Lpip TW I 2016 (Publish)
Lpip TW I 2016 (Publish)
EPK Nurita
Adam Novriansyah
Kata Pengantar
Puji dan Syukur kami panjatkan ke Hadirat likuiditas dan pasar yang cukup terjaga. Hal
Tuhan Yang Maha Esa, karena berkat ini tercermin dari rasio kecukupan modal
limpahan rahmat dan karunia-Nya laporan (CAR) Bank Umum (konvensional dan
triwulanan pelaksanaan tugas Otoritas Jasa syariah) yang masih jauh di atas threshold
Keuangan (OJK) ini dapat diselesaikan 8%, yaitu sebesar 21,76%, Non Performing
dengan baik. Loan (NPL) gross sebesar 2,83% (masih
dibawah threshold 5%), Return On Asset
Secara umum laporan ini memuat berbagai
(ROA) sebesar 2,38% dan Loan To Deposit
informasi tentang kinerja perbankan, profil
Ratio (LDR) sebesar 89,52%. Baik Bank
risiko perbankan, kebijakan dan pengaturan,
Umum Konvensional (BUK) maupun Bank
pengembangan pengawasan, serta
Umum Syariah (BUS), berhasil
pengawasan terintegrasi perbankan selama
meningkatkan peran intermediasinya
triwulan I-2016. Selain itu, laporan ini juga
dengan baik, meskipun terdapat penurunan
memuat informasi mengenai kelembagaan
pertumbuhan kredit sebesar 1,42% (qtq)
perbankan, penegakan hukum sektor
sejalan dengan perlambatan ekonomi pada
perbankan, kerjasama domestik dan
triwulan I-2016. Sementara itu, pertumbuhan
internasional yang telah dilakukan oleh OJK
aset dan DPK mengalami peningkatan
pada sektor perbankan selama triwulan I-
masing-masing sebesar 0,63% (qtq) dan
2016. Dalam laporan ini juga ditampilkan
1,27% (qtq).
isu-isu internasional terkait dengan
operasional perbankan, seperti review atau Kinerja keuangan industri BPR secara
monitoring sistem keuangan Indonesia oleh nasional selama triwulan I-2016,
lembaga internasional, Foreign Account Tax menunjukkan kinerja yang cukup baik. Hal
Compliant Act (FATCA), dan isu terkait Anti ini tercermin dari peningkatan total aset,
Pencucian Uang dan Pendanaan Terorisme DPK, dan kredit pada BPR masing-masing
(Anti Money Laundering and Countering sebesar 1,84% (qtq), 3,10% (qtq), dan
Financing Terrorism). Selanjutnya, disajikan 1,88% (qtq). Selain itu, CAR dan ROA BPR
pula pelaksanaan kebijakan perlindungan meningkat masing-masing menjadi 23,64%
konsumen selama triwulan I- 2016. dan 2,87%, serta BOPO yang mengalami
penurunan menjadi sebesar 81,18%.
Pada triwulan I-2016, di tengah perlambatan
pertumbuhan ekonomi, industri perbankan Dengan pertumbuhan dan kinerja sektor
nasional masih menunjukkan trend perbankan yang cukup baik pada triwulan I-
pertumbuhan dan ketahanan perbankan 2016 tersebut, diharapkan sektor perbankan
yang relatif kuat dengan risiko kredit, dapat lebih meningkatkan ketahanan dan
Nelson Tampubolon
Kepala Eksekutif Pengawas Perbankan
Daftar Isi
112
114
114
115
117
119
120
124
125
125
125
127
127
128
Islamic Financial Service Board (IFSB) ............................................................ 130
4.
131
132
135
136
138
139
140
141
142
Laporan Profil Industri Perbankan
Triwulan ILaporan
- 2016Profil Industri Perbankan
Triwulan I - 2016
35
36
37
38
38
39
40
41
43
45
46
48
49
50
51
52
53
58
59
60
61
62
62
63
64
65
67
67
70
71
72
73
74
75
76
76
77
78
79
79
81
81
83
86
109
110
112
113
115
115
117
124
126
127
127
132
132
138
138
142
Laporan Profil Industri Perbankan
Triwulan ILaporan
- 2016Profil Industri Perbankan
Triwulan I - 2016
24
24
29
30
34
36
40
47
49
51
52
56
60
64
64
65
66
67
79
103
104
113
116
116
123
124
137
139
140
141
Laporan Profil Industri Perbankan
LAPORAN PROFIL INDUSTRI PERBANKAN - TRIWULAN I
Triwulan I - 2016
[Pembatas]
Tabel A.1
Kinerja Bank Umum
2015 2016
Rasio qtq
TW IV TW I
Bank Umum
Total Aset (Rp milyar) 6.129.357 6.167.747 0,63%
Kredit (Rp milyar) 4.057.904 4.000.448 -1,42%
Dana Pihak Ketiga (Rp milyar) 4.413.056 4.468.955 1,27%
- Giro (Rp milyar) 987.532 1.041.838 5,50%
- Tabungan (Rp milyar) 1.396.011 1.326.177 -5,00%
- Deposito (Rp milyar) 2.029.513 2.100.939 3,52%
Sumber: Statistik Perbankan Indonesia, Maret 2016
Tabel A.2
Suku Bunga Deposito Rupiah
Suku Bunga Deposito Rupiah (%)
1 Bulan 3 Bulan 6 Bulan ≥12 Bulan
TW IV '15 TW I '16 TW IV '15 TW I '16 TW IV '15 TW I '16 TW IV '15 TW I '16
Industri 7,58 7,10 8,15 7,83 8,54 8,37 8,58 8,32
BUMN 7,18 6,80 7,19 7,12 7,56 7,76 8,60 8,40
BUSD 7,64 7,17 8,62 8,21 8,81 8,58 8,24 8,08
BUSND 9,01 8,07 9,44 8,70 9,00 9,08 8,44 7,72
BPD 7,91 7,60 8,19 8,00 8,36 8,11 9,03 8,72
Campuran 8,08 7,23 8,80 8,27 8,95 8,84 8,78 8,59
KCBA 6,94 5,81 7,87 7,86 8,48 8,04 8,69 8,58
Sumber: Statistik Perbankan Indonesia (SPI), Maret 2016
masih terkontraksinya impor barang 251 bps (qtq) dari 92,11% menjadi
6
Bank Indonesia. Laporan Kebijakan Moneter
Triwulan I 2016
Tabel A.1.1
Kondisi Umum Perbankan Konvensional
2015 2016
Rasio qtq
TW IV TW I
Total Aset (Rp milyar) 5.919.406 5.954.688 0,60%
Kredit (Rp milyar) 3.904.158 3.847.481 -1,45%
Dana Pihak Ketiga (Rp milyar) 4.238.349 4.294.176 1,32%
- Giro (Rp milyar) 972.657 1.028.170 5,71%
- Tabungan (Rp milyar) 1.343.292 1.274.070 -5,15%
- Deposito (Rp milyar) 1.922.400 1.991.936 3,62%
CAR (%) 21,39 22,00 0,61
ROA (%) 2,32 2,44 0,11
NIM (%) 5,39 5,55 0,16
BOPO (%) 81,49 82,96 1,46
NPL Gross (%) 2,39 2,73 0,33
NPL Net (%) 1,14 1,28 0,14
LDR (%) 92,11 89,60 (2,51)
Ket: menunjukkan peningkatan
menunjukkan penurunan
Sumber: Statistik Perbankan Indonesia dan LHBU
Komposisi modal secara umum masih kualitas permodalan bank masih dapat
didominasi oleh modal inti7 yaitu 88,26%, menyerap risiko-risiko potensial bank,
7
Komponen yang termasuk ke dalam modal inti
diantaranya modal inti utama (Common Equity (PBI No. 15/12/PBI/2013 tentang Kewajiban
Tier 1) dan modal inti tambahan (Additional Tier Penyediaan Modal Minimum Bank Umum).
1). Modal inti utama termasuk didalamnya 8
Komponen modal pelengkap hanya dapat
modal disetor, cadangan tambahan modal, diperhitungkan maksimal 100% dari modal inti,
minority interest hasil konsolidasi, faktor
meliputi: saham preferen; surat berharga
pengurang CET 1, kekurangan modal, serta sobordiansi; mandatory convertible bond; dan
eksposur sekuritisasi. Sementara modal inti komponen modal pelengkap lainnya (PBI No.
tambahan diantaranya saham preferen, surat 15/12/PBI/2013 tentang Kewajiban Penyediaan
berharga dan pinjaman subordinasi, dan Modal Minimum Bank Umum).
komponen lainnya (sesuai ketentuan BASEL III)
Tabel A.1.1.1
Rasio Permodalan Perbankan
2015 2016
Indikator
TW IV TW I
I. Kecukupan Permodalan
1. Ras io KPMM (CAR) (%) 21,39 22,00
2. Ras io Modal Inti (Tier 1 Capital Ratio) (%) 19,00 19,42
3. Ras io Leverage Modal Inti (Tier 1 Leverage Ratio) (%) 13,73 14,05
4. Ras io Kompos is i Modal Inti (%) 88,36 88,26
5. Ras io Kompos is i Modal Pelengkap (%) 11,64 11,74
6. Ras io AP Bermas alah terhadap Modal (%) 5,37 5,79
7. As et KR - CKPN KR thdp Modal Inti + PPAP Umum (%) 24,26 27,30
8. Critized As s ets terhadap Modal (%) 27,47 30,50
II. Aks es Permodalan
1. Ras io s aldo laba terhadap modal/ROE (%) 45,91 50,58
2. Retention Rate (%) 37,56 43,66
Sumber: Statistik Perbankan Indonesia (SPI) dan Sistem Informasi Perbankan OJK, tanggal 3
Mei 2016
9
Rasio Leverage Modal Inti diukur dengan
indikator rasio modal inti terhadap total aset,
yaitu apabila total aset melebihi modal inti bank
maka terjadi leverage atas modal inti bank.
Peningkatan pada rasio leverage perlu dicermati
karena terkait dengan profil risiko dan kualitas
aset bank yang berimplikasi pada modal.
10
Capital Equivalency Maintained Assets (CEMA)
adalah alokasi dana usaha kantor cabang dari
bank yang berkedudukan di luar negeri yang
wajib ditempatkan pada aset keuangan dalam
jumlah dan persyaratan tertentu, PBI No.
15/12/PBI/13 tentang Kewajiban Penyediaan
Modal Minimum Bank Umum.
Tabel A.1.1.2
Rasio Permodalan Perbankan Berdasarkan Kepemilikan
Indikator BUMN BUSD BUSND BPD Cam puran KCBA
Dilihat dari sisi kewajiban bank pada Komposisi DPK terbesar berada pada
triwulan I-2016, DPK masih deposito (46,39%), diikuti oleh tabungan
mendominasi sumber dana perbankan dan giro masing-masing sebesar
yaitu sebesar 90,10%. Prosentase 29,67% dan 23,94%. Porsi deposito
tersebut meningkat cukup tinggi dari yang cukup tinggi merupakan akibat dari
triwulan sebelumnya sebesar 88,94% tingginya suku bunga deposito apabila
(116 bps). dibandingkan dengan suku bunga
tabungan dan giro (Grafik A.1.2.2).
1.4 Kredit
Grafik A.1.2.2
Perbandingan Suku Bunga DPK Industri (%)
Di tengah perlambatan pertumbuhan
perekonomian domestik pada triwulan I-
2016, kredit mengalami penurunan
pertumbuhan dengan NPL yang relatif
meningkat. Pada triwulan I-2016 kredit
BUK turun 1,45% (qtq) menjadi
Rp3.847,5 triliun dari sebelumnya
Sumber: Diolah dari LHBU, Maret 2016 Rp3.904,2 triliun.
Grafik A.1.4.1
Grafik A.1.2.3 Pertumbuhan Kredit (qtq)
Struktur Pendanaan DPK Perbankan (%)
Sumber: OJK
Grafik A.1.4.2
Pertumbuhan Kredit Berdasarkan Jenis
Penggunaan (qtq, %)
1.5 Rentabilitas
12
Secara umum rentabilitas dapat dikatakan baik
apabila ROA >1,5% (mengacu pada pedoman
CAMELS).
13
SBDK merupakan suku bunga terendah yang
mencerminkan kewajaran biaya yang
dikeluarkan oleh Bank termasuk ekspektasi
keuntungan yang akan diperoleh. Selanjutnya
11
Bank Indonesia, dalam artikel bisnis keuangan SBDK digunakan sebagai dasar bagi Bank
Kompas tanggal 5 Mei 2016, dalam menetapkan suku bunga kredit yang
http://bisniskeuangan.kompas.com/read/2016/0 akan dikenakan kepada nasabah. SBDK terdiri
5/05/080500926/Ini.Penjelasan.BI.Soal.Pertumb dari HPDK, biaya overhead (OHC), dan profit
uhan.Ekonomi.Kuartal.I.2016 margin (SEBI No.15/1/DPNP).
Grafik A.1.5.1
Trend ROA dan NIM Perbankan
Tabel A.1.5.1
Suku Bunga Dasar Kredit Berdasarkan Jenis Kredit
Korporasi Ritel Mikro KPR Non KPR
TW IV'15 TW I '16 TW IV'15 TW I '16 TW IV'15 TW I '16 TW IV'15 TW I '16 TW IV'15 TW I '16
HPDK 7,14 6,75 7,36 6,94 7,46 6,94 7,30 6,88 7,39 6,96
OHC 2,72 2,58 3,29 3,10 4,42 4,13 2,90 2,76 3,59 3,38
Margin 1,95 2,00 2,11 2,17 3,45 3,57 1,97 2,11 2,36 2,49
SBDK 11,80 11,33 12,76 12,21 15,33 14,64 12,18 11,75 13,34 12,84
Sumber: OJK
Tabel A.1.5.2
Rentabilitas Perbankan (%)
2015 2016
INDIKATOR
TW IV TW I
I. Kinerja Bank dalam menghasilkan Laba (Rentabilitas)
1. ROA (%) 2,33 2,44
2. NIM (%) 5,39 5,55
II. Sumber-sumber yang mendukung Rentabilitas
1.1 Pendapatan bunga bersih terhadap rata-rata total aset (%) 5,15 5,34
1.2. Pendapatan bunga terhadap rata-rata total aset (%) 8,69 8,83
1.3. Beban bunga terhadap rata-rata total aset (%) 3,53 3,49
1.4. Pendapatan operasional terhadap rata-rata total aset (%) 3,56 5,28
1.5. Beban overhead terhadap rata-rata total aset (%) 3,22 3,21
1.6. Beban pencadangan terhadap rata-rata total aset (%) 1,09 1,24
2. BOPO (%) 81,49 82,96
3. Beban overhead terhadap pendapatan operasional (%) 26,33 22,75
4.1 Pendapatan bunga terhadap Rata- 9,09 9,18
Rata
4.2Total
BebanEarning
bunga Assets (%)Rata-Rata Total Earning Assets (%)
terhadap 3,70 3,63
5. Non core earnings bersih terhadap rata-rata total aset (%) 0,05 0,01
III. Komponen yang mendukung Rentabilitas
1. Core ROA (%) 1,74 1,74
2. Beban Overhead terhadap Primary Core Income (%) 53,26 51,81
Sumber: Sistem Informasi Perbankan OJK. Data penarikan pada 3 Mei 2016.
Dilihat dari kelompok bank, ROA tertinggi 3,54%, sementara NIM tertinggi terdapat
berada pada kelompok KCBA sebesar pada kelompok BPD sebesar 7,15%.
21 Departemen Pengembangan Pengawasan dan Manajemen Krisis| Otoritas Jasa Keuangan
24 Departemen Pengembangan Pengawasan dan Manajemen Krisis
Laporan Profil Industri Perbankan
LAPORAN PROFIL INDUSTRI PERBANKAN - TRIWULAN I
Triwulan I - 2016
Tingginya ROA pada kelompok KCBA bank lainnya terdapat pada kelompok
seiring dengan relatif rendahnya NIM KCBA. Kondisi tersebut tercermin dari
pada kelompok KCBA dibandingkan NIM dan rasio pendapatan bunga bersih
dengan kelompok bank lainnya. terhadap total aset KCBA (masing-
Sementara, tingginya NIM pada masing sebesar 3,93% dan 3,58%) yang
kelompok BPD sejalan dengan masih juga relatif paling rendah dibandingkan
mendominasinya kredit konsumsi dengan kelompok bank lainnya (Tabel
(71,48%) dibandingkan jenis kredit A.1.5.3). Kondisi tersebut terjadi karena
lainnya (KMK dan KI masing-masing komposisi nasabah kelompok KCBA
sebesar 18,13% dan 10,39%), serta suku masih didominasi oleh nasabah
bunga kredit konsumsi yang lebih tinggi korporasi. Dengan demikian rata-rata
dibandingkan suku bunga jenis kredit suku bunga yang diberikan kepada
lainnya. nasabah KCBA cenderung lebih rendah
dibandingkan kelompok bank lainnya.
