OLEH :
DONI SETIAWAN ( 7203143004 )
JURUSAN PEND.BISNIS
FAKULTAS EKONOMI
UNIVERSITAS NEGERI MEDAN
2021
KATA PENGANTAR
Puji syukur kami panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa, karena dapat menyelesaikan
tugas CBR (Critical Book Review). Adapun tugas ini saya buat untuk memenuhi tugas psikologi
pendidikan dan juga menambah ilmu pengetahuan dan pemahaman kita pada pendidikan.
Saya mohon maaf apabila ada kekurangan dan kesalahan dalam penulisan kata-kata
dalam tugas saya, saya sadar bahwa isi tugas ini masih jauh dari kata sempurna. Untuk itu saya
mohon kritik dan saran yang membangun dari para pembaca. Semua kritik, saran, dan petunjuk
yang diberikan akan saya terima dengan senang hati. Saya berharap semoga apa yang saya
tuliskan pada tugas saya ini dapat menambah pengetahuan baru yang bermanfaat bagi para
pembaca.
Medan,
Tim Penulis
BAB I
PENDAHULUAN
Pentingnya Critical Book Review (CBR) bagi mahasiswa yang baru belajar tentang
mengkritik buku agar lebih mengerti atau memahami apa isi buku yang dibacanya, dan tidak
hanya dibaca saja dan lupa begitu saja. Tugas ini juga berfungsi untuk mengajarkan mahasiswa
bagaimana caranya berpikir kritis. Mengkritik buku (critical book report) ini adalah suatu tulisan
atau ulasan mengenai sebuah hasil karya atau buku.
Mengkritik buku dilakukan bukan untuk menjatuhkan atau menaikkan nilai suatu buku
melainkan untuk menjelaskan apaa danya suatu buku yaitu kelebihan atau kekurangannya yang
akan menjadi bahan pertimbangan atau ulasan tentang sebuah buku kepada pembaca perihal
buku-buku baru dan ulasan kelebihan maupun kekurangan buku tersebut.
B. Tujuan Penelitian
Alasan dibuatnya Critical Book Review (CBR) yaitu untuk:
Penyelesaian tugas : Critical Book Review yang membandingkan beberapa buku yang
akan kita baca.
Menambah : Pengetahuan dan wawasan mengenai buku yang dikritik.
Meningkatkan : Ketelitian dan pemahaman dari buku yang kita kritik dengan cara
meneliti isi buku lalu meringkas pembahasan buku tersebut.
Menguatkan : Potensi ataupun keahlian dalam mengkritik isi buku yang kita baca dan
melakukan perbandingan dengan buku yang lainnya.
C. Manfaat CBR
Manfaatnya sangat banyak terutama bagi mahasiswa, karena CBR tidak sembarangan
diciptakan. Semuanya pasti mempunyai arti tersendiri, seperti CBR ini. Manfaatnya tidak bisa
kita sebutkan satu persatu, kita hanya akan membahas yang penting saja untuk memahami dan
mengerti isi buku.
BAB II
RINGKASAN BUKU
RINGKASAN BUKU I :
1. Deskripsi Singkat
Pada bab ini akan dibahas tentang sasaran, fungsi dan klasifikasi evaluasi pembelajaran
dan merupakan dasar bagi bab-bab selanjutnya seperti memahami prosedur kegiatan evaluasi.
Oleh karena itu diharapkan Anda dapat memahami materi ini secara baik.
2. Relevansi
Pengetahuan dan pengalaman yang telah dimiliki oleh mahasiswa ketika masih berada
pada jenjang SMA dan semester awal, akan lebih diasah, karena mahasiswa akan memahami
dengan jelas konsep evaluasi, pe ngukuran dan penilaian. Selain itu, materi pada bab-bab
selanjutnya di mata kuliah evaluasi pembelaran ini merupakan penunjang ketika mahasiswa akan
mengolah data dalam penyusunan skripsi
3. Kompetensi Dasar:
4. Materi Kuliah
Pembelajaran Secara garis besar dalam proses belajar mengajar, evaluasi memiliki
fungsi pokok a). Untuk mengukur kemajuan dan perkembangan peserta didik setelah
melakukan kegiatan belajar mengajar selama jangka waktu tertentu b). Untuk mengukur
sampai diana keberhasilan sistem pengajaran yang digunakan. c). Sebagai bahan
pertimbangan dalam rangka melakukan perbaikan proses belajar mengajar.
