Anda di halaman 1dari 24

PRE TEST

PEMERIKSAAN NEUROLOGI BLOK


NEUROMUSKULOSKLETAL 2

FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSTAS MUHAMMADIYAH
MALANG 2021

MENINGEAL SIGN,
REFLEKS FISIOLOGIS
DAN PATOLOGIS
TANDA RANGSANGAN MENINGEN (MENINGEAL SIGN)

Pemeriksaan meningeal sign meliputi ........


TES KAKU KUDUK
1. Cara:………
Pasien tidur terlentang pada alas yang datar tanpa bantal, pemeriksa berdiri di kanan pasien,
tangan kiri di bawah kepala, tangan kanan di atas dada agar tubuh tidak terangkat, ayunkan
kepala ke kiri – ke kanan untuk memastikan supaya leher benar-benar relaksasi. Kemudian
fleksikan leher sampai menyentuh dagu. (Kaku kuduk adalah kaku pada saat fleksi bukan kaku
ekstensi atau rotasi).

2. Penilaian/interprestasi :………
Kaku kuduk positif bila terdapat tahanan saat fleksi kepala atau dagu tidak dapat menyentuh
dada karena tahanan tersebut.

3. Maknanya :.....
Positif berarti ada iritasi meningen.

TES KERNIG
1. Cara :
Pasien tidur terlentang, fleksikan sendi panggul tegak lurus dengan tubuh, tungkai atas dan
bawah pada posisi tegak lurus pula (ini adalah posisi awal), kemudian ekstensikan sendi lutut.

2. Penilaian :
Dikatakan positif bila
- Sendi lutut tidak bisa di ekstensikan lebih 135 derajat karena nyeri sepanjang N.
Ischiadicus atau spasme otot hamstring, sehingga sendi panggul ikut fleksi.
- Terjadi fleksi involunter pada lutut kontralateral

3. Maknanya :
Positif berarti ada iritasi meningen.
BRUDZINSKI I (Brudzinski ‘s neck sign)
1. Cara :
Melakukan pemeriksaan kaku kuduk kemudian ketika memfleksikan sendi leher waktu
memeriksa kaku kuduk, perhatikan sendi lutut.

2. Penilaian :
Bila didapatkan gerak fleksi sendi lutut dan panggul kedua tungkai secara reflektorik, maka
dikatakan Brudzinski I positif

3. Maknanya :
Positif berarti ada iritasi meningen

BRUDZINSKI II (Brudzinski ‘ Contralateral sign)


1. Cara :
Salah satu tungkai diangkat atau tungkai atas dan bawah fleksi pada sendi lutut kemudian
difleksikan pada sendi panggul

2. Penilaian :
Bila terjadi fleksi reflektoris sendi lutut kontralateral dikatakan positif

3. Maknanya :
Positif berarti ada iritasi meningen

BRUDZINSKI III (Brudzinski ‘s Check sign)


1. Cara :
Pasien tidur terlentang tekan pipi kiri-kanan dengan kedua ibu jari pemeriksa tepat dibawah os
zygomaticum.

2. Penilaian :
Bila disusul gerakan fleksi reflektorik kedua siku dikatakan positif

3. Maknanya :
Positif berarti ada iritasi meningen

BRUDZINSKI IV (Brudzinski symphisis sign)


1. Cara :
Pasien tidur terlentang tekan simpisis pubis dengan kedua ibu jari tangan pemeriksa.

2. Penilaian :
Bila timbul fleksi reflektorik kedua sendi lutut dikatakan positif

3. Maknanya :
Positif berarti ada iritasi meningen
PEMERIKSAAN REFLEKS
1. Secara sederhana dapat dikatakan bahwa refleks adalah jawaban atas rangsang. Refleks
neurologik merupakan suatu lengkungan (lengkung refleks). Gambarkan lengkung reflek
tersebut !

