DISUSUN OLEH :
i
LEMBAR PENGESAHAN
LAPORAN PRAKTIKUM ILMU UKUR TAMBANG
Disusun Oleh :
Kelompok 2
MENGETAHUI
Staf Asisten Pembimbing
Praktikum Ilmu Ukur Tambang
MENYETUJUI
Dosen Pembimbing Mata Kuliah Praktikum Ilmu Ukur Tambang
Jurusan Teknik Pertambangan
Fakultas Teknologi Mineral Dan Kelautan
Institut Teknologi Adhi Tama Surabaya
ii
KATA PENGANTAR
Kelompok 2
iii
DAFTAR ISI
BAB I PENDAHULUAN............................................................................. 1
1.1 Latar Belakang............................................................................. 1
1.2 Tujuan Praktikum........................................................................ 3
1.3 Manfaat Praktikum...................................................................... 3
1.4 Metodelogi................................................................................... 3
1.5 Diagram Alir................................................................................ 5
1.6 Peralatan Praktikum..................................................................... 5
iv
BAB III HASIL PENELITIAN...................................................................... 28
3.1 Data Hasil Pengukuran Di Lapangan.......................................... 28
3.2 Data Hasil Pengolahan Data........................................................ 29
3.3 Pengambilan Data Koordinat...................................................... 31
BAB IV PEMBAHASAN................................................................................ 32
4.1 Koreksi Perhitungan....................................................................32
BAB V PENUTUP......................................................................................... 33
5.1 Kesimpulan.................................................................................. 33
5.2 Saran............................................................................................ 33
DAFTAR PUSTAKA........................................................................................ ix
v
DAFTAR GAMBAR
vi
DAFTAR TABEL
vii
DAFTAR LAMPIRAN
viii
BAB I
PENDAHULUAN
Ilmu Ukur Tambang digunakan pada saat survei atau pada saatdilakukannya
pemetaan topografi untuk mendapatkan gambaran tentangpermukaan bumi.
Survei topografi dapat menghasilkan peta topografi. Surveisangat bermanfaat
dalam pembuatan peta dasar (peta topografi daerah tambang)yang dapat
digunakan untuk mengetahui sebaran atau cebakan bahan galian.
2
3
1.4 Metodeologi
Dalam dunia pertambangan, ilmu ukur tambang adalah ilmu yang sangat penting
dipelajari karena berhubungan dengan konstruksi, eksplorasi dan eksploitasi
dalam dunia pertambangan. llmu ukur tambang itu sendiri erat kaitannya dengan
awal bukaan tambang. Ilmu ukur tambang sudah mulai banyak dikembangkan
menggunakan alat-alat yang modern dan canggih. Melihat pesatnya ilmu
pengetahuan memadukan alat yang canggih serta berbagai macam software dapat
menunjang dalam memecahkan masalah yang menyangkut dalam aktifitas
pertambangan.
Survey tambang merupakan kegiatan pendukung yang sangat penting dalam
pertambangan, baik pada tahap persiapan (eksplorasi), selama kegiatan
operasional, maupun penutupan tambang (pasca operasi). Pada kegiatan persiapan
seperti pemetaan topografi, perencanaan desain tambang dan pembangunan
4
Persiapan Alat
Penyentringan Alat
Pengelolahan Data
6
Contoh :
Bearing A – B = N α 0 E
Bearing A – C = N β 0 Ε
Bearing A – D = N γ 0 Π
Bearing A – E = N δ 0 Ш
Jadi bearing tersebut dapat dibuat dari Kutub Utara geografis ke arah
kanan atau kiri, demikian pula sebaliknya dari Kutub Selatan ke arah
kanan atau kiri.
4. Dengan Azimuth : Teleskop dibalik dan diset di belakang sasaran
Dengan setting piringan pada azimuth terakhir subjek seperti
pembacaan dr station sebelumnya Dengan menggunakan penjepit
bawah, teleskop dibalikan ke sasaran tembakan menggunakan penjepit
atas dan bearing subjek tembakan terbaca dr piringan. Instrumen terbagi
dr 0-360 ke arah kanan/searah jarum jam. Sesudah mengambil FS
piringan yang ada dikiri dijepit dan Dengan menggunakan posisi seperti
ini tanpa seting ulang kecuali hrs melaksanakan pengambilan BS pada
station berikutnya.
