Anda di halaman 1dari 6

ٰ ۡ ٰ

َ‫ٰيـاَيُّهَا ال ِذ ۡي َن ا َمنُ ۡوا اَل تَق َربُوا الصَّلوة‬ َّ ۤ


ۡ ُ ۡ ُ ۡ
‫ارى َحتى تَعل ُموا َما تَقولو َن‬ َ ۡ ّ ٰ ٰ ‫َواَ ۡنـتُمۡ ُس َك‬
‌‫َواَل ُجنُبًا اِاَّل َعابِ ِر ۡى َسبِ ۡي ٍل َح ٰتّى تَ ۡغتَ ِسلُ ۡوا‬
َ‫ضى اَ ۡو َع ٰلى َسفَ ٍر ا ۡو‬ ٰۤ ‫ؕ وا ۡن ُك ۡنتُمۡ م ۡر‬
َّ َِ
‫َجٓا َء اَ َح ٌد ِّم ۡن ُكمۡ ِّم َن ۡال َغ ِٕٓاٮ ِط اَ ۡو ٰل َم ۡستُ ُم‬
‫ص ِع ۡي ًدا‬ َ ‫النِّ َسٓا َء فَلَمۡ تَ ِج ُد ۡوا َمٓا ًء فَتَيَ َّم ُم ۡوا‬
‫طَيِّبًا فَامۡ َسح ُۡوا بِ ُوج ُۡو ِه ُكمۡ َواَ ۡي ِد ۡي ُكمۡ‌ ؕ اِ َّن‬
ُ
‫ان َعف ّوا َغف ۡو ًرا‬ ً ُ َ ‫َ َك‬ ‫هّٰللا‬
yaaa aiyuhal laziina aamanuu laa taqrabus Salaata wa antum sukaaraa hatta ta'lamuu ma
taquuluuna wa la junuban illaa 'aabirii sabiilin hatta taghtasiluu; wa in kuntum mardaaa aw 'alaa
safarin aw jaaa'a ahadum minkum minal ghaaa'iti aw laamastumun nisaaa'a

Wahai orang yang beriman! Janganlah kamu mendekati shalat


ketika kamu dalam keadaan mabuk, sampai kamu sadar apa
yang kamu ucapkan, dan jangan pula (kamu hampiri masjid
ketika kamu) dalam keadaan junub kecuali sekedar melewati
jalan saja, sebelum kamu mandi (mandi junub). Adapun jika
kamu sakit atau sedang dalam perjalanan atau sehabis buang
air atau kamu telah menyentuh perempuan, sedangkan kamu
tidak mendapat air, maka bertayamumlah kamu dengan debu
yang baik (suci); usaplah wajahmu dan tanganmu dengan
(debu) itu. Sungguh, Allah Maha Pemaaf, Maha Pengampun.
QS. An-Nisa Ayat 43
Juz ke-5
Tafsir
Pada beberapa ayat yang lalu, Al-Qur'an menggambarkan perilaku orang-orang yang sombong dan
membanggakan diri serta betapa dahsyat siksa yang akan dijumpai mereka pada hari berbangkit,
sampaisampai mereka menginginkan agar disamaratakan saja dengan tanah, sehingga tidak
mengalami perhitungan amal sama sekali. Namun hal itu tidak akan terjadi, karena tidak ada
seorang pun yang dapat sembunyi dari pengawasan Allah.
Oleh sebab itu, ayat ini dan ayat berikutnya menjelaskan bagaimana seharusnya manusia hidup di
dunia agar selamat dari siksaan di hari berbangkit tersebut. Caranya ialah dengan melaksanakan
salat dan bagaimana salat itu ditunaikan agar bisa menyelamatkan diri dari siksa di hari berbangkit
tersebut. Wahai orang yang beriman kepada Allah dan Rasul-Nya, janganlah kamu mendekati
tempat salat atau melaksanakan salat ketika kamu dalam keadaan mabuk, yakni hilang ingatan
karena minuman keras. Dirikanlah salat jika kamu sudah sadar apa yang kamu ucapkan, dan juga
jangan pula kamu hampiri masjid ketika kamu dalam keadaan junub yang mengharuskan kamu
mandi wajib, kecuali hanya sekadar melewati jalan saja, boleh kamu lakukan sebelum kamu mandi
junub.
Adapun jika kamu sakit yang dikhawatirkan bila menyentuh air penyakit itu akan bertambah parah
atau susah disembuhkan, atau kamu sedang dalam perjalanan yang jaraknya jauh, sekitar 80 km
atau lebih, atau sehabis buang air, apakah itu buang air kecil atau buang air besar, atau kamu telah
menyentuh perempuan, apakah itu hanya sekadar bersentuh kulit atau berhubungan suami istri,
sedangkan kamu pada waktu itu tidak mendapat air, maka bertayamumlah kamu, sebagai pengganti
wudu, dengan debu, atau tanah dan sejenisnya, yang baik, yakni suci, dengan cara usaplah
wajahmu satu kali dan usap pula tanganmu, dengan mempergunakan debu atau tanah itu.
Sungguh, Allah itu Maha Pemaaf, Maha Pengampun bagi hamba-hamba-Nya yang mau bertobat
Orang-orang mukmin dilarang mengerjakan salat pada waktu mereka sedang mabuk. Mereka
tidak dibolehkan salat sehingga mereka menyadari apa yang dibaca dan apa yang dilakukan
dalam salat. Pada waktu keadaan mabuk itu tidak memungkinkan beribadat dengan khusyuk.
Ayat ini belum mengharamkan khamar secara tegas, namun telah memperingatkan kaum
Muslim akan bahaya minum khamar sebelum diharamkan sama sekali.