2. Dalam praktek sehari – hari kita biasanya memeriksa 2 macam refleks, yaitu …
Reflek dalam dan reflek superfisial

3. Jelaskan Teknik Pengetukan reflek !


a. Sikap anggota gerak simetris
§ Bila ada peninggian reflek secara bilateral belum tentu keadaan patologis
§ Bila ada asimetri : suatu proses patologis
b. Pengetukan tepat pada tendon
§ Bila tendon tidak berlandasan pada bangunan yang kuat, maka jari
pemeriksa ditempatkan pada tendon itu bila tidak maka jawaban reflek
lemah/kurang nyata. Metode ini untuk reflek bisep brakhialis

4. Dalam menilai tingkat jawaban reflek kita harus memperhatikan :……..


1. Jawaban reflek (intensitas)
2. Adakah perluasan area reflek
3. Selalu kita bandingkan kanan dan kiri
4. Adakah klonus

5. Jawaban / penilaian refleks dapat dibagi atas beberapa tingkat, yaitu :………..
- (negative) : Tidak ada reflek sama sekali
+1 : Hanya ada kontraksi otot
+2 : Ada gerakan sendi (jawaban normal)
+3 : Ada gerakan sendi dan ada perluasan reflek (tempat memberikan respon
biasanya bertambah luas)
+4 : Hiperaktif, sering disertai klonus, sering merupakan indikator suatu
penyakit.
Pemeriksaan Refleks
Refleks yang lazim diperiksa pada pemeriksaan rutin adalah :
1. Refleks Biseps. (BPR)
Cara pemeriksaan :…..
Kita pegang lengan pasien yang disemifleksikan sambal menempatkan ibu jari diatas tendon
otot biseps. Kemudian ibu jari diketok, hal ini akan mengakibatkan gerakan fleksi lengan
bawah. Pusat reflek ini terletak di C5-C6 (terutama C6)

2. Refleks Triseps (TPR).


Cara pemeriksaan :……
Kita pegang lengan bawah pasien yang disemifleksikan. Setelah itu diketok pada tendon insersi
otot triseps, yang berada sedikit diatas olecranon. Sebagai jawaban, maka lengan bawah akan
mengadakan gerakan ekstensi. Lengkung reflek ini melalui N.radialis yang pusatnya terletak di
C6-C7 (terutama C7)

3. Refleks Patella (KPR ).


Cara pemeriksaan :……
Tungkai difleksikan atau digantung (misalnya pada tepi tempat tidur), kemudian diketok
pada tendon otot kuadriseps femoris dibawah patella. Otot kuadriseps femoris akan
berkontraksi dan akan mengakibatkan gerakan ekstensi tungkai bawah. Lengkung reflek ini
melalui L2, L3, L4

5. Refleks Achilles. (APR).


Cara pemeriksaan :……
Tungkai bawah difleksikan sedikit, kemudian kita pegang kaki pada ujungnya untuk
memberikan sikap dorsofleksi ringan pada kaki. Setelah itu tendon Achilles diketok. Hal ini
akan mengakibatkan berkontraksinya otot triseps sure dan memberikan gerak plantar fleksi
pada kaki. Lengkung reflek ini melalui L5, S1, S2.

6. Klonus Angkle (kaki).


Cara pemeriksaan :......
Dapat dibangkitkan dengan jalan meregangkan otot triseps sure betis (untuk membuat
dorsofleksi berlebihan). Pemeriksa menempatkan tangannya di telapak kaki pasien, kemudian
telapak kaki ini didorong dengan cepat (dikejutkan), sehingga terjadi dorso fleksi sambil
seterusnya diberikan tahanan ringan. Hal ini mengakibatkan teregangnya otot betis. Bila ada
klonus, maka terlihat gerakan ritmik (bolak-balik) dari kaki, yaitu berupa plantar fleksi dan
dorso fleksi secara bergantian.

