Anda di halaman 1dari 6

ANALISIS KUALITAS PENERANGAN RUANG KELAS REGULER

DAN KELAS FULLDAY MADRASAH TSANAWIYAH MIFTAHUL


HUDA KEC. TAYU KAB. PATI

PENYUSUNAN LATAR BELAKANG MINI RISET

Disusun untuk memenuhi tugas mata kuliah Fisika Lingkungan

Dosen Pengampu :

1. Dr. Ian Yulianti, S,Si., M.Eng.


2. Fianti, S.Si., M.Sc., Ph.D.

Disusun oleh :

Solichah (0403521008)

PROGRAM PASCASARJANA

UNIVERSITAS NEGERI SEMARANG

2021
Analisis Kualitas Penerangan Ruang Kelas Reguler dan Kelas Fullday
Madrasah Tsanawiyah Miftahul Huda Kec. Tayu Kab. Pati

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah


Proses pembelajaran merupakan proses yang paling penting dalam
meningkatkan kualitas intelegent seseorang, proses belajar akan mengubah keadaan
seseorang dari tahu menjadi tahu, dari tidak bisa menjadi bisa, dari tidak paham
menjadi paham. Proses pembelajaran bisa dilakuakn dimana saja, bisa di sekolah, di
rumah, di lingkungan masyarakat, dll. Salah satu jenis pendidikan adalah pendidikan
formal, pendidikan formal terdiri dari beberapa tingkatan, yaitu SD/MI, SMP/MTs,
SMA/MA, kemudian biasanya dilanjutkan ke perguruan tinggi. Dalam pendidikan
formal proses pendidikan biasanya dilakukan di ruangan yang disebut ruang kelas,
setiap kelas terdiri dari beberapa siswa.
Ruang Kelas adalah ruang untuk pembelajaran teori dan praktek yang tidak
memerlukan peralatan khusus. Rasio minimum luas ruang kelas di sekolah menengah
pertama adalah 2 m2 /peserta didik, dengan luas minimum ruang kelas adalah 30 m2 ,
dimana lebar minimumnya adalah 5 m. Suatu ruang kelas diharuskan untuk memiliki
jendela yang memungkinkan pencahayaan yang memadai untuk membaca buku dan
untuk memberikan pandangan ke luar ruangan (Permendiknas, 2007). Ruang kelas
sebagai tempat kegiatan belajar siswa selayaknya berupa tempat yang nyaman, sehat,
sekaligus efisien dalam pemanfaatan energi.
Proses pembelajaran memerlukan konsentrasi yang tinggi, tempat dan
lingkungan belajar yang nyaman memudahkan siswa untuk berkonsentrasi. Dengan
mempersiapkan lingkungan yang tepat, siswa akan mendapatkan hasil yang lebih baik
dan dapat menikmati proses belajar yang dilakukan (Mahmuddin, 2010). Lingkungan
sekolah, harus didesain sebaik mungkin untuk memfasiltasi siswa dalam pelaksanaan
belajar mengajar. Dampak pencahayaan yang kurang baik tidak terlepas dari
perancangan ruangan yang kurang baik. Ruang yang dirancang haruslah
memungkinkan orang yang menempatinya dapat melihat benda-benda. Tanpa dapat
melihat benda-benda dengan jelas aktivitas di dalam ruang akan terganggu.
Sebaliknya, cahaya terlalu terang juga dapat mengganggu penglihatan yaitu
menyebabkan kesilauan (Sukawi, 2013). Penerangan dapat dibagi menjadi dua, yaitu
penerangan alami dan penerangan buatan. Penerangan alami bisa dalam bentuk sinar
matahari. Sedangkan penerangan buatan adalah segala bentuk cahaya yang bersumber
dari alat buatan manusia seperti lampu.
Luminansi atau penerangan adalah ukuran terangnya suatu objek. Penerangan
yang terlalu besar akan menyilaukan mata. Luminansi dari sumber cahaya atau
permukaan yang memantulkan cahaya adalah intensitas cahaya dibagi dengan luas
permukaan yang tampak. Yang dimaksud dengan luas permukaan semu adalah luas
proyeksi sumber cahaya pada bidang datar yang tegak lurus dengan arah pandang, dan
bukan total luas permukaan.
Mangunwijaya (2012) berpendapat bahwa penerangan yang baik adalah
apabila mata kita dapat melihat apa yang ada di sekitar kita dengan jelas dan nyaman,
atau dengan kata lain penerangan harus dapat memenuhi persyaratan fungsional dan
persyaratan keamanan. Kurangnya cahaya yang diterima atau cahaya yang berlebih
ditangkap oleh mata merupakan penyimpangan terhadap pencahayaan. Prinsip umum
pencahayaan adalah bahwa cahaya yang berlebihan tidak akan menjadi lebih baik.
Penglihatan tidak menjadi lebih baik hanya dari jumlah atau kuantitas cahaya tetapi
juga dari kualitasnya. Kuantitas dan kualitas pencahayaan yang baik ditentukan dari
tingkat refleksi cahaya dan tingkat rasio pencahayaan pada ruangan (Irianto, 2016).
Cahaya adalah bagian mutlak dari hidup kita, karena kehidupan manusia
sangat bergantung pada cahaya. Penyelidikan menunjukkan bahwa sekitar 80% dari
semua informasi yang diterima oleh otak kita ternyata melalui mata. Proses ini hanya
dapat terjadi bila ada cahaya, baik cahaya alami yaitu cahaya matahari langsung (day
light) / cahaya matahari yang dipantulkan oleh bulan (moon light) maupun cahaya
buatan (artificial light) (Darmasetiawan & Puspakesuma, 1991).
Penglihatan adalah kemampuan untuk mengumpulkan informasi sinar yang
masuk ke dalam mata (Lechner, 2001). Penglihatan sangat bergantung pada
ketersediaan cahaya. Mata adalah organ kompleks yang pada dasarnya berperan untuk
mengkonversi cahaya menjadi sinyal sensorik yang dapat ditafsirkan dalam otak.
Fluks cahaya adalah jumlah cahaya yang jatuh di setiap sudut ruangan. Satu
watt cahaya kira-kira sama dengan 680 lumens. Angka perbandingan 680 ini setara
balok metrik. Persamaan fluks cahaya dilambangkan dengan Φ dengan satuan lumen
(lm). Intensitas penerangan atau penerangan dalam bidang pekerjaan, yaitu fluks
cahaya yang jatuh dari bidang itu. Satuan untuk intensitas penerangan adalah lux,
dengan simbol E.
Intensitas penerangan atau luminansi disuatu bidang kerja, yaitu fluks cahaya
yang jatuh Pada dari bidang itu. Satuan untuk intesitas penerangan adalah lux, dengan
lambang E.

