Anda di halaman 1dari 17

MAKALAH TUGAS KIMIA

SISTEM KOLOID

DISUSUN OLEH :

ROSNAULI OKTAVIANTI
XI MIPA 3

SMA NEGERI 15 BANDUNG


TAHUN AJARAN 2020/2021

1
KATA PENGANTAR

Puji syukur ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa. Atas rahmat dan hidayah-Nya,
penulis dapat menyelesaikan tugas makalah yang berjudul "Sistem Koloid" dengan tepat
waktu. Makalah ini disusun untuk memenuhi tugas mata pelajaran Kimia. Selain itu,
makalah ini bertujuan menambah wawasan mengenai sistem koloid.

Saya menyadari makalah ini masih jauh dari sempurna. Oleh karena itu, saya
mengharapkan kritik dan saran yang membangun, agar saya dapat menyusun makalah
lebih baik lagi kedepannya. Untuk itu, saya mengucapkan terima kasih banyak kepada ibu
guru, yang telah memberi tugas makalah ini.

Bandung, 28 Mei 2021

2
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR........................................................................................2

DAFTAR ISI........................................................................................................3

BAB I PENDAHULUAN...................................................................................4

A. Latar Belakang…..................................................................................4
B. Rumusan Masalah….............................................................................4
C. Tujuan…...............................................................................................4
D. Manfaat.................................................................................................4

BAB II PEMBAHASAN....................................................................................5

A. Pengertian Sistem Koloid….................................................................5


B. Jenis-jenis Koloid.................................................................................6
C. Sifat-sifat Koloid..................................................................................7
D. Pembuatan Sistem Koloid…..............................................................10
E. Peran Sistem Koloid Dalam Kehidupan Sehari-hari.........................12

BAB III PENUTUP..........................................................................................14

A. Kesimpulan…....................................................................................14

DAFTAR PUSTAKA........................................................................................15

3
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Koloid sudah dikenal sejak ribuan tahun, tetapi dipelajari secara ilmiah baru
dimulai awal abad sembilan belas. Pada tahun 1907 Ostwald mengemukakan istilah
Sistem Dispersi untuk koloid. Ostwald kemudian menggolongkan sistem koloid atas
dasar ketiga fase materi yaitu padat, cair, dan gas.
Sistem koloid merupakan suatu bentuk campuran dua atau lebih zat yangbersifat
homogen namun memiliki ukuran partikel terdispersi yang cukup besar (1 -100 nm),
sehingga terkena efek Tyndall. Bersifat homogen berarti partikel terdispersitidak
terpengaruh oleh gaya gravitasi atau gaya lain yang dikenakan kepadanya;sehingga tidak
terjadi pengendapan, misalnya. Sifat homogen ini juga dimiliki olehlarutan, namun tidak
dimiliki oleh campuran biasa.
Banyak hubungan antara kehidupan dengan sistem koloid, misalnya pembentukan
delta di muara sungai, protoplasma, dan darah. Pada berbagai industri, misalnya industri
tekstil, farmasi, dan detergen, semua proses dalam industri tersebut menggunakan sistem
koloid. Obat-obatan, karet, kosmetika, film, kabut, awan, embun, asap, dan buih
merupakan suatu sistem koloid

B. Rumusan Masalah
1. Apa itu koloid?
2. Apa itu sistem koloid?
3. Apa saja jenis-jenis sistem koloid?
4. Apa saja sifat-sifat yang dimiliki sistem koloid?
5. Bagaimana cara pembuatan koloid?
6. Seperti apa peranan sistem koloid dalam kehidupan sehari hari dan industri?

C. Tujuan
1. Untuk mengetahui apa itu sistem koloid serta cara terbentuknya system koloid
2. Untuk mengenal jenis jenis sitem koloid serta sifat sifatnya
3. Untuk mengetahui peran sistem koloid dalam kehidupan sehari hari dan industri
D. Manfaat
1. Mengetahui serta dapat mengidentifikasi sistem koloid.
2. Memahami sistem koloid serta mengetahui asal terbentuknya sistem tersebut.
3. Menambah wawasan untuk para pembaca mengenai materi sistem
koloid serta dapat dipraktekan dalam kehiudpan seharin hari

4
BAB II
PEMBAHASAN

A. Pengertian Sistem Koloid

Koloid adalah campuran heterogen dan merupakan sistem dua fase. Dua fase
ini meliputi zat terlarut sebagai partikel koloid atau yang sering dikenal dengan fase
terdispersi serta zat yang merupakan fase kontinu dimana partikel koloid terdispersi
yang disebut medium pendispersi. Ukuran partikel koloid berkisar antara 10-7 – 1—5
(1-100 nm). Ukuran inilah yang membedakan koloid dengan larutan dan suspensi.