1. Deskripsi Singkat
Pada bab ini akan dibahas tentang Prosedur atau langkahlangkah pokok yang harus
ditempuh dalam kegiatan evaluasi, yaitu: (1) membuat perencanaan, yang meliputi: menyusun
kisi-kisi dan uji-coba, (2) mengumpulkan data, (3) mengolah data, (4) menafsirkan data, dan (5)
menyusun laporan, dan merupakan dasar bagi bab-bab selanjutnya seperti memahami teknik tes
dan non tes. Oleh karena itu diharapkan Anda dapat memahami materi ini secara baik.
2. Relevansi
Pengetahuan dan pengalaman yang telah dimiliki oleh mahasiswa ketika masih berada
pada jenjang SMA dan semester awal, akan lebih diasah, karena mahasiswa akan memahami
dengan jelas konsep evaluasi, pe ngukuran dan penilaian. Selain itu, materi pada bab-bab
selanjutnya di mata kuliah evaluasi pembelaran ini merupakan penunjang ketika mahasiswa akan
mengolah data dalam penyusunan skripsi
3. Kompetensi Dasar:
Jika soal dan perangkatnya sudah disusun dengan baik, maka perlu
diujicobakan terlebih dahulu di lapangan. Tujuannya untuk melihat soal-soal
mana yang perlu diubah, diperbaiki, bahkan dibuang sama sekali. Soal yang baik
adalah soal yang sudah mengalami beberpa kali uji coba dan revisi, yang
didasarkan atas analisis empiris dan rasional.
2. Pelaksanaan Evaluasi
3. Pengolahan Data
Setelah semua data kita kumpulkan, baik data itu dari kita langsung yang
mengadakan kegiatan evaluasi maupun dari orang lain yang mengevaluasi orang yang
kita maksud, data tersebut harus diolah. Mengolah data berarti ingin memberikan nilai
dan makna kepada peserta didik mengenai kualitas hasil pekerjaannya.
Penafsiran terhadap suatu hasil evaluasi harus didasarkan atas kriteria tertentu
yang disebut norma. Bila penafsiran data itu tidak berdasarkan kriteria atau norma
tertentu hanya berdasarkan pertimbangan pribadi dan kemanusiaan, maka termasuk
kesalahan yang besar. Ada dua jenis penafsiran data, yatu penafsiran kelompok dan
penafsiran individual. Penafsiran kelompok adalah penafsiran yang dilakukan untuk
mengetahui karakteristik kelompok berdasarkan data hasil evaluasi, antara lain prestasi
kelompok, rata-rata kelompok, sikap kelompok, dan distribusi nilai kelompok.
Sedangkan penafsiran individual adalah penafsiran yang hanya tertuju kepada individu
saja.
5. Laporan
Semua kegiatan dan hasil evaluasi harus dilaporkan kepada berbagai pihak yang
berkepentingan, seperti pimpinan/kepala sekolah, pemerintah, dan peserta didik itu
sendiri. Hal ini dimaksudkan agar hasil yang dicapai peserta didik dapat diketahui oleh
berbagai pihak dan dapat menentukan langkah selanjutnya. Di samping itu, laporan juga
penting bagi peserta didik itu sendiri agar ia mengetahui kemampuan yang dimilikinya,
dan atas dasar itu ia menentukan kemana arah yang harus ditempuhnya serta apa yang
harus dilakukannya.
1. Teknik Tes
Cronbach berpendapat bahwa tes merupakan suatu prosedur yang sistematis untuk
mengamati atau mendes-krip sikan satu atau lebih karakteristik seseorang dengan menggunakan
standar numerik atau sistem kategorik. Bruce berpendapat tes dapat digunakan untuk mengukur
banyak-nya pengetahuan yang diperoleh individu dari suatu bahan yang terbatas pada tingkat
tertentu. Prestasi atau tingkah laku tersebut dapat menunjukkan tingkat pencapaian tujuan
intruksional pembelajaran atau tingkat penguasaan terhadap seperangkat materi yang telah
diberikan dalam proses pembe-lajaran, dan dapat pula menunjukkan kedudukan siswa yang
bersangkutan dalam kelompoknya.Dalam kaitan dengan rumusan tersebut, sebagai alat eva-lu asi
hasil belajar, tes minimal mempunyai dua fungsi, yaitu:
a. Untuk mengukur tingkat penguasaan terhadap se-pe rangkat materi atau tingkat
pencapaian terhadap seperangkat tujuan tertentu.
b. Untuk menentukan kedudukan atau perangkat siswa dalam kelompok, tentang
penguasaan materi atau penca-paian tujuan pembelajaran tertentu.
