Anda di halaman 1dari 13

MAKALAH

KATA PENGANTAR

KEMUKJIZATAN
Syukur alhamdulillah kami haturkan AL-QUR'AN
atas kehadirat Allah SWT yang
senantiasa memberikan kami rahmat serta karunia-Nya, sehingga kami bisa
menyelesaikan penyusunan revisi tugas makalah ini dengan tepat waktu.
Pada revisi tugas makalah ini kami berkesempatan untuk memperbaikinya
dengan tema “Kemukjizatan Al-Qur`an”, kami berharap semoga revisi makalah
ini dapat menjadi salah satu rujukan bagi pembaca. Dalam penyusunan makalah
ini kami mengakui masih banyak kekurangan, karena kami masih kurang
berpengalaman. Untuk itu kami mengharapkan kritik dan saran demi perbaikan
yang akan datang.
Kami sangat berterima kasih kepada dosen pembimbing serta semua pihak
yang telah membantu menyusun makalah ini.
Oleh :
- Ariska
- Ali Muktar Mukomuko, November 2021
- Dewi Maimunasari
Penyusun
- Siti Mayang Sari
- Suheri

Dosen Pengampu : M. Aziz Rifai, M.Pd

Mata Kuliah : Ulumul Qur’an

MANAJEMEN PENDIDIKAN ISLAM


SEKOLAH TINGGI AGAMA ISLAM (STAI)
MIFTAHUL ‘ULUM MUKOMUKO
2021 / 2022

2
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ...................................................................................... i


KATA PENGANTAR .................................................................................... ii
DAFTAR ISI .................................................................................................. iii

BAB I PENDAHULUAN......................................................................... 1
A.     Latar Belakang............................................................................... 1
B.     Rumusan Masalah........................................................................... 2
C.     Tujuan............................................................................................ 2

BAB II PEMBAHASAN ........................................................................... 3


A. Pengertian dan Latar Belakang Nasikh wa al-Mansukh................ 3
B. Cara Mengetahui Nasakh dan Mansukh pada Hadits.................... 5
C. Pendapat Ulama tentang Nasikh wa Mansukh.............................. 6
D. Macam-macam Naskh dan Contohnya ......................................... 8
D. Urgensi dan Hikmah Memepelajari Nasikh wa Mansukh............. 13

BAB III PENUTUP..................................................................................... 16


A.     Kesimpulan.................................................................................... 16
B. Saran.............................................................................................. 16

DAFTAR PUSTAKA

3
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Kaum Muslim dewasa ini, menurut Muhammad al-Ghazâli, telah
melakukan kesalahan (menzalimi) terhadap agamanya dua kali. Pertama, ketika
mereka tidak mampu mengaplikasikan ajaran agamanya dengan baik dan benar,
dan kedua, ketika mereka tidak sanggup menyampaikan ajaran agamanya kepada
orang “di luar” mereka. Ketika kaum Muslim melakukan kesalahan yang pertama,
ketika itulah mereka mereduksi ajaran serta menampilkannya dalam bentuk yang
dapat mengundang tuduhan “mereka” bahwa Islam berjalan berseberangan
dengan fitrah, kebebasan dan akal. Dan ketika mereka melakukan kesalahan yang
kedua, ketika itu mereka sedang membiarkan penduduk bumi di belahan barat dan
timur tidak mengenal Islam.
Adalah kenyataan, masih banyak di kalangan kaum Muslim yang menyikapi
dan memperlakukan al-Qur’an sebatas kitab keramat penangkal bala. Adapun al-
Qur’an sebagai mukjizat terbesar Nabi Saw., pilar pokok ajaran Islam, pegangan
utama setiap Muslim dalam segala aspek kehidupannya, masih luput dari
pemahaman sebagian kaum Muslim. Intrekasi sebagian besar kaum Muslim
dengan al-Qur’an tidak melampaui pembacaan lahiriah untuk mendatangkan
keberkahan, pengulangan kata tanpa merasakan makna yang dimuatnya, dan
masih jarang sampai kepada tahap tadabbur.
Ini berarti bahwa sebagian umat Islam belum mampu memahami kedudukan
al-Qur’an sebagai risâlah samâwiyah nan kekal abadi yang Allah peruntukkan
bagi manusia dan kemanusiaannya. Risalah al-Qur’an yang mencakup semua
aspek kehidupan itu terjamin keabadian, keutuhan, orisinalitas serta
kesinambungannya. Menurut penulis, itulah arti sebenarnya dari i’jâz
(kemukjizatan) al-Qur’an, dan pengertian ideal dari statemen “Al-Qur’an adalah
mukjizat terbesar Nabi Muhammad Saw.,” yang setiap orang Islam pintar
melafalkannya.