Sistem koloid merupakan suatu bentuk campuran yang keadaannya terletak


antara larutan dan suspensi (campuran kasar), contohnya lem, kanji, santan, dan jeli.
Analisis sistem koloid diawali oleh percobaan Thomas Graham. Thomas Graham
menemukan bahwa berbagai larutan misalnya HCl dan NaCl mudah berdifusi,
sedangkan zat-zat seperti kanji, gelatin dan putih telur sangat lambat atau sama sekali
tidak berdifusi. Ia menemukan waktu difusi relatif untuk berbagai zat. Oleh karena zat
yang mudah berdifusi biasanya berbentuk kristal dalam keadaan padat, Graham
menyebutnya kristaloid. Sedangkan, zat-zat yang sukar berdifusi disebutnya koloid.
Istilah koloid berasal dari bahasa Yunani, yaitu “kolla” dan “oid”. Kolla berarti lem
sedangkan oid berarti seperti. Dalam hal ini yang dikaitkan dengan lem adalah sifat
difusinya, sebab sistem koloid mempunyai nilai difusi yang rendah seperti lem. Untuk
memahami sistem koloid, kita dapat membandingkan tiga jenis campuran yaitu
campuran kopi dalam air, campuran garam dalam air dan campuran susu dalam air.
Jadi koloid merupakan campuran dari dua zat atau lebih yang tersebar secara
merata dengan ukuran partikel terdispersi antara 1-1000 nm. Sedangkan, sistem
koloid adalah bentuk campuran yang keadaanya terletak di antara larutan dan
suspensi (campuran kasar) dan memiliki sifat-sifat yang khas.

5
B. Jenis-jenis Koloid

Berdasarkan komponen pembentuknya, koloid dapat dibagi menjadi fase


terdispersi, yaitu suatu bagian dari koloid yang tersebar halus dalam sistem dan fase
pendispersi, yaitu bagian dari koloid di mana tempat zat terdispersi menyebar.
1. Aerosol
Sistem koloid dari partikel padat atau cair yang terdispersi dalam gas disebut
aerosal Jika zat yang terdispersi berupa zat padal. disebut aerosol padat. jika zal yang
terdispersi berupa zat cair, disebut aerosol cair. Contoh aerosol padat asap dan debu dalam
udara. Contoh aerosol cair kabut dan awan.

2. Sol
Sol merupakan system koloid yang fase terdispresinya berupa zat padat yang
didispresikan dalam padatan, cairan atau gas. Jadi, sol dibedakan menjadi tiga jenis
berdasarkan medium pendispersinya, sebagal berikut.

a. Jika medium pendispersinya berupa zat padat, maka sistem koloidnya disebut sol
padat. Sebagai contoh adalah intan hitam, kaca rubi, dan paduan logam

b. Jika medium pendispersinya berupa zat cair, maka sistem koloidnya disebut sol atau
gel. Misalnya, caf, selal, jelly, dan pati dalam air

c. Jika medium pendispersinya berupa gas, maka sistem koloidnya disebut aerosol padal
Misalnya, debu dan asap.

3. Emulsi
Emulsi merupakan sistem kolold yang fase terdispersinya berupa zat cair yang
didiapersikan dalam padatan, cairan, atau gas, Jadi emulsi dibedakan menjadi tiga jenis
berdasarkan medium pendispersinya.
a. Jika medium pendispersinya berupa zat padat, maka sistem koloidnya disebut amule
padat Sebagai contoh keju, di mana lemak mentega didispersikan dalam kasein
(protein SUSU) dan mentega.
b. Jika medium pendispersinya berupa zat cair, maka sistem koloidnya disebut emulsi
Misalnya susu dan mayones, di mana ketiganya terdiri dari minyak yang terdispersi
dalam air.

