ABSTRAK
Flake dapat dibuat dari tepung jagung, dicampur dengan tepung kacang hijau dan labu kuning LA3. Kombinasi yang tepat antara
tepung jagung, tepung kacang hijau dan labu kuning LA3 dapat menghasilkan flake dengan nilai gizi yang baik. Tujuan penelitian
ini adalah untuk mengetahui karakteristik dan formulasi terbaik dalam pembuatan flake berbahan tepung jagung, tepung kacang hijau
dan labu kuning LA3. Penelitian ini menggunakan Rancangan Acak Lengkap (RAL) faktor tunggal, yaitu rasio tepung jagung, tepung
kacang hijau dan labu kuning LA3 berturut-turut, (80:15:5; 70:20:10; 60:25:15; 50:30:20 dan 40:35:25), dengan tiga kali ulangan.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa proporsi tepung jagung, tepung kacang hijau dan labu kuning LA3 berpengaruh terhadap warna,
tekstur, daya rehidrasi, betakaroten dan kadar air flake yang dihasilkan. Berdasarkan uji efektifitas dari penelitinan ini, proporsi flake
terbaik diperoleh pada perlakuan P3 yaitu flake dengan variasi tepung jagung 60%, tepung kacang hijau 25% dan labu kuning LA3 15%
dengan nilai lightness 62,38, tekstur 347,34 g/mm, daya rehidrasi 30,79%, betakaroten 1,94 mg/100g, kadar air 3,11%, kadar abu 2,4%,
kadar protein 8,71%, kadar lemak 8,45%, karbohidrat 77,59%, total energi 421,25 kkal/100gram, nilai kesukaan warna 3,64 (netral
hingga suka), nilai kesukaan tekstur 4,08 (suka), nilai kesukaan rasa 3,60 (netral hingga suka), nilai kesukaan aroma 3,64 (netral hingga
suka) dan nilai kesukaan keseluruhan 4,20 (suka hingga sangat suka).
Kata Kunci: flake; tepung jagung; tepung kacang hijau; labu kuning LA3
ABSTRACT
Physicochemical and Organoleptic Characteristics of Flake Made from Corn (Zea mays L.), Mung Bean (Phaseolus radiatus) and
Yellow Pumpkin LA3 (Cucurbita moschata) Flour.
Flake can be made from corn flour mixed with mung bean flour and yellow pumpkin LA3. The best combination of corn flour, mung
bean flour and yellow pumpkin LA3 can produce flake with good nutrition. The aim of the research was to characteristic and best ratio
of flake made from corn flour, mung bean flour and yellow pumpkin LA3. This research was conducted using Completely Randomized
Design (CRD) single factors with ratio of corn flour, mung bean flour and yellow pumpkin LA3 (80:15:5; 70:20:10; 60:25:15; 50:30:20
and 40:35:25), and repeated thrice each parameters. The results revealed that the proportions of corn flour, mung bean flour and yellow
pumpkin LA3 influenced the color, texture, rehydration power, beta-carotene and water level of the resulting flake. Based on the
effectiveness test of this research, the best flake proportion was obtained in P3 treatment that was flake with the variations of corn flour
60%, mung bean flour 25% and yellow pumpkin LA3 15%, had a lightness value of 62.38, texture of 347.34 g/mm, rehydration power
of 30.79%, beta-carotene of 1.94 mg/100g, water level of 3.11%, ash content of 2.4%, protein content of 8.71%, fat content of 8.45 %,
carbohydrate of 77.59%, total energy of 421.25 kcal/100gram, color preference value of 3.64 (neutral up to like), texture preference
value of 4.08 (like), taste preference value of 3.60 (neutral up to like), aroma preference value of 3.64 (neutral up to like) and the whole
preference value of 4.20 (like up to very like).
Keywords: flake; corn flour; mung bean flour; yellow pumpkin LA3.
