Anda di halaman 1dari 42

LAPORAN PRAKTIKUM ILMU UKUR TAMBANG

WISATA SETIGI, DESA SEKAPUK, KECAMATAN UJUNGPANGKAH,


KABUPATEN GRESIK, JAWA TIMUR

DISUSUN OLEH :

EKA PUTRA YOLENDRA (11.2017.1.00660)


CAHYADI KAMAL H. (11.2018.1.00735)
JACKY ANGKIE (11.2018.1.00700)
EKA RIZKY RAMADHANI (11.2018.1.00695)
MAUDY CHEYSILIA SIKOPA (11.2018.1.00692)
DANIEL MAHMUD (11.2018.1.00730)
ALDY ELRIQ SYAHPUTRA (11.2018.1.00704)
MUHAMMAD ROISUL AMIN (11.2018.1.00693)
MUCH. IRVAN DWI R. (11.2018.1.00741)

JURUSAN TEKNIK PERTAMBANGAN


FAKULTAS TEKNOLOGI MINERAL DAN KELAUTAN
INSTITUT TEKNOLOGI ADHI TAMA SURABAYA
2021

i
LEMBAR PENGESAHAN
LAPORAN PRAKTIKUM ILMU UKUR TAMBANG

Setelah membaca laporan praktikum ini dengan seksama, maka kami


menyetujui bahwa laporan ini dapat dipergunakan sebagai bahan
untuk lanjutan Praktikum Ilmu Ukur Tambang.

Disusun Oleh :

Kelompok 2

MENGETAHUI
Staf Asisten Pembimbing
Praktikum Ilmu Ukur Tambang

Muh. Amdun Ndiba


11.2016.1.00607

MENYETUJUI
Dosen Pembimbing Mata Kuliah Praktikum Ilmu Ukur Tambang
Jurusan Teknik Pertambangan
Fakultas Teknologi Mineral Dan Kelautan
Institut Teknologi Adhi Tama Surabaya

Fajar Rizki Widiatmoko, S.T., M.Sc.


NIP. 191560

ii
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Mahakuasa karena telah memberikan


kesempatan pada penulis untuk menyelesaikan laporan Praktikum Ilmu Ukur
Tambang ini. Atas rahmat dan hidayah-Nya lah kami kelompok satu dapat
menyelesaikan laporan Praktikum Ilmu Ukur Tambang ini dengan tepat waktu.
Laporan Praktikum Ilmu Ukur Tambang disusun guna memenuhi tugas dosen
pada Praktikum Ilmu Ukur Tambang di Kampus ITATS. Selain itu, kami
kelompok satu juga berharap agar laporan ini dapat menambah wawasan bagi
pembaca.
Penulis mengucapkan terima kasih sebesar-besarnya kepada bapak dosen
pebimbing beserta para asisten dosen yang telah memimbing kami kelompok satu
dalam membuat laporan Praktikum Ilmu Ukur Tambang ini. Tugas yang telah
diberikan ini dapat menambah pengetahuan dan wawasan terkait bidang yang
ditekuni kami kelompok satu. Kami kelompok satu juga mengucapkan terima
kasih pada semua pihak yang telah membantu proses penyusunan laporan
Praktikum Ilmu Ukur Tambang ini.
Kami Kelompok satu menyadari laporan ini masih jauh dari kata
sempurna. Oleh karena itu, kritik dan saran yang membangun akan kami
kelompok satu terima demi kesempurnaan laporan Praktikum Ilmu Ukur
Tambang ini.

Surabaya, 5 Ferbuari 2021


Penulis

Kelompok 2

iii
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ........................................................................................ i


LEMBAR PENGESAHAN.............................................................................. ii
KATA PENGANTAR ...................................................................................... iii
DAFTAR ISI ..................................................................................................... iv
DAFTAR GAMBAR......................................................................................... vi
DAFTAR TABEL.............................................................................................. vii
DAFTAR LAMPIRAN..................................................................................... viii

BAB I PENDAHULUAN............................................................................. 1
1.1 Latar Belakang............................................................................. 1
1.2 Tujuan Praktikum........................................................................ 3
1.3 Manfaat Praktikum...................................................................... 3
1.4 Metodelogi................................................................................... 3
1.5 Diagram Alir................................................................................ 5
1.6 Peralatan Praktikum..................................................................... 5

BAB II DASAR TEORI................................................................................. 6


2.1 Pengetahuan Dasar Ukur Tambang............................................. 6
2.2 Underground Traversing............................................................. 13
2.3 Pemasangan Instrument............................................................... 15
2.4 Stope Survey Dan Tunel Survey................................................. 16
2.4.1 Stope Suevey...................................................................... 18
2.4.2 Tunel Survey...................................................................... 20
2.5 Prosedur Menggunakan Theodolite............................................. 21
2.6 Penggunaan GPS......................................................................... 23
2.7 Penggunaan Kompas Geologi..................................................... 25
2.8 Penggunaan Tali Atau Pita Ukur................................................. 26

iv
BAB III HASIL PENELITIAN...................................................................... 28
3.1 Data Hasil Pengukuran Di Lapangan.......................................... 28
3.2 Data Hasil Pengolahan Data........................................................ 29
3.3 Pengambilan Data Koordinat...................................................... 31
BAB IV PEMBAHASAN................................................................................ 32
4.1 Koreksi Perhitungan....................................................................32

BAB V PENUTUP......................................................................................... 33
5.1 Kesimpulan.................................................................................. 33
5.2 Saran............................................................................................ 33

DAFTAR PUSTAKA........................................................................................ ix

v
DAFTAR GAMBAR

Gambar 2.1 Pemasangan instrumen.................................................................... 6


Gambar 2.2 GPS.................................................................................................. 10
Gambar 2.3 Kompas Brunton............................................................................. 11
Gambar 2.4 Meteran............................................................................................ 12
Gambar 3.1 Sketsa Antar Titik Pengukuran Dengan Theodolite........................ 16
Gambar 3.2 Sketsa Antar Titik Pengukuran Dengan Total Station.................... 16
Gambar 3.3 Sketsa Lubang Bukaan Terowongan............................................... 18

vi
DAFTAR TABEL

Tabel 3.1 Data Hasil Pengukuran Dengan Theodolite........................................ 13


