Anda di halaman 1dari 17

Makalah Kebutuhan Dasar Manusia I

Monitoring Pemberian Total Parenteral Nutrition

Oleh : Kelompok IV

1. Baiq Amy Septiannisa

2. Lalu Ahmad Rikoh Hamdani

3. Luh Ketut Sovia Wulandari

4. Nadia Fitrah Ariani R.

5. Winda Oktavia Lestari

Kementerian Kesehatan Republik Indonesia

Politeknik Kesehatan Mataram

Program Sarjana Terapan Keperawatan Tingkat IA/Semester I

2021/2022
Kata Pengantar

Puji syukur kami panjatkan atas kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas
limpahan rahmat serta hidayah-Nya sehingga tugas makalah yang berjudul
“Monitoring Pemberian Total Parenteral Nutrition” ini dapat terselesaikan pada
waktu yang telah ditentukan.

Dalam penyusunan makalah ini masih banyak kekeliruan dan kekurangan


serta masih jauh dari kesempurnaan. Oleh karena itu, kami sangat mengharapkan
kritik dan saran dari pembaca yang besifat konstruktif dan membangun demi
kesempurnaan penyusunan ke depannya.

Tugas makalah ini tidak mungkin dapat terselesaikan tanpa bantuan,


arahan serta bimbingan dari berbagai pihak. Maka dari itu, izinkan kami
menyampaikan ucapan terima kasih kepada semua pihak yang telah membantu
menyelesaikan tugas ini. Akhir kata semoga makalah ini dapat berguna bagi
penulis, pembaca, serta pihak-pihak yang telah membantu.

Mataram, 29 Agustus 2021

Kelompok IV

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR...........................................................................................i

DAFTAR ISI.........................................................................................................ii

BAB I PENDAHULUAN

1.1.Latar Belakang......................................................................................1

1.2.Rumusan Masalah.................................................................................1

1.3.Tujuan Penulisan...................................................................................2

1.4.Manfaat Penulisan.................................................................................2

BAB II PEMBAHASAN

2.1. Nutrisi Parenteral..................................................................................3

2.2. Indikasi dan Kontraindikasi Dari Pemberian Nutrisi Parenteral..........4

2.3. Komplikasi Pemberian Nutrisi Parenteral............................................5

2.4. Monitoring Pasien Dengan Nutrisi Parenteral Total............................7

BAB III PENUTUP

3.1.Kesimpulan..........................................................................................10

DAFTAR PUSTAKA...........................................................................................11

LAMPIRAN..........................................................................................................12

ii
BAB I

Pendahuluan

1.1. Latar Belakang

Tubuh menyediakan sekitar 1000 kkal sebagai glukosa atau glikogen pada
otot, hati, dan darah yang berperan untuk memasok energi selama 18-24 jam.
Pengganti glukosa harian sangat penting untuk otak dan kelangsungan hidup sel
darah merah (Escott-Stump, 2012). Nutrisi adalah proses dimana tubuh manusia
menggunakan makanan untuk membentuk energi, mempertahankan kesehatan,
pertumbuhan dan untuk berlangsungnya fungsi normal setiap organ dan jaringan
tubuh (Rock CL, 2004). Status nutrisi normal menggambarkan keseimbangan
yang baik antara asupan nutrisi dengan kebutuhan nutrisi (Denke, 1998; Klein S,
2004). Kekurangan nutrisi memberikan efek yang tidak diinginkan terhadap
struktur dan fungsi hampir semua organ dan sistem tubuh (Suastika,1992).

Sebelum tahun 1968, pasien dengan saluran gastrointestinal (GI) yang


tidak berfungsi yang tidak dapat menyerap nutrisi meninggal karena kekurangan
gizi. Nutrisi parental pertama kali diperkenalkan pada subjek anjing, kemudian
dicoba secara eksperimental pada bayi dengan gangguan GI terminal. Karena
nutrisi parental mahal dan memerlukan pemantauan terus-menerus serta memiliki
potensi komplikasi infeksi, metabolik, dan mekanis maka nutrisi parental harus
digunakan hanya jika asupan enteral tidak mencukupi dan harus direncanakan dan
diberikan dengan hati-hati (G.Dudek, 2014). Oleh karena itu perawat perlu
memahami asuhan keperawatan pada pasien dengan nutrisi parental.

