Anda di halaman 1dari 69

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Di era sekarang ini perdagangan memegang peranan penting dalam

keberlangsungan hidup suatu masayarakat,dimana perdangangan merupakan cara

manusia untuk memenuhi kebutuhan hidupnya. Aktifitas perdagangan atau transaksi

jual beli ini di lakuakan di pasar yang melibatkan penjual dan pembeli yang langsung

melakukan transaksi. Sebagian besar usaha perdagangan Indonesia dipenuhi dengan

Usaha Ritel Mini Market yang telah mermbah sampai ke daerah.kondisi ini dapat

mempengaruhi pedagang kecil seperti Usaha Mikro, Kecil Menengah, yang

didominasi oleh rakyat kalangan kebawah.

Perekonomian yang sehat dan merata di setiap tingkatan masyarakat

diharapkan dapat terealisasi lewat kehadiran Negara. Hal ini dapat tercipta jika

didukung oleh sistem perdagangan yang efisien dan efektif, sehingga

keberlangsungan usaha perdaganagan dapat berjalan melalui perlindungan dan

pembinaan oleh pemerintah dalam hal ini merujuk pada Peraturan Predsiden Nomor

112 Tahun 2007 yang memberikan perhatian kepada usaha kecil tentang regulasi

letak Mini Market diantara usaha kecil.

Peraturan Presiden No. 112 Tahun 2007 menerangkan bahwa pasar adalah area

tempat jual beli barang atau tempat bertemunya pedagang dan pembeli. Pasar

1
tradisional adalah pasar dengan ciri utama terdapat tawar-menawar harga dalam

proses jual beli, sedangkan pasar modern merupakan area jual beli yang memiliki

harga yang pasti. Pasar modern dibedakan menjadi pusat perbelanjaan dan toko

modern. Pusat perbelanjaan adalah suatu area tertentu yang terdiri dari satu atau

beberapa bangunan yang didirikan secara vertikal maupun horizontal, yang dijual

atau disewakan kepada pelaku usaha dan dikelola sendiri untuk melakukan kegiatan

perdagangan barang.

Perbedaan pasar modern dan pasar tradisional secara umum memiliki

pengertian tempat terjadinya proses jual dan beli, secara lebih luas pasar memiliki

artian sebagai sebuah sistem, prosedur, dan tempat jual beli baik barang, jasa, dan

sumber daya atau tempat pertukaran sumber daya (alam atau manusia) dengan uang

atau alat pembayaran lainnya yang sah dan diakui. Pasar merupakan salah satu bagian

penting dalam sistem perekonomian. Dalam pasar, ada persaingan baik itu persaingan

antara pedagang maupun antara merek dagang.

Pasar Tradisional merupakan pasar di mana kegiatan penjual dan pembelinya

dilakukan secara langsung dalam bentuk eceran dalam waktu sementara atau tetap

dengan tingkat pelayanan terbatas. Pasar tradisional biasanya muncul dari kebutuhan

masyarakat umum yang membutuhkan tempat untuk menjual barang yang dihasilkan.

Sedangkan konsumen yang membutuhkan barang tertentu untuk kebutuhan hidup

sehari-hari bisa mendapatkannya di situ.

Pasar Modern adalah pasar yang bersifat modern dimana barang dagangannya

diperjual belikan dengan harga yang pas sehingga tidak ada aktivitas tawar menawar

2
dan dengan layanan yang baik. Keunggulan pasar ini yaitu tempatnya bersih dan

nyaman, pasar modern tidak hanya menjual kebutuhan sandang dan pangan saja,

pasar tersebut juga menjual kebutuhan pokok dan sebagian besar barang dagangan

yang dijualnya memiliki kualitas yang baik. Contoh tempat berlangsungnya pasar ini

adalah di mall, plaza, Mini Market,swalayan dan tempat-tempat berbelanja lainnya,

tentunya tempatnya bersih dan nyaman,

Minimarket memiliki luas lantai yang paling kecil di antara jenis-jenis toko

modern, yaitu kurang dari 400 m2 . Minimarket saat ini semakin marak di Indonesia,

terlebih lagi dengan adanya jaringan minimarket dengan sistem franchise atau

waralaba seperti Alfamart dan Indomaret. Investor lokal dapat dengan mudah

mendirikan minimarket franchise karena modal yang dibutuhkan tidak terlalu besar..

Minat masyarakat untuk berbelanja di minimarket juga meningkat karena

adanya pendapat bahwa pasar modern (termasuk minimarket) lebih rapi, bersih dan

praktis daripada pasar tradisional, meskipun tak sedikit pula masyarakat yang

memilih loyal terhadap pasar tradisional. Hal ini merupakan pergeseran dari

kebutuhan fungsional menjadi kebutuhan psikologis kebutuhan fungsional (functional

needs) adalah kebutuhan yang berhubungan langsung dengan bentuk atau penampilan

(performance) dari produk, sedangkan kebutuhan psikologis (psychological needs)

adalah kebutuhan yang diasosiasikan dengan kebutuhan yang bersifat mental dari

konsumen yang dapat terpenuhi dengan berbelanja ataupun membeli sebuah produk.

3
Kecamatan Kawangkoan dan Kawangkoan Barat merupakan 2 dari 25

Kecamatan yang ada di Kabupaten Minahasa. Kecamatan Kawangkoan memiliki

Luas 15,2 Km2 sedangkan Kecamatan Kawangkoan Barat memiliki Luas 19,27

Km2.dan berjarak kurang lebih 47,1 Km dari Manado ibukota Provinsi Sulawesi

Utara.

Fenomena yang terjadi di Kecamatan Kawangkoan dan Kawangkoan Barat

adalah munculnya Jaringan Ritel Moderen seperti Indomaret dan Alfamaret.yang

menjual berbagai macam produk, di tambah lagi saat ini sedang Pandemi Global,

pemerintah Kabupaten Minahasa juga mengeluarkan surat permohonan agar Jaringan

Ritel Modern menyediakan bumbu dapur untuk membantu masyarakat sehingga ini

berdampak kepada Para Pedagang Usaha Kecil karena usaha yang mereka geluti

mengalami penurunan yang signifikan.

Berdasarkan uraian latar belakang yang di angkat dari pemikiran serta di

tuangkan dalam tulisan di atas maka penulis perlu untuk mengkaji dan

mengidentifikasi permasalahan yang ada untuk mendapatkan hasil yang maksimal

dan dapat dibahas secara mendalam, oleh karena itu dalam proposal ini penulis

tertarik untuk menelti tentang “Dampak Kebijakan Perizinan Minimarket Terhadap

Usaha Kecil di Kecamatan Kawangkoan dan Kawangkoan Barat Kabupaten

Minahasa”

1.2 Rumusan Masalah

4
Rumusan masalah yang diangkat dalam penelitian ini adalah: Bagaimana

Dampak Kebijakan Perizinan Minimarket Terhadap Usaha Kecil di Kecamatan

Kawangkoan dan Kawangkoan Barat ?

1.3 Tujuan Penelitian

Untuk mengetahui dan mendeskripsikan Dampak Kebijakan Perizinan

Minimarket Terhadap Usaha Kecil di Kecamatan Kawangkoan dan Kawangkoan

Barat Kabupaten Minahasa

1.4 Manfaat Penelitian

Adapun yang menjadi manfaat penelitian ini adalah sebagai berikut:

1. Secara teoritis diharapkan bahwa penelitian ini akan memberikan kontribusi

yang sangat baik berkaitan dengan ilmu pengetahuan,lebih khusus ilmu

pemerintahan.

2. Secara praktis diharapkan melalui penelitian ini akan memberikan manfaat

terhadap Kecamatan Kawangkoan dan Kawangkoan Barat Kabupaten Minahasa

dalam mengeluarkan kebijakan perizianan usaha ,lebih khusus izin usaha Toko

Moderen.

5
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Konsep Dampak

Dampak Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) dampak merupakan

benturan, pengaruh kuat yang mendatangkan akibat (baik negatif maupun positif).

Dampak juga dapat diartikan sebagai benturan yang cukup hebat antara dua benda

sehingga menyebabkan perubahan yang berarti dalam momentum sistem yang

mengalami benturan itu. Dilihat dari sisi ekonomi, dampak berarti bahwa pengaruh

suatu penyelenggaraan kegiatan terhadap perekonomian (KBBI Online, 2014).

Dampak Sosial Ekonomi Pengertian sosial ekonomi jarang dibahas secara

bersamaan. Pengertian sosial dan pengertian ekonomi sering dibahas secara terpisah.

Pengertian sosial dalam ilmu sosial merujuk pada objek yakni masyarakat sedangkan

pada deperteman sosial merujuk pada kegiatan yang ditunjukkan untuk mengatasi

6
persoalan yang dihadapi oleh masyarakat dalam bidang kesejahteraan yang ruang

lingkup pekarjaan terkait dengan kesejahteraan sosial.

Dalam kamus besar bahasa Indonesia, kata sosial berarti segala sesuatu yang

berkaitan dengan masyarakat. Sedangkan secara garis besar ekonomi dapat diartikan

sebagai peraturan rumah tangga atau menejemen rumah tangga. Berdasarkan

beberapa pengertian di atas maka dapat disimpulkan bahwa sosial ekonomi

merupakan segala sesuatu yang berkaitan dengan pemenuhan kebutuhan yang ada di

masyarakat atau yang lebih umumnya terkait dengan kesejahteraan masyarakat

(Zunaidi, 2013).

Dampak sosial ekonomi dapat dilihat dari sisi positif dan negatif sehingga dapat

lebih berimbang dalam memberikan penilaian. Beberapa hal yang bersifat positif

yaitu meningkatnya kelayakan dan kenyamanan usaha, terbukanya kesempatan kerja,

perubahan status menjadi pedagang legal. Dampak negatif yaitu menurunnya

pendapatan, meningkatnya biaya operasional, melemahnya jaringan sosial, dan

menurunnya kesempatan pedagang untuk ikut dalam kelompok-kelompok sosial non

formal (Sinaga, 2004).

Teori Weber mengemukakan bahwa tindakan ekonomi dapat dipandang sebagai

tindakan sosial selama tindakan tersebut memperhatikan tingkahlaku orang lain.

Sebab secara umum, dikalangan pedagang pasar tradisional terdapat interaksi sosial,

hubungan sosial dan jaringan yang dibangun untuk menopang usaha mereka

(Heriyanto, 2012). Setiap perubahan membawa konsekuensi tersendiri bagi

masyarakat. Pembangunan sebagai suatu proses perubahan yang direncanakan,

seiring berjalannya waktu tentu tidak terlepas dari dampak yang menyertainya.

7
Pembangunan pada umumnya merupakan kehendak masyarakat yang terwujud dalam

keputusan-keputusan yang diambil oleh para pemimpinnya. Dampak-dampak yang

muncul tersebut dapat ditarik sebuah benang merah yakni adanya intervensi yang

datang dari decision-making yang berpengaruh atas kondisi sebelum dan sesudahnya

(Parsons, 2006).

Perspektif dampak dalam tinjauan sosiologi harus memperhatikan beberapa hal

dalam kehidupan sosial. Aspek sosial dalam kajian dampak yang dibingkai oleh

terapan ilmu pengetahuan sosial secara sistematis ini, setidaknya untuk

mengidentifikasi dua hal: (1) bentuk dan sifat penilaian atau respon masyarakat

terhadap suatu usaha atau kegiatan; dan (2) perubahan penilaian atau respon

masyarakat terhadap usaha atau kegiatan tersebut. Pembahasan masalah tersebut

mencakup rentang kegiatan yang meliputi tahap prakonstruksi, tahap konstruksi dan

pascakonstruksi, dengan memperhatikan tujuan dan target yang hendak dicapai

(Usman: 2003).

Penilaian dampak membawa pada awal siklus kebijakan, definisi problem dan

penentuan agenda. Tujuan penilaian adalah untuk menunjukkan bagaimana suatu

kebijakan atau program tertentu sudah “bekerja/tidak bekerja”, memenuhi tujuan

kebijakan/program serta menjaga konstruksi problem dan klaim kebijakan yang

dilakukan pemerintah. Sedangkan metode untuk menilai dampak antara lain (Parsons,

2006): a) Membandingkan problem/situasi/kondisi dengan apa yang terjadi sebelum

intervensi. b) Melakukan eksperimen untuk menguji dampak suatu program terhadap

suatu area atau kelompok dengan membandingkannya dengan apa yang terjadi di area

atau kelompok lain yang belum menjadi sasaran intervensi. 21 c) Membandingkan

8
biaya dan manfaat yang dicapai sebagai hasil dari intervensi. d) Menggunakan model

untuk memahami dan menjelaskan apa yang terjadi sebagai akibat dari kebijakan

masa lalu. e) Pendekatan kualitatif dan judgemental untuk mengevaluasi

keberhasilan/kegagalan kebijakan dan program. f) Membandingkan apa yang sudah

terjadi dengan tujuan atau sasaran tertentu dari sebuah program atau kebijakan. g)

Menggunakan pengukuran kinerja untuk menilai apakah tujuan atau targetnya sudah

terpenuhi. Dalam kajian dampak, penetapan komponen sosial-ekonomi relatif lebih

sulit karena sifat manusia yang sangat dinamis dan setiap komponen mempunyai

hubungan yang erat dan interaktif.

Menurut Finsterbusch dan Motz dalam Tangkilisan (2003), menyatakan ada

empat jenis evaluasi dampak dalam suatu kebijakan yaitu :

1. Evaluasi single program after-only, dimana dalam hal ini evaluasi langsung

pembuatan penilaian terhadap tindakan kebijakan (program).

