Anda di halaman 1dari 60

LAPORAN

PENGELOLAAN KUALITAS LINGKUNGAN

KAWASAN PLTM TOMATA DAN

AIR TERJUN SAULOPA

OLEH :

PUTRA JULIXTER KUTE : F13119017

ZUBAIR I LIU : F13119009

SANDIKA MEDIANTO M : F13119001

BRENAN RENALDI : F13119007

SYADAT AQSA : F13119015

PRODI S1 TEKNIK LINGKUNGAN

JURUSAN TEKNIK SIPIL

FAKULTAS TEKNIK

UNIVERSITAS TADULAKO

2021

i
HALAMAN PENGESAHAN
Laporan pelaksanaan Kuliah Kerja Lapangan (KKL) Mahasiswa Angkatan I Prodi
S1 Teknik Lingkungan UNIVERSITAS TADULAKO Tahun 2021 di Lingkungan
PLTA Poso, PLTM Tomata dan Air Terjun Saluopa, disahkan pada:

Hari :

Tanggal :

Ketua : Putra Julixter K F13119017

Anggota : Zubair I liu F13119009

Sandika Medianto M F13119001

Brenan Renaldi F13119007

Syadat Aqsa F13119015

Mengetahui,

Dosen Pembimbing Dosen Penanggung Jawab

Ninasafitri, S.Si., M.T Dr. Ir. Zeffitni, M.T

NIDN 0014029101 NIDN

ii
KATA PENGANTAR
Puji syukur kami panjatkan kehadiran  Allah SWT, karena atas rahmat dan
karunianya-Nya sehingga kegiatan Kuliah Kerja Lapangan (KKL) ini hingga
penyusunan laporan kegiatan Kuliah Kerja Lapangan dapat diselesaikan dengan
baik dan tepat pada waktu yang telah ditentukan. Sholawat serta salampun kami
haturkan kepada  junjungan kita Nabi Besar Muhammad SAW dan para
sahabatnya, yang telah memberikan tauladan baik sehingga akal dan fikiran
penyusun mampu menyelesaikan Laporan Kuliah Kerja Lapangan (KKL) ini,
semoga kita termasuk umatnya yang kelak mendapatkan syafa’at  dalam menuntut
ilmu.

Dalam kesempatan ini kami mengucapkan terima kasih kepada pihak-


pihak yang telah banyak membantu dalam pelaksanaan dan penyusunan laporan
Kegiatan Kuliah Kerja Lapangan (KKL), diantara nya:

Dosen penanggung jawab:

 Dr. Ir. Zeffitni, M.T

Dosen pembimbing:

 Ninasafitri, S.Si., M.T

Laporan Kuliah Kerja Lapangan ini, kami susun berdasarkan apa yang
telah kami jalankan selama melaksanakan KKL di PLTA Poso, PLTM Tomata,
dan Air Terjun Saulopa yang dilaksanakan selama 3 hari yaitu, mulai tanggal 25
september hingga 28 september 2021.

Kegiatan Kuliah Kerja Lapangan (KKL) merupakan sebuah implementasi


dari Tri Dharma Perguruan Tinggi, yaitu darma pendidikan dan pengajaran yang
telah dilaksanakan pada kegiatan Praktek Pengalaman Lapangan (PPL), darma
penelitian yang masih dalam proses dan darma pengabdian masyarakat yang
dilaksanakan dalam KKL. Hal tersebut merupakan salah satu syarat yang harus
ditempuh mahasiswa dalam menempuh program pendidikan S-1, yang telah
ditetapkan oleh pihak akademik. Dengan demikian mahasiswa wajib

iii
melaksanakan Kuliah Kerja Lapangan dan menyusun laporan hasil kegiatan yang
telah dilaksanakan. Kegiatan yang telah diprogramkan dapat dilaksanakan dengan
baik atas kerjasama dari berbagai pihak, terutama pimpinan PLTM Tomata, PLTA
Poso dan bagian Air Terjun Saluopa.

Dalam penyusunan laporan ini, kami menyadari masih banyak kekurangan


baik dari segi susunan sertacara penulisan laporan ini, karenanya saran dan kritik
yang sifatnya membangun demi kesempurnaan laporan ini sangat kami harapkan.

Akhirnya, semoga laporan ini bisa bermanfaat bagi para pembaca pada
umumnya dan juga bermanfaat bagi penyusun pada khususnya.

