OLEH :
FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS TADULAKO
2021
i
HALAMAN PENGESAHAN
Laporan pelaksanaan Kuliah Kerja Lapangan (KKL) Mahasiswa Angkatan I Prodi
S1 Teknik Lingkungan UNIVERSITAS TADULAKO Tahun 2021 di Lingkungan
PLTA Poso, PLTM Tomata dan Air Terjun Saluopa, disahkan pada:
Hari :
Tanggal :
Mengetahui,
ii
KATA PENGANTAR
Puji syukur kami panjatkan kehadiran Allah SWT, karena atas rahmat dan
karunianya-Nya sehingga kegiatan Kuliah Kerja Lapangan (KKL) ini hingga
penyusunan laporan kegiatan Kuliah Kerja Lapangan dapat diselesaikan dengan
baik dan tepat pada waktu yang telah ditentukan. Sholawat serta salampun kami
haturkan kepada junjungan kita Nabi Besar Muhammad SAW dan para
sahabatnya, yang telah memberikan tauladan baik sehingga akal dan fikiran
penyusun mampu menyelesaikan Laporan Kuliah Kerja Lapangan (KKL) ini,
semoga kita termasuk umatnya yang kelak mendapatkan syafa’at dalam menuntut
ilmu.
Dosen pembimbing:
Laporan Kuliah Kerja Lapangan ini, kami susun berdasarkan apa yang
telah kami jalankan selama melaksanakan KKL di PLTA Poso, PLTM Tomata,
dan Air Terjun Saulopa yang dilaksanakan selama 3 hari yaitu, mulai tanggal 25
september hingga 28 september 2021.
iii
melaksanakan Kuliah Kerja Lapangan dan menyusun laporan hasil kegiatan yang
telah dilaksanakan. Kegiatan yang telah diprogramkan dapat dilaksanakan dengan
baik atas kerjasama dari berbagai pihak, terutama pimpinan PLTM Tomata, PLTA
Poso dan bagian Air Terjun Saluopa.
Akhirnya, semoga laporan ini bisa bermanfaat bagi para pembaca pada
umumnya dan juga bermanfaat bagi penyusun pada khususnya.
Penyusun
iv
DAFTAR ISI
HALAMA
N JUDUL..................................................................................................................i
HALAMAN PENGESAHAN.................................................................................ii
KATA PENGANTAR............................................................................................iii
DAFTAR ISI............................................................................................................v
BAB I PENDAHULUAN.......................................................................................1
1.1 Latar Belakang.............................................................................................1
1.2 Rumusan Masalah........................................................................................2
1.3 Tujuan dan Manfaat Penelitian.....................................................................2
BAB II LANDASAN TEORI..................................................................................3
2.1 Kajian Pustaka..............................................................................................3
2.1.1 Bangunan Air.........................................................................................3
2.1.2 Uji kualitas air dan debit........................................................................4
2.1.3 Kebisingan.............................................................................................6
2.1.4 Pengelolaan Kualitas Lingkungan.........................................................7
2.1.5 AMDAL.................................................................................................7
2.2 Landasan Teori.............................................................................................8
2.2.1 Bangunan air..........................................................................................8
2.2.2 Kebisingan...........................................................................................13
2.2.3 Pengelolaan Kualitas Lingkungan.......................................................14
2.2.4 AMDAL...............................................................................................18
2.3 Landasan Hukum........................................................................................20
v
BAB IV PEMBAHASAN.....................................................................................26
4.1 Deskripsi data..............................................................................................26
4.1.1 Bangunan air dan kondisi air terjun.....................................................26
4.1.2 Kebisingan di daerah air terjun Saluopa..............................................27
4.1.3 Pengelolaan kualitas lingkungan (Persampahan)................................27
4.1.4 UKL-UPL PLTM Tomata...................................................................31
4.2 Identifikasi Pengamatan Lingkungan..........................................................33
4.2.1 Pengaruh jenis sampah terhadap lingkungan air terjun.......................33
4.3 Pengelolaan dan Pemantauan Kualitas Lingkungan di PLTM Tomata....35
4.4 Konsep pengelolaan sampah berkelanjutan................................................45
BAB V PENUTUP.................................................................................................48
5.1 Kesimpulan...................................................................................................48
5.2 Saran.............................................................................................................50
DAFTAR PUSTAKA............................................................................................51
LAMPIRAN..........................................................................................................52
vi
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Air Terjun Saluopa merupakan salah satu air terjun yang berada di
kabupaten Poso. Air terjun Saluopa terletak di desa Tonusu atau sekitar 12
kilometer arah barat dari Kota Tentena, ibu Kota Kecamatan Pamona Utara, atau
54 kilometer arah tenggara dari kabupaten Poso, Sulawesi Tengah. Dari Palu ke
Kota Tentena dapat ditempuh dengan menggunakan kendaraan roda empat
maupun roda dua dalam waktu sekitar 7-8 jam. Apabila sudah berada di Tentena
dan ingin jalan-jalan ke Air Terjun Saluopa, Anda dapat menggunakan kendaraan
bermotor. Kemudian, dilanjutkan dengan berjalan kaki sejauh kurang lebih 500
meter. Selain itu air terjun ini tidak jauh dari danau Poso. Sebuah keistimewaan
ganda dari sebuah Kota kecil bernama Tentena.
