Anda di halaman 1dari 8

PENTINGNYA PENERAPAN KEBIJAKAN K3 DI RUMAH SAKIT

Tsaqila Nadhifa Harahap/tsaqilaoop@gmail.com

Latar Belakang

Kesehatan dan Keselamatan Kerja (K3) merupakan salah satu isu penting di dunia kerja saat
ini termasuk di lingkungan rumah sakit. Angka kecelakaan kerja di rumah sakit lebih tinggi
dibandingkan tempat kerja lainnya dan sebagian besar diakibatkan oleh perilaku yang tidak
aman. Rumah sakit merupakan sebuah institusi kesehatan yang memberikan pelayanan
kesehatan perorangan secara Paripurna dalam upaya penyembuhan penyakit baik berupa
layanan rawat jalan, rawat inap dan gawat darurat. Kesehatan dan keselamatan kerja (k3)
merupakan suatu upaya perlindungan kepada tenaga Kerja dan orang lain yang memasuki
tempat kerja terhadap bahaya dari akibat kecelakaan kerja. Tujuan kesehatan dan keselamatan
kerja (K3) adalah mencegah mengurangi bahkan meninggalkan risiko penyakit dan
kecelakaan akibat kerja serta meningkatkan derajat kesehatan pekerja sehingga produktivitas
kerja meningkat. Pelaksanaan keselamatan dan kesehatan kerja adalah salah satu bentuk
upaya untuk menciptakan tempat kerja yang aman, sehat, dan bebas dari pencemaran
lingkungan sehingga dapat mengurangi dan atau bebas dari kecelakaan kerja dan penyakit
akibat kerja yang pada akhirnya dapat meningkatkan efisiensi dan produktivitas kerja.
Komitmen manajemen yang baik dapat menurunkan kecelakaan kerja. Semakin baik
pengetahuan dan perilaku K3 maka kecelakaan kerja semakin menurun. Komitmen
manajemen dan pengetahuan K3 secara bersama-sama mampu menurunkan kecelakaan kerja.
Manajemen rumah sakit perlu memasukkan aspek K3 di setiap Standar Operational Procedur
(SOP), membuat peraturan tertulis mengenai K3 di setiap area kerja, menyelenggarakan
pelatihan keselamatan dan kesehatan kepada perawat dan sosialisasi mengenai K3 perlu
diberikan untuk karyawan secara berkala. Perawat harus melaporkan setiap kejadian
kecelakaan kerja untuk dapat dievaluasi agar kejadian kecelakaan kerja tidak terulang.
Pelaksanaan Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3) adalah salah satu bentuk upaya untuk
menciptakan tempat kerja yang aman, sehat, dan bebas dari pencemaran lingkungan,
sehingga dapat mengurangi dan atau bebas dari kecelakaan kerja dan penyakit akibat kerja
yang pada akhirnya dapat meningkatkan efisiensi dan produktivitas kerja. Kecelakaan kerja
tidak saja menimbulkan korban jiwa maupun kerugian materi bagi pekerja dan pengusaha,
tetapi juga dapat mengganggu proses produksi secara menyeluruh, merusak lingkungan yang
pada akhirnya akan berdampak pada masyarakat luas (1). Rumah sakit merupakan suatu
industri jasa dengan berbagai potensi bahaya yang dapat menyebabkan kecelakaan akibat
kerja dan penyakit akibat kerja, sehingga diperlukan upaya meminimalisir risiko bahaya di
rumah sakit dengan pelaksanaan Keselamatan dan Kesehatan Kerja Rumah Sakit (K3RS).

Metode
Metode yang dapat digunakan adalah metode literature reviuw yaitu dengan menganalisis
dari berbagai sumber.yang sumbernya dapat berupa jurnal, buku, skripsi dan artikel lainnya.
Dan melakukan pengkajian dari sumber-sumber referensi berikut dengan mengumpulkan
berbagai informasi yang diambil dari referensi tersebut. Dan referensi tersebut harus
berkaitan dengan kebijakan k3 yang harus diterapkan di setiap rumah sakit. Supaya tim
kesehatan dapat memahami dan menerapkan k3 baik itu perawat maupun tim kesehatan
lainnya.

