Anda di halaman 1dari 22

MAKALAH

DINASTI UMAYYAH

Mata Kuliah : Sejarah Islam


Dosen Pengampu : Radli Kurniawan

Disusun Oleh :
Kelompok 03 (Tiga) | Kelas: 7A Reguler

1. Ahmad Naufal Alfarizi NPM 18630983


2. Edwin Rezaldi NPM 17630697
3. Muhammad Saman NPM 18630438

PROGRAM STUDI S1 TEKNIK INFORMATIKA


FAKULTAS TEKNOLOGI INFORMASI
UNIVERSITAS ISLAM KALIMANTAN
MUHAMMAD ARSYAD AL BANJARI
BANJARMASIN
2021

i
KATA PENGANTAR

1. Puji Syukur
Puji dan syukur marilah kita panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah
memberikan kesehatan jasmani dan rohani sehingga kita masih tetap bisa
menikmati indahnya alam ciptaan – Nya. Sholawat dan salam tetaplah kita
curahkan kepada baginda Muhammad Saw yang telah menunjukkan kepada kita
jalan yang lurus berupa ajaran agama yang sempurna dengan bahasa yang sangat
indah.
2. Alasan Pembuatan Makalah
Penulis disini akhirnya dapat merasa sangat bersyukur karena telah
menyelesaikan makalah yang kami beri judul ‘Dinasti Umayyah’ sebagai tugas
mata kuliah Sejarah Islam. Dalam makalah ini kami mencoba untuk menjelaskan
tentang Pendirian Dinasti Umayyah, Pola Pemerintahan Dinasti Umayyah,
Ekspansi Wilayah Dinasti Umayyah, dan Peradaban Islam Pada Masa Dinasti
Umayyah.
3. Terima Kasih
Penulis mengucapkan banyak terima kasih kepada Allah SWT, Baginda
Nabi Muhammad Saw, dan Orang Tua yang telah memberi dukungan hingga
terselesaikannya makalah ini.
4. Kritik dan Saran
Penulis memahami jika makalah ini tentu jauh dari kesempurnaan maka
kritik dan saran sangat kami butuhkan guna memperbaiki karya – karya kami
dilain waktu.

ii
DAFTAR ISI

Halaman
COVER i
KATA PENGANTAR ii
DAFTAR ISI iii
BAB I PENDAHULUAN 1
1.1. Latar Belakang 1
1.2. Rumusan Masalah 2
1.3. Tujuan Penulisan 2

BAB II DINASTI UMAYYAH 3


2.1. Pendirian Dinasti Umayyah 3
2.2. Pola Pemerintahan Dinasti Umayyah 5
2.3. Ekspansi Wilayah Dinasti Umayyah 7
2.4. Peradaban Islam Pada Masa Dinasti Umayyah 11
BAB III PENUTUP 14
3.1. Kesimpulan 14
3.2. Saran 14

DAFTAR PUSTAKA 15

iii
BAB I

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Dengan berakhirnya kekuasaan kekhalifah Ali bin Abi Thalib, maka lahirlah

kekuasan bani Umayyah sebagai penerus pemimpin umat islam. Pada periode Ali

dan Khalifah sebelumnya, pola kepemimpinan masih mengikuti keteladanan Nabi.

Para khalifah dipilih melalui proses musyawarah, ketika mereka menghadapi

kesulitan – kesulitan, maka mereka mengambil kebijakan langsung melalui

musyawarah dengan para pembesar yang lainnya.

Berbeda dengan pemerintahan Khulafaur Rasyidin, bentuk pemerintahan

bani Umayyah berbentuk kerajaan dengan kekuasaan bersifat feodal atau

penguasaan wilayah secara turun – temurun. Untuk mempertahankan kekuasaan,

khilafah berani bersikap otoriter, adanya unsur kekerasan, diplomasi yang diiringi

dengan tipu daya, serta hilangnya musyawarah dalam pemilihan khilafah.

Dinasti bani Umayyah merupakan kerajaan Islam pertama yang didirikan

oleh Muawiyah bin Abu Sufyan bin Harb. Perintisan dinasti ini dilakukannya

dengan cara menolak pembantaian terhadap khalifah Ali bin Abi Thalib,

kemudian ia memilih berperang dan melakukan perdamaian dengan pihak Ali

dengan strategi politik yang sangat menguntungkan baginya. Terlepas dari

persoalan sistem pemerintahan yang diterapkan, sejarah telah mencatat bahwa

Dinasti Umayyah adalah Dinasti Arab pertama yang telah memainkan peran

penting dalam perluasan wilayah, ketinggian peradaban dan penyebarkan agama

1
Islam keseluruh penjuru dunia, khususnya eropa, sampai akhirnya dinasti ini

menjadi adikuasa.

