TINJAUAN PUSTAKA
2.1.1 Manajemen
2.1.1.1 Pangertian Manajemen.
Berbagai pendapat mengenai definisi ”Manajemen” ada yang
mengartikan dengan ketatalaksanaan, manajemen pengurusan dan lain sebagainya.
Manajemen dapat di tinjau sebagai suatu proses atau manajemen sebagai ilmu
(science) dan sebagia seni ( art ).
Pengertian manajemen sebagai suatu proses, Hikmat dalam Badrudin
(2013:3), berpendapat bahwa ”Manajemen merupakan sebuah proses
perencanaan, pengorganisasian dan penggunaan sumber daya organisasi lainnya
agar mencapai tujuan organisasi yang telah ditetapkan.”
Pengertian manajemen sebagai suatu ilmu dan seni, menurut Malayu S.P
Hasibuan dalam Badrudin (2013:3) mengemukakan manajemen adalah ilmu dan
seni mengatur proses pemanfaatan Sumber Daya manusia dan sumber-sumber
lainnya secara efektif dan efisien untuk mencapai satu tujuan tertentu.Dan
M.Manulang dalam Badrudin (2013:3) mengemukakan bahwa manajemen seni
dan ilmu perencanaan, pengorganisasian, penyusunan, pengarahan dan
pengawasan untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan.
Berdasarkan pendapat para ahli tersebut dapat di simpulkan bahwa
manajemen adalah ilmu dan seni melakukan pekerjaan pembagian fungsi dan
tugas yang rasional antara atasan dan bawahan, mengatur pemanfaatan sumber
daya manusia dan pendukung sesuai proporsinya masing-masing secara sistematik
melalui proses perencanaan, pengorganisasian, kepemimpinan, dan pengawasan
untuk mencapai tujuan secara efektif dan efisien.
LOUIS
G.R TERRY JOHN F.MEE MC NAMARA
A.ALLEN
1
an
5 Controling Controling Evaluating Pengontrolan
2
2. Information roles/ peranan informasi
Peranan manajerial yang mencakup menerima, mengumpulkan, dan
menyebarluaskan informasi. Peranan informasional.
a. Monitor
Mencari dan menerima informasi baik dari dalam maupun dari luar untuk
dikembangkan melalui pemahaman organisasi dan lingkungan.
b. Dessiminator
Menyebarkan informasi yang diterima dari luar atau para bawahan kepada
semua anggota organisasi.
c. Spokeperson
Menyampaikan informasi kepada pihak luar tentang rencana organisasi,
kebijakan, tindakan, dan hasilnya.
3. Decisional roles/peranan pengambilan keputusan
Peranan manajerial yang mencakup membuat keputusan.
Peranan Decisional
a. Enterprener
Mencari organisasi dan lingkungan untuk mencari kesempatan dan memulai
proyek-proyek perbaikan untuk membawa perubahan.
b. Disturbance Handler
Bertanggung jawab untuk memperbaiki tindakan ketika organisasi
menghadapi gangguan yang tidak diharapkan.
3
2.1.2.1 Pengertian Manajemen Pendidikan
Untuk memahami tentang manajemen pendidikan maka berikut ini akan
dikemukakan beberapa pendapat para ahli mengenai pengertian manajemen
pendidikan. Menurut Bush & Coleman dalam Husaini Usman (2009:12)
mendefinisikan manajemen pendidikan sebagai berikut: ”Educational
management is a field of study and practice concerned with the operation of
educational management. Bush menyatakan bahwa sampai saat ini tidak ada
definisi manajemen pendidikan yang dapat diterima semua pihak. Setiap ahli
menyampaikan definisinya masing-masing sesuai dengan pengetahuan dan
pengalamannya.”
Menurut Veitzhal Rivai (2009:103), manajemen pendidikan meliputi
empat hal pokok, yaitu: Perencanaan pendidikan, dimaksud untuk
mempersiapkan semua komponen pendidikan, agar dapat terlaksananya proses
belajar mengajar yang baik dalam penyelenggaraan pendidikan dalam mencapai
sasaran pendidikan seperti yang diharapkan.
Pengorganisasian pendidikan, ditujukan untuk menghimpun semua
potensi komponen pendidikan dalam suatu organisasi sinergis untuk dapat
menyelenggarakan pendidikan dengan sebaik-baiknya. Penggiatan pendidikan,
adalah pelaksanaan dari penyelenggaran yang telah direncanakan dan diawaki
oleh organisasi penyelenggara pendidikan dengan memperhatikan rambu-rambu
yang telah ditetapkan dalam perencanaan dalam rangka mencapai hasil pendidikan
yang optimal. Pengendalian atau pengawasan pendidikan, dimaksudkan untuk
menjaga agar penyelenggaraan pendidikan dilaksanakan sesuai dengan yang
direncanakan dan semua komponen pendidikan digerakkan secara sinergis dalam
proses yang mengarah kepada pencapaian tujuan pendidikan yang dijabarkan
dalam sasaran-sasaran menghasilkan output secara optimal seperti yang telah
ditetapkan dalam perencanaan pendidikan.
Sedangkan menurut Mulyasa (2009:7), mengemukakan bahwa:
”Manajemen pendidikan merupakan suatu proses pengembangan kegiatan
kerjasama sekelompok orang untuk mencapai tujuan pendidikan yang telah
ditetapkan. Proses pengendalian kegiatan kelompok tersebut mencakup
4
perencanaan (planning), pengorganisasian (organizing), penggerakan (actuating),
dan pengawasan (controlling) sebagai suatu proses untuk menjadi visi menjadi
aksi.”
Lebih jauh Gaffar dalam Mulyasa (2009:19) mengemukakan bahwa
manajemen pendidikan adalah penataan, pengaturan, dan kegiatan-kegiatan lain
sejenisnya yang berkenaan dengan lembaga pendidikan beserta segala
komponennya, dan dalam kaitannya dengan pranata dan lembaga lain.
Lain halnya dengan Made Pidarta (2004:4) yang berpendapat bahwa:
”manajemen pendidikan sebagai aktivitas memadukan sumber-sumber pendidikan
agar terpusat dalam mencapai tujuan pendidikan yang telah ditentukan
sebelumnya.” Manajemen pendidikan menurut Knezevich dalam Mulyasa
(2009:8) adalah: A specialized set of organizational functions whose primary
purposes are to insure the efficient and effective delivery of relevant eduacational
service as well as implementation of legislative policies through planning
decision making, and leadership behaviour that keeps the organizations focused
on predetermined objectives, provides for optimum allocation and most
productive uses, stimulates and coordinated professional and other personal to
produce a coherent social system and desirable organizational climate, and
facilities determination of essential changes to satisfy future and emerging needs
of student and society.
