Anda di halaman 1dari 30

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Masalah

Perkembangan dunia usaha saat ini perusahaan manufaktur berkembang sangat

pesat. Persaingan yang ketat ditandai dari meningkatnya jumlah perusahaan dari

tahun ke tahun, hal ini akan mendorong perusahaan untuk mempertahankan

kelangsungan hidup perusahaannya, tidak terkecuali pada perusahaan sub sektor

makanan dan minuman. Dalam mempertahankan kelangsungan hidup, salah satu

hal yang perlu diperhatikan adalah nilai perusahaan, dimana nilai perusahaan

dapat dilihat dari harga saham perusahaan.

Menurut Sukmadijaya dan cahyadi (2017) nilai perusahaan merupakan

cerminan dari nilai aset perusahaan itu sendiri, dimana stakeholder mengambil

keputusan untuk berinvestasi berdasarkan tinggi rendahnya nilai perusahaan

tersebut. Nilai perusahaan seringkali dikatakan merupakan cerminan dari harga

saham. Harga saham yang relatif stabil dan mengalami kenaikan menandakan

bahwa nilai perusahaan tinggi.

Berdasarkan data dari bisnis.tempo.co.id (2018) pertumbuhan industri makanan

dan minuman pada triwulan II 2018 mencapai 8,67% dengan PDB nonmigas

35,87%. Berdasarkan kemenprin (2018) kinerja industri makanan dan minuman

diyakini akan terus cemerlang, pada tahun 2017 sektor ini menyumbang 34,33%

terhadap Produk Domestik Bruto (PDB) industri nonmigas. Disamping itu,

1
2

pertumbuhannya sebesar 9,23% atau mengalami peningkatan jika dibandingkan

tahun 2016 sebesar 8,33%, tahun 2015 sebesar 7,54%, tahun 2014 sebesar 9,49%

dan tahun 2013 sebesar 4,07%.

Menurut Mahendra Dj, dkk (2012) ada beberapa faktor yang memengaruhi

nilai perusahaan baik langsung maupun tidak langsung, yaitu: keputusan

pendanaan, kebijakan dividen, keputusan investasi, struktur modal, pertumbuhan

perusahaan dan ukuran perusahaan. Nilai perusahan dapat dilihat dari harga saham

sedangkan harga saham tersebut ditinjau dari besarnya dividen yang dibagikan

oleh perusahaan kepada pemegang saham. Sehingga pada penelitian ini nilai

perusahaan dipengaruhi oleh struktur modal, profitabilitilas melalui kebijakan

dividen. Faktor pertama yang memengaruhi nilai perusahaan adalah struktur

modal. Struktur modal adalah proporsi antara modal sendiri dengan modal yang

didapat dari hutang. Perusahan yang baik akan mempunyai kriteria dalam

menentukan seberapa besar dana hutang yang perlu diambil atau sering disebut

kebijakan hutang. Menurut Aziz (2017) kebijakan hutang sensitif terhadap

perubahan nilai perusahaan, karena semakin tinggi proporsi hutang, maka

semakin tinggi harga saham. Hal tersebut tidak berlaku ketika perusahaan

menerapkan proporsi hutang yang tinggi namun manfaat yang diperoleh dari

penggunaan hutang lebih kecil daripada biaya yang ditimbulkan. Struktur modal

dengan nilai perusahaan dari laporan keuangan dengan menggunakan rumus DER,

dapat diketahui apakah sumber modal dari perusahaan berasal dari hutang atau

modal sendiri. Struktur modal yang optimal harus berada pada keseimbangan
3

antara risiko dan pemberian dividen kepada pemegang saham yang akan

meningkatkan nilai perusahaan di pasar saham.

Hal ini didukung penelitian Palupi, dkk (2017) menunjukkan bahwa debt to

equity ratio (DER) berpengaruh signifikan terhadap dividend yield (DY). Hal ini

menunjukkan apabila hutang dengan bunga yang tinggi tidak diimbangi dengan

return on equity (ROE) yang tinggi maka menyebabkan turunnya permintaan

saham sehingga nilai perusahaan ikut menurun. Sari (2017) struktur modal

berpengaruh signifikan terhadap nilai perusahaan. Maka semakin tinggi hutang

perusahaan berarti bunga dan angsuran yang harus dibayar besar, sehingga akan

berdampak pada nilai perusahaan di pasar saham dan akan menjadi sebuah sinyal

bagi para stakeholder mengenai nilai perusahaan yang menurun.

Faktor kedua yang dapat memengaruhi nilai perusahaan adalah besar kecilnya

profitabilitas yang dihasilkan oleh perusahaan. Profitabilitas adalah kemampuan

perusahaan dalam memperoleh laba. Profitabilitas merupakan tingkat keuntungan

bersih yang dapat diperoleh sebuah perusahaan dari kegiatan operasionalnya yang

mana keuntungan tersebut ada yang dibagikan kepada pemegang saham dalam

bentuk dividen, dan bisa juga keuntungan tersebut disimpan dan digunakan untuk

meningkatkan kinerja kegiatan operasional. Apabila tingkat profitabilitas tinggi

maka akan secara langsung berpengaruh terhadap kebijakan dividen yang akan

dibagikan kepada para pemegang saham sehingga akan menarik para stakeholder

untuk menanamkan modal pada perusahaan dan nilai perusahaan yang ada di

pasar saham akan meningkat.


4

Hal ini didukung penelitian Septiza (2018) dan Sendow, dkk (2017)

profitabilitas berpengaruh terhadap kebijakan dividen. Profitabilitas suatu

perusahaan akan memengaruhi besarnya dividen yang akan dibagikan kepada para

pemegang saham. Tingkat profitabilitas tinggi pada perusahaan mencerminkan

bahwa laba yang dihasilkan perusahaan semakin besar dan kecenderungan

membagikan dividen kepada pemegang saham semakin besar, sehingga nilai

perusahaan yang dicerminkan oleh harga saham di pasar saham semakin tinggi.