Pangsa pendapatan bunga terendah
apabila dibandingkan dengan kelompok
Tabel A.1.5.3
Rasio Rentabilitas Berdasarkan Kelompok Bank (%)
INDIKATOR BUMN BPD BUSND BUSD KCBA Campuran
I. Kinerja Bank dalam menghasilkan Laba (Rentabilitas)
1. ROA (%) 2,88 3,44 1,15 1,28 3,54 1,83
2. NIM (%) 5,68 7,15 4,90 4,44 3,93 3,54
II. Sumber-sumber yang mendukung Rentabilitas
1.1 Pendapatan bunga bersih terhadap rata-rata total aset (%) 5,42 6,81 4,60 4,27 3,58 3,58
1.2. Pendapatan bunga terhadap rata-rata total aset (%) 9,43 10,46 10,92 9,10 4,46 7,64
1.3. Beban bunga terhadap rata-rata total aset (%) 3,20 3,67 6,41 5,00 1,21 3,30
1.4. Pendapatan operasional terhadap rata-rata total aset (%) 3,20 0,81 0,54 1,58 12,94 4,26
1.5. Beban overhead terhadap rata-rata total aset (%) 2,93 3,65 3,72 3,19 2,27 2,54
1.6. Beban pencadangan terhadap rata-rata total aset (%) 1,61 0,32 0,39 0,64 0,25 0,40
2. BOPO (%) 78,88 69,57 90,90 87,76 84,44 88,62
3. Beban overhead terhadap pendapatan operasional (%) 25,94 31,21 30,71 28,29 10,20 15,54
4.1 Pendapatan bunga terhadap Rata- 9,68 10,88 11,90 9,50 4,85 7,72
Rata Total Earning Assets (%)
4.2 Beban bunga terhadap Rata-Rata Total Earning Assets (%) 3,33 3,79 6,86 5,32 1,24 3,42
5. Non core earnings bersih terhadap rata-rata total aset (%) -0,01 0,00 -0,00 0,00 0,02 0,02
III. Komponen yang mendukung Rentabilitas
1. Core ROA (%) 2,11 3,04 0,79 0,88 1,94 1,15
2. Beban Overhead terhadap Primary Core Income (%) 45,24 48,93 77,58 65,21 55,83 51,18
Sumber: Sistem Informasi Perbankan OJK. Data penarikan pada 3 Mei 2016.
Tabel A.1.5.1.1
Proporsi Sumber Pendapatan Bunga Perbankan
PENDAPATAN BUNGA BUMN BUSD BUSND BPD Campuran KCBA Industri
Penempatan di BI 0,56% 1,01% 1,31% 0,88% 1,68% 3,23% 0,97%
Penempatan di bank lain 0,89% 0,60% 0,82% 3,21% 1,36% 1,70% 1,08%
Surat berharga 8,33% 6,34% 3,05% 4,74% 5,93% 19,38% 7,10%
Kredit 83,90% 64,42% 56,30% 62,07% 65,37% 72,59% 70,62%
Lainnya 6,33% 27,63% 38,51% 29,11% 25,66% 3,11% 20,23%
Sumber: Diolah dari Statistik Perbankan Indonesia (SPI), Maret 2016
Tabel A.1.5.1.3
Proporsi Sumber Pendapatan Operasional Perbankan
Pendapatan Non Bunga
Kenaikan Kenaikan Deviden/
Pendapatan Keuntungan
Jenis Bank Nilai Nilai Aset Komisi/
Bunga Transaksi Lainnya
Surat Keuangan Provisi/Fe
Valas
Berharga Lainnya e
BUMN 71,61% 0,52% 0,00% 3,76% 8,82% 15,29%
BUSD 75,13% 0,90% 0,00% 9,49% 5,52% 8,96%
BUSND 94,27% 0,54% 0,00% 0,01% 1,62% 3,56%
BPD 92,45% 0,93% 0,00% 0,35% 1,43% 4,84%
Campuran 53,67% 1,76% 0,01% 38,36% 4,86% 1,33%
KCBA 18,57% 2,52% 0,44% 72,85% 4,00% 1,63%
Industri 67,48% 1,03% 0,06% 16,57% 5,83% 9,03%
Grafik A.1.5.2.1
Struktur BOPO Berdasarkan Kepemilikan Bank (%)
Tabel A.1.5.2.1
Komponen Beban Operasional Industri Perbankan (%)
2015 2016
Komponen Beban Operasional
TW IV TW I
Beban Bunga 46,70 40,46
- Kepada Bank Indonesia 0,14 0,13
- Kewajiban pada Bank Lain 1,92 2,08
- Kepada Pihak Ketiga bukan Bank 55,34 52,46
- Surat Berharga 2,35 2,22
- Pinjaman yang diterima 1,28 1,75
- Lainnya 38,51 38,30
- Koreksi atas pendapatan bunga 0,46 3,06
Beban Non Bunga 53,30 59,54
- Penurunan Nilai/Kerugian Penjualan Surat Berharga 0,74 0,40
- Penurunan Nilai/Kerugian Penjualan Kredit 0,07 0,02
- Penurunan Nilai/Kerugian Penjualan Aset 0,01 0,01
- Kerugian Transaksi Spot dan Derivatif 25,41 30,12
- Penyusutan/Amortisasi 25,18 31,25
- Kerugian Penyertaan Equity 0,81 0,68
- Lainnya 47,79 37,52
TOTAL 100 100
Sumber: Statistik Perbankan Indonesia (SPI), Maret 2016
Dilihat dari beban bunga berdasarkan sejalan dengan proporsi beban bunga
kelompok bank, beban bunga tertinggi DPK BUSD terhadap beban bunga DPK
terdapat pada kelompok BUSD (47,14%), industri sebesar 45,25% yang juga
sedangkan terendah pada kelompok tertinggi di antara kelompok bank
KCBA (2%) (Grafik A.1.5.2.2). Tingginya lainnya.
beban bunga pada kelompok BUSD
Grafik A.1.5.2.2
Beban Bunga Berdasarkan Kepemilikan Bank
Tabel A.1.5.2.2
Proporsi Komponen Beban Bunga Per Kepemilikan Bank
BUMN BUSD BUSND BPD
Komponen Beban Bunga
TW IV '15 TW I '16 TW IV '15 TW I '16 TW IV '15 TW I '16 TW IV '15 TW I '16
Kepada Bank Indonesia 0,5% 0,5% 0,0% 0,0% 0,0% 0,0% 0,0% 0,1%
Kewajiban pada Bank Lain 2,3% 2,3% 1,3% 1,3% 0,9% 0,8% 1,5% 2,4%
Kepada Pihak Ketiga bukan Bank 73,2% 64,5% 52,03% 50,35% 40,0% 41,3% 44,7% 42,1%
Surat Berharga 2,4% 2,1% 2,6% 2,5% 1,6% 1,2% 1,7% 1,8%
Pinjaman yang diterima 2,3% 3,8% 0,6% 0,5% 1,2% 1,3% 0,5% 0,7%
Lainnya 17,4% 15,4% 43,45% 45,25% 56,3% 55,4% 51,6% 53,0%
Koreksi atas pendapatan bunga 1,9% 11,5% 0,0% 0,0% 0,0% 0,0% 0,0% 0,0%
TOTAL 100% 100% 100% 100% 100% 100% 100% 100%
Campuran KCBA Industri
Komponen Beban Bunga
TW IV '15 TW I '16 TW IV '15 TW I '16 TW IV '15 TW I '16
Kepada Bank Indonesia 0,0% 0,0% 0,2% 0,0% 0,1% 0,1%
Kewajiban pada Bank Lain 3,0% 3,9% 15,2% 15,3% 1,9% 2,1%
Kepada Pihak Ketiga bukan Bank 47,8% 44,5% 66,2% 66,7% 55,3% 52,46%
Surat Berharga 1,9% 1,6% 4,5% 5,5% 2,4% 2,2%
Pinjaman yang diterima 5,9% 6,9% 0,7% 0,3% 1,3% 1,7%
Lainnya 41,4% 43,1% 13,2% 12,2% 38,5% 38,3%
Koreksi atas pendapatan bunga 0,0% 0,0% 0,0% 0,0% 0,5% 3,1%
TOTAL 100% 100% 100% 100% 100% 100%
Sumber: Statistik Perbankan Indonesia (SPI), Maret 2016
Dari 52,46% beban bunga kepada pihak pada kedua kelompok bank tersebut
ketiga non bank, beban bunga tertinggi dibandingkan kelompok bank lainnya.
disumbang oleh deposito. Berdasarkan
Sementara, beban bunga deposito
kelompok bank, beban bunga deposito
terendah terdapat pada kelompok KCBA
tertinggi terdapat pada kelompok BUSD
sebesar 2,61% (Tabel A.1.5.2.3).
dan BUMN masing-masing sebesar
rendahnya beban bunga deposito pada
45,70% dan 31,18%. Kondisi ini
kelompok KCBA seiring dengan relatif
didukung dengan tingginya jumlah
rendahnya NIM pada kelompok ini
nasabah dan luasnya jaringan kantor
(3,93%).
Tabel A.1.5.2.3
Proporsi Beban Bunga DPK terhadap Beban Bunga DPK Industri (%)*)
BUMN BUSD BUSND
Komponen
TW IV '15 TW I '16 TW IV '15 TW I '16 TW IV '15 TW I '16
DPK 32.18 32.57 45.09 45.25 5.87 6.38
- Giro 30.47 34.54 36.36 35.44 1.28 1.10
- Tabungan 36.46 39.77 51.98 48.65 1.94 1.93
- Deposito 31.71 31.18 44.93 45.70 6.92 7.66
Beban Bunga thd Industri 24.33 26.49 47.97 47.14 8.13 8.10
Tabel A.1.5.2.4
Komponen Beban Bunga Kepemilikan Bank Terhadap Beban Bunga Industri
Komponen Beban Bunga
Kewajiban pd Bank Kepada Pihak Pinjaman yg Koreksi atas
Kepada BI Surat Berharga Lainnya
Lain Ketiga Bukan Bank diterima Pendapatan Bunga
TW IV '15 TW I '16 TW IV '15 TW I '16 TW IV '15 TW I '16 TW IV '15 TW I '16 TW IV '15 TW I '16 TW IV '15 TW I '16 TW IV '15 TW I '16
Jumlah dlm Rp miliar 477 115 6.486 1.800 187.208 45.352 7.956 1.915 4.334 1.509 130.259 33.112 1.540 2.647
Porsi Bank Berdasarkan Kepemilikan
- BUMN 88,20% 91,42% 29,1% 29,5% 32,3% 32,6% 25,0% 25,1% 43,70% 56,97% 11,0% 10,6% 99,96% 99,48%
- BUSD 3,8% 2,9% 33,35% 30,50% 45,40% 45,25% 52,44% 52,95% 22,4% 14,1% 55,55% 55,69% 0,01% 0,50%
- BUSND 0,0% 0,0% 3,7% 3,2% 5,9% 6,4% 5,7% 4,3% 7,9% 6,0% 11,9% 11,7% 0,0% 0,0%
- BPD 4,5% 5,5% 10,4% 13,5% 10,6% 9,4% 9,5% 9,5% 4,8% 4,6% 17,6% 16,2% 0,0% 0,0%
- Campuran 0,0% 0,0% 6,8% 8,6% 3,7% 3,8% 3,4% 3,2% 20,0% 18,0% 4,6% 5,1% 0,0% 0,0%
- KCBA 3,5% 0,1% 16,6% 14,7% 2,5% 2,5% 4,0% 4,9% 1,1% 0,4% 0,7% 0,6% 0,0% 0,0%
100% 100% 100% 100% 100% 100% 100% 100% 100% 100% 101% 100% 100% 100%
Sumber: Statistik Perbankan Indonesia (SPI), Maret 2016
16
Hanya mencakup BUS dan UUS.
2.2 Dana Pihak Ketiga
17
Tantangan internal: a.l kesulitan dalam
penyaluran pembiayaan, tingginya run-off Pada triwulan I-2016 pertumbuhan DPK
pembiayaan karena sebagian pembiayaan
berupa installment. Sementara tantangan
BUS dan UUS meningkat sebesar 0,64%
eksternal: a.l kondisi sektor riil yang (qtq). Peningkatan tersebut dipengaruhi
menyebabkan turunnya demand pembiayaan.
oleh peningkatan pada deposito
tersebut terlihat dari peningkatan rasio berada pada sektor akomodasi dan
AL/NCD BUS dan rasio AL/DPK BUS penyediaan makanan dan minuman
99,24% dan dari 17,08% menjadi qtq), dan jasa perorangan yang
Grafik A.2.3.1
Sumber: OJK
18
Mudharabah adalah adalah perjanjian antara
penanam dana dan pengelola dana untuk
melakukan kegiatan usaha tertentu, dengan
pembagian keuntungan antara kedua belah pihak
berdasarkan nisbah yang telah disepakati
sebelumnya (PBI No. 5/9/2003 tentang Penyisihan
Penghapusan Aktiva Produktif Bagi Bank Syariah).