Tabel 3.2 Data Hasil Pengukuran Dengan Total Station.................................... 14
Tabel 3.3 Perhitungan Sudut Theodolite............................................................. 18
Tabel 3.4 Koordinat Theodolite (UTM).............................................................. 19
Tabel 3.5 Perhitungan Sudut Dengan Total Station............................................ 19

vii
DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1 Foto Kelompok Dan Asisten........................................................... 22

viii
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Dalam dunia pertambangan ilmu ukur tambang adalah ilmu yang sangatpenting
dipelajari karena berhubungan dengan konstruksi, eksplorasi daneksploitasi dalam
dunia pertambangan. Ilmu ukur tambang erat kaitannya denganilmu ukur tanah.
Ilmu Ukur Tanah dianggap sebagai disiplin ilmu teknik dan seniyang meliputi
semua metode untuk mengumpulan dan pemprosesan informasitentang
permukaan bumi sebagai bidang datar, sehingga dapat ditentukan posisirelatif atau
absolut titik-titik pada permukaan tanah, di atasnya atau di bawahnya,dalam
memenuhi kebutuhan seperti pemetaan dan penentuan posisi relatif suatudaerah.
Titik hasil pengukuran yang telah didapatkan tersebut dapat disajikandalam
bentuk peta.Pada saat sekarang ilmu ukur tambang sudah mulai banyak
dikembangkandan sudah mulai menggunakan alat- alat yang modern dan canggih.
Melihatpesatnya ilmu pengetahuan, salah satunya adalah ilmu ukur tambang
yangsekarang banyak dipelajari di perguruan tinggi dengan memadukan alat
yangcanggih serta berbagai macam software yang menunjang dalam
memecahkanmasalah yang menyangkut dalam aktifitas pertambangan.

Ilmu Ukur Tambang digunakan pada saat survei atau pada saatdilakukannya
pemetaan topografi untuk mendapatkan gambaran tentangpermukaan bumi.
Survei topografi dapat menghasilkan peta topografi. Surveisangat bermanfaat
dalam pembuatan peta dasar (peta topografi daerah tambang)yang dapat
digunakan untuk mengetahui sebaran atau cebakan bahan galian.

Survei juga dapat digunakan dalam evaluasi kemajuan tambang sehingga


dapatdiketahui berapa volume dari cadangan yang telah di tambang dan sisa
cadangan.Dari evaluasi survei tersebut kita dapat melihat arah kemajuan tambang
dan dapatmerencanakan kegiatan penambangan berikutnya.Prinsip dasar
pemetaan merupakan pengukuran sudut dan jarak untukmenentukan posisi dari
suatu titik. Jika dua sudut dan satu sisi dari sebuah segitiga diketahui, maka semua
sudut dan jarak dari segitiga tersebut dapatditentukan. Dengan demikian untuk
mendapatkan koordinat suatu titik dapatdilakukan dengan cara mengukur sudut

2
3

dan jarak dari titik yang sudah diketahuikoordinatnya.Dalam pengukuran di


lapangan sering kali terjadi kesalahan-kesalahanyang berasal dari faktor alat,
faktor manusia, dan faktor alam. Maka dari itumelalui praktikum ilmu ukur
tambang ini kita bisa menyikapi dan mengatasikesalahan-kesalahan tersebut agar
tidak terjadi kerancuan dalam memperolehdata. Sehingga untuk ke depannya kami
bisa menerapkan praktik ilmu ukurtambang ini dalam dunia kerja dengan sebaik
mungkin.

1.2 Tujuan Praktikum


Adapun tujuan ilmu ukur tambang sebaga berikut :
1. memahami prinsip kerja alat pengukuran
2. dapat mengoperasikan secara langsung alat dilapangan
3. dapat menentukan data kordinat dan kemiringan sudut
4. memindahkan data koordinat kedalam peta ke lapangan

1.3 Manfaat Praktikum


adalah agar mahasiswa bisa memahami ilmu pengukuran,
prosedur pelaksanaan langkahlangkah yang dilakukan. Sehingga ketika mahasisw
a selesai dari Perguruan Tinggi, terjun ke dunia industri mahasiswa bisa langsung
mengaplikasikan pengukuran dengan menggunakan alat ukur teodolit ataupun TS.

1.4 Metodeologi
Dalam dunia pertambangan, ilmu ukur tambang adalah ilmu yang sangat penting
dipelajari karena berhubungan dengan konstruksi, eksplorasi dan eksploitasi
dalam dunia pertambangan. llmu ukur tambang itu sendiri erat kaitannya dengan
awal bukaan tambang. Ilmu ukur tambang sudah mulai banyak dikembangkan
menggunakan alat-alat yang modern dan canggih. Melihat pesatnya ilmu
pengetahuan memadukan alat yang canggih serta berbagai macam software dapat
menunjang dalam memecahkan masalah yang menyangkut dalam aktifitas
pertambangan.
Survey tambang merupakan kegiatan pendukung yang sangat penting dalam
pertambangan, baik pada tahap persiapan (eksplorasi), selama kegiatan
operasional, maupun penutupan tambang (pasca operasi). Pada kegiatan persiapan
seperti pemetaan topografi, perencanaan desain tambang dan pembangunan
4

fasilitas tambang. Pengukuran tambang selama kegiatan tambang berlangsung


(operasional) misalnya pada pengukuran volume penggalian, volume disposal,
dan volume stockpile. Sedangkan pada penutupan tambang, data survey tambang
digunakan untuk pembuatan dasar rencana reklamasi.
Pekerjaan survey atau pemetaan sendiri adalah suatu teknik dan ilmu untuk
menentukan posisi titik dalam suatu ruang 3D, menentukan jarak dan sudut
diantara titik-titik tersebut dengan teliti. Orang yang melakukan survey dan
pemetaan disebut surveyor. Dalam rangka memenuhi sasaran pekerjaan survey,
seorang surveyor harus tahu prinsip geometri (ilmu ukur) dan matematika.
Adapun metode pemetaan topografi dapat dikelompokkan menjadi dua, yaitu
metode teresteris dan metode fotogrametris.
1. Metode Teresteris
Dalam metode ini, semua pekerjaan pengukuran topografi dilaksanakan di
lapangan dengan menggunakan peralatan ukur, seperti theodolit, waterpass, alat
ukur jarak, serta peralatan ukur modern lainnya (GPS, total station, Real Time
Kinematic dan lain-lain). Pengukuran topografi adalah pengukuran posisi dan
ketinggian titik kerangka pemetaan serta pengukuran detail topografi (semua
objek yang terdapat di permukaan bumi).
2. Metode Fotogrametris
Pengukuran detail topografi (disebut pengukuran situasi) selain dapat langsung
dikerjakan di lapangan, dapat pula dilakukan dengan teknik pemotretan dari
udara, sehingga dalam waktu yang singkat dapat terukur atau terpotret daerah
yang seluas mungkin. Dalam metode fotogrametris ini, pengukuran lapangan
masih diperlukan dalam proses fotogrametris selanjutnya. Pada dasarnya, metode
fotogrametris ini mencakup fotogrametris metrik dan interpretasi citra.
Fotogrametris metrik merupakan pengenalan serta identifikasi suatu objek pada
foto. Dengan metode ini, pengukuran tidak perlu dilakukan langsung di lapangan,
tetapi cukup dilaksanakan di laboratorium melalui pengukuran pada citra foto.
Titik kontrol ini dapat dihasilkan dari proses fotogrametris selanjutnya, yaitu
proses triangulasi udara yang bertujuan memperbanyak titik kontrol foto
berdasarkan titik kontrol yang ada. Pengukuran merupakan proses yang mencakup
tiga hal atau bagian yaitu benda ukur, alat ukur dan pengukur atau pengamat
5

