DIONYSIUS RIRIHENA
202103052
4. Tanda-tanda Inpartu
a. Penipisan dan pembukaan serviks
b. Kontraksi uterus yang mengakibatkan perubahan serviks (frekuensi
minimal 2 kali dalam 10 menit)
c. Cairan lendir bercampur darah (show) melalui vagina (APN, 2008)
Faktor-faktor yang berperan dalam persalinan adalah : (Rustam
Mochtar, 1998)
1) Kekuatan mendorong janin keluar (power) :
His (kontraksi uterus)
Kontraksi otot-otot dinding perut
Kontraksi diafragma
Dan ligamentous action terutam ligamen rotundum
2) Faktor janin
3) Faktor jalan lahir
5. Kala Persalinan (APN, 2008)
1) Fase kala I persalinan (Fase Pembukaan)
Kala I persalinan dimulai sejak terjadinya kontraksi uterus yang
teratur dan meningkat (frekuensi dan kekuatannya) hingga serviks
membuka lengkap (10 cm). Kala I persalinan terdiri atas dua fase, yaitu
fase laten dan fase aktif :
a. Fase laten pada kala I persalinan :
Dimulai sejak awal berkontraksi yang menyebabkan penipisan dan
pembukaan serviks secara bertahap.
Berlangsung hingga serviks membuka kurang dari 4 cm.
Pada umumnya, fase laten berlangsung hampir atau hingga 8 jam.
b. Fase aktif pada kala I persalinan :
Frekuensi dan lama kontraksi uterus akan meningkat secara
bertahap (kontraksi dianggap adekuat/memadai jika terjadi tiga kali
atau lebih dalam waktu 10 menit dan berlangsung selama 40 detik
atau lebih)
Dari pembukaan 4 cm hingga pencapaian pembukaan lengkap atau
10 cm, akan terjadi dengan kecepatan rata-rata 1 cm per jam
(nulipara atau primigravida) atau lebih dari 1 cm hingga 2 cm
(multipara)
Terjadi penurunan bagian terbawah janin
Sulit digerakkan,
= 4/5 H I - II bagian terbesar kepala
belum masuk panggul
Bagian terbesar kepala
= 3/5 H II - III belum masuk panggul
Di perineum
= 0/5 H IV
Rencana Keperawatan :
Lakukan pemeriksaan vagina awal ; ulangi bila pola kontraksi atau perilaku
klien menandakan kemajuan persalinan bermakna
(R/Pengulangan pemeriksaan vagina berperan dalam insiden infeksi saluran
asenden)
Tekankan pentingnya mencuci tangan yang baik dan tepat
(R/Menurunkan risiko yang memerlukan/menyebarkan agen)
Gunakan teknik aseptik selama pemeriksaan vagina
(R/Membantu mencegah pertumbuhan bakteri ; membatasi kontaminan dari
pencapaian ke vagina)
Berikan/anjurkan perawatan perineal setelah eliminasi ; setiap 4 jam dan
sesuai indikasi, ganti pembalut/linen bila basah
(R/Menurunkan insiden infeksi saluran asenden)
Pantau dan gambarkan karakter cairan amniotik
(R/Pada infeksi, cairan amniotik menjadi lebih kental dan kuning pekat dan
bau kuat dapat dideteksi)
Pantau suhu, nadi, pernapasan sesuai indikasi
(R/Dalam 4 jam setelah membran ruptur, insiden korioamnionitis meningkat
secara progresif sesuai waktu ditunjukkan dengan peningkatan tanda-tanda
vital)
Berikan cairan oral dan parenteral sesuai indikasi
(R/Mempertahankan hidrasi dan rasa umum terhadap kesejahteraan)
Kolaborasi pemberian antibiotik profilaktik IV jika diindikasikan
(R/ Antibiotik dapat melindungi perkembangan korioamnionitis pada klien
berisiko)
3. Risiko tinggi terhadap cedera janin berhubungan dengan hipoksia
jaringan/hiperkapneu atau infeksi.
Tujuan : Setelah diberikan asuhan keperawatan selama 1x8 jam,
diharapkan tidak terjadi cedera pada janin dengan kriteria evaluasi
:
Menunjukkan DJJ dan variasi per denyut dalam batas normal.
Rencana Keperawatan :
Lakukan manuver Leopold untuk menentukan posisi janin, berbaring dan
presentasi
(R/Berbaring tranversal atau presentasi bokong memerlukan kelahiran
sesaria)
Dapatkan data dasar DJJ secara manual atau elektronik, pantau dengan
sering, perhatikan variasi DJJ dan perubahan periodik pada respons terhadap
kontraksi uterus
(R/DJJ harus direntang dari 120 sampai 160 dpm dengan variasi rata-rata,
percepatan dalam respons terhadap aktivitas maternal, gerakan janin dan
kontraksi uterus)
Catat kemajuan persalinan
(R/Persalinan lama/disfungsional dengan perpanjangan fase laten dapat
menimbulkan masalah kelelahan ibu, stres berat, infeksi dan hemoragi
karena atonia/ruptur uterus)
Catat DJJ bila ketuban pecah, kemudian setiap 15 menit x 3.
