Anda di halaman 1dari 47

LAPORAN RESUME ASUHAN KEPERTAWATAN GAWAT DARURAT

DI RUANGAN IGD RSUD KOTA TANGERANG

Disusun Untuk Memenuhi Tugas


Praktik Profesi Ners
Stase Keperawatan Gawat Darurat

Oleh:
JTJWITA N. LATTER
211030230223

PROGRAM PROFESI NERS KEPERAWATAN


STIKES WIDYA DHARMA HUSADA TANGERANG
SELATAN 2021/2022
LAPORAN RESUME ASUHAN
KEPERAWATAN GAWAT DARURAT DI
RUANGANIGD

A. Pengkajian Data Umum

Tanggal Pengkajian :11 November

Oleh 2021 :JUWITANLAHER

Sumber Data :Pasien, keluarga pasien

Metode Pengumpulan Data :Anamnesa

Identitas Pasien

Nama :Tn. P

Umur :38 tahun

Status Perkawinan :Kawin

Agama :Islam

Pendidikan :SMA
No. RM
:00254659
Dx. Medis

Penanggung jawab
:Obs Dyspneu :Tn.S
Nama

Alamat :Desa Bencongan

Pekeijaan :-

Hubungan dengan pasien : ADIK


Pengkajian Data Dasar

1. Primary Assesment (ABCDE)


Airway : Bebas jalan nafas, tidak ada
sumbatan pada jalan nafas

Breathing :
Gerakan dada simetris, tidak terdengar suara bunyi nafas tambahan, suara nafas
vesikuler dengan RR: 20x/menit

Circulation :
Nadi bracialis teraba jelas dan cepat, nadi:102x/menit, akral hangat, tidak ada
tanda-tanda sianosis, CRT<2 detik

Disability :
Pasien tidak mengalami penurunan kesadaran, Kesadaran umum compos
mentis, GCS E4 M6 V5, Reflek cahaya (+)

Exposure:
Pasien tidak ada mengalami kelainan kulit, pasien tidak mempunyai cedera
dibagi an tubuhnya

2. Fokus Assesment
Keadaan Umum : compos mentis
Tingkat Kesadaran : E:4 M:6 V:5

3. Sekunder Assesment
Riwayat Penyakit Dahulu : Tidak ada
Riwayat Penyakit Sekarang : pasien datang dengan keluhan nyeri
dibagian dada kanan setelah tertusuk
Riwayat Penyakit Keluarga : tidak ada
Allergies : tidak ada

4. Pemeriksaan Fisik
TD: 12171mmHg, N:90x/mnt, RR: 20x/mnt, S: 37,1°C, SP02 : 100
- Kepala : baik tidak ada kotoran lesi atau jejas, konjungtiva anemis (+), mukosa
klien kering (+), tidak ada stomatitis
-Leher
Inspeks : tidak ada benjolan pada leher , tidak ada lesi, dan tidak ada kaku
kuduk
Palpasi : tidak ada pembesaran kelenjar thyroid
-Thoraks
Inspek : bentuk dada simetris
Palpasi : perkembangan dada simetris, tidak terdapat retraksi intercostal
Perkusi : sonor
Auskultasi : suara nafas vesikuler, suara jantung normal -
Abdomen
Inspeksi : bentuk simetris, asetis(-), perut simetris Auskultasi :
bising usus normal 10-12 x/menit
Palpasi : turgor normal, tonus normal, nyeri di perut
Perkusi : timpani
- Genital : tidak terpasang DC
-Ekstremitas : akral hangat, CRT <3dtk, tidak ada lesi, tidak ada edema, tidak ada
sianosis, kekuatan otot sama pada keempat ekstremitas

5. Terapi yang didapat


- Keto inj 30 mg -OME inj 40 mg -Pct tab 500 mg

6. Data penunjang

-cek lab
-Rotgen Thorak

-EKG

ANALISA DATA
N Tgl/ Data Penunjang Masalah Etiologi
o
1. jam
11/11/2 DS: Nyeri Akut Ag pencedera
1 - Klien mengatakan nyeri D.0077 en
dada bagian kanan, post Fis
ik
luka tusuk
- Klien mengatakan nyeri
tertusuk di dada hinga ke
belakang
-Pengkajian PQRST :
P klien mengatakan nyeri
dibagi an dada sejak setelah
tertusuk 3 hari yang lalu
Q : Nyeri seperti ditusuk-tusuk
R : Nyeri menetap pada area
perut
S : skala nyeri yang dirasa 5
(nyeri sedang)
T : Nyeri yang dirasa
berpindah hinga kebelakang

DO :
- Pasien tampak meringis
- Pasien tampak lemas
-Pasien terlihat memegang dada
sebelah kanan
TD:12171mmHg,
N:90x/mnt, RR: 20x/mnt,
S:
37,1°C, SPO2 : 100

Prioritas Masalah

1. Nyeri akut yang berhubungan dengan agen pencedera Fisik yang di


tandai dengan nyeri di dada kanan setelah tertusuk

Rencana Keperawatan
Diagnosa Tujuan dan Kriteria
No Intervensi
Keperawatan hasil
1 Nyeri akut yang setelah dilakukkan
berhubungan tindakan keperawatan (1.08238)
dengan agen selama 1x8 jam -Identifikasi lokas, karakteristik nyeri,
pencedera Fisik diharapkan tingkat nyeri durasi, frekuensi, intensitas, kualotas
yang di tandai klien menurun dengan nyeri -Identifikasi skala nyeri
dengan nyeri di kriteria hasil : -Keluhan -Identifikasi respon nyeri non verbal
dada kanan nyeri
setelah tertusuk -Identifikasi faktor yang memperberat dan
menurun (5) memperingan nyeri
-Meringis menurun
-Identifikasi pengetahuan dan keyakinan
(5)
tentangf nyeri
- Gelisah menurun (5) -
- Berikan teknik non farmakologisuntuk
Tekanan darah
mengurangi rasa nyeri (relaksasi napas
menurun dalam)
(130/80mmHg) (5) - Kontrol lingkungan yang memperberat rasa
(L.08066) nyeri
- Fasilitasi istirahat dan tidur
- Ajarkkan teknik nonfarmakologis
(relaksasi napas dalam) untuk
menghurangi rasa nyeri
- Kolaborasi pemberian analgetik (keterolac
1 ampul dan paracetamol drip)

(1.08238)

Catatan Perkembangan
No DX Keperawatan Implementasi SOAP
1 Nyeri akut S : nyeri dada bagian kanan
yang -mengidentifikasi lokas, post luka tusuk, keluhan di
berhubungan dengan agen karakteristik nyeri, durasi, dada bagian belakang
pencedera Fisik yang di frekuensi, intensitas, kualotas
tandai dengan nyeri di dada nyeri 0:
kanan setelah tertusuk -mengidentifikasi skala nyeri TD:12171mmHg
- mengidentifikasi respon nyeri
N:90x/mnt, RR: 20x/mnt, S:
non verbal
- mengidentifikasi faktor yang 37,1°C, SPO2 : 100
memperberat dan
memperingan nyeri
-mengidentifikasi pengetahuan dan
keyakinan tentangf nyeri A : masalah belum teratasi
- memberikan teknik non
farmakologi suntuk P : intervensi dilanjutkan
mengurangi rasa nyeri rawat inap
(relaksasi napas dalam) -injeksi omz 1 amp
-mengontrol lingkungan yang - pct tab 500 mg
memperberat rasa nyeri -cek lab
- memfasilitasi istirahat dan tidur -thoraks
-mengajarkan teknik
nonfarmakologis (relaksasi
napas dalam) untuk
menghurangi rasa nyeri
-berkolaborasi pemberian analgetik
(keterolac 30 mg dan
paracetamol)