Hasil

Keselamatan dan kesehatan kerja adalah kegiatan yang dirancang untuk menjamin
keselamatan dan kesehatan ditempat kerja. Perawat berisiko terhadap kecelakaan dan
penyakit akibat pekerjaan. Perawat adalah tenaga kesehatan yang paling besar jumlahnya dan
paling lama kontak dengan pasien, sehingga sangat berisiko dengan pekerjaannya, namun
banyak perawat tidak menyadari terhadap risiko yang mengancam dirinya, melupakan
keselamatan dan kesehatan kerja (K3). Rumah sakit merupakan salah satu institusi
penyelenggara pelayanan kesehatan di industri jasa yang mempunyai karakteristik khusus
seperti padat karya, padat pakar, padat modal, padat teknologi, memiliki akses lebih terbuka
bagi bukan pekerja rumah sakit (pasien, pengantar pasien dan pengunjung pasien), serta
memiliki kegiatan yang terus menerus setiap hari dengan berbagai potensi bahaya yang
terdapat di rumah sakit (Kementerian Kesehatan RI, 2016). Kesehatan dan keselamatan kerja
merupakan salah satu isu penting di dunia kerja saat ini. Kecelakaan kerja menjadi salah satu
masalah urgen di lingkungan rumah sakit. Hal ini diakibatkan karena rumah sakit merupakan
suatu unit pelayanan kesehatan yang memberikan pelayanan pada semua bidang dan jenis
penyakit. Oleh sebab itu rumah sakit dituntut untuk dapat menyediakan dan menerapkan
suatu upaya agar semua sumber daya manusia yang ada di rumah sakit dapat terlindungi, baik
dari penyakit maupun kecelakaan akibat kerja (Ivana, Widjasena & Jayanti, 2014).
Pemerintah melakukan berbagai upaya untuk mengatasi kecelakaan kerja di rumah sakit,
salah satunya dengan dikeluarkannya Undang-Undang Nomor 23 Tahun 1992 dan Undang-
Undang Nomor 36 Tahun 2009 tentang penerapan Kesehatan dan Keselamatan Kerja di
rumah sakit (Kepmenkes RI, 2010, p.8). Idealnya risiko KAK dan PAK yang dapat dialami
oleh tenaga kesehatan di rumah sakit dapat diminimalisir dengan pelaksanaan keselamatan
dan kesehatan kerja rumah sakit (K3RS). Hal ini sesuai dengan Peraturan Menteri Kesehatan
Republik Indonesia Nomor 66 Tahun 2016 tentang K3RS untuk menjamin keselamatan dan
kesehatan SDM rumah sakit maupun orang lain yang berkunjung ke rumah sakit
(Kementerian Kesehatan, 2016). Rumah sakit sebagai industri jasa yang mempunyai beragam
persoalan tenaga kerja yang rumit dengan berbagai risiko terkena penyakit akibat kerja
bahkan kecelakaan akibat kerja sesuai jenis pekerjaannya, sehingga berkewajiban
menerapkan upaya Keselamatan dan Kesehatan Kerja Rumah Sakit (K3RS). Namun,
fenomena banyak ditemukan bahwa kebijakan, perencanaan serta pelaksanaan K3RS
tampaknya belum terlaksana secara maksimal sesuai standar, sehingga pekerja rumah sakit
banyak mengalami masalah kesehatan dan keselamatan kerja. Oleh karena itu, Standar
Kesehatan dan Keselamatan Kerja di RS (K3RS) perlu ditetapkan untuk mencegah dan
mengurangi risiko kecelakaan dan penyakit akibat kerja di RS.Demi terciptanya jaminan
keselamatan kerja maka diperlukan pelayanan strategis yang profesional serta prosedur kerja
yang tetap, tidak hanya tergantung pada peraturan-peraturan yang mengayominya dan
finansial yang diberikan, melainkan banyak faktor yang harus ikut terlibat, diantaranya
adalah pelaksanaan organisasi.Suatu organisasi yang berhasil dapat diukur dengan melihat
pada sejauh mana organisasi tersebut dapat mencapai tujuannya.Pelaksanaan K3 di RS dapat
dinilai dari kefektivitasan organisasi K3 tersebut (Kun dwi apriliawati,2017).