7. Klonus patela.
Cara pemeriksaan :…..
Dibangkitkan dengan jalan meregangkan otot kuadriseps femoris. Kita pegang sampan patella
pasien, kemudian didorong dengan kejutan (tiba-tiba, dengan cepat) ke arah disital sambil
diberikan tahanan ringan. Bila terdapat klonus, akan terlihat kontraksi ritmik otot kuadriseps
femoris, yang mengakibatkan gerakan bolak-balik dari patela. Pada pemeriksaan ini tungkai
harus diekstensikan serta dilemaskan.

8. Refleks dinding perut superfisial.


Cara pemeriksaan :….
Dibangkitkan dengan menggores dinding perut dengan benda yang agak runcing, misalnya
kayu geretan atau kunci. Positif, bila otot (otot rektus abdominalis) berkontraksi. Reflek ini
dilakukan pada berbagai lapangan dinding perut, yaitu epigastrium (otot yang berkontraksi
diinervasi oleh Th 6, Th 7), perut bagian atas (Th 7, Th 9), perut bagian tengah (Th 9, Th 11),
perut bagian bawah (Th 11, Th 12 dan lumbal atas). Pada kontraksi otot, terlihat pusar
bergerak ke arah otot yang berkontraksi.

9. Refleks Kremaster.
Cara pemeriksaan :…..
Reflek ini dibangkitkan dengan jalan menggores atau menyentuh bagian medial pangkal paha.
Akan terlihat skrotum berkontraksi. Pada lesi traktur piramidalis di atas L1, reflek ini negatif,
selain itu juga dapat negatif pada orang lanjut usia, pasien hidrokel, varikokel, orkhitis atau
epididimitis. Lengkung reflek melalui L1, L2

Refleks Patologis
Refleks patologis telapak kaki. Sebutkan cara pemeriksaan :
Cara Babinski : ......
Pasien berbaring dengan tungkai diluruskan. Kita pegang pergelangan kaki supaya tetap pada
tempatnya. Untuk merangsang dapat digunakan kayu geretan atau benda yang agak runcing.
Goresan harus dilakukan perlahan, jangan sampai mengakibatkan nyeri, sebab akan
menimbulkan reflek menarik kaki. Goresan dilakukan pada telapak kaki bagian lateral, mulai
dari tumit menuju pangkal jari.

Cara Chaddock : ….
Rangsang diberikan dengan jalan menggoreskan bagian lateral maleolus.

Cara Gordon : …..


Dibangkitkan dengan memencet (mencubit) betis.

Cara Oppenheim : .....


Dengan mengurut kuat tíbia dan otot tibialis anterior. Arah mengurut ke bawah (distal).

Cara Gonda :.......


Dengan memencet (menekan) jari manis kaki dan kemudian melepaskannya dengan tiba-tiba.

Cara Schaefer :......


Dengan memencet (mencubit) tendon Achilles.

Cara Bing : ……
Dengan memberikan rangsang tusuk pada kulit yang menutupi metatarsal ke lima

Dikatakan ”Positif “ bila ……..


Dikatakan positif bila terdapat gerakan ”dorsofleksi ibu jari kaki”, yang dapat disertai dengan
”gerak mekarnya jari-jari lain”

Dikatakan positip bila terdapat gerakan jari-jari kaki yang befleksi sejenak pada sendi – sendi
interfalangealnya (plantar fleksi) ditemukan pada ………

Refleks patologis di tangan


Refleks Hoffman Trommer.
Refleks Hoffman
Cara pemeriksaan dan interprestisinya :…..
Tangan pasien dalam posisi pronasi relaks. Tangan pasien kita pegang dengan pergelangan dan
jari-jarinya disuruh fleksi ringan. Kemudian jari tengah pasien kita jepit di antara telunjuk dan jari
tengah kita. Kemudian dengan ibu jari kita ’gores-kuat’ ujung jari tengah pasien. Dikatakan positif
bila ibu jari, telunjuk, serta jari-jari lainnya fleksi sejenak setiap kali kuku jari tengah pasien
digores.