Definisi tersebut menunjukkan bahwa manajemen pendidikan memiliki
berbagai kegiatan yang sangat kompleks dan saling berhubungan. Manajemen
pendidikan juga merupakan sekumpulan fungsi untuk menjamin efisiensi dan
efektivitas pelayanan pendidikan, melalui perencanaan, pengambilan keputusan,
perilaku kepemimpinan, menyiapkan alokasi sumber daya, stimulus dan
koordinasi personil, penciptaan iklim organisasi yang kondusif, serta penentuan
pengembangan fasilitas untuk memenuhi kebutuhan peserta didik dan masyarakat
di masa depan. Oleh karena itu apabila salah satu komponen fungsi tidak berjalan
dengan baik, maka akan mempengaruhi komponen yang lainnya.
Manajemen pendidikan merupakan rangkaian kegiatan bersama atau
keseluruhan proses pengendalian usaha atas kerjasama sekelompok orang dalam
5
mencapai tujuan pendidikan yang telah ditetapkan secara berencana dan
sistematis, yang diselenggarakan pada suatu lingkungan tertentu. Dengan
demikian dalam penddikan terdapat sumber daya manusia yang perlu ditingkatkan
dan dimanfaatkan kemampuannya sebagai potensi yang digunakan untuk
merealisasikan misi organisasi. Diantaranya adalah kepala sekola, guru, dan
peserta didik.
Menurut Husaini (2009:13) tujuan dan manfaat dari manajemen
pendidikan antara lain:
1. Terwujudnya suasana belajar dan proses pembelajaran yang aktif,
kreatif, efektif, menyenangkan, dan bermakna (PAKEMB).
2. Terciptanya peserta didik yang aktif mengembangkan potensi dirinya
untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri,
kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang
diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa, dan negara.
3. Terpenuhinya salah satu dari 5 kompetensi tenaga kependidikan
(tertunjangnya kompetensi manajerial tenaga kependidikan sebagai
manajer).
4. Tercapainya tujuan pendidikan secara efektif dan efisien.
5. Terbekalinya tenaga kependidikan dengan teori tentang proses dan
tugas administrasi pendidikan (tertunjangnya profesi sebagai manajer
atau konsultan manajemen pendidikan).
6. Teratasinya masalah mutu pendidikan karena 80% masalah mutu
disebabkan oleh manajemennya.
7. Terciptanya perencanaan pendidikan yang merata, bermutu, relevan,
dan akuntabel.
8. Meningkatnya citra positif pendidikan.
13
e. Tantangan, penggunaan kata-kata, tindakan, cara kerja atau bahan-bahan yang
menantang akan meningkatkan gairah anak didik untuk belajar.
f. Menghindarkan pemberian respon yang negatif, guru harus menekankan hal-
lah yang positif dan menghindari pemusatan perhatian anak didik pada hal-hal
yang negatif. (Syaiful Bahri Djamarah , 2012:105-106)
Dimensi Indikator
1. Penguatan Meliputi perkataan :
14
verbal a. Ok
b. Baik
c. Betul
2. Penguatan Meliputi gerak tubuh :
dengan isyarat a. Gerak mimik: senyum, tertawa,
mengangkat alis, mata berkedip
b. Gerak anggota badan: bertepuk tangan,
mengacungkan jempol tangan, menunjuk,
mengangguk-angguk.
3. Penguatan Berkaitan dengan kegiatan belajar meliputi :
kegiatan a. Siswa diminta mengerjakan soal di papan
tulis,
b. memberi kartu hadir,
c. membantu siswa lain.
4. Penguatan Interaksi guru melalui gerak :
dengan kontak a. Mendekati siswa,
fisik b. berjalan di dekatnya,
c. menepuk pundak siswa,
d. berjabat tangan.
5. Penguatan Berkaitan dengan respon :
berupa a. Memberikan komentar tertulis pada buku
benda/symbol tulis siswa,
b. memberikan hadiah,
c. memberikan gambar
Orang tua merupakan pendidik utama dan pertama bagi anak-anak mereka.
Dengan demikian, bentuk pertama dari pendidikan terdapat dalam kehidupan
keluarga. Orang tua atau ibu dan ayah memegang peranan yang penting dan
berpengaruh terhadap pendidikan anak-anaknya. Sejak seorang anak lahir, ibunya
yang selalu ada di sampingnya. Oleh karena itu, anak meniru peringai ibu dan
kebiasaan, seorang anak lebih cinta kepada ibunya, apabila ibu itu menjalankan
tugas dengan baik. Ibu merupakan orang yang mula-mula dikenal anak.
Sebaliknya pengaruh ayah terhadap anak besar pula. Dimata anak, ayah itu
seorang yang pandai di antara orang-orang yang dikenalnya, cara ayah melakukan
pekerjaannya sehari-hari berpengaruh pada pekerjaan anaknya, ayah merupakan
penolong utama (Zakiah Daradjat, 1976:35)
Lingkungan pertama yang dikenal anak adalah keluarga dan interaksi yang
pertama kali dilakukan anak dengan orang tua. Ramayulis menyatakan bahwa
17
“Pengertian keluarga dalam Islam adalah suatu sistem kehidupan masyarakat yang
terkecil yang dibatasi oleh adanya keturunan (nasab) atau disebut ummah akibat
adanya kesamaan agama”. Hal ini menunjukkan bahwa lingkungan keluarga
merupakan lingkungan yang pertama mempengaruhi perilaku anak dalam
membina hubungan akrab antara orang tua dengan anak tentunya tidak terlepas
dari rasa kasih sayang. (Ramayulis , 2001:2)
Sebagai amanat Allah SWT, anak harus dididik dan dibimbing dengan
baik. Orang tua wajib mendidiknya secara baik, sesuai dengan tingkat
perkembangan pemikirannya, dengan pendidikan dan bimbingan yang baik maka
anak akan berkembang dengan baik sehingga menjadi manusia seutuhnya,
manusia yang mengetahui akan hak dan kewajiban hidupnya, baik hak dan
kewajiban dirinya terhadap orang tua, terhadap masyarakat maupun terhadap
Tuhannya. (Fuad Kauma, 2000:34)
Pendidikan agama yang dilakukan orang tua dalam lingkungan keluarga
merupakan pondasi yang kuat, karena tujuan pendidikan keluarga adalah untuk
membimbing, membina dan mengarahkan anak kepada tujuan yang mulia. Oleh
karena itu, pendidikan agama hendaknya mewarnai kehidupan anak sehingga
agama itu benar-benar menjadi pedoman hidup.
