBka VCki
ΣMC = 0
VBka . L - ½ . w. L2 – MA + MB = 0
VBka . 4 - ½ . (6821,2). 42 – 9921,8 + 9921,8 = 0
VBka = /4 = 8.664,92 kg
ΣV = 0
VBka + VCki = w. L
8.664,92 + VCki = 4.332,46 x 4
VCki = 4.332,46x 4 - 8.664,92 = 8.664,92 kg
c. Penulangan
Tulangan Lapangan
Momen lapangan sebesar = 9921,8 kgm; Dimensi balok h=35 cm dan b=18 cm,
mutu baja=240 MPa, mutu beton=17,5 MPa
68,21.106
Rn = = 5,2
0,8.180.3002
240
As = 0,05148x175x180 = 315 mm2
Dipakai tulangan 8-Ø16
Tulang untuk sengkang
Vu=8864,92 kg, Dimensi balok h=35 cm dan b=18 cm, mutu baja=240 MPa,
mutu beton=17,5 MPa
1 8864,92
Vc= 17,5 x180x300.10-3=37,65 kN=3765 kg; Vn= =14774,9 kg
6 0,6
Vs=14774,9-3765=11010 kg; diameter senkang Ø-8 Av=100,5 mm2.
1x2400x30
S (jarak sengkang) = 6 cm; Vsa = = 12120>11010...ok!
6
HASIL PERHITUNGAN
Dari hasil perhitungan diketahui bawha tinggi total dinding penahan 4,5 meter dan
balok pendukung 0,35 meter (total 4,8 meter) sedangkan air surut terendah berada pada
elevasi 6,50 meter dari permukaan tanah, sehingga diperlukan dinding penahan tambahan
dan balok pendukungnya untuk menghindari longsoran pada bagian bawah sepeti pada
gambar 6 berikut.
0.35
0.35
0.30
4.00
Muka air sungai terendah
DAFTAR PUSTAKA
Hary Christady Hardiyanto. 1994. Teknik Pondasi II. Beta Offset Jogyakarta
Ir. Sardjono. HS. 1991. Pondasi Tiang Pancang Jilid I. Cetakan Kedua. Sinar Wijaya.
Indra Cahya. 1999. Beton Bertulang. Fakultas Teknik Universitas Brawijaya, Malang
Hary Christady Hardiyanto. 1994. Mekanika Tanah II. Beta Offset Jogyakarta