Refleks Trommer.
Cara pemeriksaan dan interprestisinya:……..
Tangan pasien dalam posisi pronasi relaks, selanjutnya kita stimulus dengan mencolek dengan
kuat kuku jari tengah. Respon yang positif adalah berupa : jari telunjuk, terutama ibu jari dan jari-
jari lainnya berfleksi setiap kali kuku jari tengah tersebut dicolek.

Refleks patologik petanda regresi


Jelaskan cara pemeriksaan :
§ Refleks palmomental
Stimulus berupa goresan dengan ujung pensil atau ujung gagang palu reflek terhadap kulit
telapak tangan bagian tenar akan direspon dengan kontraksi otot mentalis dan orbikularis
oris ipsilateral

§ Refleks Glabella
Pukulan singkat pada glabela atau di sekitar daerah supra orbitalis mengakibatkan
kontraksi singkat kedua otot orbikularis okuli. Pada lesi perifer nervus fasialis, reflek ini
menurun atau negatif, sedangkan pada sindroma parkinson reflek ini meningkat. Pusat
reflek ini terletak di pons

§ Snout reflex.
Stimulus : perkusi pada bibir atas, akan memberikan respons berupa gerakan bibir atas dan
bawah yang menjungur atau kontraksi otot-otot di sekitar bibir atau bawah hidung

§ Refleks genggam (grasp reflex).


Reflek ini normal pada bayi sampai usia kira-kira 4 bulan. Penekanan atau penempatan jari
pemeriksa pada telapak tangan pasien akan direspon dengan mengepalkan tangan
(memegang tangan pemeriksa)

§ Refleks menetek.
Stimulus : sentuhan jari pada bibir. Respons berupa gerakan bibir, lidah dan rahang bawah
seolah-olah menetek
PEMERIKSAAN MOTORIS
MOTORIS
1. Ruang lingkup pemeriksaan motoris meliputi .......
Ø Inspeksi : Jalan, sikap, atropi dll
Ø Tonus
Ø Kekuatan
Ø Koordinasi (Pemeriksaan serebellum)

2. Pada inspeksi apa yang kita perhatikan ?


Pada saat pasien jalan, sikap, atropi dll
Mengamati pasien dari masuk ke dalam kamar praktek, pada saat pasien naik ke tempat
periksa, saat pasien berbaring memperhatikan tubuh simetris atau asimetris, kelumpuhan,
kedipan kelopak mata dan sebagainya

3. Jelaskan cara pemeriksaan tonus otot dan interprestasinya !


Cara pemeriksaan:
Ø Pasien harus rileks tidak melawan (pasif)
Ø Memberikan gerakan pasif fleksi dan ekstensi pada semua sendi (lower,upper), kiri
maupun kanan
Ø Untuk mengalihkan konsentrasi alihkan perhatian pasien dengan diajak bicara
Interpretasi :
Ø Menurun (hipotoni) : tonus otot menurun tidak ada gerakan perlawanan terdapat
lesi LLMN dan cerebelllum
Ø Normal
Ø Meningkat (hipertoni) ;
- Spastis : tekanan meningkat, fenomena pisau lipat ada tahanan awal
gerakan membuka atau menutup
- Rigiditas : Tahanan meningkat mulai gerakan awal sampai akhir
a) Fenomena pipa timah ada tahanan sepanjang gerakan
b) Coghweel phenomenon (roda gigi) : tahanan dan tidak ada tahanan
terjadi selang seling
4. Beda pemeriksaan kekuatan otot dengan pemeriksaan Tonus otot adalah ....
Pemeriksaan kekuatan otot pasien harus aktif sedangkan pemeriksaan tonus otot pasien
harus rileks (pasif)