Perkembangan agama pada anak, terjadi melalui pengalaman hidupnya
sejak kecil dalam keluarga, sekolah dan masyarakat. Semakin banyak pengalaman
yang bersifat agama (sesuai dengan ajaran agama) dan semakin banyak unsur
agama maka sikap, tindakan, kelakuan, dan caranya menghadapi hidup akan
sesuai dengan ajaran agama. (Zakiah Daradjat, 2010:42)
Oleh sebab itu bimbingan keagamaan orang tua dilakukan untuk
mengembangkan perasaan religius adalah pembiasaan, motivasi, keteladanan,
serta penciptaan situasi keagamaan. Pengalaman awal anak terhadap Tuhan
biasanya melalui bahasa, melalui tanggapan yang dialaminya. Semula anak
mengenalnya secara sederhana (diidentikkannya dengan manusia dan sebagainya),
tetapi dalam proses berikutnya jika ada bimbingan yang benar, maka anak akan
mengenal Tuhan dengan cara yang benar. (Abu Ahmadi dan Munawar Sholeh ,
2005:99)
18
2.1.4.2 Bentuk- bentuk Bimbingan Keagamaan Orang Tua
Anak memerlukan bimbingan orang tua sebagai realisasi tanggung jawab
orang tua dalam membimbing anak, ada beberapa aspek yang sangat penting
untuk mendapatkan bimbingan dan perhatian orang tua, yakni:
a. Pendidikan ibadah
Pendidikan ibadah, khususnya bimbingan shalat, makna shalat menurut bahasa
Arab ialah do’a, tetapi yang dimaksud di sini ialah ibadah yang tersusun dari
beberapa perkataan dan perbuatan yang dimulai dengan takbir, disudahi dengan
salam, dan memenuhi beberapa syarat yang ditentukan”
Shalat dalam Islam mempunyai kedudukan yang sangat tinggi, bila
dibandingkan dengan ibadah-ibadah lainnya, karena shalat merupakan tiang
agama. Agama tidak akan berdiri tegak dan kokoh kecuali dengan tiang itu.
Oleh karena itu, anak dari usia dini harus diajarkan untuk shalat sehingga
ketika anak itu dewasa shalat sudah menjadi bagian hidupnya, ketika shalat
sudah menjadi bagian hidupnya maka di manapun anak berada ibadah shalat
tidak akan ditinggalkan.(Fuad Kauma, 2000:189-226). Untuk menanamkan
nilai-nilai agama, termasuk pengamalan agama, terlebih dahulu orang tua harus
shalat, bila perlu berjama’ah, karena pada shalat berjama’ah anak-anak belajar,
mengenal, dan mengamati shalat yang baik”.
b. Mengajarkan anak membaca Al- Qur’an
Al-Qur’an merupakan pedoman bagi orang-orang Islam dan merupakan
sumber hukum Islam. “Al- Qur’an adalah Kalamullah yang diturunkan kepada
Nabi Muhammad SAW secara berangsur-angsur”.(Abuy Sodikin dan
Badruzaman , 2005:58). Al-Qur’an adalah jalan lurus yang tidak mengandung
suatu kebatilan apapun, maka sangat baik jika anak dibiasakan membaca Al-
Qur’an dengan benar dan diupayakan semaksimal mungkin agar menghafal Al-
Qur’an atau sebagian besar dengan diberi dorongan melalui berbagai cara.
Karena itu, kedua orang tua hendaknya berusaha agar putra-putrinya masuk
pada salah satu sekolah tahfidz al-Qur’an, kalau tidak bisa diusahakan masuk
pada salah satu halaqah tahfidz.(Yusuf Muhammad Al Hasan, 1997:41)
19
Anak harus dibiasakan diri membaca al-Qur’an di rumah sebagai bagian
dari usaha mengkondisikan lingkungan pendidikan keluarga. Untuk mengajak
anak membaca al-Qur’an, terlebih dahulu orang tua harus membaca al-Qur’an,
meskipun hanya beberapa ayat saja, yang paling penting membiasakan dulu
semua anggota keluarga membaca al-Qur’an.
c. Pendidikan Akhlakul Alkarimah
Seorang pendidik merupakan contoh yang ideal dalam pandangan anak,
tingkah laku dan sopan santunnya akan ditiru, disadari atau tidak, bahkan
semua keteladanan itu akan melekat pada diri dan perasaannya, baik dalam
bentuk ucapan, perbuatan dan sebagainya. Oleh karena itu, keteladanan
merupakan faktor penentu baik buruknya anak.
Seorang anak, bila dari kedua orang tuanya mendapat keteladanan yang
baik dalam segala hal maka ia akan mudah menyerap prinsip-prinsip yang baik
pula dan selalu berperilaku baik. Begitu juga sebaliknya, apabila orang tua
tidak memberikan tauladan yang baik maka anak akan merasa acuh tak acuh.
d. Pendidikan Aqidah Islamiyah
Masalah aqidah atau keimanan merupakan hal yang sangat mendasar dalam
Islam. Hanya dengan aqidah yang kuat, seseorang dapat menunaikan ibadah
dengan baik dan dapat menghiasi dirinya dengan akhlaqul karimah. Pendidikan
aqidah harus diupayakan sedemikian rupa, sehingga anak-anak mantap
keimanannya. Kemantapan aqidah ini akan bisa menangkal berbagai berbuatan
negatif yang sangat melanda dunia, seperti penggunaan obat-obat terlarang,
perzinahan dan berbagai kejahatan lainnya. Setiap anak yang lahir ke dunia ini
sebenarnya telah dibekali benih aqidah yang benar, tetapi berkembang atau
tidaknya benih aqidah dalam diri seorang anak itu akan bergantung pada
pembinaan yang dilakukan orang tuanya. Dengan pembinaan dan pendidikan
yang tepat, benih aqidah akan tumbuh subur dan mengakar kuat pada diri
seorang anak. Namun sebaliknya, tanpa pembinaan yang tepat, benih aqidah
itu akan layu dan mati maka tersesatlah jadinya. Mungkin dia akan menjadi
atheis yang tidak meyakini adanya Tuhan atau memeluk agama lain.
e. Mendorong anak agar aktif Melakukan Kegiatan-kegiatan Keagamaan
20
Hal ini bisa dilakukan dengan cara memberikan saran-saran kepada anak agar
mengikuti organisasi, seperti organisasi remaja, perkumpulan olah raga,
koperasi dan lain-lain. Sehingga anak dapat menyalurkan bakatnya pada
organisasi tersebut dan perilaku yang cenderung negatif dapat berkurang baik.