(1.08238)
LAPORAN RESUME ASUHAN KEPERTAWATAN GAWAT DARURAT
DI RUANGAN IGD RSUD KOTA TANGERANG DENGAN HEPATITIS B

Disusun Untuk Memenuhi Tugas


Praktik Profesi Ners
Stase Keperawatan Gawat Darurat

Oleh:
JUWITA N. LAHER
211030230223

PROGRAM PROFESI NERS KEPERAWATAN


STIKES WIDYA DHARMA HUSADA TANGERANG
SELATAN 2021/2022
LAPORAN RESUME ASUHAN
KEPERAWATAN GAWAT DARURAT DI
RUANGANIGD

A. Pengkajian Data Umum

Tanggal Pengkajian :16 November 2021

Oleh :JUWITANLAHER

Sumber Data :Pasien, keluarga pasien

Metode Pengumpulan Data :Anamnesa

Identitas Pasien

Nama :Tn. S

Umur :39 tahun

Status Perkawinan :Kawin

Agama :Islam

Pendidikan :SMA

No. RM :00256041

Dx. Medis :HEPATITIS B

Penanggung jawab

Nama :Ny. S

Alamat :tangerang

Pekeijaan :-

Hubungan dengan pasien : istri


C. Pengkajian Data Dasar

6. Primary Assesment (ABCDE)


Airway : Bebas jalan nafas, tidak ada
sumbatan pada jalan nafas

Breathing :
Gerakan dada simetris, tidak terdengar suara bunyi nafas tambahan, suara nafas
vesikuler dengan RR: 20x/menit

Circulation :
Nadi bracialis teraba jelas dan cepat, nadi:102x/menit, akral hangat, tidak ada
tanda-tanda sianosis, CRT<2 detik

Disability :
Pasien tidak mengalami penurunan kesadaran, Kesadaran umum compos mentis,
GCS E4 M6 V5, Reflek cahaya (+)

Exposure:
Pasien tidak ada mengalami kelainan kulit, pasien tidak mempunyai cedera
dibagi an tubuhnya

7. Fokus Assesment
Keadaan Umum : compos mentis
Tingkat Kesadaran : E:4 M:6 V:5

8. Sekunder Assesment
Riwayat Penyakit Dahulu : Tidak ada
Riwayat Penyakit Sekarang : kembung sesak 5 hari lalu, mual,
demam 7 hari yang lalu, nyeri perut di kanan atas.
Riwayat Penyakit Keluarga : tidak ada
Allergies : tidak ada

9. Pemeriksaan Fisik
TD: 169/ 93mmHg, N:87x/mnt, RR: 22x/mnt, S: 36,6°C, SP02 : 100
- Kepala : baik tidak ada kotoran lesi atau jejas, konjungtiva anemis (+), mukosa
klien kering (+), tidak ada stomatitis
-Leher
Inspeks : tidak ada benjolan pada leher , tidak ada lesi, dan tidak ada kaku
kuduk
Palpasi : tidak ada pembesaran kelenjar thyroid
-Thoraks
Inspek : bentuk dada simetris
Palpasi : perkembangan dada simetris, tidak terdapat retraksi intercostal
Perkusi : sonor
Auskultasi : suara nafas vesikuler, suara jantung normal -
Abdomen
Inspeksi : bentuk simetris, asetis(-), perut simetris Auskultasi :
bising usus normal 10-12 x/menit
Palpasi : turgor normal, tonus normal, nyeri di perut
Perkusi : timpani
- Genital : tidak terpasang DC
-Ekstremitas : akral hangat, CRT <3dtk, tidak ada lesi, tidak ada edema, tidak ada
sianosis, kekuatan otot sama pada keempat ekstremitas

10. Terapi yang didapat


-RL 20 tpm -OME 1 amp
- Amblodipin 15 g

6. Data penunjang
-cek lab

-Rotgen Thorak

-EKG

ANALISA DATA
N Tgl/ Data Penunjang Masalah Etiologi
o1. jam
11/11/2 D Resiko defisit nutrisi Ketidakmampuan
1 S: Pasien mengatakan mual jika mencerna
makan sudah 3 hari makanan
(D.0032)
Pasien me

D Pasien tampak lemas


O TD: 169/93
: mmHg,
N:87x/mnt, RR: 22x/mnt,
S: 36,6°C, SPO2 : 100

2 D Hipertermi (D.0130) Proses penyakit


S; Pasien mengatakan demam
naik turun

D
S:
Pasien tampak lemas

Prioritas Masalah

1. resiko defisit nutrisi d.d ketidakmampuan mencerna makanan

2. hipertermi berhubungan dengan proses penyakit


Rencana Keperawatan
Diagnosa Tujuan dan Kriteria
No Intervensi
Keperawatan hasil
1 Resiko defisit setelah dilakukkan Menejmen gangguan makan
nutrisi tindakan keperawatan - Monitor asupan dan keluarnya
selama 1x8 jam makanan
diharapkan tingkat nyeri - Timbang berat badan
klien menurun dengan - Anjurkan pengaturan diet yang tepat
kriteria hasil : -frekuensi
makan cukup membaik
(4) -nafsu makan
membaik (5)

2 hipertermi Manajemen Hipertermi


setelah dilakukkan
berhubungan - Identifikasi penyebab hipertermi
tindakan keperawatan
dengan proses - Monitor suhu tubuh
selama 1x8 jam di
penyakit - Berikan cairan oral
harapkan termoregul asi
- Anjurkan tirah baring
membaik dengan
- Kolaborasi pemberian cairan dan
kriteria hasil
elektrolit intravena
- Kulit merah
menurun (5)
- Suhu tubuh
membaik (5)
-Suhu Kulit
Membaik (5)
Catatan Perkembangan
No DX Keperawatan Implementasi SOAP
1 Resiko defisit nutrisi - Memonitor asupan dan S: - Pasien mengatakan
keluarnya makanan kembung sejak 5 hari yang
- Menimbang berat makanan lalu terasa mual jika makan
-Menganjurkan pengaturan
diet yang tepat 0:
- Pasien tampak lemas
- TD: 169/93 mmHg,
N:87x/mnt, RR: 22x/mnt,
S: 36,6DC, SPO2 : 100

A : masalah belum teratasi

P : intervensi dilanjutkan
rawat inap

2 hipertermi berhubungan Manajemen Hipertermi S : Pasien mengatakan


dengan proses penyakit demam naik turun
-mengidentifikasi penyebab
hipertermi O : pasien terlihat lemas
-Memonitor suhu tubuh A : masalah belum teratasi P :
- memberikan cairan oral lanjutkan intervensi
- menganjurkan tirah baring
-Kolaborasi pemberian
cairan dan elektrolit
intravena
LAPORAN RESUME ASUHAN KEPERTAWATAN GAWAT DARURAT DI
RUANGAN IGD RSUD KOTA TANGERANG DENGAN VERTIGO

Disusun Untuk Memenuhi Tugas


Praktik Profesi Ners
Stase Keperawatan Gawat Darurat

Oleh:
JUWITA N. LATTER
211030230223

PROGRAM PROFESI NERS KEPERAWATAN


STIKES WIDYA DHARMA HUSADA TANGERANG
SELATAN 2021/2022
LAPORAN RESUME ASUHAN KEPERAWATAN
GAWAT DARURAT DI RUANGAN IGD

A. Pengkajian Data Umum

Tanggal Pengkajian :18 November 2021

Oleh :JUWITANLAHER

Sumber Data :Pasien, keluarga pasien

Metode Pengumpulan Data :Anamnesa

Identitas Pasien

Nama :Ny. S

Umur :55 tahun

Status Perkawinan :Kawin

Agama :Islam

Pendidikan :SMA

No. RM :00202162

Dx. Medis :BPPV

Penanggung j awab

Nama :Tn. H

Alamat

Pekeijaan :-

Hubungan dengan pasien : suami

D. Pengkajian Data Dasar

11. Primary Assesment (ABCDE)


Airway : Bebas jalan nafas, tidak ada sumbatan pada
jalan nafas
Breathing :
Gerakan dada simetris, tidak terdengar suara bunyi nafas tambahan, suara nafas vesikuler
dengan RR: 20x/menit

Circulation :
Nadi bracialis teraba jelas dan cepat, nadi:102x/menit, akral hangat, tidak ada tanda- tanda
sianosis, CRT<2 detik

Disability :
Pasien tidak mengalami penurunan kesadaran, Kesadaran umum compos mentis, GCS E4
M6 V5, Reflek cahaya (+)

Exposure :
Pasien tidak ada mengalami kelainan kulit, pasien tidak mempunyai cedera dibagi an
tubuhnya

12. Fokus Assesment


Keadaan Umum : compos mentis
Tingkat Kesadaran : E:4 M:6 V:5

13. Sekunder Assesment


Riwayat Penyakit Dahulu : Tidak ada
Riwayat Penyakit Sekarang : pasien mengatakan pusing berputar saat berubah
posisi sejak 3 hari
Riwayat Penyakit Keluarga : tidak ada
Allergies : tidak ada