5. JELASKAN cara pemeriksaan kekuatan otot : Bisep,Trisep,Deltoid,bisep femoris,


Kuadrisep femoris, Gastroknemeus !
§ Bisep :
• Lengan yang sudah disupinasi disuruh fleksi pada persendian siku, kemudian
ditahan oleh pemeriksa. Dipersarafi oleh C5, C6 dan N. Muskulokutaneus
§ Trisep :
• Lengan bawah yang sudah difleksikan disuruh ekstensi, sambil ditahan oleh
pemeriksa. Dipersarafi oleh c6, C7, C8 dan N. Radialis
§ Deltoid :
• Pasien disuruh mengangkat lengannya yang diluruskan ke samping sampai bidang
horisontal. Dipersarafi C5, C6 dan N. Aksilaris
§ Biseps Femoris
• Pasien dalam posisi tengkurap, lutut (tungkai bawah) dalam posisi fleksi, dan
dipertahankan, sambil kita ekstensikan dipersarafi L4-5, S1-2 N. Peroneus
komunis dan N. Tibialis
§ Kuadriseps femoris
• Lutut (tungkai bawah) dalam posisi fleksi kemudian diekstensikan, sambil kita
tahan. Otot ini dipersarafi L2-L4, N. Femoralis
§ Gastroknemeus
• Pasien berbaring atau duduk, kemudian disuruh melakukan plantar fleksi kakinya.
Daerah ii dipersarafi oleh L5, S1, S2 dan N. Tibialis

6. Kriteria / penilaian kekuatan otot adalah sebagai berikut :........


Derajat Kekuatan:
• 5 = normal
• 4 = melawan gravitasi, tahanan cukup
• 3 = melawan gravitasi +, tahanan ringan
• 2 = gerak sendi + tidak bisa melawan gravitasi
• 1 = otot kontraksi tetapi gerak sendi (-)
• 0 = Plegi
7. Fungsi cerebellum dibagi menjadi tiga yaitu : Keseimbangan, koordinasi dan tonus.
Jelaskan cara pemeriksaan cerebellum berdasarkan fungsinya !
• Motor Loncat
Cara pemeriksaan : Untuk melihat adanya diskoordinatif dapat dilakukan pemeriksaan
dengan pasien diminta untuk berdiri dengan mengangkat/meloncat pada salah satu kaki
bergantian.

• Motor Pronasi
Cara pemeriksaan: meminta pasien mengangkat kedua kedua tangan lurus ke depan
dengan mata tertutup selama 20 sampai 30 detik, lengan pada sisi lesi akan menyimpang
ke arah lesi. Dalam posisi kedua lengan lurus, salah satu lengan diturunkan dan diminta
untuk menempatkan lengan itu pada posisi semula dengan mata tertutup pada orang yang
sehat akan dengan mudah melakukan tanpa kesalahan dengan sisi lesi tidak mampu untuk
mengambil kembali posisi semula.

• Fenomena Rebound
Cara pemeriksaan : pasien diminta untuk menekukkan lengan di sendi siku, pemeriksa
menahan gerakan yang dilakukan pasien, pada waktu penahanan dihilangkan pasien
terlanjur berfleksi sehingga tangannya dapat memukul pipinya sendiri. pada orang sehat
lengan bawah tidak terlanjur memukul pipinya melainkan akan berhenti bergerak.

• Romberg Test
Cara pemeriksaan : test ini sebenarnya adalah untuk menilai fungsi funiculus dorsalis
(propioseptif tabes dorsalis), akan tetapi dapat juga menilai fungsi cerebellum &
vestibular). Cara melakukan test romberg ini pasien diminta berdiri dengan kedua kakinya
berdekatan satu dengan yang lain. Saat berdiri pasien diminta dengan mata terbuka dan
mata tertutup. Seseorang dengan lesi di cerebellum pada saat mata terbuka sudah tidak
dapat berdiri dengan sikap yang tegak, ia akan bergoyang-goyang dan jatuh ke salah satu
sisi. Seseorang dengan sikap yang tegak, ia akan bergoyang-goyang dan jatuh ke sisi
belakang. Akan tetapi seseorang dengan degenerasi funikulus dorsalis (tubes dorsalis)
tetsp sksn berdiri dengan tegak ketika mata terbuka, tetapi bila kedua mata tertutup maka
akan jatuh ke sisi lesi.

