Anda di halaman 1dari 14

1

SKILLS LAB 4
ASUHAN KEPERAWATAN KASUS
HARGA DIRI RENDAH KRONIS DAN RISIKO BUNUH DIRI

Skenario 1

Aku Memang Orang yang Tidak Bisa Melakukan Apapun…

Nn. E, gadis berusia 18 thn, dibawa ke RSJ untuk pertama kalinya. karena sudah 1 bulan ini
mengurung diri di kamar, tidak mau bicara, menghindar bila ditemui. Kakak pasien mengatakan
perilaku terjadi sejak Nn. E tidak lulus SNMPTN. Pada saat pengkajian lanjut, diketahui Nn. E
sudah mengikuti bimbingan belajar, tetapi tidak pernah mendapatkan hasil yang memuaskan. Pada
saat SMP juga Nn. E pernah mengalami sakit yang membuatnya harus meninggalkan sekolah
dalam waktu lama dan membuatnya tidak naik kelas. Kakak Nn. E mengatakan sejak tidak lulus
SNMPTN, Nn E selalu mengatakan bahwa dirinya bodoh, tidak berguna, sampah masyarakat, dan
tidak pantas menjadi adik dari seorang kakak yang pandai dan selalu sukses. Kakak Nn. E juga
mengatakan bahwa pada saat sebelum sakit adiknya selalu membuat pakaian, tas atau kaos kaki
rajutan. Hasil rajutan rapi dan terkadang dijual ke teman-teman atau tetangga mereka. Tetapi sejak
merasa dirinya tidak bisa apa-apa dalam bidang pendidikan tersebut, kegiatan merajut tidak pernah
dilanjutkan lagi.

Skenario 2

Aku Ingin Pulang…

Tn. Rey (35 th) dirawat di RSJ Tampan sejak dua minggu yang lalu di Ruang Kuantan. Keluarga
tidak pernah mengunjungi pasien setelah pertama kali mengantar ke UGD. Pasien selalu
menanyakan kapan dia akan keluar dari rumah sakit, dan perawat menyebutkan pasien boleh
pulang apabila keluarganya akan menjemput. Setelah seminggu kemudian keluarga belum
mengunjungi. Pasien merasa sudah dibuang oleh keluarga. Pasien juga berpikir bahwa apabila
keluar dari rumah sakit jiwa, tidak akan ada yang mau bergaul dengannya lagi, dan tempat
bekerjanya tidak akan menerima lagi karena penyakitnya kambuh pada saat dia sedang di tempat
kerja. Pada sore hari, pasien yang satu ruangan dengan Tn. Rey berteriak memanggil perawat
karena Tn. Rey terlihat mengikat alas kasur pada ventilasi kamar mandi, dan bagian lain dari alas
kasur yang terlilit di lehernya. Perawat dan pasien menahan Tn. Rey untuk tidak melanjutkan
tujuannya.
2

Pertanyaan:
1. Apakah masalah keperawatan yang dialami sesuai skenario?
2. Bagaimanakah tindakan keperawatan yang dapat diberikan sesuai skenario?
3. Bagaimanakah pendokumentasian keperawatan sesuai skenario?
Metode
1. Diskusi
2. Role play
Penugasan
1. Mahasiswa membaca dan memahami prosedur materi serta skenario.
2. Mahasiswa membuat Strategi Pelaksanaan (SP) tindakan keperawatan sesuai dengan
skenario
3. Mahasiswa secara berpasangan melakukan Role Play (Peran perawat dan pasien) seperti
contoh yang diberikan melalui youtube, dan kemudian saling memberikan feedback.
4. Prosedur 3 dilakukan kembali untuk mahasiswa yang lain (bergantian)
3