Pembahasan
Rumah sakit merupakan tempat kerja yang unik dan kompleks untuk menyediakan pelayanan
kesehatan bagi masyarakat. Semakin luas pelayanan kesehatan dan fungsi rumah sakit
tersebut, maka akan semakin komplek peralatan dan fasilitas yang dibutuhkan. Kerumitan
tersebut menyebabkan rumah sakit mempunyai potensi bahaya yang sangat besar, tidak hanya
bagi pasien dan tenaga medis, tetapi juga pengunjung rumah sakit. Potensi bahaya di RS,
selain penyakitpenyakit infeksi juga ada potensi bahaya-bahaya lain yang mempengaruhi
situasi dan kondisi di RS, yaitu kecelakaan (peledakan, kebakaran, kecelakaan yang
berhubungan dengan instalasi listrik, dan sumber-sumber cidera lainnya), radiasi, bahan-
bahan kimia yang berbahaya, gas-gas anastesi, gangguan psikososial dan ergonomi. Rumah
sakit sebagai salah satu fasilitas pelayanan kesehatan dapat menjadi tempat yang berbahaya
dan berisiko tinggi untuk keselamatan kerja. Tenaga keperawatan yang bekerja secara
berkesinambungan memberikan pelayanan keperawatan di rumah sakit secara terus menerus
selama 24 jam setiap hari berisiko mengalami penyakit dan kecelakaan kerja. Setiap tenaga
kerja yang bertugas di pelayanan kesehatan termasuk perawat berhak atas perlindungan dan
keselamatannya dalam melakukan pekerjaannya. Perawat dalam memberikan asuhan
keperawatan memiliki hak untuk bekerja dengan aman sehingga dapat memberikan
pelayanan yang berkualitas kepada pasien (American Nurses Association, 2007). Rumah
sakit merupakan tempat kerja berisiko. Pekerja rumah sakit mempunyai risiko lebih tinggi
dibandingkan dengan pekerja industri lain untuk terkena penyakit akibat kerja (PAK) dan
kecelakaan akibat kerja (KAK) (1). Bahaya potensial di rumah sakit disebabkan oleh faktor
biologi (virus, bakteri, jamur), faktor kimia (gas anestesi, bahan kimia berbahaya), faktor
ergonomi (posisi mengangkat beban yang salah), faktor fisik (pencahayaan, bising, getaran,
suhu), serta faktor psikososial (hubungan antara rekan kerja yang kurang baik, jam kerja
terlalu lama). Bahaya dari faktor– faktor tersebut dapat menyebabkan kecelakaan kerja
maupun penyakit akibat kerja yang dapat menyebabkan penurunan kemampuan fisik atau
mental, cacat, bahkan kematian. Hal ini dapat merugikan rumah sakit sebagai tempat kerja.
Kerugian yang ditimbulkan berupa biaya kompensasi kecelakaan, upah selama pekerja tak
mampu bekerja, hingga biaya atas kerusakan bahan, alat atau bahkan mesin (2). Perawat
sering melakukan kontak dengan pasien, melakukan beberapa tindakan medis yang dapat
menyebabkan penularan penyakit atau kecelakaan kerja. Kesehatan dan Keselamatan Kerja
(K3) merupakan suatu upaya perlindungan kepada tenaga kerja dan orang lain yang
memasuki tempat kerja terhadap bahaya dari akibat kecelakaan kerja.6 Tujuan K3 adalah
mencegah, megurangi, bahkan menihilkan resiko penyakit dan kecelakaan akibat kerja
(KAK) serta meningkatkan derajat kesehatan para pekerja sehingga produktivitas kerja
meningkat.7 Dalam Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 36 Tahun 2009 Tentang
Kesehatan, upaya kesehatan kerja ditunjukkan untuk melindungi pekerja agar hidup sehat dan
terbebas dari gangguan kesehatan serta pengaruh buruk yang diakibatkan oleh pekerjaan
sehingga sudah seharusnya pihak pengelola RS menerapkan upaya-upaya K3 di RS.8 K3
termasuk sebagai salah satu standar pelayanan yang dinilai di dalam akreditasi RS, disamping
standar pelayanan lainnya. Pekerja RS mempunyai risiko lebih tinggi dibanding pekerja
industri lain untuk terjadinya Penyakit Akibat Kerja (PAK) dan KAK, sehingga perlu dibuat
standar perlindungan bagi pekerja yang ada di RS.4 Untuk mencegah dan mengurangi resiko
bahaya tersebut maka perlu ditetapkan standar K3 di RS. Perlunya pelaksanaan K3RS
mengenai kebijakan pemerintah tentang RS di Indonesia adalah untuk meningkatkan akses,
keterjangkauan, dan kualitas pelayanan kesehatan yang aman diRS. Perencanaan,
pelaksanaan, monitoring, dan evaluasi K3 RS serta tindak lanjut, yang merujuk pada SK
Menkes No. 432/ Menkes/ SK/ IV/ 2007 tentang Pedoman Manajemen K3 di RS dan OHSAS
18001 tentang Standar Sistem Manajemen K3. Sistem manajemen K3RS adalah bagian dari
sistem manajemen RS. Pelaksanaan K3, berkaitan dengan citra dan kelangsungan hidup RS.4
Manajemen adalah proses perencanaan, pengorganisasian, pengarahan dan pengawasan usaha
para anggota organisasi dan pengguanaan sumber daya organisasi lainnya agar mencapai
tujuan organisasi yang telah ditetapkan.9 Kementerian Kesehatan Republik Indonesia
mewajibkan dilaksanakannya akreditasi RS dengan tujuan untuk meningkatkan pelayanan RS
di Indonesia.10 Standar akreditasi yang digunakan saat ini akan menekankan pada pelayanan
berfokus pada pasien serta kesinambungan pelayanan dan menjadikan keselamatan pasien
sebagai standar utama serta melibatkan seluruh petugas dalam proses akreditasi.