Palu, Oktober 2021

Penyusun

Tim PKL (Pengelolaan Kualitas Lingkungan)

iv
DAFTAR ISI

HALAMA

N JUDUL..................................................................................................................i
HALAMAN PENGESAHAN.................................................................................ii
KATA PENGANTAR............................................................................................iii
DAFTAR ISI............................................................................................................v
BAB I PENDAHULUAN.......................................................................................1
1.1 Latar Belakang.............................................................................................1
1.2 Rumusan Masalah........................................................................................2
1.3 Tujuan dan Manfaat Penelitian.....................................................................2
BAB II LANDASAN TEORI..................................................................................3
2.1 Kajian Pustaka..............................................................................................3
2.1.1 Bangunan Air.........................................................................................3
2.1.2 Uji kualitas air dan debit........................................................................4
2.1.3 Kebisingan.............................................................................................6
2.1.4 Pengelolaan Kualitas Lingkungan.........................................................7
2.1.5 AMDAL.................................................................................................7
2.2 Landasan Teori.............................................................................................8
2.2.1 Bangunan air..........................................................................................8
2.2.2 Kebisingan...........................................................................................13
2.2.3 Pengelolaan Kualitas Lingkungan.......................................................14
2.2.4 AMDAL...............................................................................................18
2.3 Landasan Hukum........................................................................................20

BAB III METODE PENELITIAN.......................................................................22


3.1 Lokasi Penelitian........................................................................................22
3.2 Jenis Penelitian...........................................................................................23
3.3 Teknik Pengumpulan Data dan Jenis Data.................................................24
3.4 Teknik Analisis Data..................................................................................24
3.5 Diagram Alir Penelitian..............................................................................25

v
BAB IV PEMBAHASAN.....................................................................................26
4.1 Deskripsi data..............................................................................................26
4.1.1 Bangunan air dan kondisi air terjun.....................................................26
4.1.2 Kebisingan di daerah air terjun Saluopa..............................................27
4.1.3 Pengelolaan kualitas lingkungan (Persampahan)................................27
4.1.4 UKL-UPL PLTM Tomata...................................................................31
4.2 Identifikasi Pengamatan Lingkungan..........................................................33
4.2.1 Pengaruh jenis sampah terhadap lingkungan air terjun.......................33
4.3 Pengelolaan dan Pemantauan Kualitas Lingkungan di PLTM Tomata....35
4.4 Konsep pengelolaan sampah berkelanjutan................................................45
BAB V PENUTUP.................................................................................................48
5.1 Kesimpulan...................................................................................................48
5.2 Saran.............................................................................................................50
DAFTAR PUSTAKA............................................................................................51
LAMPIRAN..........................................................................................................52

vi
BAB I

PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang

Kebutuhan energi listrik yang tinggi di Indonesia, tidak diimbangi dengan


ketersediaan energi listrik yang ada saat ini. Oleh karena itu, perlu dilakukan
pengembangan dan pembangunan sumber – sumber energi listrik, terutama
sumber energi listrik terbarukan, seperti angin, air, matahari, geothermal dan
biomassa. Provinsi Sulawesi Tengah pada saat ini merupakan salah satu Provinsi
yang terendah dalam rasio elektrifikasinya di pulau Sulawesi, yakni baru sekitar
60%. Menurut Indonesia Energy Outlook and Statistic 2006 yang dibuat oleh
Pengkajian Energi Universitas Indonesia, di Sulawesi Tengah juga terdapat
potensi tenaga air skala kecil yang tersebar di Poso, Palu, Tentena, Taripa,
Tomata, Moutong, Luwuk, Bunta, Tataba – Bulagi, dengan kapasitas total sekitar
64 MW. Potensi air ini sangat cocok untuk dijadikan sumber energi listrik,
Pembangkit Listrik Tenaga Minihidro (PLTM) yang nantinya digunakan untuk
mengisi kebutuhan energi listrik di daerah Kabupaten Morowali Utara pada
khususnya dan Sulawesi Tengah pada umumnya. Pengembangan pembangkit di
Sulawesi Tengah diprioritaskan menggunakan energi terbarukan utamanya PLTA,
mengingat potensinya yang sangat besar.