karena ketidaksempurnaan masing-masing bagian ini ditambah dengan pengaruh


lingkungan maka bisa dikatakan bahwa tidak ada satu pun pengukuran yang
memberikan ketelitian yang absolut. Ketelitian bersifat relatif yaitu kesamaan atau
perbedaan antara harga hasil pengukuran dengan harga yang dianggap benar
karena yang absolut benar tidak diketahui. Setiap pengukuran dengan kecermatan
yang memadai mempunyai ketidaktelitian yaitu adanya kesalahan yang berbeda-
beda, tergantung pada kondisi alat ukur, benda ukur, metode pengukuran dan
kemahiran pengukur.
1.5 Diagram Alir

Persiapan Alat

Penyentringan Alat

Pengukuran Pengambilan Data

Pengelolahan Data

1.6 Peralatan Praktikum


Adapun peralatan praktikum yang digunakan dilapangan :
1. Theodolit
2. TS
3. Meteran
4. Rambu ukur
5. Payung
6. senter
BAB II
DASAR TEORI

2.1 Pengetahuan Dasar Ukur Tambang


Sebelum membicarakan lebih lanjut tentang cara-cara pengukuran di dalam
tambang dan cara-cara perhitungannya, perlu diketahui terlebih dahulu tentang
dasar-dasar pengertian untuk pengukuran tambang.
1. Metode Pengukuran
a) Pembacaan Sudut Horizontal
1. Pembacaan Langsung : Teleskop disetel di belakang sasaran Dengan
plat pada nol menggunakan penjepit bawah, kemudian teleskop
dibalik ke depan sasaran menggunakan penjepit atas sehingga sudut
terbaca. Instrumen terbagi dr 0-360 Dengan arah ke kanan diukur
searah jarum jam.
2. Defleksi : Teleskop di set di belakang sasaran Dengan posisi jarum
pada titik nol menggunakan penjepit bwh kemudian teleskop dibalik
ke depan sasaran menggunakan penjepit atas dan vernier akan terbaca.
Instrumen terbagi dr 0-180 pada akhir. Sudut yang terbaca merupakan
sudut defleksi/deviasi dr titik tembak ke kiri/kanan dr salah satu titik
akhir.
3. Dengan Bearing : Teleskop dibalik dan diset di belakang sasaran
Dengan piringan yang telah disetel pada benang terakhir subjek yang
terbaca pada stasiun sebelumnya menggunakan penjepit bawah,
teleskop dibalik ke sasaran tembakan menggunakan penjepit atas dan
bearing subjek tembakan terbaca pada piringan. Instrumen terbagi dlm
bbrp kuadran seperti sebuah kompas Dengan titik 0 pada U-S dan titik
90 pada T-B.
Bearing Ialah suatu sudut yang diukur ke kiri atau kekanan antara
garuis Utara (North), Selatan (South) dengan titik tertentu. Nama dari
bearing tersebut tergantung dari letak empat titik dari kwadran.

6
Contoh :
Bearing A – B = N α 0 E
Bearing A – C = N β 0 Ε
Bearing A – D = N γ 0 Π
Bearing A – E = N δ 0 Ш

Jadi bearing tersebut dapat dibuat dari Kutub Utara geografis ke arah
kanan atau kiri, demikian pula sebaliknya dari Kutub Selatan ke arah
kanan atau kiri.
4. Dengan Azimuth : Teleskop dibalik dan diset di belakang sasaran
Dengan setting piringan pada azimuth terakhir subjek seperti
pembacaan dr station sebelumnya Dengan menggunakan penjepit
bawah, teleskop dibalikan ke sasaran tembakan menggunakan penjepit
atas dan bearing subjek tembakan terbaca dr piringan. Instrumen terbagi
dr 0-360 ke arah kanan/searah jarum jam. Sesudah mengambil FS
piringan yang ada dikiri dijepit dan Dengan menggunakan posisi seperti
ini tanpa seting ulang kecuali hrs melaksanakan pengambilan BS pada
station berikutnya.
Azimuth : Ialah suatu sudut yang ukur dari titik Utara atau Selatan ke
suatu titi tertentu menurut arah jarum jam. Untuk mempermudah
perhitung, maka umumnya titik Utara digunakan sebagai titik awal
pengukuran.

Contoh :
Azimuth 0 – 1 = α 0
Azimuth 0 – 2
= β 0 Azimuth 0 – 3 = γ 0
Azimuth 0 – 4 = δ 0

7
Bearing dari suatu rintisan (traverse) adalah berurutan (berhubungan
satu dengan yang lainnya). Untuk menghitung bearing suatu urutan dari
titik, ada dua cara sederhana yang perlu diingat yaitu :
a Sudut diukur searah dengan perputaran jamrum jam, azimuth dari
arah yang baru adalah azimuth mula-mula + sudut lurus atau angle
right antara arah tersebut -1800.
b Kalau jumlah azimuth awal + sudut lurusnya kurang dari 180 0,
perlu ditambah 3600 dulu sebelum dikurangi dengan 1800 atau dapat
juga ditambah dengan 1800 saja.
5. Dengan Repetisi : Teleskop yang berada pada posisi normal diset
ke belakang sasaran Dengan piringan pada posisi nol memakai penjepit
bawah, kemudian tanpa loncatan dibalik kedepan sasaran tembakan
menggunakan penjepit atas dan sudut terbaca dari piringan sertambang
dicatat, selanjutnya tanpa diset ulang pembacaan 2 dilakukan.
Pembacaan sudut dapat diulang pada saat pembacaan ke 2 kapan saja
diinginkan. Vernier dibaca pada akhir pengukuran dan sudut ini
berbeda nomor repetisinya, dimana sudut antara subjek sudut terakhir
harus sesuai dengan setting pertama. Instrumen terdiri dr 0-360 ke arah
kanan.

b) Pembacaan Sudut Vertikal


Sudut vertikal didapat dengan menghubungkan jarak miring peta untuk
menentukan jarak horizontal dan vertikal antara pojok2 pada akhir
pencatatan. Sudut vertikal diukur langsung dimana sudut yang ada
diatas/bawah garis horizontal diukur hanya 1 kali.
c) Pengukuran Jarak
1.Dengan rangkaian/ikatan
2.Dengan pembacaan stadia
3.Dengan perekaman :
a. pengukuran singkat antar pancang
b. pengukuran panjang dengan rentang - rentang bebas

8
d) Ploting
1. Dengan sudut dan jarak
2. Dengan cara azimuth / bearing dan jarak
3. Dengan cara koordinat.
e) Pengukuran Tambang Bawa Tanah
1. Mengetahui arah/kemajuan penggalian bwh tnh - Mengetahui volume
broken ore/bat yang tergali
2. Mengetahui posisi/keddkn lub bukaan thd permukaan topografi.
Macamnya:
1. Pengukuran sudut horizontal (double)
2. Pengukuran sudut vertikal (double)
3. Pengukuran jarak
4. Pengukuran tinggi alat/instrument
5. Pengukuran tinggi plumb bob yang digantung
6. Pengukuran kiri dan kanan instrumen maupun plumb bob untuk
mengetahui lebar bukaan
7. Kolom catatan, mis : tinggi level.