Akan tetapi, orang tua harus selalu mengawasi dan memantau anak, jangan
sampai membiarkan bebas tanpa pengawasan dari orang tua.
24
3.1.5 Disiplin Beribadah
3.1.5.1 Pengertian Disiplin
Disiplin adalah suatu kondisi yang tercipta dan terbentuk melalui proses
dari serangkaian perilaku yang menunjukkan nilai-nilai ketaatan, kepatuhan,
kesetiaan, keteraturan dan ketertiban. Disiplin akan membuat seseorang tahu dan
dapat membedakan hal-hal apa yang seharusnya dilakukan, yang wajib dilakukan,
yang boleh dilakukan, yang tak sepatutnya dilakukan karena merupakan hal-hal
yang dilarang.
Disiplin pada hakikatnya akan tumbuh dan terpancar dari hasil kesadaran
manusia. Sebaliknya, disiplin yang tidak bersumber dari kesadaran hati nurani
akan menghasilkan disiplin yang lemah dan tidak akan bertahan lama.
Disiplin secara luas, menurut conny diartikan sebagai semacam pengaruh
yang dirancang untuk membantu anak mampu menghadapi tuntutan dari
lingkungannya. Disiplin itu tumbuh dari kebutuhan untuk menjaga keseimbangan
antara kecenderungan dan keinginan individu untuk berbuat sesuatu yang dapat
dan ingin ia peroleh dari orang lain atau karena situasi kondisi tertentu, dengan
batasan peraturan yang diperlukan terhadap dirinya atau lingkungan dimana ia
hidup. (Conny Semiawan, 2002:90)
Disiplin adalah patuh terhadap suatu peraturan dengan kesadaran sendiri
untuk terciptanya tujuan itu (Subari, 1994:164). Sedangkan menurut Amir Daien
Indrakusuma menyebutkan bahwa disiplin merupakan kesediaan untuk mematuhi
peraturan-peraturan dan larangan-larangan. Kepatuhan disini bukan hanya patuh
karena adanya tekanan-tekanan dari luar, melainkan kepatuhan yang didasari oleh
adanya kesadaran tentang nilai dan pentingnya peraturan-peraturan dan larangan
tersebut. Disiplin adalah latihan pikiran, perasaan, kehendak dan watak, latihan
pengembangan dan pengendalian perasaan, pikiran, kehendak dan watak untuk
melahirkan ketaatan dan tingkah laku yang teratur (Sukarna, 1992:104).
Kedisiplinan adalah ketaatan terhadap aturan atau tata tertib. tata tertib
berarti separangkat peraturan yang berlaku untuk menciptakan kondisi yang tertib
dan teratur (Moenir, 1983:181). Jadi kedisiplinan merupakan hal mentaati tata
tertib disegala aspek kehidupan, baik agama, budaya, pergaulan, sekolah, dan lain-
25
lain. Dengan kata lain, kedisiplinan merupakan kondisi yang tercipta dan
terbentuk melalui proses dari serangkaian perilaku individu yang menunjukkan
nilai-nilai ketaatan, kesetiaan, keteraturan dan ketertiban.
Keberhasilan dalam suatu usaha atau dalam mencapai cita-cita akan
tergantung kepada sikap disiplinnya. Orang yang berdisiplin akan berperilaku apa
yang seharusnya diperbuat, tidak mengada-ada, tidak dilebih-lebihkan tetapi juga
tidak dikurangi dari keadaan yang sebenarnya. Diam tepat pada pijakannya,
melangkah tepat gerakannya, melaju sesuai arahnya.
Sikap disiplin dapat dilakukan untuk setiap perilaku, seperti disiplin dalam
belajar, disiplin dalam beribadah, disiplin dalam bekerja, dan disiplin dalam
beraktivitas lainnya.
Dari beberapa definisi diatas, menunjukkan bahwa kedisiplinan merupakan
ketaatan dan kepatuhan pada peraturan yang dilakukan dengan rasa senang hati,
bukan karena dipaksa atau terpaksa.
26
3.1.5.3 Faktor-faktor Kedisiplinan
Dalam rangka membina dan meningkatkan kedisiplinan siswa dalam
melaksanakan ibadah shalat terutama di lingkungan sekolah, perlu diperhatikan
unsur-unsur yang mempengaruhi terhadap kedisiplinan siswa agar disiplin dapat
terwujud dalam perilaku siswa. Adapun faktor-faktor pembentukan perilaku yang
termasuk didalamnya perilaku disiplin adalah:
a. Faktor Genetik
Yang dimaksud faktor genetik adalah segala hal yang dibawa oleh anak
sejak lahir sebagai warisan dari orang tuanya. Menurut Mahfud Salahuddin
(1990:81), faktor genetik atau hereditas adalah kecenderungan untuk tumbuh dan
berkembang bagi manusia, menurut pola-pola, ciri-ciri, serta sifat-sifat tertentu
dari satu generasi ke generasi berikutnya.
Pembentukan perilaku manusia dapat dipengaruhi oleh limpahan orang tua
kepada keturunannya karena faktor ini meski tidak kuat, namun merupakan
bentuk dasar dari perilaku seseorang. Demikian halnya dengan kedisiplinan,
sangatlah mungkin kedisiplinan tersebut dipengaruhi oleh watak yang dibawa
seseorang sejak lahir.
b. Faktor Lingkungan
Lingkungan mempunyai peranan yang sangat penting terhadap
kedisiplinan karena perkembangan seseorang tidak terlepas dari peranan
lingkungan, disamping faktor pembawaan, kedisiplinan juga dipengaruhi oleh
situasi dan kondisi dimana ia berada.