Faktor ketiga adalah kebijakan dividen sebagai variabel mediasi (intervening).

Kebijakan dividen merupakan keputusan apakah laba yang diperoleh perusahaan

pada akhir tahun akan dibagikan kepada pemegang saham dalam bentuk dividen

atau akan ditahan untuk menambah modal guna pembiayaan investasi di masa

yang akan datang (Nafi’ah, 2011). Kebijakan ini akan melibatkan dua pihak yang

mempunyai kepentingan yang berbeda, yaitu pihak pertama para pemegang saham

dan pihak kedua perusahaan itu sendiri. Kebijakan yang sesuai akan berpengaruh

terhadap pembayaran dividen, apabila laba perusahaan lebih banyak digunakan

untuk pendanaan ataupun dibagikan kepada pemegang saham, secara langsung

akan memengaruhi jumlah dividen yang akan diberikan kepada pemegang saham

sehingga nilai perusahaan juga ikut terpengaruh. Hal ini didukung penelitian

Senata (2016) kebijakan dividen berpengaruh terhadap nilai perusahaan. Hal ini

memperkuat teori sinyal, semakin banyak laba yang diperoleh perusahaan yang

akan dibagikan kepada para pemegang saham dalam bentuk dividen maka akan

memakmurkan para pemegang saham. Sehingga sinyal yang diberikan oleh


5

perusahaan melalui dividen yang diberikan akan menarik banyak stakeholder di

pasar saham dan secara langsung nilai perusahaan akan meningkat.

Nilai perusahaan menjadi salah satu orientasi perusahaan selain

memaksimalkan keuntungan. Nilai perusahaan yang tinggi membuat pasar

percaya bahwa kinerja dan prospek perusahaan dimasa depan sangat baik.

Memaksimalkan nilai perusahaan menjadi sangat penting bagi perusahaan, karena

dapat memaksimalkan kemakmuran pemegang saham yang tercermin dari harga

saham perusahaan (Rakhimsyah, 2011). Teori sinyal sebagai teori yang dapat

memengaruhi nilai perusahaan, karena teori ini memberikan informasi (signal)

mengenai kondisi perusahaan melalui laporan keuangan (dividen) kepada para

stakeholder yang dapat dilihat dari tingkat profitabilitas dan secara langsung akan

meningkatkan nilai perusahaan di pasar saham. Ross (1977), menyatakan bahwa

pihak eksekutif perusahaan memiliki informasi lebih baik mengenai

perusahaannya akan terdorong untuk menyampaikan informasi tersebut kepada

calon stakeholder agar harga saham perusahaannya meningkat.

Motivasi peneliti melakukan penelitian terkait dengan nilai perusahaan,

struktur modal, profitabilitas dan kebijakan dividen sebagai variabel yaitu untuk

mengkaji pentingnya nilai perusahaan bagi stakeholder sebagai dasar pengambilan

keputusan dalam menginvestasikan sahamnya dan dari segi perusahaan dalam

mengambil keputusan mengenai penerapan struktur modal yang baik bagi

perusahaan. Nilai perusahaan menunjukkan kemakmuran dan kesejahteraan bagi

pemilik dan pemegang sahamnya, adanya peningkatan pertumbuhan pada industri

makanan dan minuman dari beberapa tahun dan diyakini akan terus meningkat di
6

tahun mendatang, adanya ketidak konsistenan dari beberapa hasil penelitian

terdahulu dan terdapat perbedaan tahun penelitian serta penggunaan proksi.

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh struktur modal dan

profitabilitas yang memengaruhi nilai perusahaan dengan kebijakan dividen

sebagai variabel intervening yang tergambar dalam model hipotesis pada

perusahaan perusahaan makanan minuman yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia

selama periode 2013-2018. Berdasarkan uraian di atas, maka judul penelitian

adalah Faktor-Faktor yang Memengaruhi Nilai Perusahaan Makanan dan

Minuman yang Terdaftar di BEI Tahun 2013-2018.

1.2 Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah diatas, maka rumusan masalah penelitian

adalah: faktor-faktor apa saja yang memengaruhi nilai perusahaan makanan dan

minuman yang terdaftar di BEI tahun 2013-2018?

1.3 Tujuan Penelitian

Berdasarkan rumusan masalah, maka tujuan penelitian ini adalah: untuk

mengetahui faktor-faktor yang memengaruhi nilai perusahaan makanan dan

minuman yang terdaftar di BEI tahun 2013-2018.

1.4 Batasan Masalah

Agar pembahasan penelitian tidak menyimpang, maka peneliti membatasi

masalah yang diteliti sebagai berikut:


7

1. Nilai perusahaan diukur dengan price book to value (PBV)

PBV sebagai alat ukur dari nilai perusahaan karena PBV dianggap lebih

untuk melihat keadaan/kondisi sebenarnya dari sebuah perusahaan yang dapat

dilihat dari sisi ekuitas/modal perusahaan (Riadi, 2017).

2. Kebijakan Dividen diukur dengan dividend payout ratio (DPR)

Kebijakan dividen diukur dengan dividend payout ratio (DPR) karena DPR

mampu menunjukkan apakah dividen yang dibagikan kepada pemegang saham

cukup baik dibandingkan dengan perusahaan lain yang ada dalam bidang usaha

sejenis. Dividen kas digunakan untuk menghitung DPR, karena dividen kas sering

digunakan oleh perusahaan dan disukai oleh para stakeholder.