1
Pengamatan yang telah dilakukan mengenai KKL kuliah kerja lapangan
pada kawasan PLTA Poso, PLTA Tomata, dan Air Terjun Saluopa. Berdasarkan
karakteristik PLTA Poso Energy terdiri dari tiga proyek dimana PLTA Poso-1
memiliki kapasitas potensi 60 MW, PLTA Poso-2 memiliki kapasitas potensi 180
MW, dan PLTA Poso-3 memiliki kapasitas 300 MW. Ketiga PLTA ini
menggunakan sumber daya air Sungai Poso, Desa Sulewana, Kecamatan Pamona
Utara, Kabupaten Poso, Propinsi Sulawesi Tengah. Adapun PLTA yang sudah
beroperasi adalah PLTA Poso-2 dimana kini sudah mulai menjalankan aktifitas
produksi listrik melalui energi air. Secara resmi, PLTA Poso-2 ini menjadi sebuah
perusahaan yang bernama PT Poso Energy sejak tanggal 31 Mei 2005 melalui
akta pendirian No. 5 di hadapan Notaris Andy Azis, SH.
Dalam hal ini dalam penelitian dan pengamatan yang kami lakukan di
ketiga tempat tersebut dapat kami lakukan guna mengetahui kondisi bangunan air
yang ada di PLTM Tomata, pengelolaan kualitas lingkungan yang ada di Tomata
dan Air terjun Saluopa, yang terakhir adalah pada bagian AMDAL pada PLTM
Tomata tersebut.
2
BAB II
LANDASAN TEORI
2.1 Kajian Pustaka
Bangunan air yang ada sangat dibutuhkan dalam pemenuhan kebutuhan air
untuk masyarakat dan dapat berfungsi sebagai pencegah atau penanggulangan
bencana yang terjadi pada sungai-sungai. Mapping sungai dan bangunan air
bertujuan memberikan informasi tentang lokasi sungai dan bangunan air yang ada,
beserta informasi yang berkaitan dengan bangunan tersebut. Data yang
dikumpulakan terdiri dari data primer dan data sekunder.
Curah hujan merupakan unsur iklim yang sangat penting dalam siklus
hidrologi. Studi iklim yang membahas mengenai curah hujan pada suatu area
hingga saat ini masih terbatas pada area yang kecil. Hal ini diakibatkan oleh
jumlah data stasiun penakar hujan yang terbatas baik secara temporal maupun
spasial. (Aldrian, 2003).
Debit merupakan laju aliran air (dalam bentuk volume air) yang melewati
suatu penampang melintang persatuan waktu. Besarnya debit dinyatakan dalam
satuan meter kubik per detik (m3/detik). Dalam laporanlaporan teknis, debit
aliaran biasanya ditunjukkan dalam bentuk hidrograf aliran. Hidrograf aliran
adalah suatu perilaku sebagai responadanya perubahan karakteristik biogeofisik
yang berlangsung dalam suatu DAS (oleh adanya kegiatan pengelolaan DAS) dan
adanya perubahan (fluktuasi minimum atau tahunan) iklim lokal. (Asdak, 2002)
3
2.1.2 Uji kualitas air dan debit
a. Sampel air limbah harus diambil pada lokasi yang mewakili seluruh
karakteristik limbah dan kemungkinan pencemaran yang ditimbulkannya.
b. Sampel air dari badan air harus diambil dari lokasi yang dapat menggambarkan
karakteristik keseluruhan badan air. Oleh karena itu, sampel air perlu diambil dari
beberapa lokasi dengan debit air yang harus diketahui.
c. Sumber pencemaran yang mencemari badan air yang dipantau harus diketahui;
berupa sumber pencemar setempat (point source) atau sumber pencemar tersebar
(disperse source).
d. Jenis bahan baku dan bahan kimia yang dipergunakan dalam proses industri
perlu diketahui.
2. Lokasi Pengambilan Sampel Air pada dasarnya, pengambilan sampel air dapat
dilakukan terhadap air permukaan maupun air tanah.
a. Air Permukaan
Air permukaan meliputi air sungai, danau waduk, rawa, dan genangan air
lainnya. Pengambilan sampel air disungai yang dekat dengan muara atau laut yang
dipengaruhi oleh air pasang harus dilakukan agak jauh dari muara. Adapun
pengambilan sampel air sungai dapat dilakukan di lokasi – lokasi sebagai berikut.
1. Sumber alamiah, yaitu lokasi yang belum pernah atau masih sedikit mengalami
pencemaran.