1
2

1.2. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang yang telah di paparkan diatas, maka rumusan

masalah pada makalah ini dapat dirangkum dan disimpulkan sebagai berikut:

1. Bagaimana perkembangan islam pada masa bani Umayyah ?

2. Bagaimana proses berdirinya kedinastian bani Umayyah ?

3. Bagaimana pemerintahan pada masa bani Umayyah ?

4. Bagaimana perkembangan wilayah pada masa bani Umayyah ?

1.3. Tujuan Penulisan

Berdasarkan latar belakang yang telah dipaparkan diatas, maka adapun

tujuan dari penulisan makalah ini agar kita mengetahui bagaimana kedinastian

bani Umayyah terbentuk, mengetahui bagaimana pemerintahan pada masa bani

Umayyah, mengetahui bagaimana perkembangan wilayah pada masa bani

Umayyah, dan mengetahui bagaimana perkembangan islam pada masa bani

Umayyah.
BAB II

DINASTI UMAYYAH

2.1. Pendirian Dinasti Umayyah

Dengan berakhirnya kekuasaan kekhalifah Ali bin Abi Thalib, maka lahirlah

kekuasan bani Umayyah sebagai penerus pemimpin umat islam. Bani Umayyah

atau Kekhalifahan Muawiyah adalah kekhalifahan islam pertama setelah masa

Khulafaur Rasyidin yang memerintah dari tahun 661 yang dimulainya tradisi baru

dalam sistem pemerintahan islam sampai 750 M di Jazirah Arab. Nama dinasti ini

dirujuk kepada Umayyah bin’Abd asy – Syams, kakek buyut dari khalifah

pertama Bani Umayyah, yaitu Mu’awiyah bin Abu Sufyan atau kadangkala

disebut juga dengan Mu’awiyah I yang menjadi khalifah pada masa dinasti ini.

Masa Khalifah bani Umayyah hanya berumur 90 tahun (40 – 132 H/661 – 750 M)

yang dimulai pada masa kekuasaan Mu’awiyah bin Abu Sufyan, yaitu setelah

terbunuhnya Ali bin Abi Thalib, dan kemudian orang – orang melantik Hasan bin

Ali menjadi seorang Khalifat.

Setelah Hasan bin Ali menjadi Khalifah, Mu’awiyah mempersiapkan diri

untuk menyerang Kufah tempat kedudukan Hasan. Persiapan Mu’awiyah itu

sampai beritanya kepada Hasan. Oleh sebab itu dia berusaha mengumpulkan bala

tentaranya dari penduduk Kufah untuk menyambut kedatangan angkatan perang

Mu’awiyah. Tetapi usahanya itu tidak mendapat perhatian. Penduduk Irak tidak

mengacuhkan seruannya itu, sebagaimana yang dialami oleh ayahandanya. Oleh

karena itu, maka  ia mundur ke Madain dengan para pengikutnya. Dari sana ia

3
berdamai dengan Mu’awiyah. Hasan menyatakan kepada Mu’awiyah, bahwa

untuk

3
4

Memelihara darah ummat Islam, ia rela menurunkan dirinya dari kursi

khilafah, asal Mu’awiyah mau berjanji tidak akan menghinakan dan mencela

nama ayahandanya lagi diatas mimbar serta menyerahkan nanti pangkat khalifah

kepada permusyawaratan ummat Islam sesudah Mu’awiyah.

Sejak berdirinya pemerintahan bani Umayyah pada tahun 661 M sistem

pemerintahan yang dulu dikembangkan oleh Khulafaur Rasyidin yang secara

demokratis tidak dikenal lagi karena sudah diganti dengan sistem turun temurun

dalam penggantian khalifah. Dalam literatur Islam Daulah Islamiyah seperti itu

berciri sebagai kedinastian atau ashobiyah.