Azimuth : Ialah suatu sudut yang ukur dari titik Utara atau Selatan ke
suatu titi tertentu menurut arah jarum jam. Untuk mempermudah
perhitung, maka umumnya titik Utara digunakan sebagai titik awal
pengukuran.
Contoh :
Azimuth 0 – 1 = α 0
Azimuth 0 – 2
= β 0 Azimuth 0 – 3 = γ 0
Azimuth 0 – 4 = δ 0
7
Bearing dari suatu rintisan (traverse) adalah berurutan (berhubungan
satu dengan yang lainnya). Untuk menghitung bearing suatu urutan dari
titik, ada dua cara sederhana yang perlu diingat yaitu :
a Sudut diukur searah dengan perputaran jamrum jam, azimuth dari
arah yang baru adalah azimuth mula-mula + sudut lurus atau angle
right antara arah tersebut -1800.
b Kalau jumlah azimuth awal + sudut lurusnya kurang dari 180 0,
perlu ditambah 3600 dulu sebelum dikurangi dengan 1800 atau dapat
juga ditambah dengan 1800 saja.
5. Dengan Repetisi : Teleskop yang berada pada posisi normal diset
ke belakang sasaran Dengan piringan pada posisi nol memakai penjepit
bawah, kemudian tanpa loncatan dibalik kedepan sasaran tembakan
menggunakan penjepit atas dan sudut terbaca dari piringan sertambang
dicatat, selanjutnya tanpa diset ulang pembacaan 2 dilakukan.
Pembacaan sudut dapat diulang pada saat pembacaan ke 2 kapan saja
diinginkan. Vernier dibaca pada akhir pengukuran dan sudut ini
berbeda nomor repetisinya, dimana sudut antara subjek sudut terakhir
harus sesuai dengan setting pertama. Instrumen terdiri dr 0-360 ke arah
kanan.
8
d) Ploting
1. Dengan sudut dan jarak
2. Dengan cara azimuth / bearing dan jarak
3. Dengan cara koordinat.
e) Pengukuran Tambang Bawa Tanah
1. Mengetahui arah/kemajuan penggalian bwh tnh - Mengetahui volume
broken ore/bat yang tergali
2. Mengetahui posisi/keddkn lub bukaan thd permukaan topografi.
Macamnya:
1. Pengukuran sudut horizontal (double)
2. Pengukuran sudut vertikal (double)
3. Pengukuran jarak
4. Pengukuran tinggi alat/instrument
5. Pengukuran tinggi plumb bob yang digantung
6. Pengukuran kiri dan kanan instrumen maupun plumb bob untuk
mengetahui lebar bukaan
7. Kolom catatan, mis : tinggi level.
B (x,y)
11
£
B
H A
A D
(x,y)
X
y
( X 1 X 2)
Tg £ =
BA (Y 1 Y 2 )
Dicari :
maka di y1 dapat sudut £BA.
X1 = x + Δx
Δx = (x1 – x) = HD
sin £ x1 = x + HD sin £ y1
y2 = y1 + y2 = y1 – y2
9
Tg = HD cos £
- III - + II -
3. Contoh Pembuatan Poligon Dengan Perhitungan Bearing
Jika diketahui data seperti pada tabel di bawah ini, maka hitung bearing dari
rintisan tersebut:
Tabel 2.1
Hasil Pengukuran
Jarak
Sudut Lurus Bearing
FS IS Horizontal FS
(derajat) (derajat)
(meter)
6 - 20 S 7
5 7 280 25 300 8
7 8 50 20 E 9
8 9 70 15 ? 10
9 10 00 30 ? 11
10 11 180 25 ? 12
?
?
Cara Perhitungan :
Karena Diketahui Bearing 6 – 70 Maka Azimuth 1500 Yaitu S 30 E
6 – 7 Dapat Dicari Yaitu : (00 + 1800) – 300 : 1500.
Jadi Azimuth 6 – 7 = M 1500 E
10
Gambar 2.1
Hasil Pengambaran Poligon
11
180°
Azimuth 10 – 11 = −¿
190°
= Jadi Bearing 10 – 11 = S 100 E
180°
Sudut 9 – 10 – 11 = +¿
370°
Azimuth 10 – 11 = 1900 Jadi Bearing 11 – 12
= S 100 E
12
1 Bila hasil yang diperoleh setelah dikurangi 180 0, harganya negatif,
maka harus ditambah 3600.