2. Evaluasi single program before-after, dimana evaluasi ini dilakukan untuk

menutupi kelemahan dari evaluasi single program after-only.

3. Evaluasi comparative after-only, dimana evaluasi ini dilakukan untuk menutupi

kelemahan evaluasi yang kedua tapi tidak yang pertama.

4. Evaluasi comparative before-after, dimana evaluasi ini disusun untuk melakukan

evaluasi dari dampak kebijakan.

2.2 Konsep Kebijakan

9
Kebijakan adalah rangkaian konsep dan asas yang menjadi garis besar dan

rencana dalam pelaksanaan suatu pekerjaan/kepemimpinan dan cara bertindak (Balai

Pustaka, 2007). Kebijakan yang dilakukan pemerintah 24 berkaitan erat dengan

kebijakan publik. Kebijakan sesungguhnya bukanlah sekedar bersangkut paut dengan

hnmekanisme penjabaran keputusan politik ke dalam prosedur rutin lewat saluran

birokrasi pemerintah melainkan lebih dari itu, lebih menyangkut masalah konflik,

keputusan dan siapa memperoleh apa dari suatu kebijakan.

Kebijakan publik sangat erat dengan putusan pemerintahan dalam proses

pembangunan. Kebijakan publik menjadi penting apabila kebijakan tersebut

dijalankan atau diimplementasikan (Sumaryadi, 2010). lmplementasi Kebijakan

Publik Studi implementasi merupakan suatu kajian yang mengarah pada proses

pelaksanaan dari suatu kebijakan. Definisi dari implementasi kebijakan adalah

tindakan yang dilakukan baik individu pejabat, kelompok pejabat pemerintah, atau

swasta yang diarahkan pada tercapainya tujuan yang telah digariskan (Van Meter

dalam Agustino, 2008).

Penjelasan di atas menunjukkan bahwa implementasi terkait dengan tujuan atau

sasaran kebijakan, aktivitas atau kegiatan pencapaian tujuan, dan hasil kegiatan.

Implementasi merupakan proses krusial dari kebijakan publik. Tanpa adanya

implementasi kebijakan, sebuah keputusan kebijakan hanya akan menjadi catatan-

catatan di atas meja para pembuat atau perencana kebijakan. Setiap implementasi

kebijakan publik yang dilaksanakan pasti memiliki dampak. Kata “dampak” perlu

dipertegas oleh karena suatu kebijakan itu lazimnya memang menimbulkan akibat

10
langsung dan akibat tidak langsung, baik yang memang diniatkan atau pun yang tidak

diniatkan (unintended results).

Dampak sosial ekonomi dalam pembangunan terkait dengan dampak sosial

ekonomi adalah pembahasan terhadap sistem sosial ekonomi yang meliputi norma,

gagasan, aktifitas, dan interaksi masyarakat. Dalam kasus relokasi pasar Dinoyo,

dampak sosial bisa dikaitkan dengan beberapa aspek seperti dampak keamanan,

dampak transportasi, dampak kebersihan lingkungan maupun pengaruh bagi

pedagang itu sendiri.

2.3 Konsep Perizinan

Perizinan merupakan salah satu perwujudan tugas mengatur dari pemerintah.

Pengertian izin menurut definisi yaitu perkenan atau pernyataan mengabulkan.

Sedangkan istilah mengizinkan mempunyai arti memperkenankan, memperbolehkan,

tidak melarang. Beberapa pendapat para sarjana tentang pengertian izin, antara lain

yaitu: a. Prajudi Atmosudirdjo dalam buku Philipus M. Hadjon mengartikan izin ialah

beranjak dari ketentuan yang pada dasarnya tidak melarang suatu perbuatan tetapi

untuk dapat melakukannya disyaratkan prosedur tertentu harus dilalui. b. W.F Prins

mendefinisikan izin yaitu biasanya yang menjadi persoalan bukan perbuatan yang

berbahaya bagi umum, yang pada dasarnya harus dilarang, melainkan bermacam-

macam usaha yang pada hakekatnya tidak berbahaya, tapi berhubung dengan satu dan

11
lain sebab dianggap baik untuk diawasi oleh administrasi Negara. c. E Utrecht,

mengemukakan izin adalah bilamana pembuat peraturan tidak umumnya melarang

suatu perbuatan, tetapi masih juga memperkenankannya.

Tujuan dari perizinan dapat dilihat dari sisi pemerintah yaitu :

1) Untuk melaksanakan peraturan, apakah ketentuan-ketentuan yang termuat dalam

peraturan tersebut sesuai dengan kenyataan dalam praktiknya atau tidak dan

sekalipun untuk mengatur ketertiban.

2) Sebagai sumber pendapatan daerah, dengan adanya permintaan permohonan izin,

maka secara langsung pendapatan pemerintah akan bertambah karena setiap izin yang

dikeluarkan pemohon harus membayar retribusi dahulu. Semakin banyak pula

pendapatan di bidang retribusi tujuan akhirnya yaitu untuk membiayai pembangunan.

2.3 Konsep Minimarket

Minimarket dalam dunia perdagangan saat ini, adalah toko barang kebutuhan

sehari-hari dengan ruangan yang tidak terlalu luas (minimarket) bukan lagi merupakn

istilah asing bagi masyarakat umum, terutama yang tinggal dikota-kota besar.

Minimarket merupakan perantara pemasar antara produsen dan konsumen 15 akhir

dimana aktivitasnya adalah melaksanakan penjualan eceran Menurut Hendri ma’ruf

(2005) pengertian minimarket adalah: “Toko yang mengisi kebutuhan masyarakat

akan warung yang berformat modern yang dekat dengan permukiman penduduk

sehingga dapat mengungguli toko atau warung.”

12
Sebagai minimarket yang menyediakan barang kebutuhan sehari- hari suasana

dan keseluruhan minimarket sangat memerlukan suatu penanganan yang profesional

dan khusus agar dapat menciptakan daya tarik pada minimarket. Tata letak

minimarket dapat mempengaruhi sirkulasi kembali untuk berbelanja. Kadang-kadang

suasana yang nyaman bersih dan segar lebih diutamakan dari pada hanya sekedar

harga rendah yang belum tentu dapat menjamin kelangsungan hidup dari minimarket

tersebut. Salah satu usaha yang dilakukan oleh pengusaha minimarket ini untuk

menarik konsumen agar melakukan pembelian yaitu melalui promosi. Pengertian

minimarket bisa juga toko swalayan yang hanya memiliki satu atau dua mesin

register sementara supermarket adalah swalayan besar yang juga menjual barang-

barang segar seperti sayur dan daging dengan jumlah mesin register.

Dalam skala kecil, dengan pasar sasaran masyarakat kelas menengah-kecil di

pemukiman, lalu dinamai "MINI MARKET". Misinya memberikan pelayanan

belanja pada masyarakat dengan kantong relatif kecil tapi dengan kenyamanan yang

sama dengan Super Market.1 Minimarket biasanya luas ruanganya adalah antar 50

m2 sampai 200 m2 serta berada pada lokasi yang mudah dijangkau konsumen.

Minimarket mengisi kebutuhan 16 masyarakat akan warung yang berformat modern

dengan minimarket, belanja sedikit di tempat yang dekat dan nyaman terpenuhi,

perilaku konsumen yang menyukai tempat belanja bersih, sejuk dan tertata rapi

membuat minimarket menjadi lebih unggul dari warung dan toko.

2.5 Konsep Usaha Kecil

13
Usaha kecil didefinisikan berbeda-beda menurut sudut pandang masing–masing

orang yang mendefinisikan, ada yang melihat dari modal usaha, penjualan dan

bahkan jumlah tenaga kerja yang dimiliki. Tetapi pada dasarnya prinsipnya adalah

sama.

Pasal 5 UU no 9 tahun 1995 tentang Usaha Kecil menentukan kriteria usaha kecil

yang dapat diubah dengan peraturan pemerintah yaitu: a. Memiliki kekayaan bersih

paling banyak Rp 200.000.000,00 (dua ratus juta rupiah) tidak termasuk tanah dan

bangunan tempat usaha. b. Memiliki hasil penjualan tahunan paling banyak Rp

1.000.000.000,00 ( satu milyar rupiah). c. Milik warga negara Indonesia. d. Berdiri

sendiri, bukan merupakan anak perusahaan atau cabang perusahaan yan g dimiliki,

dikuasai, atau berafiliasi,baik langsung maupun tidak langsung dengan usaha

menengah atau besar. e. Berbentuk usaha perseorangan, badan usaha yang tidak

berbadan hukum atau badan usaha yang berbadan hukum termasuk koperasi.

Ciri-ciri Usaha Kecil :


1. Kegiatannya cenderung tidak formal dan jarang yang memiliki
rencana usaha

2. Struktur organisasi bersifat sederhana

3. Jumlah tenaga kerja terbatas dengan pembagian kerja yang longgar

4. Kebanyakan tidak melakukan pemisahan antara kekayaan pribadi & perusahaan

5. Sistem akuntansi kurang baik, bahkan sukar menekan biaya

6. Kemampuan pemasaran serta diversifikasi pasar cenderung terbatas;

7. Margin keuntungan sangat tipis

14
BAB III

METODE PENELITIAN

3.1 Jenis Penelitian

Jenis penelitian ini adalah penelitian kualitatif, yaitu salah satu prosedur

penelitian yang menghasilkan data deskriftif berupa ucapan atau tulisan dan prilaku

orang-orang yang diamati penelitian kualitatif diharapkan mampu menghasilkan

uraian yang mendalam tentang ucapan,tulisan dan prilaku yang dapat diamati dari

suatu individu, kelompok, masyarakat,atau organisasi tertentu dalam suatu keadaan

15
konteks tertentu yang dikaji dari sudut pandangnyang utuh, komperhensif, dan

holistic (Bogdan dan Taylor, dalam Wiratnaujarweni 2014 ).

Penelitian kualitatif adalah penelitian tentang riset yang bersifat deskriptif dan

cenderung menggunakan analisis. Proses dan makna (perspektif subjek) lebih

ditonjolkan dalam penelitian kualitatif.landasan teori dimanfaatkan sebagai pemandu

agar fokus penelitian sesuai dengan fakta di lapangan. Dalam penelitian kualitatif,

penelitian bertolak dari data, manfaat teori yang ada sebagai bahan penjelas dan

berakhir sebagai suatu teori.

Pada penelitian ini menggunakan metode deskriptif yang memfokuskan pada

penelitian kualitatif dengan menggambarkan bagaimana Dampak Kebijkan Perizinan

dagang bagi usaha kecil di Kabupaten Minahasa.

3.2 Lokasi Penelitian

Penelitian ini berlokasi di Kecamatan Kawangkoan dan Kawangkoan Barat

Kabupaten Minahasa.

3.3 Fokus Penelitian

Dalam penelitian ini difokuskan pada Dampak Kebijakan Perizinan Mini

market terhadap Usaha Kecil di Kecamatan Kawangkoan dan Kawangkoan Barat

16
dengan menggunakan indikator Menurut (Dye Thomas R, 2005), Adanya beberapa

dampak (manfaat) kebijakan yang perlu diperhatikan dalam evaluasi kebijakan yaitu:

1. Dampak kebijakan yang diharapkan (intended consequences) oleh UKM di

Kecamatan Kawangkoaan dan Kawankoaan Barat Merupakan dampak yang

diharapkan oleh UKM dari hasil adanya kebijakan perizinan pendirian Indomaret dan

Alfamart di Kecamatan Kawangkoaan dan Kawankoaan Barat dengan mengunakan

indikator Dampak Kebijakan yang diharapkan terdiri dari UKM dapat menjual barang

produksinya ke toko swalayan seperti Indomaret dan Alfamart.

2. Dampak kebijakan yang tidak diharapkan (unintended consequences) oleh

UKM di Kecamatan Kawangkoaan dan Kawankoaan Barat. Merupakan dampak yang

tidak diharapkan dari hasil kebijakan Perizinan pendirian Toko Swalayan Seperti

Indomaret dan Alfamart oleh UKM di Kecamatan Kawangkoan dan Kawangkoan

Barat dengan mengunakan indikator Dampak kebijakan yang tidak diharapkan terdiri

dari menurunya pendapatan UKM atau Warung Klontongan dan daya beli

masyarakat,Meningkatnya pengangguran di dalam UKM, Menurunya peluang usaha

bagi UKM.

3. Dampak kebijakan dapat terjadi atau berpengaruh pada kondisi sekarang atau

kondisi yang akan datang oleh UKM di Kecamatan Kawangkoaan dan Kawankoaan

Barat. Merupakan dampak kebijakan Perizinan Toko Swalayan yang akan terjadi

dimasa sekarang ataupun dimasa yang akan datang Kecamatan Kawangkoaan dan

Kawankoaan Barat dengan mengunakan indikator Dampak kebijakan dapat terjadi

17
atau berpengaruh pada kondisi sekarang atau kondisi yang akan datang terdiri dari

dugaan Gaya hidup modern yang berkembang didalam masyarakat.