Dilihat dari segi tujuannya dalam bidang pendidikan, tes dapat dibagi menjadi:
1. tes kecepatan
Tes ini bertujuan untuk mengevaluasi peserta tes (testi) dalam hal kecepatan berpikir atau
keteram-pilan, baik yang bersifat spontanitas (logik) maupun dan pemahaman dalam mata
pelajaan yang telah dipelajarinya.
2. tes kemampuan
Tes ini bertujuan untuk mengevaluasi peserta tes da-lam mengungkapkan kemampuannya
(dalam bidang tertentu) dengan tidak dibatasi secara ketat oleh wak-tu yang disediakan.
3. tes hasil belajar
Tes ini dimaksudkan untuk mengevaluasi hal yang telah diperoleh dalam suatu kegiatan.
4. tes kemajuan belajar
Tes kemajuan belajar disebut juga dengan tes per-olehan adalah tes untuk
mengetahui kondisi awal peserta didik (testi) sebelum pembelajaran dan kondisi akhir setelah
pembelajaran
5. tes diagnostik
Tes diagnostik adalah tes yang dilaksanakan untuk mendiagnosis atau mengidentifikasi
kesukaran-ke-sukaran dalam belajar
6. tes formatif
Tes formatif adalah penggunaan tes hasil belajar untuk mengetahui sejauh mana kemajuan
belajar yang telah dicapai oleh siswa dalam suatu program pembelajaran tertentu.
7. tes sumatif
Tes sumatif berarti tes yang ditujukan untuk mengetahui penguasaan siswa dalam
sekumpulan materi pelajaran (pokok bahas-an) yang telah dipelajari
Bentuk tes terbagi atas tiga: (1) tes lisan, (2) tes tertulis dan (3) tes tindakan atau perbuatan
2. Teknik Nontes
Teknik nontes sangat penting dalam mengevaluasi siswa pada ranah afektif dan
psikomotor, berbeda dengan teknik tes yang lebih menekankan asfek kognitif. Ada beberapa
macam Teknk nontes, yakni: pengamatan (observation), wawancara (interview),
kuesioner/angket (questionanaire), dan analisis dokumen yang bersifat unobtrusive.
Pelaksanaan evaluasi pembelajaran dapat dilakukan dengan menggunakan berbagai alat
evaluasi, antara lain, kuesioner, tes, skala, format observasi, wawancara,dan analisa dokumen.
Dari sekian banyak alat evaluasi, secara umum dapat dike-lompokkan menjadi dua, yakni alat tes
dan nontes
BAB VI VALIDITAS DAN REABILITAS TES
1. Validitas (Kesahihan)
Validitas menunjuk kepada sejauh mana suatu alat mampu mengukur apa yang hendak diukur.
Dalam dunia pendidikan kita mengenal bermacam-macam validitas tes;, validitas suatu tes dapat
dibedakan menjadi empat macam, yaitu validitas isi, validitas konstruk, validitas konkuren, dan
validitas prediksi yang akan diuraikan sebagai berikut :
1. Yang dimaksud validitas isi derajat dimana sebuah tes mengukur cakupan substansi yang
akan diukur. Untuk mendapatkan validitas isi memerlukan dua aspek penting, yaitu valid
isi dan valid samplingnya.
2. Validitas Konstruk; merupakan derajat yang menunjuk-kan suatu tes mengukur sebuah
konstruk sementara atau hypotetical construct.
3. Validitas konkuren; adalah derajat dimana skor dalam suatu tes dihubungkan dengan skor
lain yang telah dibuat.
4. Validitas prediksi; adalah derajat yang menunjukkan suatu tes dapat memprediksi tentang
bagaimana seseorang akan melakukan suatu prospek tugas atau pekerjaan yang
direncanakan.