Tabel A.2.4.1
Pembiayaan Perbankan Syariah (BUS dan UUS)
Berdasarkan Sektor Ekonomi (dalam Rp miliar)
2015 2016
Sektor Ekonomi qtq
TW IV Share TW I Share
Pertanian-Perburuan-hutan 7,950 3.73% 7,803 3.66% -1.9%
Perikanan 1,198 0.56% 1,313 0.62% 9.7%
Pertambangan dan Penggalian 6,145 2.89% 6,195 2.90% 0.8%
Industri Pengolahan 17,982 8.44% 17,937 8.40% -0.2%
Kredit Listrik, Gas dan Air 6,427 3.02% 6,896 3.23% 7.3%
Kredit Konstruksi 11,193 5.26% 11,083 5.19% -1.0%
Perdagangan besar dan eceran 25,993 12.20% 26,495 12.41% 1.9%
Akomodasi dan PMM 2,101 0.99% 2,409 1.13% 14.7%
Transportasi, Pergudangan & Komunikasi 11,072 5.20% 10,775 5.05% -2.7%
Perantara Keuangan 19,184 9.01% 18,407 8.62% -4.1%
Real Estate, usaha persewaan, & Jasa Perusahaan 9,365 4.40% 9,269 4.34% -1.0%
Adm. Pmrnthn,Perthn&jamsos 266 0.12% 263 0.12% -1.4%
Jasa Pendidikan 3,193 1.50% 3,279 1.54% 2.7%
Jasa Kesehatan & Kesos 2,550 1.20% 2,554 1.20% 0.2%
Kemasyarakatan, Sosbud & lainnya 4,600 2.16% 4,178 1.96% -9.2%
Jasa Perorangan yang melayani RT 274 0.13% 300 0.14% 9.3%
Badan Internasional & lainnya 0 0.00% 1 0.00% 228.4%
Kegiatan yang belum jelas 2,147 1.01% 1,710 0.80% -20.3%
Rumah Tangga 77,040 36.17% 79,182 37.09% 2.8%
Bkn lapangan usaha lainnnya 4,318 2.03% 3,433 1.61% -20.5%
TOTAL 212,996 100% 213,482 100% 0.23%
Sumber: Statistik Perbankan Indonesia (SPI), Maret 2016
Tabel A.2.4.2
Pembiayaan BUS dan UUS Berdasarkan Penggunaan
Nilai Porsi (%)
JENIS PENGGUNAAN qtq (%)
TW IV '15 TW I '16 TW IV '15 TW I '16
Modal Kerja 79,949 79,160 37.5 37.1 -0.99
Investasi 51,690 51,707 24.3 24.2 0.03
Konsumsi 81,357 82,615 38.2 38.7 1.55
Total 212,996 213,482 100 100 0.23
Sumber: Statistik Perbankan Indonesia (SPI), Maret 2016
Grafik A.2.4.1
Pembiayaan Perbankan Syariah
Berdasarkan Lokasi Bank Penyalur
Tabel A.2.5.1
Indikator Umum Perbankan Syariah
2015 2016
Rasio qtq
TW IV'15 TW I '16
BUS dan UUS
Total Aset (Rp milyar) 296.262 297.772 0,51%
Pembiayaan (Rp milyar) 212.996 213.482 0,23%
Dana Pihak Ketiga (Rp milyar) 231.175 232.657 0,64%
- Giro Wadiah (Rp milyar) 21.193 19.711 -6,99%
- Tabungan Mudharabah (Rp milyar) 68.653 68.066 -0,86%
- Deposito Mudharabah (Rp milyar) 141.329 144.880 2,51%
BUS
CAR (%) 15,02 14,90 (0,11)
ROA (%) 0,485 0,88 0,39
NOM (%) 0,524 1,00 0,47
BOPO (%) 97,01 94,40 (2,61)
NPF gross (%) 4,84 5,35 0,50
FDR (%) 88,03 87,52 (0,51)
Ket: menunjukkan peningkatan pertumbuhan
menunjukkan penurunan pertumbuhan
Sumber: Statistik Perbankan Indonesia (SPI), Maret 2016
Tabel A.3.1
Indikator Umum BPR
2015 2016
Rasio qtq
TW IV TW I
Total Aset (Rp milyar) 101.713 103.583 1,84%
Kredit (Rp milyar) 74.807 76.216 1,88%
Dana Pihak Ketiga (Rp milyar) 67.266 69.354 3,10%
- Tabungan (Rp milyar) 20.959 20.910 -0,23%
- Deposito (Rp milyar) 46.307 48.444 4,61%
NPL Gross (%) 5,37 6,16 0,79
NPL Net (%) 3,34 4,39 1,05
ROA (%) 2,71 2,87 0,16
LDR (%) 77,81 77,22 (0,59)
CR (%) 19,14 16,57 (2,57)
KAP (%) 3,68 4,05 0,37
ROE (%) 24,76 25,93 1,17
BOPO (%) 81,59 81,18 (0,41)
CAR (%) 21,93 23,64 1,71
Ket: menunjukkan peningkatan
menunjukkan penurunan
Sumber: Statistik Perbankan Indonesia (SPI), Maret 2016
Tabel A.3.1.1
BPR dengan CAR Dibawah Threshold
2015 2016 qtq
TW IV TW I TW I'16 - TW IV'15
Jumlah Jumlah
CAR *) CAR *) Jumlah CAR
Bank Bank
28 -22,03 14 -59,24 -14 -37,21
Sumber: SIMWAS BPR
Tabel A.3.2.1
Penyebaran DPK
Triwulan IV-2015 Triwulan I-2016 Perkembangan
Wilayah
Total DPK Porsi (%) Total DPK Porsi (%) Nominal %
Pulau Sumatera 12,742 18.94 13,243 19.09 501 3.94%
Pulau Jawa 41,201 61.25 42,131 60.75 930 2.26%
Pulau Kalimantan 1,622 2.41 1,653 2.38 31 1.94%
Bali dan Nusa Tenggara 8,213 12.21 8,499 12.25 286 3.49%
Sulawesi, Maluku dan Papua 3,489 5.19 3,828 5.52 339 9.72%
Jumlah 67,266 100.00 69,354 100.00 2,088 100.00
*) Total DPK dalam juta rupiah
Sumber: Statistik Perbankan Indonesia (SPI), Maret 2016
Grafik A.3.3.1
Kredit BPR Berdasarkan Penggunaan (dalam Rp. Miliar)
Tabel A.3.3.1
Kredit BPR Berdasarkan Sektor Ekonomi
Nilai Porsi
Sektor Ekonomi qtq
TW IV'15 TW I'16 TW IV'15 TW I'16
Perta ni a n, Perburuha n, da n 4,573 4,731 6.11% 6.21% 3.44%
Kehuta na n
Peri ka na n 228 244 0.30% 0.32% 6.96%
Perta mba nga n da n Pengga l i a n 118 124 0.16% 0.16% 5.68%
Indus tri Pengol a ha n 943 942 1.26% 1.24% -0.16%
Li s tri k, Ga s da n Ai r 61 62 0.08% 0.08% 2.19%
Kons truks i 1,797 1,803 2.40% 2.37% 0.33%
Perda ga nga n Bes a r da n Ecera n 19,151 19,365 25.60% 25.41% 1.11%
Penyedi a a n Akomoda s i da n 571 612 0.76% 0.80% 7.21%
Penyedi a n Ma ka n Mi num
Tra ns porta s i , Perguda nga n da n 1,439 1,489 1.92% 1.95% 3.49%
Komuni ka s i
Pera nta ra Keua nga n 170 167 0.23% 0.22% -2.30%
Rea l Es ta te, Us a ha Pers ewa a n, da n 1,891 1,867 2.53% 2.45% -1.29%
Ja s a Perus a ha a n
Admi ni s tra s i Pemeri nta ha n, 113 108 0.15% 0.14% -4.05%
Perta na ha n Da n Ja mi na n Sos i a l
Wa ji b
Ja s a Pendi di ka n 197 208 0.26% 0.27% 5.59%
Ja s a Kes eha ta n da n Kegi a ta n Sos i a l 184 186 0.25% 0.24% 1.13%
Ja s a Kema s ya ra ka ta n, Sos i a l Buda ya , 2,642 2,517 3.53% 3.30% -4.74%
Hi bura n da n Perora nga n La i nnya
Tabel A.3.3.2
Kredit BPR Berdasarkan Lokasi Penyaluran
Triwulan IV-2015 Triwulan I-2016 Perkembangan
Wilayah
Total Kredit Porsi (%) Total Kredit Porsi (%) Nominal %
Pulau Sumatera 15,294 20.44 15,624 20.50 330 2.16%
Pulau Jawa 42,486 56.79 43,157 56.63 671 1.58%
Pulau Kalimantan 1,386 1.85 1,405 1.84 19 1.37%
Bali dan Nusa Tenggara 9,548 12.76 9,673 12.69 125 1.31%
Sulawesi, Maluku dan Papua 6,093 8.14 6,356 8.34 263 4.32%
Jumlah 74,807 100.00 76,215 100.00 1,408 1.88%
*) Total DPK dalam miliar rupiah
Sumber: Statistik Perbankan Indonesia (SPI), Maret 2016
3.5 Rentabilitas
19
Cash Ratio adalah perbandingan antara alat
likuid terhadap hutang lancar sebagaimana
diatur dalam ketentuan Bank Indonesia tentang
Tatacara Penilaian Tingkat Kesehatan Bank
Perkreditan Rakyat dan perubahannya (PBI
No.3/5/PBI/2001 tentang Penetapan Status BPR
dalam Pengawasan Khusus dan Pembekuan
Kegiatan Usaha).
20
Kriteria score LDR sebagaimana diatur dalam
ketentuan tentang Tingkat Kesehatan BPR
adalah: Sehat <=94,75%; Cukup Sehat
>94,75% - 98,50%; Kurang Sehat >98,50% -
102,25%; Tidak Sehat >102,25%.
Tabel A.3.5.1
BPR dengan ROA Negatif
2015 2016 qtq
TW IV TW I TW IV - TW III 2015
Jumlah Jumlah
ROA **) ROA **) Jumlah ROA
Bank Bank
271 -8,74 295 -8,39 24 0,35
Sumber: OJK
Dalam rangka meningkatkan upaya pengawasan terhadap penghimpunan dana dan likuiditas
perbankan serta untuk mencegah dampak negatif terjadinya persaingan suku bunga perbankan,
OJK melakukan supervisory action dalam bentuk pengawasan terhadap maksimum suku bunga
DPK yang diberikan oleh perbankan.
Pada september 2014, OJK melakukan pengawasan pembatasan suku bunga (capping) Jilid I,
sebagai berikut:
1. Memberikan suku bunga simpanan maksimum sebesar suku bunga penjaminan LPS yang
saat ini sebesar 7,75% untuk nominal simpanan sampai dengan Rp2 milyar dengan telah
memperhitungkan seluruh insentif yang diberikan kepada nasabah penyimpan dana;
2. BUKU 4 : maksimum suku bunga 200 bps di atas BI rate
3. BUKU 3 : maksimum suku bunga 225 bps di atas BI rate; dan
4. Untuk optimalisasi penerapan suku bunga maksimum ini, maka pengawas juga akan
melakukan monitoring dan supervisory action terhadap bank-bank BUKU 1 dan 2 untuk
turut serta mendukung penurunan suku bunga DPK. Dengan demikian, diharapkan
penerapan pengawasan suku bunga maksimum ini dapat berlaku secara efektif di seluruh
industri perbankan.
Seiring dengan perlambatan perekonomian domestik pada tahun 2015 turut membuat
persaingan antar bank dalam mendapatkan dana semakin ketat dan cenderung menawarkan
suku bunga DPK yang reatif tinggi. Sebagai langkah supervisory action, OJK kembali melakukan
pembatasan suku bunga (capping) Jilid II pada 1 Maret 2016, sebagai berikut:
1. Memberikan suku bunga simpanan maksimum sebesar suku bunga penjaminan LPS yang
saat ini sebesar 7,00% untuk nominal simpanan sampai dengan Rp2 milyar dengan telah
memperhitungkan seluruh insentif yang diberikan kepada nasabah penyimpan dana;
2. BUKU 4 : maksimum suku bunga 75 bps di atas BI rate untuk nominal simpanan lebih dari
Rp2 milyar termasuk seluruh insentif yang diberikan secara langsung kepada nasabah
penyimpan dana;
3. BUKU 3 : maksimum suku bunga 100 bps di atas BI rate untuk nominal simpanan lebih
dari Rp2 milyar termasuk seluruh insentif yang diberikan secara langsung kepada nasabah
penyimpan dana.
system yang terdiri dari 3 (tiga) aspek hasil penilaian atas pelaksanaan GCG
Tabel A.4.1.1
Hasil Penilaian Corporate Governance Perbankan Desember 2015
Hasil Penilaian
Jumlah
Jenis Bank
Sangat Baik Baik Cukup Baik Kurang Baik Tidak Baik Bank*)
Persero 4 4
BPD 1 18 19
Campuran 9 3 12
BUSD 1 25 5 31
BUSND 10 5 15
KCBA 10 10
BUS 7 4 11
Total 1 66 35 0 0 102
*)Belum mencakup jumlah bank secara keseluruhan karena masih terdapat beberapa bank yang masih
dalam proses penilaian
Sumber: Sistem Informasi Perbankan
Tabel A.4.2.1
Ketentuan Corporate Governance Berdasarkan Modal Inti
Komite Audit
Pengendalian
Jumlah Modal Jumlah Komisaris dan Komite
Direksi Internal dan
Inti anggota DK Independen Pemantau
Manaejemen Risiko
Risiko
Kurang dari 2 orang dan Salah satu - 2 orang dan 1 Menunjuk pejabat
Rp50 miliar paling banyak anggota Komisaris diantaranya yang akan
sama dengan dapat merupakan ditunjuk untuk melaksanakan
jumlah Komisaris menjalankan fungsi Audit Intern,
anggota Independen fungsi kepatuhan. fungsi Manajemen
Direksi Risiko; dan fungsi
Kepatuhan
Lebih dari atau 3 orang atau - - 3 orang dan 1 Membentuk:
sama dengan paling banyak direktur SKAI
Rp50 miliar sama dengan kepatuhan Satker Manajemen
jumlah Risiko dan Komite
anggota Manajemen Risiko
Direksi Satker Kepatuhan
Tabel A.5.1.1.1
Perizinan Perubahan Jaringan Kantor
No. JENIS KEGIATAN TW I - 2016
1 Pembukaan Bank Umum
a. Kantor Wilayah (Kanwil) 2
b. Kantor Cabang (KC) 5
c. Kantor Cabang Pembantu (KCP) 5
d. Kantor Fungsional (KF) -
e. Kantor Perwakilan Bank Umum Di Luar Negeri 1
2 Penutupan Bank Umum
a. Izin Usaha -
b. Kantor Perwakilan -
c. Kantor Cabang (KC) 2
d. Kantor Cabang Pembantu (KCP) 38
e. Kantor Fungsional (KF) 11
3 Pemindahan Alamat Bank Umum
a. Kantor Pusat (KP) 5
b. Kantor Wilayah (Kanwil) 1
c. Kantor Cabang (KC) 8
d. Kantor Cabang Pembantu (KCP) 21
e. Kantor Fungsional (KF) 1
f. Kantor Perwakilan Bank -
4 Perubahan Status Bank Umum
a. Peningkatan Status
- KCP menjadi KC 2
- KK menjadi KCP 7
- KF menjadi KCP -
- KK menjadi KC -
b. Penurunan Status Bank Umum
- KP menjadi KC -
- KC menjadi KCP 2
- KCP ke KF/KK -
5 Perubahan Penggunaan izin usaha (Perubahan Nama) 1
6 Perubahan Badan Hukum -
7 Merger bank Umum
8 Izin Bank Devisa -
9 Pembukaan Kantor Perwakilan Bank Luar Negeri di Indonesia -
Jumlah 112
Sumber: LKPBU, Maret 2016
Perkembangan jaringan kantor BUK pada terjadi pada ATM/ADM sebanyak 634
triwulan I-2016 dibandingkan triwulan unit, diikuti dengan Kas Keliling sebanyak
sebanyak 685 jaringan kantor yaitu dari Payment Point sebanyak 21 unit, Kantor
131.331 jaringan kantor menjadi 132.016 Cabang Bank Asing sebanyak 10 kantor,
Tabel A.5.1.2.1
Jaringan Kantor Bank Umum Konvensional
TW IV- 2015 TW I- 2016 Perubahan
STATUS KANTOR
∆
Kantor Pusat Operasional 56 54 (2)
Kantor Pusat Non Operasional 54 56 2
Kantor Cabang Bank Asing - 10 10
Kantor Wilayah Bank Umum (konven+syariah) 157 156 (1)
Kantor Cabang (Dalam Negeri) 2,833 2,834 1
Kantor Cabang (Luar Negeri) - - -
Kantor Cabang Pembantu Bank Asing 32 32 -
Kantor Cabang Pembantu (Dalam Negeri) 17,158 17,148 (10)
Kantor Cabang Pembantu (Luar Negeri) - - -
Kantor Kas 10,613 10,637 24
Kantor Fungsional (konven+syariah) 1,786 1,764 (22)
Payment Point 1,631 1,652 21
Kas keliling/kas mobil/kas terapung 1,414 1,442 28
Kantor dibawah KCP KCBA yg tidak termasuk 11,12,13,14 *) 24 24 -
Kantor Perwakilan Bank Umum di Luar negeri 2 2 -
ATM/ADM 95,571 96,205 634
TOTAL 131,331 132,016 685
Sumber: LKPBU, Maret 2016
Tabel A.5.1.3.1
FPT Calon Pengurus dan Pemegang Saham Bank Umum
Tabel A.5.2.2.1
Jaringan Kantor Bank Umum Syariah
TW I- 2016
TW IV-
STATUS KANTOR
2015 JAWA SUMATERA BALI-NTB- KALIMANTAN SULAMPUA
NTT
Kantor Pusat Bank Umum Syariah 12 12 - - - -
Kantor Cabang (Dalam Negeri) Syariah 576 307 139 23 54 51
Kantor Cabang (Luar Negeri) - - - - - -
Kantor Cabang Pembantu (Dalam Negeri) Syariah 1477 819 359 43 104 82
Kantor Cabang Pembantu (Luar Negeri) Syariah - - - - - -
Kantor Kas Syariah 244 165 42 3 19 15
Unit Usaha Syariah 22 11 6 1 3 1
Payment Point 1167 554 463 5 108 138
Kas keliling/kas mobil/kas terapung Syariah 81 36 17 4 9 15
ATM/ADM Syariah 3715 2220 693 102 319 378
Layanan Syariah/Office Channeling (di KC/KCP Konvensional) 2,151 1383 427 80 189 75
TOTAL 9,445 5,507 2,146 261 805 755
Sumber: LKPBU, Maret 2016
[Pembatas]
1.1 Kredit Perbankan Menurut Sektor penyaluran kredit pada pemilikan rumah
Ekonomi tinggal (dari 8,04% menjadi 8,29%),
Pada triwulan I-2016, kredit perbankan pemilikan ruko/rukan (dari 0,65% menjadi
masih didominasi oleh dua sektor 0,66%), kendaraan bermotor (dari 2,97%
ekonomi lapangan usaha (sektor menjadi 2,99%), dan peralatan rumah
perdagangan besar dan eceran serta tangga (dari 0,07 menjadi 0,08%).
sektor industri pengolahan), dan satu
Sementara, komposisi kredit yang
sektor ekonomi bukan lapangan usaha
mengalami penurunan adalah kredit
(sektor rumah tangga), yaitu masing-
pada sektor industri pengolahan serta
masing sebesar 37,72% dan 23,06%
sektor perdagangan besar dan eceran
Apabila dibandingkan dengan triwulan yaitu masing-masing menurun sebesar
sebelumnya, komposisi kredit pada 50 bps (dari 18,73% menjadi 18,23%)
sektor rumah tangga mengalami dan 4 bps
peningkatan sebesar 28 bps dari 22,58% (dari 19,53% menjadi 19,49%) (Grafik
menjadi 23,06%. Peningkatan pada B.1.1.1 dan Tabel B.1.1.1).
sektor rumah tangga antara lain
Grafik B.1.1.1
Konsentrasi Pemberian Kredit terhadap 3 Sektor
21
Bank Indonesia, Tinjauan Kebijakan Moneter
April 2015
22
Bank Indonesia, Tinjauan Kebijakan Moneter
April 2015.
