PENDAHULUAN
1. A. LATAR BELAKANG
Data resmi pemerintah Inggris (tahun 2006) menyebutkan bahwa hampir separuh
kejahatan dengan kekerasan di negara tersebut diakibatkan oleh pengaruh minuman
beralkohol. Lebih dari satu juta pelaku agresi kejahatan yang terdata dipercaya berada
dalam pengaruh alkohol.
Kerugian ekononomi akibat minuman beralkohol sangat luar biasa besarnya, sebagai
contoh di Amerika Serikat biaya yang harus dikeluarkan untuk mengatasi masalah
kesehatan yang berhubungan dengan dampak negatif minuman beralkohol di negara
tersebut mencapai 176 milyar USD (sekitar 1600 triliun rupiah) setiap tahun [baca
Health Care Costs of Alcohol]. Bayangkan, angka ini setara dengan dua kali lipat besar
seluruh pengeluaran APBN negara Indonesia (tahun 2008).
Melihat dampak yang begitu besar,maka kami disini mencoba sedikit mengkaji
mengenai minuman keras ini dari sisi pandangan Islam.
1. B. Perumusan Masalah
Didalam pembuatan makalah ini ada permasalah yang akan ditinjau dan
dijadikan bahan penerangan dalam makalah ini, terdari dari :
Adapun tujuan penulisan makalah yang kami tulis, dalam pembuatan makalah yang
berjudul Minuman Keras sesuai dengan perumusan masalah di atas adalah :
Metode yang digunakan dalam penyusunan makalah ini adalah melakukan studi
kepustakaan sesuai terhadap referensi yang disesuaikan dengan materi yang kami
bahas.
BAB II
PEMBAHASAN
Sebelum datangnya Islam, masyarakat Arab sudah akrab dengan minuman beralkohol
atau disebut juga minuman keras (khamar dalam bahasa arab). Bahkan merurut Dr.
Yusuf Qaradhawi dalam kosakata Arab ada lebih dari 100 kata berbeda untuk
menjelaskan minuman beralkohol. Disamping itu, hampir semua syair/puisi Arab
sebelum datangnya Islam tidak lepas dari pemujaan terhadap minuman beralkohol. Ini
menyiratkan betapa akrabnya masyarakat tersebut dengan kebiasaan mabuk minuman
beralkohol.
Aturan larangan (pengharaman) minuman keras (khamar) berlaku untuk seluruh umat
Islam serta tidak ada perkecualian untuk individu tertentu. Yang dilarang dalam Islam
adalah tindakan meminum khamar itu sendiri, terlepas apakah si peminum tersebut
mabuk atau tidak. Alloh berfirman dalam QS almaidah ayat 90 :
”Setiap yang memabukkan adalah khamr, dan setiap khamr adalah haram”(HR Muslim
dari Ibnu Umar)
”Segala yang memabukkan bila diminum dalam keadaan yang bayak, maka kadarnya
yang sedikit pun haram” (HR. Ibn Majjah melalui Jabir Ibn Abdillah).
Islam bukan tidak mengetahui sisi manfaat khamar, namun dalam pandangan Islam
dampak kerusakan khamr dalam kehidupan manusia jauh lebih besar dari manfaat
yang bisa diperoleh. Hal ini dinyatakan di dalam Al-Quran surat Al Baqarah ayat 219
yang artinya:
“Mereka bertanya kepadamu tentang khamar dan judi. Katakanlah: “Pada keduanya
terdapat dosa yang besar dan beberapa manfaat bagi manusia, tetapi dosa keduanya
lebih besar dari manfaatnya.”
Persentasi penduduk yang tidak peminum alkohol di negara-negara muslim juga jauh
lebih tinggi dibandingkan negara-negara lain di dunia. Sebagai contoh, jumlah
penduduk yang tidak peminum alkohol di Mesir, Indonesia, Pakistan, Saudi Arabia dan
Syiria mencapai lebih dari 90 persen. Sebaliknya, jumlah penduduk yang bukan
peminum alkohol di Denmark, Norwegia, Jerman dan Luxemburg hanya kurang dari 6
persen.