31
| Jurnal Penelitian Pascapanen Pertanian | Volume 16 No. 1 Juni 2019 : 31 - 43
33
| Jurnal Penelitian Pascapanen Pertanian | Volume 16 No. 1 Juni 2019 : 31 - 43
34
Karakteristik Fisikokimia dan Oeganoleptik Flake Berbahan Tepung Jagung (Zea mays L.), Tepung Kacang Hijau (Phaseolus
radiatus) dan Labu Kuning LA3 (Cucurbita moschata)
(Mukhammad Fauzi et al)
35
| Jurnal Penelitian Pascapanen Pertanian | Volume 16 No. 1 Juni 2019 : 31 - 43
36
Karakteristik Fisikokimia dan Oeganoleptik Flake Berbahan Tepung Jagung (Zea mays L.), Tepung Kacang Hijau (Phaseolus
radiatus) dan Labu Kuning LA3 (Cucurbita moschata)
(Mukhammad Fauzi et al)
37
| Jurnal Penelitian Pascapanen Pertanian | Volume 16 No. 1 Juni 2019 : 31 - 43
Sifat Organoleptik
Kesukan warna Kesukan tekstur
Warna merupakan salah satu atribut penting yang Tektur merupakan salah satu mutu yang cukup
dapat mempengaruhi tingkat penerimaan produk oleh penting pada flake. Tingkat kesukaan panelis terhadap
konsumen. Hal ini dikarenakan warna merupakan kerenyahan flake umumnya dipengaruhi oleh tingkat
tolak ukur pertama seseorang dalam menilai suatu kerenyahan produk. Berdasarkan hasil analisis dengan
produk pangan. Rerata nilai kesukaan panelis terhadap Chi square berbeda pada taraf α=5%. Hasil penilaian
warna flake berkisar antara 3,12 - 4,00 (netral - suka). uji kesukaan tekstur flake dengan rasio tepung jagung,
Berdasarkan hasil analisis dengan Chi square berbeda tepung kacang hijau dan labu kuning dapat dilihat pada
pada taraf α=5%. Hasil penilaian kesukaan warna flake Gambar 9.
dengan rasio tepung jagung, tepung kacang hijau dan Berdasarkan Gambar 9 diketahui bahwa panelis
labu kuning LA3 dapat dilihat pada Gambar 7. kurang menyukai tekstur flake dengan semakin banyak
Berdasarkan Gambar 7 dapat diketahui bahwa rasio labu kuning. Hal ini dikarenakan semakin banyak
panelis lebih menyukai warna flake dengan rasio tepung rasio labu kuning, menghasilkan tekstur flake yang tidak
jagung yang relatif tinggi. Diduga warna flake yang renyah dan rapuh. Kadar air memiliki korelasi terhadap
disukai panelis adalah warna kuning cerah. Warna flake tekstur flake yang dihasilkan. Nilai dari uji kadar air
yang dihasilkan dalam penelitian ini berwarna kuning. flake, perlakuan P5 memiliki nilai kadar air yang tinggi
Warna kuning flake dihasilkan oleh pigmen betakaroten diantara perlakuan lainnya, yaitu 3,91%. Tingginya kadar
dan xantofil yang berasal dari tepung jagung dan labu air flake menghasilkan tekstur yang mudah rapuh dan
kuning19. Diduga warna flake yang disukai panelis tidak renyah. Kadar air yang tinggi dapat menurunkan
adalah tidak terlalu gelap. Flake dengan rasio tepung tingkat kerenyahan produk3.
jagung yang tinggi memiliki warna kuning yang lebih
cerah sesuai dengan sifat fisik warna (lightness) dengan Kesukan rasa
nilai 67,36, dibandingkan dengan flake dengan rasio labu
Rasa merupakan perasaan yang dihasilkan
kuning yang relatif tinggi, seperti terlihat pada Gambar 8.