3. Struktur modal diukur dengan debt to equity ratio (DER) dan debt to asset

ratio (DAR)

Struktur modal diukur dengan debt to equity ratio (DER), karena DER

memengaruhi besarnya dividen, nilai DER yang tinggi menunjukkan komposisi

hutang yang lebih besar dibandingkan modal sehingga memengaruhi besarnya

dividen yang dibagikan kepada pemegang saham. Nilai debt to asset ratio (DAR)

yang tingi menunjukkan bahwa perusahaan memakai dana hutang yang cukup

besar dalam pembiayaan jumlah asetnya.

4. Profitabilitas diukur dengan return on equity (ROE) dan return on investment

(ROI)

Profitabilitas diukur dengan return on equity (ROE) dan return on investment

(ROI), karena ROE digunakan untuk mengukur future value perusahaan. Para

pemegang saham atau stakeholder mengukur kemampuan perusahaan dalam


8

memperoleh laba bersih yang berkaitan dengan dividen menggunakan rumus

ROE. Nilai ROI yang tinggi menandakan akan return dari jumlah aset yang

digunakan perusahaan juga tinggi.

1.5 Manfaat Penelitian

1. Manfaat Teoritis

Keputusan investasi yang diberikan stakeholder kepada perusahaan merupakan

sebuah sinyal, seberapa besar keberhasilan perusahaan dalam mencapai tujuannya

dengan menerapkan DER, ROE dan DPR sebagai alat ukur untuk mengetahui

besar kecilnya dividen yang akan dibagikan kepada pemegang saham yang dapat

memengaruhi nilai perusahaan, sehingga stakeholder dapat memilih pilihan

investasi yang tepat. Hasil penelitian ini memperkuat teori sinyal.

2. Manfaat Praktis

Hasil penelitian diharapkan bermanfaat bagi perusahaan sebagai dasar

pengambilan keputusan dalam pengelolaan dana perusahaan untuk meningkatkan

nilai perusahaan demi kesejahteraan para pemegang saham. Dan diharapkan

bermanfaat bagi stakeholder sebagai bahan pertimbangan keputusan investasi

pada perusahaan terkait. Dengan mengetahui faktor-faktor yang memengaruhi

nilai perusahaan, maka penulis dapat mengembangkan ilmu pengetahuan dalam

bidang investasi.
9

BAB IV

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

4.1 Hasil Penelitian

4.1.1 Gambaran Umum dan Sampel Terpilih

Perusahaan makanan dan minuman yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia

tahun 2013-2018 sebanyak 18 perusahaan yang merupakan populasi penelitian.

Sampel penelitian dipilih menggunakan teknik purposive sampling, menjadi 7

perusahaan. Total sampel penelitian diperoleh dari 7 perusahaan x 6 tahun = 42

data sampel. Data tersebut kemudian digunakan untuk analisa data dan pengujian

hipotesis. Daftar sampel perusahaan disajikan pada tabel 3.3.

4.1.2 Data Penelitian

1. Struktur Modal

Struktur modal dihitung dengan debt to equity ratio (DER) dan debt to

asset ratio (DAR), DER digunakan untuk menunjukkan kemampuan

perusahaan memakai pendanaan yang diperoleh melalui hutang dan modal

sendiri. DAR digunakan untuk menunjukkan kemampuan perusahaan dalam

memakai hutang untuk pembiayaan aset.


10

Tabel 4.1
Data DER Tahun 2013-2018
3,5000
3,0000
2,5000
2,0000
1,5000
1,0000
0,5000
-
Rata-
DLTA ICBP INDF MLBI MYOR ROTI SKLT
rata
2013 0,2815 0,6032 1,0482 0,8046 1,4937 1,3150 1,1625 0,9584
2014 0,2976 0,6563 1,0845 3,0286 1,5097 1,2319 1,1620 1,2815
2015 0,2221 0,6208 1,1296 1,7409 1,1836 1,2770 1,4803 1,0935
2016 0,1832 0,5622 0,8701 1,7723 1,0626 1,0237 0,9187 0,9132
2017 0,1714 0,5557 0,8768 1,3571 1,0282 0,6168 1,0687 0,8107
2018 0,1864 0,5135 0,9340 1,4749 1,0593 0,5063 1,2029 0,8396

Sumber: Data diolah, 2020

Nilai struktur modal dengan menggunakan indikator DER dari tahun 2013-

2018 mengalami perubahan yang fluktuasi. Menurut Andi (2019) perusahaan

yang nilai DER kurang dari 1 atau 100% menunjukkan perusahaan dalam

kondisi sehat dan sebaliknya jika perusahaan memiliki nilai lebih dari 1 atau

100% maka hutang perusahaan lebih besar dari modal bersihnya.

Tabel 4.2
Data DAR Tahun 2013-2018
3,0000
2,5000
2,0000
1,5000
1,0000
0,5000
-
Rata-
DLTA ICBP INDF MLBI MYOR ROTI SKLT
rata
2013 0,2197 0,3762 0,5118 0,4459 0,5990 0,5680 0,5376 0,4655
2014 0,2293 0,3962 0,5203 0,7518 0,6015 0,5520 0,5375 0,5126
2015 0,1817 0,3830 0,5304 0,6352 0,5420 0,5608 0,5968 0,4900
2016 0,1548 0,3599 0,4653 0,6393 0,5152 0,5058 0,4788 0,4456
2017 0,1463 1,3061 0,1278 0,5757 0,5069 0,3815 2,7338 0,8255
2018 0,1571 1,3566 0,1208 0,5959 0,5144 0,3361 0,5460 0,5181
11

Nilai struktur modal dengan menggunakan indikator DAR dari tahun 2013-

2018 mengalami perubahan yang fluktuasi. Berdasarkan jagoakuntansi.com

(2017) perusahaan dikatakan sehat jika nilai DAR berada pada 40% dari

jumlah nilai aset dan perusahaan dikatakan beresiko apabila nilai DAR

mencapai 80%-90% dari nilai aset.

