Anda di halaman 1dari 3

A.

Politik Demokrasi Terpimpin: Peta Kekuatan Politik Nasional

Demokrasi Terpimpin merupakan pembalikan total dari proses politik yang berjalan
pada masa demokrasi parlementer.
Dilansir dari situs resmi Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia,
peta kekuatan politik nasional era Demokrasi Terpimpin mengalami pasang surut.
Antara tahun 1960-1965, kekuatan politik terpusat di tangan Presiden Soekarno yang
memegang seluruh kekuasaan negara.
Presiden Soekarno didampingi Angkatan Darat dan PKI di sampingnya.
Presiden Soekarno selalu mengungkapkan bahwa revolusi Indonesia memiliki lima
gagasan penting yang terangkum dalam Manisfeesto Politik, yaitu:
1.Undang-Undang Dasar 1945
2.Sosialisme Indonesia
3.Demokrasi Terpimpin
4.Ekonomi Terpimpin
5.Kepribadian Indonesia
Sejak tahun 1961, Manifesto Politik menjadi salah satu ilmu yang harus dipelajari
dalam dunia pendidikan.
Beberapa surat kabar yang pro Masyumi dan PSI menolak ide tersebut, sehingga
dilarang terbit oleh pemerintah.
B.Demokrasi Terpimpin (1957-1965): Pengertian dan Karakteristik

a.Demokrasi Terpimpin (1957-1965): Pengertian dan Ciri-ciri


Dalam buku Islam dan Politik: Teori Belah Bambu, Masa Demokrasi Rerpimpin, 1959-
1965 (1996) karangan Ahmad Syafii Maarif, diungkap beberapa definis Demokrasi
Terpimpin.

Demokrasi Terpimpin adalah demokrasi yang dipimpin oleh hikmat kebijaksaan dalam
permusyawaratan/perwakilan sesuai dengan UUD 1945.

Sedangkan Soekarno menjelaskan Demokrasi Terpimpin adalah demokrasi kekeluargaan,


tanpa anarkinya liberalisme, tanpa otokrasinya diktator.Yang dimaksud dengan
demokrasi kekeluargaan adalah demokrasi yang mendasarkan sistem pemerintahan kepada
musyawarah dan mufakat dengan pimpinan satu kekuasaan-sentral di tangan seorang
sesepuh atau tetua.
b.Ciri-ciri Demokrasi Terpimpin

Miriam Budiardjo dalam Dasar-dasar Ilmu Politik (2008), ada beberapa ciri yang
membedakan Demokrasi Terpimpin dengan model demokrasi lainnya yang dijalankan
Indonesia:

1.Dominasi presiden menguat


2.Pembatasan peran DPR dan partai politik
3.Peningkatan peran ABRI sebagai kekuatan sosial politik

Partai politik

Partai politik pada era Demokrasi Terpimpin dibatasi oleh pemerintah.

Pemerintah menerapkan penetapan Presiden No 7 tahun 1959 tentang syarat-syarat


penyederhanaan partai. berikut isinya:
1.Menerima dan membela konstitusi 1945 dan Pancasila
2.Menggunakan cara-cara damai dan demokrasi untuk mewujudkan cita-cita politiknya.
3.Partai politik setidaknya memiliki cabang diseperempat wilayah Indonesia.
4.Presiden berhak menyelidiki administrasi dan keuangan partai.
5.Presiden berhak membubarkan partai yang terindikasi berusaha merongrong politik
pemerintah dan mendukung pemberontakan.
Hingga 1961, pemerintah hanya mengakui sembilan partai politik yaitu PKI, Partai
Murba, Partai Katolik, PSII, PNI, NU, IPKI, Perti dan Partindo.
Konflik dengan DPR

Dalam perkembangannya, beberapa fraksi dalam DPR menolak kebijakan Presiden


Soekarno sehingga pecah konflik antara Presiden dan DPR.

Konflik tersebut mencapai puncak, ketika DPR menolak RAPBN 1960 yang diajukan
pemerintah.

Presiden menjadikan masalah ini untuk membubarkan DPR hasil pemilu 1955 dan
dibubarkan pada Juni 1960.

Setelah itu, Presiden Soekarno membentuk Dewan Perwakilan Rakyat Gotong Royong
(DPR-GR).
Presiden memilih dan mengangkat sendiri anggota DPR dan harus terikat aturan yang
ditetapkan presiden.
C.Menhan Prabowo Minta Pemberontakan PKI Diajarkan di Sekolah

Pertahanan Prabowo Subianto meminta para guru rajin menceritakan sejarah


pemberontakan dan kekejaman Partai Komunis Indonesia (PKI) kepada siswa-siswi di
sekolah.
Menurut Prabowo, hal ini perlu dilakukan para guru sekolah agar siswa-siswi
mengerti bagaimana sepak terjang PKI dan dampak dari gerakan itu, termasuk kudeta
yang dilakukan partai tersebut untuk menggulingkan era kepemimpinan Presiden
Soekarno pada saat itu.
Ajaran Resopim

Revolusi, sosialisme Indonesia, dan pimpinan nasional (Resopim) bertujuan untuk


memperkuat kedudukan Presiden Soekarno.

Intinya seluruh unsur kehidupan berbangsa dan bernegara harus dicapai melalui
revolusi, jiwa oleh sosialisme, dan dikendalikan oleh satu pimpinan, yang disebut
Panglima Besar Revolusi yaitu Presiden Soekarno.

Presiden seumur hidup dan Nasakom

MPRS menetapkan Presiden Soekarno sebagai presiden sumur hidup dalam Sidang Umum
1063.

Presiden Soekarno mendapat tiga dukungan yaitu, nasionalis, agama, dan komunis
(Nasakom).

Sistem pemerintahan yang dikembangkan Presiden Soekarno memberikan peluang bagi


tumbuh dan berkembangnya ideologi komunis.

Presiden Soekarno juga mengajarkan Nasakom kepada masyarakat. Di mana Nasakom


merupakan cermin paham bebagai golongan masyarakat Indonesia.

Sehingga persatuan Indonesia dapat terwujud jika melaksanakan dan menerima ajaran
Nasakom.

Partai Komunis Indonesia (PKI)

Dalam perjalanannya, PKI memanfaatkan ajaran Nasakom, sehingga berhasil mendapatkan


tempat dalam konstelasi politik Indonesia.

Strategi ini juga meyakinkan Presiden Soekarno bahwa PKI merupakan partai pendukung
utama kebijakan pemerintah.
Presiden Soekarno berupaya menyelesaikan masalah tersebut dengan mengumpulkan
seluruh pimpinan partai politik.

Dalam pertemuan tersebut, seluruh pemimpin partai politik sepakat mengakhiri


perseteruan karena pemerintah sedang berkonfrontasi dengan Malaysia.
D.Demokrasi Indonesia Periode Orde Baru (1965-1998)

Demokrasi Indonesia periode orde baru (1965-1998)

Era baru dalam pemerintahan dimulai setelah melalui masa transisi yang singkat
yaitu antara 1966-1968. Ketika Jenderal Soeharto dipilih menjadi Presiden Republik
Indonesia.
Era pemerintahan pada masa Soeharto dikenal sebagai Orde Baru dengan konsep
Demokrasi Pancasila.
Visi utama pemerintahan Orde Baru ini adalah untuk melaksanakan Pancasila dan UUD
1945 secara murni dan konsekuen dalam setiap aspek kehidupan masyarakat Indonesia

Anda mungkin juga menyukai