Anda di halaman 1dari 10

MEMAHAMI KONSEP BUDAYA

A. Pengertian Kebudayaan
Kata kebudayaan berasal dari bahasa Sansekerta yang berarti akal,
kemudian berkembang menjadi budhi (tunggal) atau budhaya (majemuk),
sehingga kebudayaan diartikan sebagai hasil pemikiran atau akal manusia.
Dalam bahasa inggris, kebudayaan disebut dengan culture, berasal dari kata
colere (bahasa Yunani) yang berarti mengolah atau mengerjakan tanah.
Dalam hal ini, manusia dengan akal budinya mulai hidup sebagai penghasil
makanan dengan mengolah atau mengerjakan tanah dan mulai meninggalkan
kehidupan yang hanya memungut hasil alam saja. Contoh: kelompok
masyarakat peladang (bertani, berkebun, dll) mula-mula mulai menciptakan
dan menggunakan bajak sebagai alat untuk menggemburkan tanah. Hal ini
menunjukkan bahwa saat itu manusia sudah berbudaya.

Pemilihan definisi yang tepat tentang kebudayaan sukar sekali ditentukan


oleh karena begitu banyak orang yang mendefinisikannya. Berikut ini akan
dibahas beberapa pengertian kebudayaan yang lebih dekat dan mirip
pemahamannya oleh sejumlah pakar.
1. Ki Hajar Dewantara
Kebudayaan menurut Ki hajar Dewantara berarti buah budi manusia.
Artinya merupakan hasil perjuangan manusia terhadap dua pengaruh kuat,
yakni alam dan zaman. Sederhananya yaitu merupakan segala cara yang

1
dihasilkan manusia dengan akal budinya untuk menghadapi rintangan
hidup.

2. Sultan Takdir Alisyahbana


Sultan Takdir Alisyahbana mengatakan bahwa kebudayaan adalah
manifestasi dari cara berpikir manusia. Oleh karena itu pola kebudayaan
itu sangat luas cakupannya, termasuk perasaan karena perasaan juga
timbul dari cara berpikir.
3. Koentjaraningrat
Koentjaraningrat mengatakan bahwa kebudayaan berarti keseluruhan
gagasan dan karya manusia yang harus dibiasakan dengan terus belajar.
4. A. L. Kroeber dan C. Kluckhohn
A. L. Kroeber dan C. Kluckhohn mengatakan bahwa kebudayaan adalah
manifestasi atau penjelmaan kerja jiwa manusia dalam arti seluas-luasnya.
Berdasarkan teori dan pemikiran para pakar tersebut dapat diambil
kesimpulan bahwa kebudayaan merupakan hasil daya budi manusia yang
dilaksanakan melalui perbuatan/tindakan manusia, baik yang bersifat
material (fisik) maupun yang bersifat non material (abstrak) yang
dilakukan untuk memenuhi kebutuhan hidupnya.

B. Unsur Kebudayaan
Unsur kebudayaan dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia berarti bagian dari
suatu kebudayaan yang dapat digunakan sebagai satuan analisis tertentu. Oleh
karena itu dikenal adanya unsur-unsur universal yang melahirkan kebudayaan
universal seperti yang dikemukakan oleh C. Kluckhon. Menurut Kluckhon
ada tujuh unsur dalam kebudayaan universal, yaitu sistem religi dan upacara
keagamaan, sistem organisasi kemasyarakatan, sistem pengetahuan, sistem
mata pencaharian hidup, sistem teknologi dan peralatan, bahasa, dan
kesenian. Untuk lebih jelas, masing-masing diuraikan seperti berikut.
1. Sistem religi dan upacara keagamaan