Tabel B.1.1.1
Konsentrasi Kredit Perbankan menurut Sektor Ekonomi
2015 2016 ∆
No Sektor Ekonomi
TW IV TW I qtq (bps)
1 Pertanian, Perburuan dan Kehutanan 6.28 6.32 4
2 Perikanan 0.22 0.23 1
3 Pertambangan dan Penggalian 3.33 3.02 (31)
4 Industri Pengolahan 18.73 18.23 (50)
5 Listrik, gas dan air 2.45 2.47 1
6 Konstruksi 4.26 4.26 (0)
7 Perdagangan Besar dan Eceran 19.53 19.49 (4)
8 Penyediaan akomodasi dan PMM 2.12 2.20 9
9 Transportasi, pergudangan �dan komunikasi 4.38 4.40 2
10 Perantara Keuangan 4.06 4.18 12
11 Real Estate, Usaha Persewaan, dan Jasa Perusahaan 4.55 4.60 5
12 Adm. Pemerintahan, Pertahanan �dan Jaminan Sosial Wajib 0.32 0.34 2
13 Jasa Pendidikan 0.20 0.20 0
14 Jasa Kesehatan dan Kegiatan Sosial 0.53 0.38 (15)
15 Jasa Kemasyarakatan, Sosbud, Hiburan dan Perorangan lainnya 1.43 1.34 (9)
16 Jasa Perorangan yang Melayani Rumah Tangga 0.07 0.07 (0)
17 Badan Internasional dan Badan Ekstra Internasional Lainnya 0.00 0.00 (0)
18 Kegiatan yang belum jelas �batasannya 0.29 0.28 (1)
19 Rumah Tangga 22.58 23.06 48
20 Bukan Lapangan Usaha Lainnya 4.67 4.94 27
Sumber: Diolah dari Statistik Perbankan Indonesia, Maret 2016
Tabel B.1.1.2
Konsentrasi Kredit Sektor Ekonomi Berdasarkan Kepemilikan Bank
Triwulan I-2016
No Sektor Ekonomi
BUMN BUSD BUSND BPD Campuran KCBA
1 Pertanian, Perburuan dan Kehutanan 10.00 4.49 1.96 2.89 6.04 2.36
2 Perikanan 0.25 0.20 0.69 0.16 0.33 0.04
3 Pertambangan dan Penggalian 3.08 2.52 0.56 0.29 6.60 7.82
4 Industri Pengolahan 15.35 19.03 8.44 2.43 39.92 39.28
5 Listrik, gas dan air 3.44 1.91 0.23 1.32 1.58 3.47
6 Konstruksi 4.52 4.61 3.24 4.60 1.48 2.83
7 Perdagangan Besar dan Eceran 21.55 21.37 22.31 8.72 16.54 10.02
8 Penyediaan akomodasi dan PMM 1.48 3.50 2.81 1.55 0.28 0.56
9 Transportasi, pergudangan �dan komunikasi 4.07 5.11 2.89 0.83 4.30 7.57
10 Perantara Keuangan 1.79 4.78 6.45 1.94 8.43 13.48
11 Real Estate, Usaha Persewaan, dan Jasa Perusahaan 2.96 7.40 5.14 1.68 2.77 2.03
12 Adm. Pemerintahan, Pertahanan �dan Jaminan Sosial Wajib 0.77 0.02 0.00 0.27 0.08 0.20
13 Jasa Pendidikan 0.09 0.30 0.84 0.22 0.05 0.02
14 Jasa Kesehatan dan Kegiatan Sosial 0.31 0.50 0.70 0.42 0.09 0.00
15 Jasa Kemasyarakatan, Sosbud, Hiburan dan Perorangan lainnya 1.31 1.62 2.07 1.14 0.38 0.43
16 Jasa Perorangan yang Melayani Rumah Tangga 0.13 0.02 0.16 0.04 0.00 0.00
17 Badan Internasional dan Badan Ekstra Internasional Lainnya 0.00 0.00 0.00 0.01 0.01 0.00
18 Kegiatan yang belum jelas �batasannya 0.52 0.05 0.69 0.02 0.08 0.55
19 Rumah Tangga 26.40 20.47 40.21 39.36 5.66 2.29
20 Bukan Lapangan Usaha Lainnya 1.98 2.09 0.60 32.12 5.39 7.07
Statistik Perbankan Indonesia, Maret 2016
Dengan porsi yang cukup besar pada 18,19%, menurun dibandingkan triwulan
sektor rumah tangga, perdagangan besar IV-2015 sebesar 18,23%.
dan eceran, dan industri pengolahan,
Porsi penyaluran UMKM terpusat pada
maka perlu dicermati apabila terjadi
sektor perdagangan besar dan eceran
permasalahan pada sektor-sektor
sebesar 54,07%, diikuti oleh industri
tersebut karena dapat mempengaruhi
pengolahan sebesar 10,33%, dan
NPL perbankan secara signifikan.
pertanian, perburuan dan kehutanan
sebesar 8,40%.
1.2 Penyaluran Kredit UMKM
Berdasarkan alokasi kredit kepada Dilihat dari NPL UMKM, secara nominal
Korporasi dan Usaha Mikro Kecil dan NPL UMKM tertinggi juga berada pada
Menengah (UMKM), porsi kredit UMKM sektor perdagangan besar dan eceran
pada triwulan I-2016 masih dibawah yaitu sebesar Rp17 triliun (52,11%),
threshold yang telah ditetapkan dalam meningkat dari triwulan sebelumnya
PBI No.14/22/PBI/2012 tentang sebesar Rp15,1 triliun (50,77%).
“Pemberian Kredit atau Pembiayaan oleh Penyebab tingginya NPL tersebut antara
Bank Umum dan Bantuan Teknis Dalam lain kurang didukung dengan analisa
Rangka Pengembangan Usaha Mikro, yang memadai, lemahnya aspek
Kecil, dan Menengah” yang mewajibkan legalitas, dan rendahnya kompetensi
bank mengucurkan kredit UMKM minimal SDM yang menangani UMKM.
20% dari total kredit, yaitu sebesar
Tabel B.1.2.1
Konsentrasi Penyaluran UMKM
Jenis TW IV '15 Share (%) TW I '16 Share (%)
Pertanian, Perburuan dan Kehutanan
Baki Debet 61,083 8.26 61,959 8.40
NPL 2,520 8.46 2,730 8.33
Industri pengolahan
Baki Debet 76,518 10.34 76,232 10.33
NPL 2,759 9.26 2,968 9.06
Perdagangan besar dan eceran
Baki Debet 395,843 53.51 399,019 54.07
NPL 15,125 50.77 17,073 52.11
Tot. Baki Debet 739,801 738,000
Tot. NPL 29,792 4.03 32,765 4.44
Sumber: Statistik Perbankan Indonesia (SPI), Maret 2016
Tabel B.1.2.2
Porsi UMKM berdasarkan Kelompok Bank (Rp Miliar)
Baki Debet Persentase Baki Debet Persentase
Kelompok Bank
Des '15 TW IV'15 Mar '16 TW I'16
BUMN 383,166 51.79% 395,863 53.64%
BPD 51,858 7.01% 48,811 6.61%
BUSN 289,578 39.14% 277,460 37.60%
KCBA dan Campuran 15,199 2.05% 15,867 2.15%
Total UMKM 739,801 100% 738,000 100%
Sumber: Statistik Perbankan Indonesia (SPI), Maret 2016
Tabel B.1.2.3
Skema KUR Tahun 2015
Jenis KUR Suku Bunga Target Penerima
(%)
Mikro 12 UMKM di sektor pertanian, industri,
perikanan,
Ritel 12
perdagangan, dan beberapa jasa
TKI Purna, keluarga pekerja (termasuk TKI)
TKI 12 berpenghasilan tetap yang memiliki
usaha mikro, dan buruh yang terkena PHK
Tabel B.1.2.4
Bank Penyalur KUR 2016
Sumber:OJK
Tabel B.1.2.5
Realisasi KUR Maret 2016
Total Target Ritel Mikro TKI Total
No Nama Bank Penyaluran Realisasi Realisasi Jml Realisasi Realisasi Jml Realisasi Realisasi Jml Realisasi Realisasi
(Rp M) Jml Debitur
(Rp M) (%) Debitur (Rp M) (%) Debitur (Rp M) (%) Debitur (Rp M) (%)
1 BRI 67,500 6,312.00 105.20 45,667 16,331.00 26.77 1,048,533 5.10 1.02 395 22,648.10 33.55 1,094,595.00
2 Bank Mandiri 13,000 2,750.74 42.32 31,670 908.08 15.13 46,836 - - - 3,658.82 28.14 78,506.00
3 BNI 11,500 2,784.04 27.84 10,067 8.50 1.70 413 7.86 0.79 454 2,800.40 24.35 10,934.00
4 Bank Sinarmas 2,600 - - - - - - 7.96 0.80 477 7.96 0.31 477.00
5 BPD Kalimantan Barat 220 0.87 0.39 5 0.02 - 1 - - - 0.89 0.40 6.00
6 BPD NTT 9 9.36 187.28 87 2.56 64.00 165 - - 11.92 132.49 252.00
7 Maybank Indonesia 38 - - - - - - - - - - - -
8 12 Bank Lain 8,379 - - - - - - - - - - - -
Total 103,246 11,857.01 40.47 87,496 17,250.16 25.05 1,095,948 20.92 0.68 1,326 29,128.09 28.21 1,184,770.00
Sumber: OJK, diolah
27
Executing adalah pinjaman yang diberikan dari
BUK/S kepada BPR/S dalam rangka
pembiayaan (untuk diteruspinjamkan) kepada
26
Linkage program adalah program yang nasabah mikro dan kecil. Pencatatan di bank
meneruspinjamkan KUR dari penyalur KUR umum sebagai pinjaman/pembiayaan ke BPR/S
kepada penerima KUR berdasarkan perjanjian dan pencatatan di BPR/S sebagai
kerjasama lembaga linkage yang meliputi pinjaman/pembiayaan ke UMK (Generic Model
koperasi sekunder, koperasi primer, Linkage Program).
BPR/BPRS, perusahaan pembiayaan, 28
perusahaan modal ventura, lembaga keuangan Debitur inti berdasarkan Lampiran SE
mikro, lembaga keuangan bukan bank lainnya, No.8/15/DPNP tanggal 12 Juli 2006 tentang
dan kelompok usaha. PedomanLaporan Berkala Bank Umum adalah
10, 15, atau 25 debitur/grup (one obligor
concept) diluar pihak terkait sesuai total asset industri pengolahan, dan rumah tangga
bank yaitu sebagai berikut: masing-masing sebesar 19,24% dan
a. Bank dengan total asset sampai dengan 1
triliun, debitur inti = 10 debitur/grup 14,07% (Tabel B.1.5.1 dan Grafik
b. Bank dengan total asset antara 1 triliun s.d B.1.5.2).
10 triliun, debitur inti = 15 debitur/grup
c. Bank dengan total asset lebih besar dari
10 triliun, debitur inti = 25 debitur/grup
Grafik B.1.5.2
Tiga Sektor Penyumbang NPL
Tabel B.1.5.1
Nilai NPL Berdasarkan Sektor
2015 2016 ∆bps
No Sektor Ekonomi
Mar Des Mar qtq yoy
1 Pertanian-Perburuan-hutan 2.02 1.90 1.98 8 (4)
2 Perikanan 3.23 2.96 3.26 30 3
3 Pertambangan dan Penggalian 3.56 4.13 4.23 10 67
4 Industri Pengolahan 2.00 2.50 2.98 48 98
5 Kredit Listrik, Gas dan Air 1.47 2.30 1.78 (52) 31
6 Kredit Konstruksi 5.23 4.05 4.61 56 (62)
7 Perdagangan besar dan eceran 3.48 3.53 4.24 71 76
8 Akomodasi dan PMM 1.66 2.29 2.83 54 117
9 Transportasi, Pergudangan & Komunikasi 3.58 3.84 4.39 55 81
10 Perantara Keuangan 0.70 0.64 0.72 8 2
11 Real Estate, usaha persewaan, & Jasa Perusahaan 2.41 2.61 2.88 27 47
12 Adm. Pemerintahan, Pertahanan dan Jamsos 0.09 0.08 0.05 (3) (4)
13 Jasa Pendidikan 1.26 1.72 1.99 27 73
14 Jasa Kesehatan & Kesos 1.75 0.73 1.21 48 (54)
15 Kemasyarakatan, Sosbud & lainnya 3.80 3.75 4.13 38 33
16 Jasa Perorangan yang melayani RT 2.81 2.01 2.85 84 4
17 Badan Internasional & lainnya 3.87 2.13 2.07 (6) (180)
18 Kegiatan yang belum jelas 2.52 2.01 2.07 6 (45)
19 Rumah Tangga 1.67 1.55 1.72 (17) 5
20 Bkn lapangan usaha lainnnya 1.21 1.28 1.38 10 17
Sumber: Diolah dari Statistik Perbankan Indonesia, Maret 2016
Dari kelima sektor prioritas tersebut, NPL yang mengindikasikan telah dibentuknya
29
Bank Indonesia, Laporan Survei Kegiatan Dunia
Usaha, Triwulan I-2016
Tabel B.1.6.1
Kecukupan Pencadangan
Kondisi risiko pasar pada BUK di triwulan pada Oktober 2015 yang mencapai
31
I-2016 menunjukkan perbaikan dari Rp14.730 , nilai rupiah terus menguat
triwulan sebelumnya. Hal tersebut hingga Maret 2016 sebesar Rp13.260 per
tercermin dari pergerakan nilai tukar USD. Dari sisi domestik, penguatan
rupiah yang mengalami penguatan sejak tersebut didorong oleh persepsi investor
sejak awal tahun 2016 seperti terlihat terhadap perekonomian Indonesia yang
Tabel B.2.1
Perkembangan Nilai Tukar USD/IDR
∆
TW I-2015 TW IV-2015 TW I-2016
qtq yoy
USD/IDR 13,070 13,785 13,260 -3.81% 1.45%
Sumber: Reuters
33
Bank Indonesia. Tinjauan Kebijakan Moneter,
April 2016.
34
PDN dapat dibedakan menjadi 2, Long dan
Short. Posisi long terjadi apabila nilai aktiva
valas lebih besar dari passiva valas sementara
Posisi short berarti aktiva valas lebih kecil dari
passiva valas. Posisi long akan diuntungkan
saat nilai tukar rupiah melemah (terdepresiasi)
sementara posisi short akan diuntungkan saat
nilai tukar rupiah menguat (apresiasi).
sebesar 1,83% dari total aset atau dalam trading, derivative dan FVO yang
pangsa pada triwulan sebelumnya risiko harga yang ada pada perbankan
sebesar 1,95%. Hal tersebut disebabkan tidak terlalu signifikan (Tabel B.2.1.1).
35
Fair Value Option (FVO) merupakan instrumen
keuangan yang ditetapkan untuk diukur pada
nilai wajar. Sesuai standar akuntansi yang
berlaku, kategori FVO digunakan untuk
menampung posisi instrumen keuangan yang
pada saat pengakuan awal telah ditetapkan oleh
bank untuk diukur pada nilai wajar melalui
laporan laba rugi. Bank dapat mengkategorikan
instrumen keuangan sebagai FVO hanya
apabila instrumen keuangan memiliki satu atau
lebih derivatif melekat (embedded derivative)
atau ketika melakukannya akan menghasilkan
informasi yang lebih relevan (Handbook
Penilaian Risiko Pasar, dalam lampiran SE BI
No.13/36/INTERN/2011).
Tabel B.2.1.1
Komponen Asset Trading Triwulan I-2016
BPD BUM N BUSD BUSND
Nama Komponen
TW-IV'15 TW-I'16 TW-IV'15 TW-I'16 TW-IV'15 TW-I'16 TW-IV'15 TW-I'16
Volume Risiko Harga
1. Signifikansi Aset Trading, Derivatif, Fair Value Option (FVO) (%) 0.20 0.43 0.51 0.52 0.73 0.51 0.63 0.21
2. Signifikansi Aset Trading (%) 0.16 0.25 0.14 0.42 0.53 0.44 0.09 0.17
3. Signifikansi Tagihan Spot dan Derivatif (%) 0.00 0.00 0.01 0.01 0.02 0.02 0.00 0.00
4. Signifikansi Aset FVO (%) 0.04 0.06 0.07 0.00 0.08 0.01 0.02 0.02
5. Signifikansi Kewajiban Trading, Derivatif, FVO (%) 1.60 1.07 0.42 0.31 0.23 0.14 2.10 1.45
6. Signifikansi Kewajiban Trading (%) 0.00 0.00 0.18 0.36 0.04 0.01 0.00 0.04
7. Signifikansi Kewajiban Derivatif (%) 0.00 0.00 0.00 0.01 0.01 0.01 0.00 0.00
8. Signifikansi Kewajiban FVO (%) 1.57 1.05 0.01 0.00 0.07 0.04 1.56 1.25
Risiko nilai tukar berasal dari pergerakan memitigasi risiko nilai tukar.
