Anda di halaman 1dari 5

BAB V

PEMBAHASAN

5.1 Frekuensi Halusinasi Di Ruang Rawat Inap Cendrawasih RSJ. Hb. Saanin

Padang Tahun 2020 Sebelum Di Berikan Terapi Aktivitas Kelompok Sesi II

Bedasarkan data dari hasil penelitian terhadap 13 responden di ruang

rawat inap cendrawasih sebelum dilakukan terapi aktifitas kelompok rata-rata

nilai frekuensi halusinasi responden 1,62.

Penelitian yang dilakukan oleh Aristina, 2015 Di ruang flamboyan

Rumah Sakit Jiwa Menur Surabaya yang membahas tentang pengaruh terapi

aktifitas kelompok stimulasi persepsi sesi I dan II terhadap kemampuan

mengontrol halusinasi pendengaran pada pasien skizofrenia menunjukkan bahwa

dari 10 responden diperoleh sebanyak 6 orang (66,7%) yang tidak mampu

mengontrol halusinasi sebelum diberikan terapi aktifitas kelompok.

Menurut Sutejo (2019) halusinasi merupakan suatu gejala ganguan jiwa

di mana klien penglihatan, pengecapan perabaan, atau penciuman pada gangguan

halusinasi penghilatan misalnya, klien melihat suatu bayangan yang menakutkan,

padahal tidak ada bayangan tersebut. Salah satu manifestasi yang timbul adalah

halusinasi gangguan yang palin g umum dan yang paling penting, selain itu,

halusinasi di anggap sabagai karateristik psikosis.

Bedasarkan pengamatan dari lembar observasi sebelum diberikan terapi

aktivitas kelompok sesi II terdapat 5 orang (38,46%) yang mampu menyebutkan

cara yang selama ini digunakan mengatasi halusinasi dan 8 orang (61,53%) yang
tidak mampu menyebutkan cara yang selama ini digunakan mengatasi halusinasi.

3 orang (23,07%) yang mampu menyebutkan efektivitas cara dan 10 orang

(76,92%) yang tidak mampu menyebutkan efektivitas cara. 6 orang (46,15%)

yang mampu menyebutkan cara mengatasi halusinasi dengan menghardik dan 7

orang (53,84%) yang tidak mampu menyebutkan cara mengatasi halusiniasi

dengan menghardik. 7 orang (53,84%) yang mampu memperagakan menghardik

halusinasi dan 6 orang (46,15%) yang tidak mampu memperagakan menghardik

halusinasi.

Peneliti berasumsi dari pengamatan tersebut terlihat ketidakmampuan

responden dalam mengontrol halusinasi dipengaruhi oleh kurangnya interaksi

dan komunikasi antara sesama teman dalam ruangan cendrawasih.

5.2 Frekuensi Halusinasi Di Ruang Rawat Inap Cendrawasih RSJ. Hb. Saanin

Padang Tahun 2020 Sesudah Di Berikan Terapi Aktivitas Kelompok Sesi II

Bedasarkan data dari hasil penelitian terhadap 13 responden di ruang

rawat inap cendrawasih sesudah dilakukan terapi aktifitas kelompok rata-rata

nilai frekuensi halusinasi responden 3,23.

Penelitian yang dilakukan oleh Aristina, 2015 Di ruang flamboyan

Rumah Sakit Jiwa Menur Surabaya yang membahas tentang pengaruh terapi

aktifitas kelompok stimulasi persepsi sesi I dan II terhadap kemampuan

mengontrol halusinasi pendengaran pada pasien skizofrenia menunjukkan bahwa

dari 10 responden diperoleh sebanyak 8 orang (88,9%) yang mampu mengontrol

halusinasi sesudah diberikan terapi aktifitas kelompok.


Menurut Sutejo (2019) halusinasi merupakan suatu gejala ganguan jiwa

di mana klien penglihatan, pengecapan perabaan, atau penciuman pada gangguan

halusinasi penghilatan misalnya, klien melihat suatu bayangan yang menakutkan,

padahal tidak ada bayangan tersebut. Salah satu manifestasi yang timbul adalah

halusinasi gangguan yang palin g umum dan yang paling penting, selain itu,

halusinasi di anggap sabagai karateristik psikosis.

Bedasarkan pengamatan dari lembar observasi sebelum diberikan terapi

aktivitas kelompok sesi II terdapat 13 orang (100%) yang mampu menyebutkan

cara yang selama ini digunakan mengatasi halusinasi dan 0 orang (0%) yang

tidak mampu menyebutkan cara yang selama ini digunakan mengatasi halusinasi.