2. Profitabilitas

Rasio profitabilitas dihitung menggunakan ROE dan ROI, ROE yaitu rasio

yang menunjukkan efisiensi penggunaan modal sendiri. Sedangkan ROI

digunakan untuk melihat efekyivitas manajemen perusahaan dalam mengelola

investasinya.

Tabel 4.3
Data ROE Tahun 2013-2018
1,6
1,4
1,2
1
0,8
0,6
0,4
0,2
0
Rata-
DLTA ICBP INDF MLBI MYOR ROTI SKLT
rata
2013 0,4258 0,1908 0,1358 0,8049 0,1052 0,2395 0,1180 0,2886
2014 0,3768 0,1683 0,1248 1,4353 0,0999 0,1964 0,1075 0,3584
2015 0,226 0,1784 0,0860 0,6483 0,2407 0,2276 0,1320 0,2484
2016 0,2514 0,1963 0,1199 1,1968 0,2216 0,1939 0,0687 0,3212
2017 0,2444 0,1743 0,1082 1,2415 0,2218 0,0480 0,0747 0,3018
2018 0,2633 0,2052 0,0994 1,0491 0,2061 0,0436 0,0942 0,2801
Sumber: Data diolah, 2020

Nilai profitabilitas dengan menggunakan indikator ROE dari tahun 2013-

2018 mengalami perubahan yang fluktuasi. Nilai rata-rata ROE perusahaan

makanan dan minuman tertinggi di tahun 2014 sebesar 0,3584 atau 38% dan
12

nilai terendah di tahun 2015 sebesar 0,2484 atau 25% Perusahaan yang

memiliki nilai ROE yang tinggi menunjukkan kinerja perusahaan baik.

Tabel 4.4
Data ROI Tahun 2013-2018
0,7000
0,6000
0,5000
0,4000
0,3000
0,2000
0,1000
0,0000
Rata-
DLTA ICBP INDF MLBI MYOR ROTI SKLT
rata
2013 0,3120 0,1051 0,0440 0,6572 0,1044 0,0867 0,0379 0,1925
2014 0,2904 0,1016 0,0599 0,3563 0,0398 0,0880 0,0497 0,1408
2015 0,1850 0,1101 0,0404 0,2365 0,1102 0,1000 0,0532 0,1193
2016 0,2125 0,1256 0,0641 0,4317 0,1075 0,0958 0,0358 0,1533
2017 0,2087 0,1612 0,0401 0,5267 0,1093 0,0297 0,0361 0,1588
2018 0,2219 0,1444 0,0483 0,4239 0,1001 0,0289 0,0428 0,1443

Nilai rata-rata ROI perusahaan makanan dan minuman tertinggi di tahun

2013 sebesar 0,1925 atau 19% dan nilai terendah di tahun 2015 sebesar 0,1193

atau 12% Perusahaan yang memiliki nilai ROI yang tinggi menunjukkan

kinerja perusahaan baik.

3. Kebijakan Dividen

Kebijakan dividen adalah keputusan perusahaan dalam membagi labanya

kepada pemegang saham atau akan menjadi laba ditahan untuk operasional

perusahaan. Kebijakan dividen diukur dengan dividend payout ratio (DPR),

semakin tinggi nilai DPR akan menguntungkan para pemegang saham tetapi

dari pihak perusahaan akan memperlemah internal financial karena

memperkecil laba ditahan.


13

Tabel 4.5
Data Kebijakan Dividen Tahun 2013-2018
1,8000
1,6000
1,4000
1,2000
1,0000
0,8000
0,6000
0,4000
0,2000
-
Rata-
DLTA ICBP INDF MLBI MYOR ROTI SKLT
rata
2013 0,6808 0,4853 0,4754 0,4329 0,1740 0,2360 0,1811 0,3808
2014 0,6670 0,4376 0,2423 1,5368 0,5019 0,0837 0,1676 0,5196
2015 0,5003 0,4428 0,5207 0,5851 0,1145 0,1035 0,1721 0,3484
2016 0,3775 0,4111 0,2801 0,9418 0,1932 0,1919 0,2037 0,3713
2017 0,5151 0,5069 0,4048 0,8145 0,2879 0,5133 0,1353 0,4540
2018 0,6157 0,5507 0,5344 0,9186 0,3429 0,2831 0,1362 0,4831

Sumber: Data diolah, 2020

Nilai kebijakan dividen dengan menggunakan indikator DPR dari tahun

2013-2018 mengalami perubahan yang fluktuasi. Nilai rata-rata DPR

perusahaan makanan dan minuman tertinggi di tahun 2014 sebesar 0,5196 atau

52% dan nilai terendah di tahun 2015 sebesar 0,3484 atau 35%.

4. Nilai Perusahaan

Nilai perusahaan adalah persepsi para stakeholder terhadap kinerja

perusahaan yang dicerminkan dengan harga saham. Harga saham yang tinggi

maka nilai perusahaan ikut tinggi. Tingginya nilai perusahaan menandakan

kemakmuran para pemegang saham.


14

Tabel 4.6
Data Nilai PerusahaanTahun 2013-2018

40,00
35,00
30,00
25,00
20,00
15,00
10,00
5,00
0,00
Rata-
DLTA ICBP INDF MLBI MYOR ROTI SKLT
rata
2013 0,17 2,34 0,81 23,03 6,92 2,24 0,84 5,19
2014 0,12 2,89 0,75 36,52 6,31 1,82 1,53 7,14
2015 4,71 2,68 1,43 21,44 5,30 1,55 1,64 5,53
2016 3,41 5,42 1,60 29,78 7,33 1,62 1,82 7,28
2017 3,83 2,08 2,73 33,29 9,23 0,80 2,58 7,79
2018 4,35 2,25 2,65 33,84 6,83 2,65 3,05 7,95

Sumber: Data diolah, 2020

Nilai perusahaan dengan menggunakan indikator PBV dari tahun 2013-

2018 mengalami perubahan yang fluktuasi. Nilai rata-rata PBV perusahaan

makanan dan minuman tertinggi di tahun 2018 sebesar 7,95 kali dan nilai

terendah di tahun 2013 sebesar 5,19 kali.

