Anda di halaman 1dari 8

Jurnal Krisna Law Volume 2, Nomor 2, 2020, 181-188

UPAYA HUKUM BAGI KREDITOR APABILA DEBITOR PAILIT


TIDAK MENGAKUI ATAU MENOLAK TAGIHAN UTANGNYA
(Studi Putusan Nomor 05/Pdt.Sus-Pailit/2016/PN.Niaga.Jkt.Pst)

Prio Wijayanto1, Erna Widjajati2, Yessy Kusumadewi3

Mahasiswa Fakultas Hukum Universitas Krisnadwipayana


1

2, 3
Dosen Pembimbing I dan II Fakultas Hukum Universitas Krisnadwipayana

ABSTRAK
Kewenangan yang diberikan kepada kurator oleh undang-undang kepailitan dan PKPU
dalam suatu rapat verifikasi atau rapat pencocokan tagihan para kreditor sangatlah besar
dalam rapat tersebut debitor pailit tidak mengakui atau menolak tagihan utangnya dengan
alasan tagihan tersebut bukan merupakan suatu tagihan yang sah yang dapat diajukan.
Dalam Pasal 132 ayat (1) UUKPKPU menyebutkan bahwa “Debitor Pailit berhak
membantah atas diterimanya suatu piutang baik seluruhnya maupun sebagian atau
membantah adanya peringkat piutang dengan mengemukakan alasan secara sederhana.”
Pasal 127 ayat (1) menyebutkan bahwa “Dalam hal ada bantahan sedangkan hakim
pengawas tidak dapat mendamaikan kedua belah pihak, sekalipun perselisihan tersebut
telah diajukan ke pengadilan, hakim pengawas memerintahkan kepada kedua belah pihak
untuk menyelesaikan perselisihan tersebut di pengadilan.” Dalam hal ini kreditor PT.
UJKP (dalam pailit) mengajukan upaya hukum renvoi prosedur ke pengadilan terhadap
kurator PT. UJKP untuk menyatakan tagihannya, sehingga putusan pengadilan menjadi
dasar untuk menentukan jumlah tagihan piutang kreditor.

Kata Kunci: upaya hukum, pailit, menolak tagihan utang.

ABSTRACT
The Law of Bankruptcy and Suspension of Obligation for Payment of Debts grants a big
authority for the Curator in a Claims Verification Meeting, wherein such meeting Debtor
can deny or refuse the claims because the claims cannot be accepted. Article 132 section
(1) stated that “The Bankrupt Debtor may deny whole or part of an accepted claim or
the priority right by giving summary explanation”. Article 127 section (1) stated that “If
the Supervisory Judge in the case of a claim dispute, cannot bring the two parties to an
agreement, although the dispute has been referred to court for settlement, the Supervisory
Judge shall order the two parties concerned to settle the dispute before the Court”. In
this case, The Debtor of PT. UJKP (in bankruptcy) puts a legal remedy to the Court upon
the Curator of PT. UJKP (in bankruptcy) to declare the Claim, so that the amount of the
Claims can be settled based on the Court Decision.

Keywords: legal remedy, bankruptcy, deny the accepted claims.

181
UPAYA HUKUM BAGI KREDITOR APABILA DEBITOR PAILIT TIDAK MENGAKUI ATAU MENOLAK TAGIHAN UTANGNYA
(Studi Putusan Nomor 05/Pdt.Sus-Pailit/2016/PN.Niaga.Jkt.Pst)