3.4 Informan Penelitian

Penelitian ini mengambil Informan :

1. Kepala Dinas Perdagangan Koperasi, UKM dan Pasar 1 orang

2. Pedagang Pasar 5 orang

3. Camat Kecamatan Kawangkoan 1 orang

4. Camat Kecamatan Kawangkoaan Barat 1 orang

5. Lurah Kelurahan (Lokasi Pembangunan Minimarket) 1 orang

6. Kepala Desa/Hukum Tuan (Lokasi Pembangunan Minimarket) 1 orang

7. Tokoh masyarakat 5 orang

8. Pedagang Usaha Kecil 5 orang

3.5 Teknik Pengumpulan Data

Dalam penelitian ini digunakan data primer dan data sekunder :

1. Data primer yaitu data yang diperoleh langsung dari sumber asalnya, data

primer diperoleh melalui:

a. Observasi yaitu pengumpulan data dalam kegiatan penelitian yang dilakukan

dengan mengamati kondisi yang berkaitan dengan obyek penelitian.

b. Interview yaitu wawancara mendalam (in dept interview) yaitu mengadakan

wawancara dengan informan yang bertujuan untuk mendapatkan informasi

18
yang lebih mendalam tentang berbagai aspek yang berhubungan dengan

permasalahan penelitian.

2. Data sekunder adalah data yang telah diolah sebelumnya yang diperoleh dari

dokumentasi maupun studi pustaka. Adapun data sekunder diperoleh melalui:

a. Dokumentasi yang dapat diasumsikan sebagai sumber data tertulis yang terbagi

dalam dua ketegori yaitu sumber resmi dan sumber tidak resmi. Sumber resmi

merupakan dokumen yang dibuat/dikeluarkan oleh lembaga/perorangan atas

nama lembaga. Sumber tidak resmi adalah dokumen yang dibuat/dikeluarkan

oleh individu tidak atas nama lembaga. Dokumen yang akan dijadikan sebagai

sumber referensi dapat berupa hasil rapat, laporan pertanggungjawaban, surat,

dan catatan harian.

b. Studi pustaka merupakan langkah yang sangat penting dalam metode ilmiah

untuk mencari sumber data sekunder yang akan mendukung penelitian dan

untuk mengetahui sampai ke mana ilmu yang berhubungan dengan penelitian

telah berkembang, sampai ke mana terdapat kesimpulan dan degeneralisasi

yang pernah dibuat. Cara yang dilakukan dengan mencari data-data pendukung

(data sekunder) pada berbagai literatur baik berupa buku-buku, dokumen-

dokumen, makalah-makalah hasil penelitian serta bahan-bahan referensi

lainnya yang berkaitan dengan penelitian.

3.6 Teknik Analisis Data

19
Analisis data dapat diartikan sebagai cara melaksanakan analisis terhadap data

dengan tujuan mengolah data tersebut untuk menjawab rumusan masalah (Sujarweni,

2014:103).

Proses analisis dalam penelitian ini dilakukan dengan 4 tahap antara lain:

1. Pengumpulan Data

Data yang diperoleh dari hasil wawancara dikumpulkan untuk selanjutnya

dianalisis dan dipelajari oleh peneliti.

2. Reduksi Data

Setelah data terkumpul, selanjutnya dibuat reduksi data guna memilih data yang

relevan dan bermakna, memfokuskan data yang mengarah untuk memecahkan

masalah untuk menjawab pertanyaan penelitian. Kemudian menyederhanakan

dan menyusun secara sistematis dan menjabarkan hal-hal penting tentang hasil

temuan dan maknanya.

3. Penyajian Data

Penyajian data dapat berupa bentuk tulisan atau kata-kata. Tujuan sajian data

adalah untuk menggabungkan informasi sehingga dapat menggambarkan

keadaan yang terjadi. Dalam hal ini, agar peneliti tidak kesulitan dalam

penguasaan informasi baik secara keseluruhan atau bagian-bagian tertentu dari

hasil penelitian. Dengan demikian peneliti tetap menguasai data dan tidak

tenggelam dalam kesimpulan informasi yang dapat membosankan. Hal ini

dilakukan karena data yang terpencar-pencar dan kurang tersusun dengan baik

dapat mempengaruhi peneliti dalam bertindak secara ceroboh dan mengambil

kesimpulan memihak dan tidak mendasar.

20
4. Penarikan Kesimpulan

Penarikan kesimpulan dilakukan selama proses penelitian berlangsung seperti

halnya proses reduksi data, setelah data terkumpul cukup memadai maka

selanjutnya diambil kesimpulan sementara, dan setelah data benar-benar

lengkap maka diambil kesimpulan akhir.

BAB IV

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

4.1 Gambaran Umum Lokasi Penelitian

4.1.1 Kecamatan Kawangkoaan

21
Kecamatan kawangkoaan merupakan salah satu Kecamatan yang terletak di

Kabupaten Minahasa, Kecamatan Kawangkoan merupakan dataran rendah dengan

ketinggian rata-rata + 84 meter diatas permukaan laut,Terletak pada posisi1°20'0.25"n

(lintang utara) dan 124°78'97.3"e (bujur timur).Luas wilayah kecamatan kawangkoan,

adalah berupa daratan seluas 15,02 km2. berdasarkan posisi geografisnya, kecamatan

kawangkoan memiliki batas-batas:

Utara – Kecamatan Kawangkoan Utara;

Selatan – Kecamatan Tompaso Barat;

Barat – Kecamatan Kawangkoan Barat;

Timur – Kecamatan Remboken dan Kecamatan Tompaso;

Sampai dengan November 2018, Jumlah penduduk di Kecamatan

Kawangkoaan sebanyak 10.226 jiwa terdiri dari 5.095 jiwa penduduk adalah laki-laki

dan 5.131 jiwa perempuan, mata pencaharian yang menonjol adalah hasil pertanian

dan perkebunan dan juga pariwisata sebagai penunjang. Kecamatan Kawangkoaan

terdiri dari 10 desa dan kelurahan yakni :  

- Sendangan
- Kinali
- Tondegesan
- Kanonang Tiga
- Sendangan Selatan
- Sendangan Tengah

22
- Uner Satu
- Kinali Satu
- Tondegesan Satu
- Tondegesan Dua
4.1.2 Kecamatan Kawangkoan Barat

Kecamatan Kawangkoaan Barat merupakan salah satu Kecamatan yang terletak

di Kabupaten Minahasa. Kecamatan Kawangkoaan Barat merupakan pemekaran dari

Kecamatan Kawangkoaan Ibukota Kecamatan Kawangkoaan Barat berada di Desa

Kayuuwi I, Kecamatan Kawangkoan Barat merupakan dataran rendah dengan

ketinggian + 700 meter diatas permukaan laut. topografi Kecamatan Kawangkoan

Barat, adalah berupa daratan seluas 19,27km2. Berdasarkan posisi geografisnya,

Kecamatan Kawangkoan Barat memiliki batas-batas:

Utara – Kecamatan Kawangkoaan Utara

Selatan – Kecamatan Tompaso Barat dan Gunung Tonderukan

Barat – Kecamatan Tareran Kabupaten Minahasa Selatan

Timur – Kecamatan Kawangkoan dan Kecamatan Tompaso Barat

Sampai dengan November 2018, Jumlah penduduk di Kecamatan

Kawangkoaan Barat sebanyak 8.577 jiwa terdiri dari 4.335 jiwa penduduk adalah

laki-laki dan 4.242 jiwa permpuan,mata pencaharian yang menonjol adalah hasil

pertanian dan perkebunan dan juga pariwisata sebagai penunjang.Kecamatan

Kawangkoaan Barat terdiri dari 10 desa dan kelurahan yakni :

23
- Kanonang I
- Kanonang II
- Kanonang IV
- Kanonang V
- Kayuuwi
- Kayuuwi I
- Tombasian Atas
- Tombasian Atas I
- Tombasian Bawah
- Ranolembot

4.1.3 Dinas Penanaman Modal dan Pelayanan Terpadu Satu Pintu


A.Profil

Dinas Penanaman Modal dan Pelayanan Terpadu Satu Pintu (DPM-PTSP)

Kabupaten Minahasa yang sebelumnya bernama Kantor Pelayanan perizinan (KPPT)

merupakan salah satu SKPD dalam organisasi Perangkat Daerah pemerintah

Kabupaten Minahasa yang mempunyai tugas, pokok dan fungsi sesuai dengan

Namanya yang membidangi Urusan Pelayanan Perizinan dan Penanaman Modal.

B.Visi

“Minahasa Maju dalam Ekonomi dan Budaya Berdaulat,Adil dan Sejahtera”

C.Misi

24
1. Meningkatkan Pembangunan Sumber Daya Manusia yang Berbudaya dan

Berdaya Saing

2. Mewujudkan Kemandirian Ekonomi dengan mendorong sektor

Pertanian,Periaknan dan Pariwisata

3. Mewujudkan pengembangan kewilayaan dengan Prinsip Pembangunan

Berkelanjutan.

4. Meningkatkan Pemerataan Kesejahteraan Masyarakat yang Berkeadilan.

5. Memantapkan Management Birokrasi yang Profesional melalui Tata Kelola

Pemerintahan yang baik.

D. Tugas Pokok dan Fungsi

1. Kepala Dinas

Kepala Dinas mempunyai tugas membantu Bupati melaksanakan urusan penanaman

modal dan tugas pembantuan yang diberikan kepada Daerah.Kepala Dinas

menyelenggarakan fungsi:

1. Perumusan kebijakan dibidang penanaman modal dan pelayanan terpadu satu

pintu;

2. Pelaksanaan kebijakan dibidang penanaman modal dan pelayanan terpadu satu

pintu;

3. Pelaksanaan evaluasi dan pelaporan dibidang penanaman modal dan pelayanan

terpadu satu pintu;

25
4. Pelaksanaan administrasi dibidang penanaman modal dan pelayanan terpadu satu

pintu; dan

5. Pelaksanaan fungsi lain yang diberikan oleh Bupati terkait dengan tugas dan

fungsinya.

1. Sekretaris Dinas

Sekretaris mempunyai tugas mengoordinasikan perencanaan, pembinaan dan

pengendalian terhadap program serta memberikan pelayanan teknis dan administrasi

kepada seluruh unit organisasi di lingkungan Dinas Penanaman Modal dan Pelayanan

Terpadu Satu Pintu.

Sekretaris menyelenggarakan fungsi :

1. Pengoordinasian penyelenggaraan tugas Dinas Penanaman Modal dan Pelayanan

Terpadu Satu Pintu;

2. Penyusunan rencana program kerja dan anggaran Dinas Penanaman Modal dan

Pelayanan Terpadu Satu Pintu;

3. Penyiapan peraturan perundang-undangan dibidang penanaman modal dan

pelayanan terpadu satu pintu sesuai dengan norma, standar, prosedur dan kriteria

yang ditetapkan oleh Pemerintah;

4. Pembinaan dan pemberian dukungan administrasi kepada seluruh unit organisasi

di lingkungan Dinas Penanaman Modal dan Pelayanan Terpadu Satu Pintu yang

meliputi ketatausahaan, kepegawaian, ketatalaksanaan, keuangan,

kerumahtanggaan, kerja sama, hubungan masyarakat, arsip dan dokumentasi;

26
5. Penyelenggaraan pengelolaan barang/kekayaan milik negara/Daerah di

lingkungan Dinas Penanaman Modal dan Pelayanan Terpadu Satu Pintu;

6. Pengelolaan data dan pelaksanaan monitoring dan evaluasi;

7. Pengoordinasian penyusunan laporan kinerja Dinas Penanaman Modal dan

Pelayanan Terpadu Satu Pintu;

8. Pelaksanaan fungsi lain yang diberikan oleh pimpinan sesuai dengan tugas dan

fungsinya; dan

9. Pemberian saran dan pertimbangan kepada pimpinan tentang langkah-langkah

dan tindakan yang perlu diambil dalam bidang tugasnya.

Sekretaris, membawahi:

1. Sub bagian Perencanaan, Keuangan dan Aset; dan

2. Sub bagian Kepegawaian dan Umum.

Sub bagian Perencanaan, Keuangan dan Aset, mempunyai tugas  menyiapkan

bahan dan menyusun rencana program kerja, rencana anggaran, dan penatausahaan

keuangan aset serta pelaporan.

Subbagian Perencanaan, Keuangan dan Aset menyelenggarakan fungsi:

1. Penyiapan bahan koordinasi dan penyusunan rencana program kerja dan rencana

anggaran Dinas Penanaman Modal dan Pelayanan Terpadu Satu Pintu;

2. Penyelenggaraan administrasi dan penatausahaan keuangan;

3. Pemeliharaan dan penyimpanan bukti dan dokumen keuangan;

4. Penyiapan bahan pelaksanaan monitoring dan evaluasi pelaksanaan kegiatan;

27
5. Penyiapan bahan dan penyusunan pelaporan kegiatan dan pertanggungjawaban

keuangan;

6. Penyiapan bahan dan penyusunan laporan kinerja Dinas Penanaman Modal dan

Pelayanan Terpadu Satu Pintu;

7. Pelaksanaan penatausahaan dan pengelolaan aset;

8. Penyiapan bahan pengelolaan data dan informasi Dinas Penanaman Modal dan

Pelayanan Terpadu Satu Pintu;

9. Pelaksanaan fungsi lain yang diberikan oleh pimpinan sesuai dengan tugas dan

fungsinya; dan

10. Pemberian saran dan pertimbangan kepada pimpinan tentang langkah-langkah

dan tindakan yang perlu diambil dalam bidang tugasnya.

Sub bagian Kepegawaian dan Umum, mempunyai tugas menyelenggarakan urusan

kepegawaian, ketatalaksanaan, penatausahaan surat menyurat, urusan rumah tangga,

dan perlengkapan.

