Hub Lereng Dan Drainase
Hub Lereng Dan Drainase
ISSN : 2549-9181
| Vol.1 | No.2| 2017
Email: ulfiantiulfa52@gmail.com
Abstrak͟: Terdapat 11 banjir yang tercatat yang telah terjadi di Kabupaten Kolaka Utara sejak 2013
hingga 2016. Penelitian ini bertujuan untuk mengidentifikasi penyebab banjir, tren perubahan banjir,
mengetahui distribusi lahan rawan banjir. Penelitian ini menerapkan analisis atribut dengan penilaian
dan pembobotan serta analisis spasial dengan overlay analysis. Penilaian dan pembobotan dilakukan
dengan skor dan parameter yang berpengaruh. Analisis spasial dilakukan dengan overlay terhadap peta
tematik satu dengan yang lain. Hasil analisis menunjukkan beberapa penyebab banjir di Kabupaten
Kolaka Utara, terdiri dari Penggunaan Lahan, Curah Hujan, Lereng, Tekstur Tanah, Surfer Drainase
dan Buffer Sungai. Pola distribusi banjir digolongkan ke dalam 5 kelas yaitu sangat tinggi, tinggi,
sedang, rendah dan tidak ada risiko , yang tersebar di daerah pegunungan dengan kemiringan 0% -
15%, tekstur tanah sangat halus dan halus, penggunaan lahan tambak, permukiman dan kebun campur,
dan pemukiman berkembang di sepanjang tepi sungai. Tren perubahan di daerah rawan banjir dari
tahun 2013 hingga 2016 meningkat di Kodeoha 11.420,9 Ha, Kecamatan Lambai 1.239,3 Ha,
Kecamatan Pakue 26.200,6 Ha, Kecamatan Tengah Pakue 70.821,3 Ha, Kabupaten Pakue Utara
85.993,3 Ha dan Kecamatan Porehu 42.117,2 Ha dan Kecamatan Ranteangin 18.230,6 Ha. Perubahan
di daerah rawan banjir juga menurun di wilayah Kabupaten Lasusua 6.251,7 Ha, Kecamatan Batu
Putih 10.129,1 Ha, Kecamatan Ngapa 5.530,5 Ha dan Kecamatan Wawo 9.093,6 Ha.
17
Jurnal Geografi Aplikasi Dan Teknologi
ISSN : 2549-9181
| Vol.1 | No.2| 2017
18
Jurnal Geografi Aplikasi Dan Teknologi
ISSN : 2549-9181
| Vol.1 | No.2| 2017
daerah yang derajat kemiringan lerengnya oleh pepohonan dan lambatnya air
tinggi maka akan semakin kecil (Tabel 1). limpasan mengalir disebabkan tertahan
oleh akar dan batang pohon, sehingga
Tabel 1. Skor Parameter Kemiringan kemungkinan banjir lebih kecil daripada
Lereng daerah yang tidak ditanami oleh vegetasi.
Kelas Kelerengan Skor Sehingga aktivitas manusia untuk
0-8 % 9
pembukaan lahan dalam memenuhi
8-15 % 7 kebutuhan manusia, semakin besar yang
15-25% 5 pada akhirnya menyebabkan penebangan
25-40% 3 pohon terjadi dimana-mana dan tidak
>40% 1 terkendalikan (Tabel 3).
Sumber : Utomo (2004) dalam
Suhardiman (2012), Modifikasi Tabel 3. Skor Parameter
Pengunaan Lahan
b. Kelas Tekstur Tanah Kelas Skor
Tanah dengan tekstur sangat halus Tubuh Air (Danau dan
memiliki peluang banjir yang tinggi, Sungai), Tambak 9
sedangkan tekstur yang kasar memiliki Sawah, Lahan Terbuka 8
peluang banjir yang rendah. Hal ini Hutan Mangrove 7
disebabkan oleh dengan semakin halus
Permukiman, Perkebunan 6
tekstur tanah menyebabkan air aliran
Padang Rumput 5
permukaan yang berasal dari hujan
maupun luapan sungai sulit untuk Kebun campuran 3
meloloskan air sehingga sulit meresap ke Hutan 1
dalam tanah yang menyebabkan terjadinya Sumber : Primayuda (2006) dalam
penggenangan. Berdasarkan hal tersebut, Suhardiman (2012), Modifikasi
maka pemberian skor untuk daerah yang
memiliki tekstur tanah yang semakin kasar d. Kelas Curah Hujan
semakin rendah peluang terjadinya banjir Daerah yang mempunyai curah hujan
(Tabel 2). yang tinggi akan lebih mempengaruhi
besarnya kejadian banjir. Berdasarkan hal
Tabel 2. Skor Parameter Tekstur Tanah tersebut, maka pemberian skor untuk
Kelas Skor daerah curah hujan tersebut semakin
Sangat Halus 9 tinggi. Pemberian skor kelas curah hujan
Halus 7 dibedakan berdasarkan jenis data curah
Sedang 5 hujan tahunan, dimana data curah hujan
Kasar 3 dibagi menjadi lima kelas (Tabel 4).