2. Menentukan Suatu Titik Dari Suatu Tempat ke Tempat Lain


Jika diketahui titik A (x,y), maka titik B (x1,y1) dapat dihitung.

B (x,y)
11

£
B

H A

A D
(x,y)
X
y

( X 1  X 2)
Tg £ =
BA (Y 1  Y 2 )
Dicari :
maka di y1 dapat sudut £BA.
X1 = x + Δx
Δx = (x1 – x) = HD
sin £ x1 = x + HD sin £ y1
y2 = y1 + y2 = y1 – y2

9
Tg = HD cos £

Disini perlu diperhatikan tanda pada masing-masing kwadran. Tanda untuk x


dan y ialah :
Kwadran I + +
Kwadran II + -
Kwadran III - - - IV + +I+
Kwadran IV - +

- III - + II -
3. Contoh Pembuatan Poligon Dengan Perhitungan Bearing
Jika diketahui data seperti pada tabel di bawah ini, maka hitung bearing dari
rintisan tersebut:
Tabel 2.1
Hasil Pengukuran

Jarak
Sudut Lurus Bearing
FS IS Horizontal FS
(derajat) (derajat)
(meter)

6 - 20 S 7
5 7 280 25 300 8
7 8 50 20 E 9
8 9 70 15 ? 10
9 10 00 30 ? 11
10 11 180 25 ? 12
?
?

Cara Perhitungan :
Karena Diketahui Bearing 6 – 70 Maka Azimuth 1500 Yaitu S 30 E
6 – 7 Dapat Dicari Yaitu : (00 + 1800) – 300 : 1500.
Jadi Azimuth 6 – 7 = M 1500 E

10
Gambar 2.1
Hasil Pengambaran Poligon

Maka Selanjutnya Dapat Dihitung :


Azimuth 6 – 7 = N 150° E
280 °
Sudut 6 – 7 – 8 = +¿
430 °
180°
Azimuth 7 – 8 = −¿
250°
= Jadi Bearing 7−8=S 70 ° E
50°
Sudut 7 – 8 – 9 = +¿
300
180°
Azimuth 8 - 9 = −¿
120°
= Jadi Bearing 8 – 9 = S 600 E
70°
Sudut 8 – 9 – 10 = +¿
190°
180°
Azimuth 9 – 10 = -
10°
= Jadi Bearing 9 – 10 = N 100 E

Sudut 9 – 10 – 11 = +¿
10°
= Karena 1800 Maka Harus + 3600
360°
= +¿
370°

11
180°
Azimuth 10 – 11 = −¿
190°
= Jadi Bearing 10 – 11 = S 100 E
180°
Sudut 9 – 10 – 11 = +¿
370°
Azimuth 10 – 11 = 1900 Jadi Bearing 11 – 12
= S 100 E

a. Untuk menguji perhitungan tersebut dilakukan dengan cara


sebagai berikut : kalau jumlah sudut (n) genap, ujinya adalah : Azimuth
akhir = azimuth awal + sudut lurus – n . 3600 .
b. Kalau jumlah sudut (n) ganjil,ujinya adalah : Azimuth akhir =
azimuth awal + sudut lurus - 1800 – n . 3600 .
Pengujian contoh perhitungan di atas : Karena n ganjil, maka ujinya adalah :
1900 = 1500 + 5800 – 1800 – n . 3600
= 1500 + 5800 – 1800 – 5 . 3600
= 1500 + 5800 – 1800 – 18000
1900 = - 12500
= - 12500 + ( 4 x 3600 )
= - 12500 + 14400
1900 = 1900 Terbukti.
Sebagai contoh untuk n genap, maka contoh di atas dihitung pada n genap,
misalnya sampai azimuth 8 – 9, yang hasilnya = 1200, maka ujinya adalah :
1200 = 1500 + 3300 – n . 3600
= 1500 + 3300 – 2 . 3600
= 1500 + 3300 – 7200
1200 = - 2400
= - 2400 + 3600 ,
karena tidak ada sudut yang minus.
1200 = 1200 Terbukti, maka perhitungan di atas benar. Penting sebagai
catatan ialah :

12
1 Bila hasil yang diperoleh setelah dikurangi 180 0, harganya negatif,
maka harus ditambah 3600.

2 Bila hasil yang diperoleh setelah dikurangi 1800, harganya lebih


besar dari 3600, maka untuk mendapat azimuth baru kurangi dengan
3600.
3 Azimuth awal + sudut lurus - 1800 = azimuth akhir.

2.2 Undergroung Traversing


Perbedaan cara pengukuran di dalam tambang bawah tanah atau underground
traversing dengan pengukuran dipermukaan atau surface traversing selain
mengenai penerangan, daerah (ruang) pengukuran dan penggunaan plumbob.
a. Cara pemasangan Theodolite (transite), di mana pada perintisan di permukaan
anting-anting ditepatkan pada titik patok yang berada di bawah, tetapi untuk
perintisan tambang bawah tanah titik as dari sumbu I ditepatkan dengan plum
bob yang tergantung pada atap (roof), kecuali instrument tersebut tidak ada as
sumbu pertamanya (misal Theodolite T0), maka plum bob tersebut
dipindahkan dulu ke bawah dengan block station.
b. Data yang perlu diambil disini meliputi :
I. Pengukuran sudut horizontal (double)
II. Pengukuran sudut vertical (double)
III. Pengukuran jarak(slope distance)
IV. Pengukuran tinggi alat Pengukuran tinggi plum bob yang digantungkan
(HS dan BI)
V. Kolom catatan, misalnya tinggi level dan sebagainya.
c. Harus memperhatikan gangguan aliran air, rembesan air dan sebagainya, juga
instrument yang harus dilindungi dari pengaruh rembesan air tersebut.
d. Adanya pengaruh medan magnet, misalnya pada rel, jalanjalan kereta
dorong,pada bijih yang sifatnya magnetik (hematit, pyrolusite dan
sebagainya).