1.2. Rumusan masalah

Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan di atas maka dapat


disusun rumusan masalah makalah ini yaitu :

1. Apa itu nutrisi parenteral ?


2. Bagaimana indikasi dan kontraindikasi dari pemberian nutrisi parenteral ?
3. Apa komplikasi pemberian nutrisi parenteral ?
4. Bagaimana cara monitoring pasien dengan nutrisi parenteral total?

1
1.3. Tujuan Penulisan

Untuk melakukan pengkajian mengenai monitoring pemberian nutrisi


parenteral total.

1.4. Manfaat Penulisan

Memperkaya ilmu perawatan mengenai monitoring pemberian nutrisi


parenteral total.

2
BAB II

Pembahasan

2.1. Nutrisi Parenteral

Nutrisi parenteral adalah pemberian nutrien dalam bentuk formula


parenteral ke dalam pembuluh darah balik (vena) yang bisa berupa vena perifer
atau vena sentral (cara pemberian ini disebut nutrisi parenteral total). Pemberian
nutrisi parenteral total dilakukan untuk pertama kalinya oleh Rhoads dan Dudrick
dalam pertengahan tahun 1960-an. Peranan ahli gizi dalam nutrisi parenteral
terutama terletak pada penghitungan komposisi nutriennya bila formula nutrisi
parenteral tersebut merupakan campuran beberapa produk misalnya campuran
beberapa produk misalnya campuran larutan hidrat arang dengan asam amino dan
vitamin-mineral.
Nutrisi parenteral diperlukan bagi pasien-pasien yang menghadapi resiko
malnutrisi namun tidak mampu dan/atau tidak boleh mendapatkan kecukupan
nutrien jika diberikan lewat mulut atau saluran cerna. Nutrisi parenteral perlu
dibedakan dengan pemberian cairan infus yang hanya terdiri atas cairan, elektrolit,
dan, karbohidrat untuk mempertahankan hidrasi, keseimbangan elektrolit.
Nutrisi parenteral merupakan terapi penyelamat nyawa pada pasien yang
mempunyai traktus GI tidak berfungsi, seperti pada kasus obstruksi, muntah atau
diare berat, short bowel syndrome, atau ileus paralitik.
Nutrisi parenteral adalah suatu bentuk pemberian nutrisi yang diberikan
langsung melalui pembuluh darah tanpa melalui saluran pencernaan. Para peneliti
sebelumnya menggunakan istilah hiperalimentasi sebagai pengganti pemberian
makanan melalui intravena, dan akhirnya diganti dengan istilah yang lebih tepat
yaitu nutrisi parenteral total, namun demikian secara umum dipakai istilah nutrisi
parenteral untuk menggambarkan suatu pemberian makanan melalui pembuluh
darah. Nutrisi parenteral total (TPN) diberikan pada penderita dengan gangguan
proses menelan, gangguan pencernaan dan absorbsi (Bozzetti, 1989; Baron, 2005;
Shike 1996; Mahon, 2004; Trujillo, 2005). Berdasarkan cara pemberian nutrisi
parenteral dibagi atas nutrisi parenteral sentral dan nutrisi parenteral perifer
(ASPEN, 1995).

3
Pemberian nutrisi parenteral secara rutin tidak direkomendasikan pada
kondisi-kondisi klinis sebagai berikut (Iswono, 2008 ; Leksana, 2007 ; Setijanto,
2010) :
• Pasien-pasien kanker yang sedang menjalankan terapi radiasi dan
kemoterapi.
• Pasien-pasien preoperatif yang bukan malnutrisi berat.
• Pankreatitis akut ringan.
• Kolitis akut.
• AIDS.
• Penyakit paru yang mengalami eksaserbasi.
• Luka bakar.
• Penyakit-penyakit berat stadium akhir (end-stage illness)
Adapun tujuan pemberian nutrisi parenteral adalah sebagai berikut :
1. Menyediakan nutrisi bagi tubuh melalui intravena, karena tidak
memungkinkannya saluran cerna untuk melakukan proses pencernaan
makanan.
2. Total Parenteral Nutrition (TPN) digunakan pada pasien dengan luka
bakar yang berat, pancreatitis, inflammatory bowel syndrome,
inflammatory bowel disease, ulcerative colitis, acute renal failure, hepatic
failure, cardiac disease, pembedahan dan kanker.
3. Mencegah lemak subcutan dan otot digunakan oleh tubuh untuk
melakukan katabolisme energy.
4. Mempertahankan kebutuhan nutrisi yang diperlukan oleh tubuh.
Pemberian nutrisi hanya efektif untuk pengobatan gangguan nutrisi bukan
untuk penyebab penyakitnya. Status nutrisi basal dan berat ringannya penyakit
memegang peranan penting dalam menentukan kapan dimulainya pemberian
nutrisi parenteral. Sebagai contoh pada orang-orang dengan malnutrisi yang nyata
lebih membutuhkan penanganan dini dibandingkan dengan orang-orang yang
menderita kelaparan tanpa komplikasi.

