Oleh : Kelompok IV
2021/2022
Kata Pengantar
Puji syukur kami panjatkan atas kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas
limpahan rahmat serta hidayah-Nya sehingga tugas makalah yang berjudul
“Monitoring Pemberian Total Parenteral Nutrition” ini dapat terselesaikan pada
waktu yang telah ditentukan.
Kelompok IV
i
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR...........................................................................................i
DAFTAR ISI.........................................................................................................ii
BAB I PENDAHULUAN
1.1.Latar Belakang......................................................................................1
1.2.Rumusan Masalah.................................................................................1
1.3.Tujuan Penulisan...................................................................................2
1.4.Manfaat Penulisan.................................................................................2
BAB II PEMBAHASAN
3.1.Kesimpulan..........................................................................................10
DAFTAR PUSTAKA...........................................................................................11
LAMPIRAN..........................................................................................................12
ii
BAB I
Pendahuluan
Tubuh menyediakan sekitar 1000 kkal sebagai glukosa atau glikogen pada
otot, hati, dan darah yang berperan untuk memasok energi selama 18-24 jam.
Pengganti glukosa harian sangat penting untuk otak dan kelangsungan hidup sel
darah merah (Escott-Stump, 2012). Nutrisi adalah proses dimana tubuh manusia
menggunakan makanan untuk membentuk energi, mempertahankan kesehatan,
pertumbuhan dan untuk berlangsungnya fungsi normal setiap organ dan jaringan
tubuh (Rock CL, 2004). Status nutrisi normal menggambarkan keseimbangan
yang baik antara asupan nutrisi dengan kebutuhan nutrisi (Denke, 1998; Klein S,
2004). Kekurangan nutrisi memberikan efek yang tidak diinginkan terhadap
struktur dan fungsi hampir semua organ dan sistem tubuh (Suastika,1992).
1
1.3. Tujuan Penulisan
2
BAB II
Pembahasan
3
Pemberian nutrisi parenteral secara rutin tidak direkomendasikan pada
kondisi-kondisi klinis sebagai berikut (Iswono, 2008 ; Leksana, 2007 ; Setijanto,
2010) :
• Pasien-pasien kanker yang sedang menjalankan terapi radiasi dan
kemoterapi.
• Pasien-pasien preoperatif yang bukan malnutrisi berat.
• Pankreatitis akut ringan.
• Kolitis akut.
• AIDS.
• Penyakit paru yang mengalami eksaserbasi.
• Luka bakar.
• Penyakit-penyakit berat stadium akhir (end-stage illness)
Adapun tujuan pemberian nutrisi parenteral adalah sebagai berikut :
1. Menyediakan nutrisi bagi tubuh melalui intravena, karena tidak
memungkinkannya saluran cerna untuk melakukan proses pencernaan
makanan.
2. Total Parenteral Nutrition (TPN) digunakan pada pasien dengan luka
bakar yang berat, pancreatitis, inflammatory bowel syndrome,
inflammatory bowel disease, ulcerative colitis, acute renal failure, hepatic
failure, cardiac disease, pembedahan dan kanker.
3. Mencegah lemak subcutan dan otot digunakan oleh tubuh untuk
melakukan katabolisme energy.
4. Mempertahankan kebutuhan nutrisi yang diperlukan oleh tubuh.
Pemberian nutrisi hanya efektif untuk pengobatan gangguan nutrisi bukan
untuk penyebab penyakitnya. Status nutrisi basal dan berat ringannya penyakit
memegang peranan penting dalam menentukan kapan dimulainya pemberian
nutrisi parenteral. Sebagai contoh pada orang-orang dengan malnutrisi yang nyata
lebih membutuhkan penanganan dini dibandingkan dengan orang-orang yang
menderita kelaparan tanpa komplikasi.
4
1. Sebagai pengganti untuk oral nasogastrik, jika oral nasogastrik ini tidak efektif,
tidak memungkinkan dan berbahaya. Nutrisi parenteral total digunakan dalam
kondisi sebagai berikut : pasien dengan muntah yang kronis, kanker, radioterapi,
dan anorexia nervosa.