1
B. Rumusan Masalah
1. Bagaimana pengertian “mukjizat” menurut para ahli ?
2. Apa saja macam-macam “mukjizat” berdasarkan sifatnya ?
3. Apa saja segi-segi “Kemukjizatan Al-Qur`an” dalam kehidupan ?
4. Jelaskan Dalil Tentang Kemukjizatan Al-Quran !
5. Jelaskan Beberapa Bukti Kemukjizatan Al-Qur’an !
6. Jelaskan Beberapa Aspek Kemukjizatan Al-Qur’an !

C. Tujuan
Kita mempelajari “Kemukjizatan Al-Qur`an”, agar kita memiliki wawasan
yang cukup luas tentang ilmu tersebut dan hal ini dapat kita renungkan bahwa
Allah sangatlah Maha Kuasa atas segala ciptaan-Nya. Adapun tujuan dari
penulisan makalah ini adalah :
1. Mengetahui pengertian “mukjizat” menurut para ahli.
2. Mengetahui macam-macam “mukjizat” berdasarkan sifatnya.
3. Mengetahui segi-segi “Kemukjizatan Al-Qur`an” dalam kehidupan.
4. Mengetahui Dalil Tentang Kemukjizatan Al-Quran.
5. Mengetahui Beberapa Bukti Kemukjizatan Al-Qur’an.
6. Mengetahui Beberapa Aspek Kemukjizatan Al-Qur’an.

2
BAB II
PEMBAHASAN

A. Pengertian dan Latar Belakang Nasikh wa al-Mansukh


Secara etimologi mukjizat adalah kata ‫ يعجز‬-‫ز‬HH‫از أعج‬HH‫ إعج‬- dari yang
bermakna melemahkan atau menetapkan kelemahan. Sedangkan ‫از‬HHHH‫إعج‬
(kemukjizatan) adalah ketidakmampuan seseorang melakukan sesuatu yang
merupakan lawan dari ketidakberdayaan.1

Pengertian mukjizat menurut para ahli secara terminologi, antara lain:

a. Dalam kitab ‫ مباحث في علوم القرأن‬karangan Mannā` Khalīl al-Qaṭṭān, beliau


menjelaskan bahwa mukjizat ialah sesuatu hal luar biasa yang disertai
tantangan dan selamat dari perlawanan. Nabi Muhammad SAW memiliki
mukjizat yang berupa al-Qur`an Al-karim yang digunakan untuk menantang
orang-orang yang tidak mempercayai bahwa Nabi utusan Allah.[2]

b. Menurut Imam as-Suyuṭi “Mukjizat dalam syara` adalah kejadian yang


melampaui batas kebiasaan, didahului oleh tantangan, tanpa ada tandingan”.[3]

c. Dalam buku “Sejarah Al-Qur`an” karangan Drs. H.A. Mustofa, beliau


menjelaskan bahwa mukjizat ialah suatu hal atau perbuatan yang luar biasa, yang
dijadikan Tuhan timbul dari Rasul-rasulNya, dan Rasul-rasul tersebut minta
tandingan kepada orang-orang yang tidak mempercayai kerasulannya, supaya
orang-orang tersebut mencoba pula melakukan hal-hal seperti yang telah
dilakukan Rasul-rasul tersebut, dan ternyata orang-orang itu tidak dapat
menandingi keajaiban tersebut. Dengan demikian terbuktilah kebenaran Rasul-
rasul tersebut.[4]