2.2. Indikasi dan Kontraindikasi dari Pemberian Nutrisi Parenteral


Adapun indikasi nutrisi parenteral sebagai berikut:

4
1. Sebagai pengganti untuk oral nasogastrik, jika oral nasogastrik ini tidak efektif,
tidak memungkinkan dan berbahaya. Nutrisi parenteral total digunakan dalam
kondisi sebagai berikut : pasien dengan muntah yang kronis, kanker, radioterapi,
dan anorexia nervosa.
2. Sebagai supplemen untuk pasien yang kehilangan banyak nitrogen (pasien
dengan luka bakar, kanker metastatik, radiasi dan kemoterapi).
3. Mengistirahatkan gastrointestinal
a. Gangguan absorpsi makanan seperti pada fistula enterokunateus, atresia
intestinal, kolitis infektiosa, obstruksi usus halus.
b. Kondisi dimana usus harus diistirahatkan seperti pada pankreatitis berat,
status preoperatif dengan malnutrisi berat, angina intestinal, stenosis arteri
mesenterika, diare berulang.
c. Gangguan motilitas usus seperti pada ileus yang berkepanjangan,
pseudo-obstruksi dan skleroderma.
Sedangkan kontraindikasi nutrisi parenteral sebagai berikut :
1. Tidak boleh diberikan pada pasien yang masih memiliki krisis hemodinamik,
seperti syok atau dehidrasi yang belum dikoreksi.
2. Pasien pasien gagal nafas tanapa bantuan alat bantu nafas (respirator). Glukosa
akan meningkatkan produksi CO yang memperparah gagal nafas.
3. Pasien Terminal

2.3. Komplikasi Pemberian Nutrisi Parenteral


a) Komplikasi Mekanik
Komplikasi mekanis juga disebut sebagai komplikasi non infeksi
dari kateter nutrisi parenteral dan infus. Masalah yang paling sering terjadi
adalah oklusi, khususnya oklusi trombolitik. Tubuh memiliki respons
alami terhadap pembekuan darah saat cedera, dan pemasangan kateter
serta infus dapat merangsang respons tersebut. Disfungsi mekanisme
pembekuan darah, atau koagulopati, juga dapat menyebabkan oklusi.
Akibatnya terjadi ketidakmampuan untuk memasukkan nutrisi parenteral
melalui kateter. Agen antikoagulan dapat diberikan untuk memperbaiki
masalah, jika tidak, kateter harus dilepas (O'Day. 16).