ASUHAN KEPERAWATAN KASUS


HARGA DIRI RENDAH KRONIS

A. PENDAHULUAN
Keperawatan jiwa adalah area spesialistik dalam praktek keperawatan, menggunakan
teori perilaku sebagai ilmunya dan menggunakan diri sebagai alatnya. Pemberian asuhan
keperawatan merupakan proses terapeutik yang melibatkan hubungan kerja sama antar
perawat dengan klien keluarga dan masyarakat untuk mencapai tingkat kesehatan yang
optimal.
Proses keperawatan merupakan suatu metoda sistematis dan ilmiah yang digunakan
perawat untuk memenuhi kebutuhan klien dalam mencapai mempertahankan keadaan biologi,
psikologi, sosial dan spiritual yang optimal. Manfaat menggunakan proses keperawatan antara
lain: Perawat terhindar dari tindakan keperawatan yang bersifat rutin, meningkatkan otonomi,
meningkatkan percaya diri, dan sebagai sarana diseminasi iptek keperawatan untuk
pengembangan karir melalui pola pikir penelitian

Manfaat bagi klien :


1. Asuhan keperawatan yang diterima bermutu dan dipertanggung jawabkan secara
ilmiah.
2. Partisipasi klien meningkat dalam menuju keperawatan mandiri
3. Terhindar dari mal praktek mandiri

Proses keperawatan merupakan sarana kerja sama antara perawat, klien dan keluarga.
Dengan menyertakan klien dan keluarga maka pemulihan kemampuan pasien dalam
mengendalikan kehidupan lebih mungkin tercapai. Adapun tahap-tahap proses keperawatan
adalah pengkajian, diagnosa keperawatan, perencanaan, implementasi, dan evaluasi.

B. STANDAR KOMPETENSI
Tujuan pembelajaran
1. Tujuan instruksional umum
Mahasiswa mampu melakukan asuhan keperawatan dan pendokumentasian pada pasien
dengan harga diri rendah kronis (HDRK) dan risiko bunuh diri (RBD)
2. Tujuan instruksional khusus
2.1 Mahasiswa mampu melakukan pengkajian pada masalah harga diri rendah kronis
dengan tepat dan RBD dengan benar.
2.2 Mahasiswa mampu menegakkan diagnosa pada masalah harga diri rendah kronis
dengan tepat dan RBD dengan benar.
2.3 Mahasiswa mampu merencanakan kegiatan sesuai diagnosa keperawatan.
2.4 Mahasiswa mampu melakukan implementasi dengan tepat dan benar.
2.5 Mahasiswa mampu melakukan evaluasi keperawatan dengan tepat dan benar.
4

2.6 Mahasiswa mampu melakukan pendokumentasian sesuai implementasi yang


dilakukan.
2.7 Mahasiswa mampu menerapkan komunikasi terapeutik dalam melakukan proses
asuhan keperawatan.

C. TINJAUAN TEORI

HARGA DIRI RENDAH (HDR) KRONIS

1. Pengertian
Harga diri merupakan salah satu dari 5 komponen konsep diri yang dapat diartikan
sebagai penilaian pribadi terhadap hasil yang dicapai dengan menganalisa seberapa jauh
perilaku memenuhi ideal diri (Stuart, 2016). Harga diri diperoleh dari diri sendiri dan orang
lain. Aspek utama adalah dicintai dan menerima penghargaan dari orang lain (Keliat,
1997). Akan tetapi, Stuart dan Sundeen (1998) menyebutkan seseorang mempunyai harga
diri tinggi apabila memiliki perasaan yang berakar dalam penerimaan diri sendiri tanpa
syarat. Walaupun mengalami kesalahan, kekalahan, dan kegagalan tetap menerima diri
sebagai orang yang penting dan berharga.
Berdasarkan uraian proses terjadinya harga diri dapat diketahui bahwa harga diri
berkembang sesuai dengan tujuan tugas perkembangan yang harus dicapai pada tiap tahap
perkembangan seseorang menurut Erickson. Frekuensi pencapaian tujuan akan
menghasilkan harga diri yang rendah atau harga diri yang tinggi.
Harga diri rendah adalah perasaan atau evaluasi negatif terhadap diri sendiri, hilang
kepercayaan diri, merasa gagal mencapai keinginan (Stuart, 2016). Gangguan harga diri
dapat digambarkan sebagai perasaan negatif terhadap diri sendiri termasuk hilangnya
percaya diri dan harga diri. Harga diri rendah dapat terjadi secara situasional atau kronis.
Menurut Keliat (1998) harga diri rendah kronik adalah perasaan negatif terhadap diri telah
berlangsung lama, yaitu sebelum sakit/dirawat. Berdasarkan teori tersebut dapat tergambar
bahwa proses dimana klien tidak bisa menerima diri sendiri dan terus menerus berpikir
sebagai seseorang yang selalu berbuat kesalahan, kekalahan, dan kegagalan, tidak pernah
merasa sebagai seseorang yang penting dan tidak berharga berlangsung sudah dalam waktu
yang lama, dan terjadi sebelum klien biasanya dibawa untuk dirawat.
Proses terjadinya harga diri rendah dipengaruhi oleh beberapa faktor predisposisi
seperti faktor biologis, psikologis, sosial dan kultural.