Kekhalifahan bani Umayyah tegak berdiri selama 90 tahun, selama itu ada

beberapa orang yang pernah menjadi khalifah, diantaranya:

1. Mu’awiyah ibn Abi Sufyan (661M – 680M)


2. Yazid ibn Mu’awiyah (680M – 683M)
3. Mu’ Mu’awiyah II ibn Yazid (683M)
4. Marwan ibn hakam (683M – 685M)
5. Abdul malik ibn Marwan (685M – 705M)
6. Walid ibn Abdul Malik (705M – 715M)
7. Sulaiman ibn Abdul malik (715M – 717M)
8. Umar ibn Abdul Aziz (717M – 720M)
9. Yazid II ibn Abdul Malik (720M – 724M)
10. Hisyam ibn Abdul Malik (724M – 743M)
11. Walid ibn Yazid ibn Abdul Malik (743M – 744M)
12. Yazid III ibn Walid ibn Abdul Malik (744M)
13. Ibrahim (744M)
14. Marwan II ibn Muhammad ibn Marwan ibn Hakam (744M – 750M)
5

2.2. Pola Pemerintahan Dinasti Umayyah

Kedaulatan Bani Umayyah mengambil nama keturunan dari nama Umayyah

ibnu abdi Syams ibn abdi Manaf. Dia seorang tokoh yang terkemuka  dalam

persukuan Quraisy di zaman jahiliyah, bersandingan  dengan pamannya yaitu

Hasyim ibnu Abdi Manaf. Bani Umayyah dan Hasyim merupakan dua sosok yang

paling keras dalam merebut kedudukan kalangan Quraisy.

Pendirian dinasti ini berawal dari masalah tahkim yang menyebabkan

perpecahan dikalangan pengikut Ali, yang berakhir dengan kematiannya.

Sepeninggalan Ali itu sebenarnya masyarakat secara beramai – ramai membaiat

Hasan putra Ali untuk menjadi khalifah. Tetapi Hasan memang kurang berminat

untuk menjadi Khalifah. Karena itu setelah Hasan berkuasa dalam  beberapa

bulan, Mu’awiyah meminta agar jabatan khalifah diberikan kepadanya, Hasan

kemudian menyetujui permintaan tersebut dan memberikan beberapa persyaratan

kepada Mu’awiyah. Dengan demikian jabatan Khalifah dilimpahkan secara penuh

kepada Mu’awiyah. Peristiwa ini kemudian dikenal dengan istilah amul jama’ah,

atau tahun persatuan umat islam. Sejak itulah Mu’awiyah resmi menjadi kholifah

baru umat islam yang berpusat di Damaskus. Adapun syarat yang di kemukakan

oleh Hasan adalah jaminan hidup, dan ketika Mu’awiyah meninggal supaya

jabatan itu diserahkan kembali kepadanya.

Langkah awal yang diambil oleh Mu’awiyah adalah memindahkan pusat

pemerintahan dari Madinah ke Damaskus. Hal ini dapat dimaklumi karena jika

dianalisa setidaknya ada 2 faktor yang mempengaruhi, yaitu di Madinah sebagai

pusat pemerintahan khulafaurrasyidin sebelumnya, masih terdapat sisa – sisa


6

kelompok yang antipati terhadapnya. Sedangkan di Damaskus pengaruhnya telah

menciptakan nilai simpatik masyarakat, basis kekuatannya cukup kuat. Kemudian,

Mu’awiyah melakukan penggantian sistem kekhalifahan kepada sistem kerajaan

(Monarchi). Sehingga pergantian pemimpin dilakukan berdasarkan garis

keturunan (monarchi heridetis), bukan atas dasar demokrasi sebagaimana yang

terjadi di zaman sebelumnya. Model pemerintahan yang di tetapkan oleh

Mu’awiyah ini banyak di ambil dari model pemerintahan Byzantium. Karena

Syiria pernah dikuasai Byzantium selama kurang lebih 500 tahun sampai

kedatangan islam, sedang Damaskus menjadi pusat pemerintahannya.

Pada masa Mu’awiyah mulai diadakan perubahan – perubahan administrasi

pemerintah, dibentuk pasukan bertombak pengawal raja dan dibangun bagian

khusus di dalam masjid untuk pengamanan tatkala dia menjalankan shalat.

Mu’awiyah juga memperkenalkan materai resmi untuk pengiriman memorandum

yang berasal dari Khalifah. Para sejarawan mengatakan bahwa di dalam sejarah

Islam, Mu’awiyah lah yang pertama – tama mendirikan balai–balai pendaftaran

dan menaruh perhatian atas jawatan pos, yang  tidak lama kemudian berkembang

menjadi suatu susunan teratur, yang menghubungkan berbagai bagian negara.