4. Buih
Sistem koloid dan gas yang terdispersi dalam zat cair disebut buih Seperti halnya dengan
emulsi, untuk menstabilkan buih diperlukan zat pembulh, misalnya sabun, detergen, dan
protein Buih dapat dibuat dengan mengalirkan suatu gas ke dalam zat cair yang
mengandung pembuih

6
5. Gel
Koloid yang setengah kaku (antara padat dan cair) disebut gel.
Contoh agar-agar Jem kanji, selai, gelatin gel sabun, dan gel silika Gel dapat terbentuk dan
suatu sol yang zat ferdispersinya mengadsorpsi medium dispersinya, sehingga terjadi koloid
yang agak padat.

C. Sifat-sifat koloid

Suatu campuran digolongkan kedalam sistem koloid apabila memiliki sifat- sifat yang
berbeda dari larutan sejati. Beberapa sifat fisik yang membedakan sistem koloid dari larutan
sejati seperti berikut ini

1. Efek Tyndall
Efek tyndall ditemukan oleh John Tyndall (1820-1893) seorang ahli fisika Inggris.
Oleh karena itu sifat ini disebut efek tyndall. Efek tyndall dapat digunakan untuk
membedakan koloid dari larutan sejati, sebab atom, molekul atau ion yang membentuk
larutan tidak dapat menghamburkan cahaya akibat ukurannya terlalu kecil. Efek tyndall
(hamburan cahaya) oleh suatu campuran menunjukan bahwa campuran tersebut adalah suatu
koloid, dimana ukuran partikel-partikelnya lebih besar dari ukuran partikel dalam larutan,
sehingga dapat menghamburkan cahaya.
Terhamburnya cahaya oleh partikel koloid disabul efek Tyndall Partikel koloid dan
Suspensi cukup besar untuk dapat menghamburkan sinar, sedangkan partikel partikel larutan
berukuran sangat kecil sehingga tidak dapat menghamburkan cahaya Dalam kehidupan
sehari-hari, efek Tyndall dapat kita amali sebagai berikut
a. Sarot lampu proyektor dalam gedung bioskop yang berasap dan berdebu
b. Sorot lampu mobil pada malam yang berkabut
c. Borkas sinar matahari melalul celah daun pohon-pohon pada pagi han yang berkabut.

2. Gerak Brown
Partikel koloid terlalu kecil dan tidak terlihat jika diamati dengan mikroskop biasa, tetapi
dapat diamati dengan menggunakan mikroskop ultra Mikroskop ultra merupakan mikroskop
yang dilengkapi sistem penyinaran khusus dan memiliki daya pisah yang besar
Dengan menggunakan mikroskop ultra partikel-partikel koloid tampak senantiasa bergerak
lurus dan arahnya tidak menentu Gerakan partikel koloid ini disebut gerak Brown, karena
yang pertama kali mengamati gerakan ini adalah Robert Brown (tahun 1827).

7
3. Elektroforesis

Sistem koloid bersifat stabil, hal ini disebabkan adanya muatan listrik pada
permukaan partikel koloid yang berasal dari zat asing yang teradsorpsi dipermukaan
koloid. Adanya muatan listrik tertentu pada partikel-partikel terdispersi dalam sistem
koloid menyebabkan adanya gaya tolak menolak antarpartikel sehingga partikel tersebut
saling berjauhan. Dengan kata lain, sistem dispersi pada koloid bersifat stabil.