14. Pemeriksaan Fisik


TD: 155/ 982mmHg, N:82x/mnt, RR: 20x/mnt, S: 36,4°C, SPO2 : 100
- Kepala : baik tidak ada kotoran lesi atau j ej as, konjungtiva anemis (+), mukosa klien
kering (+), tidak ada stomatitis
-Leher
Inspeks : tidak ada benjolan pada leher , tidak ada lesi, dan tidak ada kaku kuduk
Palpasi : tidak ada pembesaran kelenjar thyroid
-Thoraks
Inspek : bentuk dada simetris
Palpasi perkembangan dada simetris, tidak terdapat retraksi intercostal
Perkusi : sonor
Auskultasi : suara nafas vesikuler, suara jantung normal
-Abdomen
Inspeksi : bentuk simetris, asetis(-), perut simetris
Auskultasi : bising usus normal 10-12 x/menit
Palpasi : turgor normal, tonus normal, nyeri di perut Perkusi : timpani
- Genital : tidak terpasang DC
- Ekstremitas : akral hangat, CRT <3dtk, tidak ada lesi, tidak ada edema, tidak ada sianosis,
kekuatan otot sama pada keempat ekstremitas

15. Terapi yang didapat


-RL 20 tpm
- Furosemik 2 ml

6. Data penunjang

-cek lab

-Rotgen Thorak

-EKG
ANALISA DATA
N Tgl/ Data Penunjang Masalah Etiologi
o1. jam
18/11/2 DS : Nyeri akut (Kode : Agen
1 -pasien mengatakan pusing berputar
pencedera
saat berubah posisi sejak 3 Hari, - D.0077)
fisiologis
pasien mengatakan tidak ada
demam dan mual

DO :
TD: 155/ 982mmHg, N:82x/mnt,
RR: 20x/mnt, S: 36,4DC, SPO2 :
100

Prioritas Masalah

1. Nyeri akut yang berhubungan dengan agen pencedera Fisik

Rencana Keperawatan
Diagnosa Tujuan dan Kriteria
No Intervensi
Keperawatan hasil
1 Nyeri akut yang setelah dilakukkan
berhubungan tindakan keperawatan (1.08238)
dengan agen selama 1x8 jam -Identifikasi lokas, karakteristik nyeri, durasi,
pencedera Fisik diharapkan tingkat nyeri frekuensi, intensitas, kualotas nyeri -
klien menurun dengan
Identifikasi skala nyeri
kriteria hasil: -Keluhan
- Identifikasi respon nyeri non verbal
nyeri
menurun (5) -Identifikasi faktor yang memperberat dan
memperingan nyeri
-Meringis menurun (5)
- Gelisah menurun (5) - -Identifikasi pengetahuan dan keyakinan
tentangf nyeri
Tekanan darah
- Berikan teknik non farmakologisuntuk
menurun mengurangi rasa nyeri (relaksasi napas
(130/80mmHg) (5) dalam)
(L.08066) - Kontrol lingkungan yang memperberat rasa
nyeri
- Fasilitasi istirahat dan tidur
- Ajarkkan teknik nonfarmakologis
(relaksasi napas dalam) untuk
menghurangi rasa nyeri
- Kolaborasi pemberian analgetik (keterolac 1
ampul dan paracetamol drip)
(1.08238)

Catatan Perkembangan
No DX Keperawatan Implementasi SOAP
1 Nyeri akut S : pasien mengatakan pusing
yang -mengidentifikasi lokas, berputar saat berubah posisi
berhubungan dengan agen karakteristik nyeri, durasi, sejak 3 Hari
pencedera Fisik frekuensi, intensitas, kualotas
nyeri 0:
-mengidentifikasi skala nyeri TD: 155/ 982mmHg,
N:82x/mnt, RR: 20x/mnt, S:
- mengidentifikasi respon nyeri
36,4 □ C, SPO2 : 100
non verbal
- mengidentifikasi faktor yang
memperberat dan memperingan A : masalah belum teratasi
nyeri
-mengidentifikasi pengetahuan dan P : intervensi dilanjutkan
keyakinan tentangf nyeri
- memberikan teknik non
farmakologisuntuk mengurangi
rasa nyeri (relaksasi napas
dalam)
- mengontrol lingkungan yang
memperberat rasa nyeri
- memfasilitasi istirahat dan tidur -
mengajarkan teknik
nonfarmakologis (relaksasi
napas dalam) untuk
menghurangi rasa nyeri
-berkolaborasi pemberian analgetik
(keterolac 30 mg dan
paracetamol)

(1.08238)
LAPORAN RESUME ASUHAN KEPERTAWATAN GAWAT DARURAT DI
RUANGAN IGD RSUD KOTA TANGERANG DENGAN HIPETENSI

Disusun Untuk Memenuhi Tugas


Praktik Profesi Ners
Stase Keperawatan Gawat Darurat

Oleh:
JUWITA N. LAHER
211030230223

PROGRAM PROFESI NERS KEPERAWATAN

STIKES WIDYA DHARMA HUSADA TANGERANG


SELATAN 2021/2022
TINJAUAN PUSTAKA

A. Konsep Dasar Medis

1. Definisi

Hipertensi atau tekanan darah tinggi adalah peningkatan tekanan darah sistolik lebih dari
140 mmHg dan tekanan darah diastolik lebih dari 90 mmHg pada dua kali pengukuran
dengan selang waktu lima menit dalam keadaan cukup istirahat/tenang (Kemenkes.RI,
2014).
Hipertensi adalah suatu keadaan dimana seseorang mengalami peningkatan tekanan
darah di atas normal yang mengakibatkan peningkatan angka kesakitan (morbiditas) dan
angka kematian / mortalitas (Trianto, 2014).

2. Anatomi dan Fisiologi jantung

a. Anatomi Jantung

1) Jantung

System kardiovaskuler terdiri atas jantung, pembuluh darah (arteri, vena, kapiler) dan
sistem limfatik. Fungsi utama system kardiovaskular adalah mengalirkan darah yang
kaya oksigen ke seluruh tubuh dan memompa darah dari seluruh tubuh (jaringan) ke
sirkulasi paru untuk dioksigenasi (Aspiani, 2016).

Jantung merupakan organ utama sistem kardiovaskular, berotot dan berongga, terletak di
rongga toraks bagian mediastunum. Jantung berbentuk seperti kerucut tumpul dan bagian
bawah disebut apeks terletak lebih ke kiri dari garis medial, bagian tepi terletak pada
ruang interkosta IV kiri atau sekitar 9 cm dari kiri linea medioklavikularis, bagian atas
disebut basis terletak agak ke kanan pada kosta ke III sekitar 1 cm dari tepi lateral
stemum. Memiliki ukuran panjang sekitar 12 cm, lebar 8-9 cm, dan tebal 6 cm. Berat
jantung sekitar 200-425 gram, pada laki-laki sekitar 310 gram dan pada perempuan
sekitar 225 gram (Aspiani, 2016).

Jantung adalah organ muscular yang tersusun atas dua atrium dan dua ventrikel. Jantung
dikelilingi oleh kantung pericardium yang terdiri atas dua lapisan,yakni:

a) Lapisan visceral (sisi dalam )

b) Lapisan perietalis (sisi luar)

Dinding j antung mempunyai tiga lapisan, yaitu:

a) Epikardium merupakan lapisan terluar , memiliki struktur

yang sama dengan pericardium visceral.

b) Miokardium, merupakan lapisan tengah yang terdiri atas otot yang berperan dalam
menentukan kekuatan konstraksi.

c) Endokardium, merupakan lapisan terdalam terdiri atas jaringan endotel yang


melapisi bagian dalam jantung dan menutupi katup jantung.

Jantung mempunyai empat katup, yaitu:

a) Trikupidalis

b) Mitralis (katup AV)

c) Pulmonalis (katup semilunaris)

d) Aorta (katup semilunaris)


Jantung memiliki 4 ruang , yaitu atrium kanan, atrium kiri dan ventrikel kanan. Atrium
terletak di atas ventrikel dan saling berdampingan. Atrium dan ventrikel dipisahkan oleh
katup satu arah. Antara rongga kanan dan kiri dipisahkan oleh septum.