Pada masa Bani Umayyah dibentuk semacam dewan sekertaris negara

(Diwan al – kitabah) untuk mengurus berbagai urusan pemerintahan, yang terdiri

dari lima orang sekertaris yaitu: katib ar – Rasail, katib al – Kharraj, katib al –

Jund, katib asy – Syurtah dan katib al – Qodi. Untuk mengurusi administrasi

pemerintahan di daerah, diangkat seorang Amir al – Umara (Gubernur Jenderal)

yang membawahi beberapa “Amir” sebagai penguasa suatu wilayah.


7

Pada masa Abdul Malik ibn Marwan, jalannya pemerintahan ditentukan

oleh empat departemen pokok (Diwan). Ke empat departemen (kementrian) itu

ialah :

a. Kementrian pajak tanah (diwan al – kharraj) yang tugasnya mengawasi

departemen keuangan.

b. Kementrian khatam (diwan al – khatam) yang bertugas merancang dan

mengesahkan ordonasi pemerintah. Sebagaimana masa Mu’awiyah telah

diperkenalkan materai resmi untuk memorandum dari Kholifah, maka

setiap tiruan dari memorandum itu dibuat kemudian ditembus dengan

benang, disegel dengan lilin, yang akhirnya dipres dengan segel kantor.

c. Kementrian surat menyurat (diwan al – rasail), dipercayakan untuk

mengontrol permasalahan di daerah – daerah dan semua komunikasi dari

gebernur – gubernur.

2.3. Ekspansi Wilayah Dinasti Umayyah

Dinasti Umayyah berdiri pada tahun 661 M s.d 750 M. Dinasti ini berdiri

kurang dari satu abad, tetapi pencapaian ekspansinya sangatlah luas. Ekspansi ke

negeri – negeri yang sangat jauh dari pusat kekuasaan islam dilakukan dalam

waktu kurang dari setengah abad. hal ini tentunya merupakan kemenangan yang

sangat menakjubkan dari suatu bangsa yang sebelumnya tidak pernah mempunyai

pengalaman politik yang cukup memadai.


7

Ekspansi kedua dimulai setelah era Khulafaur Rasyidin berakhir.

Mu’awiyah bin Abi Sufyan, sebagai pendiri dan khalifah pertama pada dinasti itu,

melanjutkan
8

kebijakan ekspansi Islam yang sempat terhenti sejak tahun – tahun akhir

kekuasaan Usman bin Affan hingga kekuasaan Ali bin Thalib tumbang.

Mu’awiyah mengutus Uqbah bin Nafi untuk mengadakan ekspansi Islam ke

wilayah Afrika Utara hingga berhasil merebut Tunis. Di sanalah pada tahun 50 H,

Uqbah mendirikan kota baru bernama Qairawan yang selanjutnya terkenal sebagai

salah satu pusat kebudayaan Islam. Tidak cukup sampai di situ, Mu’awiyah juga

berhasil mengadakan perluasan wilayah Islam dari Khurasan sampai Sungai Oxus

dan Afghanistan sampai ke Kabul. Angkatan laut Muawiyah juga dengan gagah

berani menyerang Konstantinopel, ibu kota Bizantium.

Sedangkan ekspansi ke timur ini kemudian terus dilanjutkan kembali pada

masa khalifah Abdul Malik bin Marwan. Abdul Malik bin Marwan mengirim

tentara menyeberangi sungai Oxus dan berhasil menundukkan Balkanabad

(Turkeministan), Bukhara (Uzbekistan), Khwarezmia (Iran), Fergana

(Uzbekistan) dan Samarkand (Uzbekistan). Tentaranya bahkan sampai ke India

dan menguasai Balukhistan, Sind dan daerah Punjab sampai ke Multan (Pakistan).

Dalam upaya perluasan daerah kekuasaan Islam pada masa Bani Umayyah,

Muawiyah selalu mengerahkan segala kekuatan yang dimilikinya untuk merebut

kekuasaan di luar Jazirah Arab, antara lain upayanya untuk terus merebut kota

Konstantinopel. Ada tiga hal yang menyebabakan Muawiyah terus berusaha

merebut Byzantium. Pertama, karena kota tersebut adalah merupakan basis

kekuatan Kristen Ortodoks, yang pengaruhnya dapat membahayakan

perkembangan Islam. Kedua, orang – orang Byzantium sering melakukan


9

pemberontakan ke daerah Islam. Ketiga, Byzantium termasuk wilayah yang

memiliki kekayaan yang melimpah. Pada waktu Bani Umayyah berkuasa, daerah

Islam membentang ke berbagai negara yang berada di benua Asia dan Eropa.