13
Karena pengaruh-pengaruh tersebut diatas maka sangat diperlukan ketelitian
pembacaan yang sangat hati-hati. Juga perlu dipehatikan pada daerah sekitar patok
yang akan dipasangi instrument tersebut, karena batuan dalam batuan induk
(country rock) yang tidak kuat dapat mengakibatkan kecelakaan bagi operator
(surveyor) dan istrument itu sendiri.
Perlu diperhatikan untuk tidak memasang instrument pada daerah bebatuan lepas,
daerah penirisan maupun pada pitth. Pengukur (transimen) umumnya kurang
memperhatikan hal ini, untuk pengukuran jarak pendek akan menimbulkan
kesalahan sudut tertentu.
A. Pemberian Nomor Pada Patok
Cara pemberian nomor pada patok maupun tanda merupakan salah satu
masalah bagi pengukur dalam suatu penambangan, dimana diperlukan drift
yang parale, cross cut dan lainlain, sehingga titik-titik yang tidak dapat
berhubungan satu sama lainnya akan mendapat pembacaan tersendiri.
Sistem penomoran akan memusingkan juga, bila ada selective mining untuk
suatu level yang bercabang, biasanya titik diberi nama berdasarkan urutan
level ke bawah, misalnya level 100 ft akan diberi nomor patok 101, 102, 103,
dan seterusnya, dan untuk level 200 dengan nomor 201, 202, 203 dan
seterusnya.
Penentuan nomor patok berurutan,yang biasanya dilengkapi dengan
beberapanotasi tertentu. Contohnya Sebagai Berikut :
Patok pertama dalam cross cut 9 diawali oleh XC 9 – 1. atau jika cross cut
diarahkan kedua sisi drift utama kearah timur, maka pemberian nomor patok
cross cut bagian Utara akan menjadi EXC 4 – 12, dan untuk Selatan SXC 2
– 6. nomor cross cut Utara yang mempunyai drift ke Timur dinyatakan
dengan N - E – XE 4 – 2.
Patok-patok survei dan stope dinyatakan dalam koordinat dengan level dari
mana itu pernah dimasuki. Sebagai contoh stope pertama pada level 500 ft
menjadi stope 501, yang kedua 502 dan seterusnya pemberian nomor patok
pada stope menjadi 501 – 4 dan sebagainya.
14
Level antara (intermediate level) yang terletak di antara level-level utama
biasanya berhubungan untuk tujuan penamaan level dimulainya raise atau
winze, nomor winze dibuat dari level 700 ft. ada tinggi tertentu dimulai
pembuatan drift, sehingga drift ini disebut intermediate 700 ft. jika drift ini
dibentuk sebagai drift nomor 4 akan diberi nomor lokasi intermediate 4 –
700. dan patok pertama dalam drift ini adalah nomor 4 – 700 feet – 1.
2.3 Pemasangan Instrumen
Penempatan instrument pada bawah tanah lain dengan dipermukaan, secara
praktis penempatan instrument di bawah titik yang berada di atasnya. Hanya pada
daerah yang luas seperti rail road tunnel akan praktis untuk menempatkan patok
dilantai. Dan hal yang begitu praktis jarang ditemui. Sebelum penempatan
instrument pada undergraound maupun pada surface sebaiknya semua pengunci
harus dikunci.
Plum bob digantungkan pada spad dengan tali simpul agar mudah digeser-geser.
Hal ini memungkinkan penyesuaian yang cepat bagi plumb bob,yaitu cukup tinggi
pada waktu start.instrument diletakkan di bawah bobs dan kaki-kakinya ditekan
ke bawah,sebelumnya lingkaran vertical dibuat nol dengan tanpa pembacaan pada
gelas.
15
Gambar 2.2
Kedudukan Instrumen
Untuk pertama kali instrument cukup terletak 3-4 Inchi di bawah bobs, kemudian
kaki statip diatur agar instrument tepat di bawah bobs, setelah terletak horizontal,
kaki-kaki statipdikunci kembali. Sebagai contoh dengan jarak pengamatan sejauh
100 ft, instrumen akan berada diluar titik sejauh 0,029 ft, sebelum menimbulkan
kesalahan 1 menit sebelumnya pada jarak 20 ft akan menyebabkan kesalahan
sebesar kira-kira 0,006 ft. Hal ini yang paling aman adalah mendapatkan titik
plumb bob dalam tanda yang dilubangi, instrument acap kali selalu berada di luar
BS maupun FS. Gambar menunjukkan pengukuran yang dibuat untuk menentukan
HI dan kadang-kadang juga jarak D.