• Tandem Walking (gait)


cara memeriksanya dengan meminta pasien untuk berjalan menuruti garis yang lurus atau
pasien berjalan memutari kursi atau meja. saat berjalan pasien diminta berjalan dengan
mata terbuka dan mata tertutup. dengan test tersebut akan terlihat kesimpangsiuran
gerakan berjalan. pada lesi unilateral di serebelum kecenderungan untuk jatuh ke sisi lesi,
jika lesi terletak divermis, badan bergoyang-goyang dan berangguk-angguk sewaktu
berdiri dan juga waktu berjalan.

• Dysdiadokokinesis
kemampuan untuk melakukan gerakan cepat secara berselingan dinamakan
diadokokinesis. untuk anggota gerak bagian bawah cara memeriksanya dengan cara
pemeriksa menepuk plantar pedis pasien, kemudian pasien diminta dengan plantar pedis
untuk menepuk tangan pemeriksa. awal gerakan pelan-pelan kemudian gerakan dilakukan
dengan cepat.
untuk anggota gerak bagian atas cara memeriksanya dengan meminta pasien melakukan
gerakan mempronasi-supinasi tangan seperti menepuk-nepuk paha. pasien membolak-
balik tangan di atas paha secara berulang-ulang, atau menyentuh ujung jari telunjuk dan
ujung ibu jari secara berulang-ulang, atau menyentuh ujung jari telunjuk dan ujung ibu jari
secara berulang-ulang. pemeriksaan dilakukan pada tangan kiri dan kanan atau bolak-
balik. awal gerakan pelan-pelan kemudian gerakan dilakukan dengan cepat.

• Dysmetria
Gangguan kemampuan untuk mngelola kecepatan Gerakan, kekuatannya dan
jangkauannya. Adapun test-test nya sebagai berikut:
Ø Heel – Knee _Toe Testing
Pasien menempatkan salah satu tumitnya di atas lutut ke pergelangan kaki melalui
tulang tibia dan memanjat dorsum pedis untuk menyentuh ibu jari kaki
Ø Finger – Nose Testing
Meminta pasien untuk menyentuh ujung jari telunjuk pemeriksa/pasien kemudian
kita suruh menunjuk dengan tepat hidung pasien
Ø Finger – Finger Testing
Meminta pasien untuk menyentuh ujung jari telunjuk dengan ujung jari telunjuk
tangan lainnya. Pemeriksaan ini dilakukan dengan mata tertutp dengan mata
terbuka
PEMERIKSAAN SISTEMSENSORIK
DAN TES PROFOKASI
SISTEM SENSORIK
Pada dasarnya sistem sensorik dapat dibagi 5 jenis, yaitu :……..
• Sensasi Sperfisial (Eksteroseptif)
• Sensasi Dalam (Propioseptif)
• Sensasi viseral (Interoseptif)
• Sensorik Khusus
• CombinedSensation (Rasa Kombinasi)

Pemeriksaan sensoris bertujuan untuk:………


• Menetapkan adanya gangguan sensoris
• Mengetahui modalitas
• Menetapkan polanya
• Menyimpulkan jenis dan lokasi lesi yang mendasari gangguan sensoris (yang akhirnya
perlu dinilai secara integratif dengan hasil pemeriksaan dan penilaian gangguan motorik,
kesadaran, dan saraf otonom)

CARA PEMERIKSAAN SENSIBILITAS


Eksteroseptif.
• Rasa raba adalah ……
Ø Pada pemeriksaan ini, kita sentuh kulit pasien dengan kapas.
Ø Respons yang kita harapkan adalah jawaban ya, bila kulitnya tersentuh.
Ø Sewaktu pemeriksaan kita bandingkan dengan perasa raba di sisi kanan dengan yang sisi kiri
Ø atau bagian proksimal dengan bagian distal.

