Anda di halaman 1dari 4

BAB I

Pendahuluan
1.1 Latar Belakang

Seiring dengan kemajuan teknologi, obat-obatan tradisional mulai ditinggalkan oleh


sebagian besar masyarakat. Orang-orang cenderung memilih obat-obatan kimiawi daripada
obat tradisional. Secara umum obat-obatan yang diolah secara kimiawi memang lebih awet,
namun jika dikonsumsi secara terus menerus dapat menimbulkan efek samping yang
berbahaya bagi tubuh. Berbeda dengan obat-obatan kimiawi, obat tradisional mempunyai
efek samping yang relatif kecil walaupun dikonsumsi dalam jangka waktu yang panjang.
Selain itu, dengan mengonsumsi obat-obatan tradisonal secara tidak langsung dapat
meningkatkan kekebalan tubuh.

Dari sekian banyak tanaman obat-obatan tradisional yang terdapat di sekitar kita, salah satu
tanaman yang memiliki banyak manfaat adalah mengkudu. Tanaman mengkudu biasa
tumbuh di dataran rendah hingga tinggi. Tanaman ini memliki ciri-ciri berukuran tidak
terlalu besar, berbunga harum, dan juga mengkilap. Beberapa penelitian menunjukkan
khasiat mengkudu, yaitu sebagai obat diare, tbc, asma, darah tinggi, tumor, dan lain-lain.

1.2 Perumusan Masalah


a) Apa saja senyawa yang terkandung dalam mengkudu?
b) Bagaimana cara membudidayakan mengkudu?
c) Apa saja manfaat tanaman mengkudu?
d) Bagaimana cara memanfaatkan mengkudu sebagai obat?

1.3 Tujuan Penelitian


Berdasarkan rumusan masalah di atas tujuan penulisan karya ilmiah ini adalah:
a) Mendeskripsikan senyawa yang terkandung dalam mengkudu.
b) Mendeskripsikan cara membudidayakan mengkudu.
c) Mendeskripsikan manfaat dari tanaman mengkudu.
d) Mendeskripsikan pemanfaatan mengkudu sebagai obat.

1.4 Manfaat Penelitian


Manfaat penelitian karya tulis ilmiah ini bagi:
a) Penulis
 Menambah wawasan dan pengetahuan seputar mengkudu..
 Memberi dorongan dan motivasi agar masyarakat tidak melupakan
keberadaan obat-obatan tradisional seperti mengkudu.
b) Masyarakat
 Memberi wawasan dan pengetahuan tentang pemanfaatan tanaman
mengkudu sebagai obat.
 Memberi motivasi dan dorongan agar melestarikan tanaman mengkudu
BAB II

Pembahasan

Tanaman mengkudu (Morinda citrifolia L.), merupakan salah satu tanaman obat yang
sudah dimanfaatkan sejak zaman purba. Di Indonesia tanaman mengkudu sudah
dimanfaatkan sejak zaman dahulu. Pada awalnya, dimanfaatkan kulit akarnya sebagai zat
pewarna, karena dalam kulit akarnya terkandung senyawa morindon dan morindin yang
dapat memberikan warna merah dan kuning untuk mewarnai kain tenun dan batik. Setelah
diketahui bahwa dalam bagian lain tanaman mengkudu, terutama buahnya mengandung
berbagai zat yang berkhasiat obat yang dapat menyembuhkan berbagai macam penyakit,
yang selanjutnya tanaman mengkudu lebih dikenal sebagai tanaman obat.

Akhir-akhir ini tanaman mengkudu mendapat perhatian dunia, karena fakta empiris dan
kepercayaan serta bukti penelitian ilmiah bahwa buah mengkudu mempunyai berbagai
khasiat penyembuhan terhadap berbagai penyakit degenerative yang sulit disembuhkan
seperti kanker, diabetes, dan tumor. Berdasarkan hasil penelitian secara ilmiah dapat
dibuktikan bahwa pada semua bagian tanaman mengkudu terkandung berbagai senyawa yang
berguna dan berkhasiat obat.

2.1 Kandungan Senyawa dalam Mengkudu


Berdasarkan hasil penelitian senyawa metabolit sekunder yang terkandung pada
mengkudu telah banyak dilaporkan. Sejumlah literature dan publikasi ilmiah, ternyata
hamper semua bagian tanaman mengkudu terkandung berrbagai macam senyawa metabolit
sekunder yang berguna bagi kesehatan manusia. Bangun dan Sarwono, mengemukakan
bahwa awalnya para ilmuwan menduga ada sejumlah zat yang berbeda dalam buah
mengkudu yang bekerja secara bersama sama menghasilkan efek yang baik bagi tubuh.

Namun, setelah ditelusuri ternyata dalam akar, kulit, daun, dan bunganya juga
mengandung senyawa metabolit sekunder yang berkhasiat sebagai obat. Daun mengkudu
mengandung protein, zat kapur, zat besi karoten, dan askorbin. Aalbersbeg melaporkan
bahwa kandungan karotin pada daun mengkudu lebih tinggi disbanding dengan yang
terkandung pada daun cay sin (Brassica chinensis) dan Colocasia esculenta.