Sub bagian Kepegawaian dan Umum menyelenggarakan fungsi:

1. Pelaksanaan urusan surat masuk dan keluar, kearsipan, rumah tangga dan

perlengkapan dan keamanan kantor serta kenyamanan kerja;

2. Menghimpun dan mengelola bahan dan data kepegawaian yang meliputi

pengangkatan, pemberhentian, kenaikan pangkat, kenaikan gaji berkala, promosi,

mutasi, cuti, askes, taspen dan lain-lain;

3. Pengelolaan urusan perjalanan dinas dan keprotokolan;

28
4. Pengurusan hal-hal yang berhubungan dengan kesejahteraan pegawai beserta

keluarga seperti restitusi pengobatan dan lain-lain;

5. Fasilitasi penyusunan analisis jabatan, analisis beban kerja dan Standar

Operasional Prosedur (SOP) Dinas Penanaman Modal dan Pelayanan Terpadu

Satu Pintu;

6. Perencanaan dan pelaksanaan pengembangan Sumber Daya Manusia (SDM)

pegawai;

7. Penyiapan Rencana Kebutuhan Barang Unit (RKBU) dan Rencana Pemeliharaan

Barang Unit (RPBU);

8. Pelaksanaan fungsi lain yang diberikan oleh pimpinan sesuai dengan tugas dan

fungsinya; dan

9. Pemberian saran dan pertimbangan kepada pimpinan tentang langkah-langkah dan

tindakan yang perlu diambil dalam bidang tugasnya.

1. Bidang Perencanaan dan Pengembangan Iklim Penanaman Modal

Bidang Perencanaan dan Pengembangan Iklim Penanaman Modal mempunyai tugas

membantu Kepala Dinas merumuskan, menyusun, mengoordinasikan

menyelenggarakan, pembinaan monitoring, evaluasi dan pelaporan  pelaksanaan

kebijakan dibidang perencanaan dan pengembangan iklim penanaman modal.

Bidang Perencanaan dan Pengembangan Iklim Penanaman Modal menyelenggarakan

fungsi:

29
1. Perumusan dan penyusunan kebijakan dibidang perencanaan dan pengembangan

iklim penanaman modal;

2. Pemberian petunjuk teknis dibidang perencanaan dan pengembangan iklim

penanaman modal;

3. Pelaksanaan koordinasi dan sinkronisasi penerapan kebijakan dibidang

perencanaan dan pengembangan iklim penanaman modal;

4. Pelaksanaan, pengawasan, dan pembinaan serta pengembangan dibidang

perencanaan dan pengembangan iklim penanaman modal;

5. Pelaksanaan monitoring dan evaluasi pelaksanaan kegiatan dibidang perencanaan

dan pengembangan iklim penanaman modal;

6. Penyusunan laporan pelaksanaan kebijakan dibidang perencanaan dan

pengembangan iklim penanaman modal;

7. Pelaksanaan fungsi lain yang diberikan oleh pimpinan sesuai dengan tugas dan

fungsinya; dan

8. Pemberian saran dan pertimbangan kepada pimpinan tentang langkah-langkah

dan tindakan yang perlu diambil dalam bidang tugasnya.

Bidang Perencanaan dan Pengembangan Iklim Penanaman Modal, membawahi:

1. Seksi Pengembangan Iklim Investasi Penanaman Modal;

2. Seksi Perencanaan Penanaman Modal; dan

3. Seksi Pemberdayaan Usaha Daerah.

Seksi  Pengembangan Iklim Investasi Penanaman Modal, mempunyai tugas

membantu kepala bidang menyiapkan bahan perumusan, penyusunan, koordinasi,

30
pelaksanaan, pembinaan, monitoring, evaluasi dan pelaporan kebijakan dibidang

pengembangan iklim investasi penanaman modal.

Seksi Pengembangan Iklim Investasi Penanaman Modal menyelenggarakan fungsi:

1. Penyiapan bahan perumusan dan penyusunan kebijakan dibidang perencanaan

pengembangan iklim investasi penanaman modal;

2. Penyiapan bahan pemberian petunjuk teknis dibidang perencanaan pengembangan

iklim investasi penanaman modal;

3. Penyiapan bahan pelaksanaan koordinasi dan sinkronisasi penerapan kebijakan

dibidang perencanaan pengembangan iklim investasi penanaman modal:

4. Penyiapan bahan penyusunan dan penetapan kebijakan pengembangan iklim

investasi penanaman modal Kabupaten;

5. Penyiapan bahan penyusunan kajian rencana umum penanaman modal (RUPM)

sesuai dengan program pembangunan Daerah;

6. Penyiapan bahan pelaksanaan monitoring dan evaluasi pelaksanaan kegiatan

dibidang pengembangan iklim investasi penanaman modal Kabupaten;

7. Penyusunan laporan pelaksanaan kebijakan dibidang pengembangan iklim

investasi penanaman modal Kabupaten;

8. Pelaksanaan fungsi lain yang diberikan oleh pimpinan sesuai dengan tugas dan

fungsinya; dan

9. Pemberian saran dan pertimbangan kepada pimpinan tentang langkah-langkah

dan tindakan yang perlu diambil dalam bidang tugasnya.

31
Seksi Perencanaan Penanaman Modal, mempunyai tugas membantu kepala bidang

menyiapkan bahan perumusan, penyusunan, koordinasi, pelaksanaan, pembinaan,

monitoring, evaluasi dan pelaporan kebijakan dibidang perencanaan  penanaman

modal.

Seksi Perencanaan Penanaman Modal menyelenggarakan fungsi:

1. Penyiapan bahan perumusan dan penyusunan kebijakan dibidang perencanaan

penanaman modal;

2. Penyiapan bahan pemberian petunjuk teknis dibidang perencanaan penanaman

modal;

3. Penyiapan bahan pelaksanaan koordinasi dan sinkronisasi penerapan kebijakan di

bidang perencanaan penanaman modal;

4. Penyiapan bahan pedoman tata cara pembangunan dan penjabaran sistem

informasi penanaman modal;

5. Penyiapan bahan pelaksanaan sosialisasi atas kebijakan dan perencanaan

penjabaran kerja sama, investasi, promosi, pemberian pelayanan perizinan,

pengendalian pelaksanaan dan sistem informasi penanaman modal;

6. Penyiapan bahan pelaksanaan monitoring dan evaluasi pelaksanaan kegiatan

dibidang perencanaan penanaman modal;

7. Penyusunan laporan pelaksanaan kebijakan dibidang perencanaan penanaman

modal;

8. Pelaksanaan fungsi lain yang diberikan oleh pimpinan sesuai dengan tugas dan

fungsinya;

32
9. Pemberian saran dan pertimbangan kepada pimpinan tentang langkah-langkah

dan tindakan yang perlu diambil dalam bidang tugasnya.

Seksi Pemberdayaan Usaha Daerah, mempunyai tugas membantu kepala bidang

menyiapkan bahan perumusan, penyusunan, koordinasi, pelaksanaan, pembinaan,

monitoring, evaluasi dan pelaporan kebijakan dibidang pemberdayaan usaha Daerah.

Seksi Pemberdayaan Usaha Daerah menyelenggarakan fungsi:

1. Penyiapan bahan perumusan dan penyusunan kebijakan dibidang pemberdayaan

usaha Daerah;

2. Penyiapan bahan pemberian petunjuk teknis dibidang pemberdayaan usaha

Daerah;

3. Penyiapan bahan penyusunan peta investasi daerah dan identifikasi sumber daya

daerah terdiri dari sumber daya alam, keabsahan dan sumber daya manusia

termasuk  koperasi mikro, kecil, menengah dan besar;

4. Penyiapan bahan pelaksanaan koordinasi dan sinkronisasi penerapan kebijakan di

bidang pemberdayaan usaha Daerah;

5. Penyiapan bahan pelaksanaan monitoring dan evaluasi pelaksanaan kegiatan

dibidang pemberdayaan usaha Daerah;

6. Penyusunan laporan pelaksanaan kebijakan dibidang pemberdayaan usaha

Daerah;

7. Pelaksanaan fungsi lain yang diberikan oleh pimpinan sesuai dengan tugas dan

fungsinya;

33
8. Pemberian saran dan pertimbangan kepada pimpinan tentang langkah-langkah

dan tindakan yang perlu diambil dalam bidang tugasnya.

1. Bidang Promosi dan Kerjasama Penanaman Modal

Bidang Promosi dan Kerjasama Penanaman Modal mempunyai tugas membantu

kepala Dinas merumuskan, menyusun, mengoordinasikan menyelenggarakan,

pembinaan monitoring, evaluasi dan pelaporan  pelaksanaan kebijakan dibidang

promosi dan kerjasama penanaman modal.

Bidang Promosi dan Kerjasama Penanaman Modal menyelenggarakan fungsi :

1. Perumusan dan penyusunan kebijakan dibidang promosi dan kerjasama

penanaman modal;

2. Pemberian petunjuk teknis dibidang promosi dan kerjasama penanaman modal;

3. Pelaksanaan koordinasi dan sinkronisasi penerapan kebijakan dibidang promosi

dan kerjasama penanaman modal;

4. Pemberian petunjuk teknis pendataan dan pengolahan dalam bidang promosi dan

kerjasama penanaman modal;

5. Pemberian petunjuk teknis pemetaan data dibidang promosi dan kerjasama

penanaman modal;

6. Pelaksanaan promosi dan kerjasama mengenai potensi daerah;

7. Pelaksanaan, pengawasan, dan pembinaan serta pengembangan dibidang  promosi

dan kerjasama penanaman modal;

34
8. Pelaksanaan monitoring dan evaluasi pelaksanaan kegiatan dibidang promosi dan

kerjasama penanaman modal;

9. Penyusunan laporan pelaksanaan kebijakan dibidang promosi dan kerjasama

penanaman modal;

10. Pelaksanaan fungsi lain yang diberikan oleh pimpinan sesuai dengan tugas dan

fungsinya; dan

11. Pemberian saran dan pertimbangan kepada pimpinan tentang langkah-langkah

dan tindakan yang perlu diambil dalam bidang tugasnya.

Bidang Promosi dan Kerjasama Penanaman Modal, membawahi:

1. Seksi Pengelolaan Data dan Informasi Penanaman Modal;

2. Seksi Promosi dan Kerjasama Penanaman Modal; dan

3. Seksi Sarana dan Prasarana Promosi Penanaman Modal.

Seksi Pengelolaan Data dan Informasi Penanaman Modal,  mempunyai tugas

membantu kepala bidang menyiapkan bahan perumusan, penyusunan, koordinasi,

pelaksanaan, pembinaan, monitoring, evaluasi dan pelaporan kebijakan dibidang

pengelolaan data dan informasi penanaman modal.

Seksi Pengelolaan  Data dan Informasi Penanaman Modal menyelenggarakan fungsi:

1. Penyiapan bahan perumusan dan penyusunan kebijakan dibidang pengelolaan

data dan informasi penanaman modal;

2. Penyiapan bahan pemberian petunjuk teknis dibidang pengelolaan data dan

35
3. Penyiapan bahan pelaksanaan koordinasi dan sinkronisasi penerapan kebijakan

dibidang pengelolaan data dan informasi penanaman modal;

4. Penyiapan bahan pelaksanaan dan pengumpulan dan pengelohan data kaitan

usaha penanaman modal dan realisasi proyek penanaman modal;

5. Penyiapan bahan pelaksanaan dan peremajaan data dan pengumpulan data

realisasi izin penanaman modal secara berkala dan insidentil;

6. Penyiapan bahan pelaksanaan monitoring dan evaluasi pelaksanaan kegiatan

dibidang pengelolaan data dan informasi penanaman modal;

1. Penyusunan laporan pelaksanaan kebijakan dibidang pengelolaan data dan

informasi penanaman modal;

2. Pelaksanaan fungsi lain yang diberikan oleh pimpinan sesuai dengan tugas dan

fungsinya;

3. Pemberian saran dan pertimbangan kepada pimpinan tentang langkah-langkah

dan

tindakan yang perlu diambil dalam bidang tugasnya.

Seksi Promosi dan Kerjasama Penanaman Modal, mempunyai tugas membantu

kepala bidang menyiapkan bahan perumusan, penyusunan, koordinasi, pelaksanaan,

pembinaan, monitoring, evaluasi dan pelaporan kebijakan dibidang  promosi dan

kerjasama penanaman modal.

Seksi Promosi dan Kerjasama Penanaman Modal menyelenggarakan fungsi:

1. Penyiapan bahan perumusan dan penyusunan kebijakan dibidang promosi dan

kerjasama penanaman modal ;

36
2. Penyiapan bahan pemberian petunjuk teknis dibidang promosi dan kerjasama

penanaman modal;

3. Penyiapan bahan pelaksanaan koordinasi dan sinkronisasi penerapan kebijakan

dibidang promosi dan kerjasama penanaman modal;

4. Penyiapan bahan pelaksanaan pengembangan promosi dan kerjasama penanaman

modal;

5. Penyiapan bahan penyusunan bahan pengkajian kebijakan teknis dan

penyelenggaraan pemerintahan dibidang promosi dan kerjasama penanaman

modal;

6. Penyiapan bahan penyelenggaraan sosialisasi atas kebijakan dan perencanaan

pengembangan kerjasama dalam dan luar negari, promosi, pengendalian

pelaksanaan dan sistem informasi penanaman modal;

7. Penyiapan bahan pelaksanaan koordinasi dan sinkronisasi penerapan kebijakan

dibidang promosi dan kerjasama penanaman modal;

8. Penyiapan bahan pelaksanaan monitoring dan evaluasi pelaksanaan kegiatan

dibidang promosi dan kerjasama penanaman modal;

9. Penyusunan laporan pelaksanaan kebijakan dibidang promosi dan kerjasama

penanaman modal;

10. Pelaksanaan fungsi lain yang diberikan oleh pimpinan sesuai dengan tugas dan

fungsinya;

11. Pemberian saran dan pertimbangan kepada pimpinan tentang langkah-langkah

dan tindakan yang perlu diambil dalam bidang tugasnya.