4
2. Sumber air tercemar, yaitu lokasi yang telah mengalami perubahan atau
dibagian hilir dari sumber pencemar.
b. Air Tanah
Air tanah dapat dibedakan menjadi dua macam, yaitu air tanah tidak
tertekan (bebas) dan air tanah tertekan. Air tanah bebas adalah air dari akifer yang
hanya sebagian terisi air, terletak pada suatu dasar yang kedap air, dan
mempunyai permukaan bebas. Pengambilan sampel yang berupa air tanah bebas
dapat dilakukan di tempat – tempat sebagai berikut:
2. Bagian hilir daerah pertanian yang diperlakukan dengan pestisida dan pupuk
kimia secaraintensif;
Air tanah tertekan adalah air dari akifer yang sepenuhnya jenuh air,
dengan bagian atas dan bawah dibatasi oleh lapisan yang kedapair.Pengambilan
sampel yang berupa air tanah tertekan dapat dilakukan di tempat tempat sebagai
berikut:
5
4. Lokasi kawasan industri;
6. Sumur observasi air tanah disuatu cekungan air tanah artesis, misalnya
cekungan artesis Bandung.
8. Sumur observasi penimbunan limbah Bahan Berbahaya dan Beracun (B3); dan
2.1.3 Kebisingan
Bising adalah suara yang tidak diinginkan. Pada baku mutu kebisingan
kuantitas bising dinyatakan dalam satuan desibel (dB). Besaran dB diperlukan
karena range suara yang mampu didengar telinga manusia sangat lebar, oleh
karena semakin meningkatnya kuantitas dan kualitas bising yang terjadi dan terus
meningkatnya kesadaran atau kebutuhan masyarakat akan kenyamanan audio,
maka diperlukan indek kebisingan untuk menggambarkan kuantitas kebisingan
secara obyektif, dan dapat digunakan sebagai acuan pengaturan pengendalian
kebisingan (Zaman dan Syafrudin, 2012).
6
Kebisingan adalah salah satu faktor fisik berupa bunyi yang dapat
menimbulkan akibat buruk bagi kesehatan dan keselamatan kerja. Sedangkan
dalam keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia “Bising adalah semua
suara yang tidak dikehendaki yang bersumber dari alat-alat produksi dan atau alat
alat kerja yang pada tingkat tertentu dapat menimbulkan gangguan
pendengaran”.Dari kedua definisi di atas dapat disimpulkan bahwa kebisingan
adalah semuabunyi atau suara yang tidak dikehendaki yang dapat mengganggu
kesehatan dan keselamatan (Anizar, 2009).
2.1.5 AMDAL
7
kerangka pembangunan yang selalu membawa dampak dan perubahan terhadap
lingkungan perlu dikaji terlebih dahulu dengan seksama. Berdasarkan kajian ini,
akan dapat diidentifikasi dampak-dampak yang timbul, baik yang bermanfaat
maupun yang merugikan bagi kehidupan manusia. Kajian tersebut dapat
dilakukan dengan melihat rencana suatu kegiatan. Diketahuinya rencana kegiatan
merupakan hal yang sangat penting, sebab apabila rencana tidak diketahui, maka
dampak yang mungkin timbul dari kegiatan tersebut tidak dapat
diperkirakan.Garis dasar (base line) ialah keadaan lingkungan tanpa adanya
proyek (aktivitas). Fungsi garis dasar di sini ialah keadaan acuan untuk mengukur
dampak. Dampak dalam sistem Amdal dikaitkan dengan dua jenis batasan.
Pertama, perbedaan antara kondisi lingkungan sebelum pembangunan, batasan
kedua yakni perbedaan antara kondisi lingkungan yang diperkirakan akan ada
tanpa adanya pembangunan dan yang diperkirakan akan adanya (hadirnya)
pembangunan tersebut. Batasan yang sama juga diberlakukan pada dampak
lingkungan terhadap pembangunan. (Soemarwoto, Otto, 2007 : 70).
1. Bendung dan Intake (Weir and Intake) Bendung berfungsi untuk menaikkan
muka air sungai dan menambah tinggi terjun sehingga air dapat dialirkan menuju
intake.
8
4. Bak penenang (Headtank) Bak penenang berfungsi untuk mengatur perbedaan
keluaran air antara pipa pesat dan saluran pembawa, dan untuk pemisahan akhir
kotoran dalam air, seperti pasir dan kayu-kayuan.
5. Pipa Pesat (Penstock) Penstock dihubungkan pada sebuah elevasi yang lebih
rendah ke sebuah roda air (turbin).
7. Turbin dan Generator (Turbine and Generator) Turbin dan generator berfungsi
untuk mengubah energi potensial menjadi energi mekanik untuk menghasilkan
listrik.
1. Bendung Tetap (fix weir), Merupakan jenis bendung yang elevasi mercunya
tetap, sehingga elevasi muka air tidak bisa diatur.