13
Karena pengaruh-pengaruh tersebut diatas maka sangat diperlukan ketelitian
pembacaan yang sangat hati-hati. Juga perlu dipehatikan pada daerah sekitar patok
yang akan dipasangi instrument tersebut, karena batuan dalam batuan induk
(country rock) yang tidak kuat dapat mengakibatkan kecelakaan bagi operator
(surveyor) dan istrument itu sendiri.
Perlu diperhatikan untuk tidak memasang instrument pada daerah bebatuan lepas,
daerah penirisan maupun pada pitth. Pengukur (transimen) umumnya kurang
memperhatikan hal ini, untuk pengukuran jarak pendek akan menimbulkan
kesalahan sudut tertentu.
A. Pemberian Nomor Pada Patok
Cara pemberian nomor pada patok maupun tanda merupakan salah satu
masalah bagi pengukur dalam suatu penambangan, dimana diperlukan drift
yang parale, cross cut dan lainlain, sehingga titik-titik yang tidak dapat
berhubungan satu sama lainnya akan mendapat pembacaan tersendiri.
Sistem penomoran akan memusingkan juga, bila ada selective mining untuk
suatu level yang bercabang, biasanya titik diberi nama berdasarkan urutan
level ke bawah, misalnya level 100 ft akan diberi nomor patok 101, 102, 103,
dan seterusnya, dan untuk level 200 dengan nomor 201, 202, 203 dan
seterusnya.
Penentuan nomor patok berurutan,yang biasanya dilengkapi dengan
beberapanotasi tertentu. Contohnya Sebagai Berikut :
Patok pertama dalam cross cut 9 diawali oleh XC 9 – 1. atau jika cross cut
diarahkan kedua sisi drift utama kearah timur, maka pemberian nomor patok
cross cut bagian Utara akan menjadi EXC 4 – 12, dan untuk Selatan SXC 2
– 6. nomor cross cut Utara yang mempunyai drift ke Timur dinyatakan
dengan N - E – XE 4 – 2.
Patok-patok survei dan stope dinyatakan dalam koordinat dengan level dari
mana itu pernah dimasuki. Sebagai contoh stope pertama pada level 500 ft
menjadi stope 501, yang kedua 502 dan seterusnya pemberian nomor patok
pada stope menjadi 501 – 4 dan sebagainya.

14
Level antara (intermediate level) yang terletak di antara level-level utama
biasanya berhubungan untuk tujuan penamaan level dimulainya raise atau
winze, nomor winze dibuat dari level 700 ft. ada tinggi tertentu dimulai
pembuatan drift, sehingga drift ini disebut intermediate 700 ft. jika drift ini
dibentuk sebagai drift nomor 4 akan diberi nomor lokasi intermediate 4 –
700. dan patok pertama dalam drift ini adalah nomor 4 – 700 feet – 1.
2.3 Pemasangan Instrumen
Penempatan instrument pada bawah tanah lain dengan dipermukaan, secara
praktis penempatan instrument di bawah titik yang berada di atasnya. Hanya pada
daerah yang luas seperti rail road tunnel akan praktis untuk menempatkan patok
dilantai. Dan hal yang begitu praktis jarang ditemui. Sebelum penempatan
instrument pada undergraound maupun pada surface sebaiknya semua pengunci
harus dikunci.
Plum bob digantungkan pada spad dengan tali simpul agar mudah digeser-geser.
Hal ini memungkinkan penyesuaian yang cepat bagi plumb bob,yaitu cukup tinggi
pada waktu start.instrument diletakkan di bawah bobs dan kaki-kakinya ditekan
ke bawah,sebelumnya lingkaran vertical dibuat nol dengan tanpa pembacaan pada
gelas.

15
Gambar 2.2
Kedudukan Instrumen
Untuk pertama kali instrument cukup terletak 3-4 Inchi di bawah bobs, kemudian
kaki statip diatur agar instrument tepat di bawah bobs, setelah terletak horizontal,
kaki-kaki statipdikunci kembali. Sebagai contoh dengan jarak pengamatan sejauh
100 ft, instrumen akan berada diluar titik sejauh 0,029 ft, sebelum menimbulkan
kesalahan 1 menit sebelumnya pada jarak 20 ft akan menyebabkan kesalahan
sebesar kira-kira 0,006 ft. Hal ini yang paling aman adalah mendapatkan titik
plumb bob dalam tanda yang dilubangi, instrument acap kali selalu berada di luar
BS maupun FS. Gambar menunjukkan pengukuran yang dibuat untuk menentukan
HI dan kadang-kadang juga jarak D.

2.4 Stope Survey dan Tunnel Survey


1. Stope Survey

16
Stope survey atau pengukuran pada stope, adalah pengukuran yang bertujuan
untuk :
a) Mendapatkan batas-batas yang jelas dari daerah kerja, yang
digunakan untuk menghitung volume dan tonase (meskipun agak kasar).
b) Mengetahui dimana suatu raise akan dimulai dan drif diarahkan di
bawah atau di atas bijih.
c) Menjaga melebarnya ukuran stope yang tak terkontrol hingga di
luar batas properti.
Perhitungan volume dan tonase dapat dilakukan dengan beberapa cara, yaitu :
a) Menghitung luas penampang dikalikan dengan jarak masing-masing
penampang dan densitas broken ore-nya.
b) Menghitung Jumlah timber set (pada metode square set).
c) Menghitung produksi tambang dari produksi alat angkut dan jumlah bahan
peledak yang diguanakan.
Cara yang lebih akurat untuk mendapatkan tonase broken ore adalah
menghitung produksi alat angkut per shifnya atau dari jumlah berat bahan
peledak yang digunakan sesuai powder faktornya.
Keraguan hasil survey kompas untuk broken ore adalah ketidak
kemungkinannya mengikuti secara tepat dalam hal penumpukan broken ore,
misalnya pemadatan tumpukan broken ore yang mempengaruhi berat tiap ft 3 -
nya. Hal ini menyebabkan densitas broken ore berubahubah. Satu ft 3 bijih di
atas kendaraan pengangkut lebih berat daripada satu ft3 ketika di dalam stope,
dan dengan perbedaan waktu pengangkutan sampai di pabrik pengolah, satu ft 3
-nya bahkan bisa lebih berat lagi.Tiga metode untuk pengukuran stope adalah
dengan :
a) Transit atau teodolit dan tali (tape) • Swing compass (hanging
compass)
b) Menghitung jumlah timber set.
Metode transit dan tali umumnya digunakan untuk pengukuran pada shrinkage
stope atau open stope yang besar. Cara ini cukup cepat dan akurat untuk
pengukuran batas-batas stope. Transfer meridian ke dalam stope dilakukan