PENDAHULUAN 37 Tahun 2004 tentang Kepailitan dan


Latar Belakang Penundaan Kewajiban Pembayaran Utang,
Utang dalam dunia usaha adalah suatu Penggantian Undang-Undang Nomor 4
hal yang biasa dilakukan oleh pelaku usaha Tahun 1998 menjadi Undang-Undang
perorangan maupun perusahaan. Para Nomor 37 Tahun 2004 sangat penting,
pelaku usaha yang masih dapat membayar karena sudah dianggap tidak sesuai lagi
kembali utang-utangnya biasa disebut dengan perkembangan zaman.2
pelaku usaha yang “solvable”, artinya Berdasarkan Undang-Undang Nomor
pelaku usaha yang mampu membayar 37 Tahun 2004 tentang Kepailitan dan
utang-utangnya. Sebaliknya pelaku usaha Penundaan Kewajiban Pembayaran Utang
yang sudah tidak dapat membayar utang- (selanjutnya disebut UUKPKPU) Pasal 2
utangnya disebut “insolvable”, artinya ayat (1) jo. Pasal 8 ayat (4) menyatakan
tidak mampu membayar. debitor atau pelaku usaha dapat dinyatakan
Para kreditor yang mengetahui bahwa pailit secara hukum apabila secara
debitor tidak mampu lagi membayar sederhana terbukti memiliki dua atau
utang-utangnya akan berlomba untuk lebih kreditor dan tidak membayar lunas
terlebih dahulu mendapatkan pembayaran sedikitnya satu utang yang telah jatuh
piutangnya dengan cara memaksa debitor tempo dan dapat ditagih.
untuk menyerahkan barang-barangnya. Penerapan pembuktian sederhana
Debitor dapat juga melakukan perbuatan tidak hanya diterapkan dalam suatu perkara
yang hanya menguntungkan satu orang atau permohonan kepailitan saja akan tetapi
beberapa orang kreditornya dan merugikan penerapan pembuktian secara sederhana
pihak lainnya. juga diterapkan dalam suatu perkara
Tindakan kreditor atau perlakuan bantahan (renvoi prosedur) dalam proses
debitor yang demikian itu akan menciptakan verifikasi setelah dijatuhkannya putusan
ketidakpastian bagi kreditor lain yang pailit. Dalam suatu proses verifikasi
beritikad baik yang tidak ikut mengambil adakalanya tagihan-tagihan yang diajukan
barang-barang debitor sebagai pelunasan kepada kurator tidak diakui atau dibantah
piutangnya. Piutang kreditor yang beritikad kebenarannya oleh debitor, tagihan yang
baik acapkali tidak terjamin pelunasannya. tidak diakui ini dikenal sebagai bantahan
Tindakan tersebut merupakan perlakuan atau renvoi prosedur.
tidak adil oleh debitor terhadap kreditornya. Dalam Pasal 132 ayat (1) UUKPKPU
Keadaan seperti ini sesungguhnya dapat menyebutkan:
dicegah melalui lembaga kepailitan.1 “Debitor pailit berhak membantah
Semakin berkembangnya masalah atas diterimanya suatu piutang baik
kepailitan dan utang-piutang dalam seluruhnya maupun sebagian atau
masyarakat, maka dalam rangka membantah adanya peringkat piutang
pembangunan hukum nasional berdasarkan dengan mengemukakan alasan secara
Pancasila dan Undang-Undang Dasar sederhana.”3
Negara Republik Indonesia Tahun 1945, Pasal 127 ayat (1) menyebutkan:
pemerintah berpendapat perlu untuk “Dalam hal ada bantahan sedangkan
menerbitkan undang-undang yang Hakim Pengawas tidak dapat
baru, yaitu Undang-Undang Nomor mendamaikan kedua belah pihak,

1. Rahayu Hartini, Penyelesaian Sengketa Kepailitan di Indonesia, (Jakarta: Kencana, 2009) hlm. 65.
2. Bernadete Waluyo, Hukum Kepailitan dan Penundaan Pembayaran Utang, cetakan ke-1, (Bandung: Mandar
Maju, 1999) hlm. 5.
3. Undang-Undang Nomor 37 Tahun 2004 tentang Kepailitan dan Penundaan Kewajiban Pembayaran Utang (LN
No. 131 Tahun 2004, TLN No. 4443) Pasal 132 ayat (1).