melalui sensasi benda saat dimasukkan dalam mulut
dan dirasakan oleh indera perasa. nilai kesukaan
38
Karakteristik Fisikokimia dan Oeganoleptik Flake Berbahan Tepung Jagung (Zea mays L.), Tepung Kacang Hijau (Phaseolus
radiatus) dan Labu Kuning LA3 (Cucurbita moschata)
(Mukhammad Fauzi et al)
39
| Jurnal Penelitian Pascapanen Pertanian | Volume 16 No. 1 Juni 2019 : 31 - 43
panelis terhadap rasa flake berkisar antara 2,44 - 4,64. α=5%. Hasil penilaian kesukaan aroma flake dengan rasio
Berdasarkan hasil analisis dengan Chi square berbeda tepung jagung, tepung kacang hijau dan labu kuning LA3
pada taraf α=5%. Hasil uji kesukaan rasa flake dengan dapat dilihat pada Gambar 11.
rasio tepung jagung, tepung kacang hijau dan labu kuning Beardasarkan gambar 11 dapat dilihat bahwa
LA3 dapat dilihat pada Gambar 10. panelis lebih menyukai aroma flake pada perlakuan
Berdasarkan Gambar 10 panelis lebih menyukai rasa P3. Hal ini diduga karena aroma yang dihasilkan dari
flake dengan rasio tepung jagung 50% : tepung kacang aroma jagung, kacang hijau dan labu kuning yang pas,
hijau 30% : labu kuning 20%. Hal ini dikarenakan rasa sehingga aroma flake pada perlakuan P3 masih dapat
flake yang dihasilkan pas menurut panelis. Labu kuning diterima oleh panelis. Aroma flake terbentuk selama
memberikan rasa yang khas yaitu agak manis karena labu proses pemanggangan, karena pada saat pemanggangan
kuning mengandung gula sehingga dapat meningkatkan senyawa-senyawa volatil menguap sehingga aroma
tingkat kesukaan panelis20. Rasa yang dihasilkan pada bahan dasar sebagian hilang akibat pemasakan21. Jagung
flake juga berasal dari bahan pendukung yang digunakan memiliki aroma yang sangat khas sehingga memberikan
seperti gula halus, garam dan margarin yang menyatu kontribusi yang sangat tinggi terhadap aroma produk
dengan bahan utama. yang dihasilkan19. Kacang hijau memiliki kandungan
enzim lipoksigenase sehingga menimbulkan aroma yang
Kesukan aroma khas pada produk pangan22. Selain itu aroma flake dapat
disebabkan oleh berbagai komponen bahan lain dalam
Aroma merupakan salah satu indikator yang dapat
adonan seperti gula dan margarin23.
langsung dirasakan oleh indra penciuman. Berdasarkan
hasil analisis dengan Chi square berbeda pada taraf
40
Karakteristik Fisikokimia dan Oeganoleptik Flake Berbahan Tepung Jagung (Zea mays L.), Tepung Kacang Hijau (Phaseolus
radiatus) dan Labu Kuning LA3 (Cucurbita moschata)
(Mukhammad Fauzi et al)
Kesukan keseluruhan
Kesukaan keseluruhan merupakan parameter untuk Pemilihan Perlakuan Terbaik
menentukan tingkat kesukaan secara keseluruhan produk Uji efektivitas merupakan uji yang dilakukan
flake rasio tepung jagung, tepung kacang hijau dan labu dengan menggunakan metode pembobotan yang
kuning LA3 yang dinilai dari parameter warna, tekstur, ditentukan oleh panelis dengan tujuan untuk menentukan
rasa dan aroma. Berdasarkan hasil analisis dengan perlakuan terbaik dari hasil uji fisik dan organoleptik
Chi square berbeda pada taraf α=5%. Hasil penilaian pada flake. Perlakuan dengan nilai produk tertinggi
kesukaan keseluruhan flake rasio tepung jagung, tepung merupakan perlakuan terbaik. Hasil uji efektivitas flake
kacang hijau dan labu kuning LA3 dapat dilihat pada rasio tepung jagung, tepung kacang hijau dan labu kuning
Gambar 12. LA 3 dapat dilihat pada Tabel 1.