Sejak lahir manusia berinteraksi dengan lingkungan, mempengaruhi dan
dipengaruhi oleh lingkungan dimana ia tinggal. Fungsinya kepribadian seseorang
merupakan hasil dari interaksi antara dirinya dan lingkungan. Baik lingkungan
fisik maupun lingkungan psikologis.
c. Faktor Pendidikan
Menurut Marimba, pendidikan adalah bimbingan atau pimpinan secara
sadar oleh si pendidik terhadap perkembangan jasmani dan rohani si terdidik
menuju terbentuknya kepribadian yang utama. (A. Marimba, 1989:19). Dalam
sasaran pendidikan tidak semata-mata pengalihan pengetahuan dan keterampilan
27
saja, salah satu bagian yang teramat penting adalah pembinaan watak. Pembinaan
watak merupakan bagian integral dari pendidikan. Oleh sebab itu bahwa
pendidikan memainkan peranan penting dalam pembentukan perilaku seseorang,
termasuk didalamnya perilaku disiplin.
d. Faktor Pengalaman
Pengalaman disini adalah keseluruhan peristiwa yang pernah dialami oleh
seseorang baik secara langsung maupun tidak langsung dalam perjalanan
hidupnya. Pengalaman seseorang juga mempunyai pengaruh terhadap
pembentukan watak termasuk kedisiplinan. (Evi Chumaidah , 2011:34-38)
29
Thomas L. Good dan Jere B. Braphy mendefinisikan motivasi sebagai
suatu energi penggerak dan pengarah, yang dapat memperkuat dan mendorong
seseorang untuk bertingkah laku. Ini berarti perbuatan seseorang tergantung
motivasi yang mendasarinya. Dan motivasi adalah sesuatu yang dibutuhkan untuk
melakukan aktivitas.
Para ahli psikologi menggolongkan motivasi dilihat dari sumbernya
kepada dua hal, motivasi intrinsik, yaitu motivasi yang muncul dari dalam diri
seseorang. Misalnya, keinginan untuk memperoleh keterampilan tertentu,
memperoleh informasi, keinginan berprestasi, ingin menjadi yang terbaik,
keinginan diterima orang lain dan sebagainya. (Sumardi Suryabrata , 2005:70)
Sedang motivasi dari luar disebut motivasi ekstrinsik, seperti dalam bentuk
pujian, hadiah (reward), persaingan, dan hukuman (punishment). Motivasi
ekstrinsik sangat diperlukan siswa, karena tidak semua pelajaran yang ada di
sekolah menarik bagi siswa. Kadang ada siswa yang belum memahami belajar itu
untuk apa, apa kegunaan mata pelajaran yang diberikan gurunya, sehingga
menimbulkan reaksi yang berbeda terhadap pelajaran yang diberikan. Ada siswa
yang menerimanya dengan senang dan gembira, ada pula yang merasa terpaksa
karena takut terhadap gurunya. Ada pun pengertian belajar menurut beberapa ahli,
diantaranya:
a. Skinner, yang dikutip Barlow dalam bukunya EducationalPsychology: The
Teaching-Learning Process, berpendapat bahwa belajar adalah suatu proses
adaptasi atau penyesuaian tingkah laku yang berlangsung secara progresif.
Berdasarkan eksperimennya, Skinner percaya bahwa proses adaptasi tersebut
akan mendatangkan hasil optimal apabila ia diberi penguat (reinforcer).
b. Hilgard dan Bower belajar dalam buku theories of Learning adalah belajar
berhubungan dengan perubahan tingkah laku seseorang terhadap sesuatu situasi
tertentu yang disebabkan oleh pengalamannya yang berulang-ulang dalam
situasi itu, di mana perubahan tingkah laku itu tidak dapat dijelaskan atau dasar
kecenderungan respon pembawaan, kematangan atau keadaan-keadaan sesaat
seseorang.
30
c. Morgan dalam buku Introduction to psychology mengemukakan bahwa belajar
adalah setiap perubahan yang relatif menetap dalam tingkah laku yang terjadi
sebagai suatu hasil dari latihan dan pengalaman. Bertolak dari berbagai definisi
yang telah dikemukakan oleh para pakar pendidikan, secara umum belajar
dapat dipahami sebagai tahapan perubahan seluruh tingkah laku individu yang
relatif menetap sebagai hasil pengalaman dan interaksi dengan lingkungan
yang melibatkan proses kognitif. (Sardiman, 2014:21)
31
5) Cepat bosan pada tugas-tugas yang rutin
6) Tidak mudah melepaskan hal yang diyakini itu
7) Senang mencari dan memecahkan masalah soal-soal.
Motivasi diatas memiliki peranan yang sangat penting dalam belajar-
mengajar, kalau siswa tekun mengerjakan tugas, ulet dalam memecahkan masalah
maka siswa tersebut harus bisa mempertahankan rutinitas dan mekanisnya agar
siswa tersebut mampu menjaga motivasi yang ada pada diri individu.
b. Motivasi Ekstrinsik
Motivasi ekstrinsik merupakan suatu tindakan yang digerakkan oleh suatu
sebab yang datangnya dari luar. Pengaruh ini bisa dari adanya sugesti, perintah,
paksaan atau bahkan dari bujukan orang lain sehingga siswa mampu untuk
berbuat sesuatu.
Motivasi ekstrinsik adalah hal dan keadaan yang datang dari luar individu
siswa yang juga mendorongnya untuk melakukan kegiatan belajar. Pujian dan
hadiah, peraturan/tata tertib sekolah, suri teladan orang tua, guru, dan seterusnya
merupakan contoh-contoh kongkret motivasi ekstrinsik yang dapat menolong
siswa untuk belajar. Belajar yang efektif menurut beberapa tokoh psikologi
diantaranya adalah cara belajar yang teratur, tuntas, berkesinambungan dan
produktif. Seorang pelajar jika belajarnya tidak sungguh-sungguh, asal-asalan,
tidak terus-menerus dan tidak berkesinambungan baik di lingkungan sekolah
maupun lingkungan rumah berarti ia tidak membiasakan dirinya untuk belajar
efektif, dan akhirnya hasil belajarnya tidak memenuhi sasaran dan tujuan yang
diimpikan. (Sardiman, 2014:29)
32
c. Pemberi petunjuk pada tingkah laku.
33
ada juga, bahkan banyak siswa bekerja atau belajar hanya ingin mengejar
pokoknya naik kelas saja. Ini menunjukkan bahwa motivasi yang dimilikinya
kurang berbobot bila dibandingkan dengan siswa-siswa yang menginginkan
angka baik. Oleh karena itu guru harus melaksanakan peranannya dengan cara
bagaimana memberikan angka-angka itu dapat dikaitkan dengan values yang
terkandung di dalam setiap pengetahuan yang diajarkan kepada para siswa
sehingga tidak hanya sekedar kognitif saja tetapi juga ketrampilan dan
afeksinya.
f. Hadiah
Hadiah dapat dikatakan sebagai motivasi, karena hadiah itu untuk suatu
pekerjaan, tetapi tidaklah selalu demikian, mungkin tidaklah menarik bagi
seseorang yang tidak senang dan tidak berbakat untuk suatu pekerjaan tersebut.