Untuk menghitung koefisien korelasi antara skor butir dan skor total instrumen digunakan
rumus statistik yang sesuai dengan jenis skor butir dari instrumen tersebut. Jika skor kontinum,
maka untuk menghitung koefisien korelasi an-tara skor butir dengan skor total digunakan
koefisien korelasi product moment (r) yang menggunakan rumus:
XY ¿− ( X )( Y) ¿
∑ ∑ ∑ 2 2 2 2
r=N( √{ (∑
N X )− (∑ X )− N
} { (∑ Y )− (∑ Y )}
Atau
∑ xi. xt
2 2
rt = √∑
xi . xt
2. Realiabilitas (Keterandalan)
Reliabilitas suatu alat pengukur adalah derajat keajegan/konsistensi alat tersebut dalam
mengukur apa saja yang di-ukurnya. Suatu instrumen penelitian dikatakan mempunyai nilai
reliabilitas yang tinggi, apabila tes yang dibuat mempunyai hasil yang konsisten dalam
mengukur yang hendak diukur. Ini berarti semakin reliabel suatu tes memiliki persyaratan maka
semakin yakin kita dapat menyatakan bahwa dalam hasil suatu tes mempunyai hasil yang sama
ketika dilakukan tes kembali. Dalam buku ini reliabilitas dibedakan atas dua macam yaitu:
a. Reliabilitas Konsistensi Tanggapan
Reliabilitas konsistensi tanggapan responden memper-soalkan apakah tanggapan responden
atau obyek terha-dap tes tersebut sudah sudah baik atau konsisten.
b. Reliabilitas Konsistensi Gabungan Item
Reliabilitas konsistensi gabungan item berkaitan dengan kemantapan atau konsistensi antara
item-item berkaitan dengan kemantapan atau konsistensi antara item-item suatu tes. Koefisien
reliabiitas konsistensi gabungan item dapat dihitung dengan menggunakan :Rumus
KuderRichardson, yang dikenal dengan nama KR – 20 dan KR – 21.Rumus koefisien Alpha atau
Alpha Cronbach.Rumus reliabilitas Hoyts, yang menggunakan analisis varian.
Selanjutnya akan diketengahkan contoh perhitungan penggunaan rumus koefisien Alpha
2
si
rii =
k
( 1− ∑ ) k−1 si2
Keterangan:
rii = koefisien reliabilitas tes
k = cacah butir si2 =
varian skor butir st2 =
varian skor total
BAB VII TEKNIK PEMERIKSAAN, PEMBERIAN SKOR DAN PENGOLAHAN HASIL
TES
Nilai pada dasarnya melambangkan penghargaan yang diberikan oleh tester kepada testee
atas jawaban betul yang diberikan oleh testee dalam tes hasil belajar. Artinya makin banyak
jumlah butir soal dapat dijawab dengan betul, maka penghargaan yang diberikan oleh tester
kepada testee akan semakin tinggi. sebaliknya, jika jumlah butir item yang dapat dijawab dengan
betul itu hanya sedikit, maka penghargaan yang diberikan kepada testee juga kecil atau rendah.
Tes hasil belajar dapat diselenggarakan secara tertulis (tes tertulis), secara lisan (tes lisan)
dan dengan tes perbuatan.Adanya perbedaan pelaksanaan tes hasil belajar tersebut menuntut
adanya perbedaan dalam pemeriksaan, pemberian skor, dan pengolahan hasil-hasilnya.
Skor : hasil pekerjaan menskor yang diperoleh dengan menjumlahkan angka-angka bagi setiap
soal tes yang dijawab betul oleh siswa, dengan memperhitungkan bobot jawaban betulnya.
Nilai : angka (bisa juga huruf) yang merupakan hasil ubahan dari skor yang sudah dijadikan satu
dengan skor-skor lainnya, serta dengan menggunakan acuan/ standar tertentu, yakni acuan
patokan dan acuan norma.
a. Penilaian Acuan Patokan (PAP) Pemberian nilai jenis ini berdasarkan atas tujuan
instruksional yang telah ditentukan, artinya nilai yang diberikan kepada peserta tes
menunjukkan tingkat pencapaian tujuan instruksional atau tingkat penguasaan terhadap
materi yang telah ditentukkan
b. Penilaian Acuan Norma (PAN) Pemberian nilai jenis ini menggunakan kelompok sebagai
criteria. Nilai seorang siswa (peserta tes) ditentukkan oleh posisinya daam kelompok.