Ini artinya ada korelasi positif antara ajaran Islam dengan rendahnya tingkat konsumsi
minuman beralkohol di negara-negara berpenduduk muslim.
Untuk lebih jelasnya mengenai pengharaman khamr, kita akan mencoba lebih dalam
membahas tafsir QS albaqoroh ayat 219 :
اس َوِإ ْث ُم ُه َمآ َأ ْك َب ُر مِن َّن ْف ِع ِه َما َو َي ْسَئ لُو َن َك َما َذا ُينفِقُونَ ُق ِل ا ْل َع ْف َو َك َذلِ َك
ِ َي ْسَئ لُو َن َك َع ِن ا ْل َخ ْم ِر َوا ْل َم ْيسِ ِر ُقلْ فِي ِه َمآِإ ْث ُمُ َكبِي ُُر َو َم َنافِ ُع لِل َّن
َ
}219{ َت لَ َعلَّ ُك ْم َت َتف َّك ُرون َأل
ِ ُي َب ِّينُ هللاُ لَ ُك ُم ْا َيا
“Mereka bertanya kepadamu tentang khamar dan judi. Katakanlah, ‘Pada keduanya itu
terdapat dosa besar dan beberapa manfaat bagi manusia, tetapi dosa keduanya lebih
besar dari manfaatnya”.
Allah mengabarkan bahwa dosa dan mudharat keduanya serta apa yang diakibatkan
oleh keduanya seperti hilangnya ingatan, harta dan menghalangi dari berdzikir kepada
Allah, dari shalat, (menimbulkan) permusuhan dan saling benci, adalah lebih besar
Didapatkan harta dengan berjual beli khamr atau memperolehnya dengan cara judi atau
kebahagiaan hati saat melakukannya.
Dan penjelasan ini merupakan pencegahan dari kedua perbuatan tersebut, karena
seorang yang berakal akan lebih memilih sesuatu yang kemaslahatannya lebih besar,
dan ia akan menjauhi suatu yang mudharatnya lebih besar. Akan tetapi, ketika mereka
sudah begitu terbiasa dengan kedua perkara tersebut dan sulit untuk meninggalkannya
secara total pada awal-awalnya, maka Allah memulai hal tersebut dengan ayat ini
sebagai pendahuluan menuju kepada pengharaman secara mutlak yang disebutkan
dalam firman-Nya, “Hai orang-orang yang beriman, sesungguhnya (meminum) khamr,
berjudi, (berkorban untuk) berhala, mengundi nasib dengan panah adalah perbuatan
keji yang termasuk perbuatan setan.” (Al-Maidah: 90). Sampai firmanNya, “Berhentilah
kamu (dari mengerjakan pekerjaan itu).” (Al-Maidah:91)
Ini adalah kasih sayang, rahmat dan kebijaksanaanNya. Oleh karena itu, ketika ayat ini
turun, Umar radhiallahu ‘anhu berkata, “Kami berhenti, kami berhenti” ( Diriwayatkan
oleh Imam Ahmad 1/53, Abu Daud 3670, at-Tirmidzi 3049, an-Nasa’I 8/286,
dishahihkan oleh al-Madiny dan at-Tirmidzi, sebagaimana yang disebutkan oleh Ibnu
Katsir dalam tafsirnya 2/87.).
Khamr artinya adalah semua yang memabukkan lagi menghilangkan akal pikiran dan
menutupinya, dari apa pun macamnya. Sedangkan judi adalah segala macam usaha
saling mengalahkan yang di dalamnya terdapat taruhan dari kedua belah pihak seperti
dadu atau catur dan segala macam usaha saling mengalahkan baik perkataan maupun
perbuatan dengan taruhan, tentunya selain dari perlombaan berkuda, unta dan
memanah, karena hal-hal itu semua adalah boleh karena hal-hal tersebut sangat
membantu dalam jihad, karena itulah Allah membolehkannya.
Allah Ta’ala mengharamkan khomr bagi ummat ini dalam empat tahapan yang tertuang
dalam empat ayat, yaitu:
Tahapan pertama, Ayat yang membolehkan, yaitu dalam surat an-Nahl ayat ke-67
yang artinya, ”Dan dari buah korma dan anggur, kamu buat minuman yang
memabukkan dan yang baik. Sesungguhnya pada yang demikian itu benar-benar
tanda (kebesaran Allah) bagi orang yang memikirkan.” (QS. An-Nahl: 67)
Tahapan kedua, Ayat sebagai muqaddimah (permulaan) untuk mengharamkannya.