Adapun sebab turunnya ayat yang berkenaan dengan tayamum adalah sebagai berikut:
Dalam suatu perjalanan Nabi Muhammad saw, Siti Aisyah kehilangan kalungnya, maka beliau
beserta sahabat-sahabatnya mencari kalung itu. Di tempat itu tidak ada air dan mereka
kehabisan air (sedang waktu salat telah tiba), maka turunlah ayat ini, lalu mereka salat
dengan tayamum saja.

Dalam ayat ini orang mukmin dilarang melaksanakan salat pada waktu ia berhadas besar.
Larangan ini akan berakhir setelah ia mandi janabah, karena mandi akan membersihkan lahir
dan batin. Di antara hikmah mandi, apabila seseorang sedang lesu, lelah dan lemah biasanya
akan menjadi segar kembali, setelah ia mandi.

Lazimnya meskipun salat dapat dilakukan di mana saja, salat itu sebaiknya dilakukan di
mesjid. Maka orang yang sedang junub dilarang salat, juga dilarang berada di mesjid kecuali
sekedar lewat saja kerena ada keperluan. Dalam hal ini ada riwayat yang menerangkan bahwa
seorang sahabat Nabi dari golongan Ansar, pintu rumahnya di pinggir mesjid. Pada waktu
junub, ia tidak dapat keluar rumah kecuali melewati mesjid, maka ia dibolehkan oleh
Rasulullah saw melewatinya dan tidak memerintahkan menutup pintu rumahnya yang ada di
pinggir mesjid itu.

Dapat dimaklumi bahwa orang yang salat harus suci dari hadas kecil, yaitu hadas yang
timbul oleh misalnya karena buang air kecil atau suci dari hadas besar sesudah bersetubuh.
Menyucikan hadas itu adalah dengan wudu atau mandi. Untuk berwudu atau mandi kadang-
kadang orang tidak mendapatkan air, atau ia tidak boleh terkena air karena penyakit tertentu,
maka baginya dalam keadaan serupa itu diperbolehkan tayamum yaitu mengusap muka dan
tangan dengan debu tanah yang suci.