4.1.3 Teknik Analisis Data

1. Merancang Model Struktural (Inner Model)

Berikut adalah model struktural yang dibentuk dari perumusan masalah:

Gambar 4.1
Model Struktural (Inner Model)
15

Keterangan:

X1 = Struktur modal

X2 = Profitabilitas

Z = Kebijakan dividen

Y = Nilai perusahaan

2. Merancang Model Pengukuran (Outer Model)

Dengan menggunakan PLS (Partial Least Square) versi 3.0, dan dengan

penghitungan algorithm, missing value: 0, data metric: mean 0 dan variance 1,

Weighting sceme: Path, Max number iterartion: 300, stop criterion accuracy: 7.

Gambar 4.2
Model Pengukuran (Outer Model)

3. Evaluasi Model Pengukuran (Outer Model)

Evaluasi model pengukuran dengan indikator reflektif dievaluasi dengan

convergent reability dan validity untuk blok indikator. Adapun model

pengukuran menggunakan PLS Algoritm.


16

Gambar 4.3
Evaluasi Model Pengukuran (Outer Model)

a. Convergent Validity

Convergent validity setiap indikator yang mengukur variabel laten ditunjukkan

dengan loading factor. Suatu indikator dikatakan valid apabila nilai loading factor

suatu indikator bernilai positif dan > 0,7. Berikut adalah data dari hasil pengujian

loading factor:

Tabel 4.7
Uji Validitas Konvergen dengan Loading Factor

Variabel Indikator Loading factor


DER 0,914
Struktur Modal
DAR 0,722
ROE 0,990
Profitabilitas
ROI -0,176
Kebijakan Dividen DPR 1,000
Nilai Perusahaan PBV 1,000
Sumber: Data diolah, 2020

Berdasarkan tabel 4.1 nilai loading factor dihasilkan dapat diketahui bahwa

indikator ROI sebesar -0,176 tidak memiliki kolerasi yang kuat dalam

merepresentasikan variabel profitabilitas dibandingkan dengan indikator ROE


17

sebesar 0,990. Indokator lain menunjukkan korelasi yang kuat pada masing-

masing variabel baik struktur modal, kebijakan dividen dan nilai perusahaan

memiliki nilai loading factor > 0,7. Dengan demikian indikator tersebut dapat

dinyatakan sebagai pengukur variabel latennya.

b. Discriminant validity

Discriminant validity setiap variabel dalam mengukur variabel laten

ditunjukkan oleh nilai average variance extracted (AVE) dengan ketentuan nilai

AVE > 0,5. Berikut adalah data dari hasil pengujian discriminant validit:

Tabel 4.8
Uji Validitas Diskriminan dengan AVE

Variabel AVE Keterangan


Struktur Modal 0,678 Valid
Profitabilitas 0,505 Valid
Kebijakan Dividen 1,000 Valid
Nilai Perusahaan 1,000 Valid
Sumber: Data diolah, 2020

Berdasarkan tabel 4.2 dapat dilihat bahwa nilai AVE yang dihasilkan

menunjukkan bahwa semua indikator masing-masing variabel yaitu struktur

modal, profitabilitas, kebijakan dividen dan nilai perusahaan memiliki nilai > 0,5.

Dengan demikian indikator tersebut dapat dinyatakan valid sebagai pengukur

variabel lainnya.

c. Uji Reliabilitas dengan Composite Reability dan Cronbach Alpha

Evaluasi composite reability dilakukan dengan melihat nilai composite

reability dari blok indikator yang mengukur konstruk dan nilai cronbach alpha.

Suatu konstruk dikatakan reliabel jika nilai composite reability > 0,6 dan nilai
18

cronbach alpha > 0,7. Berikut adalah data dari hasil pengujian reabilitas dengan

composite reability dan cronbach alpha:

Tabel 4.9
Uji Reabilitas dengan Composite Reability dan Cronbach Alpha

Variabel Cronbach's Composite


Alpha Reliability
Struktur Modal (X1) 0,550 0,806
Profitabilitas (X2) -0,072 0,401
Kebijakan Dividen (Z) 1,000 1,000
Nilai Perusahaan (Y) 1,000 1,000
Sumber: Data diolah, 2020

Berdasarkan tabel 4.3 dapat dilihat bahwa nilai composite reability pada

variabel struktur modal dan profitabilitas menunjukkan nilai < 0,6 menunjukkan

bahwa variabel tersebut tidak reliabel dan hasil evaluasi cronbach alpha untuk

struktur modal menunjukkan 0,806 > 0,7 hal tersebut menunjukkan data konsisten

alat ukur yang tinggi. Variabel profitabilitas menunjukkan nilai yang tidak reliabel

karena nilai 0,401 < 0,7. Dalam pengujian reabilitas apabila data bersifat

pertimbangan/penting maka data tetap bisa dipertahankan sehingga jika

dihilangkan tujuan penelitian tidak akan terjawab.