2.2 Macam-macam Mukjizat

Macam-macam mukjizat berdasarkan sifatnya, antara lain:

a. Mukjizat yang bersifat material yakni dapat dicerna oleh pancaindra, namun
melawan hukum alam. Mukjizat yang bersifat ini sering diturunkan sebelum masa
Nabi Muhammad, seperti pada masa Nabi Isa AS, Nabi Isa dapat menghidupkan
orang mati. Melihat hal ini, dapat disimpulkan bahwa keajaiban yang dilakukan
oleh Nabi Isa AS dapat dicerna oleh pancaindra manusia, tetapi secara logika hal
ini sangatlah mustahil dan melawan hukum alam.

1
Usman, Ulumul Qur`an, (Yogyakarta: Teras, 2009), 285.

3
b. Mukjizat yang bersifat rasional yakni yang semuanya dapat dicerna melalui
daya nalar. Setiap manusia menerimanya sesuai dengan kemampuan daya paham,
nalar, dan kemampuannya untuk membedakan antara yang baik dan yang buruk.
Menurut Imam as-Suyuṭi “bahwa sebagian besar mukjizat yang diturunkan pada
masa Nabi Muhammad SAW berbentuk rasional. Karena, kecerdasan dan
kesempurnaan pemahaman mereka. Karena syariat ini akan tetap abadi pada
lembaran sejarah umat manusia sampai kiamat, maka al-Qur`an dispesifikasikan
dengan mukjizat akal yang abadi. Tujuannya agar dapat dianalisis oleh mereka
yang mempunyai penalaran.”[5]

2.3 Kemukjizatan Al-Qur`an dalam Tahapan Tantangan Ayat Al-Qur`an

Mukjizat Al-Qur`an adalah mukjizat yang dimiliki atau yang terdapat di dalam al-
Qur`an.[6] Berarti bukti kebenaran yang datang bukan dari luar al-Qur`an.
Contohnya dalam al-Qur`an terdapat ayat-ayat yang berisi tahap-tahapan
tantangan Allah SWT kepada setiap orang yang meragukan kebenaran al-Qur`an
sebagai firman-Nya dan Nabi Muhammad sebagai utusan-Nya. Dan gaya bahasa
al-Qur`an dalam tantangan (‫ )أسلوب القرأن في التحدي‬Allah itu ada dua yakni, ‫التحدي‬
‫العام‬dan [7]‫التحدي الخاص‬. Dan Nabi Muhammad menantang orang Arab agar
membuat semisal dengan al-Qur`an melalui 3 tahapan, yaitu:

]8[‫ ثم تحداهم بسورة واحدة منه‬,‫ ثم تحداهم بعشر سور منه‬,‫تحداهم بالقرأن كله‬.

Berikut ayat yang berisi tantangan Allah , antara lain:

a. Allah SWT menantang mereka untuk membuat semisal “keseluruhan Al-


Quran” sebagaimana tercantum dalam Q.S. al-Isra`(17): 88,

[‫ْض ظَ ِه ْيرًا‬ ُ ‫ت ااْل ِ ْنسُ َو ْال ِج ّن اَ ْن يَْأتُوْ ا بِ ِم ْث ِل ٰه َذا القُرْ َأ ِن الَيَْأتُوْ نَ بِ ِم ْثلِ ِه َولَوْ َكانَ َعلَى بَ ْع‬
ٍ ‫ضهُ ْم لِبَع‬ ِ ‫قُلْ لَِئ ِن اجْ تَ َم َع‬
]۸۸

“Katakanlah: Sesungguhnya jika manusia dan jin berkumpul untuk membuat yang
serupa dengan Al-Qur`an ini, niscaya mereka tidak akan dapat membuat serupa
dengannya, sekalipun sebagian mereka menjadi pembantu bagi sebagian yang
lain.”