Teknik pengolahan hasil tes hasil belajar dapat dilakukan dengan beberapa cara, yakni:
mengolah skor mentah menjadi nilai huruf, mengolah skor mentah menjadi nilai 1 – 10,
mengolah skor mentah menjadi nilai dengan persen, mengolah skor mentah menjadi skor standar
z, dan mengolah skor mentah menjadi skor standar T.
Witherington dalam (1989:87) mengatakan, bahwa sudah atau belum memadainya derajat
kesukaran item tes hasil belajar dapat diketahui dari besar kecilnya angka yang melambangkan
tingkat kesulitan dari item tersebut.Angka yang dapat memberikan petunjuk mengenai tingkat
kesulitan item itu dikenal dengan istilah Difficulty Index (angka indeks kesukaran item).
Angka indeks kesukaran item itu dapat diperoleh dengan menggunakan rumus :
P=∑ x
Sm N
Daya pembeda item adalah kemampuan suatu butir item tes hasil belajar untuk dapat
membedakan antara testee yang berkemampuan tinggi dengan testee yang berkemampuan rendah
sehingga sebagian besar testee yang memiliki kemampuan tinggi dapat menjawab butir item
tersebut dengan benar, sementara testee yang kemampuannya rendah tidak dapat menjawab soal
itu dengan benar.
Fungsi distraktor hanya berlaku pada soal bentuk pilihan ganda oleh karena ada
alternative jawaban (opsi) yang merupakan pengecoh. Butir soal yang baik, pengecohnya akan
dipilih secara merata oleh peserta didik yang menjawab salah. Sebaliknya, butir soal yang kurang
baik, pengecohnya akan dipilih secara tidak merata. Pengecoh dianggap baik apabila jumlah
peserta didik yang memilih pengecoh itu sama atau mendekati jumlah ideal.
RINGKASAN BUKU II :
Instrumen Evaluasi pembelajaran jenis tes adalah teknik yang paling umum digunakan
dalam kegiatan pengukuran. Meskipun teknik ini tidak selalu yang terbaik dan tepat untuk
beberapa tujuan. Jenisnya juga bermacam-macam. Misalnya tes prestasi belajar (achievement
test), tes penguasaan (proficiency test), tes bakat (aptitude test), tes diagnostik (diagnostic test).
dan tes penempatan (placement test).
Jika dilihat dari bentuk jawaban peserta didik, maka tes dapat dibagi menjadi tiga jenis,
yaitu tes tertulis, tes lisan, dan tes perbuatan. Tes tertulis ada dua bentuk, yaitu bentuk uraian
(essay) dan bentuk objektif (objective).
Tes bentuk uraian adalah tes yang pertanyaannya membutuhkan jawaban uraian, baik
uraian secara bebas maupun uraian secara terbatas. Tes bentuk uraian ini, khususnya bentuk
uraian bebas menuntut kemampuan murid untuk mengorganisasikan dan merumuskan jawaban
dengan menggunakan kata-kata sendiri serta dapat mengukur kecakapan murid untuk berfikir
tinggi yang biasanya dituangkan dalam bentuk pertanyaan yang menuntut:
- Memecahkan masalah
- Menganalisa masalah
- Membandingkan
- Menyatakan hubungan
Tes objektif disebut objektif karena cara pemeriksaannya yang seragam terhadap semua
murid yang mengikuti sebuah tes. Tes objektif juga dikenal dengan istilah tes jawaban pendek
(short answer test), dan salah satu tes hasil belajar yang terdiri dari butir-butir soal (items) yang
dapat dijawab oleh tester dengan jalan memilih salah satu (atau lebih), di antara beberapa
kemungkinan jawaban yang telah dipasangkan pada masing masing items atau dengan jalan
menuliskan jawabannya berupa kata-kata atau simbol-simbol tertentu pada tempat-tempat yang
disediakan untuk masing-masing butir yang bersangkutan.
Terdapat beberapa jenis tes bentuk objektif, misalnya: bentuk melengkapi (completion
test), pilihan ganda (multifle chois), menjodohkan (matching), bentuk pilihan benar-salah (true
false). Lebih jelasnya diuraikan subagai berikut.