2) Pembuluh darah

Setiap sel di dalam tubuh secara langsung bergantung pada keutuhan dan fungsi system
vaskuler, karena darah dari jantung akan dikiri ke setiap sel melalui system tersebut. Sifat
structural dari setiap bagian system sirkulasi darah sistemik menentukan peran
fisiologinya dalam integrasi fungsi kardiovaskular. Keseluruhan system peredaran
(system kardiovaskular) terdiri atas arteri, arteriola, kapiler, venula, dan vena.(Aspiani,
2016)

a) Arteri adalah pembuluh darah yang tersusun atas tiga lapisan


(intima,media,adventisia) yang membawa darah yang mengandung oksigen dari jantung
ke jaringan.

b) Arteriol adalah pembuluh darah dengan resistensi kecil yang mevaskularisasi kapiler.

c) Kapiler menghubungkan dengan arteriol menjadi venula (pembuluh darah yang lebih
besr yang bertekanan lebih rendah dibandingkan dengan arteriol), dimana zat gizi dan
sisa pembuangan mengalami pertukaran

d) Venula bergabung dengan kapiler menjadi vena

e) Vena adalah pembuluh yang berkapasitas-besar, dan bertekanan rendah yang


membalikkan darah yang tidak berisi oksigen ke jantung.

(Lyndon, 2014)

b. Fisiologi

1) Siklus jantung

Siklus jantung adalah rangkaian kejadian dalam satu irama jantung. Dalam bentuk yang
pailng sederhana, siklus jantung adalah kontraksi bersamaan kedua atrium, yang
mengikuti suatu fraksi pada detik berikutnya karena kontraksi bersamaan kedua
ventrikel.

Sisklus jantung merupakan periode ketika jantung kontraksi dan relaksasi. Satu kali
siklus jantung sama dengan satu periode sistole (saat ventrikel kontraksi) dan satu
periode diastole (saat ventrikel relaksasi). Normalnya, siklus jantung dimulai dengan
depolarisasi spontan sel pacemarker dari SA node dan berakhir dengan keadaan relaksasi
ventrikel.

Pada siklus jantung, systole (kontraksi) atrium diikuti sistole ventrikel sehingga ada
perbedaan yang berarti antara pergerakan darah dari ventrikel ke arteri. Kontraksi atrium
akan diikuti relaksasi atrium dan ventrikel mulai ber kontraksi. Kontraksi ventrikel
menekan darah melawan daun katup atrioventrikuler kanan dan kiri dan menutupnya.
Tekanan darah juga membuka katup semilunar aorta dan pulmonalis. Kedua ventrikel
melanjutkan kontraksi, memompa darah ke arteri. Ventrikel kemudian relaksasi
bersamaan dengan pengaliran kembali darah ke atrium dan siklus kembali.

a) Sistole atrium

b) Sistole ventrikel

c) Diastole ventrikel

2) Tekanan darah

Tekanan darah (blood pressure) adalah tenaga yang diupayakan oleh darah untuk
melewati setiap unit atau daerah dari dinding pembuluh darah, timbul dari adanya
tekanan pada dinding arteri. Tekanan arteri terdiri atas tekanan sistolik, tekanan diastolik,
tekanan pulsasi, tekanan arteri rerata.

Tekanan sistolik yaitu tekanan maksimum dari darah yang mengalir pada
arteri saat ventrikel jantung berkontraksi, besarnya sekitar 100140
mmHg. Tekanan diastolic yaitu tekanan darah pada dinding arteri pada
saat jantung relaksasi, besarnya sekitar 60-90 mmHg. Tekanan pulsasi
merupakan reflek dari stroke volume dan elastisitas arteri, besarnya
sekitar 40-90 mmHg. Sedangkan tekanan arteri rerata merupakan
gabungan dari tekanan pulsasi dan tekanan diastolic yang besarnya sama
dengan sepertiga tekanan pulsasi ditambah tekanan diastolik. Tekanan
darah sesungguhnya adalah ekspresi dari tekanan systole dan tekanan
diastole yang normal berkisarl20/80 mmHg. Peningkatan tekanan darah
lebih dari normal disebut hipertensi dan jika kurang normal disebut
hipotensi. Tekanan darah sanagat berkaitan dengan curah jantung,
tahanan pembuluh darah perifer ( R ). Viskositas dan elastisitas pembuluh
darah (Aspiani, 2016)

3. Etiologi

Pada umumnya hipertensi tidak mempunyai penyebab yang spesifik. Hipertensi teijadi
sebagai respon peningkatan curah jantung atau peningkatan tekanan perifer. Akan tetapi,
ada beberapa factor yang memengaruhi teijadinya hipertensi :

a. Genetik : respon neurologi terhadap stress atau kelainan ekskresi atau transport Na.

b. Obesitas : terkait dengan tingkat insulin yang tinggi yang mengakibatkan tekanan
darah meningkat.

c. Stress karena lingkungan

d. Hilangnya elastisitas jaringan dan arterosklerosis pada orang tua

serta pelebaran pembuluh darah (Aspiani, 2016)

Berdasarkan penyebabnya hipertensi dibagi menjadi 2 golongan ;

a. Hipertensi primer (esensial)


Hipertensi primer adalah hipertensi yang belum diketahui penyebabnya. Diderita oleh
seitar 95% orang. Oleh karena itu,penelitian dan pengobatan lebih ditunukan bagi
penderita esensial. Hipertensi primer disebabkan oleh faktor berikut ini.

1) Faktor keturunan
Dari data statistic terbukti bahwa seseorang akan memiliki kemungkinan lebih besar
untuk mendapatkan hipertensi jika orang tuanya adalah penderita hipertensi.

2) Ciri perseorangan

Ciri perseorangan yang mempengaruhi timbulnya hipertensi adalah umur (jika umur
bertambah maka tekanan darah meningkat), jenis kelamn (pria lebih tinggi dari
perempuan), dan ras (ras kulit hitam lebih banyak dari kulit putih).

3) Kebiasaan hidup

Kebiasaan hidup yang sering menyebabkan timbulnya hipertensi adalah konsumsi garam
yang tinggi (lebih dari 30g), kegemukan atau makan berlebih,stress, merokok, minum
alcohol,minum obat- obatan (efedrin, prednisone, epinefrin).

b. Hipertensi sekunder

Hipertensi sekunder teijadi akibat penyebab yang jelas salah satu contoh hipertensi
sekunder adalah hipertensi vascular renal, yang teijadi akibat stenosis arteri renalis.
Kelainan ini dapat bersifat kongenital atau akibat aterosklerosis stenosis arteri renalis
menurunkan aliran darah ke ginjal sehingga teijadi pengaktifan baroreseptor ginjal,
perangsangan pelepasan renin, dan pembentukan angiotensin II.

Angiotensin II secara langsung meningkatkan tekanan darah tekanan darah, dan secara
tidak langsung meningkatkan sintesis andosteron dan reabsorpsi natrium. Apabila dapat
dilakukan perbaikan pada stenosis, atau apabila ginjal yang terkena di angkat,tekanan
darah akan kembali ke normal. Penyebab lain dari hipertensi sekunder, antara lain
ferokromositoma, yaitu tumor penghasil epinefrin di kelenjar adrenal, yang menyebabkan
peningkatan kecepatan denyut jantung dan volume sekuncup, dan penyakit cushing, yang
menyebabkan peningkatan volume sekuncup akibat retensi garam dan peningkatan CTR
karena hipersensitivitas system saraf simpati s aldosteronisme primer (peningkatan
aldosteron tanpa diketahui penyebab-nya) dan hipertensi yang berkaitan dengan
kontrasepsi oral juga dianggap sebagai kontrasepsi sekunder (Aspiani, 2016).

4. Manifestasi klinis

Pada umumnya, penderita hipertensi esensial tidak memiliki keluhan. Keluhan yang
dapat muncul antara lain: nyeri kepala,

gelisah, palpitasi, pusing, leher kaku, penglihatan kabur, nyeri dada, mudah lelah, lemas
dan impotensi. Nyeri kepala umumnya pada hipertensi berat, dengan ciri khas nyeri regio
oksipital terutama pada pagi hari. Anamnesis identifikasi faktor risiko penyakit jantung,
penyebab sekunder hipertensi, komplikasi kardiovaskuler, dan gaya hidup pasien.
Perbedaan Hipertensi Esensial dan sekunder Evaluasi jenis hipertensi dibutuhkan untuk
mengetahui penyebab. Peningkatan tekanan darah yang berasosiasi dengan peningkatan
berat badan, faktor gaya hidup (perubahan pekeijaan menyebabkan penderita bepergian
dan makan di luar rumah), penurunan frekuensi atau intensitas aktivitas fisik, atau usia
tua pada pasien dengan riwayat keluarga dengan hipertensi kemungkinan besar mengarah
ke hipertensi esensial. Labilitas tekanan darah, mendengkur, prostatisme, kram otot,
kelemahan, penurunan berat badan, palpitasi, intoleransi panas, edema, gangguan
berkemih, riwayat perbaikan koarktasio, obesitas sentral, wajah membulat, mudah
memar, penggunaan obat-obatan atau zat terlarang, dan tidak adanya riwayat hipertensi
pada keluarga mengarah pada hipertensi sekunder (Adrian, 2019).