Yang menjelaskan bahwa manusia dan jin tidak akan mampu membuat sesuatu
yang serupa dengan uslub al-Qur`an meskipun mereka saling bantu-membantu
satu sama lain. Tantangan ini termasuk ‫ العام التحدي‬karena diperuntukkan untuk
seluruh makhluk Allah yang meragukan kebenaran al-Qur`an pada masa dahulu
hingga sekarang.

Dan juga tercantum dalam Q.S. aṭ-Ṭur (52): 33-34,

4
َ ‫] فَ ْليَْأتُوا بِ َح ِديْث ِّم ْثلِ ِه اِ ْن َكانُوْ ا‬۳۳[ َ‫اَ ْم يَقُولُونَ تَقَ ّولَهُ بَلْ الَّيُْؤ ِمنُون‬
]۳٤[‫صا ِدقِيْن‬

“ataukah mereka menyatakan bahwa dia (Muhammad) membuat-buatnya.


Sebenarnya mereka tidak beriman, maka hendaklah mereka mendatangkan ucapan
semisal al-Qur`an jika mereka orang-orang yang benar (dalam tuduhan mereka)”

Mereka yang meragukan kebenaran al-Qur`an tidak dapat melayani tantangan


tersebut dengan dalih bahwa “kami tidak mengetahui sejarah umat terdahulu”.
Ayat ini termasuk ‫التحدي الخاص‬, karena di peruntukkan untuk orang yang
meragukan kebenaran al-Qur`an pada masa turunnya al-Qur`an.

b. Maka untuk tahap kedua Allah SWT meringankan tantangan itu dengan
firman-Nya, sebagaimana tercantum dalam QS. Hud. (11): 13,

ٍ َ‫اَ ْم يَقُوْ لُوْ نَ ا ْفت َٰرهُ قُلْ فَْأتُوْ ا بِ َع ْشر ُس َو ٍر ِّم ْثلِ ِه ُم ْفت ََري‬
َ ‫ت وَّا ْد ُعوْ ا َم ِن استَطَ ْعتُ ْم ِّم ْن ُدوْ ِن هللا اِ ْن ُك ْنتُ ْم‬
]۱۳[‫صا ِدقِيْن‬

“Bahkan mereka mengatakan, “Dia (Muhammad) telah membuat-buat al-Qur`an


(lalu dikatakannya bahwa itu dari tuhan).” Katakanlah, “(kalau demikian) maka
datangkanlah sepuluh surah saja yang dibuat-buat yang menyamainya dan
panggillah orang-orang yang kamu sanggup memanggilnya selain Allah jika
kamu memang benar (dalam tuduhan kamu).”

Namun, tantangan tahap kedua pun tak dapat dilayani oleh mereka sedangkan
mereka tetap tidak mengakui kebenaran al-Qur`an. Ayat ini termasuk ‫التحدي الخاص‬.

c. Maka untuk tahap ketiga Allah tetap menantang mereka tetapi lebih ringan
daripada tantangan-tantangan sebelumnya, sebagaimana tercantum dalam Q.S.
Yunus (10): 37,

َ ‫اَ ْم يَقُوْ لُوْ نَ ا ْفت َٰرهُ قُلْ فَْأتُوْ ابِسُوْ َر ٍة ِّم ْثلِ ِه َوا ْد ُعوْ ا َمن استَطَ ْعتُ ْم ِّم ْن ُدوْ ِن هللا اِ ْن ُك ْنتُ ْم‬
]۳۷[‫صا ِدقِيْن‬

“Atau patutkah mereka berkata, “Dia (Muhammad) membuat-buatnya ?”


Katakanlah (kalau benar tuduhan kamu itu), maka buatlah satu surah semacamnya
dan panggillah siapapun yang dapat kamu panggil selain Allah, jika kamu benar
(dalam tuduhamu).”