2. Tanda dan gejala


Menurut NANDA (2005) tanda dan gejala yang dimunculkan sebagai perilaku telah
dipertahankan dalam waktu yang lama atau kronik yang meliputi:
1) Mengatakan hal yang negatif tentang diri sendiri dalam waktu lama dan terus menerus,
2) Mengekspresikan sikap malu/minder/rasa bersalah,
5

3) Kontak mata kurang/tidak ada,


4) Selalu mengatakan ketidak mampuan/kesulitan untuk mencoba sesuatu,
5) Bergantung pada orang lain,
6) Tidak asertif,
7) Pasif dan hipoaktif,
8) Bimbang dan ragu-ragu serta menolak umpan balik positif dan membesarkan umpan
balik negatif mengenai dirinya.
9) Respon terhasap stressor bisa berupa ungkapan kegagalan, rasa malu atau pun
ungkapan lain yang mengkritik diri sendiri dan juga perilaku menghindari orang lain
dan realitas yang ada dilingkungan sekitarnya.

Selain data diatas, hal lain yang dapat diamati adalah terlihat kurang
memperhatikan perawatan diri, berpakaian tidak rapih, selera makan kurang, tidak berani
menatap lawan bicara, lebih banyak menunduk, bicara lambat dengan nada suara lemah
dan penurunan produktifitas

3. Asuhan Keperawatan
Pengkajian dan Tindakan keperawatan :
Tujuan :
Setelah diberikan tindakan keperawatan, pasien mampu:
a. Mengidentifikasi kemampuan dan aspek positif yang dimiliki.
b. Menilai kemampuan yang dapat digunakan.
c. Menetapkan/memilih kegiatan yang sesuai kemampuan.
d. Melatih kegiatan yang sudah dipilih, sesuai kemampuan.
e. Merencanakan kegiatan yang sudah dilatihnya.

Tindakan
a. Mengidentifikasi kemampuan dan aspek positif yang masih dimiliki pasien.
- Mendiskusikan bahwa pasien masih memiliki sejumlah kemampuan dan aspek
positif seperti kegiatan pasien di rumah, adanya keluarga dan lingkungan terdekat
pasien.
- Beri pujian yang realistik/nyata dan hindarkan setiap kali bertemu dengan pasien
penilaian yang negatif.
b. Membantu pasien dapat menilai kemampuan yang dapat digunakan.
- Mendiskusikan dengan pasien kemampuan yang masih dapat digunakan saat ini
- Bantu pasien menyebutkannya dan memberi penguatan terhadap kemampuan diri
yang diungkapkan pasien.
- Perlihatkan respon yang kondusif dan menjadi pendengar yang aktif
6

c. Membantu pasien dapat memilih/menetapkan kegiatan sesuai dengan kemampuan.