Completion test adalah dikenal dengan istilah melengkapi atau menyempurnakan. Salah
satu jenis objektif yang hampir mirip sekali dengan tes objektif fill in. Letak perbedaannya ialah
pada tes objektif bentuk fill in bahan yang dites itu merupakan satu kesatuan. Sedangkan pada tes
objektif bentuk completion tidak harus demikian.
Test bentuk ini sering dikenal dengan istilah tes menjodohkan, tes mencari pandangan,
tes menyesuaikan, tes mencocokkan. Ciriciri tes ini adalah : a. Test terdiri dari satu seri
pertanyaan dan satu seri jawaban. b. Tugas tes adalah mencari dan menetapkan jawaban-jawaban
yang telah bersedia sehingga sesuai dengan atau cocok atau merupakan pasangan, atau
merupakan “jodoh” dari pertanyaan.
Test objektif bentuk fill in ini biasanya berbentuk cerita atau karangan.
Test ini juga sering dikenal dengan tes objektif bentuk “Ya-Tidak” tes objektif bentuk
true false adalah salah satu bentuk tes, dimana ada yang benar dan ada yang salah.
Tes tindakan adalah tes yang menuntut jawaban peserta didik dalam bentuk perilaku,
tindakan, atau perbuatan di bawah pengawasan penguji yang akan mengobservasi penampilannya
dan membuat keputusan tentang kualitas hasil belajar yang dihasilkannya atau ditampikannya.
Peserta didik bertindak sesuai dengan apa yang diperintahkan dan ditanyakan.
Tes tindakan dapat digunakan untuk menilai kualitas suatu perkerjaan yang telah selesai
dikerjakan oleh peserta didik, termasuk juga keterampilan dan ketepatan menyelesaikan suatu
pekerjaan, kecepatan dan kemampuan merencanakan suatu pekerjaan.
Instrumen evaluasi jenis non-tes dapat digunakan jika kita ingin mengetahui kualitas
proses dan produk dari suatu pembelajaran yang berkenaan dengan domain afektif, seperti sikap,
minat, bakat, motivasi, dan lain-lain. Termasuk jenis instrumen evaluasi jenis non-tes adalah
observasi, wawancara, skala sikap, dan lain-lain.
A. Daftar Cek
Penilaian unjuk kerja dapat dilakukan dengan menggunakan daftar cek (ya - tidak). Pada
penilaian unjuk kerja yang menggunakan daftar cek, peserta didik mendapat nilai apabila kriteria
penguasaan kemampuan tertentu dapat diamati oleh penilai.
B. Skala Rentang
Penilaian unjuk kerja yang menggunakan skala rentang memungkinkan penilai memberi
nilai penguasaan kompetensi tertentu karena pemberian nilai secara kontinuum di mana pilihan
kategori nilai lebih dari dua. Penilaian sebaiknya dilakukan oleh lebih dari satu penilai agar
faktor subjektivitas dapat diperkecil dan hasil penilaian lebih akurat.
C. Penilaian Sikap
Sikap berangkat dari perasaan (suka atau tidak suka) yang terkait dengan kecenderungan
bertindak seseorang dalam merespon sesuatu/ objek. Sikap juga sebagai ekspresi dari nilai-nilai
atau pandangan hidup yang dimiliki oleh seseorang. Sikap dapat dibentuk untuk terjadinya
perilaku atau tindakan yang diinginkan.
Sikap terdiri dari tiga komponen, yakni: komponen afektif, komponen kognitif, dan
komponen konatif. Komponen afektif adalah perasaan yang dimiliki oleh seseorang atau
penilaiannya terhadap sesuatu objek. Komponen kognitif adalah kepercayaan atau keyakinan
seseorang mengenai objek. Adapun komponen konatif adalah kecenderungan untuk berperilaku
atau berbuat dengan cara-cara tertentu berkenaan dengan kehadiran objek sikap.