Yang dimaksud dengan au lamastum an-nisaa ialah menyentuh perempuan (yang bukan
mahram). Maka menyentuh perempuan mengakibatkan hadas kecil yang dapat dihilangkan
dengan wudu atau tayamum. Apabila seseorang buang air kecil atau buang air besar, maka
kedua hal itu menyebabkan hadas kecil yang dapat dihilangkan dengan wudu. Setiap orang
buang air kecil atau buang air besar diwajibkan menyucikan dirinya dengan membersihkan
tempat najis itu (istinja'). Hal itu dapat dilakukan dengan memakai air atau benda-benda suci
yang bersih seperti batu, kertas kasar dan lain sebagainya. Di antara ulama ada yang
berpendapat bahwa yang dimaksud dengan "menyentuh perempuan" dalam ayat ini ialah
bersetubuh, sedang bersetubuh mengakibatkan hadas besar yang dapat dihilangkan dengan
mandi janabah.

Hukum-hukum yang tersebut di atas menunjukkan bahwa Allah tidak memberati hamba-Nya
di luar batas kemampuannya, karena Dia adalah Maha Pemaaf dan Maha Pengampun.

QS. Al-Maidah Ayat 6


ٰ ُ
‫ٰيـاَيُّهَا ال ِذ ۡي َن ا َمنُ ۡوا اِ َذا قمۡ تُمۡ اِلَى الصَّلو ِة‬ ۤ ٰ َّ ۤ
‫ق‬ ِ ‫ف‬ ‫ا‬ ‫ر‬ َ ‫م‬
َ ۡ
‫ال‬ ‫ى‬ َ ‫ل‬ِ ‫ا‬ ۡ‫م‬ ُ
‫ك‬ َ ‫ي‬‫د‬ِ ۡ
‫ي‬ َ ‫ا‬ ‫و‬ َ ۡ‫م‬ ُ
‫ك‬ َ ‫ه‬ ۡ
‫ُو‬ ‫ج‬‫و‬ُ ‫ا‬ ‫و‬ۡ ُ ‫ل‬‫س‬ِ ۡ
‫اغ‬َ‫ف‬
ِ
‫َوامۡ َسح ُۡوا بِ ُر ُء ۡو ِس ُكمۡ َواَ ۡر ُجلَ ُكمۡ اِلَى‬
ؕ ‌‫ۡالـ َك ۡعبَ ۡي ِن‌ ؕ َواِ ۡن ُك ۡنتُمۡ ُجنُبًا فَاطَّهَّر ُۡوا‬
ۡ َ
‫ض ٰى او َعلى َسف ٍر او َجٓا َء‬َ ٰ ۡ َ ۤ َ ‫َواِ ۡن ُك ۡنتُمۡ َّم ۡر‬
ۡ‫اَ َح ٌد ِّم ۡن ُكمۡ ِّم َن ۡال َغ ِٕٓاٮ ِط اَ ۡو ٰل َم ۡستُ ُم النِّ َسٓا َء فَلَم‬
‫ص ِع ۡي ًدا طَيِّبًا‬ َ ‫تَ ِج ُد ۡوا َمٓا ًء فَتَيَ َّم ُم ۡوا‬
‫فَامۡ َسح ُۡوا بِ ُوج ُۡو ِه ُكمۡ َواَ ۡي ِد ۡي ُكمۡ ِّم ۡنهُ‌ ؕ َما‬
ۡ‫ج َّو ٰلـ ِكن‬ ۡ ُ ‫هّٰللا‬
ٍ ‫ي ُِر ۡي ُد ُ لِيَ ۡج َع َل َعلَ ۡيكمۡ ِّمن َح َر‬
ۡ‫ي ُِّر ۡي ُد لِيُطَهِّ َر ُكمۡ َو لِيُتِ َّم نِ ۡع َمتَ ٗه َعلَ ۡي ُكمۡ لَ َعلَّ ُكم‬
‫تَ ۡش ُكر ُۡو َن‬
Yaaa aiyuhal laziina aamanuu izaa qumtum ilas Salaati faghsiluu wujuuhakum wa Aidiyakum ilal
maraafiqi wamsahuu biru'uusikum wa arjulakum ilal ka'bayn; wa in kuntum junuban fattahharuu;
wain kuntum mardaaa aw'alaa safarin aw jaaa'a ahadum minkum minal gha