5. Klasifikasi

Secara klinis hipertensi dapat di klasifikasikan menjadi beberapa kelompok yaitu:.

Kategori

Sistolik (mmHg)

Diastolik (mmHg) 1. Optimal <120 < 80 2, Normal 120- 129 8084 3. High normal 130-
139 85-89 4. Hipertensi Grade 1 (ringan ) 140-159 90-99

Grade 2 (sedang) 160-179 100-109

Grade 3 ( berat ) 180- 209 100-119

Grade 4 (sangat berat) >210 >120

6. Patofisiologi

Mekanisme yang mengontrol konstriksi dan relaksasi pembuluh darah terletak dipusat
vasomotor pada medulla diotak. Dari pusat vasomotor ini bermula jaras saraf simpati s,
yang berlanjut kebawah ke korda spinalis dan keluar dari kolumna medula spinalis ke
ganglia simpati s di toraks dan abdomen.

Rangsangan pusat vasomotor dihantarkan dalam bentuk implus yang bergerak kebawah
melalui system saraf simpati s ke ganglia simpati s. Pada titik ini, neuron preganglion
melepaskan asetilkolin, yang merangsang serabut saraf pascaganglion ke pembuluh
darah, dimana dengan dilepaskannya norepinefrin mengakibatkan konstriksi pembuluh
darah. Berbagai factor, seperti kecemasan dan ketakutan dapat mempengaruhi respons
pembuluh darah terhadap rangsang vasokonstriktor. Klien dengan hipertensi sangat
sensitive terhadap norepineprin, meskipun tidak diketahui dengan jelas mengapa hal
tersebut dapat teijadi.

Pada saat bersamaan ketika system saraf simpati s merangsang pembuluh darah sebagai
respons rangsang emosi, kelenjar adrenal juga terangsang, mengakibatkan tambahan
aktivitas vasokontriksi. Medula adrenal menyekresi epineprin, yang menyebabkan
vasokonstriksi. Korteks adrenal menyekresi kortisol dan steroid lainnya, yang dapat
memperkuat respons vasokonstriktor pembuluh darah. Vasokonstriksi yang
mengakibatkan penurunan aliran darah ke ginj al, menyebabkan pelepasan renin.
Renin yang dilepaskan merangsang pembentukan angiotensin I yang kemudian diubah
menjadi angiotensin II, vasokontriktor kuat, yang pada akhirnya merangsang sekresi
aldosteron oleh korteks adrenal. Hormon ini menyebabkan retensi natrium dan air oleh
tubulus ginjal, menyebabkan peningkatan volume instravaskuler. Semua factor tersebut
cenderung menyebabkan hipertensi (Aspiani, 2016)
7. Pathway hipertensi

8. Pemeriksaan Penunjang

a. Laboratorium
1) Albuminuria pada hipertensi karena kelainan parenkim ginjal
2) Kreatinin serum dan BUN meningkat pada hipertensi karena
parenkim ginjal dengan gagal ginjal akut.
3) Darah perifer lengkap
4) Kimia darah (kalium, natrium, keratin, gula darah puasa)
b. EKG
1) Hipertrofi ventrikel kiri
2) Iskemia atau infark miocard
3) Peninggian gelombang P
4) Gangguan konduksi
c. Foto Rontgen
1) Bentuk dan besar jantung Noothing dari iga pada koarktasi
aorta.
2) Pembendungan, lebar paru
3) Hipertrofi parenkim ginjal
4) Hipertrofi vascular ginjal
(Aspiani, 2016)
9. Komplikasi

Kompikasi hipertensi menurut (Trianto, 2014):


a. Penyakit jantung
Komplikasi berupa infark miokard, angina pectoris, dan gagal
jantung.
b. Ginjal
Teijadinya gagal ginjal dikarenakan kerusakan progresif akibat
tekanan tinggi pada kapiler-kapiler ginjal, glomerulus. Rusaknya
glomerulus, darah akan mengalir ke unit-unit fungsional ginjal dan
nefron akan terganggu sehingga menjadi hipoksik dan kematian.
Rusaknya membrane glomerulus , protein akan keluar melalui urin
sehingga tekanan osmotic koloid plasma berkurang dan
menyebabkan edema.
c. Otak
Komplikasi berupa stroke dan serangan iskemik. Stroke dapat
teijadi pada hipertensi kronik apabila arteri-arteri yang
memperdarahi otak mengalami hipertrofi dan menebal sehingga
aliran darah ke daerahdaerah yang diperdarahi berkurang.
d. Mata
Komplikasi berupa perdarahan retina , gangguan
penglihatan,hingga kebutaan.
e. Kerusaka pada pembuluh darah arteri
Jika hipertensi tidak terkontrol, dapat teijadi kerusakan dan
penyempitan arteri atau yang sering disebut dengan aterosklerosis
dan arterosklerosis (pengerasan pembuluh darah). Komplikasi berupa
kasus perdarahan meluas sampai ke intraventrikuler (Intra Ventriculer
Haemorrhage) atau IVH yang menimbulkan hidrosefalus obstruktif
sehingga memperburuk luaran. 1-4 Lebih dari 85% ICH timbul primer
dari pecahnya pembuluh darah otak yang sebagian besar akibat hipertensi
kronik (65-70%) dan angiopathy amyloid.

Sedangkan penyebab sekunder timbulnya ICH dan IVH biasa karena


berbagai hal yaitu gangguan pembekuan darah, trauma, malformasi
arteriovenous, neoplasma intrakranial, thrombosis atau angioma vena.
Morbiditas dan mortalitas ditentukan oleh berbagai faktor, sebagian besar
berupa hipertensi, kenaikan tekanan intrakranial, luas dan lokasi
perdarahan, usia, serta gangguan metabolism serta pembekuan darah
(Jasa, Saleh, & Rahardjo, n.d.)

10. Penatalaksanaan

Tujuan deteksi dan penatalaksanaan hipertensi adalah menurunkan risiko


penyakit kardiovaskular dan mortalitas serta morbiditas yang berkaitan.
Tujuan terapi adalah mencapai dan mempertahankan tekanan sistolik
dibawah 140 mmHg dan tekanan distolik dibawah 90 mmHg dan
mengontrol factor risiko. Hal ini dapat dicapai melalui modifikasi gaya
hidup saja, atau dengan obat antihipertensi (Aspiani, 2016).
Penatalaksanaan faktor risiko dilakukan dengan cara pengobatan setara
non-farmakologis, antara lain:

a. Pengaturan diet

Berbagai studi menunjukan bahwa diet dan pola hidup sehat atau dengan
obat-obatan yang menurunkan gejala gagal jantung dan dapat
memperbaiki keadaan hipertrofi ventrikel kiri. Beberapa diet yang
dianjurkan:

1) Rendah garam, diet rendah garam dapat menurunkan tekanan darah


pada klien hipertensi. Dengan pengurangan konsumsi garam dapat
mengurangi stimulasi system renin-angiotensin sehingga sangat
berpotensi sebagai anti hipertensi. Jumlah asupan natrium yang
dianjurkan 50-100 mmol atau setara dengan 3-6 gram garam per hari.

2) Diet tinggi kalium , dapat menurunkan tekanan darah tetapi


mekanismenya belum jelas. Pemberian kalium secara intravena dapat
menyebabkan vasodilatasi, yang dipercaya dimediasi oleh oksidanitrat
pada dinding vascular.