2
Sistem ini merupakan produk manusia sebagai homo religious. Manusia
yang memiliki kecerdasan dan perasaan luhur, tanggap bahwa ada
kekuatan lain di luar dirinya. Kekuatan yang dianggap lebih besar dan
kuat dibandingkan dirinya. Oleh karena itu, manusia menjadi takut dan
mulai menyembah-Nya dan lahirlah kepercayaan yang sekarang ini kita
sebut dengan agama.
2. Sistem organisasi kemasyarakatan
Sistem ini merupakan produk dari manusia sebagai homo socius.
Manusia sadar bahwa tubuhnya lemah. Namun, dengan akalnya manusia
membentuk kekuatan dengan cara menyusun organisasi kemasyarakatan
yang merupakan tempat bekerja sama untuk mencapai tujuan bersama,
yaitu meningkatkan kesejahteraan hidupnya. Sebagai contoh, dalam
masyarakat tradisional di Indonesia dikenal sistem gotong royong.
Sedangkan dalam masyarakat modern pengaturannya sudah dalam
tingkat negara bahkan antar bangsa. Contoh: OSIS, UNESCO, WHO, dll.
3. Sistem pengetahuan
Sistem ini merupakan produk manusia sebagai homo sapiens.
Pengetahuan dapat diperoleh dari pengalaman diri sendiri, disamping itu
dapat juga diperoleh dari orang lain. Kemampuan manusia untuk
mengingat apa yang telah diketahui, kemudian menyampaikannya
kepada orang lain melalui bahasa menyebabkan pengetahuan menyebar
luas. Contoh: proses belajar mengajar di sekolah formal maupun non
formal.
4. Sistem mata pencaharian hidup
Sistem ini merupakan produk manusia sebagai homo economicus.
Maksudnya adalah segala tindakan manusia yang secara umum bertujuan
untuk meningkatkan taraf hidupnya. Misal dalam taraf food gathering
(memungut hasil alam), kehidupan manusia sama dengan binatang.

3
Pasar terapung (Kalimantan Selatan)
Sebagai wujud sistem mata pencaharian hidup

Namun dalam taraf food producing (penghasil makanan), dalam


kehidupan manusia terjadi kemajuan pesat. Setelah bercocok tanam, dia
akan mengusahakan yang lain seperti beternak, lalu mengusahakan
kerajinan tangan, berdagang, dll. Semua dilakukan semata-mata untuk
memenuhi kebutuhan hidupnya.
5. Sistem teknologi dan peralatan
Sistem ini merupakan produk manusia sebagai homo faber. Bersumber
dari pemikirannya yang cerdas serta dibantu dengan tangannya yang
dapat memegang sesuatu dengan erat, manusia dapat menciptakan
sekaligus mempergunakan suatu alat. Sehingga dengan alat-alat
ciptaannya itu, manusia lebih mampu mencukupi kebutuhan hidupnya
disbanding binatang.
Contoh:
a. manusia menciptakan bajak untuk menggemburkan tanah
b. manusia menciptakan jaring untuk menjala ikan di laut.
c. Manusia menciptakan sampan untuk membawa manusia di atas
air laut/danau.

4
Rumah pohon suku Korowai (Papua)
sebagai wujud sistem teknologi dan peralatan
6. Bahasa
Sistem ini merupakan produk manusia sebagai homo longuens. Bahasa
manusia pada mulanya diwujudkan dalam bentuk tanda (kode), yang
kemudian disempurnakan dalam bentuk bahasa lisan, dan akhirnya
kemudian menjadi bahasa tulisan. Sepanjang sejarah kehidupan manusia
telah banyak sekali menghasilkan bahasa baik dalam bentuk lisan
maupun tulisan. Contoh: masyarakat tradisional di Indonesia tela
menghasilkan ratusan bahasa daerah yang tersebar dari sabang sampai
merauke.
7. Kesenian
Sistem ini merupakan produk manusia sebagai homo esteticus. Setelah
manusia dapat mencukupi kebutuhan fisiknya maka manusia perlu dan
selalu mencari pemuas untuk memenuhi kebutuhan psikisnya. Manusia
hidup semata-mata tidak hanya untuk memenuhi kebutuhan isi perut saja,
tetapi mereka juga perlu pandangan mata yang indah serta suara yang
merdu di telinga. Karena dari hal-hal tersebut dapat menyenangkan
psikisnya dan semuanya itu dapat dipenuhi melalui kesenian. Kesenian
ditempatkan sebagai unsur terakhir karena enam kebutuhan sebelumnya,
pada umumnya harus dipenuhi lebih dahulu.