9
2. Bendung Gerak (Barrage), merupakan bendung dengan elevasi mercu yang
tidak tetap (bisa digerakkan), atau dilengkapi dengan alat pengatur / pintu,
sehingga dapat mengatur elevasi muka air. Type Bendung Gerak berdasarkan
bentuk alat pengaturnya:
a. Sluice gate
b. Radial gate
c. Bendung karet
10
Gambar 4.1 Model bendung PLTM Tomata
11
Gambar 4.2 Bendung air untuk menaikaan debit air untuk PLTM Tomata
12
2.2.2 Kebisingan
2. Sumber-sumber kebisingan
b. Vibrasi Kebisingan yang ditimbulkan oleh akibat getaran yang ditimbulkan aki
bat gesekan, benturan atau ketidak seimbangan gerakan bagian mesin. Terjadi
pada roda gigi, roda gila, batang torsi, piston, fan, bearing, dan lain-lain.
c. Pergerakan udara, gas dan cairan Kebisingan ini di timbulkan akibat pergerakan
udara, gas, dan cairan dalam kegiatan proses kerja industri misalnya pada pipa
penyalur cairan gas, outlet pipa, gas buang, jet, flare boom, dan lain-lain.
13
Gambar 4.4 Pengamatan kebisingan air terjun Saluopa
- Kepmen 51/Men/1999
A. Kualitas lingkungan
14
perumahan sampai kebutuhan rohani/spiritual seperti pendidikan, rasa aman,
ibadah dan sebagainya.
Sehubungan dengan pemanfaatan sumber daya alam, agar lingkungan tetap lestari,
harus diperhatikan tatanan/tata cara lingkungan itu sendiri. Dalam hal ini
manusialah yang paling tepat sebagai pengelolanya karena manusia memiliki
beberapa kelebihan dibandingkan dengan organisme lain. Agar dimasa yang akan
datang lingkungan akan semakin bertambah rusak, di karenakan saat ini semakin
banyak populasi manusia semakin banyak pula sumber daya yang akan bertambah
nantinya. Untuk itu manusia mampu merombak, memperbaiki, dan
mengkondisikan lingkungan seperti yang dikehendakinya, seperti:
3. Manusia memiliki akal dan budi sehingga dapat memilih hal-hal yang baik
15
4. Melaksanakan pembangunan berwawasan lingkungan untuk kepentingan
generasi sekarang dan mendatang.
Zat atau bahan yang dapat mengakibatkan pencemaran disebut polutan. Syarat-
syarat suatu zat disebut polutan bila keberadaannya dapat menyebabkan kerugian
terhadap makhluk hidup.
1. Pencemaran udara
2. Pencemaran air
Pencemaran air dapat disebabkan oleh beberapa jenis pencemar sebagai berikut:
• sisa insektisida
3. Pencemaran tanah
16
Pencemaran tanah adalah keadaan di mana bahan kimia buatan manusia
masuk dan merubah lingkungan tanah alami. Pencemaran ini biasanya terjadi
karena kebocoran limbah cair atau bahan kimia industri atau fasilitas komersial;
penggunaan pestisida; masuknya air permukaan tanah tercemar ke dalam lapisan
sub-permukaan;kecelakaan kendaraan pengangkut minyak, zat kimia, atau limbah;
air limbah daritempat penimbunan sampah serta limbah industri yang langsung
dibuang ke tanahsecara tidak memenuhi syarat (illegal dumping).Ketika suatu zat
berbahaya/beracun telah mencemari permukaan tanah, maka ia dapat menguap,
tersapu air hujan dan atau masuk ke dalam tanah. Pencemaranyang masuk ke
dalam tanah kemudian terendap sebagai zat kimia beracun di tanah.Zat beracun di
tanah tersebut dapat berdampak langsung kepada manusia ketika bersentuhan atau
dapat mencemari air tanah dan udara di atasnya.
17
sarana pengumpul seperti dalam gerobak tangan (hand cart) dan diangkut ke TPS.
Dengan adanya TPS ini maka proses pengumpulan sampah secara tidak langsung.
Dalam hal ini, TPS dapat pula berfungsi sebagai lokasi pemrosesan skala kawasan
guna mengurangi jumlah sampah yang harus diangkut ke pemrosesan akhir.
4.1.4 AMDAL
A. Pengertian
18
Lingkungan dan Rencana Pemantauan Lingkungan (RKL-RPL), Dokumen
Evaluasi Lingkungan Hidup (DELH), Dokumen Pengelolaan Lingkungan Hidup
(DPLH), dan Audit Lingkungan.
