Sebagai makhluk sosial, tentu saja manusia membutuhkan pendidikan
yang di lakukan agar membentukpribadi yang lebih baik. Oleh karena itu, pendidikan bisa dikatakan juga sebagai suatu kebutuhan primer, yang berarti kebutuhan yang harus dimiliki oleh manusia sejak ia lahir sampai ke liang kubur. Pendidikan menjadi pedoman bagi setiap individu untuk menjalani hidup yang lebih baik kedepannya. Menurut Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 20 Tahun 2003 Tentang Sistem Pendidikan Nasional pasal 1(1) “Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa dan negara. Pendidikan adalah faktor yang sangat penting bagi kehidupan. Dengan adanya pendidikan, kita diharapkan dapat mengembangkan pengetahuan, keterampilan, dan kreativitas yang dimiliki. Keberhasilan di bidang pendidikan sangat ditentukan oleh proses belajar mengajar. Pentingnya pendidikan bagi generasi muda tidak hanya memberikan informasi dan memperdalam ilmu pengetahuan. Namun, pendidikan sekolah juga dapat membangun karakter pada diri generasi muda. Pendidikan karakter sendiri termasuk aspek yang penting, karena mengajarkan norma keagamaan, kesopanan, serta norma norma lainnya. Pada tingkat sekolah dasar, siswa sangat perlu bimbingan untuk di arahkan dan dikembangkan ke arah perkembangan yang bersifat kompleks. Pendidikan di sekolah dasar lebih mengarahkan dan lebih banyak memotivasi siswa untuk belajar. Hal ini didasari karena siswa sekolah dasar merupakan anak yang unik dan perlu perhatian maka perlu lebih banyak pengawasan lagi. Berdasarkan amanat Undang-undang Dasar 1945, pengertian pendidikan di sekolah dasar merupakan upaya untuk mencerdaskan dan mencetak kehidupan bangsa yang bertaqwa, cinta dan bangga terhadap bangsa dan negara, terampil, kreatif, berbudi pekerti yang santun serta mampu menyelesaikan permasalahan di lingkungannya. Pendidikan di sekolah dasar merupakan pendidikan anak yang umumnya berkisar antara umur 6-7 sampai dengan 12-13 tahun. Pengalaman yang diperoleh anak dari lingkungan akan memengaruhi kehidupan anak di masa yang akan datang. Itulah mengapa, diperlukan upaya yang bisa membantu anak dalam memfasilitasi masa tumbuh kembangnya. Hal yang bisa dilakukan dapat berupa kegiatan pendidikan dan pembelajaran sesuai dengan usia, kebutuhan serta minat anak. Dari pembelajaran inilah kita bisa mengupayakan perkembangan peserta didik agar lebih optimal. Oleh karena itu, pembelajaran menjadi salah satu bagian terpenting dalam proses pendidikan. Dalam pembelajaran terjadi interaksi antara peserta didik dan pendidik. Pembelajaran tidak hanya dilaksanak begitu saja, ada yang namanya pembelajaran efektif. Pembelajaran yang efektif dapat didefinisikan sebagai pembelajaran yang berhasil mencapai tujuan belajar peserta didik sebagaimana yang diharapkan oleh guru. Model pembelajaran efektif, mencakup empat hal pokok, yaitu: 1) kualitas pembelajaran, 2) tingkat pembelajaran yang memadai, 3) ganjaran dan 4) waktu. Sekolah dasar biasa disebut sebagai pusat pendidikan. Proses pembelajaran berlaku untuk di kelas maupun di luar kelas. Pembelajaran dikatakan menyenangkan apabila di dalamnya terdapat suasana yang rileks, bebas dari tekanan, aman, menarik, bangkitnya minat belajar, adanya keterlibatan penuh, perhatian peserta didik tercurah, lingkungan belajar yang menarik, bersemangat, perasaan gembira, konsentrasi tinggi. Pasal 34 Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional menetapkan bahwa Pemerintah dan pemerintah daerah menjamin terselenggaranya program wajib belajar minimal pada jenjang pendidikan dasar tanpa memungut biaya. Sebagai sebuah pendidikan yang berbasis formal, pendidikan sekolah dasar tentu mencerminkan karakter dan budaya bangsa yang kemudian di tetapkan dalam sebuah kurikulum. Dari kurikulum inilah roda pendidikan dipacu serta dijalankan. Satuan pendidikan, potensi daerah/karakteristik daerah, sosial budaya masyarakat setempat merupakan acuan untuk pengembangan pendidikan di tingkat