182
Jurnal Krisna Law Volume 2, Nomor 2, 2020, 181-188

sekalipun perselisihan tersebut telah PT. UJKP (dalam pailit) sebagai Termohon,
diajukan ke Pengadilan, Hakim 3) Sdr. LKH (debitor pailit) selaku Direktur
Pengawas memerintahkan kepada PT. UJKP (dalam pailit), dan 4) Sdri. CH
kedua belah pihak untuk menyelesaikan selaku salah satu Pemegang Saham PT.
perselisihan tersebut di Pengadilan.”4 UJKP
Sehingga putusan pengadilan menjadi Kronologi Kasus
dasar untuk menentukan jumlah tagihan Dalam putusan Pengadilan Niaga
piutang kreditor. pada Pengadilan Negeri Jakarta Pusat
Rumusan Masalah Nomor 05/Pdt.Sus-Pailit/2016/PN.Niaga.
Berdasarkan latar belakang di atas, Jkt.Pst, Sdr. HT selaku Kreditor PT. UJKP
bahwa yang menjadi rumusan masalah (dalam pailit) melalui kuasa hukum dengan
adalah sebagai berikut: (1) Bagaimana surat permohonannya tanggal 23 Agustus
ketentuan hukum mengenai penagihan 2016 yang diterima dan didaftarkan di
utang kepada debitor pailit dan (2) kepaniteraan Pengadilan Niaga pada
Bagaimanakah upaya hukum bagi kreditor Pengadilan Negeri Jakarta Pusat tanggal
apabila debitor pailit tidak mengakui atau 25 Agustus 2016, telah mengajukan
menolak tagihan utangnya dalam putusan permohonan renvoi prosedur terhadap
Nomor 05/Pdt.Sus-Pailit/2016/PN.Niaga. penolakan piutang kreditor oleh debitor
Jkt.Pst. pailit yaitu sebagai berikut:
Tujuan Penelitian 1. Bahwa terdapat tagihan yang
Tujuan yang hendak dicapai pada ditransfer kepada rekening atas nama
penelitian ini adalah untuk mengetahui Sdri. CH sesuai dengan perintah
bagaimana ketentuan hukum mengenai pemegang saham PT. UJKP sebesar
penagihan utang kepada debitor pailit Rp500.000.000,00 (lima ratus juta
dan untuk menjelaskan bagaimana upaya rupiah);
hukum bagi kreditor apabila debitor pailit 2. Bahwa pentransferan tersebut
tidak mengakui atau menolak tagihan dilakukan dalam 3 (tiga) tahap yaitu:
utangnya dalam putusan Nomor 05/Pdt. a. Tanggal 24/6/2015 sebesar
Sus-Pailit/2016/PN.Niaga.Jkt.Pst. Rp200.000.000,00 (dua ratus juta
Metode Penelitian rupiah) kepada rekening BCA atas
Metode pendekatan yang akan nama Sdri. CH dengan no. rekening
penulis gunakan adalah pendekatan 1681xxxxxx;
yuridis normatif atau yang disebut dengan b. Tanggal 3/7/2015 sebesar
penelitian kepustakaan, yaitu penelitian Rp200.000.000,00 (dua ratus juta
yang diteliti adalah bahan pustaka tersebut rupiah) kepada rekening BCA atas
meliputi bahan hukum primer, bahan nama Sdri. CH dengan no. rekening
hukum sekunder, dan bahan hukum tersier. 1681xxxxxx;
c. Tanggal 8/7/2015 sebesar
PEMBAHASAN Rp100.000.000,00 (seratus juta
Para Pihak rupiah) kepada rekening BCA atas
Dalam putusan Nomor 05/Pdt. nama Sdri. CH dengan no. rekening
Sus-Pailit/2016/PN.Niaga.Jkt.Pst, para 1681xxxxxx.
pihak yang berperkara dalam pengurusan 3. Bahwa tagihan tersebut bukanlah
kepailitan PT. UJKP yaitu sebagai berikut: dikirimkan kepada rekening PT. UJKP
1) Sdr. HT selaku Kreditor Pailit PT. UJKP (dalam pailit) melainkan kepada
sebagai Pemohon, 2) Sdr. T selaku Kurator rekening pribadi Sdri. CH;