B. Dasar Hukum
19
3. Peraturan Menteri Lingkungan Hidup dan Kehutanan Republik Indonesia
Nomor 4 Tahun 2021 tentang Daftar Usaha Dan/Atau Kegiatan Yang Wajib
Memiliki Analisis Mengenai Dampak Lingkungan Hidup, Upaya Pengelolaan
Lingkungan Hidup Dan Upaya Pemantauan Lingkungan Hidup Atau Surat
Pernyataan Kesanggupan Pengelolaan Dan Pemantauan Lingkungan Hidup;
20
Hidup dilakukan untuk menjamin ketentuan yang telah ditetapkan dalam tahap
perencanaan suatu Usaha dan/atau Kegiatan dilaksanakan sesuai dengan
perencanaan dan akan mendapatkan konsekuensi apabila terjadi penyimpangan
dalam pelaksanaan Usaha dan/atau Kegiatan terhadap kewajiban pada Persetujuan
Lingkungan dalam Perizinan Berusaha atau Persetujuan Pemerintah. Penerapan
terhadap penegakan hukum dilakukan dengan prinsip ultimum remedium dan
melalui tahapan penerapan Sanksi Administratif.
21
BAB III
METODE PENELITIAN
3.1 Lokasi Penelitian
Gambar 3.1 Penampakan kawasan air terjun Saulopa melalui google earth
Lokasi pengamatan kami berada di daerah kawasan wisata alam Air Terjun
Saluopa Di desa Tonosu Kecamatan Pamona Utara Kabupaten Poso Sulawesi
Tengah.
22
B. PLTM Tomata
23
3.3 Teknik Pengumpulan Data dan Jenis data
Pengumpulan data
a. Dokumentasi
b. Pengamatan (Observasi)
c. Menggunakan Angket
Jenis data
a. Hasil pengukuran kebisingan dan debit air terjun Saulopa
b. Data sekunder dari sumber perusahaan
c. Dokumentasi dalam kegiatan dilapangan, ucapan, dan catatan dilapangan
dilokasi kegiatan.
24
3.5 Diagram Alir Penelitian
MULAI
STUDI STUDI
PERSIAPAN
LAPANGAN LITERATUR
TINJAUAN SUMBER
LOKASI MATERI DAN
KEGIATAN LAB
MERUMUSKAN
MASALAH
JENIS DATA
PENGGUMPULAN
DATA
ANALISIS DATA
HASIL DAN
PEMBAHASAN
25
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
26
kalkulator, tali ukur, stopwatch dan tali ukur pengamatan dapat di lihat pada tabel
4.3 berikut.
Rata-rata 0,084
27
sumber bunyi, 14 meter dari sumber bunyi, dan 44 meter dari sumber bunyi hasil
minimal, rata-rata dan maksimal terdapat hasil yang di tampilkan di tabel 4.4
tersebut.
2 46 81,0 83,5
28
Salah satu metode pengelolahan kualitas lingkungan terutama pada bagian
persampahan dengan mewujudkan 3R (reuse reduse recyle).Adapun sistem
pengelolaan sampah sebagai berikut;
N Pertanyaan Jawaban
O
Responden B
29
seterusnya ada dan bahkan jarang, dikarenakan
tidak adanya pemukiman d sekitar air terjun
tersebut yang menghasilkan sampah domestik,
kemungkinan adanya sampah domestik di air
terjun tersebut itu dikarenakan hasil buangan
manusia yang datang berwisata di air terjun
Saloupa.
Responden C
Responden B
Responden C
30
4.1.3 UKL-UPL PLTM Tomata
31
Pelaksana Jabatan Bupati Morowali Utara Nomor: 671.21/011/B.MU/II/2013
tanggal 10 Pebruari 2013 tentang Perpanjangan Izin Prinsip PLTM Tomata.
2. Tahap Konstruksi
A. Rekruitmen tenaga kerja konstruksi.
B. Mobilisasi Peralatan
C. Pembangunan management keet dan base camp proyek
3. Tahap Operasi
A. Penerimaan tenaga kerja operasional
B. Pengoperasian PLTM
C. Pengoperasian dikantor dan mess
D. Pemeliharaan fasilitas PLTM
32
A. Pemutusan hubungan kerja terhadap tenaga kerja operasional
B. Pembongkaran fasilitas
A. Kualitas lingkungan
Lingkungan air terjun Saluopa tepatnya di desa Tonosu Kecamatan Pamona Utara
Kabupaten Poso Sulawesi Tengah. Air terjun ini selain menyediakan kesegaran
dari air dan udara di sekitar lokasi air terjun, namun juga menyajikan
pemandangan alam yang masih asri. Air terjun Saluopa mempunyai keunikan
tersendiri. Air terjun yang juga memiliki julukan Air Luncur ini terdiri dari dua
belas tingkat, dimana di setiap tingkat terdapat kolam kecil yang menampung air
dari aliran air terjun yang juga dapat digunakan oleh pengunjung untuk berenang
atau sekedar berendam Berdasarkan variabelnya lingkungan di pengaruhi juga
terhadap kondisi jenis sampah yang ada di kawasan tersebut dan kepada
responden yang kami lakukan dapat terlihat bahwa kondisi lingkungan di
pengaruhi oleh jenis sampah yang ada di kawasan tersebut.