37
Seksi Sarana dan Prasarana Promosi Penanaman Modal, mempunyai tugas

membantu kepala bidang menyiapkan bahan perumusan, penyusunan, koordinasi,

pelaksanaan, pembinaan, monitoring, evaluasi dan pelaporan kebijakan dibidang 

sarana dan prasarana promosi penanaman modal.

Seksi Sarana dan Prasarana Promosi Penanaman Modal menyelenggarakan fungsi:

1. Penyiapan bahan perumusan dan penyusunan kebijakan dibidang sarana dan

prasarana promosi penanaman modal;

2. Penyiapan bahan pemberian petunjuk teknis dibidang sarana dan prasarana

promosi penanaman modal;

3. Penyiapan bahan pelaksanaan koordinasi dan sikronisasi penerapan kebijakan

dibidang sarana dan prasarana promosi penanaman modal;

4. Pelaksanaan pengembangan sarana dan prasarana promosi penanaman modal;

5. Pelaksanaan penyusunan bahan pengkajian kebijakan teknis dan penyelenggaraan

pemerintahan dibidang sarana dan prasarana promosi penanaman modal;

6. Pelaksanaan monitoring dan evaluasi pelaksanaan kegiatan dibidang sarana dan

prasarana promosi penanaman modal;

7. Penyusunan laporan pelaksanaan kebijakan dibidang sarana dan prasarana

promosi penanaman modal;

8. Pelaksanaan fungsi lain yang diberikan oleh pimpinan sesuai dengan tugas dan

fungsinya;

9. Pemberian saran dan pertimbangan kepada pimpinan tentang langkah-langkah

dan tindakan yang perlu diambil dalam bidang tugasnya.

38
1. Bidang Pengendalian Pelaksanaan Penanaman Modal dan Perizinan

Bidang Pengendalian Pelaksanaan Penanaman Modal dan Perizinan mempunyai

tugas membantu bidang merumuskan, menyusun, mengoordinasikan

menyelenggarakan, pembinaan monitoring, evaluasi dan pelaporan  kebijakan

dibidang pengendalian pelaksanaan penanaman modal dan perizinan.

Bidang Pengendalian Pelaksanaan Penanaman Modal dan Perizinan

menyelenggarakan fungsi :

1. Perumusan dan penyusunan kebijakan dibidang pengendalian pelaksanaan  

penanaman modal dan perizinan;

2. Pemberian petunjuk teknis dibidang pengendalian pelaksanaan penanaman modal

dan perizinan;

3. Pelaksanaan koordinasi dan sikronisasi penerapan kebijakan dibidang

pengendalian pelaksanaan penanaman modal dan perizinan;

4. Pemberian petunjuk teknis pelaksanaan pengkajian bahan perumusan program

kerja dibidang pengendalian pelaksanaan penanaman modal dan perizinan;

5. Pemberian petunjuk teknis pelaksanaan pengawasan dan pembinaan dibidang

pengendalian teknis pelaksanaan pengawasan dibidang pengendalian pelaksanaan

penanaman modal dan perizinan;

6. Pelaksanaan monitoring dan evaluasi pelaksanaan kegiatan dibidang pengendalian

pelaksanaan penanaman modal dan perizinan;

39
7. Penyusunan laporan pelaksanaan kebijakan dibidang pengendalian pelaksanaan

penanaman modal dan perizinan;

8. Pelaksanaan fungsi lain yang diberikan oleh pimpinan sesuai dengan tugas dan

fungsinya; dan

9. Pemberian saran dan pertimbangan kepada pimpinan tentang langkah-langkah

dan tindakan yang perlu diambil dalam bidang tugasnya.

Bidang Pengendalian Pelaksanaan Penanaman Modal dan Perizinan, membawahi:

1. Seksi Pemantauan dan Evalusi Penanaman Modal dan Perizinan;

2. Seksi Pengawasan dan Kemudahan Investasi; dan

3. Seksi Pembinaan Pelaksanaan Penanaman Modal dan Perizinan.

Seksi Pemantauan dan Evalusi Penanaman Modal dan Perizinan,   mempunyai

tugas membantu Kepala Bidang menyiapkan bahan perumusan, penyusunan,

koordinasi, pelaksanaan, pembinaan, monitoring, evaluasi dan pelaporan kebijakan

dibidang  pemantauan dan evalusi penanaman modal dan perizinan.

Seksi Pemantauan dan Evaluasi Penanaman Modal dan Perizinan,

meneyelenggarakan fungsi :

1. Penyiapan bahan perumusan dan penyusunan kebijakan dibidang pemantauan dan

evaluasi penanaman modal dan perizinan;

2. Penyiapan bahan pemberian petunjuk teknis dibidang pemantauan dan evaluasi

penanaman modal dan perizinan;

40
3. Penyiapan bahan pelaksanaan koordinasi dan sikronisasi penerapan kebijakan

dibidang pemantauan dan evaluasi penanaman modal dan perizinan;

4. Pemberian petunjuk pelaksanaan pengkajian pemantauan dan evaluasi penanaman

modal dan perizinan;

5. Penyiapan bahan penyusunan bahan pengkajian kebijakan teknis dan

penyelenggaraan pemerintahan dibidang pemantauan dan evaluasi penanaman

modal dan perizinan;

6. Penyiapan bahan pelaksanaan monitoring dan evaluasi pelaksanaan kegiatan

dibidang pemantauan dan evaluasi penanaman modal dan perizinan;

7. Penyusunan laporan pelaksanaan kebijakan dibidang pemantauan dan evaluasi

penanaman modal dan perizinan;

8. Pelaksanaan fungsi lain yang diberikan oleh pimpinan sesuai dengan tugas dan

fungsinya;

9. Pemberian saran dan pertimbangan kepada pimpinan tentang langkah-langkah

dan tindakan yang perlu diambil dalam bidang tugasnya.

Seksi Pengawasan dan Kemudahan Investasi,  mempunyai tugas membantu kepala

bidang menyiapkan bahan perumusan, penyusunan, koordinasi, pelaksanaan,

pembinaan, monitoring, evaluasi dan pelaporan kebijakan dibidang pengawasan dan

kemudahan investasi.

Seksi  Pengawasan dan Kemudahan Investasi menyelenggarakan fungsi:

1. Penyiapan bahan perumusan dan penyusunan kebijakan dibidang pengawasan dan

kemudahan investasi;

41
2. Penyiapan bahan pemberian petunjuk teknis pengawasan dan kemudahan

investasi;

3. Penyiapan bahan pelaksanaan koordinasi dan sikronisasi penerapan kebijakan

dibidang pengawasan dan kemudahan investasi;

4. Penyiapan bahan penyusunan peta investasi daerah dan indentifikasi potensi

sumber daya Daerah;

5. Penyiapan bahan pedoman pengawasan terhadap penyelenggaraan pengawasan

dan kemudahan investasi;

6. Penyiapan bahan pelaksanaan monitoring dan evaluasi pelaksanaan kegiatan

dibidang pengawasan dan kemudahan investasi;

7. Penyusunan laporan pelaksanaan kebijakan dibidang pengawasan dan kemudahan

investasi;

8. Pelaksanaan fungsi lain yang diberikan oleh pimpinan sesuai dengan tugas dan

fungsinya;

9. Pemberian saran dan pertimbangan kepada pimpinan tentangt langkah-langkah

dan tindakan yang perlu diambil dalam bidang tugasnya.

Seksi Pembinaan Pelaksanaan Penanaman Modal dan Perizinan, membantu

kepala bidang mempunyai tugas membantu kepala bidang menyiapkan bahan

perumusan, penyusunan, koordinasi, pelaksanaan, pembinaan, monitoring, evaluasi

dan pelaporan kebijakan dibidang pembinaan pelaksanaan penanaman modal dan

perizinan.

Seksi Pembinaan Pelaksanaan Penanaman Modal dan Perizinan menyelenggarakan

fungsi:

42
1. Penyiapan bahan perumusan dan penyusunan kebijakan dibidang pembinaan

pelaksanaan penanaman modal dan perizinan;

2. Penyiapan bahan pemberian petunjuk teknis dibidang pembinaan pelaksanaan

penanaman modal dan perizinan;

3. Penyiapan bahan perumusan dan penetapan pedoman pembinaan dan pengawasan

terhadap penyelenggaraan kebijakan dibidang pembinaan pelaksanaan penanaman

modal dan perizinan;

4. Penyiapan bahan pelaksanaan koordinasi dan sikronisasi penerapan kebijakan

dibidang pembinaan pelaksanaan penanaman modal dan perizinan;

5. Penyiapan bahan penyusunan pedoman tata cara dan pelaksanaan pelayanan

terpadu satu pintu kegiatan penanaman modal;

6. Penyiapan bahan pelaksanaan kebijakan dan petunjuk teknis yang berkaitan

dengan pengembangan dan kinerja pelayanan;

7. Penyiapan bahan pelaksanaan monitoring dan evaluasi pelaksanaan kegiatan

dibidang pembinaan pelaksanaan penanaman modal dan perizinan;

8. Penyusunan laporan pelaksanaan kebijakan dibidang pembinaan pelaksanaan

penanaman modal dan perizinan;

9. Pelaksanaan fungsi lain yang diberikan oleh pimpinan sesuai dengan tugas dan

fungsinya;

10. Pemberian saran dan pertimbangan kepada pimpinan tentang langkah-langkah

dan tindakan yang perlu diambil dalam bidang tugasnya.

1. Bidang Pelayanan Perizinan

43
Bidang Pelayanan  Perizinan mempunyai tugas membantu Kepala Dinas

merumuskan, menyusun, mengoordinasikan menyelenggarakan, pembinaan

monitoring, evaluasi dan pelaporan  pelaksanaan kebijakan dibidang pelayanan

perizinan.

Bidang Pelayanan Perizinan menyelenggarakan fungsi:

1. Perumusan dan penyusunan kebijakan dibidang pelayanan perizinan;

2. Pemberian petunjuk teknis dibidang pelayanan perizinan;

3. Pelaksanaan koordinasi dan sinkronisasi penerapan kebijakan dibidang pelayanan;

4. Pelaksanaan, pengawasan dan pembinaan serta pengembangan dibidang

pelayanan perizinan;

5. Pemberian petunjuk teknis pelaksanaan pengawasan dan pembinaan dibidang

pelayanan perizinan;

6. Pelaksanaan monitoring dan evaluasi pelaksanaan kegiatan dibidang pelyanan

perizinan;

7. Penyusunan laporan pelaksanaan kebijakan dibidang pelayanan perizinan;

8. Pelaksanaan fungsi lain yang diberikan oleh pimpinan sesuai dengan tugas dan

fungsinya;

9. Pemberian saran dan pertimbangan kepada pimpinan tentang langkah-langkah

dan tindakan yang perliu diambil dalam bidang tugasnya

Bidang Pelayanan  Perizinan, membawahi:

1. Seksi Pelayanan Perizinan dan Non Perizinan;

44
2. Seksi Pengaduan dan Informasi Pelayanan Perizinan;dan

3. Seksi Bimbingan dan Fasilitasi Perizinan.

Seksi Pelayanan Perizinan dan Non Perizinan, mempunyai tugas membantu

Kepala Bidang menyiapkan bahan perumusan, penyusunan, koordinasi, pelaksanaan,

pembinaan, monitoring, evaluasi dan pelaporan kebijakan dibidang  pelayanan

perizinan dan non perizinan.

Seksi Pelayanan Perizinan dan Non Perizinan menyelenggarakan fungsi:

1. Penyiapan bahan perumusan dan penyusunan kebijakan dibidang pelayanan

perizinan dan non perizinan;

2. Penyiapan bahan pemberian petunjuk teknis dibidang pelayanan perizinan dan

non perizinan;

3. Penyiapan bahan pelaksanaan koordinasi dan sinkronisasi penerapan kebijakan

dibidang pelayanan perizinan dan non perizinan;

4. Penyiapan bahan pelaksanaan, pengawasan dan pembinaan serta pengembangan

dibidang pelayanan perizinan dan non perizinan;

5. Penyiapan bahan pelaksanaan monitoring dan evaluasi pelaksanaan kegiatan

dibidang pelayanan perizinan dan non perizinan;

6. Penyususunan laporan pelaksanaan kebijakan dibidang pelayanan perizinan dan

non perizinan;

7. Pelaksanaan fungsi lain yang diberikan oleh pimpinan sesuai dengan tugas dan

fungsinya; dan

45
8. Pemberian saran dan pertimbangan kepada pimpinan tentang langkah-langkah

dan tindakan yang perliu diambil dalam bidang tugasnya. 

Seksi Pengaduan dan Informasi Pelayanan Perizinan, mempunyai tugas

membantu Kepala Bidang menyiapkan bahan perumusan, penyusunan, koordinasi, 

pelaksanaan, pembinaan, monitoring, evaluasi dan pelaporan  pelaksanaan kebijakan

dibidang pengaduan dan informasi pelayanan perizinan.