Ayat ini termasuk ‫التحدي الخاص‬.

d. Ketiga tahapan tersebut diturunkan Allah ketika Nabi Muhammad masih


berada di mekkah. Dan Allah menurunkan wahyu yang berisi tentang tantangan
tahap yang keempat kepada Nabi Muhammad ketika berhijrah ke Madinah,
sebagaimana tercantum dalam Q.S. al-Baqarah (2): 23,

َ ‫ب ِّم َّما نَ َّز ْلنَا َعلَى َع ْب ِدنَا فَْأتُوْ ا بِسُوْ َر ٍة ِّم ْن ِّم ْثلِ ِه َوا ْدعُوا ُشهَدَآ َء ُك ْم ِّم ْن ُدوْ ِن هللا اِ ْن ُك ْنتُ ْم‬
[‫صا ِدقِيْن‬ ٍ ‫َواِ ْن ُك ْنتُ ْم فِ ْي َر ْي‬
]۲۳

5
“ Dan jika kamu (tetap) dalam keraguan tentang Al-Qur`an yang kami turunkan
kepada hamba kami (Muhammad). maka buatlah walau satu surah yang lebih
kurang semisal dengan al-Qur`an. Ajaklah penolong-penolongmu selain Allah
jika kamu memang orang-orang yang benar (dalam keraguamu).”

Tetapi, pada tahap keempat orang-orang yang meragukan kebenaran al-Qur`an


tetap tidak dapat memenuhi tantangan tersebut. Ayat ini termasuk ‫التحدي الخاص‬.

e. Dan pada tahap terakhir Allah menurunkan ayat yang sangat jelas dan tegas
dan tidak hanya ditujukan kepada orang-orang yang meragukan kebenaran al-
Qur`an pada masa turunnya al-Qur`an, melainkan kepada seluruh umat manusia
yang meragukan kebenaran tersebut, sebagaimana tercantum dalam Q.S. al-
Baqarah (2): 24,

ْ ‫فَا ِ ْن لَ ْم تَ ْف َعلُوْ ا َولَ ْن تَ ْف َعلُوْ ا فَتَّقُوْ ا النَّا َر الَّتِي َو قُوْ ُدهَا النّاسُ َو ْال ِح َجا َرةُ اُ ِع َّد‬
]۲٤[ َ‫ت لِل َكافِ ِر ْين‬

“Maka jika kamu tidak dapat membuat (semacam al-Qur`an) dan pasti kamu tidak
akan mampu, maka peliharalah dirimu dari neraka yang bahan bakarnya adalah
manusia dan batu yang disediakan bagi orang-orang kafir.”

Ayat ini termasuk ‫العام التحدي‬.

Kesimpulannya bahwa manusia sepanjang masa tidak mungkin mampu membuat


semacam al-Qur`an, walaupun mereka saling bantu-membantu satu sama lain.[9]

2.4 Segi-segi Kemukjizatan Al-Qur`an

Segi kemukjizatan al-Qu`ran, antara lain:

a. Segi bahasa

Gaya bahasa al-Qur`an membuat orang Arab pada saat itu merasa kagum dan
terpesona. Kehalusan ungkapan bahasanya membuat banyak diantara mereka
masuk islam, seperti masuk islamnya sahabat Umar Bin Khattab, beliau masuk
islam dikarenakan membaca petikan ayat-ayat al-Quran .[10] Unsur-unsur bahasa
dalam al-Qur`an antara lain: ‫ بالغة‬,‫ أسلوب‬,‫مفردة‬.