4. Evaluasi Model Struktural (Inner Model)

Pengujian outer model dengan uji validitas dan reabilitas, model yang sudah

diestimasi menunjukkan tingkat validitas dan reabilitas yang baik, maka

selanjutnya dilakukan pengujian terhadap model struktural (inner model) dengan r

square.
19

Tabel 4.10
Evaluasi Model Struktural dengan R Square

c R Square R Square Adjusted


Kebijakan Dividen (Z) 0,629 0,610
Nilai Perusahaan (Y) 0,914 0,907
Sumber: Data diolah, 2020

Pengujian terhadap model struktural dilakukan dengan melihat nilai r square

(R2) yang merupakan uji godness of fit model untuk memvalidasi performa

gabungan antara model pengukuran (outer model) dan model struktural (inner

model) dengan ketentuan nilai > 0,6. Berdasarkan tabel 4.4 hasil pengujian

menunjukkan nilali R2 untuk variabel kebijakan dividen (z) sebesar 0,629 > 0,6

berarti godness of fit moderat. Nilai tersebut mengindikasikan bahwa variabel

kebijakan dividen dapat dijelaskan oleh variabel struktur modal (x1) dan

profitabilitas (x2) sebesar 62,9% sedangkan sisanya yaitu sebesar 36,1%

dipengaruhi oleh variabel lain yang tidak terdapat dalam penelitian.

Hasil pengujian menunjukkan nilai R2 untuk variabel nilai perusahaan sebesar

0,914 > 0,6 berarti godness of fit besar. Nilai tersebut mengindikasikan bahwa

variabel nilai perusahaan (y) dapat dijelaskan oleh variabel variabel struktur

modal (x1), profitabilitas (x2) dan kebijakan dividen sebesar 91,4% sedangkan

sisanya yaitu sebesar 8,6% dipengaruhi oleh variabel lain yang tidak terdapat

dalam penelitian.

5. Uji Hipotesis

Dengan menggunakan PLS (Partial Least Square) versi 3.0 dengan

penghitungan bootstrapping untuk uji hipotesis. Bootstarpping digunakan untuk

menguji hipotesis maka didapatkan nilai sebagai berikut:


20

Gambar 4.4
Outoput Bootstrapping

Tabel 4.11
Tabel Pengaruh antar Variabel
Variabel Original Sample Sample Mean Standard T Statistics P Values
(O) (M) Deviation (|O/STDEV|)
(STDEV)
X1 -> Y 0,127 0,162 0,087 1,453 0,147
X1 -> Z -0,042 -0,143 0,232 0,183 0,855
X2 -> Y 0,979 0,933 0,110 8,924 0,000
X2 -> Z 0,813 0,803 0,124 6,549 0,000
Z -> Y -0,119 -0,078 0,123 0,973 0,331
Sumber: Output PLS 3.0

Tabel 4.12
Tabel Pengaruh dengan Mediasi
Variabel Original Sample Standard T Statistics P
Sample Mean (M) Deviation (|O/STDEV|) Values
(O) (STDEV)
X1 -> Z -> Y 0,005 -0,005 0,034 0,151 0,880
X2 -> Z -> Y -0,097 -0,063 0,099 0,977 0,329
Sumber: Output PLS 3.0

Pengujian hipotesis digunakan untuk menguji hubungan kausalitas yang

dikembangkan dalam model yaitu pengaruh variabel eksogen dan intervening

terhadap variabel endogen. Kriteria pengujian hipotesis adalah t statistik > t tabel

sebesar 1,969 dan dilihat dari nilai signifikansi p values < 0,05 untuk mengetahui
21

pengaruh positif negatif dapat dilihat pada nilai original sample pada tabel 4.9 dan

4.10. Kesimpulan dari hasil uji t statistik sebagai berikut:

a. Hubungan antar X1 (Struktur Modal) dengan Y (Nilai Perusahaan)

Berdasarkan tabel 4.9 nilai t statistik sebesar 1,453 < 1,96 dan nilai p values

0,147 > 0,05 dan nilai original sample sebesar 0,127 maka artinya H1 ditolak.

Berdasarkan hasil tersebut dapat disimpulkan bahwa struktur modal tidak

berpengaruh positif signifikan terhadap nilai perusahaan.

b. Hubungan antara X1 (Struktur Modal) dengan Y (Nilai Perusahaan) melalui Z

(Kebijakan Dividen)

Berdasarkan tabel 4.10 nilai t statistik sebesar 0,151 < 1,96, dan nilai p

values 0,880 > 0,05 dan nilai original sample sebesar 0,005 maka artinya H2

ditolak. Berdasarkan hasil tersebut dapat disimpulkan bahwa struktur modal

tidak berpengaruh positif signifikan terhadap nilai perusahaan melalui

kebijakan dividen.

c. Hubungan antara X2 (Profitabilitas) dengan Y (Nilai Perusahaan)

Berdasarkan tabel 4.9 nilai t statistik sebesar 8,924 > 1,96, dan nilai p

values 0,000 < 0,05 dan nilai original sample sebesar 0,979 maka artinya H3

diterima. Berdasarkan hasil tersebut dapat disimpulkan bahwa profitabilitas

berpengaruh positif dan signifikan terhadap nilai perusahaan.

d. Hubungan antara X2 (Profitabilitas) dengan Y (Nilai Perusahaan) melalui Z

(Kebijakan Dividen)

Berdasarkan tabel 4.10 nilai t statistik sebesar 0,977 < 1,96, dan nilai p

values 0,329 > 0,05 dan nilai original sample sebesar -0,097 maka artinya H4
22

ditolak. Berdasarkan hasil tersebut dapat disimpulkan bahwa struktur modal

tidak berpengaruh negatif signifikan terhadap nilai perusahaan melalui

kebijakan dividen.

e. Hubungan antara Z (Kebijakan Dividen) dengan Y (Nilai Perusahaan)

Berdasarkan tabel 4.9 nilai t statistik sebesar 0,973 < 1,96 dan nilai p

values 0,331 > 0,05 dan nilai original sample sebesar -0,119 maka artinya H5

ditolak. Berdasarkan hasil tersebut dapat disimpulkan bahwa kebijakan

dividen tidak berpengaruh negatif signifikan terhadap nilai perusahaan.