2. Sebagai supplemen untuk pasien yang kehilangan banyak nitrogen (pasien
dengan luka bakar, kanker metastatik, radiasi dan kemoterapi).
3. Mengistirahatkan gastrointestinal
a. Gangguan absorpsi makanan seperti pada fistula enterokunateus, atresia
intestinal, kolitis infektiosa, obstruksi usus halus.
b. Kondisi dimana usus harus diistirahatkan seperti pada pankreatitis berat,
status preoperatif dengan malnutrisi berat, angina intestinal, stenosis arteri
mesenterika, diare berulang.
c. Gangguan motilitas usus seperti pada ileus yang berkepanjangan,
pseudo-obstruksi dan skleroderma.
Sedangkan kontraindikasi nutrisi parenteral sebagai berikut :
1. Tidak boleh diberikan pada pasien yang masih memiliki krisis hemodinamik,
seperti syok atau dehidrasi yang belum dikoreksi.
2. Pasien pasien gagal nafas tanapa bantuan alat bantu nafas (respirator). Glukosa
akan meningkatkan produksi CO yang memperparah gagal nafas.
3. Pasien Terminal
5
Komplikasi mekanis lainnya termasuk kesalahan penempatan
kateter, yang mengakibatkan perforasi paru-paru atau pembuluh darah
seperti hemothoraks, pneumothoraks, hidrothoraks, hemomediastinum,
aritmia karena masuknya kateter ke dalam atrium atau ventrikel kanan,
trauma atau perdarahan. Penempatan alat ultrasonik di samping tempat
tidur saat pemasangan kateter sangat membantu dan konfirmasi lokasi
ujung kateter dengan pemeriksaan radiologi sangat penting untuk
mengetahui kateter yang salah penempatan. Emboli udara, atau bolus
udara ke dalam aliran darah, jarang terjadi tetapi berpotensi fatal.
b) Komplikasi Infeksius
Infeksi nutrisi parenteral dan sepsis terkait dengan kontaminasi
kateter selama pemasangan, pemakaian kateter dalam jangka panjang dan
larutan parenteral yang terkontaminasi. Kulit di sekitar lokasi pemasangan
kateter sentral biasanya merupakan area kontaminasi utama pada infeksi
aliran darah. Pemeriksaan secara rutin terhadap tempat pemasangan dan
pemantauan suhu tubuh dapat membantu mengidentifikasi adanya infeksi.
Infeksi pada pemasangan kateter sentral jangka pendek dan jangka panjang
disebabkan oleh Staphylococcus epidermidis yang ditemukan pada kulit.
Langkah-langkah untuk mencegah infeksi perlu dilakukan seperti mencuci
tangan sebelum dan setelah kontak dengan pasien, menutup area insersi
kateter dengan kassa atau plester, memilih lokasi pemasangan kateter yang
tepat, memantau daérah penusukan secara rutin dan monitor kantong
larutan parenteral secara makroskopik sebelum diberikan kepada pasien.
Infeksi dapat diobati dengan antibiotik, namun jika pengobatan tidak
berhasil dan sepsis berlanjut maka kateter perlu dicabut (G. Dudek, 2014;
O'Day 2016).
c) Komplikasi Metabolik
Hiperglikemia (kadar glukosa darah yang melebihi sekitar 180
mg/dL selama infus parenteral) paling sering terjadi pada pasien yang
intoleran glukosa, menerima energi atau dekstrosa berlebihan, menjalani
stres metabolik yang parah, atau menerima obat kortikosteroid. Hal ini
dapat dicegah dengan memberikan insulin bersama dengan larutan
6
parenteral, menghindari pemberian makan berlebih atau laju infus yang
terlalu cepat, dan membatasi jumlah dekstrosa dalam larutan. Infus
dekstrosa umumnya dibatasi kurang dari 5 miligram per kilogran berat
badan per menit pada pasien dewasa yang sakit kritis sehingga asupan
karbohidrat tidak melebihi laju oksidasi glukosa maksimum (Debruyne,
Pinna & Whitney, 2016).
Meskipun jarang, hipoglikemia kadang-kadang terjadi ketika
nutrisi parenteral dihentikan atau jika diberikan insulin yang berlebihan.