- Mendiskusikan dengan pasien beberapa aktifitas yang dapat dilakukan dan dipilih
sebagai kegiatan yang akan pasien lakukan sehari-hari.
- Bantu pasien menetapkan aktifitas mana yang dapat pasien lakukan secara mandiri,
mana aktifitas yang memerlukan bantuan minimal dari keluarga dan aktifitas apa
saja yang perlu batuan penuh dari keluarga atau lingkungan terdekat pasien.
Berikan contoh cara pelaksanaan aktifitas yang dapat dilakukan pasien. Susun
bersama pasien dan buat daftar aktifitas atau kegiatan sehari-hari pasien.
d. Melatih kegiatan pasien yang sudah dipilih sesuai kemampuan
- Mendiskusikan dengan pasien untuk menetapkan urutan kegiatan (yang sudah
dipilih pasien) yang akan dilatihkan.
- Bersama pasien dan keluarga memperagakan beberapa kegiatan yang akan
dilakukan pasien.
- Berikan dukungan dan pujian yang nyata setiap kemajuan yang diperlihatkan
pasien.
e. Membantu pasien dapat merencanakan kegiatan sesuai kemampuannya dan menyusun
rencana kegiatan.
- Memberi kesempatan pada pasien untuk mencoba kegiatan yang telah dilatihkan.
- Beri pujian atas aktifitas/kegiatan yang dapat dilakukan pasien setiap hari.
- Tingkatkan kegiatan sesuai dengan tingkat toleransi dan perubahan setiap aktifitas.
- Susun daftar aktifitas yang sudah dilatihkan bersama pasien dan keluarga.
- Berikan kesempatan mengungkapkan perasaanya setelah pelaksanaan kegiatan.
- Yakinkan bahwa keluarga mendukung setiap aktifitas yang dilakukan pasien.

Evaluasi
Evaluasi adalah proses yang berkelanjutan untuk menilai efek dari tindakan
keperawatan pada klien. Evaluasi dilakukan terus menerus pada respons klien terhadap
tindakan keperawatan yang telah dilaksanakan. Evaluasi dapat dibagi 2, yaitu evaluasi
proses atau formatif dilakukan setiap selesai melaksanakan tindakan, evaluasi hasil atau
sumatif dilakukan dengan membandingkan respons klien pada tujuan khusus dan umum
yang telah ditentukan.

Evaluasi dapat dilakukan dengan menggunakan pendekatan SOAP, sebagai pola pikir :
S = Respons Subjektif klien terhadap tindakan keperawatan yang telah dilaksanakan.
O = Respons Objektif klien terhadap tindakan keperawatan yang telah dilaksanakan.
A = Analisa ulang atas data subjektif dan objektif untuk menyimpulkan apakah masalah
masih tetap atau muncul masalah baru atau ada data yang kontradiksi dengan masalah
yang ada
P = Perencanaan atau tindak lanjut berdasarkan hasil analisa pada respons klien
7

Rencana tindak lanjut (RTL) dapat berupa :


a. Rencana teruskan, jika masalah tidak berubah.
b. Rencana dimodifikasi jika masalah tetap, semua tindakan sudah dijalankan tetapi hasil
belum memuaskan.
c. Rencana dibatalkan jika ditemuakn masalah baru dan bertolak belakang dengsn
masalah yang ada serta diagnose yang lama dibatalkan.
d. Rencana atau masalah selesai jika tujuan sudah tercapai dan yang diperlukan adalah
memelihara dan mempertahankan kondisi yang baru.

Klien dan keluarga perlu dilibatkan dalam evaluasi agar dapat melihat perubahan
dan berupaya mempertahankan dan memelihara kondisi klien yang sudah mengalami
perubahan lebih baik. Pada evaluasi sangat diperlukan reinforcement untuk menguatkan
perubahan yang positif. Klien dan keluarga juga dimotivasi untuk melakukan self-
reinforcement.

4. Dokumentasi: Implementasi Tindakan Keperawatan Jiwa


a. Pada pertemuan pertama :
Asesmen & melakukan paket tindakan pertama (SP)
b. Pada pertemuan kedua :
 Asesmen  validasi tanda & gejala yg masih ada
 Evaluasi  kemampuan yg telah dilatih pada pertemuan pertama
 Melakukan paket tindakan kedua (SP)
c. Pada pertemuan ketiga
 Asesmen  validasi tanda & gejala yg masih ada
 Evaluasi  kemampuan yg telah dilatih pada pertemuan pertama & kedua
 Melakukan paket tindakan ketiga (SP)
MASALAH SASARAN PERTEMUAN 1 PERTEMUAN 2 PERTEMUAN 3
KEP

HDR PASIEN ASS + D/ + SP1 ASS + EV SP1 + ASS + EV SP1&SP2 +


SP2 SP3

KELUARGA ASS + D/ + SP1 ASS + EV SP1 + ASS + EV SP1&SP2 +


SP2 SP3
8

Format Evaluasi
Hari/tgl/jam

Data (subjektif & objektif): S: ................