16
Stope survey atau pengukuran pada stope, adalah pengukuran yang bertujuan
untuk :
a) Mendapatkan batas-batas yang jelas dari daerah kerja, yang
digunakan untuk menghitung volume dan tonase (meskipun agak kasar).
b) Mengetahui dimana suatu raise akan dimulai dan drif diarahkan di
bawah atau di atas bijih.
c) Menjaga melebarnya ukuran stope yang tak terkontrol hingga di
luar batas properti.
Perhitungan volume dan tonase dapat dilakukan dengan beberapa cara, yaitu :
a) Menghitung luas penampang dikalikan dengan jarak masing-masing
penampang dan densitas broken ore-nya.
b) Menghitung Jumlah timber set (pada metode square set).
c) Menghitung produksi tambang dari produksi alat angkut dan jumlah bahan
peledak yang diguanakan.
Cara yang lebih akurat untuk mendapatkan tonase broken ore adalah
menghitung produksi alat angkut per shifnya atau dari jumlah berat bahan
peledak yang digunakan sesuai powder faktornya.
Keraguan hasil survey kompas untuk broken ore adalah ketidak
kemungkinannya mengikuti secara tepat dalam hal penumpukan broken ore,
misalnya pemadatan tumpukan broken ore yang mempengaruhi berat tiap ft 3 -
nya. Hal ini menyebabkan densitas broken ore berubahubah. Satu ft 3 bijih di
atas kendaraan pengangkut lebih berat daripada satu ft3 ketika di dalam stope,
dan dengan perbedaan waktu pengangkutan sampai di pabrik pengolah, satu ft 3
-nya bahkan bisa lebih berat lagi.Tiga metode untuk pengukuran stope adalah
dengan :
a) Transit atau teodolit dan tali (tape) • Swing compass (hanging
compass)
b) Menghitung jumlah timber set.
Metode transit dan tali umumnya digunakan untuk pengukuran pada shrinkage
stope atau open stope yang besar. Cara ini cukup cepat dan akurat untuk
pengukuran batas-batas stope. Transfer meridian ke dalam stope dilakukan
17
sebelum survey di dalam stope dikerjakan. Bila raise vertikal, dua kawat
(dengan dua plumb bob) digantungkan pada sebuah stull, diblok rapat pada
suatu tempat yang terletak agak lebih tinggi daripada atap crosscut.
a) Perhitungan Luas Setelah peta selesai, profil penampang untuk tiap-tiap
garis koordinat digambar. Pilihan menggunakan garis koordinat NE atau
SW tergantung bagaimana peta yang telah dibuat akan memberikan
informasi yang terbaik. Untuk perhitungan luas penampang dapat
menggunakan beberapa cara, yaitu dengan :
a. Planimeter
b. Segmen bujur sangkar (square)
c. Rumus trapezoidal
d. Rumus Simpson 1/3
e. weighing the section
f. Tinggi dikali lebar
18
A. Planimeter
Planimeter ada dua jenis, yaitu polar planimeter dan numonics
electronic planimeter. Polar planimeter biasanya untuk pengukuran luas
pada peta-peta yang lebih kecil, sedangkan jenis numonic untuk
pengukuran luas yang lebih besar (Kavanagh, 1996). Cara ini cukup
teliti apabila pengukuran dilakukan dengan benar dan hati-hati. Bila
perbedaan hasil yang didapat dari dua kali pembacaan pengukuran alat
tidak lebih dari 5 persen, maka hasilnya dapat langsung dirata-rata,
tetapi bila lebih maka pengukuran harus diulang (Staley, 1964).
B. Segmen Bujur Sangkar (Square) Bila planimeter tidak tersedia, maka
langkah-langkah berikut dapat diikuti; buat grid berbentuk bujur
sangkar dengan skala tertentu pada kertas kalkir (hitung terlebih dahulu
luas satu bujur sangkar yang dibuat), kemudian letakkan di atas gambar
penampang yang dibuat. Hitung berapa jumlah bujur sangkar yang utuh
yang ada di dalam peta penampang.