33
Gambar 4.5 Kondisi persampahan organik di aliran air terjun Saluopa
Sampah yang ada berupa sampah organik: dedaunan yang jatuh dan mengering
berserakkan di kawasan, sisa makanan dari pengunjung dan sampah anorganik
seperti: pelastik, styrofoam, bungkusan makanan ringan, sedotan, puntung rokok,
bungkusan rokok, dos air minum, minuman gelasan dan lainnya.
34
dilaksanakan oleh PT Buminata Energi Perkasa, sebagai bentuk kepatuhan
terhadap peraturan yang telah dibuat oleh pemerintah sesuai dengan Peraturan
Menteri Lingkungan Hidup Nomor 27 tahun 2012 tentang Izin Lingkungan,
tepatnya pada pasal 53 Kewajiban Pemegang Izin Lingkungan ayat (1) butir b,
dan ayat (2) disebutkan bahwa pemegang izin lingkungan wajib membuat dan
menyampaikan laporan pelaksanaan terhadap persyaratan dan kewajiban dalam
Izin Lingkungan kepada Menteri, Gubernur, Atau Bupati / Walikota, yang
disampaikan secara berkala setiap 6 (enam) bulan.
35
- Supir/Operator dilengkapi surat-surat kendaraan dan SIM;
- Beban muatan sesuai spesifikasi kelas jalan;
- Penutupan bak kendaraan pengangkut material (dump truck);
- Memasang plat penghalang pada ban kendaraan pengangkut
material;
- Penerapan standar K-3 bagi pekerja untuk mempergunakan masker;
- Pengaturan jadwal/waktu pengangkutan material;
- Melakukan penyiraman khususnya pada jalan yang menimbulkan
debu;
- Penggunaan kendaraan pengangkut yang laik operasi.
Tolak Ukur
Tolok ukur pengelolaan dampak menurunnya kualitas udara adalah PP
Nomor 41 Tahun 1999 tentang Pengendalian Pencemaran Udara.
Periode Pengelolaan
- Semenjak mobilisasi berlangsung;
- Setiap saat;
- Selama berlangsung masa pelaksanaan masa konstruksi;
- Setiap 6 (enam) bulan selama masa konstruksi proyek berlangsung.
2. Peningkatan Kebisingan
Sumber Dampak
- Mobilisasi peralatan;
- Pembuatan jalan masuk (acces road).
Kegiatan Pengelolaan
- Memasang rambu batas kecepatan kendaraan proyek;
- Memberikan sosialisasi aturan batas kecepatan kendaraan kepada
para sopir pengangkut material;
- Knalpot kendaraan/alat berat sesuai standar;
- Pekerja jalan menggunakan earplug.
Tolak Ukur
36
Tolok ukur pengelolaan dampak kebisingan adalah Kepmen LH
Nomor 48 Tahun 1996 tentang tingkat kebisingan.
Periode Pengelolaan
- Selama kegiatan konstruksi berlangsung;
- Setiap saat.
3. Peningkatan Getaran
Sumber Dampak
- Mobilisasi peralatan;
Kegiatan Pengelolaan
- Memasang rambu batas kecepatan kendaraan proyek;
- Memberikan sosialisasi aturan batas kecepatan kendaraan kepada
para sopir pengangkut material.
Tolak Ukur
Tolok ukur pengelolaan dampak getaran adalah Keputusan Menteri
Lingkungan Hidup No. 49 Tahun 1996 tentang getaran.
Periode Pengelolaan
Selama kegiatan konstruksi berlangsung.
37
Tolok ukur pengelolaan dampak kualitas air adalah Keputusan
Menteri Lingkungan Hidup No. 51 Tahun 1996 tentang Baku Mutu
Limbah Cair bagi Kegiatan Industri.
Periode Pengelolaan
- Selama 2 tahun;
- Selama berlangsung masa konstruksi;
- Setiap 6 bulan selama masa operasi berlangsung.
1. Kualitas Udara
38
Sumber Dampak
- Mobilisasi peralatan;
- Pengadaan dan pengangkutan material proyek;
- Pembuatan jalan masuk (access road);
- Kegiatan pembangunan fasilitas PLTM dan sarana pendukungnya;
- Tahap operasi: Pengoperasian, perawatan dan pemeliharaan
pembangkit.
Parameter Yang Dipantau
Kualitas udara ambien mengacu pada Peraturan Pemerintah RI No. 41
Tahun 1999 (Udara Ambien);
Lokasi Pemantauan Lingkungan Hidup
- Tapak proyek;
- Areal pemukiman warga;
- Sepanjang rute jalan yang dilintasi.
Metode Pemantauan
- Pengambilan sampel udara dengan alat gas analyzer dan Dust
sampler.