Tabel B.2.2.1
Perkembangan Rasio PDN
BPD BUMN BUSD BUSND
Nama Komponen
TW-IV'15 TW-I'16 TW-IV'15 TW-I'16 TW-IV'15 TW-I'16 TW-IV'15 TW-I'16
1. Rasio PDN (%) 0.17 0.17 1.84 1.76 0.46 0.43 0.00 0.00
2. Rasio PDN Valuta Utama (USD) (%) 0.14 0.17 1.23 0.77 0.34 0.33 0.00 0.00
Campuran KCBA Industri
Nama Komponen
TW-IV'15 TW-I'16 TW-IV'15 TW-I'16 TW-IV'15 TW-I'16
1. Rasio PDN (%) 0.78 0.56 0.82 1.39 0.88 1.42
2. Rasio PDN Valuta Utama (USD) (%) 0.50 0.28 0.65 1.21 0.60 0.82
Sumber: Sistem Informasi Perbankan OJK, Maret 2016
Peningkatan rasio PDN terbesar berasal Pada triwulan I-2016 rata-rata rasio
dari kelompok bank KCBA yaitu signifikansi aset suku bunga tetap (fixed
meningkat 57 bps dari 0,82% pada interest rate) mengalami peningkatan dari
triwulan sebelumnya menjadi 1,39% pada triwulan sebelumnya sebesar 15,44%
triwulan I-2016. Begitu juga dengan menjadi 15,95%. Peningkatan terbesar
peningkatan rasio PDN valuta utama terdapat pada kelompok BUSND, yaitu
(USD) terbesar terjadi pada kelompok dari 5,78% menjadi 7,57%. Selain itu,
bank KCBA sebesar 56 bps (dari 0,65% rasio komposisi aset dengan nature
menjadi 1,21%). Peningkatan tersebut Interest Risk Rate (IRR)37 yang tinggi,
merupakan akibat dominannya secara industri juga meningkat dari 6,61%
penyaluran dan sumber dana dalam menjadi 7,02% (Tabel B.2.3.1).
bentuk valas pada kelompok KCBA Peningkatan kedua komponen tersebut
sejalan dengan nilai tukar rupiah yang terjadi seiring dengan relatif banyaknya
membaik hingga triwulan I-2016. penempatan dana pada aset bank yang
memiliki suku bunga tetap dalam jangka
2.3 Risiko Suku Bunga panjang untuk menjaga likuiditas bank.
Risiko suku bunga adalah risiko kerugian
Sementara itu, terdapat mismatch antara
pada posisi keuangan (neraca dan
pendanaan dan penyaluran dana ber-
rekening administratif) akibat perubahan
suku bunga tetap, yang ditunjukkan
suku bunga. Risiko suku bunga dapat
dengan lebih tingginya rasio signifikansi
dinilai berdasarkan banking book dan
aset suku bunga tetap industri (15,95%)
maturity profile.
apabila dibandingkan rasio signifikansi
Risiko suku bunga pada banking book kewajiban suku bunga tetap (1,60%). Gap
bersifat jangka pendek melalui dampak
37
IRR adalah Interest Risk Rate on banking book
pada rentabilitas maupun jangka panjang atau risiko suku bunga pada aset di banking
melalui dampak pada nilai ekonomis dari book. Parameter ini menilai perbandingan
antara aset keuangan pada banking book yang
ekuitas bank. memiliki eksposur suku bunga yang tinggi.
Tabel B.2.3.1
Komponen Suku Bunga Berdasarkan Industri dan Kelompok Bank
Risiko suku bunga juga dapat timbul dari mismatch yang dibagi menjadi dua posisi
perubahan suku bunga di pasar yang yaitu short dan long.39
selanjutnya mempengaruhi jumlah aset
dan kewajiban.38 Aset dan kewajiban
bank tersebut terbagi dalam waktu
tertentu (maturity bucket). Setiap
perbedaan maturity bucket pada aset dan
kewajiban mengakibatkan terjadinya
39
Posisi short terjadi apabila jumlah kewajiban
lebih besar daripada aset yang dimiliki bank.
Sementara posisi long terjadi apabila jumlah
38
Pada umumnya jumlah aset dan kewajiban aset lebih besar daripada kewajiban yang
neraca bank selalu berlawanan (mismatch). dimiliki bank.
Tabel B.2.3.2
Maturity Profile (Rp dan Valas)
Rupiah Valas Triliun
Kelompok Kelompok
<1 Bulan 1-3 Bulan 3-6 Bulan 6-12 Bulan Total <1 Bulan 1-3 Bulan 3-6 Bulan 6-12 Bulan Total
Industri (1,074.75) (35.50) 97.48 350.73 (662.04) Industri 9.07 0.54 0.73 1.98 12.31
BUMN (646.30) (2.35) 29.64 134.76 (484.25) BUMN (4.05) (0.30) 0.22 0.17 (3.96)
BUSD (277.20) 8.24 72.56 191.42 (4.98) BUSD (1.73) (0.33) 0.74 1.28 (0.04)
BUSND (44.16) (22.96) (1.22) 10.64 (57.70) BUSND 0.03 (0.02) (0.00) 0.00 0.01
BPD (81.34) (14.90) (12.20) (19.64) (128.08) BPD 13.96 0.005 (0.04) (0.01013) 13.92
KCBA (31.00) 1.49 7.72 22.83 1.04 KCBA 0.74 1.01 0.12 1.02 2.89
Campuran 5.26 (5.03) 0.97 10.72 11.92 Campuran 0.12 0.17 (0.31) (0.48) (0.50)
Sumber: diolah dari Statistik Perbankan Indonesia, Maret 2016
Ket: angka merah menunjukkan posisi short dan angka hitam menunjukkan posisi long
Dari tabel B.2.3.2 terlihat pada triwulan I- terutama untuk kebutuhan hedging. Bila
2016, maturity profile dalam rupiah dibandingkan dengan triwulan IV-2015,
secara industri berada pada posisi short komposisi transaksi valas di perbankan
sebesar Rp662 triliun, sedangkan pada Indonesia pada triwulan I-2016 cenderung
mata uang valas, berada pada posisi long stabil kecuali pada komposisi transaksi
sebesar Rp12 triliun. Sementara spot dan forward.
berdasarkan kepemilikan, kelompok bank
Untuk transaksi spot dan forward,
KCBA dan Campuran berada pada posisi
meningkat dari triwulan sebelumnya yaitu
long.
masing-masing dari 1,45% menjadi
Posisi short pada mata uang rupiah 7,76% dan dari 6,78% menjadi 13,10%.
disebabkan kewajiban dalam bentuk Peningkatan transaksi spot dan forward
DPK, sebagian besar jatuh tempo dalam terutama berasal dari pengalihan
waktu jangka pendek. Sedangkan, posisi transaksi swap, tercermin dari penurunan
long pada mata uang rupiah terjadi transaksi swap sebesar 665 bps (dari
karena aset dalam bentuk kredit sebagian 92,98% menjadi 86,33%).
besar jatuh tempo dalam waktu jangka
Penurunan transaksi swap terbesar
panjang (di atas 3 bulan).
terjadi pada kelompok bank BUSD yaitu
dari 13,68% menjadi 6,18% diikuti dengan
2.4 Komposisi Derivatif
kelompok BUMN yaitu dari 94,45%
Transaksi derivatif yang dilakukan
menjadi 92,32% (Tabel B.2.4.1).
perbankan pada umumnya didominasi
oleh transaksi forward dan transaksi
swap40. Transaksi swap dilakukan
tunai (spot) dengan penjualan/pembelian
40 kembali secara berjangka (forward) yang
Transaksi forward adalah transaksi jual/beli dilakukan secara simultan, dengan counterpart
antara valuta asing terhadap rupiah dengan yang sama dan pada tingkat harga yang dibuat
penyerahan dana dilakukan lebih dari 2 (dua) dan disepakati pada tanggal transaksi dilakukan
hari kerja setelah tanggal transaksi. Transaksi (PBI No. 14/ 5 /PBI/2012 tentang Perubahan
swap adalah transaksi pertukaran valuta asing
atas Peraturan Bank Indonesia).
terhadap rupiah melalui pembelian/penjualan
Tabel B.2.4.1
Komponen Risiko Pasar – Komposisi Derivatif Per Kelompok Bank
BPD BUM N BUSD BUSND
Nama Komponen
TW-IV'15 TW-I'16 TW-IV'15 TW-I'16 TW-IV'15 TW-I'16 TW-IV'15 TW-I'16
4. Komposisi derivatif
4.1 Forward Terhadap Total derivatif (%) 0.00 0.00 0.89 7.68 3.84 6.44 0.00 0.00
4.2 Future Terhadap Total derivatif (%) 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.03 0.00 0.00
4.3 Swap Terhadap Total derivatif (%) 0.00 0.00 94.45 92.32 13.68 6.18 0.00 0.00
4.4 Option Terhadap Total derivatif (%) 0.00 0.00 0.00 0.00 0.01 0.02 0.00 0.00
4.5 Spot Terhadap Total Derivatif (%) 0.00 0.13 1.76 5.36 4.72 16.54 0.00 0.00
Campuran KCBA Industri
Nama Komponen
TW-IV'15 TW-I'16 TW-IV'15 TW-I'16 TW-IV'15 TW-I'16
4. Komposisi derivatif
4.1 Forward Terhadap Total derivatif (%) 6.12 7.03 14.20 6.49 6.78 13.10
4.2 Future Terhadap Total derivatif (%) 0.00 0.00 0.00 0.00 0.12 0.34
4.3 Swap Terhadap Total derivatif (%) 92.21 91.06 85.80 84.71 92.98 86.33
4.4 Option Terhadap Total derivatif (%) 0.02 0.01 0.00 0.00 0.12 0.24
4.5 Spot Terhadap Total Derivatif (%) 7.12 16.01 3.46 9.18 1.45 7.76
Sumber: Sistem Informasi Perbankan OJK, Maret 2016
Tabel B.3.1.1
Rasio Likuiditas Perbankan
BPD BUMN BUSD BUSND
Nama Komponen
TW-IV'15 TW-I'16 TW-IV'15 TW-I'16 TW-IV'15 TW-I'16 TW-IV'15 TW-I'16
I. Likuiditas Aset
1. Rasio Aset Likuid thd Total aset (%) 15.53 27.71 16.74 17.20 16.48 17.41 19.49 19.60
2. Rasio Aset Likuid thd Pendanaan Jangka Pendek (%) 21.55 32.96 22.19 22.99 22.41 22.05 24.31 22.25
3. Rasio Aset Likuid thd Non Core Funding (%) 29.55 40.45 22.68 22.43 30.28 31.28 41.68 40.63
4. Rasio Aset Likuid Primer thd Pendanaan Jangka Pendek Non Core (%) 24.93 39.33 18.69 17.15 26.59 26.31 39.27 38.28
5. Rasio LDR (%) 95.09 73.93 86.98 87.53 86.12 85.96 87.33 88.76
6. Rasio Kredit thd Core Funding (%) 309.47 379.25 733.45 730.54 254.36 267.99 199.63 196.80
II. Likuiditas Kewajiban
1. Signifikansi Pendanaan Non Inti (%) 74.32 81.21 88.70 88.54 66.44 65.79 59.26 59.29
2. Ketergantungan pada pendanaan non inti (%) 52.11 58.13 70.96 70.29 47.88 45.76 32.03 35.89
3. Ketergantungan pada pendanaan non inti Jangka Pendek (%) 47.16 56.56 63.17 63.34 47.06 44.13 32.37 35.74
III. Trend & Pertumbuhan Likuiditas
7. Rasio Deposan Inti (%) 36.16 56.11 20.87 22.96 30.38 30.14 40.68 38.97
Campuran KCBA Industri
Nama Komponen
TW-IV'15 TW-I'16 TW-IV'15 TW-I'16 TW-IV'15 TW-I'16
I. Likuiditas Aset
1. Rasio Aset Likuid thd Total aset (%) 15.39 22.03 32.60 31.68 16.70 17.97
2. Rasio Aset Likuid thd Pendanaan Jangka Pendek (%) 25.57 32.69 88.52 85.54 22.96 24.54
3. Rasio Aset Likuid thd Non Core Funding (%) 27.23 33.90 76.99 76.84 28.07 30.17
4. Rasio Aset Likuid Primer thd Pendanaan Jangka Pendek Non Core (%) 23.54 27.83 51.04 51.57 22.13 23.35
5. Rasio LDR (%) 103.50 102.39 91.34 87.53 92.11 89.60
6. Rasio Kredit thd Core Funding (%) 826.70 1368.18 2167.56 1609.89 324.68 322.91
II. Likuiditas Kewajiban
1. Signifikansi Pendanaan Non Inti (%) 83.68 83.81 95.37 95.49 74.54 74.85
2. Ketergantungan pada pendanaan non inti (%) 52.72 53.76 12.49 11.57 51.35 50.70
3. Ketergantungan pada pendanaan non inti Jangka Pendek (%) 47.13 49.89 10.59 8.81 39.53 38.65
III. Trend & Pertumbuhan Likuiditas
7. Rasio Deposan Inti (%) 46.26 46.78 69.62 77.02 23.98 27.45
Sumber: Sistem Informasi Perbankan OJK, Maret 2016
Pada periode yang sama, tercatat peningkatan DPK sebesar 1,27% (Tabel
penurunan LDR dari 92,11% menjadi B.3.1.2).
sebesar 89,60%. Penurunan LDR
tersebut dipicu oleh penurunan kredit
(termasuk undisbursed loan42) dan
Tabel B.3.1.2
Pertumbuhan Kredit dan Undisbursed Loan
qtq
Total Kredit +
Undisbursed Kredit +
Kredit Undisbursed Total DPK
Loan (commited) Kredit Undisb. DPK
Loan (comm.)
Loan
TW IV '14 297,369 3,674,308 3,971,677 4,114,420
TW I '15 295,478 3,679,871 3,975,349 4,198,577 0.15% 0.09% 2.05%
TW II '15 303,291 3,828,045 4,131,336 4,319,749 4.03% 3.92% 2.89%
TW III '15 296,483 3,956,483 4,252,965 4,464,083 3.36% 2.94% 3.34%
TW IV '15 275,413 4,057,904 4,333,317 4,413,056 2.56% 1.89% -1.14%
TW I '16 292,911 4,000,448 4,293,359 4,468,955 -1.42% -0.92% 1.27%
Sumber: Statistik Perbankan Indonesia (SPI), Maret 2016
Tabel B.3.1.3
Rasio LDR Bank Berdasarkan Kepemilikan
2015 2016 ∆bps
TW I TW II TW III TW IV TW I qtq yoy
BUM N 84.96 87.39 86.57 88.58 89.26 68 430
BUSD 84.25 84.90 86.11 87.55 86.15 -140 190
BUSND 87.52 91.33 90.51 81.12 80.37 -75 -715
BPD 73.89 68.33 68.67 92.19 75.89 -1630 200
Campuran 120.96 132.89 129.56 132.77 122.74 -1003 178
KCBA 134.81 133.60 131.35 131.49 122.12 -937 -1269
Sumber: Statistik Perbankan Indonesia, Maret 2016
Tabel B.3.2.1
Rasio Likuiditas Perbankan Berdasarkan Kepemilikan
Tabel B.3.3.1
Proporsi DPK Berdasarkan Kepemilikan
2015 2016
Kelompok Bank Sumber: Diolah dari Statistik Perbankan
TW IV Porsi (%) TW I Porsi (%)
Indonesia (SPI), Maret 2016
BUMN 1,734,961 39.31 1,704,548 38.14
Swasta Devisa 1,821,244 41.27 1,818,740 41.21
Swasta Non Devisa 147,143 3.33 151,030 3.42
Tingkat penyebaran DPK masih belum
BPD 356,600 8.08 432,437 9.80 merata di seluruh wilayah Indonesia,
Campuran 163,012 3.69 163,019 3.69
KCBA 190,098 4.31 199,181 4.51 tercermin dari 77,39% lokasi
TOTAL 4,413,056 100.00 4,468,955 100.00
penghimpunan dana di lima propinsi
Sumber: Statistik Perbankan Indonesia (SPI), Maret
2016 (DKI Jakarta, Jawa Timur, Jawa Barat,
Jawa Tengah dan Sumatera Utara)
Proporsi komponen DPK masih pada triwulan I-2016. Porsi tertinggi
didominasi oleh deposito (47,01%), berada di propinsi DKI Jakarta (50,52%)
diikuti oleh tabungan (29,68%), dan giro yang menunjukkan masih terpusatnya
(23,31%). Dibandingkan dengan triwulan sirkulasi uang di DKI Jakarta sebagai
IV-2015, proporsi pada tabungan pusat pemerintahan dan kegiatan
menurun sebesar 195 bps, sedangkan usaha.
Tabel B.3.3.2
Penyebaran DPK berdasarkan Pangsa Wilayah Terbesar
% Pangsa
DPK
Wilayah terhadap total
TW IV '15 TW I '16 DPK
DKI Jakarta 2,219,848 2,257,794 50.52%
Jawa Timur 422,668 423,757 9.48%
Jawa Barat 370,285 372,845 8.34%
Jawa Tengah 216,174 217,923 4.88%
Sumatera Utara 184,659 186,270 4.17%
Total DPK 5 Kota 3,413,634 3,458,590 77.39%
Total DPK 4,413,056 4,468,955
Sumber: Diolah dari Statistik Perbankan Indonesia (SPI), Maret 2016
44
Laku Pandai (Layanan Keuangan Tanpa Kantor)
adalah kegiatan menyediakan layanan
perbankan dan/atau layanan keuangan lainnya
yang dilakukan tidak melalui jaringan kantor,
namun melalui kerjasama dengan pihak lain dan
perlu didukung dengan penggunaan sarana
teknologi informasi (Surat Edaran OJK No.
6/SEOJK.03/2015).
Tabel B.4.1
Risiko Operasional Bank Umum Posisi Desember 2015
Hasil Penilaian
Jumlah
Jenis Bank Low to Moderate to
Low Moderate High Bank*)
Moderate High
Persero 0 1 3 0 0 4
BPD 0 0 16 3 0 19
Campuran 0 7 5 0 0 12
BUSD 0 9 24 0 0 33
BUSND 0 8 5 0 0 13
KCBA 0 3 7 0 0 10
BUS 0 3 7 1 0 11
Total 0 31 67 4 0 102
*)Belum mencakup jumlah bank secara keseluruhan karena masih terdapat beberapa bank yang masih
dalam proses penilaian
Sumber: Sistem Informasi Perbankan (SIP)
45
Kewajiban penyampaian laporan Strategi Anti
Fraud sebagaimana ditetapkan dalam SE BI No.