Dinasti Umayyah, juga terus memperluas peta kekuasannya ke daerah Afrika

Utara pada masa Kholifah Walid bin Abdul Malik.

Ekspansi ke barat secara besar – besaran dilanjutkan pada zaman Al – Walid

bin Abdul – Malik. Masa pemerintahan al – Walid adalah masa ketenteraman,

kemakmuran dan ketertiban. Umat Islam merasa hidup bahagia. Pada masa

pemerintahannya yang berjalan kurang lebih sepuluh tahun itu tercatat suatu

ekspedisi militer dari Afrika Utara menuju wilayah barat daya, benua Eropa, yaitu

pada tahun 711 M. Setelah Aljazair dan Maroko dapat ditundukan, Tariq bin

Ziyad, pemimpin pasukan Islam, dengan pasukannya menyeberangi selat yang

memisahkan antara Maroko (magrib) dengan benua Eropa, dan mendarat di suatu

tempat yang sekarang dikenal dengan nama Gibraltar (Jabal Thariq).

Tentara Spanyol dapat dikalahkan. Dengan demikian, Spanyol menjadi

sasaran ekspansi selanjutnya. Ibu kota Spanyol, Cordoba, dengan cepatnya dapat

dikuasai. Dalam peperangan tersebut, tentara Kristen Spanyol di bawah pimpinan

Raja Roderick pun dapat dikalahkan oleh pasukan Islam yang dipimpin Tariq bin

Ziad. Dengan kekalahan itu, pintu untuk memasuki Spanyol menjadi terbuka

lebar. Toledo yang notabene ibukota Spanyol waktu itu berhasil direbut,

sedangkan kota – kota lain seperti Sevilla, Malaga, Elvira dan Cordova, juga tak

luput dari penaklukan tentara Islam.


10

Setelah penaklukan tentara islam di daerah sekitar Spanyol selanjutnya,

Cordova kemudian menjadi ibukota pemerintahan Islam yang tetap menginduk ke

pusat pemerintahan Islam di Kufah. Spanyol yang telah menjadi daerah Islam

lantas dikenal dalam bahasa Arab dengan sebutan Al – Andalus. Pasukan Islam

memperoleh kemenangan dengan mudah karena mendapat dukungan dari rakyat

setempat yang sejak lama menderita akibat kekejaman penguasa.

Pada masa kekhalifahan Hisyam bin Abdul Malik, pasukan Islam juga

berupaya melakukan ekspansi ke wilayah Perancis. Saat itu, upaya ekspansi

terutama dipimpin oleh Abdurrahman bin Abdullah al – Ghafiqi. Ekspansi

tersebut juga dilakukan al – Ghafiqi karena termotivasi oleh kesuksesan

penaklukan atas Spanyol oleh Thariq bin Ziad dan Musa bin Nushair.

Bersama balatentaranya, al – Ghafiqi menyerang kota – kota seperti

Bordeux dan Poitiers. Dari kota Poiters, al – Ghafiqi berangkat untuk menyerang

kota Tours. Tetapi dalam perjalanan itu antara kedua kota itu, ia ditahan oleh

Charles Martel. Ekspansi ke Perancis pun gagal. Al – Ghafiqi bersama

pasukannya akhirnya mundur kembali ke Spanyol. Meski sempat gagal karena

ditahan Charles Martel, pasukan Islam tetap berupaya menyerang beberapa

wilayah di Perancis, seperti Avignon dan Lyon pada tahun 743 M.

Pada zaman Dinasti Umayyah pula, pulau – pulau yang terdapat di Laut

Tengah, Majorca, Corsica, Sardinia, Crete, Rhodes, Cypurs dan sebagian Sicilla

juga berhasil ditaklukkan oleh imperium Islam. Ekspansi yang dilakukan Dinasti

Umayyah inilah yang membuat Islam menjadi imperium besar pada zaman itu.
11

Berbagai bangsa yang melintasi berbagai ras dan suku di berbagai pelosok

dunia bernaung dalam satu pemerintahan Islam. Dengan keberhasilan ekspansi ke

beberapa daerah, baik di timur maupun barat, wilayah kekuasaan Islam masa Bani

Umayyah ini betul – betul sangat luas. Daerah – daerah itu meliputi Spanyol,

Afrika Utara, Syria, Palestina, Jazirah Arab, Irak, sebagian Asia Kecil, Persia,

Afganistan, Pakistan, Turkmenistan, Uzbekistan, dan Kirgistan di Asia Tengah.