O : .................
Diagnosis:
A : .................
Tindakan:

P : .................

RTL

TTD & NAMA PERAWAT

Contoh:
 Pasien

Selasa, 9 September 2019 Jam 13.00 wib S:


Data:  Klien mengatakan senang bisa menyapu dengan bersih.
 Klien tampak lebih sering menyendiri, kontak  Klien mengatakan baru tahu cara menyapu dengan benar.
mata kurang, lebih banyak diam
 Nada suara kecil, bicara lambat O:
 Klien mengatakan,”Saya ga bisa apapun.” “Saya
 Klien mulai mau mengikuti arahan perawat
orang bodoh, Suster”
 Klien mulai tersenyum ketika diberi pujian
Diagnosa/ Masalah: HDR  Klien bisa masih menyebutkan bahwa yang dilakukan tidak
Tindakan keperawatan: ada apa-apanya.
 Membina BHSP  Klien mampu memperkenalkan diri, menyebut kan nama,
 Mengukur tekanan darah 110/70 mmHg alamat, dan hobi klien
 Mengidentifikasi aspek positif yang dimiliki  Kontak mata masih kurang
 Melatih sp 1 HDR: menyapu dengan cara yang  Bicara lambat dan nada suara kecil
benar
A:
RTL:
Latihan SP 1 HDR tercapai sebagian
Ulangi latihan menyapu di ruangan kamar sendiri
pada sore dan besok pagi
P:
Perawat:
Review BHSP dan evaluasi SP 1 HDR dan lanjutkan SP 2 :
melatih aspek positif yang ke-2.

Pasien:
Latihan SP2 HDR
TTD & NAMA JELAS
9

RISIKO BUNUH DIRI


1. Pengertian
Bunuh diri yang juga sering disebut Suicide berasal dari Bahasa Latin yaitu “Sui” artinya
diri sendiri dan “Cidium/cae dere” artinya membunuh. Suicide berarti perilaku yg
dilakukan dgn sengaja untuk merusak kehidupan sendiri. Pada literature lain bunuh diri
merupakan tindakan yang secara sadar dilakukan oleh pasien untuk mengakhiri
kehidupannya (Keliat dkk, 2006).
2. Pembagian Perilaku Bunuh Diri danTanda & Gejala
Berdasarkan besarnya kemungkinan pasien melakukan bunuh diri, perilaku bunuh diri
dapat dibedakan menjadi 3 macam:
2.1 Isyarat bunuh diri
Isyarat bunuh diri ditunjukkan dengan berperilaku secara tidak langsung ingin
bunuh diri, misalnya dengan mengatakan: “Tolong jaga anak-anak karena saya akan
pergi jauh!” atau “Segala sesuatu akan lebih baik tanpa saya”. Pada kondisi ini pasien
mungkin sudah memiliki ide untuk mengakhiri hidupnya, namun tidak disertai dengan
ancaman dan percobaan bunuh diri.
Pasien umumnya mengungkapkan perasaan seperti rasa bersalah / sedih / marah /
putus asa / tidak berdaya. Pasien juga mengungkapkan hal-hal negatif tentang diri
sendiri yang menggambarkan harga diri rendah
2.2 Ancaman bunuh diri
Ancaman bunuh diri umumnya diucapkan oleh pasien, berisi keinginan untuk
mati disertai dengan rencana untuk mengakhiri kehidupan dan persiapan alat untuk
melaksanakan rencana tersebut. Secara aktif pasien telah memikirkan rencana bunuh
diri, namun tidak disertai dengan percobaan bunuh diri.
Walaupun dalam kondisi ini pasien belum pernah mencoba bunuh diri,
pengawasan ketat harus dilakukan. Kesempatan sedikit saja dapat dimanfaatkan pasien
untuk melaksanakan rencana bunuh dirinya.
2.3 Percobaan bunuh diri
Percobaan bunuh diri adalah tindakan pasien mencederai atau melukai diri untuk
mengakhiri kehidupannya. Pada kondisi ini, pasien aktif mencoba bunuh diri dengan
cara gantung diri, minum racun, memotong urat nadi, atau menjatuhkan diri dari tempat
yang tinggi.