4. Adsorpsi

Apabila partikel-partikel sol padat ditempatkan dalam zat cair atau gas, maka
pertikel-partikel zat cair atau gas tersebut akan terakumulasi pada permukaan zat padat
tersebut. Fenomena ini disebut adsorpsi. Beda halnya dengan absorpsi. Absorpsi adalah
fenomena menyerap semua partikel ke dalam sol padat bukan di atas permukaannya,
melainkan di dalam sol padat tersebut. Partikel koloid sol memiliki kemampuan untuk
mengadsorpsi partikel-partikel pada permukaannya, baik partikel netral atau bermuatan
(kation atau anion) karena mempunyai permukaan yang sangat luas.
Proses adsorpsi ini merupakan peristiwa dimana partikel koloid menyerap partikel
bermuatan dari fase pendispersinya sehingga partikel koloid menjadi bermuatan. Jenis
muatannya tergantung pada jenis partikel bermuatan yang diserap apakah anion atau
kation. Contoh: Sol Fe(OH)3 dalam air mengadsorpsi ion positif sehingga bermuatan
positif. Partikel koloid banyak digunakan ndalam berbagai bidang terutama bidang industri.
Contohnya sebagai berikut
a. Industri gula untuk pemutihan gula
b. Indusin tekstil untuk proses pewarnaan
c. Perusahaan air minum untuk menjernihkan air

8
5. Koagulasi

Partikel-partikel koloid bersifat stabil dengan adanya muatan listrik Jika


muatan hilang maka partikel-partikel koloid dapat saling bergabung membentuk
suatu gumpalan (occulan Dengan adanya gaya gravitasi, maka gumpalan itu akan
mengendap Proses penggumpalan dan pengendapan partikel koloid disebut
koagulas Contoh Pembentukan delta di muara sungai terjadi karena koloid tanah
liat (lempung) dalam air sungai mengalami koagulasi ketika bercampur dengan
elektrolit dalam air laut.
Beberapa contoh proses koagulasi seperti:
 Penyaringan asap dan debu melalui cerobong asap pabrik dengan menggunakan
alat Cottrell. Debu dan asap itu akan diikat oleh elektroda-elektroda.
 Penggumpalan lateks (koloid karet) dengan cara menambahkan asam asetat ke
dalam lateks
 Pembuatan keju dengan penambahan rennet (zat tertentu) kedalam susu, yang
dapat mendestabilkan dispersi koloid dan menyebabkan susu menggumpal.

6. Dialisis
Pemurnian koloid selain dengan cara elektroforesis dapat juga dilakukan
dengan cara dialisis yaitu suatu teknik pemurnian berdasarkan pada perbedaan
ukuran partikelnya. Dialisis dilakukan dengan cara menempatkan dispersi koloid
dalam kantung yang terbuat dari membran seperti selofan, perkamen dan membran
yang sejenis. Selanjutnya merendam kantung tersebut dalam air yang mengalir atau
air yang dialirkan. Oleh karena ion-ion atau molekul memiliki ukuran lebih kecil
dari partikel koloid, maka ion-ion itu dapat berdifusi melalui membran lebih cepat
daripada partikel koloid, sehingga partikel koloid akan tetap berada didalam
kantung membran. Prinsip dialisis digunakan untuk membantu pasien gagal ginjal

7. Koloid Pelindung
Dibandingkan larutan, sistem koloid relatif kurang stabil. Stabilitas koloid
berhubungan dengan muatan koloid yang bersangkutan. Suatu koloid menjadi
tidak stabil (mengendap) bila muatan koloid dinetralkan. Agar koloid tidak
mengendap/tidak memisah, maka diberi koloid pelindung atau emulgator
(pengemulsi). Contoh: sabun sebagai pengemulsi campuran air dengan minyak.
Koloid liofil bersifat lebih stabil daripada koloid liofob, sehingga koloid
liofil berfungsi sebagai koloid pelindung. Contoh penggunaan koloid pelindung
antara lain pada pembuatan es krim, di mana gelatin ditambahkan untuk mencegah
penggumpalan partikel partikel es.
9
D. Pembuatan Sistem Koloid
1. Cara Kondensasi
Cara kondensasi adalah cara pembuatan partikel koloid dari partikel larutan sejati,
dengan kata lain pembentukan agregat berukuran koloid dari partikel kecil seukuran
molekul atau ion. Cara ini umumnya dilakukan melalui reaksi kimia. Ada tiga jenis reaksi
yang dapat menghasilkan koloid yaitu reaksi hidrolisis, reaksi redoks, dan reaksi
metatesis.
a. Reaksi Hidrolisis
Reaksi hidrolisis adalah istilah untuk reaksi yang melibatkan reaksi penguraian
molekul air membentuk ion H+ dan ion OH-
Contoh pembentukan sol Fe(OH)3 dari hidrolisis FeCl3
Reaksinya : FeCl3 + 3H2O → Fe(OH)3 + HCl
Saat larutan FeCl3 diteteskan kedalam air mendidih, akan terjadi reaksi antara
ion- ion OH- dengan FeCl3 membentuk Fe(OH)3. Ukuran partikel-partikel Fe(OH)3
yang terbentuk lebih besar dari ukuran partikel larutan sejati, tetapi tidak cukup besar
untuk mengendap. Selain itu, Fe(OH)3 yang terbentuk terstabilkan dengan adanya
muatan listrik akibat teradsorpsinya ion-ion Fe3+. Hal ini menunjukan bahwa Fe(OH)3
merupakan koloid.