Air Terjun Saluopa merupakan salah satu air terjun yang berada di
kabupaten Poso. Air terjun Saluopa terletak di desa Tonusu atau sekitar 12
kilometer arah barat dari Kota Tentena, ibu Kota Kecamatan Pamona Utara, atau
54 kilometer arah tenggara dari kabupaten Poso, Sulawesi Tengah. Dari Palu ke
Kota Tentena dapat ditempuh dengan menggunakan kendaraan roda empat
maupun roda dua dalam waktu sekitar 7-8 jam. Apabila sudah berada di Tentena
dan ingin jalan-jalan ke Air Terjun Saluopa, Anda dapat menggunakan kendaraan
bermotor. Kemudian, dilanjutkan dengan berjalan kaki sejauh kurang lebih 500
meter. Selain itu air terjun ini tidak jauh dari danau Poso. Sebuah keistimewaan
ganda dari sebuah Kota kecil bernama Tentena.

1
Pengamatan yang telah dilakukan mengenai KKL kuliah kerja lapangan
pada kawasan PLTA Poso, PLTA Tomata, dan Air Terjun Saluopa. Berdasarkan
karakteristik PLTA Poso Energy terdiri dari tiga proyek dimana PLTA Poso-1
memiliki kapasitas potensi 60 MW, PLTA Poso-2 memiliki kapasitas potensi 180
MW, dan PLTA Poso-3 memiliki kapasitas 300 MW. Ketiga PLTA ini
menggunakan sumber daya air Sungai Poso, Desa Sulewana, Kecamatan Pamona
Utara, Kabupaten Poso, Propinsi Sulawesi Tengah. Adapun PLTA yang sudah
beroperasi adalah PLTA Poso-2 dimana kini sudah mulai menjalankan aktifitas
produksi listrik melalui energi air. Secara resmi, PLTA Poso-2 ini menjadi sebuah
perusahaan yang bernama PT Poso Energy sejak tanggal 31 Mei 2005 melalui
akta pendirian No. 5 di hadapan Notaris Andy Azis, SH.

Dalam hal ini dalam penelitian dan pengamatan yang kami lakukan di
ketiga tempat tersebut dapat kami lakukan guna mengetahui kondisi bangunan air
yang ada di PLTM Tomata, pengelolaan kualitas lingkungan yang ada di Tomata
dan Air terjun Saluopa, yang terakhir adalah pada bagian AMDAL pada PLTM
Tomata tersebut.

1.2 Rumusan Masalah

Bagaimanakah pengamatan yang dilakukan meliputi bangunan air, kebisingan,


pengelolaan kualitas lingkungan serta AMDAL terdapat PLTM Tomata, dan
pengukuran debit dan kebisingan di air terjun Saulopa?

Bagaimanakah deskripsi pengelolaan kualitas lingkungan pada kualitas


lingkungan baik fisika, kimia, biologi dan sosial ekonomi budaya sebagai akibat
dampak yang ditimbulkan dari kegiatan PLTM Tomata tersebut dan Air terjun
Saulopa konsep persampahan tersebut?

1.3 Tujuan dan Manfaat

Untuk dapat mengetahui bentuk karakteristik bangunan air, kebisingan,


pengelolaan kualitas lingkungan serta AMDAL di PLTM Tomata, dan Air terjun
Saulopa.

Untuk mengetahui deskripsi pengelolaan kualitas lingkungan yang digunakan


pada pengelolaan kualitas lingkungan PLTM Tomata, dan manajemen timbunan
sampah di Air Terjun Saulopa.

2
BAB II

LANDASAN TEORI
2.1 Kajian Pustaka

2.1.1 Bangunan Air

Bangunan air yang ada sangat dibutuhkan dalam pemenuhan kebutuhan air
untuk masyarakat dan dapat berfungsi sebagai pencegah atau penanggulangan
bencana yang terjadi pada sungai-sungai. Mapping sungai dan bangunan air
bertujuan memberikan informasi tentang lokasi sungai dan bangunan air yang ada,
beserta informasi yang berkaitan dengan bangunan tersebut. Data yang
dikumpulakan terdiri dari data primer dan data sekunder.

Data primer diperoleh melalui pengukuran langsung, pegambilan titik


koordinat langsung dengan GPS handheld dan pengamatan langsung terhadap
kondisi yang terjadi di lapangan. Sedangkan data sekunder diperoleh dari kajian
pustaka, data dari instansi terkait dan wawancara dari teknisi yang berada pada
bangunan yang peneliti tinjau langsung. (Salim, 2016).

Curah hujan merupakan unsur iklim yang sangat penting dalam siklus
hidrologi. Studi iklim yang membahas mengenai curah hujan pada suatu area
hingga saat ini masih terbatas pada area yang kecil. Hal ini diakibatkan oleh
jumlah data stasiun penakar hujan yang terbatas baik secara temporal maupun
spasial. (Aldrian, 2003).