3) Diet kaya buah dan sayur


4) Diet rendah kolestrol sebagai pencegah teijadinya jantung koroner.

b. Penurunan berat badan

Mengatasi obesitas pada sebagian orang, dengan cara menurunkan berat


badan mengurangi tekanan darah, kemungkinan dengan mengurangi
beban keija jantung dan volume sekuncup. Pada beberapa studi
menunjukan bahwa obesitas berhubungan dengan kejadian hipertensi dan
hipertrofi ventrikel kiri. Jadi, penurunan berat badan adalah hal yang
sangat efektif untuk menurunkan tekanan darah.

c. Olahraga

Olahraga teratur seperti beijalan, lari,berenang, bersepeda bermanfaat


untuk menurunkan tekanan darah dan memperbaiki keadaan jantung.

d. Memperbaiki gaya hidup yang kurang sehat

Berhenti merokok dan tidak mengonsumsi alcohol, penting untuk


mengurangi efek jangka panjang hipertensi karena asap rokok diketahui
menurunkan aliran darah ke berbagai organ dan dapat meningkatkan
keija jantung. (Aspiani, 2016)
LAPORAN ASUHAN KEPERTAWATAN GAWAT DARURAT DI RUANGAN IGD
RSUD KOTA TANGERANG DENGAN COLIC ABDOMEN

Disusun Untuk Memenuhi Tugas


Praktik Profesi Ners
Stase Keperawatan Gawat Darurat

Oleh:

JTJWITA N. LATTER, S. Ken

211030230223

PROGRAM PROFESI NERS KEPERAWATAN

STIKES WIDYA DHARMA HUSADA TANGERANG


SELATAN 2021/2022
TINJAUAN PUSTAKA

A. KONSEP MEDIS

1. Pengertian

Kolik Abdomen adalah gangguan pada aliran normal isi usus sepanjang traktus

intestinal, Obstruksi teijadi ketika ada gangguan yang menyebabkan terhambatnya aliran isi

usus ke depan tetapi peristaltiknya normal. (Amin Huda: 2015)

Colic Abdomen adalah rasa nyeri pada perut yang sifatnya hilang timbul dan

bersumber dari organ yang terdapat dalam abdomen (perut). Hal yang mendasari hal ini

adalah infeksi pada organ di dalam perut (mencret, radang kandung empedu, radang

kandung kemih), sumbatan dari organ perut (batu empedu, batu ginjal). (Hardi Kusuma:

2015)

Kolik abdomen merupakan nyeri yan gdapat terlokalisasi dan dirasakan seperti

perasaan tajam. Mekanisme teijadinya nyeri ini adalah karena sumbatan baik parsial

ataupun total baik oragan tubuh berongga atau organ yang terlibat tersebut dipengaruhi

peristaltik, (gilroy, 2013).

Kolik abdomen adalah nyeri perut yang kadang timbul secara tiba-tiba dan kadang

hilang dan merupakan variasi kondisi dari yang sangat ringan sampai yang bersifat fatal.

(Amin Huda: 2015).

2. Anatomi Fisiologi

Sistem pencernaan atau sistem gastroinstestinal (mulai dari mulut sampai

anus) adalah sistem organ dalam manusia yang berfungsi untuk menerima makanan,

mencernanya menjadi zat-zat gizi dan energi, menyerap zat-zat gizi ke dalam aliran darah

serta membuang bagian makanan yang tidak dapat dicerna atau merupakan sisa
proses tersebut dari tubuh. Saluran pencernaan terdiri dari mulut, tenggorokan (faring),

kerongkongan, lambung, usus halus, usus besar, rektum dan anus. Sistem pencernaan juga

meliputi organ-organ yang terletak diluar saluran pencernaan, yaitu pankreas, hati dan

kandung empedu.

Oral cavity Digestive System


longue— ---------------Parotid gland
Teeth-------- Pharynx
Sublingual Esophagus
gland

Stomach
Pancreas
Transverse
colon
Descending 〆
colon Sigmoid
coion Rectum
Anal Anus
Submandibular
gland
Diaphragm
Liver---------
Gallbladder Duodenum
Common bile duct — Ascending- colon
Smal: intestine
Cecum-----------
Appendix--------

Gambar 2.1 Anatomi system pencernaan

a. Mulut

Merupakan suatu rongga terbuka tempat masuknya makanan dan air pada

manusia. Mulut biasanya terletak di kepala dan umumnya merupakan bagian awal dari

sistem pencernaan lengkap yang berakhir di anus.

Mulut merupakan jalan masuk untuk sistem pencernaan. Bagian dalam dari

mulut dilapisi oleh selaput lendir. Pengecapan dirasakan oleh organ perasa yang

terdapat di permukaan lidah. Pengecapan relatif sederhana, terdiri dari manis, asam,

asin dan pahit. Penciuman dirasakan oleh saraf olfaktorius di hidung dan lebih rumit,

terdiri dari berbagai macam bau. Makanan dipotong-potong oleh gigi depan (incisivus)
dan di kunyah oleh gigi belakang (molar, geraham), menjadi bagian-bagian kecil yang

lebih mudah dicerna. Ludah dari kelenjar ludah akan membungkus bagian-bagian dari

makanan tersebut dengan enzim-enzim pencernaan dan mulai mencernanya. Ludah juga

mengandung antibodi dan enzim (misalnya lisozim), yang memecah protein dan

menyerang bakteri secara langsung. Proses menelan dimulai secara sadar dan berlanjut

secara otomatis.

b. Tenggorokan (Faring)

Merupakan penghubung antara rongga mulut dan kerongkongan. Berasal dari

bahasa yunani yaitu Pharynk. Skema melintang mulut, hidung, faring, dan laring Di

dalam lengkung faring terdapat tonsil (amandel) yaitu kelenjar limfe yang banyak

mengandung kelenjar limfosit dan merupakan pertahanan terhadap infeksi, disini

terletak bersimpangan antara jalan nafas dan jalan makanan, letaknya dibelakang

rongga mulut dan rongga hidung, didepan ruas tulang belakang, Keatas bagian depan

berhubungan dengan rongga hidung, dengan perantaraan lubang bernama koana,

keadaan tekak berhubungan dengan rongga mulut dengan perantaraan lubang yang

disebut ismus fausium

c. Kerongkongan (Esofagus)

Kerongkongan adalah tabung (tube) berotot pada vertebrata yang dilalui

sewaktu makanan mengalir dari bagian mulut ke dalam lambung. Makanan beijalan

melalui kerongkongan dengan menggunakan proses peristaltik. Esofagus bertemu

dengan faring pada ruas ke-6 tulang belakang. Menurut histologi. Esofagus dibagi

menjadi tiga bagian:

1) Bagian superior (sebagian besar adalah otot rangka)

2) Bagian tengah (campuran otot rangka dan otot halus)

3) Serta bagian inferior (terutama terdiri dari otot halus).

d. Lambung
Merupakan organ otot berongga yang besar dan berbentuk seperti kandang

keledai. Terdiri dari 3 bagian yaitu: Kardia, Fundus, Antrum

Makanan masuk ke dalam lambung dari kerongkongan melalui otot berbentuk

cincin (sfinter), yang bisa membuka dan menutup. Dalam keadaan normal, sfinter

menghalangi masuknya kembali isi lambung ke dalam kerongkongan. Lambung

berfungsi sebagai gudang makanan, yang berkontraksi secara ritmik untuk mencampur

makanan dengan enzim-enzim. Sel-sel yang melapisi lambung menghasilkan 3 zat

penting Lendir, Asam klorida (HC1), Prekursor pepsin (enzim yang memecahkan

protein).

e. Usus halus (usus kecil)

Usus halus atau usus kecil adalah bagian dari saluran pencernaan yang terletak

di antara lambung dan usus besar. Dinding usus kaya akan pembuluh darah yang

mengangkut zat-zat yang diserap ke hati melalui vena porta.

1) Usus dua belas jari (Duodenum)

Usus dua belas jari atau duodenum adalah bagian dari usus halus yang terletak

setelah lambung dan menghubungkannya ke usus kosong (jejunum). Bagian usus

dua belas jari merupakan bagian terpendek dari usus halus, dimulai dari bulbo

duodenale dan berakhir di ligamentum Treitz.

2) Usus Kosong (jejenum)

Usus kosong atau jejunum (terkadang sering ditulis yeyunum) adalah bagian kedua

dari usus halus, di antara usus dua belas jari (duodenum) dan usus penyerapan

(ileum). Pada manusia dewasa, panjang seluruh usus halus antara

2-8 meter, 1-2 meter adalah bagian usus kosong. Usus kosong dan usus penyerapan

digantungkan dalam tubuh dengan mesenterium.

