NIM : 200404026
A. Pengertian Iman
Pengeertian Iman Secara istilah syar’i iman adalah keyakinan dalam hati, perkataan di lisan,
amalan dengan anggota badan, bertambah dengan melakukan ketaatan dan berkurang
dengan maksiat. Dengan demikian, dapat dikatakan iman berarti mengetahui serta meyakini
sesuatu. Apa yang di patut diketahui dab diyakini oleh seseorang adalah tujuan dari iman.
Tujuan dari iman menurut agama islam adalah taat dan patuh kepada Allah SWT.
orang beriman, dan merupakan seorang Muslim yang dapat memenuhi seluruh kehendak Allah,
dan memiliki iman kuat dalam hatinya Disebut Mukmin/Mu’min
1. Orang yang mempunyai iman yang kuat sehingga ia taat dan patuh dengan sebenar-
benarnya kepada Allah.
2. Orang yang kuat imannya sehingga kekuatan iman itu tidak mampu secara tetap dan
terus menerus mendorong dirinya untuk taat dan patuh kepada Allah.
3. Orang yang tidak beriman tetapi dalam beberapa hal tingkah laku dan perbuatannya
sesuai dengan peraturan Allah SWT.
4. Orang yang benar-benar tidak beriman kepada Allah SWT da bahkan cenderung
bertingkah laku jahat.
B. Wujud Iman
Akidah Islam dalam al-Qur’an disebut iman. Iman bukan hanya berarti percaya, melainkan
keyakinan yang mendorong seorang muslim untuk berbuat. Lapangan Iman Sangat luas Yaitu,
mencakup segala sesuatu yang dilakukan seorang muslim yang disebut amal saleh.
Akidah Islam adalah bagian yang paling pokok dalam agama Islam. Seseorang dipandang
sebagai muslim atau bukan muslim tergantung pada akidahnya. Apabila ia berakidah Islam,
maka segala sesuatu yang dilakukannya akan bernilai sebagai amaliah seorang muslim
atau amal saleh. Apabila tidak beraqidah, maka segala amalnya tidak memiliki arti apa-apa,
kendatipun perbuatan yang dilakukan bernilai dalam pendengaran manusia.
Akidah Islam atau iman mengikat seorang muslim, sehingga ia terikat dengan segala aturan
hukum yang datang dari Islam.
2. Nubuwwah: Kaitan dengan Nabi, Rasul, kitab, dan mukjizat 3. Ruhaniyah: Kaitan dengan
alam metafisik; Malaikat, Jin, Syetan, Ruh 4. Sam’iyah: Segala sesuatu yang bisa diketahui
melalui sam’i.
Benih iman yang dibawa sejak dalam kandungan memerlukan pemupukan yang
berkesinambungan. Benih yang unggul apabila tidak disertai pemeliharaan yang
intensif, besar kemungkinan menjadi punah. Demikian pula halnya dengan benih iman.
Berbagai pengaruh terhadap seseorang akan mengarahkan iman/kepribadian
seseorang, baik yang datang dari lingkungan keluarga, masyarakat, pendidikan,
maupun
lingkungan termasuk benda-benda mati seperti cuaca, tanah, air, dan lingkungan flora
serta fauna.
Pengaruh pendidikan keluarga secara langsung maupun tidak langsung, baik yang
disengaja maupun tidak disengaja amat berpengaruh terhadap iman seseorang.
Tingkah laku orang tua dalam rumah tangga senantiasa merupakan contoh dan
teladan bagi anak-anak. Tingkah laku yang baik maupun yang buruk akan ditiru anak-
anaknya. Jangan diharapkan anak berperilaku baik, apabila orang tuanya selalu
melakukan perbuatan yang tercela.
Pada dasarnya, proses pembentukan iman juga demikian. Diawali dengan
proses perkenalan, kemudian meningkat menjadi senang atau benci. Mengenal ajaran
Allah SWT adalah langkah awal dalam mencapai iman kepada Allah SWT. Jika
seseorang tidak mengenal ajaran Allah SWT, maka orang tersebut tidak mungkin
beriman kepada Allah SWT.
Seseorang yang menghendaki anaknya menjadi mukmin kepada Allah SWT,
maka ajaran Allah SWT harus diperkenalkan sedini mungkin sesuai dengan
kemampuan anak itu dari mulai tingkat verbal sampai tingkat pemahaman.
2. Senantiasa tawakkal, yaitu bekerja keras berdasarkan kerangka ilmu Allah diiringi doa,
yaitu harapan untuk tetap hidup denan ajaran Allah dan Sunnah Rasul (Ali Imran: 20, Al-
Maidah: 12, Al-Anfal: 2, At-Taubah: 52, Ibrahim: 11, Mujadalah: 10 dan At-Taghabun: 13).
3. Tertib dalam melaksanakan sholat dan selalu menjaga pelaksanaannya (Al-Anfal: 3 dan
Al-Mu’minun:2, 7). Bagaimanapun sibuknya, kalau sudah masuk waktu shalat dia segera
sholat untuk membina kualitas imannya.
4. Menafkahkan rezeki yang diterimanya (Al-Anfal: 3 dan Al Mukminun : 4). Hal ini dilakukan
sebagai suatu kesadaran bahwa harta yang dinafkahkan di jalan Allah merupakan upaya
pemerataan ekonomi, agar tidak terjadi ketimpangan antara yang kaya dengan yang
miskin.
6. Memelihara amanah dan menempati janji (Al-Mukminun: 6). Seorang mukmin tidak akan
bekhianat dan dia akan selalu memegang amanah dan menmpati janji.
7. Berjihad di jalan Allah dan suka menolong (Al-Anfal: 74). Berjihad di jalan Allah adalah
bersngguh-sungguh dalam menegakkan ajaran Allah, baik dengan harta benda yang
dimiliki maupun dengan nyawa.
8. Tidak meninggalkan pertemuan sebelum meminta izin (An-Nur: 62). Sikap seperti itu
merupakan salah satu sikap hidup seorang mukmin, orang yang berpandangan ajaran
Allah menurut Sunnah Rasul.