17
sebelum survey di dalam stope dikerjakan. Bila raise vertikal, dua kawat
(dengan dua plumb bob) digantungkan pada sebuah stull, diblok rapat pada
suatu tempat yang terletak agak lebih tinggi daripada atap crosscut.
a) Perhitungan Luas Setelah peta selesai, profil penampang untuk tiap-tiap
garis koordinat digambar. Pilihan menggunakan garis koordinat NE atau
SW tergantung bagaimana peta yang telah dibuat akan memberikan
informasi yang terbaik. Untuk perhitungan luas penampang dapat
menggunakan beberapa cara, yaitu dengan :
a. Planimeter
b. Segmen bujur sangkar (square)
c. Rumus trapezoidal
d. Rumus Simpson 1/3
e. weighing the section
f. Tinggi dikali lebar

18
A. Planimeter
Planimeter ada dua jenis, yaitu polar planimeter dan numonics
electronic planimeter. Polar planimeter biasanya untuk pengukuran luas
pada peta-peta yang lebih kecil, sedangkan jenis numonic untuk
pengukuran luas yang lebih besar (Kavanagh, 1996). Cara ini cukup
teliti apabila pengukuran dilakukan dengan benar dan hati-hati. Bila
perbedaan hasil yang didapat dari dua kali pembacaan pengukuran alat
tidak lebih dari 5 persen, maka hasilnya dapat langsung dirata-rata,
tetapi bila lebih maka pengukuran harus diulang (Staley, 1964).
B. Segmen Bujur Sangkar (Square) Bila planimeter tidak tersedia, maka
langkah-langkah berikut dapat diikuti; buat grid berbentuk bujur
sangkar dengan skala tertentu pada kertas kalkir (hitung terlebih dahulu
luas satu bujur sangkar yang dibuat), kemudian letakkan di atas gambar
penampang yang dibuat. Hitung berapa jumlah bujur sangkar yang utuh
yang ada di dalam peta penampang.
Untuk bujur sangkar yang tidak penuh / terpotong, kombinasi-kan
dengan potongan yang lain untuk mendapatkan bujur sangkar yang
lebih kurang sama dengan bujur sangkar utuh. Jumlah keseluruhan
bujur sangkar yang didapat merupakan luas penampang yang dihitung.

C. Formula Trapezoidal Teknik trapezoidal mendasarkan asumsi bahwa


garis yang menghubungkan bagian akhir dari offset line berupa garis
lurus. Semakin pendek interval tiap segmen, hasil yang didapatkan
lebih teliti. Untuk penampang yang tepi (paling ujung) dapat dihitung
dengan rumus luas segitiga. Formula yang digunakan adalah sebagai
berikut :
A = x h1 + h2 + h2 +...+ hn−1
 2 
dimana : A = luas penampang yang dicari
x = interval offset line
h = pengukuran offset

19
n = jumlah offset

D. Teknik perhitungan luas dengan formula Simpson 1/3 akan memberikan


hasil perhitungan yang lebih teliti daripada teknik trapezoidal
(Kavanagh, 1996), digunakan untuk menghitung batas luasan yang
lebih tak beraturan (irregular). Asumsinya adalah offset line tiap- tiap
segmen didekati dengan persamaan fungsi parabolic. Rumus untuk
menghitung luas dengan formula Simpson 1/3 adalah : interval
A= 3 (h1 + hn + 2∑hodd + 4∑heven)
E. Weighing the Section Pada metode ini, penampang dihitung beratnya.
Untuk melakukannya harus menggunakan neraca analitik sampai
ketelitian 0.0001 gr dan menggunakan kertas tracing paper. Satu unit
luas tracing paper dipotong dan ditimbang. Berat yang didapat
dijadikan sebagai skala. Contoh, bila satu potong skala 20 yang dipakai,
maka 20 x 20 = ft3. Penampang peta dengan hati-hati diletakkan di atas
tracing paper, kemudian dipotong dan ditimbang. Perbandingan berat
penampang yang dihitung dari tiap unit berat tracing paper akan
memberikan luas penampang.
F. Tinggi Kali Lebar Stope Cara ini adalah cara perhitungan luas yang
paling sederhana dan paling mudah, namun hasilnya kasar. Hanya
cocok digunakan untuk menghitung penampang stope yang mendekati
bentuk ideal bujur sangkar atau segi panjang. Perhitungan luas
dilakukan dengan menghitung tinggi stope kemudian dikalikan dengan
lebar stope. Pengukuran biasanya diambil di bagian tengah-tengah
stope, baik tinggi maupun lebarnya.

2. Tunnel Survey
Untuk membahas cara ini perlu dibicarakan lebih lanjut pada bab
tersendiri.Kalau tunnel terlalu panjang, sampai 1.000 feet atau 3 kilometer
panjangnya, maka diperlukan pembacaan sudut dua kali.Koreksi pengukuran
panjang harus diperhatikan, disebabkan oleh tegangan dan temperatur.Cara

20
pengukuran tidak dapat dilakukan dengan bebrapa cara.Satu menit
instrument adalah sudah cukup meskipun harus diulangi lebih dari 1 kali,
akan lebih teliti daripada menggunakan 30 menit instrument.
a) Inckined Opening Banyak sekali operasi pertambangan dalam daerah
yang miring bila suatu inclined melebihi 500 instrument, dengan
telescope yang tetap sukar digunakan.Sudut vertikal tergantung dari jenis
instrument, dan besarnya biasanya kurang dari 500. Untuk daerah miring
maka pengukur memerlukan suatu tambahan.Banyak jenis instrument
yang didapat dengan memakai cara optik tertentu yang dapat digunakan
sebagai teleskope tambahan. Biasanya instrument ini kurang
dipergunakan.Teleskope tambahan dapat dapat di gunakan dalam dua
cara, yaitu:
o Sebagai side teleskope
o Sebagai top teleskope
Pemilihan berdasarkan alasan mana yang terbaik.Sebelumnya
pemilihan ini tergantung pada faktor batuan (keadaan batuan).Biasanya
kalau instrument digunakan untuk mengontrol pembuatan suatu lubang
yang miring (inclined opening), dimana inclined merupakan faktor yang
kedua, tetapi azimuth menjadi pengontrolan yang kedua, sedangkan yang
pertama, maka pemilihan pada side teleskope. Disamping itu kalau
pekerjaan untuk memindahkan meridian, bukan pekerjaan sehari-hari,
maka side teleskope adalah yang terbaik.

2.5 Penggunaan Theodolit


Theodolit adalah instrument / alat yang dirancang untuk menentukan
tinggi tanah pengukuran sudut yaitu sudut mendatar yang dinamakan
dengan sudut horizontal dan sudut tegak yang dinamakan dengan sudut
vertical. Dimana sudut – sudut tersebut berperan dalam penentuan jarak
mendatar dan jarak tegak diantara dua buah titik lapangan. Theodolit
merupakan salah satu alat ukur tanah yang digunakan untuk menentukan

21
sudut mendatar dan sudut tegak. Sudut yang dibaca bisa sampai pada
satuan sekon ( detik ).

