Anda di halaman 1dari 3

Nama : Muhammad Fahmi Satria

NIM : 200404026

Mata Kuliah : Agama Islam

KEIMANAN DAN KETAQWAAN

A. Pengertian Iman

Pengeertian Iman Secara istilah syar’i iman adalah keyakinan dalam hati, perkataan di  lisan,
amalan dengan anggota badan, bertambah dengan melakukan  ketaatan dan berkurang
dengan maksiat. Dengan demikian, dapat  dikatakan iman berarti mengetahui serta meyakini
sesuatu. Apa yang di  patut diketahui dab diyakini oleh seseorang adalah tujuan dari iman. 
Tujuan dari iman menurut agama islam adalah taat dan patuh kepada  Allah SWT.

orang beriman, dan merupakan seorang Muslim yang dapat memenuhi seluruh kehendak Allah,
dan memiliki iman kuat dalam hatinya Disebut Mukmin/Mu’min

Ada 4 tingkatan Keimanan Seseorang

1. Orang yang mempunyai iman yang kuat sehingga ia taat  dan patuh dengan sebenar-
benarnya kepada Allah.
2.  Orang yang kuat imannya sehingga kekuatan iman itu tidak mampu  secara tetap dan
terus menerus mendorong dirinya untuk taat dan  patuh kepada Allah.
3. Orang yang tidak beriman tetapi dalam beberapa hal tingkah laku dan  perbuatannya
sesuai dengan peraturan Allah SWT.
4. Orang yang benar-benar tidak beriman kepada Allah SWT da bahkan  cenderung
bertingkah laku jahat.

B. Wujud Iman

Akidah Islam dalam al-Qur’an disebut iman. Iman bukan hanya  berarti percaya, melainkan
keyakinan yang mendorong seorang muslim untuk berbuat. Lapangan Iman Sangat luas Yaitu,
mencakup segala sesuatu yang dilakukan seorang muslim yang disebut  amal saleh. 

Seseorang dinyatakan iman bukan hanya percaya terhadap sesuatu,  melainkan


kepercayaan itu mendorongnya untuk mengucapkan dan  melakukan sesuatu sesuai dengan
keyakinan. Karena itu iman bukan  hanya dipercayai atau diucapkan, melainkan menyatu
secara utuh dalam  diri seseorang yang dibuktikan dalam perbuatannya. 

Akidah Islam adalah bagian yang paling pokok dalam agama  Islam. Seseorang dipandang
sebagai muslim atau bukan  muslim tergantung pada akidahnya. Apabila ia berakidah Islam,
maka  segala sesuatu yang dilakukannya akan bernilai sebagai amaliah seorang  muslim
atau amal saleh. Apabila tidak beraqidah, maka segala amalnya  tidak memiliki arti apa-apa,
kendatipun perbuatan yang dilakukan  bernilai dalam pendengaran manusia.

Akidah Islam atau iman mengikat seorang muslim, sehingga ia  terikat dengan segala aturan
hukum yang datang dari Islam.

Wujud iman menurut Hasan Al-Bana di antaranya:7 

1. Ilahiyah: Hubungan dengan Allah 

2. Nubuwwah: Kaitan dengan Nabi, Rasul, kitab, dan mukjizat 3. Ruhaniyah: Kaitan dengan
alam metafisik; Malaikat, Jin, Syetan, Ruh 4. Sam’iyah: Segala sesuatu yang bisa diketahui
melalui sam’i.

C. Proses Terbentuknya Iman

Benih iman yang dibawa sejak dalam kandungan memerlukan  pemupukan yang
berkesinambungan. Benih yang unggul apabila tidak  disertai pemeliharaan yang
intensif, besar kemungkinan menjadi punah.  Demikian pula halnya dengan benih iman.
Berbagai pengaruh terhadap  seseorang akan mengarahkan iman/kepribadian
seseorang, baik yang  datang dari lingkungan keluarga, masyarakat, pendidikan,
maupun
lingkungan termasuk benda-benda mati seperti cuaca, tanah, air, dan  lingkungan flora
serta fauna. 