2.4 Peradaban Islam Pada Masa Dinasti Umayyah

Dinasti Umayyah dalam keberhasilannya melakukan ekspansi kekuasaan

Islam jauh lebih besar daripada imperium Roma pada puncak kebesarannya.

Keberhasilan ini diikuti pula oleh keberhasilan perjuangan bagi penyebaran

syariat Islam, baik dalam bidang keagamaan maupun dalam bidang politik dan

ekonomi. Dengan begitu, Umayyah Timur berhasil pula mengembangkan aspek –

aspek peradaban Islam yang sangat besar konstribusinya bagi Islam pada masa

selanjutnya.

1. Arsitektur

Arsitektur Seni bangunan (arsitektur) pada zaman Umayyah bertumpu pada

bangunan sipil berupa kota – kota, dan bangunan agama berupa masjid – masjid.

Pada masa Walid bin Abd al – Malik dibangun pula masjid agung yang terkenal

dengan nama “Masjid Damaskus” atas kreasi arsitektur Abu Ubaidah bin Jarrah.

Khalifah Abdul Malik bin Marwan juga menyediakan dana 10.000 dinar emas

untuk memperluas dan menyempurnakan perbaikan Masjid al – Haram. Begitu

pula
12

Masjid Nabawi, juga diperindah dan diperluas dengan arsitektur Syria di bawah

pengawasan Umar bin Abdul Aziz.

2. Organisasi Militer

Organisasi Militer Pada masa Umayyah organisasi militer terdiri dari

Angkatan Darat (al – Jund), Angkatan Laut (al – Bahriyah), dan Angkatan

Kepolisian (as – Syurtah). Adapun organisasi kepolisian pada mulanya merupakan

bagian dari organisasi kehakiman, tetapi kemudian bersifat independen dengan

tugas mengawasi dan mengurus soal – soal kejahatan. Pada masa Hisyam bin

Abdul Malik, dalam organisasi kepolisian dibentuk Nidham al – Ahdas sistem

penangkal bahaya yang bertugas hampir serupa dengan tugas – tugas tentara.

3. Perdagangan

Perdagangan Setelah Dinasti Umayyah berhasil menguasai wilayah yang

cukup luas, maka lalu lintas perdagangan mendapat jaminan yang layak. Lalu

lintas darat melalui jalan Sutera ke Tiongkok guna memperlancar perdagangan

sutera, keramik, obat – obatan dan wewangian. Adapun lalu lintas di lautan ke

arah negeri – negeri belahan timur untuk mencari rempah – rempah, bumbu,

anbar, kasturi, permata, logam mulia, gading, dan bulu – buluan. Keadaan

demikian membawa ibukota Bashrah di teluk Persi menjadi pelabuhan dagang

yang teramat ramai dan makmur, begitu pula kota Aden. Dari kedua kota

pelabuhan itu iring – iringan kafilah dagang hampir tak pernah putus menuju

Syam dan Mesir.


13

4. Kerajinan

Kerajinan Pada masa Khalifah Abd Malik mulai dirintis pembuatan tiraz

(semacam bordiran), yakni cap resmi yang dicetak pada pakaian Khalifah dan

para pembesar pemerintahan. Di bidang seni lukis, sejak Khalifah Muawiyah

sudah mendapat perhatian masyarakat. Seni lukis tersebut selain terdapat di

masjid – masjid juga tumbuh di luar masjid. Adanya lukisan di istana Bani

Umayyah, merupakan langkah baru yang muncul di kalangan bangsawan Arab.

Sebuah lukisan yang pertama kali ditorehkan oleh Khalifah Walid I, adalah

diadopsi kebudayaan Yunani (Hellenistik), tetapi kemudian dimodifikasi menurut

cara – cara Islam, sehingga menarik perhatian para penulis Eropa.

