Pendahuluan
1.1 Latar Belakang
Dari sekian banyak tanaman obat-obatan tradisional yang terdapat di sekitar kita, salah satu
tanaman yang memiliki banyak manfaat adalah mengkudu. Tanaman mengkudu biasa
tumbuh di dataran rendah hingga tinggi. Tanaman ini memliki ciri-ciri berukuran tidak
terlalu besar, berbunga harum, dan juga mengkilap. Beberapa penelitian menunjukkan
khasiat mengkudu, yaitu sebagai obat diare, tbc, asma, darah tinggi, tumor, dan lain-lain.
Pembahasan
Tanaman mengkudu (Morinda citrifolia L.), merupakan salah satu tanaman obat yang
sudah dimanfaatkan sejak zaman purba. Di Indonesia tanaman mengkudu sudah
dimanfaatkan sejak zaman dahulu. Pada awalnya, dimanfaatkan kulit akarnya sebagai zat
pewarna, karena dalam kulit akarnya terkandung senyawa morindon dan morindin yang
dapat memberikan warna merah dan kuning untuk mewarnai kain tenun dan batik. Setelah
diketahui bahwa dalam bagian lain tanaman mengkudu, terutama buahnya mengandung
berbagai zat yang berkhasiat obat yang dapat menyembuhkan berbagai macam penyakit,
yang selanjutnya tanaman mengkudu lebih dikenal sebagai tanaman obat.
Akhir-akhir ini tanaman mengkudu mendapat perhatian dunia, karena fakta empiris dan
kepercayaan serta bukti penelitian ilmiah bahwa buah mengkudu mempunyai berbagai
khasiat penyembuhan terhadap berbagai penyakit degenerative yang sulit disembuhkan
seperti kanker, diabetes, dan tumor. Berdasarkan hasil penelitian secara ilmiah dapat
dibuktikan bahwa pada semua bagian tanaman mengkudu terkandung berbagai senyawa yang
berguna dan berkhasiat obat.
Namun, setelah ditelusuri ternyata dalam akar, kulit, daun, dan bunganya juga
mengandung senyawa metabolit sekunder yang berkhasiat sebagai obat. Daun mengkudu
mengandung protein, zat kapur, zat besi karoten, dan askorbin. Aalbersbeg melaporkan
bahwa kandungan karotin pada daun mengkudu lebih tinggi disbanding dengan yang
terkandung pada daun cay sin (Brassica chinensis) dan Colocasia esculenta.
Solomon dalam Bangun dan Sarwono, mengatakan bahwa zat yang terkandung dalam
mengkudu ada 58 jenis, diantaranya adalah xeronon, plant steroid, alizarin, lycine, sosium,
arginine, proxernine, magnesium, cofactors, glutamate, protein, vitamin, dan lain-lain.
b) Pengolahan Tanah
Penyiapan lahan untuk budidaya tanaman mengkudu berupa membersihkan lahan
dari gulma, pencangkulan/bajak, kemudian dibuat lubang tanam. Ukuran lubang
tanam mempunyai panjang, lebar, dan tinggi berkisar antara 2,5m × 2,5m : 4m × 4m ;
5m × 5m, bergantung tingkat kesuburan tanah pada lahan penanaman.
c) Pembibitan
Tanaman mengkudu dapat dikembangbiakan melalui cara generative dan
vegetative. Perkembangbiakan secara generative dilakukan dengan biji. Biji dapat
diambil dari buah yang berasal dari pohon induk yang pertumbuhannya baik
(berumur 3-5 tahun dan produktif). Biji disemaikan dalam kantong plastik/polybag
berdiameter 10-15cm. sebelum disemaikan sebaiknya biji dikecamnahkan terlebih
dahulu. Polybag diisi dengan media semai berupa campuran tanah dan pupuk
kandang halus (1:1) hingga cukup penuh. Setiap polybag diisi satu kecambah
mengkudu, kemudian disimpan di tempat yang rata secara teratur.
Pemeliharaan bibit dilakukan dengan penyiraman secara kontinu. Bibit yang
sudah berdaun antara 2-4 helai dan memiliki ketinggian antara 10-15 cm dapat
dipindahkan ke kebun.
d) Penanaman
Penanaman sebaiknya dilakukan pada awal musim hujan. Tetapi, pada tempat-
tempat atau daerah yang tersedia cukup air, penanaman dapat dilakukan sepanjang
tahun. Penanaman dilakukan dengan cara bibit dikeluarkan dari polybag dengan
menyobek polybag secara hati-hati, agar akar dan medium tanamnya tetap utuh.
Setelah itu lobang tanam digali seukuran dengan perakaran bibit tanam
mengkudu. Bibit tanam mengkudu dimasukkan tepat di tengah-tengah lubang tanam
mengkudu. Bidang perakaran ditimbuun dengan medium tanam sambil dipadatkan
pelan-pelan. Selanjutnya, medium tanam di sekitar perakaran bibit tanaman disiram
hingga cukup lembab terutama jika tidak turun bujan.
e) Pemeliharaan Tanaman
Pemeliharaan tanaman mengkudu meliputi penyiangan, penggemburan tanah,
pengairan, pemupukan, pembentukan pohon, dan perlindungan dari serangan OPT.
Penyiangan sebaiknya dilakukan sebulan sekali atau bergantung pada keadaan
pertumbuhan rumput liar (gulma). Penggemburan tanah dapat dilakukan bersamaan
dengan kegiatan penyiangan untuk menjamin secara normal.
Pengairan harus dilakukan secara kontinu (khusus pada musim kemarau), terutma
pada fase awal pertumbuhan tanaman. Selanjutnya pengairan dikurangi secara
bertahap atau disesuaikan dengan keadaan tanah, yang terpenting tanah tidak sampai
mengalami kekeringan.
Pemupukan dilakukan dengan menggunakan pupuk organik maupun anorganik.
Pemberian pupuk organik dilakukan 2 kali setiap tahun, masing-masing sebanyak 15
kg per pohon. Adapun pemberian pupuk anorganik dilakukan setiap 1-2 bulan sekali
atau bergantung pada keadaan pertumbuhan tanaman. Pupuk anorganik berupa
campuran urea, TSP (SP-36) dan KCL sebanyak 100-300 g/pohon atau NPK
sebanyak 300-500 g/pohon. Selain pemupukan, pembentukan pohon dilakukan
dengan pemangkasan secara kontinu terutama cabang liar atau daun yang terlalu
rimbun.