Gambar 12 menunjukkan nilai kesukaan T Hasil uji efektivitas yang disajikan pada Tabel
keseluruhan tertinggi terdapat pada perlakuan P3 dengan 1 menunjukkan bahwa perlakuan P3 (tepung jagung
rasio tepung jagung 60% : tepung kacang hijau 25% : 60%:tepung kacang hijau 25% : labu kuning 15%)
labu kuning 15%. Perlakuan P3 lebih disukai secara memiliki nilai efektivitas terbaik dibandingkan dengan
keseluruhan dikarenakan pada parameter tekstur dan perlakuan lain. Hal ini dikarenakan flake yang dihasilkan
aroma panelis memilih perlakuan P3 untuk yang lebih pada perlakuan P3 memiliki sifat-sifat fisik (warna, rasa,
disukai. tekstur dan aroma) yang lebih disukai oleh panelis.
Tabel 1. Hasil uji efektivitas flake dari variasi berbahan baku campuran tepung jagung, kacang hijau dan labu kuning LA3.
Table 1. Flake effectiveness test results of variations made from a mixture of raw corn flour, green beans and pumpkin LA3
Perlakuan/Treatments Nilai Efektivitas/ Efectivity value
P1 (80: 15 : 5) 0,547
P2 (70: 20 : 10) 0,480
P3 (60: 25 : 15) 0,684
P4 (50: 30 : 20) 0,496
P5 (40: 35 : 25) 0,126
41
| Jurnal Penelitian Pascapanen Pertanian | Volume 16 No. 1 Juni 2019 : 31 - 43
Tabel 2. Perbandingan hasil perlakuan terbaik P3 (tepung jagung 60% : tepung kacang hijau 25% : labu kuning LA3
15%) dengan syarat mutu flake menurut SNI 01-4270-1996.
Table 2. Comparison of the results of the best treatment P3 (60% corn flour: 25%, mung bean flour: 15% LA3 pumpkin)
with flake quality requirements according to SNI 01-4270-1996
Parameter/Parameters Perlakuan Terbaik / The best treatment (%) Standar SNI/ Standard SNI (%)
Kadar air 3,11 Maks. 3
Kadar abu 2,14 Maks. 4
Kadar protein 8,71 Min. 5
Kadar lemak 8,45 Min. 7
Karbohidrat 77,59 Maks. 60,7
Energi (Kkal) 421,25 -
perlakuan P3 yaitu flake dengan variasi tepung jagung
Hasil Analisis Proksimat Flake Uji Efektivitas 60%, tepung kacang hijau 25% dan labu kuning LA3
Uji efektivitas digunakan untuk mengetahui 15% memiliki nilai lightness 62,38, tekstur 347,34 g/mm,
perlakuan yang memiliki nilai terbaik atau tertinggi dari daya rehidrasi 30,79%, betakaroten 1,94 mg/g, kadar
semua parameter yang dianalisis. Perlakuan terbaik yang air 3,11%, kadar abu 2,4%, kadar protein 8,71%, kadar
terpilih dari hasil uji efektivitas dilanjutkan dengan uji lemak 8,45%, karbohidrat 77,59%, total energi 421,25
proksimat untuk dibandingkan dengan syarat mutu flake kkal/100gram, nilai kesukaan warna 3,64 (netral hingga
menurut SNI 01-4270-1996. Hasil analisis uji efektivitas suka), nilai kesukaan tekstur 4,08 (suka), nilai kesukaan
yang dibandingkan dengan syarat mutu flake dapat dilihat rasa 3,60 (netral hingga suka), nilai kesukaan aroma 3,64
pada Tabel 2. (netral hingga suka) dan nilai kesukaan keseluruhan 4,20
(suka hingga sangat suka).
Tabel 2 menunjukkan bahwa parameter yang
ditetapkan oleh Badan Standart Nasional untuk produk
DAFTAR PUSTAKA
flake perlakuan P3 hanya parameter kadar air dan kadar
karbohidrat yang tidak memenuhi syarat mutu flake SNI
01-4270-1996. Walaupun demikian produk flake tersebut
1. Purnamasari IW dan Widya D R P. Pengaruh Penambahan
masih layak dikonsumsi ataupun dikomersialkan. Pada
Tepung Labu Kuning Dan Natrium Bikarbonat Terhadap
makanan sebagai menu sarapan, kandungan karbohidrat
Karakteristik Flake Talas, Jurnal Pangan dan Agroindustri .
sangatlah penting untuk memenuhi kecukupan kalori
2015; (3)4:.1375-1385.
terbesar selain protein dan lemak.