4. Ibid., Pasal 127 ayat (1).

183
UPAYA HUKUM BAGI KREDITOR APABILA DEBITOR PAILIT TIDAK MENGAKUI ATAU MENOLAK TAGIHAN UTANGNYA
(Studi Putusan Nomor 05/Pdt.Sus-Pailit/2016/PN.Niaga.Jkt.Pst)

4. Bahwa menurut Pemohon Sdr. HT pribadi ke Sdr. LKH yang diterima


seharusnya tagihan tersebut tidak oleh CH sebesar Rp500.000.000,00
dimasukan ke dalam bundel pailit (lima ratus juta rupiah) sedangkan
atau terpisah dan menjadi hutang menurut Sdr. LKH hutangnya
perseorangan; sejumlah Rp1.000.000.000,00 (satu
5. bahwa sebelum Pemohon pailit miliar rupiah) merupakan hutang PT.
diajukan kepada Pengadilan Niaga UJKP (dalam pailit) sebenarnya tidak
Jakarta Pusat, sesuai dengan informasi ada hutang pribadi (tidak displit);
yang didapatkan telah terjadi 2. Bahwa permasalahan tersebut di atas
perubahan pemegang saham sebelum kurator sudah upayakan mediasi di
permohonan pailit diajukan; dan kantor kurator namun tetap tidak ada
6. Bahwa pada saat permohonan pailit titik temu dan sebagaimana pendapat
diajukan Sdri. CH bukanlah pemegang hakim pengawas dalam rapat verifikasi
saham PT. UJKP (dalam pailit). supaya kreditor mengajukan upaya
Berdasarkan penjelasan Pemohon di hukum tersendiri di luar kepailitan,
atas maka dapat terlihat bahwa debitor begitu juga yang kurator sampaikan
pailit memiliki itikad tidak baik, yaitu untuk pada kedua belah pihak;
menghindari membayar hutang dengan 3. Bahwa mengenai daftar tagihan
menggunakan putusan pailit. Maka dari kreditor pailit PT. UJKP yang di
penjelasan Pemohon yang telah diuraikan verifikasi tanggal 30 Mei 2016, belum
di atas, pemohon memohon kepada Ketua diakui dan disahkan oleh debitor pailit
Pengadilan Jakarta Pusat c/q Majelis maupun hakim pengawas; dan
Hakim untuk melakukan koreksi atau 4. Bahwa apabila ada bantahan hutang
renvoi prosedur terhadap putusan pailit piutang dalam kepailitan bila tidak ada
Nomor 05/Pdt.Sus-Pailit/2016/PN.Niaga. kesepakatan yang dicapai dan untuk
Jkt.Pst tanggal 13 april 2016 dan berkenaan membatalkan putusan pailit harus
untuk memutuskan sebagai berikut: dengan gugatan perdata ke pengadilan
1. Menerima permohonan renvoi negeri apabila putusan pailit sudah
prosedur untuk seluruhnya; inkracht bukan dengan permohonan
2. Menyatakan tagihan atas nama CH seperti yang Pemohon ajukan.
dikeluarkan dari bundel pailit dan Berdasarkan hal-hal tersebut di atas
menjadi hutang perseorangan; dan dengan ini Termohon mohon kepada ketua
3. Membatalkan Putusan Pailit Nomor majelis hakim yang memeriksa perkara
05/Pdt.Sus-Pailit/2016/PN.Niaga.Jkt. ini berkenan untuk memutuskan hal-hal
Pst tanggal 13 April 2016. sebagai berikut:
Bahwa terhadap permohonan Pemohon 1. Menolak permohonan Pemohon untuk
Sdr. HT selaku kreditor PT. UJKP (dalam seluruhnya;
pailit), Termohon Sdr. T selaku Kurator 2. Menyatakan permohonan
dalam kepailitan PT. UJKP mengajukan Pemohon tidak dapat diterima (niet
tanggapan pada pokoknya sebagai berikut: ontvankeliijke); dan
1. Bahwa pada rapat verifikasi tanggal 3. Menyatakan permohonan Pemohon
30 Mei 2016 tidak terjadi kecocokan tidak jelas (obscure libel).
tagihan Sdr. HT selaku kreditor Pertimbangan Majelis Hakim
dengan Sdr. LKH (debitor) selaku Bahwa apakah CH sebagai salah satu
Direktur PT. UJKP (dalam pailit) pemegang saham PT. UJKP (dalam pailit)
masing-masing menurut Sdr. HT mempunyai kewenangan mewakili PT
tagihannya pada bundel pailit PT. tersebut untuk melakukan peminjaman
UJKP sejumlah Rp5.000.000.000,00 uang yang menjadi beban utang PT.
(lima ratus juta rupiah) dan tagihan UJKP kepada Pemohon tersebut? Bahwa