(Sardiman, 2014:91)
g. Saingan/Kompetisi
Saingan atau kompetisi dapat digunakan sebagai alat motivasi untuk
mendorong belajar siswa. Persaingan, baik persaingan individual maupun
persaingan kelompok dapat meningkatkan prestasi belajar siswa. Memang
unsur persaingan banyak dimanfaatkan di dalam dunia industri atau
perdagangan, tetapi juga sangat baik digunakan untuk meningkatkan kegiatan
belajar siswa.
h. Ego-Involvement
Menumbuhkan kesadaran kepada siswa agar merasakan pentingnya tugas dan
menerimanya sebagai tantangan sehingga bekerja keras dengan
mempertaruhkan harga diri, adalah sebagai salah-satu bentuk motivasi yang
cukup penting. Seseorang akan berusaha dengan segenap tenaga untuk
mencapai prestasi yang baik dengan menjaga harga dirinya. Penyelesaian tugas
dengan baik adalah simbol kebanggaan dan harga diri, siswa yang akan belajar
dengan keras bisa jadi karena harga dirinya.
i. Memberi Ulangan
Para siswa akan menjadi giat belajar kalau mengetahui ada ulangan. Oleh
karena itu memberi ulangan merupakan sarana motivasi. Tetapi yang harus
34
diingat oleh guru jangan terlalu sering mengadakan ulangan karena dapat
menyebabkan bosan. Dalam hal ini guru harus terbuka maksudnya, kalau akan
ada ulangan harus diberitahukan kepada siswanya.
j. Mengetahui Hasil
Dengan mengetahui hasil pekerjaan, apalagi kalau terjadi kemajuan, akan
mendorong siswa untuk lebih giat belajar.semakin mengetahui bahwa grafik
hasil belajar meningkat, maka ada motivasi pada diri siswa untuk terus belajar,
dengan suatu harapan hasilnya terus meningkat.
k. Hukuman
Hukuman sebagai reinforcement yang negatif tetapi kalau diberikan secara
tepat dan bijak bisa menjadi alat motivasi. Oleh karena itu guru harus
memahami prinsip-prinsip pemberian hukuman.
l. Hastrat Untuk Belajar
Hastrat untuk belajar, berarti ada unsur kesengajaan untuk belajar. Hal ini akan
lebih baik, bila dibandingkan segala sesuatu kegiatan yang tanpa maksud.
Hasrat untuk belajar berarti pada diri anak didik itu memang ada motivasi
untuk belajar, sehingga sudah barang tentu hasilnya akan lebih baik.
m. Minat
Motivasi memiliki hubungan yang sangat erat dengan minat, sebab motivasi
muncul karena ada kebutuhan, begitu juga minat sehingga tepatlah kalau minat
merupakan alat motivasi yang pokok. Proses belajar akan berjalan lancar kalau
disertai dengan minat. Minat dapat dibangkitkan dengan cara-cara sebagai
berikut: 1) membangkitkan adanya suatu kebutuhan, 2) menghubungkan
dengan persoalan pengalaman yang lampau, 3) memberi kesempatan untuk
mendapatkan hasil yang baik, 4) menggunakan berbagai macam bentuk
mengajar
35
karena itu motivasi tidak terlahir dengan sendirinya akan tetapi dapat dipengaruhi
oleh faktor lingkungan (sosial) dan faktor individu sendiri.
Faktor internal yang berasal dari dalam diri individu itu sendiri terdiri atas:
a). faktor fisiologis, yang terdiri atas keadaan jasmani dan tonus (tegangan otot)
yang menandai tingkat kebugaran organ-organ tubuh dan sendi-sendinya, dapat
mempengaruhi semangat dan intensitas siswa dalam mengikuti pelajaran,
misalnya: nutrisi, penyakit, keadaan jasmani, cacat fisik, kesehatan dan keadaan
fungsi-fungsi jasmani yang terkait dengan panca indera, b). faktor psikologi yang
terdiri atas; intelegensi, bakat, minat dan motivasi, sikap dan sifat siswa,
kepribadian siswa, pembiasaan belajar serta latihan kesiapan belajar.
Faktor eksternal berasal dari luar siswa terdiri atas dua macam, yakni:
faktor sosial dan faktor non sosial, a). Lingkungan sosial di sekolah meliputi
antara lain: peran para guru, staf administrasi, teman-teman sekelas, sedangkan
lingkungan sosial dalam keluarga meliputi: orang tua, tetangga, masyarakat
disekitar lingkungan, teman-teman sepermainan serta suasana rumah. b)
lingkungan non sosial meliputi: gedung sekolah dan letaknya, rumah tempat
tinggal keluarga siswa dan letaknya, alat- alat belajar, keadaan cuaca dan waktu
belajar yang digunakan siswa, sebab faktor-faktor tersebut dipandang dapat
menentukan tingkat keberhasilan siswa.(Abu Ahmadi, 2009:142-143). Motivasi
dapat dipengaruhi oleh lima faktor di bawah ini, yaitu:
a) Cita-cita atau aspirasi siswa
Cita-cita yang ingin dicapai siswa akan mampu mengarahkan belajar dan
memperkuat semangat belajar. Tercapainya suatu cita-cita dapat diwujudkan
dengan keinginan yang bersifat intrinsik dan ekstrinsik.
b) Kemampuan siswa
Kemampuan siswa untuk mempelajari sesuatu akan semakin terdorong
dengan adanya keinginan yang dibarengi dengan kemampuan atau kecakapan.
Karena suatu keberhasilan yang dapat dicapai dengan kemampuan maka akan
dapat memuaskan dan menyenangkan hatinya.
c) Kondisi siswa
36
Kondisi jasmani dan rohani dapat mempengaruhi motivasi belajar siswa,
ketika seorang siswa dalam keadaan sakit, lapar, marah, sedih maka hal
tersebut dapat mengganggu perhatian dan keinginan untuk belajar.
d) Kondisi lingkungan siswa
Kondisi lingkungan siswa dapat meliputi lingkungan fisik seperti keadaan
alam, lingkungan tempat tinggal, dan lingkungan sosial seperti pergaulan
dengan guru, pergaulan dengan teman kelas dan sebagainya. Pergaulan antar
masyarakat damai, kampus sekolah yang indah, maka dapat memperkuat
motivasi belajar siswa sebaliknya jika terjadi bencana alam, tempat tinggal
yang kumuh, ancaman teman dapat mengganggu konsentrasi belajar siswa.