3) Usus Penyerapan (illeum)

Usus penyerapan atau ileum adalah bagian terakhir dari usus halus. Pada sistem
pencernaan manusia, ) ini memiliki panjang sekitar 2-4 m dan terletak setelah

duodenum dan jejunum, dan dilanjutkan oleh usus buntu. Ileum memiliki pH antara

7 dan 8 (netral atau sedikit basa) dan berfungsi menyerap vitamin B12 dan garam-

garam empedu.

f. Usus Besar (Kolon)

Usus besar atau kolon dalam anatomi adalah bagian usus antara usus buntu dan

rektum. Fungsi utama organ ini adalah menyerap air dari feses. Usus besar terdiri dari :

1) Kolon asendens (kanan)

2) Kolon transversum

3) Kolon desendens (kiri)

4) Kolon sigmoid (berhubungan dengan rektum)

g. Usus Buntu (Sekum)

Usus buntu atau sekum (Bahasa Latin: caecus, “buta”) dalam istilah anatomi

adalah suatu kantung yang terhubung pada usus penyerapan serta bagian kolon

menanjak dari usus besar. Organ ini ditemukan pada mamalia, burung, dan beberapa

jenis reptil. Sebagian besar herbivora memiliki sekum yang besar, sedangkan karnivora

eksklusif memiliki sekum yang kecil, yang sebagian atau seluruhnya digantikan oleh

umbai cacing.

h. Umbai Cacing (Appendix)

Umbai cacing atau apendiks adalah organ tambahan pada usus buntu.

Infeksi pada organ ini disebut apendisitis atau radang umbai cacing. Apendisitis yang

parah dapat menyebabkan apendiks pecah dan membentuk nanah di dalam rongga

abdomen atau peritonitis (infeksi rongga abdomen).

i. Rektum dan Anus

Rektum (Bahasa Latin: regere, “meluruskan, mengatur”) adalah sebuah ruangan

yang berawal dari ujung usus besar (setelah kolon sigmoid) dan berakhir di anus. Organ
ini berfungsi sebagai tempat penyimpanan sementara feses.

Biasanya rektum ini kosong karena tinja disimpan di tempat yang lebih tinggi, yaitu

pada kolon desendens. Jika kolon desendens penuh dan tinja masuk ke dalam rektum,

maka timbul keinginan untuk buang air besar (BAB).

Mengembangnya dinding rektum karena penumpukan material di dalam rektum akan

memicu sistem saraf yang menimbulkan keinginan untuk melakukan defekasi. Jika

defekasi tidak teijadi, sering kali material akan dikembalikan ke usus besar, di mana

penyerapan air akan kembali dilakukan. Jika defekasi tidak teijadi untuk periode yang

lama, konstipasi dan pengerasan feses akan teijadi.

j. Pankreas

Pankreas adalah organ pada sistem pencernaan yang memiliki dua fungsi utama

yaitu menghasilkan enzim pencernaan serta beberapa hormon penting seperti insulin.

Pankreas terletak pada bagian posterior perut dan berhubungan erat dengan duodenum

(usus dua belas jari).

k. Hati

Hati merupakan sebuah organ yang terbesar di dalam badan manusia dan

memiliki berbagai fungsi, beberapa diantaranya berhubungan dengan pencernaan.

Organ ini memainkan peran penting dalam metabolisme dan memiliki beberapa fungsi

dalam tubuh termasuk penyimpanan glikogen, sintesis protein plasma, dan penetralan

obat. Dia juga memproduksi bile, yang penting dalam pencernaan. Istilah medis yang

bersangkutan dengan hati biasanya dimulai dalam hepat- atau hepatik dari kata Yunani

untuk hati, hepar.

1. Kandung Empedu

Kandung empedu (Bahasa Inggris: gallbladder) adalah organ berbentuk buah

pir yang dapat menyimpan sekitar 50 ml empedu yang dibutuhkan tubuh untuk proses

pencernaan. Pada manusia, panjang kandung empedu adalah sekitar 7-10 cm dan
berwarna hijau gelap - bukan karena warna jaringannya, melainkan karena wama cairan

empedu yang dikandungnya. Organ ini terhubungkan dengan hati dan usus dua belas jari

melalui saluran empedu.

3. Etiologi

Adapun yang menjadi penyebab dari kolik abdomen yaitu :

a. Secara mekanis :

1) Adhesi (pertumbuhan bersatu bagian-bagian tubuh yang berdekatan karena radang)

2) Karsinoma

3) Volvulus (penyumbatan isi usus karena terbelitnya sebagian usus di dalam

usus)

4) Obstipasi (konstipasi yang tidak terobati)

5) Polip (perubahan pada mukosa hidung)

6) Striktur (penyumbatan yang abnormal pada duktus atau saluran)

b. Fungsional (non mekanik)

1) Ileus paralitik (Keadaan abdomen akut berupa kembung distensi usus tidak dapat

bergerak)

2) Lesi medula spinalis (Suatu kerusakan fungsi neurologis yang disebabkan oleh

kecelakaan lalu lintas)

3) Ententis regional

4) Ketidak seimbangan elektrolit

5) Uremia (Kondisi yang terkait dengan penumpukan urea dalam darah karena ginjal

tidak bekeija secara efektif) (Reeves, 2011).

4. Klasifikasi

Kolik abdomen visceral adalah berasal dari organ dalam, visceral dimana intervasi

berasal dari saraf memiliki respon terutama terhadap distensi dan kontraksi

otot, bukan karena iritasi lokal, robekan atau luka karakteristik nyeri visceral diantaranya
sulit terlokalisir, tumpul, samar, dan cenderung beralih ke area dengan struktur embrional

yang sama.

Pada garis besarnya sakit perut dapat dibagi menurut datangnya serangan dan

lamanya serangan, yaitu akut atau kronik (berulang), yang kemudian dibagi lagi atas kasus

bedah dan non bedah (pediatrik). Selanjutnya dapat dibagi lagi berdasarkan umur penderita,

yang di bawah 2 tahun dan di atas 2 tahun, yang masing-masing dapat dikelompokkan

menjadi penyebab gastrointestinal dan luar gastrointestinal.

Konsep yang klasik membagi sakit perut berulang ke dalam 2 golongan: organik

(fungsional) dan psikogenik (psikosomatik). Biasanya harus dicari dulu penyebab organik,

bila tidak ditemukan bisa dipikirkan kemungkinan penyebab psikogenik . Cara pendekatan

seperti ini tentu akan banyak memakan waktu dan biayaPada umumnya batu empedu dapat

dibagi menjadi 3 tipe, yaitu :

a. Tipe kolesterol.

b. Tipe pigmen empedu.

c. Tipe campuran.

Batu kolesterol teijadi akibat gangguan hati yang mengekskresikan kolesterol

berlebihan hingga kadarnya di atas nilai kritis ke larutan kolesterol dalam empedu. Tipe

pigmen biasanya akibat proses hemolitik atau investasi E. Coli ke dalam empedu

yang dapat mengubah bilirubin diglukuronida menjadi bilirubin bebas yang mungkin dapat

menjadi Kristal kalsium bilirubin. (amin huda:2015)

5. Patofisiologi

C oli c abdome adalah gangguan pada aliran normal usus seoanjang traktus

intestinal. Rasa nyeri pada perut yang sifatnya hilang timbul dan bersumber dari organ yang

terdapat dalam abdomen. Hal yang mendasari adalah infeksi dalam organ perut (diare,

radang kandung empedu, radang kandung kemih). Sumbatan dari organ perut (batu empedu,

batu ginjal). Akut abdomen yaitu suatu kegawatan abdomen yang dapat teijadi karena
masalah nyeri abdomen yang teijadi tiba-tiba dan berlangsung kurang daari 24 jam. Colic

abdomen terkait pada nyeri perut serta gejala seperti muntah, konstipasi, diare, dan gejala

gastrointestinal yang spesifik. Pada kolik abdomen nyeri dapat berasal dari organ dalam

abdomen, termasuk nyeri viserak Dari otot lapisan dinding perut. Lokasi nyeri perut

abdomen biasanya mengarah pada lokasi organ yang menjadi penyebab nyeri tersebut.