Untuk bujur sangkar yang tidak penuh / terpotong, kombinasi-kan
dengan potongan yang lain untuk mendapatkan bujur sangkar yang
lebih kurang sama dengan bujur sangkar utuh. Jumlah keseluruhan
bujur sangkar yang didapat merupakan luas penampang yang dihitung.
19
n = jumlah offset
2. Tunnel Survey
Untuk membahas cara ini perlu dibicarakan lebih lanjut pada bab
tersendiri.Kalau tunnel terlalu panjang, sampai 1.000 feet atau 3 kilometer
panjangnya, maka diperlukan pembacaan sudut dua kali.Koreksi pengukuran
panjang harus diperhatikan, disebabkan oleh tegangan dan temperatur.Cara
20
pengukuran tidak dapat dilakukan dengan bebrapa cara.Satu menit
instrument adalah sudah cukup meskipun harus diulangi lebih dari 1 kali,
akan lebih teliti daripada menggunakan 30 menit instrument.
a) Inckined Opening Banyak sekali operasi pertambangan dalam daerah
yang miring bila suatu inclined melebihi 500 instrument, dengan
telescope yang tetap sukar digunakan.Sudut vertikal tergantung dari jenis
instrument, dan besarnya biasanya kurang dari 500. Untuk daerah miring
maka pengukur memerlukan suatu tambahan.Banyak jenis instrument
yang didapat dengan memakai cara optik tertentu yang dapat digunakan
sebagai teleskope tambahan. Biasanya instrument ini kurang
dipergunakan.Teleskope tambahan dapat dapat di gunakan dalam dua
cara, yaitu:
o Sebagai side teleskope
o Sebagai top teleskope
Pemilihan berdasarkan alasan mana yang terbaik.Sebelumnya
pemilihan ini tergantung pada faktor batuan (keadaan batuan).Biasanya
kalau instrument digunakan untuk mengontrol pembuatan suatu lubang
yang miring (inclined opening), dimana inclined merupakan faktor yang
kedua, tetapi azimuth menjadi pengontrolan yang kedua, sedangkan yang
pertama, maka pemilihan pada side teleskope. Disamping itu kalau
pekerjaan untuk memindahkan meridian, bukan pekerjaan sehari-hari,
maka side teleskope adalah yang terbaik.
21
sudut mendatar dan sudut tegak. Sudut yang dibaca bisa sampai pada
satuan sekon ( detik ).
Gambar 2.3
Theodolit
22
5. Setel nivo tabung supaya posisi sumbu kedua benar-benar mendatar
dengan menggerakkan sekrup kiap di ketiga sisi alat ukur tersebut secara
beraturan.
6. Atur posisi theodolit dengan mengendurkan kekuatan sekrup pengunci
centering, lalu ubah posisinya berpindah ke kanan atau kiri hingga berada
tepat di tengah-tengah titik ikat (BM) jika dilihat dari centering optic.
7. Periksa kembali kedudukan garis bidik menggunakan bantuan tanda T
yang dibuat di dinding.
8. Cek sekali lagi kebenaran nilai indeks pada sistem skala lingkaran
dengan membaca sudut biasa dan sudut luar biasa untuk mengetahui nilai
kesalahan dari indeks tersebut.
9. Untuk tata cara pembacaannya, perhatikan pada rambut ukur akan
tampak huruf E serta beberapa kotak kecil berwarna hitam dan merah.
Setiap jarak antara huruf E mewakili jarak sejauh 5 cm. Sedangkan setiap
jarak antara kotak kecil mewakili jarak sepanjang 1 cm
Gambar 2.4
GPS (Global Positioning System)
23
dengan GPS adalah pengukuran jarak secara bersama-sama ke beberapa
satelit (yang koordinatnya telah diketahui) sekaligus. Untuk menentukan
koordinat suatu titik di bumi, receiver setidaknya membutuhkan 4 satelit
yang dapat ditangkap sinyalnya dengan baik. Secara defaultposisi atau
koordinat yang diperoleh bereferensi ke global datum yaitu World
Geodetic System 1984 atau disingkat WGS'84.
GPS merekam lokasi ini dalam bentuk koordinat, dimana terdapat dua
buah nomor yang panjang. Satu nomor menunjukkan sejauh mana posisi
penulis dari timur atau barat. Nomor yang kedua menunjukkan sejauh
mana posisi penulis dari utara atau selatan. Adapun langkah-langkah
menggunakan GPS adalah sebagai berikut :
1. Hidupkan alat.
2. Tunggu beberapa saat (setelah satelit keterima 4) akan muncul
informasi koordinat.