5
Tari Legong (Bali)

C. Wujud Kebudayaan
Selain unsur kebudayaan, masalah lain yang juga penting dalam
kebudayaan adalah wujudnya. Pendapat umum mengatakan ada dua wujud
kebudayaan. Pertama, kebudayaan badaniah (material) yang memiliki ciri
dapat dilihat, diraba, dan dirasa. Atau dengan kata lain segala produk
manusia yang wujudnya dapat dilihat dengan kasat mata dan dapat juga
disentuh. Kedua, kebudayaan rohaniah (non material/spiritual) yang
memiliki cirri hanya dapat dirasa dengan pikiran saja. Seperti dewa, tuhan,
hantu semuanya tidak dapat dilihat apalagi diraba namun dengan pikiran
cerdasnya sebagian manusia bisa merasakan dan meyakininya.
Koentjaraningrat dalam karyanya kebudayaan, Mentalitet, dan
Pembangunan menyebutkan bahwa paling sedikit ada tiga wujud
kebudayaan, yaitu;
1. sebagai suatu kompleks dari ide-ide, gagasan, nilai-nilai, norma-
norma, peraturan dan sebagainya yang sifatnya abstrak yaitu tidak
dapat diraba atau disentuh. Wujud kebudayaan ini terletak dalam
pikiran masyarakat. Jika masyarakat tersebut menyatakan gagasan
mereka dalam bentuk tulisan, maka lokasi dari kebudayaan idela itu
berada dalam karangan, dan buku-buku hasil karya para penulis warga
masyarakat tersebut.
Contoh: Nilai adat-istiadat, aliran kepercayaan, UUD 1945, dll.

6
2. Sebagai suatu kompleks aktivitas kelakuan berpola dari manusia
dalam masyarakat. Wujud ini sering pula disebut dengan sistem social
yang terdiri dari aktivitas-aktivitas manusia yang saling berinteraksi,
mengadakan kontak, serta bergaul dengan manusia lainnya. Sifatnya
konkret, terjadi dalam kehidupan sehari-hari dan dapat
didokumentasikan.
Contoh: Upacara pernikahan, kirab budaya, bergotong royong, dll.
3. Sebagai benda-benda/Artefak hasil karya manusia. Artefak adalah
wujud kebudayaan fisik yang berupa hasil aktivitas, perbuatan, dan
karya manusia dalam masyarakat berupa benda-benda atau hal-hal
yang dapat diraba, dilihat, dan didokumentasikan. Sifatnya paling
konkret diantara ketiga wujud kebudayaan dalam kenyataan
kehidupan bermasyarakat yang lain.
Contoh: Rumah, jembatan, candi, patung, dll.

D. Ciri-ciri Kebudayaan
Berikut ini merupakan ciri kebudayaan secara umum, antara lain:
1) Menyimbolkan suatu suku atau daerah tertentu
Ketika kita sedang mendengarkan dialek bahasa seseorang, kita dapat
mengidentifikasi suku dan asal daerahnya. Contoh lainnya, ketika
melihat kain tenun ulos maka dengan mudah kita dapat mengetahui
asal kain tersebut berasal dari Tapanuli.
2) Ada karena proses belajar yang berkesinambungan dan bukan bawaan.
Maksudnya adalah setiap kebudayaan itu selalu berkembang
mengikuti zaman dan keadaannya. Misal, dalam budaya bahasa tulisan
di Indonesia sebelum KBBI disempurnakan sampai tahun 1970 an,
huruf “U” ditulis dengan “OE”, huruf “Y” ditulis “J”. contoh: sebelum
ejaan disempurnakan kata Yogyakata disebut Jogjakarta.
3) Diwariskan dari generasi ke generasi/tradisi.
Wujud kebudayaan manusia yang dapat dilihat dan dirasakan
keberadaannya pada saat ini merupakan hasil kebiasaan yang