Debit merupakan laju aliran air (dalam bentuk volume air) yang melewati
suatu penampang melintang persatuan waktu. Besarnya debit dinyatakan dalam
satuan meter kubik per detik (m3/detik). Dalam laporanlaporan teknis, debit
aliaran biasanya ditunjukkan dalam bentuk hidrograf aliran. Hidrograf aliran
adalah suatu perilaku sebagai responadanya perubahan karakteristik biogeofisik
yang berlangsung dalam suatu DAS (oleh adanya kegiatan pengelolaan DAS) dan
adanya perubahan (fluktuasi minimum atau tahunan) iklim lokal. (Asdak, 2002)

3
2.1.2 Uji kualitas air dan debit

Ada 3 hal yang mempengaruhi contoh air yang representatif yaitu


pemilihan lokasi yang tepat, teknik pengambilan, dan metode pengawetannya.
Beberapa hal yang menyangkut teknik pengambilan sampel air dikemukakan
dalam Kumpulan Standar Nasional Bidang Pekerjaan Umum mengenai Kualitas
Air (1990).

1. Pertimbangan dalam Pemilihan Lokasi Pengambilan Sampel Pertimbangan –


pertimbangan yang digunakan dalam pemilihan lokasi pengambilan sampel adalah
sebagai berikut.

a. Sampel air limbah harus diambil pada lokasi yang mewakili seluruh
karakteristik limbah dan kemungkinan pencemaran yang ditimbulkannya.

b. Sampel air dari badan air harus diambil dari lokasi yang dapat menggambarkan
karakteristik keseluruhan badan air. Oleh karena itu, sampel air perlu diambil dari
beberapa lokasi dengan debit air yang harus diketahui.

c. Sumber pencemaran yang mencemari badan air yang dipantau harus diketahui;
berupa sumber pencemar setempat (point source) atau sumber pencemar tersebar
(disperse source).

d. Jenis bahan baku dan bahan kimia yang dipergunakan dalam proses industri
perlu diketahui.

2. Lokasi Pengambilan Sampel Air pada dasarnya, pengambilan sampel air dapat
dilakukan terhadap air permukaan maupun air tanah.

a. Air Permukaan

Air permukaan meliputi air sungai, danau waduk, rawa, dan genangan air
lainnya. Pengambilan sampel air disungai yang dekat dengan muara atau laut yang
dipengaruhi oleh air pasang harus dilakukan agak jauh dari muara. Adapun
pengambilan sampel air sungai dapat dilakukan di lokasi – lokasi sebagai berikut.

1. Sumber alamiah, yaitu lokasi yang belum pernah atau masih sedikit mengalami
pencemaran.

4
2. Sumber air tercemar, yaitu lokasi yang telah mengalami perubahan atau
dibagian hilir dari sumber pencemar.

3. Sumber air yang dimanfaatkan, yaitu lokasi penyadapan/ pemanfaatan sumber


air.Pengambilan sampel air danau atau waduk dapat dilakukan di tempat
masuknya air (inlet), di tengah danau atau waduk, di lokasi penyadapan air untuk
pemanfaatan, adapun di tempat keluarnya air (outlet).

b. Air Tanah

Air tanah dapat dibedakan menjadi dua macam, yaitu air tanah tidak
tertekan (bebas) dan air tanah tertekan. Air tanah bebas adalah air dari akifer yang
hanya sebagian terisi air, terletak pada suatu dasar yang kedap air, dan
mempunyai permukaan bebas. Pengambilan sampel yang berupa air tanah bebas
dapat dilakukan di tempat – tempat sebagai berikut:

1. Bagian hulu dan hilir dari lokasi penimbunan/pembuangan sampah


kota/industri;

2. Bagian hilir daerah pertanian yang diperlakukan dengan pestisida dan pupuk
kimia secaraintensif;

3. Daerah pantai yang mengalami intrusi air laut; dan

4. Tempat – tempat lain yang dianggap perlu.

Air tanah tertekan adalah air dari akifer yang sepenuhnya jenuh air,
dengan bagian atas dan bawah dibatasi oleh lapisan yang kedapair.Pengambilan
sampel yang berupa air tanah tertekan dapat dilakukan di tempat tempat sebagai
berikut:

1. Sumur produksi air tanah untuk pemenuhan kebutuhan perkotaan, pedesaan,


pertanian, dan industri;

2. Sumur produksi air tanah PAM maupun sarana umum;

3. Sumur pemantauan kualitas air tanah;

5
4. Lokasi kawasan industri;