4.2 Pembahasan

Tujuan dari penelitian adalah untuk mengatahui faktor-faktor yang

memengaruhi nilai perusahaan seperti struktur modal dan profitabilitas melalui

kebijakan dividen menggunakan analisis jalur (path analisys). Hasil uji statistik

diketahui sebagai berikut:

4.2.1 Pengaruh Struktur Modal terhadap Nilai Perusahaan

Struktur modal digunakan oleh para stakeholder untuk melihat modal

perusahaan diperoleh dari hutang atau modal sendiri. Berdasarkan hasil uji

hipotesis menunjukkan variabel struktur modal tidak berpengaruh terhadap nilai

perusahaan atau hipotesis pertama (H1) ditolak.

Pada hasil penelitian menunjuukan bahwa DER dan DAR tidak berpengaruh

terhadap nilai perusahaan, hal ini menandakan bahwa hutang yang tinggi tidak

berpengaruh terhadap nilai perusahaan di pasar saham sehingga para stakeholder


23

tidak perlu melihat nilai DER dan DER dalam berinvestasi. Hasil penelitian

mendukung penelitian Arif (2015), Sari (2016) dan Santoso (2016) bahwa struktur

modal tidak berpengaruh terhadap nilai perusahaan. Struktur modal tidak

berpengaruh terhadap nilai perusahaan, karena perusahaan yang memiliki modal

hutang tidak selalu beresiko asalkan diimbangi dengan pendapatan dan

manajemen yang sehat. Hal tersebut mengindikasikan bahwa stakeholder tidak

melihat hutang sebagai sebuah risiko dalam berinvestasi.

Hasil penelitian bertolak belakang dengan penelitian Sari (2017) bahwa

struktur modal berpengaruh terhadap nilai perusahaan. Nilai perusahaan

ditentukan oleh struktur modal, karena semakin besar perusahaan akan

membutuhkan modal semakin besar pula penggunaan sumber-sunber dana

eksternal atau dengan kata lain berhutang. Peningkatan jumlah utang akan diiringi

dengan peningkatan nilai perusahaan sampai pada titik tertentu. Setelah itu,

penambahan jumlah utang akan berpengaruh negatif terhadap nilai perusahaan

apabila tidak diimbangi dengan pendapatan yang tinggi.

4.2.2 Pengaruh Struktur Modal terhadap Nilai Perusahaan melalui

Kebijakan Dividen

Hipotesis kedua dirumuskan bahwa jika nilai DER dan DAR tinggi berarti

menandakan struktur modal perusahaan sebagian besar berasal dari hutang maka

akan memengaruhi besarnya dividen yang akan dibagikan kepada para pemegang

saham sehingga akan memengaruhi nilai perusahaan. Hasil pengujian hipotesis


24

menunjukkan variabel struktur modal tidak berpengaruh terhadap nilai perusahaan

melalui kebijakan dividen atau hipotesis kedua (H2) ditolak.

Hasil penelitian mendukung penelitian Santoso, dkk. (2016) bahwa kebijakan

dividen tidak mampu memediasi DER dan DAR terhadap PBV. Hasil penelitian

menunjukkan bahwa kebijakan dividen yang diukur dengan dividend payout ratio

(DPR) tidak mampu memediasi struktur modal dan nilai perusahaan. Hal ini

dikarenakan struktur modal pada perusahaan makanan dan minuman tidak

berpengaruh terhadap nilai perusahaan.

Hasil penelitian bertolak belakang dengan penelitian Saktiandaru (2017) bahwa

kebijakan dividen merupakan variabel intervening antara struktur modal terhadap

nilai perusahaan. Apabila struktur modal perusahaan meningkat dengan modal

saham yang berasal dari para pemegang saham dan mengurangi tingkat utang

perusahaan, maka kebijakan untuk meningkatkan pembayaran dividen akan

meningkat. Meningkatnya pembayaran dividen kepada para pemegang saham

akan menjadi sinyal kepada para stakeholder bahwa perusahaan mempunyai

kinerja yang baik di masa yang akan datang. Sehingga hal ini akan meningkatkan

nilai perusahaan.

4.2.3 Pengaruh Profitabilitas terhadap Nilai Perusahaan

Hasil pengujian sesuai dengan hipotesis ketiga (H3) bahwa profitabilitas

menunjukkan seberapa besar kemampuan perusahaan dalam memperoleh laba,

jika terjadi peningkatan pada profitabilitas maka semakin meningkat nilai

perusahaan yang berarti hipotesis ketiga (H3) diterima.


25

Hasil penelitian mendukung penelitian Sari (2015) dan arif (2015) bahwa

profitabilitas berpengaruh positif signifikan terhadap nilai perusahaan. Laba yang

meningkat dapat dilihat dari tingkat penjualan perusahaan yang ditinjau dari

tingkat konsumtif dan perekonomian Indonesia yang fluktuatif. Hasil ini sesuai

dengan teori sinyal, dimana perusahaan memberikan sinyal kepada para

stakeholder melalui nilai ROE pada laporan keuangan yang tinggi menandakan

akan kinerja perusahaan yang baik dan para stakeholderpun berbondong-bondong

menanamkan sahamnya guna memperoleh return yang tinggi.

Hasil penelitian bertolak belakang dengan penelitian Ukhriyawati dan Malia

(2018) bahwa profitabilitas tidak berpengaruh signifikan terhadap nilai

perusahaan. Karena pada penelitian pengaruh kebijakan hutang terhadap nilai

perusahaan lebih besar daripada pengaruh profitabilitas terhadap nilai perusahaan.

Menandakan bahwa perusahaan pada penelitian tersebut memiliki modal yang

diperoleh dari hutang cukup besar dan cenderung mengalami kerugian.

4.2.4 Pengaruh Profitabilitas terhadap Nilai Perusahaan melalui Kebijakan

Dividen

Hipotesis keempat (H4) dirumuskan bahwa jika nilai profitabilitas tinggi akan

berdampak pada bersarnya laba yang akan dibagikan kepada para pemegang

saham yang sering disebut kebijakan dividen dan akan berdampak pada nilai

perusahaan dipasar saham. Hasil pengujian hipotesis menunjukkan variabel

profitabilitas tidak berpengaruh terhadap nilai perusahaan melalui kebijakan

dividen atau hipotesis keempat (H4) ditolak.