Pengaruh pendidikan keluarga secara langsung maupun tidak  langsung, baik yang
disengaja maupun tidak disengaja amat berpengaruh  terhadap iman seseorang.
Tingkah laku orang tua dalam rumah tangga  senantiasa merupakan contoh dan
teladan bagi anak-anak. Tingkah laku  yang baik maupun yang buruk akan ditiru anak-
anaknya. Jangan  diharapkan anak berperilaku baik, apabila orang tuanya selalu 
melakukan perbuatan yang tercela.
Pada dasarnya, proses pembentukan iman juga demikian.  Diawali dengan
proses perkenalan, kemudian meningkat menjadi senang  atau benci. Mengenal ajaran
Allah SWT adalah langkah awal dalam  mencapai iman kepada Allah SWT. Jika
seseorang tidak mengenal  ajaran Allah SWT, maka orang tersebut tidak mungkin
beriman kepada  Allah SWT. 
Seseorang yang menghendaki anaknya menjadi mukmin kepada  Allah SWT,
maka ajaran Allah SWT harus diperkenalkan sedini  mungkin sesuai dengan
kemampuan anak itu dari mulai tingkat verbal  sampai tingkat pemahaman.

Di samping proses pengenalan, proses pembiasaan juga perlu  diperhatikan, karena


tanpa pembiasaan, seseorang bisa saja semula benci  berubah menjadi senang.
Seorang anak harus dibiasakan untuk melaksanakan apa yang diperintahkan Allah
dan menjauhi hal-hal yang  dilarang-Nya, agar kelak setelah dewasa menjadi senang
dan terampil  dalam melaksanakan ajaran-ajaran Allah.

D. Kriteria Orang Beriman


Al-Quran menjelaskan tanda-tanda orang yang beriman sebagai  berikut : 
1. Jika disebut nama Alllah maka hatinya bergetar dan berusaha agar  ilmu Allah tidak lepas
dari syaraf memorinya, serta jika dibacakan  ayat Al-Quran maka akan bergejolak hatinya
untuk segera  melaksanakannya (Al-Anfal: 2). 

2. Senantiasa tawakkal, yaitu bekerja keras berdasarkan kerangka ilmu  Allah diiringi doa,
yaitu harapan untuk tetap hidup denan ajaran  Allah dan Sunnah Rasul (Ali Imran: 20, Al-
Maidah: 12, Al-Anfal: 2,  At-Taubah: 52, Ibrahim: 11, Mujadalah: 10 dan At-Taghabun: 13). 

3. Tertib dalam melaksanakan sholat dan selalu menjaga  pelaksanaannya (Al-Anfal: 3 dan
Al-Mu’minun:2, 7). Bagaimanapun  sibuknya, kalau sudah masuk waktu shalat dia segera
sholat untuk  membina kualitas imannya. 
4. Menafkahkan rezeki yang diterimanya (Al-Anfal: 3 dan Al Mukminun : 4). Hal ini dilakukan
sebagai suatu kesadaran bahwa harta yang dinafkahkan di jalan Allah merupakan upaya
pemerataan  ekonomi, agar tidak terjadi ketimpangan antara yang kaya dengan  yang
miskin. 

5. Menghindari perkataan yang tidak bermanfaat dan menjaga  kehormatan (Al-Mukminun:


3, 5). Perkataan yang bermanfaat atau  yang baik adalah bestandar ilmu Allah, yaitu Al-
Quran dan Sunnah  Rasul. 

6. Memelihara amanah dan menempati janji (Al-Mukminun: 6). Seorang  mukmin tidak akan
bekhianat dan dia akan selalu memegang amanah  dan menmpati janji.
7. Berjihad di jalan Allah dan suka menolong (Al-Anfal: 74). Berjihad  di jalan Allah adalah
bersngguh-sungguh dalam menegakkan ajaran  Allah, baik dengan harta benda yang
dimiliki maupun dengan nyawa. 
8. Tidak meninggalkan pertemuan sebelum meminta izin (An-Nur: 62).  Sikap seperti itu
merupakan salah satu sikap hidup seorang mukmin,  orang yang berpandangan ajaran
Allah menurut Sunnah Rasul.

Anda mungkin juga menyukai