5. Ilmu – Ilmu Agama

Pengembangan ilmu – ilmu agama sudah mulai dikembangkan karena terasa

betapa penduduk – penduduk di luar Jazirah Arab sangat memerlukan berbagai

penjelasan secara sistematis dan kronologis tentang Islam. Ilmu – ilmu yang

berkembang saat itu di antaranya tafsir, hadis, fikih, ilmu kalam dan

Sirah/Tariksh.
BAB III

PENUTUP

3.1. Kesimpulan

Setelah Khalifah Ali Ibn Abi Thalib wafat yang menjadi pemimpin umat
Islam yaitu Muawiyah Ibn Abi Sufyan. Muawiyah merubah sistem pemilihan
pemimpin Islam adalah musyawarah umat menjadi penunjukkan Putra Mahkota.

Sejak masa kepemimpinannya berdirilah Dinasti Umayyah selama kurang


lebih Sembilan puluh tahun. Ada empat belas orang khalifah yang memimpin
umat Islam selama kurang lebih Sembilan puluh tahun.

Sebagian memiliki masa pemerintahan yang lama dan sebagian lagi hanya
sebentar bahkan hanya beberapa hari. Pemimpin-pemimpin Dinasti Umayyah
telah menunjukkan peradaban yang begitu maju di tandai dengan arsitektur –
arsitektur bangunan, pengembangan ilmu pengetahuan, organisasi pemerintahan
dan sebagainya.

3.2. Saran
1. Makalah ini jauh dari kata sempurna, di mohon kiranya agar
memberikan saran – saran yang bermanfaat sehingga dapat
menyempurnakan pembuatan makalah berikutnya.
2. Sejarah peradaban Dinasti Umayyah pada makalah ini diharapkan bisa
menjadi penambah wawasan serta sarat akan ilmu yang bermanfaat
untuk pelajar ataupun pembaca diluar sana

14
DAFTAR PUSTAKA

Rahayu, R. (2021, Januari 01). Perkembangan Islam Pada Masa Bani Umayyah.
Retrieved from https://www.qureta.com/next/post/perkembangan-islam-
pada-masa-bani-umayyah

Update, B. (2021, April 07). Sejarah Perkembangan Islam di Era Bani Umayyah.
Retrieved from https://kumparan.com/berita-update/sejarah-perkembangan-
islam-di-era-bani-umayyah-1vVTiqOQTOm/full

Ilmu, B. (2015, Januari 29). Perkembangan Islam Pada Masa Bani Umayyah.
Retrieved from
https://kumpulantugassekolahdankuliah.blogspot.com/2015/01/perkembang
an-islam-pada-masa-bani.html

Ilmu, B. (2015, Januari 29). Sejarah Berdirinya Bani Umayyah. Retrieved from
http://kumpulantugassekolahdankuliah.blogspot.com/2015/01/sejarah-
berdirinya-bani-umayyah.html

Sasongko, A. (2019, Januari 21). Sistem dan Model Pemerintahan Bani Umayyah.
Retrieved from
https://republika.co.id/berita/islampedia/dinasti/19/01/21/plocrt313-begini-
sistem-dan-model-pemerintahan-umayyah

Nurhasanah, I., Siregar, M., Sagala, S. (2017, Oktober 14). Perluasan Wilayah
Islam Pada Masa Dinasti Umayyah. Retrieved from
https://mynewtugaskuliahblogadress.blogspot.com/2017/10/perluasan-
wilayah-islam-pada-masa.html

Arianda, G. (2019, Mei 14). Pola Pemerintahan Pada Masa Dinasti Umayyah.
Retrieved from https://gustiarianda.blogspot.com/2019/05/pola-
pemerintahan-pada-masa-dinasti.html

Muluk, L. A. (2021). Peradaban Islam Masa Bani Umayyah.Retrived from


https://www.academia.edu/36449935/Peradaban_Islam_Masa_Dinasti_Uma
yyah_i

15
16

Hasan, N. (2018, Agustus 13). Dinasti Umayyah dan Perannya dalam Kemajuan
Peradaban Islam. Retrived from https://islami.co/dinasti-umayyah-dan-
perannya-dalam-kemajuan-peradaban-islam/#:~:text=Dinasti%20Umayyah
%20berdiri%20pada%20tahun%2040%20H%20atau,seperti%20militer%2C
%20tumbuhnya%20ilmu%20pengetahuan%2C%20dan%20lain
%20sebagainya.

Anda mungkin juga menyukai