dasar. Disinilah siswa mempelajari berbagai bidang studi, dimana siswa dituntut untuk menguasai semua bidang studi. Dalam pelaksanaannya, ada beberapa materi atau mata pelajaran yang diberikan kepada siswa sekolah dasar. Antara lain ada pendidikan agama yang diberikan sesuai dengan agama dan kepercayaan mmasing-masing. Ada pendidikan kewarganegaraan, bahasa Indonesia, IPA, IPS, matematika,, bahasa inggris, pendidikan jasmani, olahraga dan kesehatan, seni budaya dan kerajinan, serta muatan lokal yang disesuaikan dengan daerah masing-masing seperti bahasa daerah, dan baca tulis alquran untuk sekolah madrasah. Pendidikan seni bertujuan untuk memberikan pengalamn estetik kepada peserta didik yang bersifat universal. Akan tetapi, meskipun bersifat universal, pendidikan seni tetap memiliki kekhasannya masing-masing di setiap Negara. Begitu juga dengan Indonesia. Hal ini dikarenakan, dalam pelaksanaannya tidak dapat lepas dari pengaruh lingkungan sosial-budaya, maupun kondisi alamnya. Seiring perkembangan zaman, seni dan budaya terus terkikis. Banyak generasi muda yang tidak peduli tentang pentingnya seni budaya bagi generasi penerus bangsa kelak. Nilai seni dalam diri seorang anak bisa saja menjadi luntur saat sudah memasuki usia sekolah dasar. Hal ini banyak terjadi di Indonesia. Salah satu alasan yang mendasari adalah banyaknya orang tua peserta didik bahkan pengajar lebih menekankan anak untuk tumbuh dan berkembang dengan prestasi akdemik sehingga mengabaikan prestasi seni pesrta didik. Kurangnya tenaga pendidik di bidang seni juga bisa menjadi faktor yang mempengaruhinya. Dalam pertumbuhan dan perkembangan seorang anak, harusnya orang tua tidak memaksakan kecerdasan dalam bidang prestasi akademik saja. Kecerdasan setiap anak sudah pasti berbeda-beda. Salah satunya dalam bidang seni. Orang tua dan pendidik diharapkan dapat membimbing untuk mengembangkan potensi yang dimiliki peserta didik. Di tingkat sekolah dasar seni budaya dan keterampilan adalah contoh pelaksanaan pendidikan seni. Seni Budaya dan Keterampilan mencangkup Seni Rupa, Seni Musik, Seni Tari, Seni Drama dan Seni Keterampilan. Seni rupa mencakup pengetahuan, keterampilan, dan nilai dalam menghasilkan karya seni berupa lukisan, patung, ukiran, cetak-mencetak, dan sebagainya. Seni music mencakup kemampuan untuk menguasai olah vokal, memainkan alat musik, apresiasi karya musik. Seni tari mencakup keterampilan gerak berdasarkan olah tubuh dengan dan tanpa rangsangan bunyi, apresiasi terhadap gerak tari. Seni drama mencakup keterampilan pementasan dengan memadukan seni musik, seni tari dan peran. Keterampilan mencakup segala aspek kecakapan hidup yang meliputi keterampilan personal, keterampilan sosial, keterampilan vokasional dan keterampilan akademik. Desyandri,2008; mengemukakan bahwa Pendidikan Seni Budaya dan Keterampilan memiliki peran terhadap pembentukan kepribadian siswa yang harmonis dengan memperhatikan kebutuhan perkembangan siswa dalam mencapai multikecerdasan yang terdiri atas kecerdasan intrapersonal, visual spasial, musikal, linguistik, logik matematik, naturalis serta kecerdasan adversitas, kecerdasan kreativitas, kecerdasan spiritual dan moral, dan kecerdasan emosional. Melalui pendidikan seni siswa bisa mengembangkan kreatifitas dan bakat seni yang dimiliki. Pada peserta didik, pendidikan seni berperan dalam pembentukan kepribadian yang harmonis dengan memperhatikan kebutuhan perkembangan anak dalam mencapai multi kecerdasan. Melalui pendidikan seni, ungkapan perasaan seseorang dapat dituangkan sebagai sebuah kreasi dalam bentuk seni seperti sastra, seni visual, drama, tari, dan musik. Karya-karya seperti itulah yang mengandung unsur keindahan dan dapat mempengaruhi perasaan orang lain. Pendidikan seni bertujuan agar siswa mempunyai pengalaman dalam berkarya, pengalaman dalam menciptakan konsep karya, pengalaman dalam hal estetika, dan pengalaman untuk merasakan fungsi pendidikan seni bagi kehidupan. Pendidikan