184
Jurnal Krisna Law Volume 2, Nomor 2, 2020, 181-188

ketentuan Pasal 98 ayat (1) Undang- Analisis


Undang Nomor 40 Tahun 2007 tentang Dalam putusan Nomor 05/Pdt.Sus-
Perseroan Terbatas menyebutkan “Direksi Pailit/2016/PN.Niaga.Jkt.Pst analisa
mewakili perseroan baik di dalam maupun penulis bahwa kreditor Sdr. HT dalam
di luar pengadilan”5 yang hal tersebut pengajuan tagihan terhadap utang debitor
sejalan dengan Pasal 11 ayat (3) anggaran pailit telah sesuai ketentuan (Pasal
dasar pendirian perseroan terbatas PT. 115 UUKPKPU) dengan mengajukan
UNJKP (dalam pailit) yang menyebutkan tagihan piutangnya kepada kurator PT.
“Direksi berhak mewakili perseroan di UJKP (dalam pailit) sebelum batas akhir
dalam dan di luar pengadilan tentang pengajuan tagihan yang telah ditetapkan
segala hal dan dalam segala kejadian, oleh hakim pengawas, dan penulis setuju
mengikat perseroan dengan pihak terhadap putusan majelis hakim.
Pengadilan niaga pada Pengadilan
lain dan pihak lain dengan perseroan,
Negeri Jakarta Pusat telah mengabulkan
serta menjalankan segala tindakan
permohonan renvoi prosedur pemohon
baik yang mengenai kepengurusan
dan menyatakan tagihan pemohon kepada
maupun kepemilikan, dengan
PT. UJKP (debitor dalam pailit) sebesar
pembatasan bahwa untuk meminjam
Rp500.000.000,00 (lima ratus juta rupiah),
atau meminjamkan uang atas nama putusan pengadilan tersebut menjadi dasar
perseroan harus dengan persetujuan untuk menentukan jumlah tagihan piutang
komisaris.” kreditor.
Bahwa dari pertimbangan tersebut Debitor pailit berhak membantah atas
maka oleh karena CH bukan merupakan diterimanya suatu piutang baik seluruhnya
direksi atau komisaris, tetapi hanya sebagai maupun sebagian atau membantah adanya
salah satu pemegang saham dari PT. UJKP peringkat piutang dengan mengemukakan
maka CH tidak mempunyai kewenangan alasan secara sederhana, bantahan yang
untuk mewakili PT. UJKP dan peminjaman tidak menyebutkan alasan atau bantahan
uang yang dilakukan oleh CH kepada yang tidak ditujukan terhadap seluruh
Pemohon sejumlah Rp500.000.000,00 piutang tetapi tidak menyatakan dengan
(lima ratus juta rupiah) merupakan tegas bagian yang diakui atau bagian
tanggung jawab hutang pribadi CH dan yang dibantah, tidak dianggap sebagai
tidak dapat ditagihkan hutang tersebut suatu bantahan (Pasal 132 UUKPKPU),
kepada PT. UJKP (debitor dalam pailit); kurator wajib memasukan piutang yang
Putusan Hakim disetujuinya ke dalam suatu daftar
1. Mengabulkan permohonan renvoi piutang yang sementara diakui, sedangkan
prosedur Pemohon untuk seluruhnya; piutang yang dibantah termasuk alasannya
2. Menyatakan tagihan Pemohon kepada dimasukan ke dalam daftar tersendiri
PT. UJKP (debitor dalam pailit) (Pasal 117 UUKPKPU).
sebesar Rp500.000.000,00 (lima ratus Undang-Undang Nomor 37 Tahun
juta rupiah); dan 2004 tentang Kepailitan dan Penundaan
3. Menghukum Termohon untuk Kewajiban Pembayaran Utang (PKPU)
membayar biaya perkara yang memang telah mengatur beberapa
permasalahan yang kemungkinan terjadi
sampai hari ini ditetapkan sejumlah
dalam pengurusan dan pemberesan harta
Rp916.000,00 (sembilan ratus enam
pailit, seperti upaya hukum bagi kreditor
belas ribu rupiah).
apabila debitor pailit tidak mengakui atau