13/28/DPNP tentang Penerapan Strategi Anti
Fraud Bagi Bank Umum.
Tabel B.4.2
Jenis dan Kerugian Akibat Fraud
Kecurangan 97.938.511.000
manipulasi 103.148.651.000
Pemberian bunga deposito -
BI Checking -
Pelanggaran terkait Kredit 464.127.578.094
Pemalsuan 26.980.557.074
Tabel B.4.3
Kriteria Sistem Elektronik yang dapat ditempatkan pada Data Center dan Disaster Recovery Center di
luar Indonesia*)
[Pembatas]
C. Kebijakan, Kajian dan Pengembangan Pengawasan Perbankan Nasional
1. Bank Umum Konvensional
2. BPR
3. Bank Syariah
Tabel C.1.1.1
POJK Bank Umum Konvensional
NOMOR PBI YANG
NO. NOMOR POJK PERIHAL
DIKONVERSI
1 4/POJK.03/2016 Penilaian Tingkat Kesehatan Bank Umum 13/1/PBI/2011
terkait Pengawasan Bank Berdasarkan dua POJK dan empat SEOJK yaitu
dengan baik dan memberikan kontribusi Pengawasan Badan Kredit Desa (BKD)
Grafik D.3.1
Jenis Konglomerasi dan Total Aset 98 Grup Konglomerasi
Grafik D.3.2
Tren Total Aset dan Perbandingan Konglomerasi Keuangan
Conglomerate (KYFC) dari lima Grup risiko terintegrasi dan tata kelola
100 Departemen Pengembangan Pengawasan dan Manajemen Krisis| Otoritas Jasa Keuangan
Otoritas Jasa Keuangan 105
Laporan Profil Industri Perbankan
Triwulan ILaporan
- 2016Profil Industri Perbankan
Triwulan I - 2016
[Pembatas]
E. E.
Pengawasan Bank
Pengawasan Umum
Bank Umum
1. 1. Pemeriksaan
PemeriksaanUmum
Umum dan
dan Pemeriksaan Khusus
Pemeriksaan Khusus
2. 2. Supervisory College
Perizinan Produk dan Aktivitas Bank
3. 3. Perizinan
PenegakanProduk dan Aktivitas
Kepatuhan Bank Bank
4. Layanan Keuangan Tanpa Kantor Dalam Rangka Keuangan Inklusif
(Laku Pandai)
5. Penegakan Kepatuhan Bank
101 Departemen Pengembangan Pengawasan dan Manajemen Krisis| Otoritas Jasa Keuangan
Otoritas Jasa Keuangan 107
Laporan Profil
LAPORAN Laporan
Industri
PROFILProfil
INDUSTRI
Perbankan
PERBANKAN - TRIWULAN I
Industri Perbankan
Triwulan ITriwulan
- 2016I - 2016
E. Pengawasan Bank Umum
Proses pengawasan yang dilakukan oleh usaha bank oleh manajemen,
OJK terdiri dari pengawasan tidak langsung kepatuhan bank terhadap
(off-site supervision) dan pengawasan ketentuan yang berlaku, kebenaran
langsung (on-site supervision). Pengawasan dan kewajaran laporan-laporan
tidak langsung yaitu pengawasan melalui yang telah disampaikan kepada
alat pemantauan seperti laporan berkala Otoritas Jasa Keuangan, dan risiko
yang disampaikan bank, laporan hasil yang dihadapi oleh bank. Dalam
pemeriksaan dan informasi lainnya. hal ini faktor yang diperhatikan
Sementara pengawasan langsung terdiri meliputi namun tidak terbatas pada
dari pemeriksaan umum dan pemeriksaan profil risiko, penerapan GCG,
khusus dengan tujuan untuk mendapatkan rentabilitas, dan permodalan bank.
gambaran keadaan keuangan bank dan Pemeriksaan ini ditujukan agar
untuk memantau tingkat kepatuhan bank mendapatkan gambaran secara
terhadap peraturan yang berlaku serta untuk keseluruhan terhadap bank.
mengetahui apakah terdapat praktik-praktik
b. Pemeriksaan pada area tertentu
tidak sehat yang membahayakan
(multiple targeted examination)
kelangsungan usaha bank.
Pemeriksaan yang difokuskan
1. Pemeriksaan Umum dan pada risiko tertentu (risk focus
Pemeriksaan Khusus examination) atau area-area
Pemeriksaan umum adalah pemeriksaan tertentu dengan memperhatikan
yang dilakukan secara berkala pada dampak dari permasalahan yang
individu bank minimum setahun sekali ada terhadap kondisi usaha bank
sesuai dengan perundang-undangan atau pada area yang menjadi fokus
yang berlaku. Namun demikian, tidak Pengawasan, termasuk
tertutup kemungkinan dilakukan pemeriksaan terhadap perusahaan
pemeriksaan umum setiap waktu apabila anak yang dikonsolidasikan
diperlukan. Dalam melakukan dan/atau bank yang merupakan
pemeriksaan umum maka terdapat dua bagian dari suatu grup usaha.
pendekatan yaitu: Pemeriksaan ini ditujukan agar
a. Pemeriksaan secara menyeluruh dapat lebih terfokus pada
(full scope examination) permasalahan yang dihadapi bank
Pemeriksaan yang dilakukan sehingga pelaksanaan
secara menyeluruh dalam rangka pemeriksaan dapat berjalan secara
menilai semua aspek kegiatan dan efektif dan efisien.
kondisi usaha bank yang meliputi
Selama triwulan I-2016, telah
keadaan keuangan bank secara
dilaksanakan pemeriksaan terhadap 435
menyeluruh, pengelolaan kegiatan
102 Departemen Pengembangan Pengawasan dan Manajemen Krisis| Otoritas Jasa Keuangan
108 Departemen Pengembangan Pengawasan dan Manajemen Krisis
Laporan Profil Industri Perbankan
LAPORAN PROFIL INDUSTRI PERBANKAN - TRIWULAN I
Triwulan I - 2016
bank yang mencakup 512 kantor bank pembiayaan, operasional dan stratejik
(416 Kantor Pusat (KP) dan 96 Kantor serta penerapan tata kelola yang baik
Cabang (KC)). Dari 512 kantor bank (GCG). Sementara itu, untuk
tersebut, 416 diantaranya adalah kantor pengawasan off-site dilakukan antara lain
BPR dan BPRS, sedangkan selebihnya melalui pemantauan perkembangan
96 merupakan kantor bank umum. kualitas pembiayaan dan langkah-
Realisasi pemeriksaan pada triwulan I- langkah perbaikan oleh bank melalui
2016 hanya mencapai 78,9% dari target pelaksanaan Action Plan yang dimonitor
yang telah direncanakan yaitu 649 kantor ketat, pemantauan progress realisasi
bank (terdiri dari 539 KP dan 110 KC). tambahan setoran modal pada beberapa
BUS, maupun monitor pencapaian
Untuk bank umum syariah, rencana
realisasi RBB dengan memperhatikan
pengawasan untuk tahun 2016 tetap
business model bank, sustainability dan
fokus pada risiko utama bank yaitu risiko
prinsip kehati-hatian.
Tabel E.1.1
Pemeriksaan Bank Umum
RENCANA REALISASI
Jenis Bank TW I 2016 TW I 2016
KP KC Jml Entitas KP KC Jml Entitas
BUK 30 89 42 16 74 36
BUS 3 2 3 3 2 3
UUS - 1 - - 1 -
BPR 455 17 455 358 18 358
BPRS 51 1 42 39 1 38
Total 539 110 542 416 96 435
Sumber: OJK
103 Departemen Pengembangan Pengawasan dan Manajemen Krisis| Otoritas Jasa Keuangan
Otoritas Jasa Keuangan 109
Laporan Profil
LAPORAN Laporan
Industri
PROFILProfil
INDUSTRI
Perbankan
PERBANKAN - TRIWULAN I
Industri Perbankan
Triwulan ITriwulan
- 2016I - 2016
PPT, teknologi dan informasi serta fraud BPRS) karena pelaksanaannya
(Tabel E.1.2). Area pemeriksaan khusus dilakukan bersamaan dengan
sebagian besar dilakukan untuk APU dan pemeriksaan umum.
PPT (36 BUK, 3 BUS, 358 BPR, dan 38
Tabel E.1.2
Pemeriksaan Khusus Bank
TW I-2016
Subjek Pemeriksaan
BUK+BPR BUS
APU PPT 432 3
Suku Bunga - -
Setoran Modal 45 -
Aktivitas Operasional 15 -
Teknologi & Informasi 12 -
Aktivitas Treasuri 5 -
Joint Audit - -
GCG 8 -
Fraud 3 -
Penetapan Pencabutan - -
Pemeriksaan Kesiapan
- -
Rencana Bank Devisa
Lainnya 21 1
Total 541 4
Sumber: OJK
104 Departemen Pengembangan Pengawasan dan Manajemen Krisis| Otoritas Jasa Keuangan
110 Departemen Pengembangan Pengawasan dan Manajemen Krisis
Laporan Profil Industri Perbankan
LAPORAN PROFIL INDUSTRI PERBANKAN - TRIWULAN I
Triwulan I - 2016
dilakukan oleh OJK. Supervisory colleges setiap penerbitan produk atau
terakhir dilakukan pada triwulan IV-2015 pelaksanaan aktivitas baru apabila
yaitu dua kali dengan Hong Kong memenuhi kriteria sebagai berikut:
Monetary Authority, satu kali dengan a. Tidak pernah diterbitkan atau
College of Supervisors of Rabobank dan dilakukan sebelumnya oleh Bank;
satu kali dengan Reserve Bank of India. atau
Pertemuan tersebut utamanya b. Telah diterbitkan atau dilaksanakan
membahas profil risiko, isu pengawasan sebelumnya oleh Bank namun
yang penting, pertukaran informasi dan dilakukan pengembangan yang
koordinasi pengawasan terhadap bank mengubah atau meningkatkan
umum tergabung dalam kelompok bisnis eksposur Risiko tertentu pada Bank.
keuangan Internasional. Pengembangan yang mengubah atau
meningkatkan eksposur Risiko
3. Perizinan Produk dan Aktivitas Bank
tertentu pada produk atau aktivitas
Dalam rangka penerbitan produk48 dan
Bank, antara lain meliputi:
aktifitas baru49, perbankan wajib
i. Pengembangan produk Bank yang
mematuhi ketentuan yang berlaku. Hal ini
telah diterbitkan sebelumnya oleh
mengingat produk dan aktivitas yang
Bank, misalnya:
ditawarkan perbankan khususnya terkait
1) Penerbitan obligasi dengan
dengan produk dan aktivitas baru,
tingkat kupon dan/atau jangka
berkembang menjadi semakin kompleks
waktu yang berbeda dari
dan bervariasi, sehingga eksposur risiko
obligasi yang sudah diterbitkan
yang ditanggung Bank dari penerbitan
sebelumnya.
produk dan pelaksanaan aktivitas
2) Penerbitan principally protected
tersebut menjadi semakin tinggi.
structured product yang
Sehubungan dengan hal tersebut, bank berubah jangka waktunya
wajib menyampaikan laporan untuk dan/atau underlying-nya dari
yang pernah diterbitkan
48 sebelumnya.
Berdasarkan SE No.11/35/DPNP tentang
Pelaporan Produk dan Aktivitas Baru, produk ii. Pengembangan aktivitas Bank
bank adalah instrumen keuangan yang
diterbitkan oleh Bank. Produk Bank dimaksud yang merupakan aktivitas
adalah produk yang diciptakan, diterbitkan, kerjasama dengan pihak lain, yang
dan/atau dikembangkan oleh Bank dalam
rangka penghimpunan dan penyaluran dana, dalam pengembangannya
antara lain meliputi giro, tabungan, deposito,
obligasi, kredit, medium term notes, produk memerlukan persetujuan dari atau
derivatif, dan principally protected structured
product. pelaporan kepada otoritas
49
Berdasarkan SE No.11/35/DPNP tentang pengawas yang berwenang,
Pelaporan Produk dan Aktivitas Baru, Aktivitas misalnya penambahan atau
Bank adalah jasa yang disediakan oleh Bank
kepada nasabah, antara lain adalah jasa perubahan partner dalam
keagenan dan/atau kustodian.
105 Departemen Pengembangan Pengawasan dan Manajemen Krisis| Otoritas Jasa Keuangan
Otoritas Jasa Keuangan 111
Laporan Profil
LAPORAN Laporan
Industri
PROFILProfil
INDUSTRI
Perbankan
PERBANKAN - TRIWULAN I
Industri Perbankan
Triwulan ITriwulan
- 2016I - 2016
melakukan aktivitas pemindahan Menggunakan Kartu (APMK),
dana (transfer). pendanaan, structure product,
perkreditan, safe deposit box, LC, bank
Pada triwulan I-2016, variasi produk dan devisa, cash management, dan money
aktifitas baru yang diterbitkan oleh bank remittance.
dan telah disetujui OJK cukup beragam.
Untuk produk dan aktivitas syariah, pada
Untuk BUK, produk dan aktifitas baru
triwulan I-2016, telah diterbitkan 17
yang telah diterbitkan mencapai 86
pelaporan produk baru (10 permohonan
produk yang sebagian besar terkait
produk dari BUS dan 7 permohonan
dengan reksadana, bancassurance, dan
produk dari UUS), yang sebagian besar
E-Banking. Produk lainnya berupa surat
terkait dengan pembiayaan dan
berharga, Alat Pembayaran
pendanaan (Tabel E.3.1).
Tabel E.3.1
Produk dan Aktivitas Baru Perbankan Triwulan I-2016
TW I-2016
Produk/Aktivitas Baru
BUK BUS & UUS
Reksadana 22 -
Bancassurance 25 -
E-Banking 11 -
Perkreditan/Pembiayaan 2 6
Surat Berharga
(Obligasi/MTN/Sukuk) 5 -
Pendanaan 5 8
APMK 2 -
Structured Product 3 -
Aktivitas Call Center - -
Money Remittance 1 -
SDB - -
LC 1 -
Bank Devisa 1 -
Cash Management 1 -
Lainnya 7 3
Total 86 17
Sumber: OJK
106 Departemen Pengembangan Pengawasan dan Manajemen Krisis| Otoritas Jasa Keuangan
112 Departemen Pengembangan Pengawasan dan Manajemen Krisis
Laporan Profil Industri Perbankan
LAPORAN PROFIL INDUSTRI PERBANKAN - TRIWULAN I
Triwulan I - 2016
merencanakan untuk menjadi Jumlah agen Laku Pandai pada triwulan
penyelenggara Laku Pandai di tahun I-2016 mencapai 84.374 agen (83.086
2016. agen perorangan dan 1.288 outlet badan
hukum). Sementara itu, jumlah dana dan
Sampai dengan triwulan I-2016, hanya
nasabah yang berhasil dihimpun masing-
tujuh bank (empat bank diantaranya
masing sebesar Rp50,5 miliar dan
adalah kelompok BUKU 4) yang sudah
1.351.798 nasabah. Dari 84.374 agen
merealisasikan rencana penyelenggaraan
Laku Pandai tersebut, sebesar 76,65%
Laku Pandai melalui peluncuran produk
tersebar di wilayah pulau Jawa, 13,09%
tabungan berkarakteristik Basic Saving
di pulau Sumatera, 4,20% di pulau
Account (BSA).
Sulawesi, 3,04% di pulau Kalimantan,
Sementara itu, dari empat BUS yang 2,20% di pulau Maluku dan Papua, dan
merencanakan akan menyelenggarakan sisanya 2,83% berada di pulau NTB-NTT-
Laku Pandai, sampai dengan akhir Bali (Tabel E.4.1 dan Grafik E.4.1).
triwulan I-2016, hanya satu BUS yang
sudah melakukan soft launching namun
belum mendapatkan izin operasional.
