Anda di halaman 1dari 4

LEARNING JOURNAL

A. Pokok Pikiran:

1. Pengertian Sistem Pengereman Kendaraan


Pengereman yang sempurna yaitu rem yang bisa emperlambat kendaraan hingga
berhenti dengan selamat tidak yang langsung mengunci ban atau yang tidak bisa
meper hambat keceptan kendaraan tersebut.” Ada dua jenis pengereman yang ada
di zaman ini antara lain :
1. Sistem pengereaman jenis lock.
2. Sistem pengereman ABS (Sistem Pengereman Anti-Terkunci).
Performa pengereman kendaraan tidak diragukan lagi merupakan salah satu faktor
penting yang dapat mempengaruhi keselamatan berkendara. Upaya untuk
meningkatkan kinerja pengereman telah difokuskan dalam beberapa tahun terakhir
karena meningkatnya minat dalam keselamatan berkendara. Standar keselamatan
memerlukan jenis sistem pengereman tertentu yang diterapkan di banyak negara.

Persamaan umum untuk karakteristik pengereman dapat diperoleh dari hukum


kedua Newton untuk arah x.
M.ax = − W g Dx = -Fxf - Fxr -DA –W sin θ
Dimana :
W = Berat kendaraan
g = Percepatan Gravitasi
Dx = - ax = Perlambatan linear
Fxf = Gaya pengereman pada poros depan
Fxr = Gaya pengereman pada poros belakang
DA = Hambatan aerodinamika
𝜃 = nilai ketika jalan menanjak

Gaya pengereman utama adalah gaya pengereman Fb yang awalnya dihasilkan


oleh perangkat pengereman dan dihasilkan ketika ban menyentuh permukaan
jalan. Ketika gaya pengereman di bawah nilai batas jalan yang menempel pada
ban, rumus Fb adalah:

Ketika Tb digunakan sebagai torsi pengereman, I adalah inersia rotasi yang terkait
dengan roda yang mengarah ke perlambatan, an adalah perlambatan sudut yang
sesuai, dan r adalah radius putar ban. Selain gaya pengereman, rolling resistance,
aerodinamis drag, transmission drag dan tilt resistance (saat berkendara di
tanjakan) juga mempengaruhi bagaimana kendaraan bergerak saat pengereman.
Oleh karena itu, gaya pengereman yang dihasilkan (Fres) dapat dirumuskan
sebagai:
Fres = Fb + fr W cos 𝜃s + Ra ± W sin 𝜃s + Rt
Di mana fr adalah koefisien tahanan gelinding, W adalah berat kendaraan, s
adalah sudut kemiringan bidang horizontal, Ra adalah hambatan udara, dan Rt
adalah gaya hambat yang ditransmisikan. Gunakan tanda plus untuk W sin s saat
kendaraan melaju menanjak. Gunakan tanda minus untuk turun. Secara umum,
nilai resistansi transmisi biasanya kecil dan dapat diabaikan saat menghitung
efisiensi pengereman.
Saat pengereman, beban dipindahkan dari gandar belakang ke gandar depan.
Dengan asumsi ada keseimbangan momen depan dan belakang antara kontak
permukaan jalan dan ban, beban gandar depan dan belakang normal Wf dan Wr
dapat dinyatakan dengan rumus berikut:
Wf = 1 L [WL2 + h (w G a - Ra ± W sin 𝜃s )]
Dan
Wr = 1 L [WL1 - h (w G a - Ra ± W sin 𝜃s )]
Dimana a adalah perlambatan. Saat kendaraan melaju di jalan menanjak, tanda
W sin s harus diambil. Dalam persamaan di atas, dapat diasumsikan bahwa gaya
hambat aerodinamis diterapkan pada pusat gravitasi kendaraan dan tidak ada
beban. Dengan asumsi bahwa gaya kesetimbangan adalah horizontal, hubungan
keterkaitan dapat dirumuskan menurut persamaan:
Fb + fr W = Fbf + Fbr + fr W = W g a − Ra ± W sin 𝜃s + Rs
Dimana Fbf dan Fbr adalah gaya pengereman gardan roda depan dan belakang.
Efisiensi pengereman dan jarak berhenti
Rumus efisiensi pengereman dapat digunakan untuk mengkarakterisasi kinerja
pengereman kendaraan jalan. Performa pengereman, dilambangkan dengan huruf
b, didefinisikan sebagai rasio laju deselerasi maksimum (dalam g (a/g)) yang
diperoleh sebelum ban difiksasi dengan koefisien gesekan dengan jalan, jadi
perhatikan persamaan berikut:

Faktor Pengereman
Faktor pengereman adalah keuntungan mekanis yang tersedia pada tromol rem
untuk meminimalkan gaya yang diperlukan untuk menggerakkannya. Rem tromol
konvensional dalam bentuk yang disederhanakan. Rem terdiri dari dua bantalan
putar di bagian bawah. Penerapan gaya pemicu Pa mendorong lapisan terhadap
drum, menyebabkan gaya gesekan sama dengan beban normal dikalikan dengan
koefisien gesekan bahan lapisan terhadap drum. Mengingat titik pusat sepatu A:
Σ Mp = e Pa + n µ NA – m NA = 0
Dimana :
e = Jarak tegak lurus dari gaya aktuasi terhadap pivot (mm)
NA = Gaya normal antara lapisan A dan drum (N-m)
n = Jarak Tegak lurus dari gaya gesek lapisan terhadap pivot (mm)
m = Jarak Tegak lurus dari gaya normal terhadap pivot (mm)
Gaya gesek yang dihasilkan oleh masing-masing kampas rem adalah:
FA = µ NA dan FB = µ NB
B. Penerapan:
Saat Anda menekan pedal rem, tekanan hidrolik menumpuk di master silinder. Tekanan
hidrolik ditransmisikan ke aktuator rem, dalam hal ini kaliper rem. Pada kaliper rem,
tekanan hidrolik digunakan untuk menggerakkan piston di dalam kaliper. Saat piston di
kaliper bergerak, kedua bantalan rem bergerak, memperbaiki rotor yang berputar.
Akibatnya, rotor berhenti berputar karena bantalan rem yang menahan rotor pada
tempatnya mencegahnya berputar.

Anda mungkin juga menyukai