5. Undang-Undang Nomor 40 Tahun 2007 tentang Perseroan Terbatas (LN No. 106 Tahun 2007, TLN No. 4756)
Pasal 98 ayat (1).

185
UPAYA HUKUM BAGI KREDITOR APABILA DEBITOR PAILIT TIDAK MENGAKUI ATAU MENOLAK TAGIHAN UTANGNYA
(Studi Putusan Nomor 05/Pdt.Sus-Pailit/2016/PN.Niaga.Jkt.Pst)

menolak tagihan utangnya yaitu diatur Dalam penanganan perkara


pada ketentuan dalam Pasal 127 ayat (1) kepailitan dan penundaan kewajiban
menyatakan: pembayaran utang, Mahkamah Agung
“Dalam hal ada bantahan sedangkan Republik Indonesia mengeluarkan Surat
Hakim Pengawas tidak dapat Edaran Nomor 2 Tahun 2016 tentang
mendamaikan kedua belah pihak, Peningkatan Efisiensi dan Transparansi
sekalipun perselisihan tersebut Penanganan Perkara Kepailitan dan
telah di ajukan ke pengadilan, Penundaan Kewajiban Pembayaran Utang
Hakim Pengawas memerintahkan di Pengadilan, dalam Undang-Undang
kepada kedua belah pihak untuk Nomor 37 Tahun 2004 tentang Kepailitan
menyelesaikan perselisihan tersebut dan Penundaan Kewajiban Pembayaran
di pengadilan.”6 Utang bertujuan untuk menjamin kepastian,
Dalam perkara renvoi prosedur ketertiban, penegakan dan perlindungan
tentang debitor Pailit tidak mengakui atau hukum guna mendukung pertumbuhan dan
menolak tagihan utangnya dalam putusan perkembangan perekonomian Nasional.
Nomor 05/Pdt.Sus-Pailit/2016/PN.Niaga.
Jkt.Pst tersebut yang telah diputus oleh PENUTUP
majelis hakim, debitor pailit tidak dapat Berdasarkan pembahasan di atas
menyanggah/menolak lagi tagihan maka dapat disimpulkan bahwa: Pertama,
utangnya dan kurator memasukan jumlah kreditor dapat melakukan penagihan
tagihan yang telah ditentukan dalam utang kepada debitor pailit dengan
putusan majelis hakim ke dalam daftar menyerahkan piutangnya kepada kurator
tagihan kreditor yang diakui dan disahkan, disertai perhitungan atau keterangan
kecuali debitor pailit mengajukan upaya tertulis lainnya yang menunjukkan sifat
hukum kasasi dan Peninjauan Kembali dan jumlah piutang, dengan surat bukti
(PK). atau salinannya, dan suatu pernyataan ada
Adapun upaya hukum yang atau tidaknya kreditor mempunyai suatu
dapat diajukan terhadap putusan atas hak istimewa, hak gadai, jaminan fidusia,
permohonan pernyataan pailit adalah hak tanggungan, hipotek, hak agunan atas
kasasi ke mahkamah agung, diajukan kebendaan lainnya, atau hak untuk menahan