seni pada kurikulum pembelajaran di sekolah bertujuan untuk membentuk karakter peserta didik menjadi manusia yang memiliki rasa seni dan pemahaman budaya. Pembelajaran seni juga bertujuan agar anak dapat dan mampu menciptakan sesuatu berdasarkan hasil imajinasinya, memiliki kepekaan yang tinggi, dan dapat menghargai atau mengapresiasi karya orang lain dengan cara kreatif. Kekreatifan sangat berhubungan erat dengan pembelajaran seni. Kreativitas identik dengan penemuan, penciptaan, pembaruan yang divisualisasikan dalam sebuah komposisi karya seni rupa. Kekreatifan yang dimiliki seseorang berbeda-beda, demikian juga halnya dengan peserta didik. Pendidikan seni rupa adalah sarana untuk mengembangkan kekrearifan yang dimiliki oleh peserta didik. Upaya pengembangan kreativitas yang dimiliki oleh peserta didik, juiga harus sejalan dengan kemampuan kreatif yang dimiliki. Kreativitas perlu dikembangkan agar memberikan pemahaman dan pengalaman yang luas. Selain itu, juga dapat mngembangkan keluwesan, kelancaran, dan orisinalitas. Dalam seni rupa, peserta didik diajarkan beragam kegiatan praktik seni rupa yang dapat di gunakan untuk mengembangkan kekreatifannya. Dalam hal ini tentu saja di kenal juga karya dua dimensi dan tiga dimensi. Praktik seni rupa biasa juga disebut sebagai studio seni rupa yang dilaksanakan melalui berbagai kegiatan kesenian. Diantaranya adalah menggambar, melukis, mencetak, menempel, menggunting dan melipat, membentuk, dan masih bmanyak kegiatan seni lainnya. Untuk melatih kekreatifan peserta didik di antaranya dengan melakukan eksplorasi dengan berbagai media dan kegiatan. Salah satu kegiatan pembelajaran yang di maksud adalah membentuk. Hal itu berkaitan dengan kegiatan kurikulum. Kegiatan tersebut diantaranya dengan menciptakan berbagai bentuk menggunakan plastisin. Daya pikir anak dapat dilatih dengan media plastisin. Anak dapat mengeksplorasi dan mencari informasi tentang segala sesuatu yang belum mereka ketahui. Anak-anak dapat mengekspresikan kreativitas mereka dengan menemukan serta membuat gaya-gaya unik dari cara berekspresi masing-masing. Setiap hasil karya bermain dengan plastisin akan berbeda dari satu anak dan lainnya. Sama halnya dengan perbedaan dalam penampilan maupun kepribadiannya masing-masing anak. Bermain dengan plastisin memberikan banyak kesempatan bagi anak-anak untuk mendapatkan pengalaman kreatif. Dengan plastisin, anak dapat meremas, memijit, memilin, dan menempel bahan tersebut. Kegiatan membentuk plastisin merupakan kegiatan untuk melatih motorik halus anak yang mempunyai peranan penting dalam pengembangan seni rupa. Kegiatan motorik merupakan gerakan yang melibatkan bagian-bagian tubuh tertentu yang dilakukan oleh otot-otot kecil. Membentuk relief plastisin dalam pembelajaran seni rupa, dapat melatih motorik halus anak dan mengembangkan kreativitas anak. Membentuk relief plastisin dapat dijadikan sebagai pembelajaran untuk anak kelas 2 SD. Pada usia ini anak-anak sudah semakin terbiasa dengan rutinitas dan aktivitas sekolah. Perkembangan motorik kasar sudah hampir berkembang sempurna.Kemampuan motorik halus anak juga umumnya terlihat sudah semakin terasah di usia tersebut, sehingga terlihat lebih berhati-hati dan mandiri. Pemilihan metode adalah hal yang sangat penting untuk diperhatikan dalam pelaksanaan pembelajaran. Dalam pembelajaran seni rupa metode-metode yang umum digunakan dalam pembelajaran adalah metode ceramah, demonstrasi, belajar partisipasi, diskusi, tugas, latihan, kerja kelompok, atau yang khas seni rupa seperti metode ekspresi bebas, kerja kelompok, kerja kreatif, global, meniru/ mencontoh. Pembelajaran membentuk plastisin ini menggunakan metode ekspresi karena metode ekspresi baik digunakan untuk latihan pengembangan keterampilan motorik dan naluri anak-anak belajar dengan metode ekspresi. Peserta didik dapat membuat bentuk sesuai dengan imajinasinya. Hal ini dilakukan agar peserta didik tidak merasa dibatasi dalam berkarya.