Erata-rata= lux
A
Distribusi cahaya atau penyebaran cahaya dalam suatu ruangan dikenal
dengan beberapa istilah termasuk penerangan langsung, penerangan tidak langsung,
penerangan semi-langsung, penerangan semi-tidak langsung, dan penerangan difus.
Distribusi cahaya ditentukan oleh arah penerangan dan efek dari lampu (armature /
luminer) lampu.
Pada ruang kelas yang memakai media pengajaran papan tulis, harus
diperhatikan pencahayaan untuk media tersebut. Hal ini untuk memastikan bahwa
refleksi cahaya tidak menimbulkan masalah penglihatan bagi siswa khususnya mereka
yang duduk dekat papan tulis. Untuk media whiteboard maka kuat pencahayaan yang
disarankan adalah 250 lux, sedangkan untuk blackboard yang daya pantulnya tidak
lebih dari 0,1 maka kuat pencahayaan yang disarankan adalah 500 lux. Sedangkan
ruang kelas yang menggunakan media LCD, pencahayaan umum yang disarankan
adalah 250-300 lux dengan menyediakan dimmer untuk mengatasi masalah
pencahayaan (glare) yang timbul (Bean, 2004).
Penelitian tentang penerangan di kelas sudah dilakukan sebelumnya oleh
Listiana Cahyantari (2016), mengatakan bahwa bahwa kuat pencahayaan rata-rata di
ruang kuliah 35C 201 40 dan 35C 210 40 di gedung fisika universitas Jember belum
memenuhi standar yang telah ditentukan SNI yaitu sebesar 250 lux, sedangkan hasil
pengukuran dan perhitungan nilai reflektansi pada kedua ruang kuliah untuk dinding,
lantai dan plafon telah memenuhi standar rekomendasi SNI dengan besar nilai dari 0,5
sampa 0,8. Irnawaty Idrus (2016), mengatakan bahwa sebagian besar intensitas
cahaya alami ruang kelas sekolah dasar di Kota Makassar berada di bawah standar
pencahayaan rata-rata SNI ruang kelas. Sebanyak 87,9% dibawah nilai standar
pencahayaan rata-rata SNI untuk ruang kelas dan hanya sebanyak 12,1% yang
diatas nilai standar SNI.
Ikhbal Afif JH (2017), didapatkan hasil bahwa Kuat pencahayaan tertinggi
143,8 lux di ruang 304 dan terendah 103,4 lux di ruang 314. Dari perhitungan kembali
jumlah luminer pada ruangan 304, 305, 306 , 307, 308, 309, 310, 311, 312, 313,
314, 315 didapat jumlah luminer yaitu 9 luminer dan pada ruangan 301, 302, 303,
316, 317, 318, 319 didapat jumlah lumner yaitu 9 luminer. Hal ini didukung oleh
Hari Widiyantoro (2017), dalam penelitiannya mengatakan bahwa penggunaan
opening/ bukaan jendela sudah sesuai untuk kenyamanan visual pada zona A terbukti
dari hasil pengukuran cahaya pada kondisi tirai Rekomendasi terbuka Dari standart
SNI untuk iluminasi pencahayaan ruang kantor adalah 350 lux (± 15 lux). Dan dapat
dilihat bahwa zona A1 mencapai 365 lux, zona A2 mencapai 365.33 lux dan zona A3
mencapai 341.33 lux. Jadi sudah sesuai untuk menghasilkan kenyamanan visual.
Namun pada zona B kurang efektif untuk kondisi tirai terbuka, jadi pada zona B
akan mencapai standart SNI yang mencapai kenyamanan visual adalah pada kondisi
tirai tertutup dengan lampu menyala.
Dyah Nurwidyaningrum (2017), mengatakan bahwa memilih warna muda
pada dinding dapat meningkatkan iluminasi ruang kelas, terutama untuk kelas ukuran
kecil selain menambah kesan luas ruang.
Dari uraian yang telah dijabarkan, maka peneliti merasa penting untuk dapat
mengidentifikasi dan mengungkap informasi mengenai “Analisis Kualitas
Penerangan pada ruang kelas Regular dan Kelas Fullday di MTs. Miftahul Huda
Kec. Tayu Kab. Pati”. Sehingga dapat diperoleh informasi mengenai hal tersebut dan
kesesuaiannya dengan standar nasional pencahayaan bangunan (SNI). Informasi yang
diperoleh akan menjadi acuan untuk menyusun langkah-langkah optimalisasi atau
sebagai data awal untuk mengidentifikasi mengenai tingkat kenyamanan visual di
ruang kelas.