Seksi Pengaduan dan Informasi Pelayanan Perizinan menyelenggarakan fungsi:

1. Penyiapan bahan perumusan dan penyusunan kebijakan dibidang pengaduan dan

informasi pelayanan perizinan;

2. Penyiapan bahan pemberian petunjuk teknis dibidang pengaduan dan informasi

pelayanan perizinan;

3. Penyiapan bahan pelaksanaan koordinasi dan sinkronisasi penerapan kebijakan

dibidang pengaduan dan informasi pelayanan perizinan;

4. Penyiapan bahan pengkajian kebijakan teknis, penyelenggaraan kegiatan dibidang

pengaduan dan informasi pelayanan perizinan;

5. Penyiapan bahan pelaksanaan monitoring dan evaluasi pelaksanaan kegiatan

dibidang pengaduan dan informasi pelayanan perizinan;

6. Penyusunan laporan pelaksanaan kebijakan dibidang pengaduan dan informasi

pelayanan perizinan;

7. Pelaksanaan fungsi lain yang diberikan oleh pimpinan sesuai dengan tugas dan

fungsinya; dan

46
8. Pemberian saran dan pertimbangan kepada pimpinan tentang langkah-langkah

dan tindakan yang perlu diambil dalam bidang tugasnya.

Seksi  Bimbingan dan Fasilitasi Perizinan, mempunyai tugas membantu Kepala

Bidang menyiapkan bahan perumusan, penyusunan, koordinasi,  pelaksanaan,

pembinaan, monitoring, evaluasi dan pelaporan  pelaksanaan kebijakan dibidang

bimbingan dan fasilitasi perizinan.

Seksi  Bimbingan dan Fasilitasi Perizinan menyelenggarakan fungsi:

1. Penyiapan bahan perumusan dan penyusunan kebijakan dibidang bimbingan dan

fasilitasi perizinan;

2. Penyiapan bahan pemberian petunjuk tehnis dibidang bimbingan dan fasilitasi

perizinan;

3. Penyiapan bahan pelaksanaan koordinasi dan sinkronisasi penerapan kebijakan

dibidang bimbingan dan fasilitasi perizinan;

4. Penyiapan bahan pengkajian koordinasi dan fasilitasi dibidang bimbingan dan

fasilitasi perizinan;

5. Penyiapan bahan pelaksanaan monitoring dan evaluasi pelaksanaan kegiatan

dibidang bimbingan dan fasilitasi perizinan;

6. Penyusunan laporan pelaksanaan kebijakan dibidang bimbingan dan fasilitasi

perizinan;

7. Pelaksanaan fungsi lain yang diberikan oleh pimpinan sesuai dengan tugas dan

fungsinya; dan

47
8. Pemberian saran dan pertimbangan kepada pimpinan tentang langkah-langkah

dan tindakan yang perlu diambil dalam bidang tugasnya.

4.1.4 Kondisi Perekonomian di Kecamatan Kawangkoaan dan

Kawangkoaan Barat

Kegiatan perekonomian masyarakat di Kecamatan Kawangkoaan dan

Kawangkoaan Barat ditopang oleh kegiatan Pertanian dan Perkebunan juga

perdagangan. Sehingga dapat di katakan masyarakat di Kecamatan Kawangkoaan dan

Kawangkoaan Barat hidup dengan mengandalkan hasil alam yang di jual ke

pasar.perdagangan dipengaruhi dengan pertumbuhan zaman dan pertumbuhan pasar.

Mereka yang berdagang sebagian besar adalah masyarakat kecil yang mengandalkan

ekonominya dengan berjualan. Sektor perdagangan yang banyak diminati oleh

masyarakat yaitu warung klontongan juga oleh2, warung makan dan rumah makan.

Usaha tersebut yang tidak mengharuskan mengeluarkan modal yang banyak, modal

yang dibutuhkan dengan modal uang sendiri ataupun keluarga.

C. Perkembangan Usaha Mikro, Kecil dan Menengah di Kecamatan

Kawangkoaan dan Kawangkoaan Barat

Perkembangan UMKM di Kecamatan Kawangkoaan dan Kawangkoaan Barat

memang sudah tumbuh sejak lama dan berkembang. Populasi penduduk dengan usia

yang produktif lebih banyak dari pada jumlah lapangan kerja yang disediakan

pemerintah maupun swasta. Hal tersebut yang menjadikan para pemuda khususnya

usia produktif untuk menciptakan peluang usaha yang menjanjikan dan tidak

48
mengeluarkan modal ratusan juta. Perkembangan potensi UMKM di Kecamatan

Kawangkoaan dan Kawangkoaan Barat di dukung oleh Bank dan Koprasi yang

meminjamkan uang untuk modal usaha setiap warga.

Kebijakan pemberdayaan koperasi dan UKM dalam tahun 2015 secara arahkan

untuk mendukung upaya-upaya penangulangan kemiskinan dan kesenjangan,

menciptakan kesempatan kerja dan meningkatkan ekspor, serta revitalisasi

perdagangan dan pedesaan yang menjadi prioritas pembanganunan. Pengembangan

Usaha Mikro, Kecil dan menengah di arahkan agar memberikan konstribusi yang

signifatif terhadap meningkatkan kesempatan kerja di Kecamatan Kawangkoaan dan

Kawangkoaan Barat.

Perkembangan UKM yang meningkat dari segi kuantitas tersebut belum

diimbangi oleh meratanya peningkatan kualitas UKM. Persaingan yang ketat yang

menjadi faktor utama UKM untuk meningkatkan kualitas kapasitasnya. Karakteristik

UKM dan Minimarket memiliki daya saing yang muncul secara ilmiah, seperti lokasi

yang strategis, keanekaragaman barang, harga yang murah, area penjualan yang luas

dan bersih. Membangun keseimbangan antara UKM dengan Minimarket dalam

perkembangan perkotaan pemerintah memang tidak dapat menghindari kemunculan

Minimarket karena gaya hidup masyarakat yang modern dan makin berkembang.

D. Prosedur Penyelenggaraan Pelayanan Perizinan dan Non Perizinan pada

kantor Pelayanan Perizinan Terpadu Kabupaten Minahasa

I. Prosedur Penyelenggaraan

49
1. Izin gangguan Izin bagi tempat-tempat usaha yang dimohonkan oleh setiap orang

atau badan hukum di wilayah Kabupaten Minahasa

2. Dasar Hukum Peraturan Daerah Nomor 11 tahun 2000 Tentang Restribusi Izin

Gangguan.

3. Klasifikasi Sasaran Orang pribadi atau badan usaha yang akan menyelenggaraan

usaha di wilayah Kabupaten Minahasa

4. Persyaratan

a) Mengisi formulir permohonan perizianan, bermartai 6000;

b) Surat Kuasa apabila pengurusan izin dikuasakan, bermatrai 6000;

c) Rekomendasi dari camat setempat;

d) Surat izin lingkungan dari Lurah/Kepala Desa setempat;

e) Denah Lokasi tempat usaha;

f) Fot copy Akte Notaris 1 (satu)buah;

g) Pas photo 3x4 ( 1 Lembar);

h) Foto Copy Kartu Tanda Penduduk terbaru pemohon 1 Lembar. 5. Masa Berlaku

Selama masih melakukan kegiatan usaha 6. Jangka waktu Proses 14 Hari Kerja

7. Standar Biaya Retribusi Penerbitan Izin

a. Biaya Retribusi Penerbitan Izin

50
1. Pengusaha Kecil (PK) : 43 Investasi s/d 50 juta Rp. 50.000,00 Investasi > 50 juta

s/d 100 juta Rp. 75.000,00 Investasi > 100 juta s/d 200 juta Rp. 100.000,00

2. Pengusaha Menengah (PM) Investasi > 200 juta s/d 300 juta Rp. 150.000,00

Investasi > 300 juta s/d 400 juta Rp. 200.000,00 Investasi > 400 juta s/d 500 juta Rp.

250.000,00

3. Pengusaha Besar (PB) Investasi > 500 juta s/d 750 juta Rp. 300.000,00 Investasi >

750 juta s/d 1 milyar Rp. 400.000,00 Investasi > 1 milyar Rp. 500.000,00

4. Izin Usaha Pasar Modern (SIUPM) Rp.2.500.000,00

5. Izin Usaha Waralaba (SIUW) lokal Rp.1.000.000,00

b. Biaya administrasi dan peninjauan lapangan, ditetapkan : - Perusahaan

Perseorangan Rp. 50.000,00 - Perusahaan Berbadan Hukum - Investasi s/d 200 juta

Rp. 75.000,00 - Investasi s/d 500 juta Rp. 150.000,00 - Investasi > 500 juta Rp.

250.000,00 c. Biaya perubahan izin ditetapkan sebesar 50 % dari retribusi yang

ditetapkan pada izin yang dimaksud.

d. Biaya daftar ulang 50 % dari retribusi izin. 44 II. Izin Usaha Perdagangan (SIUP)

1. Pengertian Izin untuk melaksanakan kegiatan jual beli barang atau jasa yang

dilakukan secara terus menerus dengan tujuan pengalihan hak atas barang atau jasa

dengan disertai imbalan atau kompensasi.

2. Dasar Hukum Peraturan Daerah Nomor 07 Tahun 2004 Tentang Retribusi Izin

Usaha dan Pendaftaran Kegiatan Industri Perdagangan dan Koperasi

51
3. Klasifikasi Sasaran Orang pribadi atau Badan Usaha yang menyelenggarakan

usaha di bidang perdagangan di wilayah Kabupaten Lampung Timur.

4. Persyaratan a) Mengisi formulir permohonan perizinan, bermaterai 6000; b) Surat

Kuasa apabila pengurusan izin dikuasakan, bermaterai 6000; c) Akte Pendirian

Perusahaan (jika ada); d) Foto copy Kartu Tanda Penduduk terbaru

pemilik/pimpinan; 5. Foto copy Surat Izin Gangguan;

6. Denah lokasi usaha;

7. NPWP pemilik;

4.2 Hasil Penelitian dan Pembahasan

Dalam fokus penelitian telah di kemukakan bahwa penelitian ini menggunakan

teori indikator Menurut (Dye, 1981 ; Anderson, 1984), semua bentuk manfaat dan

biaya kebijakan , baik yang langsung maupun yang akan datang, harus diukur dalam

bentuk efek simbolis atau efek nyata. Output kebijakan adalah berbagai hal yang

dilakukan pemerintah. Kegiatan ini diukur dengan standar tertentu. Angka yang

terlihat hanya memberikan sedikit informasi mengenai outcome atau dampak

kebijakan publik, oleh karena itu untuk menentukan outcome kebijakan publik perlu

diperhatikan perubahan yang terjadi dalam lingkungan atau sistem politik yang

disebabkan oleh aksi politik Adanya beberapa dampak (manfaat) untuk itu ada 3

Dampak Kebijakan yang perlu diperhatikan dalam evaluasi kebijakan yaitu Dampak

Kebijakan yang diharapkan,Dampak Kebijakan yang tidak diharapkan dan Dampak

Kebijakan yang terjadi dalam kondisi sekarang dan kondisi yang akan datang.

52
4.2.1 Dampak Kebijakan yang Diharapkan (intended consequences)

Kebijakan publik ini memegang peranan yang sentral, ia bisa jadi


berkoeksistensi dengan sistem ekonomi pasar dengan cara pemberian insentif ataupun
deregulasi atau juga bisa justru menghambat dengan meakukan regulasi yang terlalu
ketat dsb. Kendati kebijakan publik selalu diintensikan sebagai sesuatu yang
diintensian baik untuk masyarakat, namun ada gap antara realitas dan ekspektasi yang
diharapkan. Ada unintended consequence yang mengikuti suatu kebijakan, yang jika
tidak cermat disadari sejak awal justru dapat memberikan dampak buruk ke
masyarakat luas.
Seperti yang dikatakan oleh Bapak Sandro Mogot, SE M.Si selaku Kepala
Bidang Perizinan Kabupaten Minahasa:“Kami selaku regulator mengeluarkan suatu
regulasi tidak serta merta keinginan kami saja dalam proses hadirnya suatu regulasi
harus melalu beberapa tahapan,dan juga berdasarkan Analisa kebutuhan
masyarakat,apa saja yang dni butuhkan masyarakat sehingga masyarakat merasa
terbantu dengan adanya regulasi tersebut”

Hal yang sama juga di sampaikan oleh Camat Kecamatan Kawangkoan Dra.
Mieke M. Rantung :“pada tahun 2016 kami selaku pemerintah Kecamatan se
minahasa telah mengkuti Pertemuan yang di lakukan oleh DPM-PTSP dan Dinas
Perdagangan dalam rangka sosialisasi hadirnya Mini market (Alfamart/Indomaret)
di Kabupaten Minahasa”

Kemunculan minimarket waralaba di Kabupaten Minahasa memberikan

dampak positif bagi masyarakat di daerah setempat. Dimana kebutuhan pokok cukup

mudah didapat, meski keberadaan mininarket belum menyentuh diseluruh kecamatan

namun keberadaan di dua kecamatan saat ini cukup dirasakan masyarakat akan

dampak positifnya. Minat masyarakat untuk berbelanja di minimarket juga meningkat

53
karena adanya pendapat bahwa pasar modern (termasuk minimarket) lebih rapi,

bersih dan praktis daripada pasar tradisional, meskipun tak sedikit pula masyarakat

yang memilih loyal terhadap pasar tradisional. Hal ini merupakan pergeseran dari

kebutuhan fungsional menjadi kebutuhan psikologis kebutuhan fungsional (functional

needs) adalah kebutuhan yang berhubungan langsung dengan bentuk atau penampilan

(performance) dari produk, sedangkan kebutuhan psikologis (psychological needs)

adalah kebutuhan yang diasosiasikan dengan kebutuhan yang bersifat mental dari

konsumen yang dapat terpenuhi dengan berbelanja ataupun membeli sebuah produk.