b. Reaksi Redoks
Reaksi redoks adalah reaksi yang disertai perubahan bilangan oksidasi. Contoh
pembentukan sol emas. Koloid sol emas dibentuk melalui proses reduksi emas (III)
klorida dengan formalin.
Reaksinya sebagai berikut :
2AuCl3 + CH3COH + 3H2O → 2Au + 6HCl + CH3COOH
Emas pertama-tama terbentuk dalam keadaan atom bebasnya, kemudian membentuk
agregat seukuran koloid yang selanjutnya distabilkan oleh adanya ion OH- dari hidrolisis
air yang teradsorpsi dipermukaan koloid.

10
c. Reaksi Metatesis
Reaksi metatesis adalah reaksi pertukaran muatan antar ion-ion. Contoh : kedalam
larutan natrium tisulfat ditambahkan larutan asam klorida akan terbentuk partikel
berukuran koloid. Persamaan reaksinya : Na2S2O3 + 2HCl → 2NaCl + H2SO3 + S
Terbentuknya partikel berukuran koloid karena belerang yang terbentuk akan
beragregat yang makin lama semakin besar sampai berukuran koloid. akan tetapi, bila
konsentrasi pereaksi dan suhu reaksi tidak dikendalikan, dispersi koloid tidak akan
terbentuk sebab partikel belerang akan tumbuh terus menjadi endapan yang tidak larut
dalam air.

2. Cara Dispersi
Cara dispersi adalah cara pembuatan partikel koloid dari partikel yang lebih besar.
Beberapa metode yang biasa digunakan dengan cara dispersi adalah cara mekanik, cara
peptisasi, cara homogenisasi, dan cara busur listrik Bredig.

a. Cara mekanik
Menurut cara ini, zat yang akan didispersikan dalam medium pendispersi digiling
sampai ukurannya berada pada rentang partikel-partikel koloid. contoh penggilingan
kacang kedelai pada proses pembuatan tahu, pembuatan cat di industri dimana bahan
untuk membuat cat digiling sampai berukuran koloid kemudian didispersikan kedalam
medium pendispersi seperti air.

b. Cara peptisasi
Cara peptisasi dilakukan dengan memecahkan suspensi kasar menjadi partikel
terdispersi koloid kemudian menambahkan ion-ion yang dapat diadsorpsi oleh partikel-
partikel koloid sehingga koloid tersebut stabil. Secara praktis cara ini dilakukan dengan
menambahkan larutan ion sejenis kedalam suspensi suatu endapan kemudian dilakukan
pengadukan. Adanya pengadukan ini menimbulkan agregat endapan terpecah menjadi
agregat-agregat yang lebih kecil menuju ukuran koloid.
Penggabungan kembali agregat yang berukuran koloid dicegah dengan adanya
ion- ion yang teradsorpsi di permukaan koloid.
Contoh : pembentukan koloid Fe(OH)3 dari suspensi Fe(OH)3 dengan cara penambahan

11
larutan FeCl3 kedalam suspensi Fe(OH)3 dalam air dan mengaduknya.

c. Cara homogenisasi
Cara homegenasi dilakukan dengan memecahkan suspensi menjadi partikel
berukuran lebih kecil, kemudian dilewatkan melalui lubang dengan ukuran pori tertentu
dengan bantuan tekanan tinggi sehingga partikel yang akan didispersikan ke mediumnya
relatif homogen. Contohnya pada pembuatan susu.

d. Cara Busur Bredig


Cara ini menggunakan arus listrik bertegangan tinggi yang dialirkan melalui dua
buah elektroda yang terbuat dari kawat logam. Kedua elektroda tersebut disimpan
berdekatan dan tercelup dalam air. kawat logam merupakan bahan dasar untuk pembuatan
partikel terdispersi. Adanya loncatan bunga api listrik menyebabkan sebagian bahan
kawat logam menguap dan terlarut kedalam air sebagai medium pendispersi membentuk
sol. Logam-logam yang dapat dibuat koloid jenis sol ini adalah platina, emas, dan perak.