• Rasa suhu adalah……..


Ø Pada pemeriksaan ini kita pergunakan tabung yang berisi air hangat (40-45 derajat) dan
tabung yang berisi air dingin (5-10 derajat).
Ø Dengan tabung-tabung tersebut kita sentuhkan ke kulit pasien secara silih berganti.
Ø Respon yang kita harapkan dari penderita adalah panas/dingin.

• Rasa nyeri adalah ……


Ø Pada pemeriksaan nyeri kita pergunakan jarum pentul dan cotton bud
Ø Pasien hendaknya dapat membedakan tajam atau tumpul
Propioseptif :
• Cara pemeriksaan Rasa posisi adalah ........
Ø Dalam pemeriksaan posisi, kita gerakkan jari kaki/tangan pasien secara pasif ke atas atau
ke bawah.
Ø Pada awal pemeriksaan, pasien kita beri tahu apa yang akan kita lakukan pada jari-jari
tangan atau pasien
Ø Setelah pasien mengerti, penglihatan pasien kita halang-halangi dengan kertas
Ø Dengan memegang jari (tangan/kaki) pada permukaan lateralnya lantas kita gerakkan jari
tersebut keatas atau ke bawah.

• Cara pemeriksaan Rasa getar adalah ……..


Ø Pada pemeriksaan ini menggunakan garpu tala 128 Hz dan 256 Hz
Ø Kita taruh ujung gagang garpu tala yang telah kita getarkan pada bagian menonjol
(Sternum, dorsal falang terakhir dari ibu jari kaki, maleolus, tuberositas tibiae, spina iliaka
anterior superior)

Pemeriksaan Rasa Kombinasi meliputi ............... jelaskan cara pemeriksaanya ¡


Sterognosis, barognosis, garfestesia, two point tactile discrimination, sensory
extinction,Loss of body image
a. Stereognosis, cara pemeriksaan :
pada pasien, yang tidak memperlihatkan tanda2 gangguan sensibilitas spt misalnya
anestesia, termanestesia, atau gangguan proprioseptif, kita letakkan suatu benda yang
dipakainya sehari-hari di dalam tangannya. dalam keadaan normal, pasien akan dapat
mengenal benda tersebut (misalnya kancing atau uang logam 100 rupiah) dengan mudah.

b. Barognosis, cara pemeriksaan :


Untuk pemeriksaan ini kita gunakan benda-benda yang bentuk dan ukurannya sama serta
terbuat dari zat yang sama, namun beratnya dibuat berbeda, misalnya dengan
menambahkan pemberat di dalamnya. Hilangnya kemampuan untuk membedakan berat
disebut baragnosia.

c. Grafestesia
Dengan pensil kita tulis suatu huruf atau suatu angka (pasien tentu tidak boleh buta huruf)
misalnya pada kulit di daerah telapak tangan lengan atau daerah paha pasien. Dalam
keadaan normal pasien. Dalam keadaan normal pasien dengan mudah akan dapat
mengenal yang ditulis itu. Bila pada pasien tidak menderita gangguan sensibilitas, tetapi
tidak dapat mengenal apa yang ditulis tersebut, maka dapat disimpulkan bahwa ia telah
memperlihatkan suatu agrafestesia.

d. Two Poin Tactile Discrimination


kemampuan untuk merasakan 2 tusukan pada tempat yang berbeda pada saat yang sama
dengan mata tertutup (jaraknya bervariasi tergantung tempatnya)
• lidah (1 mm)
• jaringan tangan bagian ujung (2-7 mm)
• dorsum manus (20-30 mm)
• telapak tangan (8-12 mm)
• daerah dada, lengan bawah dan tungkai bawah (40 mm)
• punggung, lengan atas dan paha (70-75 mm)
• jari kaki (3-8 mm)

TEST PROFOKASI
• Jelaskan Cara pemeriksaan Patrick’s sign dan interprestisinya ?
Ø Cara : Pasien dalam keadaan berbaring, maleolus eksterna (lateral) tungkai yang diperiksa
diletakkan pada patella tungkai yang lain, dilakukan penekanan lutut ke bawah.