Penilaian sikap dapat dilakukan dengan beberapa cara atau teknik. Teknik-teknik tersebut
antara lain:
1. Observasi perilaku
2. Pertanyaan langsung
3. Laporan pribadi
D. Penilaian Proyek
Penilaian proyek merupakan kegiatan penilaian terhadap suatu tugas yang harus
diselesaikan dalam periode/waktu tertentu. Tugas tersebut berupa suatu investigasi sejak dari
perencanaan, pengumpulan data, pengorganisasian, pengolahan dan penyajian data.
Penilaian produk adalah penilaian terhadap keterampilan dalam membuat suatu produk
dan kualitas produk tersebut. Penilaian produk tidak hanya diperoleh dari hasil akhir saja tetapi
juga proses pembuatannya.
F. Penilaian Portofolio
G. Penilaian Diri
Penilaian diri (self assessment) adalah suatu teknik penilaian, di mana subjek yang ingin
dinilai diminta untuk menilai dirinya sendiri berkaitan dengan, status, proses dan tingkat
pencapaian kompetensi yang dipelajarinya dalam mata pelajaran tertentu.
Teknik penilaian diri dapat digunakan dalam berbagai aspek penilaian, yang berkaitan
dengan kompetensi kognitif, afektif dan psikomotor. Dalam proses pembelajaran di kelas,
berkaitan dengan kompetensi kognitif, misalnya: peserta didik dapat diminta untuk menilai
penguasaan pengetahuan dan keterampilan berpikir sebagai hasil belajar dalam mata pelajaran
tertentu, berdasarkan kriteria atau acuan yang telah disiapkan. Berkaitan dengan kompetensi
afektif.
BAB V PENILAIAN BERBASIS KELAS
A. Validitas tes
Langkah-langkah penyelesaian
Mp= =6
3. Hitung harga Mt
Mt= =5,87
4. Hitung harga St
St
St
¿36,87−34,51
¿2,36
Dengan demikian dapat diketahui harga standar deviasi total dengan menarik akar dari
varians total di atas yaitu 1,53 5.
5. Hitung harga p p = 5/8 = 0,625 6.
6. Hitung harga q q = 1 – 0,625 = 0,375 Sehingga diperoleh:
Soal Latihan
Pertanyaan:
NAMA BUTIR L JUMLAH
SISW SOA
A 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10
A 1 1 1 1 1 1 1 1 1 0 9
B 1 1 1 1 1 1 1 1 0 0 8
C 1 1 1 1 1 1 1 1 0 0 8
D 1 1 1 1 1 1 1 1 0 0 8
E 0 1 1 1 1 1 1 1 0 0 7
F 1 0 1 1 1 1 1 1 0 0 7
G 1 1 0 1 1 1 0 1 0 0 6
H 0 0 1 1 1 1 1 1 0 0 6
I 0 1 1 0 1 1 1 1 0 0 6
J 1 1 0 1 0 1 0 1 1 0 5
K 1 1 0 0 0 0 0 1 0 0 3
JLH= 8 9 8 9 9 10 8 10 2 0
Hitunglah validitas setiap butir tes…
Penilaian acuan patokan (PAP) atau dikenal dengan istilah Criterion Referenced Test
adalah penilaian acuan patokan adalah penilaian yang mengacu kepada kriteria pencapaian
tujuan pembelajaran yang telah dirumuskan sebelumnya (Slameto, 1988).Tujuan PAP adalah
untuk mengukur secara pasti tujuan atau kompetensi yang ditetapkan sebagai kriteria
keberhasilannya.
Selain dua ilustrasi di atas, maka pendekatan PAP dapat dilakukan dengan cara sebagai berikut:
1. Mencari skor ideal, yaitu skor yang mungkin dicapai peserta didik jika semua soal dapat
dijawab dengan benar.
Penilaian acuan norma (PAN) atau dikenal dengan istilah Norm Referenced Test adalah
penilaian yang dilakukan dengan mengacu pada norma kelompok. Nilai-nilai yang diperoleh
peserta didik diperbandingkan dengan nilai-nilai peserta didik lainnya yang termasuk di dalam
kelompoknya.
p+q+nR
Rumus diantaranya;
2+n
Sehingga dapat dilakukan penghitungan mean atau nilai rata-rata sebagai berikut:
M .
N 8
Dengan demikian dapatlah diketahui bahwa antara PAP dan PAN memang memiliki
perbedaan yaitu:
1. Kriteria atau patokan yang digunakan PAP bersifat “mutlak”, sedangkan PAN
menggunakankriteria yang bersifat relatif, dalam arti tidak tetap atau selalu berubah-ubah,
disesuaikan dengan kondisi dan atau kebutuhan pada waktu itu.