Pada pasien yang berisiko, seperti bayi, infus dapat dikurangi selama
beberapa jam sebelum penghentian. Pilihan lainnya dengan memasukkan
larutan dekstrosa pada saat nutrisi parenteral dihentikan (Debruyne, Pinna
& Whitney, 2016).
7
dan informasi yang tercetak pada label wadah. Wadah harus diberi label
tanggal dan jam infus dipasang. Wadah tidak boleh diberi label dengan
menulis dengan pena atau spidol, karena tinta bisa menembus plastik dan
bocor ke larutan intravena. Selanjutnya perhatikan sisa larutan dalam
wadah. Perawat menentukan berapa banyak cairan seharusnya tinggal
dalam wadah berdasarkan laju pemberian yang diinstruksikan dan waktu
yang ditunjukkan. Kita harus menyadari bahwa infus set dari berbagai
pabrik memiliki jumlah tetesan berbeda setiap ml ( bisa 15 atau 20 tetes
per ml). Tampilan juga diperhatikan; harus jernih dan bebas dari
kekeruhan dan partikel. Larutan dalam botol kaca membutuhkan infus set
dengan ventilasi atau perlu jarum udara.
- Selang Infus
Selang yang tepat harus dipasang dengan wadah dan pompa infus. Bila
digunakan infus set biasa, ketinggian wadah sebaiknya antara 30 sampai
36 inci (76-100 cm) di atas pasien. Bila wadah ditinggikan, laju aliran
akan bertambah. Laju aliran juga bisa berubah dengan perubahan posisi
pasien. Jika tempat suntikan terletak di dekat daerah fleksi, setiap pasien
menekuk lengan atau pergelangan tangan, laju aliran berubah sehingga
menyebabkan hantaran cairan dan obat tidak tepat.
- Dressing Infus
Dressing dipantau untuk memastikan tetap kering, tertutup dan utuh.
Dressing yang utuh berarti pinggir-pinggirnya rapat ke kulit. Jika dressing
lembab atau integritasnya tidak baik maka harus segera diganti. Dewasa
ini ada dressing transparan dan memiliki keuntungan cepat mendeteksi
tanda dini flebitis dan infiltrasi.
- Tempat Inersi
Blanching adalah keputihan mengkilat pada tempat insersi. Ini
merupakan petunjuk adanya infiltrasi, atau kebocoran cairan ke jaringan.
Jika ada kebocoran pada tempat insersi, pemasangan infus harus diulang.
8
Komplikasi metabolik terkait dengan nutrisi parenteral bisa serius, tetapi
bisa diminimalkan dengan pemantauan adekuat. Komplikasi metabolik akut
mencakup defisiensi elektrolit, khususnya kalium, magnesium, fosfor dan
kalsium. Kelebihan glukosa bisa memperburuk hiperglikemia, yang diikuti
dengan prognosis buruk setelah operasi jantung, infark miokard dan stroke.
Hiperglikemia juga bisa mengganggu fungsi leukosit sehingga meningkatkan
angka infeksi nosokomial. Hipertriglieridemia bisa meningkatkan risiko steatosis
hepatis (perlemakan hati). Pemberian infus lipid selama kurun 4-8 jam bisa
mengakibatkan hipertensi pulmoner. Trigliserida serum harus diukur sebelum
memulai nutrisi parenteral dan sekali seminggu sesudahnya. Sebelum pemberian
nutrisi parenteral, pasien dengan gagal ginjal lebih rentan terhadap uremia dan
pada mereka dengan deplesi volume rentan terhadap asidosis metabolik.
9
BAB III
Penutup
3.1. Kesimpulan
10
DAFTAR PUSTAKA
Hartono, Andri. 2006. Terapi Gizi dan Diet Rumah Sakit. Jakarta: EGC
Panji, Putu Agus S. 2019. Nutrisi Parenteral Di Intensive Care Unit. Bali :
Departemen Ilmu Anastesi Dan Terapi Intensif Fakultas Kedokteran
Universitas Udayana
11
LAMPIRAN
NAMA : NIM :
0 1 2
Tujuan :
1. Memberikan nutrisi yang diperlukan untuk
metabolisme normal, memelihara, memperbaiki
jaringan, dan kebutuhan energi.