Grafik E.4.1
Tabel E.4.1 Wilayah Penyebaran Agen Laku Pandai
Realisasi Laku Pandai Triwulan I-2016 Triwulan I-2016
Agen Laku Pandai
Perorangan Badan Hukum
83.086 1.288
107 Departemen Pengembangan Pengawasan dan Manajemen Krisis| Otoritas Jasa Keuangan
Otoritas Jasa Keuangan 113
Laporan Profil
LAPORAN Laporan
Industri
PROFILProfil
INDUSTRI
Perbankan
PERBANKAN - TRIWULAN I
Industri Perbankan
Triwulan ITriwulan
- 2016I - 2016
kendala di lapangan antara lain masih dilakukan penilaian kembali atas
kurangnya sosialisasi pengenalan produk kemampuan dan kepatutannya sebagai
dan jasa Laku Pandai serta manfaatnya pemilik dan pengelola Bank (Fit and
kepada masyarakat (agen dan calon Proper Existing). Penilaian kembali
nasabah), dan belum memadainya dilakukan dalam hal terdapat indikasi
ketersediaan jaringan telekomunikasi permasalahan integritas, reputasi
dalam menunjang penggunaan perangkat keuangan dan/atau kompetensi.
elektronis untuk Laku Pandai (misalnya
mesin EDC dan telepon genggam). Pada triwulan I-2016, tidak terdapat
Selanjutnya, rencana pengembangan adanya tambahan pengurus/pengelola
Laku Pandai yang akan dilakukan oleh dan pegawai bank yang telah menjalani
bank penyelenggara antara lain, proses Fit and Proper Existing.
penggunaan media teknologi komunikasi Sementara itu, untuk database track
dan pengadaan call center. record (TR), selama triwulan I-2016
terdapat penambahan 27 pelaku yang
dilakukan oleh pihak–pihak yang telah
5. Penegakan Kepatuhan Bank
mendapat persetujuan untuk menjadi
5.1 Uji Kemampuan dan Kepatutan Direksi, Komisaris, Pemegang Saham
(Existing) Pengendali (PSP), dan Pejabat Eksekutif
Dalam rangka melindungi industri bank dan pegawai Bank. Jumlah tersebut
dari pihak-pihak yang diindikasikan tidak mengalami penurunan apabila
memenuhi persyaratan kemampuan dan dibandingkan dengan triwulan
kepatutan, secara berkesinambungan sebelumnya. Modus yang dilakukan
terhadap pihak–pihak yang telah sebagian besar terkait dengan
mendapat persetujuan untuk menjadi pelanggaran prinsip kehati-hatian dan
Direksi, Komisaris, Pemegang Saham asas pemberian kredit yang sehat dan
Pengendali (PSP), dan Pejabat Eksekutif pelanggaran SOP (Tabel E.5.1.1).
Tabel E.5.1.1
Jumlah Track Record
Objek Trac k Rec ord Jumlah Input TR
Dewan Komisaris -
Direksi 3
Pejabat Eksekutif 3
N on Pejabat Eksekutif 21
TOTAL 27
Sumber: OJK
108 Departemen Pengembangan Pengawasan dan Manajemen Krisis| Otoritas Jasa Keuangan
114 Departemen Pengembangan Pengawasan dan Manajemen Krisis
Laporan Profil Industri Perbankan
LAPORAN PROFIL INDUSTRI PERBANKAN - TRIWULAN I
Triwulan I - 2016
5.2 Penanganan Dugaan Tindak Pidana dan dua kantor Bank Umum).
Perbankan Sementara untuk delapan PKP yang
Dalam triwulan I-2016, telah terjadi di dua kantor BPR telah
ditindaklanjuti 22 Penyimpangan dikembalikan kepada satuan kerja
Ketentuan Perbankan (PKP) yang pengawasan bank karena tidak
diduga fraud pada sembilan kantor ditemukan dugaan tindak pidana
bank, termasuk carry over triwulan perbankan, atau dapat dilakukan
sebelumnya. Hasil tindak lanjut dari tindak lanjut pengawasan (supervisory
22 PKP tersebut, telah dilakukan action) (Tabel E.5.2.1).
investigasi pada 14 PKP yang terjadi
di tujuh kantor bank (lima kantor BPR
Tabel E.5.2.1
Statistik Penanganan Dugaan Tindak Pidana Perbankan
Triwulan I* Kumulatif
(Jan – Mar) (Jan – Mar)
Keterangan BU BPR Total BU BPR Total
KTR PKP KTR PKP KTR PKP KTR PKP KTR PKP KTR PKP
BANK (Kasus) BANK (Kasus) BANK (Kasus) BANK (Kasus) BANK (Kasus) BANK (Kasus)
A. PKP Yang Diterima 2 4 10 24 12 28 2 4 10 24 12 28
dari Hasil Pengawasan
1. Dalam Periode Berjalan 2 4 10 24 12 28 2 4 10 24 12 28
B. Tindak Lanjut 2 4 7 18 9 22 2 4 7 18 9 22
1. Telah dilakukan 2 4 5 10 7 14 2 4 5 10 7 14
Investigasi
2. Dikembalikan Kepada 0 0 2 8 2 8 0 0 2 8 2 8
Pengawasan
C. Dilimpahkan Kepada 4 5 4 5 8 10 4 5 4 5 8 10
Penyidikan OJK
Sumber: OJK
*) Ket: data termasuk carry over dari triwulan sebelumnya
109 Departemen Pengembangan Pengawasan dan Manajemen Krisis| Otoritas Jasa Keuangan
Otoritas Jasa Keuangan 115
Laporan Profil
LAPORAN Laporan
Industri
PROFILProfil
INDUSTRI
Perbankan
PERBANKAN - TRIWULAN I
Industri Perbankan
Triwulan ITriwulan
- 2016I - 2016
Grafik E.5.2.1
Sebaran Jenis Dugaan Tipibank
Sumber: OJK
Grafik E.5.2.2
Pelaku Fraud yang diduga Tipibank
Sumber: OJK
110 Departemen Pengembangan Pengawasan dan Manajemen Krisis| Otoritas Jasa Keuangan
116 Departemen Pengembangan Pengawasan dan Manajemen Krisis
Laporan Profil Industri Perbankan
LAPORAN PROFIL INDUSTRI PERBANKAN - TRIWULAN I
Triwulan I - 2016
5.3 Pemberian Keterangan Ahli atau tersebut, telah dilakukan 31 pemberian
Saksi keterangan oleh masing-masing tujuh
Dalam rangka memenuhi permintaan saksi dan 24 ahli. Sementara 32 lainnya
aparat penegak hukum, pada triwulan I- masih dalam koordinasi dengan penyidik
2016 terdapat 63 permintaan pemberian atau satuan kerja terkait (Tabel E.5.3.1).
keterangan ahli dan/atau saksi kepada
Pemberian keterangan ahli/saksi
Kepolisian atau Kejaksaan yang sedang
dilakukan antara lain di Ambarawa,
menangani proses penyelidikan,
Maluku, Kalimantan Barat, Sumatera
penyidikan, atau penuntutan suatu
Selatan, Jambi, Jakarta Timur, Malang,
perkara yang berkaitan dengan tindak
Aceh, Sumatera Utara, dan Sidoarjo.
pidana perbankan. Dari 63 permintaan
Tabel E.5.3.1
Pemberian Keterangan Ahli/Saksi
Dalam
Permintaan Telah Dilakukan
Koordinasi
Saksi Ahli Saksi Ahli Saksi Ahli
11 52 7 24 4 28
TOTAL 63 31 32
Sumber: OJK
111 Departemen Pengembangan Pengawasan dan Manajemen Krisis| Otoritas Jasa Keuangan
Otoritas Jasa Keuangan 117
Laporan Profil Industri Perbankan
Triwulan ILaporan
- 2016Profil Industri Perbankan
Triwulan I - 2016
[Pembatas]
F. Kerjasama Domestik dan Kerjasama Internasional
F. Kerjasama Domestik dan Kerjasama Internasional
1. Kerjasama Domestik
1. Kerjasama Domestik
2. Kerjasama Internasional
2. Kerjasama Internasional
G. G.
IsuIsu Internasional
Internasional
1. 1. Review/Monitoring
Review/Monitoring Sistem Keuangan Indonesia
Sistem Keuangan Indonesiaoleh
OlehLembaga
Lembaga Internasional
Internasional
1.1.
1.1Financial
FinancialSector
SectorAssessment
Assessment Program (FSAP)
Program (FSAP)
1.2.
1.2Regulatory
RegulatoryConsistency
Consistency Assessment Program(RCAP)
Assessment Program (RCAP)
2. 1.3. Mutual
FATCA Evaluation
(Foreign Account Tax Compliant Act)
2. 3. FATCA (Foreign Uang
Anti Pencucian Account
danTax Compliant
Pendanaan Act)
Terorisme (Anti Money Laundering and
3. Islamic Financial
Countering Service
Financing Board (IFSB)
Terrorism/AML/CFT)
4. Anti Pencucian Uang dan Pendanaan Terorisme (Anti Money Laundering
H. E-Licensing
and Countering Financing Terrorism/AML/CFT)
H. Sistem Perijinan dan Registrasi (e-Licensing) Terintegrasi
112 Departemen Pengembangan Pengawasan dan Manajemen Krisis| Otoritas Jasa Keuangan
Otoritas Jasa Keuangan 119
Laporan Profil
LAPORAN Laporan
Industri
PROFILProfil
INDUSTRI
Perbankan
PERBANKAN - TRIWULAN I
Industri Perbankan
Triwulan ITriwulan
- 2016I - 2016
F. Kerjasama Domestik dan Kerjasama Internasional
113 Departemen Pengembangan Pengawasan dan Manajemen Krisis| Otoritas Jasa Keuangan
120 Departemen Pengembangan Pengawasan dan Manajemen Krisis
Laporan Profil Industri Perbankan
LAPORAN PROFIL INDUSTRI PERBANKAN - TRIWULAN I
Triwulan I - 2016
dan OJK, pada triwulan I-2016 telah dan Perikanan, skim pembiayaan,
dilakukan pembahasan kebijakan / pemetaan risiko bisnis dan dukungan
peraturan makroprudensial dan regulasi dari otoritas terkait.
mikroprudensial, yang terkait dengan:
Ruang lingkup MoU antara OJK dan
a. Konversi PBI menjadi POJK Kementrian Kelautan dan Perikanan
Tahap II tahun 2016; meliputi koordinasi kebijakan dalam
b. Penetapan DSIB; rangka pengembangan usaha sektor
c. Pemeriksaan bersama di bidang kelautan dan perikanan, penyediaan
Makroprudensial; layanan data dan/atau informasi,
d. Penyesuaian Aplikasi Sistem penelitian dan pengembangan,
Informasi Perbankan (SIP) Modul sosialisasi dan edukasi, serta
Data Keuangan; peningkatan kapasitas dan
e. Evaluasi Petunjuk Pelaksanaan kompetensi SDM.
Keputusan Bersama BI – OJK
terkait Sistem Informasi Debitur Sasaran utama program JARING
114 Departemen Pengembangan Pengawasan dan Manajemen Krisis| Otoritas Jasa Keuangan
Otoritas Jasa Keuangan 121
Laporan Profil
LAPORAN Laporan
Industri
PROFILProfil
INDUSTRI
Perbankan
PERBANKAN - TRIWULAN I
Industri Perbankan
Triwulan ITriwulan
- 2016I - 2016
115 Departemen Pengembangan Pengawasan dan Manajemen Krisis| Otoritas Jasa Keuangan
122 Departemen Pengembangan Pengawasan dan Manajemen Krisis
Laporan Profil Industri Perbankan
LAPORAN PROFIL INDUSTRI PERBANKAN - TRIWULAN I
Triwulan I - 2016
Grafik F.1.4.1
Pembiayaan Program JARING
Pembiayaan Program
JARING
Penyaluran Kredit
TW I-’16; Realisasi:
Rp94,8 T
116 Departemen Pengembangan Pengawasan dan Manajemen Krisis| Otoritas Jasa Keuangan
Otoritas Jasa Keuangan 123
Laporan Profil
LAPORAN Laporan
Industri
PROFILProfil
INDUSTRI
Perbankan
PERBANKAN - TRIWULAN I
Industri Perbankan
Triwulan ITriwulan
- 2016I - 2016
Tabel F.1.4.1
Realisasi & NPL Pembiayaan Program JARING
Tabel F.1.4.2
NPL Kegiatan Usaha Kredit Maritim (%)
Kegiatan Usaha TW IV-2015 TW I-2016
Penangkapan 2,52 2,76
Budidaya 2,98 3,40
Jasa sarana produksi 5,55 5,82
Industri Pengolahan 0,23 0,34
Perdagangan 1,72 2,07
Pendukung 6,37 7,77
117 Departemen Pengembangan Pengawasan dan Manajemen Krisis| Otoritas Jasa Keuangan
124 Departemen Pengembangan Pengawasan dan Manajemen Krisis
Laporan Profil Industri Perbankan
LAPORAN PROFIL INDUSTRI PERBANKAN - TRIWULAN I
Triwulan I - 2016
dalam pengembangan perbankan global. Atas komitmen-komitmen
syariah. Untuk itu telah dilakukan study tersebut, FSB dan BCBS akan
visit pada Central Bank of Bahrain, melakukan review/monitoring secara
International Islamic Financial Market regular kepada seluruh negara anggota.
(IIFM), Kuwait Finance House dan Hasil dari proses review/monitoring
General Council for Islamic Banks and tersebut adalah grading tingkat
Financial Institution (CIBAFI) pada kepatuhan kerangka pengaturan atas
tanggal 21-23 Desember 2015 untuk rekomendasi reformasi sektor keuangan
mempelajari praktek penerapan produk global.
perbankan syariah, pasar uang antar
Beberapa proses review/monitoring yang
bank syariah, pengembangan SDM dan
akan dihadapi oleh Indonesia dalam
standar akuntansi perbankan syariah di
waktu dekat adalah (i) Regulatory
negara Bahrain.
Consistency Assessment Program
Dalam rangka sharing informasi (RCAP), (ii) Financial Sector Assessment
pengawasan industri keuangan syariah Program (FSAP), dan Mutual Evaluation.
dengan otoritas pengawasan jasa
keuangan di negara lainnya, OJK telah 1.1 Financial Sector Assessment
menerima kunjungan National Bank of Program (FSAP)
Ethiopia pada tanggal 15 – 19 Februari Financial Sector Assessment Program
2016. (FSAP) merupakan joint program yang
dikembangkan oleh IMF dan World Bank
pada tahun 1990 sebagai suatu
G. Isu Internasional
mekanisme untuk menilai stabilitas dan
1. Review/Monitoring Sistem Keuangan pengembangan sistem keuangan suatu
Indonesia Oleh Lembaga negara secara komprehensif dengan
Internasional fokus pada kepatuhan kerangka
Sebagai konsekuensi dari keanggotaan peraturan di suatu negara terhadap
Indonesia di beberapa fora internasional berbagai prinsip internasional, seperti
(a.l. G-20, Financial Stability Board Basel Core Principles (BCP), IOSCO
(FSB), dan Basel Committee on Banking Principles dan Insurance Core Principles
Supervision (BCBS)), Indonesia terikat (ICPs). Berdasarkan hasil FSAP tersebut,
komitmen untuk mengadopsi berbagai IMF-World Bank akan mengeluarkan
rekomendasi reformasi sektor keuangan penilaian sebagai berikut:
118 Departemen Pengembangan Pengawasan dan Manajemen Krisis| Otoritas Jasa Keuangan
Otoritas Jasa Keuangan 125
Laporan Profil
LAPORAN Laporan
Industri
PROFILProfil
INDUSTRI
Perbankan
PERBANKAN - TRIWULAN I
Industri Perbankan
Triwulan ITriwulan
- 2016I - 2016
Tabel G.1.1.1
Penilaian Stabilitas dan Pengembangan Sistem Keuangan dalam FSAP
Sumber: OJK
119 Departemen Pengembangan Pengawasan dan Manajemen Krisis| Otoritas Jasa Keuangan
126 Departemen Pengembangan Pengawasan dan Manajemen Krisis
Laporan Profil Industri Perbankan
LAPORAN PROFIL INDUSTRI PERBANKAN - TRIWULAN I
Triwulan I - 2016
1.2 Regulatory Consistency FATF pada bulan Februari 2012, FATF
Assessment Program (RCAP) melakukan Mutual Evaluation (ME) pada
setiap negara anggota. Proses penilaian
RCAP merupakan proses penilaian yang
ME saat ini menggunakan metodologi
dilakukan oleh BCBS dengan tujuan
yang dikeluarkan FATF pada bulan
untuk melihat konsistensi dari regulasi
Februari 2013, dimana penilaian
yang dikeluarkan oleh Indonesia
mencakup selain technical compliance
terhadap kerangka Basel baik Basel II,
seperti halnya penilaian ME sebelumnya
Basel 2.5 maupun Basel III, yang
juga mencakup penilaian efectiveness.
dilakukan paragraf per paragraf.
Untuk technical compliance rating,
Berdasarkan hasil RCAP tersebut, BCBS
penilaian sebagai berikut:
akan mengeluarkan penilaian yang terdiri
atas compliant, largely compliant, Tabel G.1.3.1
Technical Compliance Rating
materially non-compliant dan non- Technical Compliance Rating / TCR*)
compliant. Untuk dapat memperoleh Compliant C Tidak terdapat
penilaian umum (grading) compliant, kelemahan
tidak boleh terdapat grading materially Largely LC Hanya terdapat
Compliant kelemahan yang
non-compliant untuk seluruh cakupan sangat kecil
penilaian. Partially PC Terdapat kelemahan
Compliant yang bersifat
Pelaksanaan RCAP untuk Indonesia moderat
akan dimulai dengan penyampaian hasil Non NC Terdapat kelemahan
self-assessment kepada BCBS pada Compliant yang bersifat major
120 Departemen Pengembangan Pengawasan dan Manajemen Krisis| Otoritas Jasa Keuangan
Otoritas Jasa Keuangan 127
Laporan Profil
LAPORAN Laporan
Industri
PROFILProfil
INDUSTRI
Perbankan
PERBANKAN - TRIWULAN I
Industri Perbankan
Triwulan ITriwulan
- 2016I - 2016
Effectiveness Rating (ER) potensial gap melalui penyusunan
Level of Meaning argumentasi self-assesment dengan
Efectiveness berpedoman pada “Methodology for
Dibutuhkan perbaikan Assesing Technical Compliance with the
yang bersifat minor
Substantial The immediate FATF Recommendations and The
outcome is achieved Effectiveness of AML/CFT Systems”.
to a large extent.