- Analisis laboratorium terhadap sampel udara dengan parameter
lingkungan yang dipantau adalah Dust/debu, SO, CO dan NO,
berdasarkan Kepmen LH No. 41 Tahun 1999 tentang Indeks
standar Pencemaran Udara.
Periode Pemantauan
Jangka waktu pemantauan adalah selama masa operasional dan
frekuensi pemantauan 6 (enam) bulan sekali.
Hasil Pemantauan
Hasil pemantauan kualitas udara dapat dilihat pada tabel berikut:
39
2 CO ug/Nm3 120 3960 10000
Sumber: UKL-UPL PLTM Tomata, 2015 dan Hasil Lab Tahun 2021
ug/
1 Debu/dust 25,6 230
Nm3
ug/
2 CO 3890 10000
Nm3
ug/
3 SO 135,2 365
Nm3
ug/
4 NO 85,2 150
Nm3
ug/
1 Debu/dust 24,6 230
Nm3
ug/
2 CO 3909 10000
Nm3
ug/
3 SO 107,2 365
Nm3
ug/
4 NO 49,2 150
Nm3
40
Dari hasil pengukuran dan pengujian kualitas udara ambien yang telah
dilakukan di semua area sampling didapatkan bahwa hasil analisis
masih di bawah baku mutu sesuai dengan Peraturan Pemerintah
Republik Indonesia No. 41 tahun 1999 tentang pengendalian
pencemaran udara.
2. Kebisingan
Sumber Dampak
- Mobilisasi peralatan;
- Pembuatan jalan masuk (acces road).
Parameter yang Dipantau
Tingkat kebisingan mengacu pada Kepmen LH Nomor 48 Tahun 1996
tentang tingkat kebisingan.
41
Tabel 4.7 Hasil Pengukuran Tingkat Kebisingan
55 Pemukiman
Kebisinga
1 dB 52 55,3 54,6 70 Lokasi
n
Kegiatan
Keterangan:
3. Kualitas Air
Sumber Dampak
- Pembukaan dan pematangan lahan;
- Kegiatan pembangunan fasilitas PLTM dan sarana pendukungnya;
- Tahap operasi: pengoperasian, perawatan dan pemeliharaan
pembangkit.
Parameter Yang Dipantau
Parameter yang dipantau adalah kualitas air baik parameter fisik,
kimia, dan mikrobiologi.
Lokasi Pemantauan Lingkungan Hidup
42
- Tapak proyek;
- Areal pemukiman warga;
- Sepanjang rute jalan yang dilintasi.
Metode Pemantauan
Metode pemantauan adalah pengambilan sampel dan kemudian
dianalisis di laboratorium.
Periode Pemantauan
Jangka waktu pemantauan adalah selama masa operasional dan
frekuensi pemantauan 3 (tiga) bulan sekali.
Hasil pemantauan
Hasil pemantauan kualitas air dapat dilihat pada tabel berikut:
Minyak/
5 µg/L 300 800 322 875 1000
Lemak
6 Suhu o
C 25,2 25,4 24,2 24,5 ±3
µg/L
7 Detergen 27 79 28 82 200
MBAS
Minimal
8 DO mg/L 7,0 6,9 6,5 6,3
4
43
10 Nitrat mg/L 1,5 3,3 2,3 4,3 10
Dari hasil pengujian kualitas air yang telah dilakukan pada semester I
periode Januari - Juni tahun 2021 di semua area sampling didapatkan
bahwa kualitas air tidak terdapat parameter yang melebihi baku mutu
sesuai dengan PP RI No. 82 Tahun 2001.
Metode Pemantauan
Metode pemantauan adalah metode survey dengan melakukan
wawancara langsung dengan masyarakat untuk mengetahui sikap dan
persepsi masyarakat terhadap kegiatan operasional. Analisis data
dilakukan secara deskriptif.
Lokasi Pemantauan Lingkungan Hidup
Lokasi dilaksanakannya pemantauan adalah di sekitar lokasi kegiatan
meliputi Kecamatan Mori Atas dan Desa Tomata.
Periode Pemantauan
Jangka waktu pemantauan adalah selama masa operasional dan
frekuensi pemantauan 3 (tiga) bulan sekali.
Hasil Pemantauan
Pada semester I periode Januari - Juni Tahun 2021 tidak ada keluhan
masyarakat disekitar terhadap kegiatan operasional konstruksi.