3. Asuhan Keperawatan
Tindakan keperawatan
3.1 Tindakan ”percobaan dan ancaman bunuh diri”
3.1.1 Untuk pasien
3.1.1.1 Tujuan : Pasien tetap aman dan selamat
3.1.1.1 Tindakan : Melindungi pasien, dengan cara:
10

3.1.1.1.1 Menemani pasien terus-menerus hingga dapat dipindahkan ketempat


yang aman.
3.1.1.1.2 Menjauhkan semua benda yang berbahaya.
3.1.1.1.3 Memeriksa apakah pasien benar-benar telah meminum obatnya, jika
pasien mendapatkan obat.
3.1.1.1.4 Menjelaskan pada pasien bahwa perawat akan melindungi pasien
sampai tidak ada keinginan bunuh diri.

3.1.2 Untuk keluarga


3.1.2.1 Tujuan: Keluarga berperan serta melindungi anggota keluarga yang
mengancam atau mencoba bunuh diri.
3.1.2.2 Tindakan:
3.1.2.2.1 Menganjurkan keluarga untuk ikut mengawasi pasien serta jangan
pernah meninggalkan pasien sendirian.
3.1.2.2.2 Menganjurkan keluarga untuk membantu perawat menjauhi barang-
barang berbahaya disekitar pasien.
3.1.2.2.3 Mendiskusikan dengan keluarga ja untuk tidak sering melamun
sendiri.
3.1.2.2.4 Menjelaskan kepada keluarga pentingnya pasien minum obat secara
teratur.

3.2 Tindakan “isyarat bunuh diri dengan diagnosa harga diri rendah”
3.2.1 Untuk pasien
3.2.1.1 Tujuan:
3.2.1.1.1 Pasien mendapat perlindungan dari lingkungannya
3.2.1.1.2 Pasien dapat mengungkapkan perasaanya
3.2.1.1.3 Pasien dapat meningkatkan harga dirinya
3.2.1.1.4 Pasien dapat menggunakan cara penyelesaian masalah yang baik
3.2.1.2 Tindakan keperawatan
3.2.1.2.1. Mendiskusikan tentang cara mengatasi keinginan bunuh diri, yaitu
dengan meminta bantuan dari keluarga atau teman.
3.2.1.2.2. Meningkatkan harga diri pasien, dengan cara:
3.2.1.2.2.1 Memberi kesempatan pasien mengungkapkan perasaannya.
3.2.1.2.2.2 Berikan pujian bila pasien dapat mengatakan perasaan yang
positif.
3.2.1.2.2.3 Meyakinkan pasien bahwa dirinya penting
3.2.1.2.2.4 Membicarakan tentang keadaan yang sepatutnya disyukuri oleh
pasien
3.2.1.2.2.5 Merencanakan aktifitas yang dapat pasien lakukan
11

3.2.1.2.3 Meningkatkan kemampuan menyelesaikan masalah, dengan cara:


3.2.1.2.3.1 Mendiskusikan dengan pasien cara menyelesaikan masalahnya.
3.2.1.2.3.2 Mendiskusikan dengan pasien efektifitas masing-masing cara
penyelesaian masalah.
3.2.1.2.3.3 Mendiskusikan dengan pasien cara menyelesaikan masalah yang
lebih baik