Sangat kasar 1
Sumber : Primayuda (2006) dalam Tabel 4. Skor Parameter Curah Hujan
Suhardiman (2012) Jumlah Curah
Kelas Hujan Skor
c. Kelas Penggunaan Lahan (mm/tahun)
Penggunaan lahan akan mempengaruhi Sangat basah > 3.000 9
kejadian banjir suatu daerah. Penggunaan Basah 2.501–3.000 7
lahan akan berperan pada besarnya air Sedang/lembab 2.001–2.500 5
limpasan hasil dari hujan yang telah
Kering 1.501–2.000 3
melebihi laju infiltrasi. Daerah yang
Sangat kering < 1.500 1
banyak ditumbuhi oleh pepohonan akan
Sumber : Primayuda (2006) dalam
sulit mengalirkan air limpasan. Hal ini
Suhardiman (2012)
disebabkan besarnya kapasitas serapan air
19
Jurnal Geografi Aplikasi Dan Teknologi
ISSN : 2549-9181
| Vol.1 | No.2| 2017
21
Jurnal Geografi Aplikasi Dan Teknologi
ISSN : 2549-9181
| Vol.1 | No.2| 2017
proses biologis dan hidrologis (ketahanan Tabel 11. Penggunaan Lahan Tahun 2013 dan
terhadap erosi). Tahun 2016 di Kabupaten Kolaka
Hasil analisis overlay menunjukkan Utara
tekstur tanah yang halus, agak halus dan Pengguna Tahun 2013 Tahun 2016
sedang berpotensial terjadinya banjir, an Lahan Luas (ha) (%) Luas (ha) (%)
karena daerah dengan tekstur tanah Permukiman 2720,1 0,8 3.586,4 1,1
tersebut memiliki porositas tanah yang Perkebunan 139.998,1 41,3 144.344,4 42,6
cukup rapat sehingga air tidak lansung
Sawah 525,4 0,2 522,1 0,2
masuk kedalam tanah sehingga mudah
tergenang. Tanah yang bertekstur agak Hutan 183.918 54,2 172.778,6 50,9
kasar dan kasar memiliki tingkat porositas Tambak 2585,2 0,8 2.722,9 0,8
yang besar sehingga lebih cepat Kebun
6519,8 1,9 6.476,8 1,9
meloloskan air. Campuran
Lahan
1924,2 0,6 7.803,9 2,3
Terbuka
Tabel 10. Tekstur Tanah di wilayah Mangrove/
Kabupaten Kolaka Utara 971,1 0,3 927,0 0,3
Bakau
Persentase Jumlah 339.162 100 339.162 100
Tekstur Tanah Luas (Ha)
(%) Sumber: Citra Landsat 8 Tahun 2013 dan
Halus 85.006,0 25,1 Tahun 2016
Agak Halus 102.028,7 30,1
Sedang 7.643,3 2,3
Agak Kasar 37.114,1 10,9
Kasar 107.369,9 31,7
Jumlah 33.9162,0 100,0
Sumber : Peta Jenis Tanah BPBD Tahun 2012
dan Dinas Kehutanan Tahun 2010
Kabupaten Kolaka Utara.
22
Jurnal Geografi Aplikasi Dan Teknologi
ISSN : 2549-9181
| Vol.1 | No.2| 2017
29
Jurnal Geografi Aplikasi Dan Teknologi
ISSN : 2549-9181
| Vol.1 | No.2| 2017
30