44
4.4 Konsep pengelolaan sampah berkelanjutan
Sampah Domest
ik air terjun Sal
uopa
Konsep 3R
Reuse Reduce Recl
ycle
Bank
Sampah/TPS TPA
3R
Permasalahan
45
c. Pedoman Pelaksanaan : Peraturan Menteri Lingkungan Hidup No 13
Tahun 2012 tentang Pedoman Pelaksanaan Reduce, Reuse dan Recycle
(3R) melalui Bank sampah
Bank sampah adalah tempat pemilahan dan pengumpulan sampah yang dapat
didaur ulang dan/atau diguna ulang yang memiliki nilai ekonomi (tempat untuk
mengelola sampah dengan system 3R)
3R adalah segala aktifitas yang mampu mengurangi segala sesuatu yang dapat
menimbulkan sampah (Reduce), kegiatan penggunaan kembali sampah yang layak
pakai (Reuse) dan kegiatan mengolah sampah untuk dijadikan produk lain
(recycle)
Manfaat:
TPA Petirodongi
46
Jenis TPA Pemda (Non Regional) jalan Desa, Peridongi, Pamona Utara, Kab.
Poso, Sulawesi Tengah Latitude, Longitude: -1.7470330, 120.6352710. Data
Pengelolaan Sampah (tahun: 2020)
Sumber https://sipsn.menlhk.go.id/
47
1.45
2.50 1.66 1.51
3.95
Sisa Makanan (%)
26.97 Kayu-Ranting (%)
Kertas-Karton (%)
Plastik(%)
21.55 Logam(%)
Kain(%)
Karet- Kulit (%)
Kaca(%)
20.91 Lainnya(%)
19.50
Sumber https://sipsn.menlhk.go.id/sipsn/public/data/komposisi
BAB V
PENUTUP
5.1 Kesimpulan
Pada bangunan air di PLTM Tomata dapat kita ketahui bahwa bagian-
bagian komponen penting penyusun Pembangkit Listrik Tenaga Mini Hidro
seperti: Berdasarkan catatan lapangan Tinggi bendungan 5,2 meter jenis material
beton, jenis spillway material beton, bahan pipa penstock material besi, diameter
penstock 1,2 meter dan Kemiringan pipa penstock.
B. Kebisingan
Pada bagian sumber kebisingan air terjun Saulopa yang diambil dilakukan
saat turun lapangan pengaruh dari sumber bunyi terhadap jarak 2 meter minumum
46,8 dB maksimum 83,5 dB rata-rata 81,0 dB, selanjutnya 14 Meter minimum
74,1 dB makismum 80,3 dB rata-rata 79,5 dB, dan 44 meter minimum 72,4 dB
maksimum 77,7 dB rata-rata 77,4 dB. Pada waktu pemaparan intensitas 1,5 menit
nilai kebisingan memperoleh hasil rata-rata yang berbeda setiap jaraknya.
48
melebihi baku mutu berdasarkan peraturan NAB KEBISINGAN Kepmen
51/Men/1999.
Dalam hal ini upaya pemerintah terpadu untuk melestarikan fungsi lingkungan
hidup yang meliputi kebijaksanaan penataan, pemanfaatan, pengembangan,
pemeliharaan, pemulihan, pengawasan, dan pengendalian lingkungan hidup.
Salah satu konsep yang utama adalah membuat bak sampah yakni
dipisahkan anatara sampah organik dan anorganik di kawasan air terjun Saluopa
karena manfaatnya mengurangi pencemaran lingkungan, mengurangi
timbunan/volume sampah, lingkungan terlihat bersih dan sehat.
49
Dalam peninjauan kegiatan dilapangan yang dapat kami lakukan adalah
dokumentasi kegiatan dan memperlihatkan kondisi lapangan yang ada disana.
Kegiatan pembangunan dan pengoperasian PLTM Tomata diperkirakan akan
menimbulkan dampak terhadap lingkungan. Diprakirakan dampak tersebut akan
timbul pada tiap tahap kegiatan PLTM ini. Dampak lingkungan yang ditimbulkan
rencana usaha dan/atau kegiatan penambangan dan pengolahan batu gamping
serta program Upaya Pengelolaan Lingkungan Hidup (UKL) dan Upaya
Pemantauan Lingkungan Hidup (UPL).
5.2 Saran
50
DAFTAR PUSTAKA
Damanhuri, Enri dan Padmi, Tri. 2010. Diklat Kuliah Pengelolaan Sampah.
Bandung: Institut teknologi Bandung
Arianto. 2008. Pengertian Limbah dan Polutan. Diakses pada: 29 Oktober 2021.
(http://sobatbaru.blogspot.com/)
51
Linkpdf.com. DR. H. Abdurrahman, SH. MH. 2003. Pembangunan Berkelanjutan
Dalam Pengelolaan Sumber Daya Alam di Indonesia. Diakses pada: 29 Oktober
2021 (http://www.linkpdf.com/download/dl/Pembangunan-Berkelanjutan-Dalam-
Pengelolaan-Sumber-Daya-Alam-Di-Indonesia)
LAMPIRAN
52
Foto sebelum keberangkatan ke poso
Bi
mbingan ketua prodi sebelum turun ke lokasi (PLTM)
Pengukuran penampang sungai untuk data aliran sungai air terjun Saluopa
53
Pengambilan data kebisingan aliran air Saluopa
54