Salah satu warga masyasrakat Kecamatan Kawangkoan Rini P mengatakan


“keberadaan Indomaret dan juga Alfamart di Kabupaten Minahasa khususnya di
wilayah Kawangkoan cukup membantu masyarakat terutama untuk kebutuhan
sehari-hari. Saya lebih gampang membeli kebutuhan sehari-hari seperti minyak
goreng, gula kopi dan lain sebagainya”.

Hal ini seperti yang dikatakan oleh Sekertaris Kecamatan Kawangkoan Barat
Bpk. Adrie Mangindaan, BA SE “Masyarakat di Kecamatan Kawangkoan Barat
sangat terbantu dengan hadirnya Indomaret dan Alfamart, masyarakat sangat
senang karena di Indomart dan Alfamart stoknya sangat banyak, jadi bisa dipilih-
pilih, selain itu jam operasionalnya lebih lama dari Pasar Tradisional”.

Senada juga di katakan oleh ibu Lisa K bahwa “sejak adanya indomart saya
sudah tidak perlu repot lagi kesana sini mencari warung untuk mencukupi kebutuhan
sehari-hari cukup datang ke indomart ataupun Alfa saja dan sejak adanya Alfa mart
saya tidak perlu repot lagi kemana2 kalau  ingin membeli sesuatu karena di Alfa
sudah ada semua dan harganya agak sedikit murah dibandingkan dengan warung
bahkan untuk pembayapembayaran rumah tangga di Indomaret dan Alfamart tidak
perlu lagi ke kantor pelayanan listrik BPJS dan lain sebagainnya jadi waktunya tidak
terbuang banyak”.

Toko modern merupakan sebuah tempat belanja yang didukung dengan

berbagai fasilitas yang bertujuan untuk menambah kenyamanan saat berbelanja,

seperti dengan dukungan fasilitas AC, tempat yang bersih, tempat yang barang-

54
barangnya sudah tersusun rapi di dalam rak-rak rapi, sistem pembayaran yang

didukung dengan komputerisasi sehingga proses transaksi lebih cepat, dan berbagai

fasilitas penunjang lainnya. Dari segi pelayanan, Indomaret dan Alfamaret sangat

baik dan banyak pilihan dalam transaksi, walau di beberapa lokasi masih belum

bisa top up ini dan itu, setidaknya semua pembayaran dan pembelian bisa kita

lakukan di Indomaret dan Alfamart. Bayar BPJS, bayar belanja online, beli pulsa, beli

token listrik, bahkan bayar tiket konser bisa dilakukan di hampir seluruh Indomaret

dan Alfamart.

Hal lain juga disampaikan oleh salah satu masyarakat di Kecamatan

Kawangkoan Barat bahwa kehadiran Alfamart dan Indomaret juga membantu untuk

penambahan lapangan pekerjaan pada anak-anak yang sudah selesai Pendidikan

SMA.

Ibu Popy mengatakan :“karena kendala ekonomi, anak saya setelah


menyelesaikan Pendidikan di bangku SMA, tidak bisa meanjutkan ke Perguruan
Tinggi sehingga pemerintah setempat menganjurkan untuk memasukan lamaran di
salah satu Alfamart yang dekat dengan rumah kami, setelah diproses bersyukur
ahkirnya anak saya bisa diterima”

Pemerintah Kabupaten Minahasa berharap banyak dengan hadirnya Indomaret

dan Alfamart bisa memudahkan bahkan membantu masyarakat Kabupaten Minahasa

terlebih khusus Kecamatan Kawangkoan dan Kawangkoan Barat dalam kehidupan

sehari-hari.

4.2.2 Dampak Kebijakan yang Tidak Diharapkan (Unitended Consequences)

55
Dampak Kebijakan yang tidak diharapkan adalah dampak perubahan yang

tidak diharapkan oleh masyarakat. Fenomena yag diterjadi di Kecamatan

Kawangkoan dan Kawangkoan Barat yaitu dengan hadirnya Pasar Modern (Alfamart

dan Indomart) terjadi penurusan Omset untuk Usaha Mengengah Kecil, peluang

usaha yang menurun serta meningkatnya pengangguran di Usaha Menengah Kecil.

Pada Pasal 3 ayat (9) Permendag 53 Tahun 2008 Tentang Pedoman Penataan

Dan Pembinaan Pasar Tradisional, Pusat Perbelanjaan Dan Toko Modern

menyebutkan kewajiban bagi minimarket yaitu Pendirian Minimarket baik yang

berdiri sendiri maupun yang terintegrasi dengan Pusat Perbelanjaan atau bangunan

lain wajib memperhatikan:

a. Kepadatan penduduk;

b. Perkembangan pemukiman baru;

c. Aksesibilitas wilayah (arus lalu lintas);

d. Dukungan/ketersediaan infrastruktur; dan

e. Keberadaan Pasar Tradisional dan warung/toko di wilayah sekitar yang lebih kecil
daripada Minimarket tersebut.

Namun, Permendag 53/2008 tidak mengatur konsekuensi ataupun sanksi

apabila kewajiban diatas dilanggar. Pelaksanaan pengawasan toko modern diserahkan

kepada Bupati/Walikota. Tentang jarak minimarket diatur pula di dalam peraturan

perundang-undangan ditingkat daerah . Berdasarkan Izin Usaha Pengelolaan Pasar

Tradisional (IUP2T), Izin Usaha Pusat Perbelanjaan(IUPP) dan Izin Usaha Toko

Modern (IUTM) adalah izin untuk dapat melaksanakan usaha pengelolaan Pasar

56
Tradisional, Pusat Perbelanjaan dan Toko Modern yang diterbitkan oleh Pemerintah

Daerah setempat. Dalam kaitannya dengan Peraturan Zonasi tersebut merupakan

ketentuan-ketentuan pemerintah daerah setempat yang mengatur pemanfaatan ruang

dan unsur-unsur pengendalian yang disusun untuk setiap zona peruntukan sesuai

dengan rencana rinci tata ruang. Lokasi untuk Pendirian Pasar Tradisional, Pusat

Perbelanjaan dan Toko Modern wajib mengacu pada Rencana Tata Ruang Wilayah

Kota dan Rencana Detail Tata Ruang Kabupaten Minahasa terlebih khusus

Kecamatan Kawangoan dan Kawangkoan Barat termasuk peraturan zonasinya.

Seperti yang disampaikan oleh Pedagang Buah di Pasar Tradisional Kecamatan


Kawangkoan Ibu Lusye : “Semenjak ada Alfamart dan Indomart yang menyediakan
buah-buahan, saya merasa pembeli saya kurang karena lokasi salah satu Indomart
dekat dengan tempat penjualan saya, makanya awal-awal berdirinya Indomart dan
Alfamart saya mengalami kerugian yang cukup signifikan, karena biasanya saya
sudah stok banyak, sudah melakukan transaksi jadi buah-buahnya tinggal diambil
tapi karena kondisi yang sudah seperti ini jadi mau gimana lagi”.

Hal yang sama juga dikatakan oleh Ibu Lisa K : “Awalnya saya merasa biasa-
biasa saja dengan kehadiran Indomart dan Alfamart, karena saya berjualan sayur
mayur jadi saya pikir para ibu-ibu rumah tangga tetap akan kepasar, namun lama-
kelamaan jualan omset saya berkurang, yah mungkin ibu-ibu juga lebih suka ke
Alfamart dan Indomaret karna banyak pilihan, jadi sekalian”

Bertumbuhnya minimarket khususnya Indomaret dan Alfamart di Kabupaten

Minahasa dianggap secara tidak langsung mengancam dan melumpuhkan pedagang

tradisional. Karena itu pemerintah Kabupaten Minahasa diminta memikirkan nasib

pedagang kecil yang bisa saja kehilangan mata pencaharian akibat tergilas perusahaan

besar. Pemerintah diwajibkan mengkaji ulang syarat-syarat pemberian izin pendirian

minimarket-minimarket tersebut dengan ketentuan Peraturan Presiden Nomor 112

Tahun 2007 tentang Penataan dan Pembinaan Pasar Tradisional, Pusat Perbelanjaan

57
dan Toko Modern. Adapun arah kebijakan yang ingin dicapai antara lain

pemberdayaan pasar tradisional agar dapat tumbuh dan berkembang serasi, saling

memerlukan, saling memperkuat, serta saling menguntungkan; memberikan pedoman

bagi penyelenggaraan ritel tradisional, pusat perbelanjaan, dan toko modern;

memberikan norma-norma keadilan, saling menguntungkan dan tanpa tekanan dalam

hubungan antara pemasok barang dengan toko modern; pengembangan kemitraan

dengan usaha kecil, sehingga tercipta persaingan dan keseimbangan kepentingan

produsen, pemasok, toko modern dan konsumen.

Menurut Bapak Sandro selaku Kepala Bidang Peizinan Kabupaten Minahasa,

letak Pasar Tradisonal dan Pasar Modern seperti Alfamart dan Indomart cukup jauh

karena pemerintah juga sudah memperhitungkan jarak dari kedua pasar tersebut,

namun ada beberapa pedagang yang membantah hal tersebut dikarenakan ada

Alfamart dan Indomart yang yang dekat dengan salah satu titik Pasar Tradisional.

Informan atas nama Ka Yontje adalah penjual buah-buahan, beliau mengatakan


bahwa “Bagaimana pemerintah dapat mengatakan hal itu, padahal lokasi penjualan
saya sebagai pedagang buah berdekatan dengan Alfamart”

Ibu Joice juga membenarkan hal itu “Iya benar, lokasi dagangan kami cukup
berdekatan dengan Alfamart sehingga pasti masyarakat lebih memilih untuk pergi
kesana”

Salah satu aspek yang sangat menentukan keberhasilan UMK adalah iklim

usaha. Aspek itu sendiri terkait erat dengan kemampuan sistem yang di

bangun,sedangkan sistem yang dibangun terkait dengan banyak pelaku (aktor) dan

banyak variable (faktor) yang berpengaruh nyata serta bersifat jangka panjang

58
(multies years). Oleh karena sifatnya tersebut maka faktor-faktor ini sulit diukur

keberhasilannya sebagai buah karya suatu instansi atau suatu rezim pemerintahan.

Oleh sebab itu kondusifitas dari setiap faktor tersebut harus ditumbuhkan dan terus

diperbaiki. Untuk mengetahui kondisi dari setiap factor dan para pelaku yang

berperan didalamnya perlu dilakukan evaluasi setiap waktu,setiap tempat dan setiap

sektor kegiatan usaha dan diharpakn pemerintah detail lagi dalam melihat ketentuan-

ketentuan berdirinya suatu Pasar Modern seperti Indomaret dan Alfamart.

4.2.3 Dampak kebijakan dimasa sekarang dan berpengaruh pada kondisi yang

akan datang

Dampak kebijakan dimasa sekarang dan berpengaruh di kondisi yang akan

datang sudah dirasakan oleh UMK dengan penurunan omset, peluang usaha yang

semakin sempit dan pertumbuhan toko swalayan di Kecamatan Kawangkoan dan

Kawangkoan Barat sudah mulai berkembang. Dampak kebijakan di masa yang akan

datang diduga akan makin dirasakan khusunya UMK yang ada di Kecamatan

Kawangkoan dan Kawangkoan Barat.

Lokasi yang masih tetap seperti sekarang ini akan sangat mempengaruhi para

pedagang di Pasar Tradisional, karena tidak ada solusi yang diberikan pemerintah

mengenai pemetaan pedagang.

Hal ini disampaikan oleh Bpk. Herdy Supit selaku Lurah di Kelurahan
Sendangan “Menurut masyarakat yang bekerja sebagai pedangan di Pasar
Tradisional Kecamatan Kawangkoan, kebijakan ini sangat berpengaruh pada

59
penghasilan mereka dan juga jika terus menerus tanpa ada solusi dan pemerintah
baiknya lokasi atau jarak dirubah maka omset pedagang akan makin menurun”

Informan Bpk. Lucky Kasenda selaku Hukum Tua Kanonag 1 juga


membenarkan hal tersebut, beliau mengatakan bahwa “Sudah banyak masyarakat
Kanonang yang mengeluh dengan kehadiran Pasar Modern seperti Alfamart dan
Indomart dikarenakan jaraknya cukup dekat dengan lokasi dagangan masyarakat
sehingga konsumen lebih memilih berbelanja di Minimarket seperti Alfamart dan
Indomart, itu mengakibatkan dagangan para Pedagang tidak terjual”

Banyak permasalahan yang dihadapi oleh pasar tradisional ketika berhadapan

dengan pusat perbelanjaan modern, hypermarket, minimarket. Namun permasalahan

zonasi sebagai permasalahan yang paling krusial, dengan terbitnya dua regulasi

(Perpres-Permendag) dan beberapa Perda di tiap daerah ternyata belum juga cukup

bisa menjawab persoalan zonasi. Perpres dan Permendag yang kemudian diadopsi

oleh Perda hanya mengatur supermarket dan departemen store tidak boleh berlokasi

pada system jaringan jalan lingkungan dan tidak boleh berada pada kawasan

pelayanan lingkungan di dalam kota/perkotaan. Jalan lingkungan adalah jalan umum

yang berfungsi melayani angkutan lingkungan dengan ciri perjalanan jarak dekat, dan

kecepatan rata-rata rendah. Khusus untuk minimarket boleh berlokasi pada setiap

sistem jaringan jalan, termasuk sistem jaringan jalan lingkungan pada kawasan

pelayanan lingkungan (perumahan) di dalam kota. Jalan lingkungan adalah

merupakan jalan umum yang berfungsi melayani angkutan lingkungan dengan ciri

perjalanan jarak dekat, kecepatan rata-rata rendah. Pasar tradisional boleh berlokasi

pada setiap sistem jaringan jalan, termasuk sistem jaringan jalan lokal atau jalan

lingkungan pada kawasan pelayanan bagian kota/kabupaten atau lokal atau

lingkungan (perumahan) di dalam kota/kabupaten.