5
Komplikasi mekanis lainnya termasuk kesalahan penempatan
kateter, yang mengakibatkan perforasi paru-paru atau pembuluh darah
seperti hemothoraks, pneumothoraks, hidrothoraks, hemomediastinum,
aritmia karena masuknya kateter ke dalam atrium atau ventrikel kanan,
trauma atau perdarahan. Penempatan alat ultrasonik di samping tempat
tidur saat pemasangan kateter sangat membantu dan konfirmasi lokasi
ujung kateter dengan pemeriksaan radiologi sangat penting untuk
mengetahui kateter yang salah penempatan. Emboli udara, atau bolus
udara ke dalam aliran darah, jarang terjadi tetapi berpotensi fatal.
b) Komplikasi Infeksius
Infeksi nutrisi parenteral dan sepsis terkait dengan kontaminasi
kateter selama pemasangan, pemakaian kateter dalam jangka panjang dan
larutan parenteral yang terkontaminasi. Kulit di sekitar lokasi pemasangan
kateter sentral biasanya merupakan area kontaminasi utama pada infeksi
aliran darah. Pemeriksaan secara rutin terhadap tempat pemasangan dan
pemantauan suhu tubuh dapat membantu mengidentifikasi adanya infeksi.
Infeksi pada pemasangan kateter sentral jangka pendek dan jangka panjang
disebabkan oleh Staphylococcus epidermidis yang ditemukan pada kulit.
Langkah-langkah untuk mencegah infeksi perlu dilakukan seperti mencuci
tangan sebelum dan setelah kontak dengan pasien, menutup area insersi
kateter dengan kassa atau plester, memilih lokasi pemasangan kateter yang
tepat, memantau daérah penusukan secara rutin dan monitor kantong
larutan parenteral secara makroskopik sebelum diberikan kepada pasien.
Infeksi dapat diobati dengan antibiotik, namun jika pengobatan tidak
berhasil dan sepsis berlanjut maka kateter perlu dicabut (G. Dudek, 2014;
O'Day 2016).
c) Komplikasi Metabolik
Hiperglikemia (kadar glukosa darah yang melebihi sekitar 180
mg/dL selama infus parenteral) paling sering terjadi pada pasien yang
intoleran glukosa, menerima energi atau dekstrosa berlebihan, menjalani
stres metabolik yang parah, atau menerima obat kortikosteroid. Hal ini
dapat dicegah dengan memberikan insulin bersama dengan larutan

6
parenteral, menghindari pemberian makan berlebih atau laju infus yang
terlalu cepat, dan membatasi jumlah dekstrosa dalam larutan. Infus
dekstrosa umumnya dibatasi kurang dari 5 miligram per kilogran berat
badan per menit pada pasien dewasa yang sakit kritis sehingga asupan
karbohidrat tidak melebihi laju oksidasi glukosa maksimum (Debruyne,
Pinna & Whitney, 2016).
Meskipun jarang, hipoglikemia kadang-kadang terjadi ketika
nutrisi parenteral dihentikan atau jika diberikan insulin yang berlebihan.
Pada pasien yang berisiko, seperti bayi, infus dapat dikurangi selama
beberapa jam sebelum penghentian. Pilihan lainnya dengan memasukkan
larutan dekstrosa pada saat nutrisi parenteral dihentikan (Debruyne, Pinna
& Whitney, 2016).

2.4. Monitoring Pasien Dengan Nutrisi Parenteral Total


Kemajuan dan kemunduran keadaan umum penderita dipantau setiap
harinya, termasuk keseimbangan cairan dan elektrolitnya (bila fasilitas ada).
Pemberian terapi intravena menghadapkan pasien dengan berbagai risiko
komplikasi lokal atau sistemik. Komplikasi lokal seperti flebitis, infiltrasi dan
penyumbatan kanula terjadi lebih sering daripada komplikasi sistemik yang
mencakup hiperglikemia, septikemia, kelebihan beban sirkulasi dan emboli. Oleh
karena itu, pemantauan dan perawatan kateter merupakan komponen penting
dalam pemberian cairan intravena.
1. Pemantaun Lokasi Perifer
Parameter yang harus dipantau meliputi: wadah cairan, selang infus, laju
pemberian, alat infus elektronik (jika digunakan), dressing, dan tempat insersi.
Frekuensi pemantauan vena perifer tergantung pada terapi yang diresepkan,
kondisi dan usia pasien. Tempat pemasangan infus harus dipantau setiap 1 sampai
2 jam. Pasien, anak, geriatri dan kritis memerlukan penilaian lebih sering.
- Wadah Larutan Infus
Penilaian sistemik berawal dari wadah cairan dan berlanjut ke selang
infus sampai ke alat akses pembuluh darah dan tempat insersi. Jenis
larutan dan obat yang ditambahkan dicocokkan dengan instruksi dokter