2. Nilai dari hasil PAP dapat dijadikan indikator untuk mengetahui sampai di mana
tingkatkemampuan dan penguasaan peserta didik tentang materi pengajaran tertentu, sedangkan
nilai hasil PAN tidak mencerminkan tingkat kemampuan dan penguasaan peserta didik tentang
materi pengajaran yang diteskan, tetapi hanya menunjukan kedudukan peserta didik di dalam
peringkat kelompoknya.
BAB III
Kelebihan Buku I:
1. Pada setiap awal bab dipaparkan deskripsi singkat, relevansi, kompetensi dasar dan
materi dari tema yang akan dibahas.
2. Penjelasan materi dipaparkan secara terstruktur dan jelas.
3. Memuat kesimpulan berdasarkan apa yang telah dipaparkan para ahli.
4. Disertai dengan rangkuman, soal latihan dan daftar pustaka di akhir bab.
5. Tidak hanya menyelesaikan dengan satu rumus, tetapi diberikan pilihan rumus lainnya
untuk mencari tujuan yang sama.
6. Contoh soal pada materi sesuai dengan pertanyaan(latihan) di akhir bab.
Kekurangan Buku I:
1. Terlalu banyak nya menggunakan tabel dalam menjelaskan submateri dari suatu bab.
2. Terdapat ilustrasi soal yang sama di antara buku utama dan buku pembanding. Ilustrasi
kurang berkembang.
1. Tidak memuat kesimpulan dari apa yang telah dipaparkan oleh para ahli
2. Penjelasan materi tidak terstruktur sehingga sulit untuk memahami materi
3. Menggunakan bahasa yang sulit dipahami
4. hanya menyelesaikan dengan satu rumus, tetapi diberikan pilihan rumus lainnya untuk
mencari tujuan yang sama.
5. Terdapat ilustrasi soal yang sama di antara buku pembanding dan buku utama. Ilustrasi
kurang berkembang.
BAB IV
PENUTUP
A. KESIMPULAN
Dapat disimpulkan bahwa evaluasi adalah proses penentuan apakah materi dan metode
pembelajaran telah sesuai dengan tujuan yang diharapkan. Ciri evaluasi dalam pendidikan yaitu:
Ciri pertama, penilaian dilakukan secara tidak langsung. Ciri kedua dari penilaian pendidikan
yaitu penggunaan ukuran kuantitatif. Ciri ketiga dari penilaian pendidikan, yaitu bahwa penilaian
pendidikan menggunakan, unit-unit untuk satuan-satuan yang tetap karena IQ 105 termasuk anak
normal. Ciri kempat dari penilaian pendidikan adalah bersifat relative artinya tidak sama atau
tidak selalu tetap dari satu waktu ke waktu yang lain. Ciri kelima dalam penilaian pendidikan
adalah bahwa dalam penilaian pendidikan itu sering terjadi kesalahan-kesalahan. Adapun tujuan
evaluasi pembelajaran adalah untuk mengetahui keefektifan dan efisiensi system pembelajaran
secara luas. Sistem pembelajaran dimaksud meliputi: tujuan, materi, metode, media, sumber
belajar, lingkungan maupun sistem penilaian itu sendiri. Serta hasil dari evaluasi dilaksanakan
yaitu informasi tentang kebutuhan-kebutuhan pada diri yang dinilai, kemudian dapat dijadikan
dasar merancang pengalaman-pengalaman untuk memenuhi kebutuhan-kebutuhan itu.
Dengan adanya Critical Book Review ini kita dapat membandingkan antara satu buku
utama dengan dua buku pembanding dengan pengarang yang berbeda agar dapat menambah
wawasan dan pengalaman dalam evaluasi pembelajaran.
B. SARAN
Untuk pembaca yang ingin menggali informasi tentang evaluasi pembelajaran kami sarankan
untuk membaca buku utama dan buku pembanding yang dapat menambah wawasan mengenai
evaluasi seperti ciri, tujuan, metode, hasil, dan hal-hal yang berhubungan dengan evaluasi.
DAFTAR PUSTAKA