3. Selanjutnya dicatat (atau direkam ke memori (waypoint) dengan
cara) :
24
a. Tekan tombol mark
b. Menggunakan tombol Rocker pilih Avg, dilanjutkan dengan menekan
tombol enter. Estimated accuracy terpenuhi misalnya 2 meter, tekan enter
kembali.
c. Beri nama titik pada baris paling atas.
d. Pindahkan kursor ke tombol Ok selanjutnya tekan enter
4. Catat nomer urut Waypoint dan harga koordinat di formulir survei dan
lengkapi juga dengan keterangan objek yang diperlukan.
Gambar 2.5
Kompas Geologi
25
26
Gambar 2.6
Tali atau Pita Ukur
BAB III
HASIL PENELITIAN
Tabel 3.2
Data Hasil Pengukuran Theodolite
Nomor Angle Right VA HA L R
BA BT BB Tunggal Ganda
14 13 13 90°45’54 296°46’18 90°07’38 296°51’24 1.0 2.
1 6 8 ” ” ” ” 1 6
13 13 13 83°37’18 298°37’36 90°37’12 298°27’38 3 1
29
6 3 0 ” ” ” ”
12 12 12 90°37’12 298°37’36 90°33’24 332°73’01 1 2
7 4 2 ” ” ” ”
Gambar 3.1
Penggambaran Sudut Pada Total Station
Gambar 3.2
Penggambaran Sudut Pada theodolite
30
Gambar 3.3
Sketsa Terowongan 1
Gambar 3.4
Sketsa Terowongan 2
31
Tabel 3.3
Hasil Koordinat Mengguakan Theodolitte
Titik Koordinat
Pengambilan x y z
BM 1 9228692 666699 71
BM 2 9228695 666713 71
BM 3 9228704 666693 71.1
BAB IV
PEMBAHASAN
Adapun hasil Koreksi hasil koreksi mengunkanan Total Station sebagai berikut :
BM 1 = 321°41’45” – 2(160°08’55”) = 1°25’65”
BM 2= 116°36’36” – 2 (72°06’46”) = 28°24’56”
BM 3 = 144°28’56 – 2 (86°36’36”) = 28°44’16”
BM 4 = 268°07’38”– 2(130°19’53”) = 8°31’68”
32
BAB V
PENUTUP
5.1 Kesimpulan
Berdasarkan penelitian dan pengukuran dilapangan yang dilaksanakan di Gresik,
kami selaku penulis mengambil beberapa kesimpulan yaitu :
1. Lokasi penelitian merupakan lahan bekas tambang batu gamping.
2. Alat yang digunakan dalam penelitian dan pengukuran dilapangan adalah:
1) Theodolite
2) TS
3) Meteran
4) Rambu ukur
5) GPS
6) Prisma
7) Senter
8) Payung
9) Alat Tulis.
3. TS dan Theodolit merupakan alat yang digunakan untuk mengukur data
koordinat dan kemiringan sudut dari tiap titik pengukuran.
4. Data koordinat dapat digunakan untuk pembuatan peta bentuk dari
terowongan dilapangan.
5.2 Saran
Adapun beberapa saran yang dapat diberikan dalam pengukuran dilapangan dan
juga penulisan laporan adalah sebagai berikut :
1. Bagi mahasiswa agar mempersiapkan diri dan memahami materi yang
diberikan Dosen dan Asisten Dosen sehingga dapat menjadi bekal saat
masuk ke dunia kerja.
2. Bagi Dosen dan Asisten Dosen agar penulisan laporan tenggat waktunya
tidak terlalu dekat sehingga mahasiswa dapat melakukan bimbingan lebih
dalam pengerjaan laporan.
33
DAFTAR PUSTAKA
Kavanagh, B.F. & Glenn Bird, S.J., (1996), Surveying, Principles and
Applications, Prentice Hall Inc., New Jersey, p. 309 – 311.
Staley, W.W., (1964), Introduction to Mine Surveying, Oxford & IBH Publishing
Co., Bombay, p. 186 – 193.
Stope Survey dan Tunnel Survey (Nov 19, 2017) Underground Mining Diakses
Pada Tangal 05 Ferbuari 2021. Melalui Link Akses
https://www.scribd.com/presentation/36486
ix
22