Wahai orang-orang yang beriman! Apabila kamu hendak


melaksanakan shalat, maka basuhlah wajahmu dan tanganmu
sampai ke siku, dan sapulah kepalamu dan (basuh) kedua
kakimu sampai ke kedua mata kaki. Jika kamu junub, maka
mandilah. Dan jika kamu sakit atau dalam perjalanan atau
kembali dari tempat buang air (kakus) atau menyentuh
perempuan, maka jika kamu tidak memperoleh air, maka
bertayamumlah dengan debu yang baik (suci); usaplah
wajahmu dan tanganmu dengan (debu) itu. Allah tidak ingin
menyulitkan kamu, tetapi Dia hendak membersihkan kamu dan
menyempurnakan nikmat-Nya bagimu, agar kamu bersyukur.
Juz ke-6
Tafsir
Setelah Allah menjelaskan hukum tentang makanan dan hewanhewan sembelihan yang dihalalkan
dan menjelaskan ketentuan menyangkut wanita-wanita yang boleh dinikahi, pada ayat ini Allah
menjelaskan hukum-hukum yang berkaitan dengan tata cara beribadah kepada Allah dimulai
dengan salat sebagai ibadah yang paling mulia. Ayat ini memberikan petunjuk tentang persiapan
yang harus dilakukan ketika hendak melakukan salat, yaitu cara menyucikan diri dengan berwudu,
tayamum, dan mandi. Wahai orang-orang yang beriman! Apabila kamu telah membulatkan hati
hendak melaksanakan salat, sedangkan kamu saat itu dalam keadaan tidak suci atau berhadas
kecil, maka berwudulah, yaitu dengan cara basuhlah wajahmu dengan air dari ujung tempat
tumbuhnya rambut kepala sampai ke ujung dagu dan bagian antara kedua telinga, dan basuhlah
tanganmu sampai ke siku, dan sapulah sedikit atau sebagian atau seluruh kepalamu dan basuhlah
kedua kakimu sampai kedua mata kaki. Dan jika kamu dalam keadaan junub, yakni keluar mani
karena bersetubuh atau karena sebab lain, maka mandilah, yakni basuhlah dengan air seluruh
badanmu. Dan jika kamu sakit yang menghalangi kamu menggunakan air karena khawatir
penyakitmu bertambah parah atau memperlambat kesembuhan kamu, atau kamu berada dalam
perjalanan yang dibenarkan agama dan dalam jarak tertentu, atau kembali dari tempat buang air,
yakni kakus, setelah selesai membuang hajat, atau menyentuh perempuan, yakni persentuhan
dalam arti pertemuan dua alat kelamin yang berbeda atau dalam arti persentuhan kulit seorang laki-
laki dan perempuan, lalu kamu tidak memperoleh air, tidak dapat menggunakannya, baik karena
tidak ada, tidak cukup, atau karena sakit, maka bertayamumlah dengan debu yang baik, yakni debu
yang bersih dan suci; yaitu dengan cara sapulah wajahmu dan tanganmu dengan debu itu. Allah
Yang Mahakuasa tidak ingin menyulitkan kamu dan tidak menghendaki sedikit pun kesulitan bagimu
dengan mengharuskan kamu berwudu ketika tidak ada air atau ketika dalam keadaan sakit yang
dikhawatirkan kamu bertambah sakit apabila anggota badanmu terkena air, tetapi Dia hendak
membersihkan kamu, menyucikan kamu dari dosa maupun dari hadas, dan menyempurnakan
nikmat-Nya bagimu, dengan meringankan apa yang menyulitkan kamu agar kamu bersyukur atas
nikmat yang dianugerahkan-Nya kepadamu.
Ayat ini menerangkan cara-cara berwudu. Rukun wudu ada enam. Empat rukun di antaranya
disebutkan dalam ayat ini, sedang dua rukun lagi diambil dari dalil lain. Empat macam itu ialah:

1.Membasuh muka, yaitu mulai dari rambut sebelah muka atau dahi sampai dengan dagu, dan dari
telingga kanan sampai telinga kiri.

2.Membasuh dua tangan dengan air bersih mulai dari ujung jari sampai dengan dua siku.