Walupun sebagian nyeri yang dirasakan merupakan peijalanan dari tempat lain. Oleh karena

itu, nyeri yang dirasakan bisa merupakan lokasi dari nyeri tersebut atau sekunder dari

tempat lain.(Gilroy: 2013)

6. Manifestasi Klinis

a. Mekanika sederhana - usus halus atas

Kolik (kram) pada abdomen pertengahan sampai ke atas, distensi, muntah empedu

awal, peningkatan bising usus (bunyi gemerincing bernada tinggi terdengar pada

interval singkat), nyeri tekan difus minimal.

b. Mekanika sederhana - usus halus bawah

Kolik (kram) signifikan midabdomen, distensi b erat, muntah - sedikit atau tidak ada

kemudian mempunyai ampas, bising usus dan bunyi “hush” meningkat, nyeri tekan

difus minimal.

c. Mekanika sederhana - kolon

Kram (abdomen tengah sampai bawah), distensi yang muncul terakhir, kemudian

teijadmuntah (fekulen), peningkatan bising usus, nyeri tekan difus minimal.

d. Obstruksi mekanik parsial

Dapat teijadi bersama granulomatosa usus pada penyakit Crohn. Gejalanya kram nyeri

abdomen, distensi ringan dan diare.

e. Strangulasi

f. Gejala berkembang dengan cepat; nyeri parah, terus menerus dan terlokalisir; distensi

sedang; muntah persisten; biasanya bising usus menurun dn nyeri tekan terlokalisir
hebat. Feses atau vomitus menjadi berwarna gelap atau berdarah atau mengandung

darah samar.

7. Komplikasi

a. Kolik ureter (tersumbatnya aliran-aliran dari ginjal ke usus )

b. Kolik biliaris

c. Kolik intestinal (obstruksi usus, lewatnya isi usus yang terhalang)

d. Gangren

Gangren adalah borok yang disebabkan karena kematian sel/jaringan. Gangren kandung

empedu, saluran empedu dan pankreas diawali oleh infeksi pada organorgan tersebut.

e. Sepsis

Sepsis adalah menyebarnya agen infeksi (misalnya bakteri) ke seluruh tubuh melalui

peredaran darah. Sepsis berat dapat menimbulkan syok, dimana tekanan darah turun.

f. Fistula

Fistula adalah saluran abnormal yang terbentuk antara dua organ. Batu empedu

mengerosi dinding kandung empedu atau salurang empedu, menimbulkan saluran baru

ke lambung, usus dan rongga perut.

g. Peritonitis

Peritonitis adalah radang rongga perut, disebabkan karena rongga perut yang steril

terkontaminasi oleh cairan empedu melalui suatu fistula ke rongga perut.

h. Ileus

Hues dapat teijadi karena batu menyumbat isi usus. Dapat teijadi bila batu berukuran

cukup besar.(Amin huda: 2015)

8. Pemeriksaan Penunjang

a. Sinar x abdomen menunjukkan gas atau cairan di dalam usus


b. Barium enema menunjukkan kolon yang terdistensi, berisi udara atau lipatan sigmoid

yang tertutup.

c. Penurunan kadar serum natrium, kalium dan klorida akibat muntah; peningkatan hitung

SDP dengan nekrosis, strangulasi atau peritonitis dan peningkatan kadar serum amilase

karena iritasi pankreas oleh lipatan usus.

d. Arteri gas darah dapat mengindikasikan asidosis atau alkalosis metabolik. (Amin huda:

2015)

9. Penatalaksanaan

a. Koreksi ketidakseimbangan cairan dan elektrolit

b. Terapi Na+, K+, komponen darah

c. Ringer laktat untuk mengoreksi kekurangan cairan interstisial

d. Dekstrosa dan air untuk memperbaiki kekurangan cairan intraseluler

e. Dekompresi selang nasoenteral yang panjang dari proksimal usus ke area penyumbatan

selang dapat dimasukkan dengan lebih efektif dengan pasien berbaring miring ke kanan.

f. Implementasikan pengobatan unutk syok dan peritonitis.

g. Hiperalimentasi untuk mengoreksi defisiensi protein karena obstruksi kronik, ileus

paralitik atau infeksi.

h. Reseksi usus dengan anastomosis dari ujung ke ujung.

i. Ostomi barrel-ganda jika anastomosis dari ujung ke ujung terlalu beresiko.

j. Kolostomi lingkaran untuk mengalihkan aliran feses dan mendekompresi usus dengan

reseksi usus yang dilakukan sebagai prosedur kedua.

(Amin huda: 2015)

B. KONSEP KEPERAWATAN

1. Pengkajian

Menurut Amin Huda (2015) dalam buku Aplikasi Nanda dan NIC-NOC tinjauan
ulang catatan prenatal adanya indikasi untuk kelahiran normal adalah sebagai berikut:

a. Identitas

Meliputi identitas klien, yang terdiri dari nama, umur, alamat, status perkawinan,

Terdapat juga identitas penanggung j awab misal suami.

b. Status kesehatan saat ini

Meliputi keluhan saat MRS dan keluhan utama saat ini

c. Kebutuhan Dasar Khusus

1) Pola nutrisi

Nafsu makan meningkat, kehilangan rata-rata berat badan 5,5 kg

2) Pola eliminasi/sistem urogenital

a) Konstipasi, tidak mampu berkemih, retensi urine.

b) Edema pada kandung kemih , uretra dan meatus urinarius teijadi karena trauma.

c) Pada fungsi ginjal : proteinuria,diuresis mulai 12 jam

3) Pola personal Hygiene

Bagaimana frekuensi personal hygien klien, seperti mandi, pral hygiene, maupun cuci

rambut.

4) Pola istirahat dan tidur

Kurang tidur, mengantuk

5) Pola Aktivitas dan latihan

Terganggu karena nyeri

6) Pola kebiasaan yang mempengaruhi kesehatan

Apakah klien merokok, minum-minuman keras, ataupun ketergantungan obat.

7) Seksualitas / reproduksi

Ketakutan melakukan hubungan seksual karena nyeri

8) Peran

Perubahan peran sebagai ibu


9) Persepsi diri/konsep diri

Penilaian citra tubuh terganggu

d. Pemeriksaan Fisik

1) Keadaan umum

a) GCS

b) Tingkat Kesadaran

c) Tanda-tanda Vital

Jam I : tiap 15 menit, Jam II : tiap 30 menit, Jam III : tiap 4 jam, Setelah 24 jam :

8 jam

d) Berat badan

e) Tinggi badan

2) Head to toe

a) Kepala

Memeriksakan apakah teijadi edema pada wajah

b) Wajah

Memeriksakan apakah kongjungtiva pucat, apakah skelera ikterus.

c) Leher

1. Memeriksa dan meraba leher untuk mengetahui apakah ada kelenjar tiroid

membear, pembuluh limfe, pelebaran venajungularis.

d) Thoraks

1. Payudara

a. Terdapat perubahan payudara , payudara membesar. Putting mulai erektil,

2. Jantung

a. Volume darah

Menurun karena kehilangan darah dan kembali normal 3-4 minggu.

e) Abdomen
1. Memeriksakan bising usus pada empat kuadran

2. Memeriksakan fundus uteri,konsistensi, kekuatan kontraksi, posisi, tinggi fundus.

2. Diagnosa Keperawatan

Diagnosa keperawatan menurut The North American Nursing Diagnosis

Association (NANDA) adalah suatu penilaian klinis tentang respon individu, keluarga, atau

komunitas terhadap masalah kesehatan atau proses kehidupan yang aktual dan potensial.

Diagnosa keperawatan memberikan dasar untuk pemilihan intervensi keperawatan untuk

mencapai tujuan dimana perawat bertanggung gugat.

Menurut Amin Huda, 2015 diagnosa keperawatan yang lazim muncul pada kasus

Kolik Abdomen adalah:

a. Nyeri akut berhubungan dengan agen cidera biologis (peningkatan kontraksi organ)

b. Resiko defisit volume cairan b/d intake yang kurang dan diaphoresis

c. Resiko cidera berhubungan dengan orientasi efektif , penurunan hemoglobin,

trombositopeni, hipoksia jaringan

d. Resiko infeksi berhubungan dengan proses inflamasi

e. Gangguan rasa nyaman berhubungan dengan nyeri karena tarikan, kontraksi berlebihan.

LAPORAN RESUMEASUHAN KEPERTAWATAN GAWAT DARURAT DI


RUANGAN IGD RSUD KOTA TANGERANG

Disusun Untuk Memenuhi Tugas


Praktik Profesi Ners
Stase Keperawatan Gawat Darurat
Oleh:
JUWITA N. LAHER
211030230223

PROGRAM PROFESI NERS KEPERAWATAN

STIKES WIDYA DHARMA HUSADA TANGERANG


SELATAN 2021/2022

Anda mungkin juga menyukai