26

Hasil penelitian mendukung penelitian Nofrita (2013) bahwa profitabilitas

tidak berpengaruh terhadap nilai perusahaan melalui kebijakan dividen. Karena

pengaruh langsung profitabilitas terhadap nilai perusahaan lebih besar dan

kebijakan dividen tidak berpengaruh terhadap nilai perusahaan. Sehingga

kebijakan dividen tidak dapat memediasi profitabilitas terhadap nilai perusahaan.

Hasil penelitian bertolak belakang dengan penelitian Sari (2015) dan Astuti dan

Yadnya (2019) bahwa profitabilitas berpengaruh positif signifikan terhadap nilai

perusahaan dan kebijakan dividen mampu memediasi profitabilitas terhadap nilai

perusahaan. Hal ini dikarenakan kebijakan dividen tidak berpengaruh terhadapn

nilai perusahaan, sehingga menyebabkan profitabilitas tidak berpengaruh terhadap

nilai perusahaan melalui nilai perusahaan.

4.2.5 Pengaruh kebijakan dividen terhadap nilai perusahaan

Hasil uji hipotesis menunjukkan variabel kebijakan dividen (DPR) tidak

berpengaruh terhadap nilai perusahaan (PBV) atau hipotesis kelima (H 5) ditolak.

Hasil penelitian mendukung penelitian Anita dan Yulianto (2016) bahwa

kebijakan dividen tidak berpengaruh terhadap nilai perusahaan. Nilai dividen

dianggap tidak menguntungkan bagi para stakeholder dibandingkan dengan

capital gain dan deposito, sehingga para stakeholder tidak melihat nilai dividen

sebagai keputusan dalam berinvestasi sehingga tidak berpengaruh terhadap nilai

perusahaan.

Hasil penelitian bertolak belakang dengan penelitian Hidayat (2013), Azis

(2017) dan Wijoyo (2018) bahwa kebijakan dividen berpengaruh terhadap nilai
27

perusahaan. Keputusan perusahaan dalam membagikan dividen kepada para

stakeholder dengan jumlah yang besar akan memberikan sinyal positif di pasar

saham sehingga akan berpengaruh terhadap nilai perusahaan.


28

BAB V

PENUTUP

5.2.5 Kesimpulan

Berdasarkan hasil analisis data tentang faktor-faktor yang memengaruhi nilai

perusahaan makanan dan minuman yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia tahun

2013-2018, dapat disimpulkan bahwa: Struktur modal tidak berpengaruh terhadap

nilai perusahaan, hal ini menjelaskan bahwa Struktur modal tidak memberikan

sinyal bagi para stakeholder dalam mengambil keputusan dalam investasi.

Struktur modal tidak berpengaruh terhadap nilai perusahaan melalui kebijakan

dividen. Bahwasanya besar kecilnya nilai perusahaan tidak ditentukan oleh

struktur modal dan kebijakan dividen. Hal ini dikarenakan struktur modal dan

kebijakan dividen tidak mempunyai pengaruh langsung terhadap nilai perusahaan.

Profitabilitas berpengaruh terhadap nilai perusahaan. Bahwasanya besar

kecilnya nilai perusahaan ditentukan oleh profitabilitas. Kondisi tersebut dapat

dipengaruhi oleh tingkat penjualan perusahaan yang ditinjau dari tingkat

konsumtif dan perekonomian Indonesia yang semakin meningkat.

Profitabilitas tidak berpengaruh terhadap nilai perusahaan melalui kebijakan

dividen. Hal ini dikarenakan kebijakan dividen tidak berpengaruh terhadap nilai

perusahaan, sehingga menyebabkan profitabilitas tidak berpengaruh terhadap nilai

perusahaan melalui nilai perusahaan.

Kebijakan dividen tidak berpengaruh terhadap nilai perusahaan. Bahwasanya

besar kecilnya nilai perusahaan tidak dapat ditentukan oleh kebijakan dividen.
29

Nilai dividen yang kecil dianggap tidak menguntungkan bagi para stakeholder

dibandingkan dengan capital gain dan deposito.

5.2 Implikasi

Hasil penelitian sebagai dasar pengambilan keputusan bagi para stakeholder

dalam menilai kinerja perusahaan yang berkaitan dengan nilai perusahaan. Nilai

perusahaan tidak ditentukan oleh struktur modal dan kebijakan dividen melainkan

ditentukan oleh profitabilitas. Sehingga stakeholder dalam menilai kinerja

perusahaan yang berkaitan dengan nilai perusahaan tidak perlu melihat struktur

modal dan kebijakan dividen melainkan cukup melihat profitabilitas.

Hasil penelitian dapat diperhitungkan oleh perusahaan dalam pengelolaan

dana perusahaan yang berkaitan dengan nilai perusahaan. Sehingga perusahaan

dapat memaksimalkan kinerja dan menghasilkan return yang diharapkan oleh

para stakeholder sehingga dapat meningkatkan nilai perusahaan.

5.3 Keterbatasan

Peneliti menyadari penelitian ini jauh dari sempurna, hal ini disebabkan oleh

sampel yang digunakan hanya pada sub sektor makanan dan minuman , sehingga

belum mewakili seluruh perusahaan manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek

Indonesia.
30

5.4 Saran

Berdasarkan kesimpulan yang telah diperoleh dari hasil penelitian, maka

terdapat beberapa saran yang diberikan seperti menambah atau memperluas

penelitian dengan perusahaan pada sektor lain, sehingga mendapatkan hasil

penelitian yang lebih baik lagi.

Anda mungkin juga menyukai