Semangat yang tinggi atau motivasi belajar yang kuat dapat didukung dengan
adanya lingkungan yang aman, tentram, tertib dan indah.
e) Unsur-unsur dinamis dalam belajar dan pembelajaran
Suatu unsur yang dinamis merupakan unsur yang berkembang dalam
mengikuti zaman untuk membangkitkan keinginan dalam belajar. Majalah,
surat kabar, radio, internet dan televisi adalah bagian yang paling
berpengaruh dalam media belajar dan pembelajaran. Keberadaan lingkungan
budaya seperti yang telah diungkapkan diatas maka dapat mendinamiskan dan
menumbuhkan semangat baru dalam belajar.
f) Upaya guru dalam pembelajaran siswa
Upaya guru dalam pembelajaran siswa dapat terjadi di dalam sekolah dan di
luar sekolah. Hal ini dapat diberlakukan oleh guru bagi siswa yang ingin
memilih perilaku teladan, diantaranya: 1) pemahaman tentang diri siswa dalam
rangka kewajiban tata tertib, 2) Pemanfaatan penguatan berupa reward dan
punishment secara tepat, 3) mendidik cinta belajar. (JJ Hasibuan dan Mudjiono ,
2012:58)
37
kemampuan penggunaan waktunya untuk melakukan kegiatan), frekuensi
kegiatannya (berapa sering kegiatan dilakukan dalam periode waktu terentu),
presistensinya (ketetapan dan kelekatannya pada waktu tertentu), ketabahan,
keuletan dan kemampuan dalam menghadapi rintangan dan kesulitan untuk
mencapai tujuan, deposi (pengabdian) dan pengorbanan untuk mencapai tujuan,
tingkat aspirasinya yang hendak dicapai dengan kegiatan yang dilakukan, tingkat
kualifikasi dan prestasi/produk/out put yang dicapai dari kegiatan. Arah sikap
terhadap sasaran kegiatan dan, dan untuk lebih jelasnya lihat tabel berikut ini :
Tabel.2.3
Dimensi dan Indikator Motivasi belajar
Dimensi Indikator
38
5. Devosi (pengorbanan) Meliputi :
a. Mengerjakan tugas
b. Mengerjakan latihan setiap kali
diberikan
6. Tingkat aspirasi Meliputi :
a. Selalu bersemangat mengikuti mata
pelajaran PAI
b. Selalu antusias bersemangat mengikuti
mata pelajaran PAI
7. Tingkat kualifikasi Meliputi :
a. Mencapai nilai KKM mata pelajaran PAI
b. Melebihi standar nilai KKM
8. Arah sikapnya Meliputi :
terhadap sasaran a. Senang,
kegiatan b. gembira dan
c. mimik muka yang antusias dalam
mengikuti mata pelajaran PAI
42
No Peneliti Pendekatan Metode Instrumen Variabel
Penelitian Penelitian
Lailatul Kualitatif Deskriptif metode penguatan
Lailiyah observasi, (reinforcement)
(2012) interview, factor
dokumentasi penghambat,
1
dan angket Meningkatkan
Peningkatan
Motivasi
Belajar
Hendita Kuantitatif Deskriptif Wawancara, tingkat
Rifki Dokumentasi, partisipasi
Alfiansyah Angket motivasi yang
2 (2015) diberikan
orang tua,
interview, Di Kecamatan
Cijambe
dokumentasi
Kabupaten
dan angket
Subang
44
menimbulkan kegiatan belajar mengajar itu sendiri sehingga tujuan yang
dikehendaki dapat tercapai. Apabila mengharapkan motivasi selalu muncul
atau datang dalam diri seseorang merupakan hal yang tidak mungkin, hal
ini dikarenakan tingkat motivasi seseorang cenderung berubah-ubah.
Selain itu banyak hal yang harus dipelajari oleh siswa setiap hari di
sekolah. Pada dasarnya kegiatan belajar mengajar tidaklah selalu menarik,
belum lagi banyaknya mata pelajaran yang harus dipelajari. Oleh karena
itu perlu adanya penguatan salah satunya yaitu penguatan verbal dari guru
dalam pembelajaran. Ada banyak upaya yang dapat dilakukan untuk
menumbuhkan dan meningkatkan motivasi belajar siswa, penguatan verbal
merupakan unsur yang paling penting dalam proses pembelajaran. Hal
tersebut sesuai dengan pendapat Uno (2013: 34) yang menyatakan bahwa
salah satu teknik motivasi dalam pembelajaran yaitu dengan pernyataan
penghargaan secara verbal. Pernyataan verbal yang dilakukan dengan baik
terhadap perilaku siswa merupakan cara paling mudah dan efektif untuk
meningkatkan motivasi belajar siswa. Beberapa uraian tentang penguatan
verbal dan motivasi di atas, bahwa hubungan penguatan verbal dengan
motivasi merupakan satu kesatuan yang tidak terpisahkan. Jika motivasi
sebagai ”penggerak” memiliki peranan yang sangat penting dalam
kegiatan belajar mengajar, maka penguatan verbal adalah unsur yang tidak
kalah pentingnya. Penguatan verbal adalah bagian dari motivasi, artinya
penguatan verbal merupakan salah satu atau bentuk dalam menumbuhkan
motivasi belajar siswa. Sedangkan motivasi sendiri dikatakan sebagai hasil
dari penguatan verbal. Jadi hubungan antara penguatan verbal dengan
motivasi belajar dapat dikatakan sebagai hubungan yang membutuhkan
dan saling mengisi antara yang satu dengan yang lain, terjadi proses
memberi dan menerima antara keduanya.
2. Pengaruh bimbingan orang tua terhadap motivasi belajar siswa
Adanya perhatian yang baik dari orang tua terhadap anaknya akan dapat
memicu siswa untuk lebh giat belajar. Hal ini sesuai yang dikemukakan
oleh Dimyati dan Mudjiono (2013: 80) mengungkapkan bahwa motivasi
45
dapat dipandang sebagai dorongan mental yang menggerakan dan
mengarahkan perilaku manusia, termasuk perilaku belajar. Belajar sangat
diperlukan adanya motivasi. Hasil belajar akan. menjadi optimal, kalau
ada motivasi. Semakin tepat motivasi yang diberikan, akan semakin
berhasil pula pelajaran itu. Motivasi akan senantiasa menentukan usaha
belajar bagi para siswa. Dengan demikian, apabila orang tua memberikan
perhatiannya dengan baik kepada anaknya, maka anakpun akan
termotivasi untuk melakukan hal-hal yang lebih baik seperti halnya
dengan belajar.