paling lambat 8 (delapan) hari setelah benda. atas penyerahan piutang kreditor
tanggal putusan yang dimohonkan kasasi kepada kurator dengan meminta tanda
diucapkan, dengan mendaftarkan kepada terima dari kurator (Pasal 115 UUKPKPU),
panitera pengadilan yang telah memutus adapun piutang yang terlambat diajukan
permohonan pernyataan pailit (Pasal 11), oleh kreditor setelah batas akhir pengajuan
dan terhadap putusan atas permohonan tagihan dapat dimasukan paling lambat 2
pernyataan pailit yang telah memperoleh (dua) hari sebelum hari diadakannya rapat
kekuatan hukum tetap, dapat diajukan PK pencocokan piutang, wajib dicocokkan
ke mahkamah agung (Pasal 14) dilakukan apabila ada permintaan yang diajukan
dalam jangka waktu paling lambat 180 dalam rapat dan tidak ada keberatan, baik
(seratus delapan puluh) hari setelah tanggal yang diajukan oleh kurator maupun oleh
putusan yang dimohonkan PK memperoleh salah seorang kreditor yang hadir dalam
kekuatan hukum tetap (Pasal 296 ayat rapat (Pasal 133 UUKPKPU).
(1) Undang-Undang Nomor 37 Tahun Kedua, upaya hukum yang dilakukan
2004 tentang Kepailitan dan Penundaan oleh kreditor apabila debitor pailit tidak
Kewajiban Pembayaran Utang (PKPU). mengakui atau menolak tagihan utangnya

6. Undang-Undang Nomor 37 Tahun 2004 tentang Kepailitan dan Penundaan Kewajiban Pembayaran Utang (LN
No. 131 Tahun 2004, TLN No. 4443) Pasal 127 ayat (1).

186
Jurnal Krisna Law Volume 2, Nomor 2, 2020, 181-188

dapat menyelesaikan perselisihan tersebut


dengan mengajukan permohonan ke
pengadilan dan yang mewakili para pihak
harus advokat (Pasal 127 UUKPKPU).

DAFTAR PUSTAKA
Buku
Hartini, Rahayu. Penyelesaian Sengketa
Kepailitan di Indonesia. Jakarta:
Kencana. 2009.
Waluyo, Bernadete. Hukum Kepailitan
dan Penundaan Pembayaran Utang.
cetakan ke-1. Bandung: Mandar Maju.
1999.
Peraturan Perundang-Undangan
Undang-Undang Nomor 40 Tahun 2007
tentang Perseroan Terbatas (LN No.
106 Tahun 2007, TLN No. 4756)
Undang-Undang Nomor 37 Tahun 2004
tentang Kepailitan dan Penundaan
Kewajiban Pembayaran Utang (LN
No. 131 Tahun 2004, TLN No. 4443)

187
UPAYA HUKUM BAGI KREDITOR APABILA DEBITOR PAILIT TIDAK MENGAKUI ATAU MENOLAK TAGIHAN UTANGNYA
(Studi Putusan Nomor 05/Pdt.Sus-Pailit/2016/PN.Niaga.Jkt.Pst)

HALAMAN KOSONG

188

Anda mungkin juga menyukai