2. Badan Standardisasi Nasional. Syarat Mutu Sereal (SNI 01-
Berdasarkan perhitungan jumlah energi flake, 4270-1996). Jakarta: Badan Standardisasi Nasional. 2000.
dihasilkan jumlah energi pada perlakuan P3 sebesar 3. Putri WDR dan Rikhardo AP. Pengaruh Proporsi Jagung
421,25 Kkal/100 gram. Untuk per porsi sarapan, jumlah dan Kacang Merah Serta Substitusi Bekatul Terhadap
energi yang diperlukan adalah 466 Kkal. Dalam hal Karakteristik Fisik Kimia Flakes. Jurnal Pangan dan
ini, dalam per porsi sarapan jumlah energi flake pada Agroindustri.2015; 3(2): 734-742
perlakuan P3 hampir memenuhi jumlah energi yang 4. Ladamay NA dan Sudarminto SY. Pemanfaatan Bahan
diperlukan. Per hari total kalori yang direkomendasikan Lokal Dalam Pembuatan Foodbars (Kajian Rasio Tapioka
adalah 2100 Kkal24. Untuk memenuhi syarat kebutuhan : Tepung Kacang Hijau Dan Proporsi CMC), Jurnal Pangan
pangan darurat sebesar 2100 Kkal/hari, maka dianjurkan dan Agroindustri. 2014; 2 (1): 67-78
untuk mengkonsumsi 5 kemasan flake dari perlakuan 5. Departemen Kesehatan RI. Daftar Komposisi Bahan
P3, jika setiap kemasan 100 gram, sebagai pengganti Makanan. Jakarta: Bhratara Karya Aksara.1996.
makanan harian . 6. Ranonto NR, Nurhaeni, Razak AR. Rerensi Karoten
dalam Berbagai Produk Olahan Labu Kuning (Cucurbita
Moschata Durch). Journal of Natural Science.2015; 4(1):
KESIMPULAN 104-110.
7. Putri WDR dan Ida BYVP. Pengaruh Proporsi Tepung Terigu
Proporsi tepung jagung, tepung kacang hijau dan Tepung Kacang Hijau Serta Substitusi dengan Tepung
dan labu kuning LA3 berpengaruh terhadap warna, Bekatul dalam Biskuit. Jurnal Pangan dan Agroindustri.
tekstur, daya rehidrasi, betakaroten dan kadar air flake 2015; 3(3): 793-802.
yang dihasilkan. Proporsi flake terbaik diperoleh pada
42
Karakteristik Fisikokimia dan Oeganoleptik Flake Berbahan Tepung Jagung (Zea mays L.), Tepung Kacang Hijau (Phaseolus
radiatus) dan Labu Kuning LA3 (Cucurbita moschata)
(Mukhammad Fauzi et al)
8. Papunas ME, Gregoria SS, Djarkasi dan Judith SC Moningka. 16. Suarni dan Herman S. Potensi Pengembangan Jagung Dan
Karakteristik Fisikokimia Dan Sensoris Flakes Berbahan Sorgum Sebagai Sumber Pangan Fungsional, J. Litbang
Baku Tepung Jagung (Zea mays L), Tepung Pisang Goroho Pert.2013; 32 (1): 47-55.
(Musa acuminafe,sp) dan Tepung Kacang Hijau (Phaseolus 17. Bhat AM dan Anju B. Study on Physico-Chemical
radiates). Jurnal Ilmu dan Teknologi Pangan Unsrat. 2013; Characteristics of Pumpkin Blended Cake. Journal Food
3(5). Processing and Technology. 2013;4: 262.