(R/Perubahan pada tekanan cairan amniotik dengan ruptur dan atau variasi
deselerasi DJJ setelah robek, dapat menunjukkan kompresi tali pusat, yang
menurunkan transfer oksigen ke janin)
Posisikan klien pada posisi miring kiri
(R/Meningkatkan perfusi plasenta ; mencegah sindrom hipotensif
terlentang)
Kolaborasi pemberian oksigen
(R/Meningkatkan oksigen ibu yang tersedia untuk ambilan fetal)
3. Perubahan curah jantung berhubungan dengan fluktuasi pada aliran balik vena,
perubahan pada tahanan vaskular sistemik
Tujuan : Setelah diberikan asuhan keperawatan selama 1x2 jam,
diharapkan tidak terjadi penurunan curah jantung dengan kriteria
evaluasi :
Mempertahankan tanda vital yang tepat terhadap tahap
persalinan
Menunjukkan DJJ dan variabilitas dalam batas normal
Rencana Keperawatan :
Pantau TD dan nadi (setiap 5-15 menit). Perhatikan jumlah dan konsentrasi
haluaran urin
(R/Peningkatan curah jantung 30%-50% terjadi pada tahap pengeluaran,
penajaman pada puncak kontraksi uterus dan kembali secara lambat pada
status prakontraksi, saat kontraksi menurun atau berhenti)
Anjurkan klien untuk inhalasi/ekhalasi selama upaya mengejan, dengan
menggunakan teknik glotis terbuka dan menahan napas tidak lebih dari 5
detik. Katakan pada klien untuk mendorong hanya bila ia merasakan
dorongan untuk melakukannya (dorongan tidak boleh dipaksakan)
(R/Valsava manuver yang lama dan berulang, terjadi bila klien menahan
napas saat mendorong terhadap glotis yang tertutup, akhirnya mengganggu
aliran bali vena dan menurunkan curah jantung, TD dan tekanan nadi)
Pantau DJJ setelah kontraksi atau upaya mengejan
(R/Mendeteksi bradikardia janin dan hipoksia berkenaan dengan penurunan
sirkulasi maternal dan penurunan perfusi plasenta yang disebabkan oleh
valsava manuver atau posisi yang tidak tepat)
Anjurkan klien/pasangan memilih posisi persalinan yang mengoptimalkan
sirkulasi seperti posisi rekumben lateral, posisi fowler atau berjongkok
(R/Posisi rekumben tegak dan lateral mencegah oklusi vena kava inferior
dan obstruksi aorta, mempertahankan aliran balik vena dan mencegah
hipotensi)
Atur infus IV sesuai indikasi ; pantau pemberian oksitosin dan turunkan
kecepatan bila perlu
(R/Jalur IV harus tersedia pada kasus perlunya memperbaiki hipotensi atau
menaikkan pemberian obat kedaruratan)
Rencana Keperawatan :
Anjurkan klien untuk menggendong, menyentuh dan memeriksa bayi, lebih
disukai bersentuhan kulit dengan kulit
(R/Jam-jam pertama setelah kelahiran memberikan kesempatan unik untuk
terjadinya ikatan keluarga, karena ibu dan bayi secara emosional saling
menerima isyarat, yang menimbulkan kedekatan dan penerimaan)
Anjurkan ayah untuk menyentuh dan menggendong bayi dan membantu
dalam perawatan bayi, sesuai kondisi
(R/Membantu memfasilitasi ikatan/kedekatan di antara ayah dan bayi)
Observasi dan catat interaksi bayi-keluarga, perhatikan perilaku untuk
menunjukkan ikatan dan kedekatan dalam budaya khusus
(R/Kontak mata dengan mata, penggunaan posisi menghadap wajah,
berbicara dengan suara tinggi, dan menggendong bayi dihubungnkan dengan
kedekatan pada budaya)
Catat pengungkapan/perilaku yang menunjukkan kekecewaan atau kurang
minat/kedekatan
(R/Datangnya anggota keluarga baru, bahkan sekalipun sudah diinginkan
dan diantisipasi, menciptakan periode disekuilibrium sementara,
memerlukan penggabungan anak baru ke dalam keluarga yang ada)
Terima keluarga dan sibling dengan senang hati selama periode pemulihan
bila diinginkan oleh klien dan dimungkinkan oleh kondisi ibu/neonatus dan
lingkungan
(R/Meningkatkan unit keluarga dan membantu sibling untuk memulai
proses adaptasi positif pada peran baru dan masuknya anggota baru dalam
struktur keluarga)
Jamin privasi keluarga pada pemeriksaan selama interaksi awal dengan bayi
baru lahir, sesuai kondisi ibu dan bayi
(R/Klien, ayah, sibling dan bayi perlu waktu untuk saling berdekatan)
Anjurkan dan bantu pemberian ASI, tergantung pada pilihan klien dan
keyakinan
(R/Kontak awal mempunyai efek positif pada durasi pemberian ASI ;
kontak kulit dengan kulit dan mulainya tugas ibu meningkatkan ikatan)
Jawab pertanyaan klien mengenai protokol perawatan selama periode segera
pasca kelahiran
(R/Informasi menghilangkan ansietas yang mungkin mengganggu ikatan
atau hasil dari “self absorption” lebih dari perhatian pada bayi baru lahir)
DAFTAR PUSTAKA
Carpenito LJ. 2006. Buku Saku Diagnosis Keperawatan Edisi 10. Jakarta: EGC.
Manuaba IBG. 2001. Kapita Selekta Penatalaksanaan Rutin Obstetri Ginekologi dan
KB. Jakarta: EGC.