2. Untuk memintas saluran pencernaan pada pasien
yang tidak makan secara oral.
3. Mencegah lemak subcutan dan otot digunakan oleh
tubuh untuk melakukan katabolisme energy.
4. Untuuk menggantikan air dam memperbaiki
kekurangan elektrolit.
5. Untuk menyediakan suatu medium untuk
pemberian obat secara intenvena.
6. Mempertahankan kebutuhan nutrisi.
Persiapan Lingkungan dan Pasien :
1. Siapkan lingkungan yang nyaman
2. Pasang sampiran
3. Mengecek catatan medis pasien, status
kesehatannya dan instruksi dokter
4. Menanyakan kesiapan pasien.
Persiapan Alat dan Bahan :
- Bak Instrumen
- Infus set
- Aboket
- Handscoon
- Kasa steril
- Kapas
12
- Standar infus
- Perlak
- Tourniquet
- Plester
- Gunting plester
- Bengkok
- Jam tangan
- Alkohol swab
- Cairan sesuai advis (nasihat dokter)
Tahap Pra Interaksi :
1. Pastikan program medis untuk terapi pasien,
periksa label larutan dan identifikasi pasien
2. Cuci tangan
3. Siapkan alat.
Tahap Orientasi :
1. Beri salam dan memperkenalkan diri
2. Identifikasi nama pasien
3. Menjelaskan tujuan tindakan
4. Menjelaskan langkah/prosedur yang akan
dilakukan
Tahap Kerja :
1. Periksa kebutuhan nutrisi parenteral dengan
melakukan penilaian nutrisi
2. Periksa intruksi dokter mengenai metode
pemberian parenteral (TNA,TPN,PPN, atau lipid)
serta kecepatan pemberian
3. Keluarkan kantung nutrisi dari lemari es paling
tidak 1 jam sebelum prosedur (jika diinginkan)
4. Periksa cairan apakah berbusa atau ada perubahan
pada strukturnya atau tidak
5. Cuci tangan, pakai topi, masker, jubah, dan sarung
tangan steril
6. Desinfeksi tutup infus, lalu tusukkan infus set ke
dalam botol infus
7. Pengatur tetesan infus ditutup, lalu
menggantungkan botol infus pada standar infus
8. Ruang tetesan diisi setengah (jangan sampai
terendam)
9. Selang infus diisi cairan
10. Memasang torniket di atasproksimal vena yang
akan ditusuk.
11. Meletakkan perlak dibawah bagian yang akan di
13
tusuk
12. Menentukan vena yang akan ditusuk bila perlu
dipalpasi
13. Melakukan tindakan antiseptic dengan alkohol
swab pada daerah sekitar lokasi penusukan
14. Meregangkan kulit kearah distal. Menusukkan
jarum dengan sudut 30 derajat terhadap permukaan
kulit.
15. Menahan aboket dan tarik jarum sedikit. Bila
tampak darah keluar berarti kanula telah masuk ke
vena
16. Melepaskan torniket, menempelkan kasa ditempat
penusukan.
17. Memasang selang infus berisi cairan yang telah
dipersiapkan sebelumnya.
18. Fiksasi aboket dan selang infus dengan plester.
19. Mengatur tetesan dalam 1 menit sesuai instruksi.
20. Merapikan pasien
21. Mencuci tangan.
22. Pantau pemberian setiap jam, dengan memeriksa
kebutuhan
23. Catat prosedurnya
Tahap Terminasi :
1. Evaluasi perasaan klien (merasa aman dan nyaman)
dan keluhan pasien
2. Kontrak waktu untuk kegiatan selanjutnya
3. Berikan reinforcement sesuai dengan kemampuan
pasien
Tahap Dokumentasi :
Catat seluruh tindakan dalam tindakan keperawatan
Keterangan :
0 = Tidak dikerjakan
1 = Dikerjakan tidak lengkap/tidak sempurna
2 = Dikerjakan dengan benar/sempurna
14