Gambar 2.3
Theodolit

Cara Penggunaan Theodolit


1.  Putar sekrup pengunci perpanjangan berlawanan arah jarum jam untuk
mengendurkannya. Lalu tarik ke atas perpanjangan tersebut dengan
ketinggian setara dada posisi dada agar mudah dioperasikan. Jangan lupa
kencangkan kembali sekrup pengunci perpanjangan tersebut setelah
ditemukan posisi yang pas.
2.  Sebagai penahan posisi theodolit agar tidak mudah goyah, buatlah kaki
statif berbentuk segitiga sama sisi. Kemudian injak pedal kaki statif
tersebut agar lebih kuat. Cobalah atur kembali ketinggian statif supaya
posisi tribar plat mendatar sesuai.
3. Taruh theodolit di atas tribar plat. Setelah itu, kencangkan sekrup
pengunci centering ke theodolit.
4. Setel level nivo kotak agar posisi sumbu kesatu benar-benar tegak
dengan menggerakkan sekrup kiap di ketiga sisi alat ukur tersebut secara
beraturan.

22
5.  Setel nivo tabung supaya posisi sumbu kedua benar-benar mendatar
dengan menggerakkan sekrup kiap di ketiga sisi alat ukur tersebut secara
beraturan.
6.  Atur posisi theodolit dengan mengendurkan kekuatan sekrup pengunci
centering, lalu ubah posisinya berpindah ke kanan atau kiri hingga berada
tepat di tengah-tengah titik ikat (BM) jika dilihat dari centering optic.
7.  Periksa kembali kedudukan garis bidik menggunakan bantuan tanda T
yang dibuat di dinding.
8.  Cek sekali lagi kebenaran nilai indeks pada sistem skala lingkaran
dengan membaca sudut biasa dan sudut luar biasa untuk mengetahui nilai
kesalahan dari indeks tersebut.
9.  Untuk tata cara pembacaannya, perhatikan pada rambut ukur akan
tampak huruf E serta beberapa kotak kecil berwarna hitam dan merah.
Setiap jarak antara huruf E mewakili jarak sejauh 5 cm. Sedangkan setiap
jarak antara kotak kecil mewakili jarak sepanjang 1 cm

2.6 Penggunaan GPS

Gambar 2.4
GPS (Global Positioning System)

GPS merupakan sistem untuk menentukan posisi dan navigasi secara


global dengan menggunakan satelit. Pada dasarnya penentuan posisi

23
dengan GPS adalah pengukuran jarak secara bersama-sama ke beberapa
satelit (yang koordinatnya telah diketahui) sekaligus. Untuk menentukan
koordinat suatu titik di bumi, receiver setidaknya membutuhkan 4 satelit
yang dapat ditangkap sinyalnya dengan baik. Secara defaultposisi atau
koordinat yang diperoleh bereferensi ke global datum yaitu World
Geodetic System 1984 atau disingkat WGS'84.
GPS merekam lokasi ini dalam bentuk koordinat, dimana terdapat dua
buah nomor yang panjang. Satu nomor menunjukkan sejauh mana posisi
penulis dari timur atau barat. Nomor yang kedua menunjukkan sejauh
mana posisi penulis dari utara atau selatan. Adapun langkah-langkah
menggunakan GPS adalah sebagai berikut :
1. Hidupkan alat.
2. Tunggu beberapa saat (setelah satelit keterima 4) akan muncul
informasi koordinat.
3. Selanjutnya dicatat (atau direkam ke memori (waypoint) dengan
cara) :

24
a. Tekan tombol mark
b. Menggunakan tombol Rocker pilih Avg, dilanjutkan dengan menekan
tombol enter. Estimated accuracy terpenuhi misalnya 2 meter, tekan enter
kembali.
c. Beri nama titik pada baris paling atas.
d. Pindahkan kursor ke tombol Ok selanjutnya tekan enter
4. Catat nomer urut Waypoint dan harga koordinat di formulir survei dan
lengkapi juga dengan keterangan objek yang diperlukan.

2.7 Penggunaan Kompas Geologi


Kompas Geologi digunakan untuk mengukur arah (azimuth) pada suatu titik ataupun
kelurusan struktur, menqukur kemiringan lereng, maupun mengukur jurus ataupun
kedudukan perlapisan dan kemiringan lapisan batuan. Setiap Kompas Geologi harus
memiliki sebuah jarum magnit, lingkaran pembagi dalam derajat, nivo leveling
(nivo mata embu) dan sebuah clinometer dengan nivo tabung menqukur kemiringan.

Gambar 2.5
Kompas Geologi

1. Pengukuran azimuth / arah


a. Kompas dibuka dengan sudut ± 135°, tangan petunjuk dibuat tegak,
kompas dipegang dipinggang. Sasaran dilihat melalui lubang tangan
petunjuk di garis tengah cermin atau garis visir. Setelah bull eye
berada di tengah, baca angka lingkaran. Pembgian derajat yang
berhimpit dengan jarum utara kompas, sehingga didapatkan harga
azimuth / arah kedepan.

25
26

b. Kompas geologi dibuka dengan sudut ± 30°, depegang dekat


mata, sasaran dilihat melali lubang pengintip dan jendela
pandang, dan melalui cermin dibaca angka lingkaran
pembagian derajat yang berhimpit dengan jarum utara
kompas. Maka didapat harga back azmuth / arah belakang.
2. Pengukuran penentuan lokasi
Penetuan lokasi / ploting dapat digunakan dengan metode sebagai
berikut:
a. Mengatur peta dengan benar (arah utara disesuaikan dengan
arah utara kompas)
b. Memilih dua buah titik yang sudah dikenal dengan baik
dilapangan, misal A dan B.
c. Kemudian bidik dengan kompas dan catat sudut-sudut yang
didapat dari kedua titik yang ditandai tersebut.
d. Tentukan arah utara peta pada titik yang ditandai tersebut
caranya dengan membuat garis lurus yang tegak lurus
dengan sumbu Y.
e. Hitung dan gambarkan sudut yang didapatkan pada titik A
dan B, perhitungan sudutnya dimulai dari sudut kompas
pembidikan ke titik A dan B.
f. Perpotongan garis tersebut merupakan posisi kita.