1. Kebijakan

Kebijakan K3 dibuat secara terlulis, tertanggal, ditandatangani oleh pengusaha atau pengurus
RS, secara jelas menyatakan tujuan dan sasaran K3 serta komitmen terhadap peningkatan K3.
Kebijakan K3 menjadi landasan utama yang diharapkan mampu menggerakkan semua
elemen didalam perusahaan sehingga dapat terwujudnya program K3 dan program tersebut
dapat dilaksanakan dengan baik. Komunikasi ini dilakukan agar seluruh karyawan dan pihak
yang terlibat di RS mengetahui komitmen RS untuk menerapkan K3RS sehingga dapat
terintergrasinya K3 didalam melaksanakan semua pekerjaannya.

2. Pendanaan

Memiliki anggaran yang khusus yang dialokasikan untuk keperluan atau masalah yang
berkaitan dengan K3 seperti anggaran untuk pengadaan APD, pengadaan alat-alat yang
menunjang untuk keselamatan kerja (APAR, safety sign), pengobatan untuk karyawan RS
yang sudah kontrak. Namun dana yang sudah disediakan manajemen untuk keperluan K3
sudah cukup, dana sangat diperlukan untuk kelangsungan program K3 yang sudah
direncanakan oleh RS Prima Medika sehingga pelaksanaan K3 dapat berjalan. Akan tetapi
selain pendanaan, hal terpenting lainnya dalam pelaksanaan K3 adalah sumber daya manusia
untuk K3 dan struktur organisasi K3 di RS.

3. Sumber Daya Manusia / Tenaga Kerja


Untuk meningkatkan kompetensi yang dimiliki oleh karyawannya RS mengadakan pelatihan
penggunaan APAR serta alat pemadam api tradisional dengan mendatangkan pemadam
kebakaran unit pemalang dan diikuti oleh semua karyawan RS, pelatihan BLS (Basic Life
Support) untuk perawat, bidan, driver dan security dan pelatihan service excellent dan beauty
class.

4. Sarana Prasarana

Sarana prasarana atau fasilitas RS terkait K3 yang diberikan belum lengkap, fasilitas yang
sudah disediakan oleh rumah sakit berupa Alat Pelindung Diri, pegelolaan limbah cair,
pemisahan limbah medis dan non medis, sistem komunikasi menggunakan line telf, safety
sign, pengawasan terhadap peralatan yang digunakan, format pelaporan insiden,
ketidaksesuaian dan identifikasi sumber bahaya tetapi dalam pelaksanaannya masih belum
efektif karena masih belum ada unit yang menangani masalah khusus K3.Sedangkan untuk
fasilitas yang belum terpenuhi yaitu berkaitan dengan struktur organisasi K3 yang rencanya
akan dibuat pada tahun ke dua, sistem komunikasi tanggap darurat secara dengan
menggunakan alarm juga belum terpasang dan rencananya akan dipasang bersaman dengan
adanya Tim K3RS, sedangkan untuk prosedur informasi K3 pada RS belum ada dan
rencananya akan dibuat tentang K3RS bersamaan dengan Tim K3RS. Fasilitas akan
dilengkapi sesuai anggaran yang sudah dianggarkan untuk kegiatan yang berhubungan
dengan K3.