Pada kulit akar terkandung senyawa morindin, morindon, aligarin-d-mhetyleter, dan


soranjideol. Adapun pada bunganya terkandung senyawa glokosida, antrakinon, asam
kapron, asam kaprylat. Penelitian selanjutnya dilakukan oleh Hiramatsu yang menemukan
ekstrak kloroform akar mengkudu yang dapat menghambat sel K-ras-NPK (precursor
kanker tertentu). Terbukti pula dari 500 ekstra tanaman herbal, mengkudu ternyata paling
efektif melawan sel abnormal. Komponen damnakantal juga ditemukan dalam akar
mengkudu oleh Hiwasa.

Solomon dalam Bangun dan Sarwono, mengatakan bahwa zat yang terkandung dalam
mengkudu ada 58 jenis, diantaranya adalah xeronon, plant steroid, alizarin, lycine, sosium,
arginine, proxernine, magnesium, cofactors, glutamate, protein, vitamin, dan lain-lain.

2.2 Budidaya Mengkudu


a) Syarat Tumbuh
Tanaman mengkudu dapat beradaptasi dengan baik terhadap berbagai jenis tanah.
Tetapi, untuk memperoleh pertumbuhan dan produksi buah yang optimal, tanaman
mengkudu paling cocok ditanam pada tanah alluvial, latosol, dan podsolik
merah kuning. Dalam memilih sebaiknhya dipilih tanah yang subur, banyak
mengandung humus atau bahan organik, memiliki aerasi dan drynase yang baik, serta
mempuyai pH antara 5,5 sampai 6,5.
Tanaman mengkudu tumbuh dan berproduksi dengan baik di daerah dataran
rendah sampai pada ketinggian antara 500 m dpl. Suhu udara antara 22-30˚C (tetapi
masih dapat tumbuh hingga suhu udara mencapai 32˚C0. Tanaman mengkudu
memerlukan curah hujan 2.000-3.000 mm/tahun untuk pertumbuhan yang optimal.
Kelembaban udara (RH) yang diinginkan antara 50-70%.

b) Pengolahan Tanah
Penyiapan lahan untuk budidaya tanaman mengkudu berupa membersihkan lahan
dari gulma, pencangkulan/bajak, kemudian dibuat lubang tanam. Ukuran lubang
tanam mempunyai panjang, lebar, dan tinggi berkisar antara 2,5m × 2,5m : 4m × 4m ;
5m × 5m, bergantung tingkat kesuburan tanah pada lahan penanaman.

c) Pembibitan
Tanaman mengkudu dapat dikembangbiakan melalui cara generative dan
vegetative. Perkembangbiakan secara generative dilakukan dengan biji. Biji dapat
diambil dari buah yang berasal dari pohon induk yang pertumbuhannya baik
(berumur 3-5 tahun dan produktif). Biji disemaikan dalam kantong plastik/polybag
berdiameter 10-15cm. sebelum disemaikan sebaiknya biji dikecamnahkan terlebih
dahulu. Polybag diisi dengan media semai berupa campuran tanah dan pupuk
kandang halus (1:1) hingga cukup penuh. Setiap polybag diisi satu kecambah
mengkudu, kemudian disimpan di tempat yang rata secara teratur.
Pemeliharaan bibit dilakukan dengan penyiraman secara kontinu. Bibit yang
sudah berdaun antara 2-4 helai dan memiliki ketinggian antara 10-15 cm dapat
dipindahkan ke kebun.

d) Penanaman
Penanaman sebaiknya dilakukan pada awal musim hujan. Tetapi, pada tempat-
tempat atau daerah yang tersedia cukup air, penanaman dapat dilakukan sepanjang
tahun. Penanaman dilakukan dengan cara bibit dikeluarkan dari polybag dengan
menyobek polybag secara hati-hati, agar akar dan medium tanamnya tetap utuh.
Setelah itu lobang tanam digali seukuran dengan perakaran bibit tanam
mengkudu. Bibit tanam mengkudu dimasukkan tepat di tengah-tengah lubang tanam
mengkudu. Bidang perakaran ditimbuun dengan medium tanam sambil dipadatkan
pelan-pelan. Selanjutnya, medium tanam di sekitar perakaran bibit tanaman disiram
hingga cukup lembab terutama jika tidak turun bujan.
e) Pemeliharaan Tanaman
Pemeliharaan tanaman mengkudu meliputi penyiangan, penggemburan tanah,
pengairan, pemupukan, pembentukan pohon, dan perlindungan dari serangan OPT.
Penyiangan sebaiknya dilakukan sebulan sekali atau bergantung pada keadaan
pertumbuhan rumput liar (gulma). Penggemburan tanah dapat dilakukan bersamaan
dengan kegiatan penyiangan untuk menjamin secara normal.
Pengairan harus dilakukan secara kontinu (khusus pada musim kemarau), terutma
pada fase awal pertumbuhan tanaman. Selanjutnya pengairan dikurangi secara
bertahap atau disesuaikan dengan keadaan tanah, yang terpenting tanah tidak sampai
mengalami kekeringan.
Pemupukan dilakukan dengan menggunakan pupuk organik maupun anorganik.
Pemberian pupuk organik dilakukan 2 kali setiap tahun, masing-masing sebanyak 15
kg per pohon. Adapun pemberian pupuk anorganik dilakukan setiap 1-2 bulan sekali
atau bergantung pada keadaan pertumbuhan tanaman. Pupuk anorganik berupa
campuran urea, TSP (SP-36) dan KCL sebanyak 100-300 g/pohon atau NPK
sebanyak 300-500 g/pohon. Selain pemupukan, pembentukan pohon dilakukan
dengan pemangkasan secara kontinu terutama cabang liar atau daun yang terlalu
rimbun.

Anda mungkin juga menyukai