7
dan informasi yang tercetak pada label wadah. Wadah harus diberi label
tanggal dan jam infus dipasang. Wadah tidak boleh diberi label dengan
menulis dengan pena atau spidol, karena tinta bisa menembus plastik dan
bocor ke larutan intravena. Selanjutnya perhatikan sisa larutan dalam
wadah. Perawat menentukan berapa banyak cairan seharusnya tinggal
dalam wadah berdasarkan laju pemberian yang diinstruksikan dan waktu
yang ditunjukkan. Kita harus menyadari bahwa infus set dari berbagai
pabrik memiliki jumlah tetesan berbeda setiap ml ( bisa 15 atau 20 tetes
per ml). Tampilan juga diperhatikan; harus jernih dan bebas dari
kekeruhan dan partikel. Larutan dalam botol kaca membutuhkan infus set
dengan ventilasi atau perlu jarum udara.
- Selang Infus
Selang yang tepat harus dipasang dengan wadah dan pompa infus. Bila
digunakan infus set biasa, ketinggian wadah sebaiknya antara 30 sampai
36 inci (76-100 cm) di atas pasien. Bila wadah ditinggikan, laju aliran
akan bertambah. Laju aliran juga bisa berubah dengan perubahan posisi
pasien. Jika tempat suntikan terletak di dekat daerah fleksi, setiap pasien
menekuk lengan atau pergelangan tangan, laju aliran berubah sehingga
menyebabkan hantaran cairan dan obat tidak tepat.
- Dressing Infus
Dressing dipantau untuk memastikan tetap kering, tertutup dan utuh.
Dressing yang utuh berarti pinggir-pinggirnya rapat ke kulit. Jika dressing
lembab atau integritasnya tidak baik maka harus segera diganti. Dewasa
ini ada dressing transparan dan memiliki keuntungan cepat mendeteksi
tanda dini flebitis dan infiltrasi.
- Tempat Inersi
Blanching adalah keputihan mengkilat pada tempat insersi. Ini
merupakan petunjuk adanya infiltrasi, atau kebocoran cairan ke jaringan.
Jika ada kebocoran pada tempat insersi, pemasangan infus harus diulang.

2. Pemantauan Komplikasi Metabolik

8
Komplikasi metabolik terkait dengan nutrisi parenteral bisa serius, tetapi
bisa diminimalkan dengan pemantauan adekuat. Komplikasi metabolik akut
mencakup defisiensi elektrolit, khususnya kalium, magnesium, fosfor dan
kalsium. Kelebihan glukosa bisa memperburuk hiperglikemia, yang diikuti
dengan prognosis buruk setelah operasi jantung, infark miokard dan stroke.
Hiperglikemia juga bisa mengganggu fungsi leukosit sehingga meningkatkan
angka infeksi nosokomial. Hipertriglieridemia bisa meningkatkan risiko steatosis
hepatis (perlemakan hati). Pemberian infus lipid selama kurun 4-8 jam bisa
mengakibatkan hipertensi pulmoner. Trigliserida serum harus diukur sebelum
memulai nutrisi parenteral dan sekali seminggu sesudahnya. Sebelum pemberian
nutrisi parenteral, pasien dengan gagal ginjal lebih rentan terhadap uremia dan
pada mereka dengan deplesi volume rentan terhadap asidosis metabolik.

9
BAB III

Penutup

3.1. Kesimpulan

Dapat disimpulkan bahwa nutrisi parenteral adalah suatu bentuk


pemberian nutrisi yang diberikan langsung melalui pembuluh darah baik sentral
maupun verifer tanpa melalui saluran pencernaan. Nutrisi parenteral dapat
diberikan dengan aman jika mengikuti sop yang berlaku. Juga pemantauan
terhadap terapi ini dan pencegahan serta pengenalan tanda dini komplikasi lokal
akan memfasilitasi kesembuhan.

10
DAFTAR PUSTAKA

Hartono, Andri. 2006. Terapi Gizi dan Diet Rumah Sakit. Jakarta: EGC

Manalu, Novita. et al. 2021. Keperawatan Sistem Pencernaan. Bandung: Yayasan


Kita Menulis

Panji, Putu Agus S. 2019. Nutrisi Parenteral Di Intensive Care Unit. Bali :
Departemen Ilmu Anastesi Dan Terapi Intensif Fakultas Kedokteran
Universitas Udayana

Ramli, Muh. 2006. Konsep Dasar Nutrisi Parenteral. Makassar : Bagian


Anestesiologi dan Terapi Intensif Fakultas Kedokteran Universitas
Hasanudin

Rosid. 2018. Checklist Pemberian Nutrisi Parenteral.


https://id.scribd.com/document/396011824/Checklist-Parenteral-Fix,
diakses pada tanggal 27 Agustus 2021 pukul 15.34

11
LAMPIRAN

CHECKLIST PEMBERIAN NUTRISI PARENTERAL TOTAL

NAMA : NIM :

Aspek yang dinilai Nilai

0 1 2

Definisi : Nutrisi parenteral adalah suatu bentuk pemberian


nutrisi yang diberikan langsung melalui pembuluh darah
baik sentral maupun verifer tanpa melalui saluran
pencernaan.