3. Pengaruh disiplin beribadah terhadap motivasi belajar siswa
Kedisiplinan adalah suatu latihan batin yang tercermin dalam tingkah laku
yang bertujuan agar selalu patuh dan taat pada peraturan. Disiplin
mengalami perkembangan makna dalam berbagai pengertian. Pertama,
disiplin diartikan sebagai kepatuhan terhadap peraturan atau tunduk
kepada pengawas, dan pengendalian. Kedua, disiplin sebagai latihan yang
bertujuan mengembangkan diri agar dapat berperilaku tertib. Disiplin bisa
diartikan kepatuhan terhadap norma yang disepakati didalam suatu system,
walaupun masih dimungkinkan adanya suatu perubahan norma. Ibadah
shalat adalah perbuatan yang dilakukan oleh mukallaf, tidak menurut hawa
nafsunya, untuk tunduk dan merendahkan diri pada Allah serta berdoa
memohon kebajikan dan pujian yang terdiri dari perbuatan atau gerakan
dan perkataan atau ucapan yang dimulai dengan takbir dan diakhiri dengan
salam dan mendatangkan rasa takut kepadaNya, serta menumbuhkan
didalam jiwa rasa keagungan, kebesaranNya dan kesempurnaan
kekuasaanNya. Disiplin beribadah berkaitan dengan 1) ketaatan untuk
beribadah, 2) melaksanakan ibadah yang menjadi tanggung jawabnya dan
4) disiplin ibadah di manapun. Disiplin ibadah juga dipengaruhi oleh
beberapa faktor yaitu: (1) Individu itu sendiri dan lingkungannya, (2) pola
asuh dan control yang dilakukan oleh orang tua (pendidik), (3)
pemahaman tentang diri dan motivasi, (4) hubungan sosial dan
pengaruhnya terhadap individu.
46
4. Pengaruh bimbingan orang tua terhadap kedisiplinan beribadah
Keluarga disepakati oleh para pemikir sosial sebagai unit pertama dan
institusi utama dalam masyarakat, yang didalamnya terdapat hubungan
langsung antar anggota keluarga. menurut Hasan Langgulung, didalam
keluarga itulah berkembang individu dan disitulah terbentuknya tahap-
tahap awal pemasyarakatan (sosialization) dan melalui interaksi
dengannya ia memperoleh pengetahuan, keterampilan, minat, nilai- nilai,
emosi, dan sikapnya dalam hidup dan dengan itu ia memperoleh
ketenteraman dan ketenangan. Menurut Abd. Ghani ‘Abd, keluarga adalah
sekolah pertama bagi anak- anak dan melaui celah- celahnya seorang anak
menyerap nilai- nilai dan keterampilan, pengetahuan, dan perilaku yang
ada didalamnya termasuk apa yang dilakukan oleh orang tua mereka.
Selain nasehat yang diberikan secara lisan, setiap orang belajar mengenai
keluarga dari pengalaman masa kecilnya mengamati dan menirukan apa
yang dilakukan oleh orang tuanya. Dari sini bisa dilihat pentingnya peran
orang tua dalam keluarga terutama terhadap anak. Orang tua menjadi
penentu pendidikan bagi anaknya termasuk juga dalam membimbingnya
menjadi pribadi yang taat atau pribadi yang lalai dalam beribadah. Dalam
hal ini peran bimbingan orang tua sangat menentukan (Mantep Miharso,
2004:85)
5. Pengaruh Penguatan guru terhadap kedisiplinan beribadah
Penguatan guru (reinforcement) adalah penguatan yang positif. Merupakan
sebuah motivasi untuk anak dan pemberiannya harus tepat. Dengan
penguatan yang tepat akan memupuk suasana yang menyenangkan dan
mempertinggi gairah belajar serta sekaligus akan membangkitkan harga
diri. Disiplin merupakan sikap dan perilaku taat dan patuh terhadap nilai-
nilai yang dipercaya atau peratuan yang berlaku. Sehingga penulis dapat
sampaikan dengan pemberian penguatan oleh guru yang tepat terhadap
siswa secara terus menerus salah satunya dalam hal beribadah maka akan
dapat meningkatkan kedisiplinan siswa tersebut dalam beribadah
47
2.4 Paradigma Penelitian
Berdasarkan kerangka berfikir di atas, maka dapat digambarkan paradigma
penelitian sebagai berikut:
Penguatan
Guru
Disiplin
beribadah
Gambar 2.1
Paradigma penelitian
Keterangan:
X1 = Penguatan Guru
X2 = Bimbingan orang tua
X3 = Disiplin beribadah
Y = Motivasi belajar
2.5 Hipotesis
48
Berdasarkan rumusan masalah, kajian teoritis, kerangka berpikir dan
penelitian-penelitian yang relevan di atas, dapat dikemukakan hipotesis penelitian
sebagai jawaban permasalahan yang telah dirumuskan pada bagian pendahuluan,
sebagai berikut:
1. Manajemen penguatan guru, bimbingan orang tua, dan disiplin beribadah
secara simlutan berpengaru signifikan terhadap motivasi belajar siswa di SD.
Cijambe Kabupaten Subang
2. Manajemen penguatan guru, bimbingan orang tua, dan disiplin beribadah
secara parsial berpengaruh positif terhadap motivasi belajar siswa di SD.
Cijambe Kabupaten Subang
a. Manajemen penguatan guru berpengaruh positif terhadap motivasi
belajar siswa di SD. Cijambe Kabupaten Subang
b. Bimbingan orang tua berpengaruh positif terhadap motivasi belajar siswa
di SD. Cijambe Kabupaten Subang
c. Disiplin beribadah berpengaruh positif terhadap motivasi belajar siswa di
SD. Cijambe Kabupaten Subang
d. Bimbingan orang tua berpengaruh positif terhadap kedisiplinan beribadah
siswa di SD. Cijambe Kabupaten Subang
e. Penguatan guru berpengaruh positif terhadap kedisiplinan beribadah
siswa di SD. Cijambe Kabupaten Subang
49