Anda di halaman 1dari 2

Nama : Muhammad Sultan Al Falaqi

NIM : 2004551035

1. Pengertian Affirmative Action?

Affirmative action atau yang biasa dikenal dengan tindakan afirmatif (diskriminasi positif) adalah
kebijakan yang diambil bertujuan agar kelompok atau golongan tertentu (gender atau profesi)
memperoleh peluang yang setara atau sama dengan kelompok atau golongan lain dalam bidang
yang sama. Affirmative action juga dapat diartikan sebagai kebijakan yang memberi keistimewaan
pada kelompok tertentu (minoritas).

Menurut KBBI affirmative action atau tindakan afirmasi adalah penetapan yang positif, sebuah
penegasan serta peneguhan. Sedangkan menurut beberapa ahli seperti Tom Campbell menjelaskan
bahwa affirmative action ialah kebijakan yang dikeluarkan untuk grup tertentu yang dinilai tidak
memiliki representasi secara memadai pada posisi-posisi penting di masyarakat sebagai akibat
sejarah diskriminasi.

Dari beberapa penjelasan tersebut dapat disimpulkan bahwasannya affirmative action adalah cara
yang paling banyak digunakan oleh negara untuk menjawab kondisi sosial yang diskriminatif, adanya
ketidaksetaraan dan Marjinalisasi disegala bidang kehidupan akibat struktur patriarkhi di level publik
dan privat. Tindakan afirmasi merupakan juga gerakan nyata yang dilakukan untuk mempercepat
terciapanya keadilan dan Kesetaraan

2. Tujuan affirmative action?

Kebijakan affirmative action merupakan respon atas sejarah sistem kemasyarakatan dan adanya
pemisahan meupun Diskriminasi yang dilembagakan. Kebijakan ini dibentuk untuk menanggulangi
adanya sebuah bentuk Diskriminasi yang telah terbentuk antar kelompok dan kebijakan ini memiliki
sebuah tujuan jangka panjang yakni berfungsi dalam mengurangi bentuk diskriminasi antar
kelompok.

Tindakan afirmatif juga bertekad untuk memastikan keragaman dalam pendidikan serta pekerjaan
yang akan dipilihnya dan yang menjadi inti tindakan ini ialah menjadikan perempuan nomor satu
bukan lagi di nomor duakan. Tujuan tindakan ini dijelaskan terperinci sebagai berikut,

a. Mendistribusikan keuntungan dan beban masyarakat yang konsisten dengan prinsip-prinsip


keadilan distributif
b. Untuk menetralkan bias untuk menjamin hak yang sama untuk memperoleh kesempatan
bagi kaum perempuan dan minoritas
c. Untuk menetralkan kelemahan kompetitif yang saat ini dimiliki oleh kaum perempuan dan
minoritas disaat bersaing

3. Implementasinya di Indonesia!

Indonesia merupakan salah satu negara yang sudah memiliki kesadaran terhadap affirmative action.
Salah satu sarana yang paling penting dalam menerapkan kebijakan ini adalah adanya hukum dan
jaminan pelaksanaannya dalam konstitusi dan UU artinya diperlukan pengaturannya melalui hukum
yang berlaku dalam suatu negara.
Dalam amandemen II UUD 1945 terdapat pengaturan HAM dalam konstitusi Indonesia yang dimuat
dalam Bab XA. Dalam Pasal 28H ayat 2 secara jelas memuat dan mengatur tentang prinsip
affirmative action, dimana pasal tersebut berbunyi “setiap orang berhak mendapatkan kemudahan
dan perlakuan khusus untuk memperoleh kesempatan dan manfaat yang sama guna mencapai
persamaan dan keadilan”. Dengan demikian dapat diketahui bahwasannya konstitusi Indonesia
mengadopsi prinsip perbedaan (difference principle). Hal ini tentu saja dapat menjadi dasar
penerapan affirmative action secara konstitusional.

Sesuai dengan prinsipnya yaitu memberikan hak istimewa kepada kelompok minoritas dan
terdeskriminasi, maka untuk affirmative action di Indonesia dapat dilakukan pada perempun, anak-
anak dan kelompok minoritas. Namun, dalam perkembangan terakhir tepatnya pasca reformasi
Indonesia sudah menyedikana instrumen hukum yang menegaskan affirmative action yang dimana
menyebutkan bahwasannya prinsip tindakan afirmatif tidak hanya ditujukan pada perempuan, anak-
anak dan kelompok minoritas saja karena tidak hanya tiga kelompok itu saja yang mengalami
perlakuan diskriminasi di Indonesia.

Bentuk pengimplementasiannya yakni dibentuknya undang-undang yang memuat tindakan afirmatif


bagi perempuan yaitu UU No 10 tahun 2008 tentang pemilu anggota DPR, DPD dan DPRD serta UU
No 2 tahun 2008 tentang partai politik. Selain itu juga, Indonesia juga mengesahkan UU No 21 tahun
2001 tentang otonomi khusus provinsi Papua, dengan dibentuknya undang-undang tersebut
penduduk asli Papua memiliki identitas diri yang khas dan merupakan suatu keberagaman.

Anda mungkin juga menyukai