60
Berkurangnya konsumen yang berbelanja pada Pedagang ataupun Warung

Kecil membuat permintaan akan barang-barang menurun. Sehingga pendapatannya

juga ikut menurun seiring dengan berkurangnya konsumen yang berbelanja di

Warung atau para pedagang ini. Hal ini menyebabkan para pedagang sulit untuk

memaksimalkan keuntungan dan sulit untuk mengembangkan usahanya. Kurangnya

permintaan barang yang membuat pedagang takut untuk membeli barang yang

banyak, karena mereka takut barang tersebut hanya tinggal dan akan kadaluarsa

sehingga mereka sendiri yang akan rugi.

Seperti yang disampaikan oleh pedagang sayur Ibu Sesca: “Saya penjual sayur
awalnya belum merasakan perubahan konsumen yang cukup signifikan, namun
setalah beberapa lama saya dan suami pun menyadari penurunan konsumen,
ditambah lagi kondisi Covid saat ini, Indomaret dan Alfamart sudah menyediakan
sayur mayur sehingga masyarakat lebih memilih untuk pergi ke Indomart dan
Alfamart”

Bpk. Rocky juga membenarkan apa yang dikatakan oleh Ibu Sesca : “Iya
benar, saat ini karena Covid pasar tradisional ditutup sehingga masyarakat lebih
memilih untuk pergi berbelanja di Alfamart dan Indomart yang sudah menyediakan
sayur dan buah-buahan”

Kehadiran pasar modern dengan market power yang sangat besar,berbasiskan

kapital, mampu menggerus setiap lawan termasuk toko tradisional. Berbagai strategi

bisnis yang dikembangkannya untuk menopang brand image sebagai ritel penyedia

barang dengan harga termurah di Indonesa, selalu menjadi trend dalam

pengelolaannya di Indonesia. Dalam berbagai hal harus diakui bahwa minimarket

telah berkembang menjadi trend setter bisnis ritel Indonesia. Salah satu alasan

sulitnya pedagang memaksimalkan keuntungannya adalah tidak dapat menyaingi

minimarket yang buka 24 jam penuh itu karena banyak pegawai dari minimarket

61
yang memakai sisitem pembagian jam kerja. Konsumen tentu menyukai tempat

berbelanja yang 24 jam karena setiap saat bisa belanja kebutuhan seharihari tanpa

takut tidak ada lagi warung/toko yang terbuka.

Hal yang juga dianggap luar biasa dari minimarket adalah brand image tersebut

ternyata mampu mendorongnya menjadi sebuah pencipta traffic (lalu lintas) orang

berbelanja, di pusat-pusat perbelanjaan (mall). Dalam konsep ekonomi, jelas bahwa

toko tradisional disatu sisi memiliki modal kecil akan kalah jika disaingkan dengan

minimarket dengan kapital dan market power yang besar.

Persaingan tidak seimbang yang terjadi antara ritel tradisional dan ritel modern

kerap membawa implikasi sosial, karena tersisihnya ritel tradisional dan membawa

konsekuensi terhadap hilangnya mata pencaharian sebagian penduduk. Selain tidak

seimbangnya kemampuan dalam hal modal dan kapital, harus diperhatikan pula

model pengelolaan dalam toko tradisional, dimana sampai saat ini masih terjebak

dalam model pengelolaan yang masih jauh dari upaya menawarkan model yang bisa

lebih menarik konsumen. Kesan stok barang yang lama, tidak aman dan tidak nyaman

dan sejumlah atribut tidak baik lainnya masih melekat dalam diri ritel tradisional di

mata konsumen.

62
BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

5.1 Kesimpulan

Berdasarkan Hasil Penelitian yang telah dilakukan tentang Dampak Kebijakan

Perizinan Minimarket di Kecamatan Kawangkoan dan Kawangkoan Barat maka

dapat diambil simpulan sebagai berikut:

1. Dampak Kebijkan yang di Harapkan ( Intended Consequences)

Hadirnya kebijakan Perzininan pendirian Pasar Modern, diharapkan mampu

membantu masyarakat untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari, dan juga dapat

membantu masyarakat dalam transaksi secara online (Pembayaran BPJS, pembelian

barang secara online, pembelian pulsa listrik dan lain sebagainya). Hadirnya

pendirian Pasar Modern juga membantu masyarakat yang baru saja menyelesaikan

studi untuk mendapatkan lowongan pekerjaan terlebih khusus untuk siswa-siswa yang

tinggal di dekat area Pasar Modern (Alfamart dan Indomaret).

2. Dampak Kebijakan yang Tidak di Harapkan (Unitended Consequences)

a). Adanya Kebijakan Perizinan Minimarket ,mengakibatkan Usaha Kecil

Menengah mengalami Penurunan pendapatan yang dirasakan oleh para penjual

seperti penurunan Omset perbulan akibat menurunnya pembeli.

63
b). Daya beli masyarakat yang mulai menurun akibat penurunan pendapatan

yang terjadi, menurunnya omset sehingga menyebabkan beberapa Usaha Kecil

di Kecamatan Kawangkoaan dan Kawangkoaan Barat tutup/gulung tikar.yang

pada akhirnya menyebabkan pengangguran juga menurunya peluang usaha bagi

Usaha Kecil Menegah.

c). Kehadiran Minimarket di antara Usaha Kecil Menengah menyebabkan

peluang usaha semakin menurun karena usha kecil tidak dapat bersaing

dengan Minimarket dilihat dari segi pelayanan.

3. Dampak Kebijakan Perizinan di masa sekarang ini sudah dirasakan oleh Usaha

Kecil dengan berkurangnya pendapatan/omzet, menjamurnya usaha minimarket yang

mengakibatkan menjadi sempitnya peluang usaha. Dampak kebijakan perizinan di

masa yang akan datang diduga akan makin dirasakan khusunya masyarakat

Kecamatan Kawangkoan dan Kawangkoan Barat. Kebijakan perizinan usaha yang

dibuat oleh Pemerintah Daerah Kabupaten Minahasa tidak ada solusi untuk masa

yang akan dating sehingga sebagian besar berdampak negatif bagi kehidupan Usaha

Kecil Menengah.

5.2 Saran

Berdasarkan kesimpulan di atas, maka penulis dengan segala kerendahan hati

memberikan saran sebagai berikut :

1. Dampak Kebijkan yang di Harapkan ( Intended Consequences)

Pemerintah Kabupaten Minahasa dalam hal ini Dinas Penanaman Modal

Perizinan Terpadu Satu Pintu (DPM-PTSP) Kabupaten Minahasa sebaiknya

64
melakukan pengkajian kembali dan pengawaan secara berkala terhadap pemberian

izin usaha yang dikeluarkan agar tetap terjalin kordinasi yang baik antara pemerintah

dalam hal ini Dinas Penanaman Modal Perizinan Terpadu Satu Pintu dan para pelaku

usaha baik itu di Pasar Modern maupun Pasar Tradisional.

2. Dampak Kebijakan yang Tidak di Harapkan (Unitended Consequences)

Diharapkan pemerintah melihat zonasi-zonasi dalam pendirian Pasar Modern

sehingga tidak terjadi tumpang tindih pada lokasi perdagangan Usaha Menegah Kecil.

Diharapkan juga Pemerintah memberikan Batasan penjualan pada Indomaret dan

Alfamart seperti buah-buahan dan sayur mayur agar pedagang Usaha Kecil

Menengah tidak merasakan kerugian yang cukup besar. Pemerintah juga sebaiknya

mengumpulkan aliansi-aliansi yang terlibat agar pemerintah mengetahui apa-apa saja

keluhan dari masyarakat sehingga ketika kebijakan dikeluarkan pemerintah sudah

mengetahui solusi terlebih dulu siapa saja yang akan merasakan dampak dalam

sebuah pendirian Pasar Modern dalam hal ini Alfamart dan Indomaret.

3. Dampak yang terjadi saat ini dan masa yang akan datang.

Pemerintah Kabupaten Minahasa sebaiknya mendorong pelaku Usaha Kecil

Menengah agar dapat bersaing dengan pelaku-pelaku usaha Minimarket, misalnya

dengan cara pemberian sistem kredit yang mudah di bank atau dengan cara

membersihkan dan memperindah pasar-pasar tradisional sehingga konsumen dapat

memilih berbelanja di pasar tradisional karena adanya jaminan keamanan dan

kenyamanan. Pemerintah Kabupaten Minahasa seharusnya dalam pemberian izin

usaha Minimarket selain memperhatikan syarat-syarat pemberian izin usaha toko

65
modern berbentuk minimarket yang diatur dalam Permendag no.53 tahun 2008

tentang Pedoman Penataan Dan Pembinaan Pasar Tradisional, Pusat Perbelanjaan

Dan Toko Modern. Pemerintah Kabupaten Minahasa juga harus memperhatikan jarak

lokasi antara toko modern yang akan dibangun dengan pasar tradisional yang telah

ada sebelumnya seperti yang diatur dalam dalam Perpres 112 Tahun 2007 tentang

Penataan dan Pembinaan Pasar Tradisional, Pusat Perbelanjaan dan Toko Modern.

dimana minimarket cabang dan minimarket waralaba paling dekat berjarak 1000

meter dengan pasar tradisional. Hal ini selain merupakan bagian dari penataan

terhadap pertumbuhan toko modern tersebut, juga merupakan bagian dari

perlindungan pemerintah untuk tidak membiarkan kehadiran toko modern tersebut

mengakibatkan pelaku usaha kecil kehilangan eksistensinya.

66
DAFTAR PUSTAKA

Agustino, Leo. 2008. Dasar- dasar Kebijakan Publik. Alfabeta: Bandung.

Albertus Sandjaja,Heriyanto. 2006. Metode Penelitian. Jakarta : Prestasi Pustaka.

Bagong, Suyatno, Sutinah. 2010.Metode Penelitian Sosial:Berbagai Alternatif


Pendekatan. Jakarta: Kencana

Dye, Thomas, 2005. Understanding Public Policy, Elevent Edition, New Jersey:
Pearson Prentice Hall

Fitzriyati, Wardah.2008. Panduan Pendirian dan Pengelolaan Usaha(Minimarket).


Yogyakarta:Penerbit: Transmedia Pustaka

Hessel Nogi S. Tangkilisan, M.Si, Drs, 2003. Kebijakan Publik yang Membumi,
Konsep, Strategi dan Kasus, Yogyakarta: Lukman Offset dan YPAPI.

Ma’ruf, Hendri, (2006) Pemasaran Ritel, Gramedia Pustaka Utama Jakarta.

Martin D. Fern,2002 Franchising Law, Volume I, Times Mirror Bodes, USA

Mita Nur Ria, 2003, Pelaksanaan perlindungan Hukum Terhadap Franchise Dalam
hal Pemutusan Perjanjian Franchise oleh Franchisor, Fakultas Hukum UGM,
Yogyakarta.

67
Nitisusastro, Mulyadi. 2012. Kewirausahaan dan managemen Usaha Kecil. Bandung:
Alfabeta

Parsons, Wayne. 2006. Publik Policy: Pengantar Teori dan Praktik Analisis
Kebijakan. Jakarta: Kencana Prenada Media Group.

Sinaga Pariaman. 2004. Pasar Modern VS Pasar Tradisional. Jakarta: Kementerian


Koperasi dan UKM.

Sujarweni, V. Wiratna. 2014. Metode Penelitian: Lengkap, Praktis, dan Mudah


Dipahami. Yogyakarta: Pustaka Baru Press.

Sumaryadi, I Nyoman, 2010, Perencanaan Pembangunan Daerah Otonom dan


Pemberdayaan Masyarakat. Jakarta: Penerbit Citra Utama
Soenarko, H. 2003. Public Policy. Surabaya: Airlangga University
Thohar, M.2000. Membuka Usaha Kecil.Yogyakarta: Penerbit Kanisius.
Usman, Husaini. 2003. Metodologi Penelitian Sosial. Jakarta: Bumi Aksara

Winarno,Budi. 2006. Kebijakan Publik (teori dan proses). Jakarta: Penerbit:


Gramedia Pustaka Utama
Zunaidi, M. 2013. “Kehidupan Sosial Ekonomi Pedagang di Pasar Tradisional Pasca
Relokasi dan Pembangunan Pasar Modern”, Jurnal Sosiologi Islam3 (1)

Literatur Lainnya
Peraturan Presiden Republik Indonesia Nomor 112 Tahun 2007 Tentang Penataan
Dan Pembinaan Pasar Tradisional Pusat Perbelanjaan Dan Toko Modern

Peraturan Menteri Perdagangan Republik Indonesia Nomor : 53/M-Dag/Per/12/2008


Tentang Pedoman Penataan Dan Pembinaan Pasar Tradisional, Pusat Perbelanjaan
Dan Toko Modern

UU No 9 Tahun 1995 Tentang Usaha Kecil

68
Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2008 tentang Usaha Mikro, Kecil dan Menengah.

69

Anda mungkin juga menyukai