Sedangkan, orang Arab tidak memiliki kalam yang mencakup unsur-unsur


tersebut. Dan al-Qur`an yang sedemikian banyak dan panjang, ke-faṣahah-annya
senantiasa indah dan serasi, sesuai dengan apa yang digambarkan Allah,
sebagaimana tercantum dalam Q.S. az-Zumar (39): 23,

6
ِ ‫هللا نَ َّز َل اَحْ َسنَ ْال َح ِد ْي‬
‫ث ِكتَابًا ُّمتَ َشابِهًا َّمثَانِى تَ ْق َش ِعرُّ ِمنهُ ُجلُوْ ُد الَّ ِذ ْينَ يَ ْخ َشوْ نَ َربَّهُ ْم ثُ َّم تَلِ ْينَ ُجلُوْ ُدهُ ْم َوقُلُوْ بُهُ ْم اِلَى‬
]۲۳[‫الخ‬.... ‫ِذ ْك ِرهللا‬

“ Allah telah menurunkan perkataan yang paling baik (yaitu) Al-Quran yang
serupa (mutu ayat-ayatnya) lagi berulang-ulang, gemetar karenanya kulit orang-
orang yang takut kepada Tuhannya, kemudian menjadi tenang kulit dan hati
mereka di waktu mengingat Allah.(dan seterusnya).”

Betapa menakjubkan rangkaian al-Qur`an dan betapa indah susunannya.[11] Dan


pada hakikatnya lafal, makna, keanekaragaman ajaran, keserasian susunan dan
hurufnya menunjukkan kemukjizatan al-Qur`an. pada setiap lafal al-Qur`an
mengandung keindahan dan pelajaran. Kisah-kisah tentang masa lalu yang
dibawakan al-Qur`an, baik cerita pendek maupun panjang, tidak mungkin dapat
ditandingi oleh kisah-kisah yang disampaikan para pujangga.[12]

b. Segi ilmiah

Para pakar selalu berusaha meletakkan metodologi ilmiah untuk mengikat rantai
fenomena-fenomena yang saling berkaitan dalam kehidupan dan di alam semesta
ini. Allah telah menyeru manusia untuk melakukan riset dan belajar, sebagaimana
tercantum pada surah yang turun pertama kali kepada Nabi Muhammad, yakni
Q.S. al-`Alaq ayat 1-5, yang artinya:

“Bacalah dengan (menyebut) nama Tuhanmu Yang Menciptakan. Dia telah


menciptakan manusia dari segumpal darah. Bacalah, dan Tuhanmulah Yang
Paling Pemurah. Yang mengajar (manusia) dengan perantaraan kalam. Dia
mengajarkan kepada manusia apa yang tidak diketahuinya.”

Begitu juga Rasulullah menganjurkan untuk mempelajari al-Qur`an dan


mendalaminya dalam sabdanya,

)‫خَ ْي ُر ُك ْم َم ْن تَ َعلَّ َم ْالقُرْ اَنَ َو َعلَّ َمهَ (رواه البخاري و مسلم و ابو داود‬

“sebaik-baiknya kamu adalah orang yang mempelajari al-Quran dan


mengajarkannya.”(HR. Bukhāri, Muslim, dan Abū Dāwud).[13]

Contoh dalam al-Qur`an terdapat ayat yang menerangkan tentang ilmu falak
(astronomi), sebagaimana tercantum dalam Q.S. Yaasiin ayat 38-40, yang artinya:

“Matahari berjalan di tempat peredarannya. Demikianlah ketetapan Yang Maha


Perkasa lagi Maha Mengetahui. Telah Kami tetapkan bagi bulan manzilah-
manzilah, sehingga (setelah dia sampai ke manzilah yang terakhir) kembalilah dia

7
sebagai bentuk tanda yang tua. Tidaklah mungkin bagi matahari mendapatkan
bulan dan malam pun tidak dapat mendahului siang. Dan masing-masing beredar
pada garis edarnya.”