Yaitu ayat tersebut diatas (surat al-Baqarah : 219)
Tahapan ketiga, Ayat yang melarang minum khomr pada waktu-waktu tertentu
seperti ketika akan sholat. Yaitu terdapat dalam surat an-Nisaa’ : 43, yang
artinya,“Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu shalat, sedang kamu dalam
keadaan mabuk, sehingga kamu mengerti apa yang kamu ucapkan,…” (QS. An-
Nisaa’: 43)
Tahapan keempat, Ayat yang menyatakan haramnya khomr secara mutlaq dan
jelas, sedikit atau banyak, waktu sholat atau di luar sholat. Yaitu terdapat dalam
surat al-Ma’idah ayat ke-90, yang artinya, “Hai orang-orang yang beriman,
sesungguhnya (meminum) khamar, berjudi, ( berkorban untuk ) berhala, mengundi
nasib dengan panah, adalah perbuatan keji termasuk perbuatan syaitan. Maka
jauhilah perbuatan-perbuatan itu agar kamu mendapat keberuntungan“. (QS. Al-
Ma’idah : 90)
Perlu diingat bahwa alkohol hanyalah salah satu bentuk zat kimia. Zat ini juga
digunakan untuk berbagai keperluan lain seperti dalam desinfektans, pembersih,
pelarut, bahan bakar dan sebagai campuran produk-produk kimia lainnya. Untuk
contoh-contoh pemakaian tersebut, maka alkohol tidak bisa dianggap sebagai khamar,
oleh karenanya pemakaiannya tidak dilarang dalam Islam.
Kemudian dijelaskan dalam ayat 4 bahwa yang dimaksud tindakan tercela adalah
Sekarang ada pertanyaan, bagaimana jika ada orang yang mengaku tidak mabuk
walaupun minum minuman keras dalam jumlah yang banyak. Untuk orang seperti itu
apakah dihalalkan (diperbolehkan) untuknya minum minuman keras?
Aturan larangan (pengharaman) minuman keras (khamar) berlaku untuk seluruh umat
Islam serta tidak ada perkecualian untuk individu tertentu. Yang dilarang dalam Islam
adalah tindakan meminum khamar itu sendiri, terlepas apakah si peminum tersebut
mabuk atau tidak. Hal ini cukup jelas dinyatakan dalam surat Al-Maidah ayat 90:
Untuk menjelaskan larangan ini ada sebuah analogi sederhana: Larangan mengemudi
dalam keadaan mabuk diukur berdasarkan jumlah kandungan alkohol di dalam darah,
bukan kondisi mabuk-tidaknya seseorang. Artinya, jika di dalam darah seseorang
terkandung alkohol dalam jumlah yang melebihi batas maka dia dinyatakan melanggar
aturan, terlepas apakah ia mabuk atau tidak.
BAB III
KESIMPULAN
Islam melarang minum minuman keras (khamar) dan peraturan ini berlaku untuk
seluruh umat Islam serta tidak ada perkecualian untuk individu tertentu. Yang dilarang
dalam Islam adalah tindakan meminum khamar itu sendiri, terlepas apakah si peminum
tersebut mabuk atau tidak.
Minuman keras dan alcohol, keduanya identik. Namun sesungguhnya yang dimaksud
dengan khamar di dalam Islam itu tidak selalu merujuk pada alkohol. Yang
disebut khamar adalah segala sesuatu minuman dan makanan yang bisa menyebabkan
mabuk.
Perlu diingat bahwa alkohol hanyalah salah satu bentuk zat kimia. Zat ini juga
digunakan untuk berbagai keperluan lain seperti dalam desinfektans, pembersih,
pelarut, bahan bakar dan sebagai campuran produk-produk kimia lainnya. Untuk
contoh-contoh pemakaian tersebut, maka alkohol tidak bisa dianggap sebagai khamar,
oleh karenanya pemakaiannya tidak dilarang dalam Islam.