E. Peran Sistem Koloid Dalam Kehidupan Sehari-hari

1. Peranan koloid dalam industri


Berikut contoh aplikasi kimia koloid dalam industri.

Jenis Contoh Aplikasi


Industri
Industri makanan Keju, mentega, susu, saus salad
Industri kosmetika dan perawatan tubuh Krim, pasta gigi, sabun

Industri pembangunan Cat

Industri kebutuhan rumah tangga Sabun, deterjen

Industri pertanian Peptisida dan insektisida

Industri farmasi Minyak ikan, pensilin untuk suntikan

12
2. Koloid dalam kehidupan sehari-hari
Beberapa aplikasi/fenomena system koloid lainnya dapat disimak berikut ini.

a. Pemutihan Gula
Gula tebu yang dijual di toko atau di pasai ada yang berwama cokelat kotor dan
ada yang berwarna putih bersih. Gula tebu yang berwarna putih bersih berasal dari
gula berwarna cokelat kotor yang sudah diputihkan melalui sistem koloid. Caranya
adalah larutan gula yang berwarna cokelat dilewatkan dalam sistem koloid, yaitu
mineral yang berpori. Setelah itu dilewatkan dalam arang tulang yang menyerap
warna gula, sehingga larutan gula menjadi jernih tidak berwarna .

b. Penggumpalan Darah
Darah mengandung sejumlah koloid protein yang bermuatan negatife. Jika terdapat
luka kecil maka luka tersebut dapat diobati dengan pensil stiplik atau tawas yang
mengandung ion ion Al3+ dan Fe3+ lon-ion ini akan menetralkan muatan-muatan
partikel koloid protein dan membantu penggumpalan darah.

c. Proses Penjernihan Air


Air mengandung partikel-partikel koloid tanah liat yang bermuatan negatif Untuk
keperluan air minum partikel-partikel koloid ini harus dipisahkan seperti dengan
penambahan tawas Al2(SO4)3 Tawas mengandung ion A akan terhidrolisis
membentuk partikel koloid Al (OH)3, yang bermuatan positif.
Al(OH)3, Akan menghilangkan mualan negatif dari partikel-partikel koloid lumpur
sehingga terjadi koagulasi Al(OH)3, Akan mengendap bersama sama lumpur. Hal
ini digunakan dalam proses pengolahan air bersih.

13
PENUTUP
Kesimpulan yang dapat diambil yaitu koloid merupakan campuran dari dua zat atau lebih yang
tersebar secara merata dengan ukuran partikel terdispersi antara 1-1000 nm. Sedangkan, sistem
koloid adalah bentuk campuran yang keadaanya terletak di antara larutan dan suspensi
(campuran kasar) dan memiliki sifat-sifat yang khas. Jenis jenis koloid : Aerosol, sol, emulsi,
buih dan gel dan sifat sifatnya terdiri dari efek tyndall, gerak brown, elektroforesis, adsorpsi,
koagulasi, dialysis dan koloid pelindung. Pembuatan koloid mempunyai dua cara yaitu cara
kondensasi dan dispersi. Peranan koloid juga terbagi untuk kehidupan sehari hari serta industri.

14
DAFTAR PUSTAKA

Adistiana, karina. 2018. “Mengenal Sistem Koloid”


https://www.ruangguru.com/blog/mengenal-sistem-koloid . Diakses pada 28 Mei 2021

“Sifat Koloid : Pengertian, Macam dan Contohnya”, 8 Februari 2021,


https://passinggrade.co.id/sifat-koloid/ [28 Mei 2021]

Sariyanto, Lanjar. 2020. Kimia Peminatan untuk XI SMA/MA.Surakarta

15
16
17

Anda mungkin juga menyukai