11 orang (84,61%) yang mampu menyebutkan efektivitas cara dan 2 orang

(15,38%) yang tidak mampu menyebutkan efektivitas cara. 9 orang (69,23%)

yang mampu menyebutkan cara mengatasi halusinasi dengan menghardik dan 4

orang (1,92%) yang tidak mampu menyebutkan cara mengatasi halusiniasi

dengan menghardik. 9 orang (69,23%) yang mampu memperagakan menghardik

halusinasi dan 4 orang (1,92%) yang tidak mampu memperagakan menghardik

halusinasi.

Peneliti berasumsi dari pengamatan tersebut frekuensi halusinasi

mengalami peningkatan karena telah dilakukan terapi aktifitas kelompok

sebanyak 2x pertemuan. Selain itu keefektifan terapi aktifitas kelompok yang

dilakukan ditunjang dengan peran peneliti dalam melakukan terapi aktifitas

kelompok dengan kepercayaan responden terhadap peneliti dan keterampilan


serta penampilan peneliti yang baik akan membuat responden percaya kepada

peneliti yang disertai dengan sikap kasih sayang.

5.3 Pengaruh Terapi Aktifitas Kelompok Sesi II Terhadap Frekuensi

Halusinasi Di Ruang Rawat Inap Cendrawasih RSJ. Hb. Saanin Padang

Tahun 2020

Bedasarkan hasil penelitian didapatkan hasil bahwa terjadi peningkatan

nilai rata-rata frekuensi halusinasi setelah diberikan terapi aktifitas kelompok.

Nilai rata-rata sebelum dilakukan terapi aktifitas kelompok adalah 1,62 ± 0,506

dan meningkat setelah dilakukannya terapi aktivitas kelompok ,yaitu 3,23 ±

0,599 serta didapatkan nilai pValuenya 0,002 (p< 0,05) maka dapat disimpulkan

bahwa nilai rata-rata post frekuensi halusinasi lebih tinggi dari pada pre

frekuensi halusinasi.

Dari hasil uji non parametrik test menggunakan uji Wilcoxon penelitian

ini terdapat pengaruh terapi aktifitas kelompok untuk meningkatkan frekuensi

halusinasi dengan selisih nilai rata-rata pre ob dan post ob 1,61 dengan arti kata

frekuensi halusinasi post ob lebih tinggi dari pada pre ob yaitu didapatkan

adanya perbedaan yang bermakna antara frekuensi halusinasi responden terhadap

sebelum dan sesudah mendapatkan terapi aktifitas kelompok. Dalam penelitian

ini dapat disimpulkan bahwa terapi aktifitas kelompok dapat meningkatkan

frekuensi halusinasi responden yang dilakukan oleh peneliti.

Berdasarkan hasil penelitian yang di lakukan Nasrul amirudin di rumah

sakit jiwa, Jawa barat dengan 10 orang responden di dapatkan adanya pengaruh
sebelum dan sesudah di lakukannya terapi aktivitas kelompok halusinasi

terhadap kemajuan perawatan pada pasien halusinasi.

Menurut Sutejo (2019) halusinasi merupakan suatu gejala ganguan jiwa

di mana klien penglihatan, pengecapan perabaan, atau penciuman pada gangguan

halusinasi penghilatan misalnya, klien melihat suatu bayangan yang menakutkan,

padahal tidak ada bayangan tersebut. Salah satu manifestasi yang timbul adalah

halusinasi gangguan yang palin g umum dan yang paling penting, selain itu,

halusinasi di anggap sabagai karateristik psikosis.

Dari observasi hasil perbandingan mean range antara pre ob dan post ob

yang telah dilakukan, peneliti berpendapat peningkatan frekuensi halusinasi

responden tersebut terjadi karena terapi yang dilakukan secara terstruktur dan

menggunakan teknik demonstrasi dengan membina hubungan saling percaya

antar responden dan peneliti. Sebelum dilakukan terapi aktifitas kelompok

terlebih dahulu peneliti membuat panduan pelaksanaan terapi aktifitas kelompok,

dalam panduan ini peneliti menyusun tujuan, materi, dan waktu pelaksanaan

terapi aktifitas.

Peneliti berasumsi bahwa responden akan lebih mudah lagi mengontrol

halusinasi jika penyaji dan pemberi terapi aktifitas kelompok dilakukan oleh

orang-orang yang lebih sering berinteraksi dengan responden dalam melakukan

terapi aktifitas kelompok agar responden lebih konsentrasi dalam mendengarkan

serta memahami penjelasan yang telah diberikan.

Anda mungkin juga menyukai