3.Menyapu kepala, cukup menyapu sebagian kecil kepala menurut mazhab Syafii.184)

4.Membasuh dua kaki mulai dari jari-jari sampai dengan dua mata kaki. Kesemuanya itu dengan
menggunakan air. Sedang dua rukun lagi yang diambil dari hadis ialah:

a.Niat, pekerjaan hati, dan tidak disebutkan dalam ayat ini tetapi niat itu diharuskan pada setiap
pekerjaan ibadah sesuai dengan hadis:

"Sesungguhnya segala amalan adalah dengan niat" (Riwayat al-Bukhari dan Muslim dari 'Umar bin
al-Khattab).

b.Tertib, artinya melakukan pekerjaan tersebut di atas sesuai dengan urutan yang disebutkan Allah
dalam ayat ini. Tertib itu tidak disebutkan dengan jelas di dalam ayat ini, tetapi demikianlah Nabi
melaksanakannya dan sesuai pula dengan sabdanya yang berbunyi:

Mulailah dengan apa yang dimulai oleh Allah. (Riwayat an-Nasai dan Jabir bin Abdillah).

Adapun selain enam rukun itu, seperti membasuh tiga kali, berkumur

kumur adalah sunat hukumnya. Kewajiban wudu ini bukanlah setiap kali

hendak mengerjakan salat, tetapi wudu itu diwajibkan bagi seorang yang

akan salat, jika wudunya sudah batal atau belum berwudu, sesuai dengan

hadis yang berbunyi:

Allah tidak menerima salat salah seorang di antara kalian, apabila ia berhadas hingga ia berwudu.
(Riwayat al-Bukhari dan Muslim dari Abu Hurairah).

Berikutnya Allah menerangkan hal-hal yang mengharuskan seseorang wajib mandi di antaranya :

a.Keluar mani;

b.Jima' (bersetubuh);
c.Haid;

d. Nifas;

e.Wiladah (melahirkan);

f.Mati (orang yang hidup wajib memandikan yang mati).

Orang yang terkena salah satu dari (a) sampai (e) dinamakan orang yang berhadas besar, wajib
mandi dan berwudu sebelum salat. Orang yang berhadas kecil, hanya wajib berwudu saja.
Kewajiban wudu disebabkan :

a.Keluar sesuatu dari lubang buang air kecil dan buang air besar;

b.Bersentuh kulit laki-laki dengan perempuan yang bukan mahram, antara keduanya tanpa
pembatas188;

c.Tidur yang tidak memungkinkan seseorang tahu jika keluar angin dari duburnya;

d.Hilang akal karena mabuk, gila dan sebagainya;

e.Menyentuh kemaluan dengan telapak tangan atau menyentuh lubang dubur;

f.Murtad (keluar dari agama Islam).

Selanjutnya ayat ini menerangkan cara-cara bertayamum. Jika seseorang dalam keadaan sakit dan
tidak boleh memakai air, atau dalam keadaan musafir tidak menemukan air untuk berwudu, maka
wajib bertayamum dengan debu tanah. Caranya ialah dengan meletakkan kedua belah telapak
tangan pada debu tanah yang bersih lalu disapukan ke muka, kemudian meletakkan lagi kedua
telapak tangan ke atas debu tanah yang bersih, lalu telapak tangan yang kiri menyapu tangan kanan
mulai dari belakang jari-jari tangan terus ke pergelangan sampai dengan siku, dari siku turun ke
pergelangan tangan lagi untuk menyempurnakan penyapuan yang belum tersapu, sedang telapak
tangan yang sebelah kanan yang berisi debu tanah jangan diganggu untuk disapukan pula ke
tangan sebelah kiri dengan cara yang sama seperti menyapu tangan kanan. Demikianlah cara Nabi
bertayamum.

Kemudian akhir ayat ini menjelaskan bahwa perintah berwudu dan tayamum bukanlah untuk
mempersulit kaum Muslimin, tetapi untuk menuntun mereka mengetahui cara-cara bersuci, dan
untuk menyempurnakan nikmat-Nya, agar kaum Muslimin menjadi umat yang bersyukur.

Anda mungkin juga menyukai