Ø Interpretsi : Dikatakan positif, bila terasa nyeri pada sendi kolase.

• Jelaskan Cara pemeriksaan Contra Patrick’s sign dan interprestisinya ?


Ø Cara : Fleksi pada sendi lutut, kemudian kerjakan endorotasi serta adduksi, lalu tekan
tungkai tersebut sejenak pada lutut.

Ø Interpretasi : Dikatakan positif, bila nyeri pada sendi sacroiliaka

• Jelaskan cara pemeriksaan Lasseque sign (Straight leg Raising Test = SLRT) dan
interprestisinya ?
Ø Cara : Fleksi pada sendi paha yang tidak sakit dengan lutut tetap ekstensi

Ø Interpretasi : Dikatakan positif, bila terasa nyeri pada sisi yang sakit

• Jelaskan cara pemeriksan Valsava test dan interprestisinya ?


Ø Cara : Dapat dilakukan pada waktu pasien duduk dan disuruh mengejan

Ø Interpretasi : Dikatakan positif, terdapat nyeri sepanjang N.Ischiadicus


• Jelaskan cara pemeriksaan Door bell sign dan interprestisinya ?
Ø Cara : Perkusi dengan hammer pada daerah lumbal bawah akan menyebabkan
nyeri pada paha dan tungkai (biasanya dirasakan nyeri pada daerah betis, tes ini
diibaratkan kalau kitamenekan tombol bel, maka terjadi terjadi bunyi bel di tempat jauh).

• Jelaskan cara pemeriksaan Tes Tinel Terowongan Carpal dan interprestisinya ?


Ø Cara : Test Tinel’s sign: tekan ringan di jalur nervus medianus (carpal tunnel).
Melakukan penekanan pada pertengahan ligamentum carpi transversum (volare).

Ø Interpretasi : Tinel’s test positif jika timbul nyeri yang menjalar dari tempat
penekanan hingga ke daerah sesuai inervasi nervus medianus (jari I, jari II, Jari III
dan setengah jari IV)

• Jelaskan cara pemeriksaan Tes Phalen dan interprestisinya ?


Ø Test Phalen’s sign: minta pasien untuk mempertemukan kedua punggung tangan lalu
tekan. Tahan selama ± 60 detik
• Jelaskan cara pemeriksaan Tes Kompresi ( lhermitte test) dan interprestisinya
Ø Tanda Laseque terbalik (femoral nerve stretch test / reverse Laseque sign) : Tes
ini dapat menimbukan nyeri akibat ketegangan saraf yang mengalami iritasi
ataupun kompresi, terutama pada lumbal bagian tengah dan atas.3 Bila tes ini
positif, maka dicurigai adanya ketegangan pada radiks L2, L3 atau L4 dan tes ini
dilakukan pada pasien yang terlungkup dengan jalan mengekstensikan paha
dimana lutut dalam keadaan fleksi dan bisa juga dilakukan dengan pasien tidur
pada sisi yang sehat dan meluruskan paha yang terkena dengan lutut dalam
keadaan fleksi

Ø Suatu tes yang positif akan menghasilkan nyeri pada paha medial atau anterior.

• Jelaskan cara pemeriksaan Tes Naffziger dan interprestisinya


Ø Tes Naffziger : dengan menekan kedua vena jugularis, maka tekanan LCS akan
meningkat, hal ini menyebabkan tekanan pada radiks bertambah, sehingga timbul
nyeri radikuler.
Ø Tes ini (+) pada Spondilosis.

1
2

Anda mungkin juga menyukai