Firman Allah ini menjelaskan bahwa matahari bergerak kearah yang ditentukan.
Pengetahuan ini baru terungkap oleh para ilmuwan modern pada permulaan abad
ke-20 sebelum abad ke-20 para ilmuwan tersebut bahwa matahari tidak bergerak
atau diam di tempat. Sedangkan, gerakan matahari dari timur ke barat hanyalah
gerakan secara lahiriah saja.[14]

Dan sesuatu yang paling mengejutkan tentang kesesuaian antara pemahaman


pengetahuan ilmiah tentang matahari sebagai sumber panas dan sinar dengan
pemahaman al-Qur`an tampak dalam firman Allah,

]۱٦:‫اجا [نوح‬ َ ‫َو َج َع َل ال َّش ْم‬


َ ‫س ِس َر‬

“Kami jadikan matahari sebagai pelita yang amat terang.”(Q.S. Nuh:16)[15]

c. segi tasyri`

Al-Quran menjelaskan pokok-pokok aqidah, norma-norma, sopan santun, undang-


undang politik, ekonomi, sosial serta hukum-hukum ibadah. Tentang aqidah, al-
Qur`an mengajak kita umat manusia pada aqidah yang suci dan tinggi, yakni
beriman kepada Allah Yang Maha Agung serta meyakini bahwa Nabi Muhammad
adalah utusan-Nya.[16] Apabila aqidah seorang muslim telah benar, maka ia
wajib menerima segala syari`at al-Qur`an baik menyangkut kewajiban maupun
ibadah, sebagaimana tercantum dalam Q.S. al-Muddathir [74]: 38,

ٍ ‫ُكلُّ نَ ْف‬
ْ َ‫س بِ َما َك َسب‬
]۳۸[ ‫ت َر ِه ْينَة‬

“Tiap-tiap diri bertanggung jawab atas apa yang telah diperbuatnya.”

Dan al-Qur`an telah menetapkan kaidah-kaidah pemerintahan Islam ini dalam


bentuk yang ideal dan baik. Yaitu suatu pemerintahan yang didasarkan pada
musyawarah, persamaan, dan larangan kekuasaan individual. Sebagaimana
tercantum dalam Q.S. Ali Imran [3]: 159,

]۱۵۹[‫اورْ هُ ْم فِي االَ ْم ِر‬


ِ ‫َو َش‬
“ Dan musyawarahlah dengan mereka dalam urusan itu.”

]۳۸[ ‫َواَ ْم ُرهُم ُشوْ َرى بَيْنهُ ْم‬

“Sedang urusan mereka (diputuskan) dengan musyawarah antara mereka.” (Q.S.


ash-Shura (42): 38).

8
Dan semua manusia itu sama sederajat, tidak pandang pangkat. Sebagaimana
tercantum dalam Q.S. al-Hujurat [48]: 10,

]۱۰[ٌ‫اِنَّ َما ْال ُمْؤ ِمنُوْ نَ اِ ْخ َوة‬

“ Sesungguhnya orang-orang mukmin adalah saudara.”

Ringkasnya al-Qur`an merupakan undang-undang syari`at (dustur tasyri`) yang


menegakkan kehidupan manusia di atas dasar konsep yang paling utama.

BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan
Sama seperti pada mata kuliah ulumul Qur’an, nasikh dan mansukh pada
hadits memberikan kepastian hukum pada sesuatu yang dicari hukumnya, dengan
kata lain mengganti hukum yang sudah ada, dengan hukum baru yang lebih
meyakinkan. Misalnya seperti contoh yang diuraikan diatas.

B. Saran
Dengan makalah ini diharapkan dapat menambah wawasan tentang
ilmu nasikh dan masukh pada hadits.

9
DAFTAR PUSTAKA

http://makalahfull.blogspot.com/2013/05/nasikh-mansukh.html
http://ats-tsiqah.blogspot.com/2011/11/ilmu-nasikh-wa-mansukh.html
http://aam-ezaam.blogspot.com/2012/02/nasikh-mansukh.html
http://bisritujang.wordpress.com/2012/12/15/nasikh-dan-mansukh/
Drs. Munzier Suparta M.A., Ilmu Hadits, Jakarta: PT Raja Grafindo Persada,
2008

10

Anda mungkin juga menyukai