Tujuan :
1. Memberikan nutrisi yang diperlukan untuk
metabolisme normal, memelihara, memperbaiki
jaringan, dan kebutuhan energi.
2. Untuk memintas saluran pencernaan pada pasien
yang tidak makan secara oral.
3. Mencegah lemak subcutan dan otot digunakan oleh
tubuh untuk melakukan katabolisme energy.
4. Untuuk menggantikan air dam memperbaiki
kekurangan elektrolit.
5. Untuk menyediakan suatu medium untuk
pemberian obat secara intenvena.
6. Mempertahankan kebutuhan nutrisi.
Persiapan Lingkungan dan Pasien :
1. Siapkan lingkungan yang nyaman
2. Pasang sampiran
3. Mengecek catatan medis pasien, status
kesehatannya dan instruksi dokter
4. Menanyakan kesiapan pasien.
Persiapan Alat dan Bahan :
- Bak Instrumen
- Infus set
- Aboket
- Handscoon
- Kasa steril
- Kapas

12
- Standar infus
- Perlak
- Tourniquet
- Plester
- Gunting plester
- Bengkok
- Jam tangan
- Alkohol swab
- Cairan sesuai advis (nasihat dokter)
Tahap Pra Interaksi :
1. Pastikan program medis untuk terapi pasien,
periksa label larutan dan identifikasi pasien
2. Cuci tangan
3. Siapkan alat.
Tahap Orientasi :
1. Beri salam dan memperkenalkan diri
2. Identifikasi nama pasien
3. Menjelaskan tujuan tindakan
4. Menjelaskan langkah/prosedur yang akan
dilakukan
Tahap Kerja :
1. Periksa kebutuhan nutrisi parenteral dengan
melakukan penilaian nutrisi
2. Periksa intruksi dokter mengenai metode
pemberian parenteral (TNA,TPN,PPN, atau lipid)
serta kecepatan pemberian
3. Keluarkan kantung nutrisi dari lemari es paling
tidak 1 jam sebelum prosedur (jika diinginkan)
4. Periksa cairan apakah berbusa atau ada perubahan
pada strukturnya atau tidak
5. Cuci tangan, pakai topi, masker, jubah, dan sarung
tangan steril
6. Desinfeksi tutup infus, lalu tusukkan infus set ke
dalam botol infus
7. Pengatur tetesan infus ditutup, lalu
menggantungkan botol infus pada standar infus
8. Ruang tetesan diisi setengah (jangan sampai
terendam)
9. Selang infus diisi cairan
10. Memasang torniket di atasproksimal vena yang
akan ditusuk.
11. Meletakkan perlak dibawah bagian yang akan di

13
tusuk
12. Menentukan vena yang akan ditusuk bila perlu
dipalpasi
13. Melakukan tindakan antiseptic dengan alkohol
swab pada daerah sekitar lokasi penusukan
14. Meregangkan kulit kearah distal. Menusukkan
jarum dengan sudut 30 derajat terhadap permukaan
kulit.
15. Menahan aboket dan tarik jarum sedikit. Bila
tampak darah keluar berarti kanula telah masuk ke
vena
16. Melepaskan torniket, menempelkan kasa ditempat
penusukan.
17. Memasang selang infus berisi cairan yang telah
dipersiapkan sebelumnya.
18. Fiksasi aboket dan selang infus dengan plester.
19. Mengatur tetesan dalam 1 menit sesuai instruksi.
20. Merapikan pasien
21. Mencuci tangan.
22. Pantau pemberian setiap jam, dengan memeriksa
kebutuhan
23. Catat prosedurnya
Tahap Terminasi :
1. Evaluasi perasaan klien (merasa aman dan nyaman)
dan keluhan pasien
2. Kontrak waktu untuk kegiatan selanjutnya
3. Berikan reinforcement sesuai dengan kemampuan
pasien
Tahap Dokumentasi :
Catat seluruh tindakan dalam tindakan keperawatan
Keterangan :
0 = Tidak dikerjakan
1 = Dikerjakan tidak lengkap/tidak sempurna
2 = Dikerjakan dengan benar/sempurna

14

Anda mungkin juga menyukai