9. Juniawati. Optimasi Proses Pengolahan Mi Jagung 18. Wijayanti SD, Tri D, Widyaningsih, dan Dzulvina U.
Instan Berdasarkan Preferensi Konsumen. Bogor: Institut Evaluasi Nilai Cerna In Vitro Sereal Flake Berbasis Ubi
Pertanian Bogor. 2003. Hal. 34-67. Jalar Orange Tersuplementasi Kecambah Kacang Tunggak.
10. Astarini F, Bambang SA dan Danar P. Formulasi dan Jurnal Teknologi Pertanian. 2015;16(1): 31-40.
Evaluasi Sifat Fisikokimia Flakes Komposit Dari Tepung 19. Bastanta D, Karo-Karo T dan Rusmarilin H. Pengaruh
Tapioka, Tepung Konjac (Amarphophallus oncophyllus) Perbandigan Sari Sirsak dengan Sari Bit dan Konsentrasi
dan Tepung Kacang Hijau (Phaseolus radiatus L.). Jurnal Gula terhadap Sirup Sabit. Jurnal Rekayasa Pangan dan
Teknosains Pangan. 2014; 3(1): 106-114. Pertanian.2017; 5(1): 102-108.
11. Rakhmawati N. Formulasi dan Evaluasi Sifat Sensoris 20. Putri WDR dan Ika WP. Pengaruh Penambahan Tepung Labu
dan Fisikokimia Produk Flakes Komposit Berbahan Dasar Kuning dan Natrium Bikarbonat Terhadap Karakteristik
Tepung Tapioka, Tepung Kacang Merah (Phaseolus vulgaris Flake Talas. Jurnal Pangan dan Agroindustri.2015;
L.) dan Tepung Konjac (Amorphophallus oncophillus). 3(4):1375-1385.
Skripsi. Surakarta: Jurusan Teknologi Pertanian, Universitas 21. Febrianto A, Basito dan Choirul A. Kajian Karakteristik
Sebelas Maret. 2013. Fisikokimia dan Sensoris Tortilla Corn Chips dengan
12. Handasari M. Pemanfaatan Ampas Tahu Terfermentasi Variasi Larutan Alkali pada Proses Nikstamalisasi Jagung.
Sebagai Substitusi Tepung Kedelai. Jurnal Perikanan.2010; Jurnal Teknosains Pangan.2014; 3(3).
29(5). 22. Istikomah, Retno. Pengaruh Substitusi Tepung Kacang
13. Febrianty K, Widyaningsih TD, Wijayanti SD, Panca N I, Hijau Terhadap Tingkat Kesukaan Kue Jongkong. E-Journal
Nugrahini, Maligan JM. Pengaruh Proporsi Tepung (Ubi Boga. 2015; 2 (3):18-24.
Jalar Terfermentasi Kecambah Kacang Tunggak) dan Lama 23. Subandoro RH, Basito dan Atmaka W. Pemanfaatan Tepung
Perkecambahan Terhadap Kualitas Fisik dan Kimia Flakes. Millet Kuning dan Tepung Ubi Jalar Kuning sebagai
Jurnal Pangan dan Agroindustri. 2015;3(3). Substitusi Tepung Terigu dalam Pembuatan Cookies
14. Erlia TR, Latifah dan Titi S. Flake Labu Kuning (Cucurbita Terhadap Karakteristik Organoleptik dan Fisikokimia.
moschata) dengan Kadar Vitamin A Tinggi. Surabaya: Jurnal Teknosains Pangan. 2013;2(4).
Departemen of Food Technology UPNV.2013. 24. Zoumas BL, Armstrong LE, Backstrand JR, Chenoweth
15. Permana RA dan Putri WDR. Pengaruh Proporsi Tepung WL, Chinachoti P, Klein BP, Lane HW, Marsh KS,
Jagung dan Kacang Merah Serta Substitusi Bekatul Tolvanen M. High-Energy, Nutrient Danse Emergency
terhadap Karakteristik Fisik Kimia Flakes. Jurnal Pangan Relief Product. Food and Nutrion Board: Institute of
dan Agroindustri.2015; 3(2); 734-742. Medicine. Washington DC: National Academy Press.2002.
43