Penutup

Kesehatan dan Keselamatan Kerja (K3) merupakan salah satu isu penting di dunia kerja saat
ini termasuk di lingkungan rumah sakit. Angka kecelakaan kerja di rumah sakit lebih tinggi
dibandingkan tempat kerja lainnya dan sebagian besar diakibatkan oleh perilaku yang tidak
aman. Oleh karena itu, Standar Kesehatan dan Keselamatan Kerja di RS (K3RS) perlu
ditetapkan untuk mencegah dan mengurangi risiko kecelakaan dan penyakit akibat kerja di
RS.Demi terciptanya jaminan keselamatan kerja maka diperlukan pelayanan strategis yang
profesional serta prosedur kerja yang tetap, tidak hanya tergantung pada peraturan-peraturan
yang mengayominya dan finansial yang diberikan, melainkan banyak faktor yang harus ikut
terlibat, diantaranya adalah pelaksanaan organisasi.Suatu organisasi yang berhasil dapat
diukur dengan melihat pada sejauh mana organisasi tersebut dapat mencapai
tujuannya.Pelaksanaan K3 di RS dapat dinilai dari kefektivitasan organisasi K3 tersebut (Kun
dwi apriliawati,2017).

Daftar Pustaka:

1. Alayyannur,Putri Ayuni.2018. Korelasi Komitmen Manajemen dan Pelatihan K3


dengan Pengetahuan Di Rumah Sakit “X”. Journal of Industrial Hygiene and
Occupational Health. Vol: 2(2). 102-111.
2. Dwiari.K.E & Muliawan.P.2019. FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN
PELAKSANAAN KESELAMATAN DAN KESEHATAN KERJA DI RUMAH SAKIT
UMUM, KOTA DENPASAR. Arc. Com. Health.Volume,6(2) 2527-3620.
3. Handayani.L.T.2017. ANALISIS JALUR KESELAMATAN DAN KESEHATAN KERJA
DENGAN KEPUASAN TERHADAP KINERJA PERAWAT DALAM MEMBERIKAN
ASUHAN KEPERAWATAN DI RS DI JEMBER. THE INDONESIAN JOURNAL OF
HEALTH SCIENCE ISSN (Print) : 2087-5053 Vol,9(1).
4. Ivana.A, Widjasena.B & Jayanti.S.2014. Analisa Komitmen Manajemen Rumah Sakit
(RS) Terhadap Keselamatan Dan Kesehatan Kerja (K3) Pada RS Prima Medika
Pemalang. JURNAL KESEHATAN MASYARAKAT (e-Journal), Volume,2(1).
5. Nazirah,R &Yuswardi.2017. Perilaku Perawat Dalam Penerapan Manajemen
Kesehatan dan Keselamatan Kerja (K3) Di Aceh. Idea Nursing Journal. Vol: VIII (3)
6. Purba.H.I.D, Girsang.V.I & Malay.U.S.2018. STUDI KEBIJAKAN, PERENCANAAN
DAN PELAKSANAAN KESELAMATAN DAN KESEHATAN KERJA RUMAH SAKIT
(K3RS) DI RUMAH SAKIT UMUM (RSU) MITRA SEJATI MEDAN TAHUN 2018.
Jurnal Mutiara Kesehatan Masyarakat. Volume,3 (2): 113-124.
7. Pratiwi.A, Hariyono.W & Sutomo.A.H.2016. Komitmen manajemen, pengetahuan,
perilaku dalam K3 dan kecelakaan kerja perawat di rumah sakit swasta di
Yogyakarta. Berita Kedokteran Masyarakat, Volume,32(11).
8. Salmawati.L, Rasul.M & Naoirah.M.R.2019. FAKTOR YANG BERHUBUNGAN
DENGAN KEJADIAN KECELAKAAN KERJA PADA PERAWAT DI RUANG IGD
RSU ANUTAPURA KOTA PALU. JURNAL KESEHATAN MASYARAKAT
VOLUME,10(2).
9. Simamora, R. H.(2018). Buku ajar keselamatan pasien melalui timbang terima pasien
berbasis komunikasi efektif:SBAR.Medan: USUpress
10. Simamora, R. H.(2019). Buku ajar pelaksanaan identifikasi pasien. Uwais Inspirasi
Indonesia.
11. Sitohang Rina Berliana.2019. Hubungan Perilaku Perawat Dengan Penerapan
Keselamatan Dan Kesehatan Kerja (K3) Di Instalasi Gawat Darurat (IGD) RSU
Bunda Thamrin Tahun2019. Skripsi. Program Studi S1 Kesehatan Masyarakat
Fakultas Kesehatan Masyarakat Institut Kesehatan Helvetia Medan.
12. Tukatman,Sulistiawati,dkk.2015. Analisis Keselamatan dan Kesehatan Kerja
Perawat dalam Penanganan Pasien di Rumah Sakit Benyamin Guluh Kabupaten
Kolaka. Jurnal Ners. Vol: 10(2). 343-347.

Anda mungkin juga menyukai