B. Rumusan Masalah
Rumusan masalah yang akan diangkat pada penelitian ini adalah
1. Berapa besar nilai intensitas pencahayaan alami dan buatan di ruang kelas Regular
dan Kelas Fullday di MTs. Miftahul Huda Kec. Tayu Kab. Pati?
2. Bagaimanakah cara mengetahui kesesuaian intensitas pencahayaan ruang kelas
Regular dan Kelas Fullday di MTs. Miftahul Huda Kec. Tayu Kab. Pati?

C. Tujuan Penelitian
1. Mengetahui intensitas penerangan alam pada ruangan kelas regular dan ruang
kelas fullday MTs. Miftahul Huda Kec. Tayu Kab. Pati.
2. Mengetahui intensitas penerangan alam dan buatan pada ruangan kelas
regular dan ruang kelas fullday MTs. Miftahul Huda Kec. Tayu Kab. Pati.
3. Mengetahui kesesuaian intensitas penerangan pada ruangan kelas regular dan
ruang kelas fullday MTs. Miftahul Huda Kec. Tayu Kab. Pati memenuhi
standar SNI, Menkes, dan standar UNEP.

D. Ruang Lingkup dan Pembatasan Masalah


Penelitian ini difokuskan pada hal yang berhubungan dengan pencahayaan
ruang belajar di kelas Regular dan kelas Fullday terhadap aktivitas belajar siswa, yaitu
pencahayaan yang sesuai standar dan kenyamanan pengguna.

E. Manfaat Penelitian
1. Manfaat Akademis
a. Penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi mengenai kualitas
pencahayaan pada ruang belajar sesuai SNI dan pengaruhnya terhadap proses
belajar siswa di kelas.
b. Penelitian ini diharapkan dapat menjadi acuan bagi para peneliti selanjutnya
yang akan mengangkat tema yang serupa.
2. Manfaaat dalam Praktik
Dengan adanya penelitian ini diharapkan dapat menjadi acuan dalam perancangan
ruang belajar dan menjadi pertimbangan dalam hal desain pencahayaan kelas
sehingga dapat mendukung aktivitas belajar siswa.

Anda mungkin juga menyukai