Dibutuhkan perbaikan Penyusunan argumen juga dilakukan
yang bersifat minor dilakukan dengan menambahkan
Moderate The immediate
outcome is achieved beberapa informasi terkait implementasi
to some extent. di pengawasan maupun di industri
Dibutuhkan perbaikan
yang bersifat major keuangan sektor perbankan, pasar
Low The immediate modal dan IKNB. Dalam beberapa
outcome is not
achieved or achieved pertemuan dengan Industri Keuangan
to a negligible extent. juga telah dilakukan sosialisasi persiapan
Dibutuhkan perbaikan
yang mendasar. Mutual Evaluation kepada seluruh
industri dengan tujuan untuk
ER lebih mengutamakan pelaksanaan meningkatkan awareness industri atas
daripada ketentuan. Dengan demikian proses Mutual Evaluation yang akan
apabila suatu negara belum mengatur dihadapi di 2017. Tujuan lainnya adalah
suatu kewajiban dalam ketentuannya, untuk memperoleh dukungan dari industri
namun dalam pelaksanaan telah sehingga tercipta keselarasan respon
dilakukan secara konsisten, maka negara atas pertanyaan-pertanyaan yang akan
tersebut tetap dianggap efektif. dihadapi pada saat Mutual Evaluation.
121 Departemen Pengembangan Pengawasan dan Manajemen Krisis| Otoritas Jasa Keuangan
128 Departemen Pengembangan Pengawasan dan Manajemen Krisis
Laporan Profil Industri Perbankan
LAPORAN PROFIL INDUSTRI PERBANKAN - TRIWULAN I
Triwulan I - 2016
Menurut US Internal Revenue Service perjanjian tersebut Pemerintah Indonesia
(IRS), saat ini hanya sekitar 7% dari tujuh telah berkomitmen kepada Pemerintah
juta warga AS yang tinggal atau bekerja Amerika Serikat untuk memberikan data
di luar AS yang melakukan pembayaran wajib pajak Amerika Serikat.
pajak kepada pemerintah AS.
Dalam rangka mendukung program
Melalui FATCA, pemerintah AS pencegahan penghindaran pajak yang
mengharuskan lembaga keuangan asing pada akhirnya dapat mewujudkan sistem
(Foreign Financial Institution atau FFI) keuangan yang tumbuh secara
dan lembaga non-keuangan (Non- berkelanjutan dan stabil serta mampu
Financial Foreign Entities atau NFFE) melindungi kepentingan konsumen dan
tertentu untuk melakukan sebuah masyarakat, pada akhir 2015 telah
perjanjian dengan IRS. Perjanjian diterbitkan Peraturan Menteri Keuangan
dimaksud berupa kesepakatan kewajiban Nomor 125/PMK.010/2015 tanggal 7 Juli
FFI dan NFFE terhadap IRS untuk 2015 dan POJK No.25/POJK.03/2015
mengidentifikasi rekening milik warga tentang Penyampaian Informasi Nasabah
negara AS, memberikan informasi Asing Terkait Perpajakan Kepada Negara
mengenai rekening tersebut, dan Mitra atau Yurisdiksi Mitra (POJK Pajak).
memberikan informasi mengenai warga Ketentuan ini menjadi landasan hukum
negara AS yang memiliki rekening atas bagi LJK dalam rangka pelaporan data
perusahaan asing (umumnya lebih dari dan informasi nasabahnya kepada
10%). Apabila perjanjian tersebut tidak otoritas pajak negara mitra atau yurisdiksi
dilakukan, IRS akan mengenakan 30% mitra.
withholding tax terhadap FFI dan NFFE
Selanjutnya, dalam proses pelaporan
atas penerimaan yang mereka peroleh
data FATCA, OJK telah menyatakan
dari investasi di AS.
komitmen kepada pemerintah Indonesia
Sejak FATCA diberlakukan, FFI dan (Badan Koordinasi Fiskal/BKF) pada April
NFFE di luar Amerika Serikat diwajibkan 2014 untuk menyediakan sistem
untuk melaporkan data dan informasi pelaporan penyampaian informasi
nasabah yang terindikasi sebagai US nasabah US Person dari LJK kepada
Person. Dalam rangka memenuhi OJK dan kemudian meneruskan laporan
ketentuan FATCA ini, pemerintah tersebut kepada Direktorat Jenderal
Indonesia memutuskan untuk menempuh Pajak (DJP) sebagai Otoritas yang
model pelaporan dengan dasar perjanjian berwenang di Indonesia. Selanjutnya
yang ditandatangani antara pemerintah data tersebut akan disampaikan oleh DJP
Indonesia dengan pemerintah Amerika kepada IRS sebagai Otoritas pajak di
Serikat (intergovernmental negara Amerika Serikat.
agreement/IGA) berupa IGA 1B. Dalam
122 Departemen Pengembangan Pengawasan dan Manajemen Krisis| Otoritas Jasa Keuangan
Otoritas Jasa Keuangan 129
Laporan Profil
LAPORAN Laporan
Industri
PROFILProfil
INDUSTRI
Perbankan
PERBANKAN - TRIWULAN I
Industri Perbankan
Triwulan ITriwulan
- 2016I - 2016
Dalam rangka persiapan sistem kondisi makroprudensial sistem
pelaporan tersebut, pada triwulan I-2016 perbankan syariah berdasarkan faktor
telah disusun dokumen spesifikasi permodalan, laba/earnings, likuiditas,
kebutuhan (User Requirement) ini dan eksposur risiko.
sebagai pengembangan tahap awal
Setelah beralihnya fungsi pengaturan
sistem informasi pelaporan FATCA.
dan pengawasan perbankan dari Bank
Sistem yang akan dikembangkan di OJK
Indonesia (BI) ke OJK, keanggotaan
memiliki format pelaporan data berupa
Indonesia di IFSB masih diwakili oleh BI.
Extensible Markup Language (XML).
Namun, OJK tetap berperan dalam
Pengembangan dan implementasi sistem
penyusunan PSIFIs yang telah
informasi pelaporan ini membutuhkan
dilaksanakan sejak tahun 2006.
satuan kerja pemilik aplikasi dari tiga
kompartemen (Perbankan, Pasar Modal, Pada tahun 2014, BI sebagai country
dan IKNB). coordinator dari Indonesia telah
menghadiri serangkaian pertemuan
dengan IFSB. Dalam rangka memenuhi
3. Islamic Financial Service Board
salah satu komitmen Indonesia dalam
(IFSB)
forum IFSB tersebut, BI berkoordinasi
Islamic Financial Service Board (IFSB) dengan OJK untuk menyusun PSIFIs
merupakan organisasi yang menyusun tahap awal, yaitu periode Desember
standar internasional bagi lembaga yang 2013. Sesuai hasil pertemuan IFSB yang
mengatur dan mengawasi sektor dihadiri oleh BI telah disepakati bahwa
perbankan, pasar modal dan asuransi data yang disampaikan adalah data
syariah dalam rangka meningkatkan triwulanan.
stabilitas dan ketahanan industri jasa
Pertemuan IFSB yang kelima dilakukan
keuangan syariah, dan berkantor pusat di
di Manama, Bahrain ada tanggal 13-14
Kuala Lumpur, Malaysia. Salah satu
Januari 2016 dan dihadiri OJK. Empat
kegiatan task force IFSB adalah
pertemuan sebelumnya diselenggarakan
penyusunan Prudential and Structural
pada tahun 2014 dan 2015 di Bali, Kuala
Indicators for Islamic Financial Instutions
Lumpur, dan Dakka.
(PSIFIs).
Pertemuan di Manama menghasilkan
PSIFIs adalah serangkaian indikator
kesepakatan antara lain i) terdapat
yang menggambarkan kondisi dan
beberapa indikator baru yaitu leverage
ketahanan sistem perbankan syariah di
ratio, liquidity coverage ratio (LCR),
suatu negara yang dapat
maupun net stable funding ratio (NSFR)
diperbandingkan dengan negara lainnya,
yang belum atau baru akan
antara lain ukuran, pertumbuhan dan
diimplementasikan pada perbankan
struktur sistem perbankan syariah dan
123 Departemen Pengembangan Pengawasan dan Manajemen Krisis| Otoritas Jasa Keuangan
130 Departemen Pengembangan Pengawasan dan Manajemen Krisis
Laporan Profil Industri Perbankan
LAPORAN PROFIL INDUSTRI PERBANKAN - TRIWULAN I
Triwulan I - 2016
syariah di masing-masing negara 4. Anti Pencucian Uang dan
anggota termasuk Indonesia, ii) Pendanaan Terorisme (Anti Money
Laundering and Countering
metodologi akuntansi dan konsolidasi
Financing Terrorism/AML/CFT)
dipergunakan dalam melakukan
kompilasi data PSIFIs terutama dalam Untuk meningkatkan koordinasi dengan
automasi pelaporan dan diseminasi data di dunia, pada triwulan I-2016 OJK
124 Departemen Pengembangan Pengawasan dan Manajemen Krisis| Otoritas Jasa Keuangan
Otoritas Jasa Keuangan 131
Laporan Profil
LAPORAN Laporan
Industri
PROFILProfil
INDUSTRI
Perbankan
PERBANKAN - TRIWULAN I
Industri Perbankan
Triwulan ITriwulan
- 2016I - 2016
Tabel G.3.2.1
Daftar Terduga Teroris dan Organisasi Teroris s.d Triwulan I-2016
DTTOT
Tanggal Surat Nomor
No. WNI WNA
Kapolri DTTOT
(Individual + Entitas) (Individual + Entitas)
1 20-Nov-14 R/2723 0+1 201+0
2 24 Des 2014 R/2882 11+2 -
3 23-Feb-14 R/279 3 +1 -
4 30 Maret 2015 R/638 3 +1 -
5 15-Apr-15 R/748 - 1
6 13 Mei 2015 R/880 - 3 +0
7 29 Mei 2015 R/984 1 +0 -
8 25 Agt 2015 R/1322 21+4 344+70
9 30-Nov-15 R/2040 21 + 5 343 + 72
10 22 Des 2015 R/2170 0 +1 22 + 1
11 22 Des 2015 R/2171 21 + 5 378 + 56
12 30 Maret 2016 R/356 21*) + 5 362 + 72
*)1 diantaranya bersumber dari Pemerintah Indonesia
Tabel H.1
Tujuan e-Licensing
125 Departemen Pengembangan Pengawasan dan Manajemen Krisis| Otoritas Jasa Keuangan
132 Departemen Pengembangan Pengawasan dan Manajemen Krisis
Laporan Profil Industri Perbankan
LAPORAN PROFIL INDUSTRI PERBANKAN - TRIWULAN I
Triwulan I - 2016
126 Departemen Pengembangan Pengawasan dan Manajemen Krisis| Otoritas Jasa Keuangan
Otoritas Jasa Keuangan 133
Laporan Profil Industri Perbankan
Triwulan ILaporan
- 2016Profil Industri Perbankan
Triwulan I - 2016
[Pembatas]
I. I.Perlindungan
Perlindungan Konsumen
Konsumen
1.
1. Pelaksanaan KebijakanOJK
Layanan Konsumen Perlindungan Konsumen pada Perbankan
2.
2. Penyelesaian Pengaduan
Laporan Hasil Konsumen
Penyelesaian Sengketa dan Proses Perbaikan oleh
3. Simpanan PelajarJasa
Pelaku Usaha (SimPel/SimPel
Keuangan iB)
3. Simpanan Pelajar (SimPel/SimPel IB)
127 Departemen Pengembangan Pengawasan dan Manajemen Krisis| Otoritas Jasa Keuangan
Otoritas Jasa Keuangan 135
Laporan Profil
LAPORAN Laporan
Industri
PROFILProfil
INDUSTRI
Perbankan
PERBANKAN - TRIWULAN I
Industri Perbankan
Triwulan ITriwulan
- 2016I - 2016
I. Perlindungan Konsumen
Kewenangan OJK dalam melakukan beralih dari Bank Indonesia kepada OJK
128 Departemen Pengembangan Pengawasan dan Manajemen Krisis| Otoritas Jasa Keuangan
136 Departemen Pengembangan Pengawasan dan Manajemen Krisis
Laporan Profil Industri Perbankan
LAPORAN PROFIL INDUSTRI PERBANKAN - TRIWULAN I
Triwulan I - 2016
Grafik I.1.1
Layanan Per Sektor
Dari total 5.232 layanan, sebesar 33% layanan pada sektor perbankan
(1.748 layanan) terkait dengan sektor menunjukkan peningkatan dari triwulan
Perbankan. Dari 1.748 layanan tersebut, sebelumnya dengan rata-rata
80,7% (1.411 layanan) merupakan peningkatan sebesar 3% (48 layanan)
informasi, 18,6% (326 layanan) yaitu dari 1.700 layanan menjadi 1.748
merupakan pertanyaan, dan 0,6% (11 layanan.
layanan) merupakan pengaduan. Pada
triwulan I-2016, penerimaan seluruh
129 Departemen Pengembangan Pengawasan dan Manajemen Krisis| Otoritas Jasa Keuangan
Otoritas Jasa Keuangan 137
Laporan Profil
LAPORAN Laporan
Industri
PROFILProfil
INDUSTRI
Perbankan
PERBANKAN - TRIWULAN I
Industri Perbankan
Triwulan ITriwulan
- 2016I - 2016
Tabel I.1.1
Total Layanan Per Sektor
Peningkatan / Peningkatan /
Sektor TW IV (2015) TW I (2016)
Penurunan Penurunan
IKNB – Asuransi 467 627 160 34%
IKNB - Dana Pensiun 15 24 9 60%
IKNB – Lainnya 32 56 24 75%
IKNB - Lembaga Pembiayaan 317 379 62 20%
Pasar Modal 200 243 43 22%
Perbankan 1.700 1.748 48 3%
N/A (Lain-lain) 2.765 2.155 -610 -22%
Total 5.496 5.232 -264 -5%
Sumber : Sistem Layanan Konsumen Terintegrasi Posisi 31 Maret 2016
Tabel I.1.2
Layanan Konsumen OJK Untuk Sektor Perbankan
Peningkatan / %Peningkatan /
Layanan Perbankan TW IV (2015) TW I (2016)
Penurunan Penurunan
Pertanyaan 269 326 57 21%
Informasi 1.416 1.411 -5 -0,4%
Pengaduan 15 11 -4 -27%
Total 1.700 1.748 48 3%
Sumber : Sistem Layanan Konsumen Terintegrasi Posisi 31 Maret 2016
68
Informasi adalah salah satu layanan yang
disediakan oleh OJK untuk menerima laporan
dari Konsumen dan/atau masyarakat terkait
karakteristik sektor jasa keuangan, layanan, dan
produknya atau informasi lainnya (PDK No.
1/PDK.07/2015 tentang Sistem Layanan
Konsumen Terintegarsi di Sektor Jasa
Keuangan).
130 Departemen Pengembangan Pengawasan dan Manajemen Krisis| Otoritas Jasa Keuangan
138 Departemen Pengembangan Pengawasan dan Manajemen Krisis
Laporan Profil Industri Perbankan
LAPORAN PROFIL INDUSTRI PERBANKAN - TRIWULAN I
Triwulan I - 2016
Grafik I.1.1.1
Informasi Sektor Perbankan berdasarkan
Jenis Produk
Sumber: OJK
1.2 Pertanyaan
69
Yang termasuk kategori Lain-lain dalam
pertanyaan antara lain terkait fasilitas dan
pelayanan bank, peraturan perbankan, dan
lain-lain.
131 Departemen Pengembangan Pengawasan dan Manajemen Krisis| Otoritas Jasa Keuangan
Otoritas Jasa Keuangan 139
Laporan Profil
LAPORAN Laporan
Industri
PROFILProfil
INDUSTRI
Perbankan
PERBANKAN - TRIWULAN I
Industri Perbankan
Triwulan ITriwulan
- 2016I - 2016
Grafik I.1.2.1
Pertanyaan Sektor Perbankan berdasarkan Jenis Produk
Sumber: OJK
132 Departemen Pengembangan Pengawasan dan Manajemen Krisis| Otoritas Jasa Keuangan
140 Departemen Pengembangan Pengawasan dan Manajemen Krisis
Laporan Profil Industri Perbankan
LAPORAN PROFIL INDUSTRI PERBANKAN - TRIWULAN I
Triwulan I - 2016
Grafik I.1.3.1
Pengaduan Sektor Perbankan berdasarkan Jenis Produk
Sumber: OJK
133 Departemen Pengembangan Pengawasan dan Manajemen Krisis| Otoritas Jasa Keuangan
Otoritas Jasa Keuangan 141
Laporan Profil
LAPORAN Laporan
Industri
PROFILProfil
INDUSTRI
Perbankan
PERBANKAN - TRIWULAN I
Industri Perbankan
Triwulan ITriwulan
- 2016I - 2016
diluncurkan secara resmi oleh Presiden hasil evaluasi diketahui bahwa salah satu
134 Departemen Pengembangan Pengawasan dan Manajemen Krisis| Otoritas Jasa Keuangan
142 Departemen Pengembangan Pengawasan dan Manajemen Krisis