3.2.2 Untuk keluarga


3.2.2.1 Tujuan : keluarga mampu merawat pasien dengan risiko bunuh diri.
3.2.2.2 Tindakan keperawatan:
3.2.2.2.1 Mengajarkan keluarga tentang tanda dan gejala bunuh diri
3.2.2.2.2 Menanyakan keluarga tentang tanda dan gejala bunuh diri yang penah
muncul pada pasien.
3.2.2.2.3 Mendiskusikan tentang tanda dan gejala yang umumnya muncul pada
pasien berisiko bunuh diri.
3.2.2.2.4 Mengajarkan keluarga cara melindungi pasien dari perilaku bunuh
diri
3.2.2.2.5 Mendiskusikan tentang cara yang dapat dilakukan keluarga bila
pasien memperlihatkan tanda dan gejala bunuh diri.
3.2.2.2.6 Menjelaskan tentang cara-cara melindungi pasien, antara lain:
o Memberikan tempat yang aman. Menempatkan pasien di tempat yang
mudah diawasi, jangan biarkan pasien mengunci diri di kamarnya atau
jangan meninggalkan pasien sendirian di rumah
o Menjauhkan barang-barang yang bisa digunakan untuk bunuh diri.
Jauhkan pasien dari barang-barang yang bisa digunakan untuk bunuh
diri, seperti: tali, bahan bakar minyak / bensin, api, pisau atau benda
tajam lainnya, zat yang berbahaya seperti obat nyamuk atau racun
serangga.
o Selalu mengadakan pengawasan dan meningkatkan pengawasan
apabila tanda dan gejala bunuh diri meningkat. Jangan pernah
melonggarkan pengawasan, walaupun pasien tidak menunjukan tanda
dan gejala untuk bunuh diri.
o Menganjurkan keluarga untuk melaksanakan cara tersebut di atas.
3.2.2.2.7 Mengajarkan keluarga tentang hal-hal yang dapat dilakukan apabila
pasien melakukan percobaan bunuh diri, antara lain:
o Mencari bantuan pada tetangga sekitar atau pemuka masyarakat untuk
menghentikan upaya bunuh diri tersebut.
o Segera membawa pasien ke rumah sakit atau puskesmas mendapatkan
bantuan medis.
12

o Membantu keluarga mencari rujukan fasilitas kesehatan yang tersedia


bagi pasien.
o Memberikan informasi tentang nomor telepon darurat tenaga
kesehatan.
o Menganjurkan keluarga untuk mengantarkan pasien berobat/kontrol
secara teratur untuk mengatasi masalah bunuh dirinya.
o Menganjurkan keluarga untuk membantu pasien minum obat sesuai
prinsip lima benar yaitu benar orangnya, benar obatnya, benar
dosisnya, benar cara penggunakannya, benar waktu penggunaannya

Evaluasi
Evaluasi adalah proses yang berkelanjutan untuk menilai efek dari tindakan
keperawatan pada klien. Evaluasi dilakukan terus menerus pada respons klien terhadap
tindakan keperawatan yang telah dilaksanakan. Evaluasi dapat dibagi 2, yaitu evaluasi
proses atau formatif dilakukan setiap selesai melaksanakan tindakan, evaluasi hasil atau
sumatif dilakukan dengan membandingkan respons klien pada tujuan khusus dan umum
yang telah ditentukan.

Evaluasi dapat dilakukan dengan menggunakan pendekatan SOAP, sebagai pola pikir :
S = Respons Subjektif klien terhadap tindakan keperawatan yang telah dilaksanakan.
O = Respons Objektif klien terhadap tindakan keperawatan yang telah dilaksanakan.
A = Analisa ulang atas data subjektif dan objektif untuk menyimpulkan apakah masalah
masih tetap atau muncul masalah baru atau ada data yang kontradiksi dengan masalah
yang ada
P = Perencanaan atau tindak lanjut berdasarkan hasil analisa pada respons klien

Rencana tindak lanjut (RTL) dapat berupa :


e. Rencana teruskan, jika masalah tidak berubah.
f. Rencana dimodifikasi jika masalah tetap, semua tindakan sudah dijalankan tetapi hasil
belum memuaskan.
g. Rencana dibatalkan jika ditemuakn masalah baru dan bertolak belakang dengsn
masalah yang ada serta diagnose yang lama dibatalkan.
h. Rencana atau masalah selesai jika tujuan sudah tercapai dan yang diperlukan adalah
memelihara dan mempertahankan kondisi yang baru.