2.8 Penggunaan Tali atau Pita ukur


Pita atau tali ukur merupakan alat yang digunakan untuk mengukur
panjang lintasan atau ketebalan suatu lapisan. Pita ini biasanya
berbentuk roll agar mudah dibawa.
27

Gambar 2.6
Tali atau Pita Ukur

Cara Penggunaan Pita ukur


1. Cara menggunakan alat ini relatif sederhana, cukup dengan
merentangkan meteran ini dari ujung satu ke ujung lain dari objek yang
diukur. Namun demikian untuk hasil yang lebih akurat cara
menggunakan alat ini sebaiknya dilakukan sebagai berikut:
2. DiLakukan oleh 2 orang
3. Seorang memegang ujung awal dan meletakan angka nol meteran di
titik yang pertama
4. Seorang lagi memegang rol meter menuju ke titik pengukuran lainnya,
tarik meteran selurus mungkin dan letakan meteran di titik yang dituju
dan baca angka meteran yang tepat di titik tersebut.
28

BAB III
HASIL PENELITIAN

3.1 Data Hasil Pengukuran dan Pembahasan


Pengambilan data dilakukan dengan menggunakan total station dengan tinggi 150
cm Adapun data dari hasil pengukuran dari terowongan bagian utara sebagai
berikut:
Tabel 3.1
Data Hasil Pengukuran Total Station
Nomor Angle Right VA BS VA L R
Is Fs Tunggal Ganda
BM BM 160°08’55” 321°41’45” 98°30’40” 90°00’45” 4.4 1.2
1 2
BM BM 72°06’46” 116°36’36” 89°30’40” 88°11’56” 4.7 1.0
2 3
BM BM 86°36’36” 144°28’56” 92°05’30” 88°19’42” 6.1 0.7
3 4
BM BM 130°19’53” 268°07’38” 89°40’46 89°11’43” 2.6 1.7
4 5
BM BM 52°06’40” 109°17’04” 85°30’43” 87°15’44” 4.28 3.65
5 6

Pengambilan data pada terwongan area selatan menggunakan theodolite dengan


tinggi 141 cm Adapun data yang didapat dari hasil pengukuran sebagai beikut:

Tabel 3.2
Data Hasil Pengukuran Theodolite
Nomor Angle Right VA HA L R
BA BT BB Tunggal Ganda
14 13 13 90°45’54 296°46’18 90°07’38 296°51’24 1.0 2.
1 6 8 ” ” ” ” 1 6
13 13 13 83°37’18 298°37’36 90°37’12 298°27’38 3 1
29

6 3 0 ” ” ” ”
12 12 12 90°37’12 298°37’36 90°33’24 332°73’01 1 2
7 4 2 ” ” ” ”

3.2 Data Hasil Pengeloalahan Data


Adapun data hasil pengelolahan dari data hasil pengukuran sebagai berkut :

Gambar 3.1
Penggambaran Sudut Pada Total Station

Gambar 3.2
Penggambaran Sudut Pada theodolite
30

Gambar 3.3
Sketsa Terowongan 1

Gambar 3.4
Sketsa Terowongan 2
31

3.3 Pengambilan Data Koordinat


Pengambilan data dilakukan dengan menggunakan total station dengan tinggi 150
cm Adapun data dari hasil pengukuran dari terowongan bagian utara sebagai
berikut
Tabel 3.3
Hasil Koordinat Mengguakan Totol Station
Titik Koordinat
Pengambilan x y z
BM 1 9231826 666404 68
BM 2 9231803 666359 68
BM 3 9231808 666356 68
BM 2 9231804 666365 68.134
BM 4 9231867 666359 68.017
BM 3 9231807 666358 68.108
BM 5 9231181 666357 67.566
BM 6 9231799 666353 68

Pengambilan data pada terwongan area selatan menggunakan theodolite dengan


tinggi 141 cm Adapun data yang didapat dari hasil pengukuran sebagai beikut:

Tabel 3.3
Hasil Koordinat Mengguakan Theodolitte
Titik Koordinat
Pengambilan x y z
BM 1 9228692 666699 71
BM 2 9228695 666713 71
BM 3 9228704 666693 71.1
BAB IV
PEMBAHASAN

4.1 Koreksi Perhitungan


Adapun hasil Koreksi

Koreksi = pembacaan ganda - 2.pembacaan tunggal

Adapun hasil Koreksi hasil koreksi mengunkanan Total Station sebagai berikut :
BM 1 = 321°41’45” – 2(160°08’55”) = 1°25’65”
BM 2= 116°36’36” – 2 (72°06’46”) = 28°24’56”
BM 3 = 144°28’56 – 2 (86°36’36”) = 28°44’16”
BM 4 = 268°07’38”– 2(130°19’53”) = 8°31’68”

BM 5 = 109°17’04” – 2(52°06’40”) =5°5’76”

Adapun hasil Koreksi hasil koreksi mengunkanan theodolite sebagai berikut :


= 296°46’18” – 2(90°45’54”) = 116°44’90”

=298°37’36” – 2(83°37’18”) = 132°37’0”

= 298°37’36” – 2(90°37’12”) = 118°37’12”

32
BAB V
PENUTUP

5.1 Kesimpulan
Berdasarkan penelitian dan pengukuran dilapangan yang dilaksanakan di Gresik,
kami selaku penulis mengambil beberapa kesimpulan yaitu :
1. Lokasi penelitian merupakan lahan bekas tambang batu gamping.
2. Alat yang digunakan dalam penelitian dan pengukuran dilapangan adalah:
1) Theodolite
2) TS
3) Meteran
4) Rambu ukur
5) GPS
6) Prisma
7) Senter
8) Payung
9) Alat Tulis.
3. TS dan Theodolit merupakan alat yang digunakan untuk mengukur data
koordinat dan kemiringan sudut dari tiap titik pengukuran.
4. Data koordinat dapat digunakan untuk pembuatan peta bentuk dari
terowongan dilapangan.
5.2 Saran
Adapun beberapa saran yang dapat diberikan dalam pengukuran dilapangan dan
juga penulisan laporan adalah sebagai berikut :
1. Bagi mahasiswa agar mempersiapkan diri dan memahami materi yang
diberikan Dosen dan Asisten Dosen sehingga dapat menjadi bekal saat
masuk ke dunia kerja.
2. Bagi Dosen dan Asisten Dosen agar penulisan laporan tenggat waktunya
tidak terlalu dekat sehingga mahasiswa dapat melakukan bimbingan lebih
dalam pengerjaan laporan.

33
DAFTAR PUSTAKA

Kavanagh, B.F. & Glenn Bird, S.J., (1996), Surveying, Principles and
Applications, Prentice Hall Inc., New Jersey, p. 309 – 311.
Staley, W.W., (1964), Introduction to Mine Surveying, Oxford & IBH Publishing
Co., Bombay, p. 186 – 193.

Bab-i-pendahuluan-ilmu-ukur-tambang-underground-surveying (2015 – 2016)


Ilmu ukur tambang (Underground Surveying), Diakses Pada Tangal 05
Ferbuari 2021, Melalui https://docplayer.info/62383710.

Stope Survey dan Tunnel Survey (Nov 19, 2017) Underground Mining Diakses
Pada Tangal 05 Ferbuari 2021. Melalui Link Akses
https://www.scribd.com/presentation/36486

ix
22

Anda mungkin juga menyukai