7
diteruskan dari kebudayaan yang lama dengan proses perkembangan.
Misal, tarian Golek Menak merupakan ciptaan Sri Sultan
Hamengkubuwono IX yang diteruskan kepada generasi setelahnya
hingga saat ini kembali diteruskan oleh para pengajar tari lewat
sanggar dan sekolah.
4) Sifatnya dinamis karena dapat berubah sewaktu-waktu
Sebuah budaya dapat berubah seiring perkembangan zaman dan
teknologi. Misal, sebelum teknologi berkembang pesat seperti saat ini,
manusia menggunakan surat untuk berkomunikasi sebagai alat
penghantar pesan jarak jauh serta membutuhkan jangka waktu.
Namun saat ini peran surat tergantikan oleh segala perangkat
elektronik yang mampu mengirimkan pesan dalam waktu yang
singkat.

E. Fungsi Kebudayaan
1. Sebagai pedoman hubungan antar sesama manusia atau kelompok
Sebuah kelompok tertentu dapat berjalan dengan satu arah dan satu
tujuan karena mempunyai kebudayaan yang sama. Contohya adalah
organisasi kemasyarakatan pemberdayaan Kesejahteraan Keluarga
(PKK), dibentuk sebagai wadah pemberdayaan kaum ibu dalam
pembangunan Indonesia.
2. Untuk memenuhi kebutuhan masyarakat
Budaya bukan hanya persoalan adat istiadat, tapi juga pola perilaku
manusianya. Termasuk dalam bagaimana masyarakat tersebut dapat
bertahan hidup dengan memenuhi kebutuhan hidupnya. Seperti
berkebun untuk masyarakat pegunungan dan para pencari ikan di
daerah pesisir pantai. Keduanya bertahan hidup dengan kebudayaan
dan tata caranya sendiri yang berfungsi sebagai pemenuhan kebutuhan
hidupnya.
3. Untuk mendorong perubahan masyarakat

8
Kebudayaan dapat digunakan untuk merubah masyarakat. Terutama
berlaku untuk kebudayaan baru yang mulai masuk pada ranah
masyarakat tertentu. Contoh nyatanya adalah budaya Korea yang
masuk ke Indonesia, sedikit banyak merubah pola perilaku sebagian
masyarakat yang menyukai kebudayaan tersebut. Baik diwujudkan
dalam gaya hidup, bahasa, maupun kesenian.

F. Faktor Kebudayaan
Keberadaan/eksistensi sebuah kebudayaan dalam kehidupan masyarakat
dipengaruhi oleh dua faktor utama, yaitu:
1. Faktor pendorong terjadinya budaya
 Niat masyarakat untuk melestarikan budayanya
 Adanya generasi penerus yang mau meneruskan suatu
budaya
 Adanya rasa cinta terhadap budaya di dalam diri manusia
 Keinginan masyarakat untuk menjaga kelestarian suatu
budaya agar tidak hilang
 Terjadinya perubahan lingkungan hidup yang mendukung
berkembangnya suatu budaya.
2. Faktor penghambat terjadinya budaya
 Masuknya budaya asing yang kemudian menggeser
eksistensi budaya local
 Masyarakat tidak memiliki keinginan untuk melestarikan
suatu budaya
 Generasi penerus sudah tidak perduli dengan keberadaan
suatu budaya
 Adanya anggapan bahwa budaya tertentu sudah kuno
sehingga tidak ada keinginan untuk melestarikannya.

9
Referensi:
Supartono. 1993. Ilmu Budaya Dasar. Jakarta: Ghalia Indonesia.

10

Anda mungkin juga menyukai