Klien dan keluarga perlu dilibatkan dalam evaluasi agar dapat melihat perubahan
dan berupaya mempertahankan dan memelihara kondisi klien yang sudah mengalami
perubahan lebih baik. Pada evaluasi sangat diperlukan reinforcement untuk menguatkan
perubahan yang positif. Klien dan keluarga juga dimotivasi untuk melakukan self-
reinforcement.
13

4. Dokumentasi Keperawatan
d. Pada pertemuan pertama :
Asesmen & melakukan paket tindakan pertama (SP)
e. Pada pertemuan kedua :
 Asesmen  validasi tanda & gejala yg masih ada
 Evaluasi  kemampuan yg telah dilatih pada pertemuan pertama
 Melakukan paket tindakan kedua (SP)
f. Pada pertemuan ketiga
 Asesmen  validasi tanda & gejala yg masih ada
 Evaluasi  kemampuan yg telah dilatih pada pertemuan pertama & kedua
 Melakukan paket tindakan ketiga (SP)
MASALAH SASARAN PERTEMUAN PERTEMUAN PERTEMUAN 3
KEP 1 2

RBD PASIEN ASS + D/ + SP1 ASS + EV SP1 + ASS + EV SP1&SP2 +


SP2 SP3

KELUARGA ASS + D/ + SP1 ASS + EV SP1 + ASS + EV SP1&SP2 +


SP2 SP3

Format Evaluasi
Hari/tgl/jam

Data (subjektif & objektif): S: ................

O : .................
Diagnosis:
A : .................
Tindakan:

P : .................

RTL

TTD & NAMA PERAWAT


14

Contoh:
 Pasien

Selasa, 9 September 2019 Jam 13.00 wib S:


Data:  Klien mengatakan,”Saya sudah berperilaku bodoh
 Klien terlihat sudah mulai bergaul dengan orang lain. melukai diri sendiri, saya tidak akan
 Tidak ada mengungkapkan ide bunuh diri lagi melakukannya lagi.”
 Klien mengatakan,”Saya sudah berperilaku bodoh
melukai diri sendiri, saya tidak akan melakukannya O:
lagi.”  Klien terlihat sudah mulai bergaul dengan orang
lain.
Diagnosa/ Masalah: RBD  Tidak ada mengungkapkan ide bunuh diri lagi
Tindakan keperawatan:
 Melindungi pasien: A:
i. Menemani terus Tindakan mengatasi percobaan bunuh diri tercapai
ii. Menjauhkan benda berbahaya seluruhnya.
iii. Mendapatkan org yg bisa membawa ke RS
iv. Memastikan obat diminum P:
v. Menjelaskan perawat akan melindungi pasien Perawat:
Meningkatkan BHSP dan membantu meningkatkan
RTL: harga diri pasien dengan mengidentifikasi dan
Melanjutkan tindakan yang dilakukan untuk mengatasi melatih meningkatkan aspek positif yang dimiliki
percobaan bunuh diri. pasien.

Pasien:
Latihan meningkatkan aspek positif yang dimiliki.

TTD & NAMA JELAS

5. Daftar Pustaka

Keliat, B.A. (1998). Gangguan konsep diri. Jakarta : EGC


Keliat, dkk. (2006). Modul IC CMHN; Manajemen Kasus Gangguan Jiwa Dalam
Keperawatan Kesehatan Jiwa Komunitas. Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas
Indonesia dan World Health Organization

Keliat, B.A, Akemat, Daulima, N.H.C, & Nurhaeni, H. (2011). Keperawatan Kesehatan
Jiwa Komunitas CMHN (Basic Course). Jakarta : EGC

Stuart, G. W., Keliat. B. A., & Pasaribu, J. (2016). Prinsip dan Praktik: Keperawatan
Kesehatan Jiwa Stuart. Edisi Indonesia. Singapura. Elsevier.

Stuart, G.W. & Sundeen, S.J. (2005) Buku Saku Keperawatan Jiwa: Pocket Guide To
Psychiatric Nursing. alih bahasa: Achir Yani S. Hamid.(ed.4). Jakarta: EGC

Anda mungkin juga menyukai