5. Sumur observasi bagi pengawasanimbuhan;

6. Sumur observasi air tanah disuatu cekungan air tanah artesis, misalnya
cekungan artesis Bandung.

7. Sumur observasi di wilayah pesisir yang mengalami penyusupan air laut;

8. Sumur observasi penimbunan limbah Bahan Berbahaya dan Beracun (B3); dan

9. Sumur lain yang dianggap perlu.

2.1.3 Kebisingan

Bising adalah suara yang tidak diinginkan. Pada baku mutu kebisingan
kuantitas bising dinyatakan dalam satuan desibel (dB). Besaran dB diperlukan
karena range suara yang mampu didengar telinga manusia sangat lebar, oleh
karena semakin meningkatnya kuantitas dan kualitas bising yang terjadi dan terus
meningkatnya kesadaran atau kebutuhan masyarakat akan kenyamanan audio,
maka diperlukan indek kebisingan untuk menggambarkan kuantitas kebisingan
secara obyektif, dan dapat digunakan sebagai acuan pengaturan pengendalian
kebisingan (Zaman dan Syafrudin, 2012).

Kebisingan bisa didefinisikan sebagai suara yang tidak diinginkan yang


dapat menimbulkan ketidak nyamanan bagi pendengarnya. Bising dapat diartikan
sebagai bunyi yang tidak dikehendaki yang bersumber dari aktivitas alam seperti
bicara dan aktivitas buatan manusia seperti penggunaan mesin (Marisdayana
et.al,2016). Menurut World Health Organization (WHO), kebisingan juga bisa
diartikan sebagai suara apa saja yang sudah tidak diperlukan dan memiliki efek
yang buruk untuk kualitas kehidupan, kesehatan, dan kesejahteraan (WHO, 2001).

Djalante (2010) menambahkan bahwa polusi udara atau kebisingan dapat


didefinisikan sebagai suara yang tidak dikehendaki dan mengganggu manusia.
Sehingga beberapa kecil atau lembut suara yang terdengar, jika hal tersebut tidak
diinginkan maka akan disebut mengganggu.

6
Kebisingan adalah salah satu faktor fisik berupa bunyi yang dapat
menimbulkan akibat buruk bagi kesehatan dan keselamatan kerja. Sedangkan
dalam keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia “Bising adalah semua
suara yang tidak dikehendaki yang bersumber dari alat-alat produksi dan atau alat
alat kerja yang pada tingkat tertentu dapat menimbulkan gangguan
pendengaran”.Dari kedua definisi di atas dapat disimpulkan bahwa kebisingan
adalah semuabunyi atau suara yang tidak dikehendaki yang dapat mengganggu
kesehatan dan keselamatan (Anizar, 2009).

2.1.4 Pengelolaan Kualitas Lingkungan

Menurut Syahrul Machmud dalam buku hukum lingkungan yang


dimaksud dengan pengelolaan lingkungan hidup adalah: upaya terpadu untuk
melestarikan fungsi lingkungan hidup yang meliputi kebijaksanaan penataan,
pemanfaatan, pengembangan, pemeliharaan, pemulihan, pengawasan, dan
pengendalian lingkungan hidup. Dalam rangka pembangunan manusia Indonesia
seutuhnya dan pembangunan masyarakat Indonesia seutuhnya yang beriman dan
bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa.

2.1.5 AMDAL

Pengertian Amdal sebagaimana diungkapkan oleh Otto Soemarwoto,


berasal dari National Environmental Policy Act (NEPA) 1969 Amerika Serikat,
Environmental Impact Assessment/Amdal dimaksud sebagai alat untuk
merencanakan tindakan preventif terhadap kerusakan lingkungan yang mungkin
timbul oleh suatu aktivitas pambangunan. Konsep Amdal merupakan bagian dari
ilmu ekologi pembangunan yang mempelajari hubungan timbal balik atau
interaksi antara pembangunan dan lingkungan. (Soemarwoto, Otto, 1999 : 36)

Analisis Dampak Lingkungan dalam istilah asing disebut dengan


Enviromental Impact Analysis; Enviromental Impact Statement; Enviromental
Impact Assessment; atau Enviromental Impact and Statement.Istilah Amdal tidak
saja berkaitan dengan istilah tehnis akan tetapi juga aspek hukum dan aspek
administratif. (Santosa, Taufik Imam, 2009 : 4 ) Semua istilah tersebut menunjuk
pada pengertian bahwa setiap rencana aktivitas manusia, khususnya dalam

7
kerangka pembangunan yang selalu membawa dampak dan perubahan terhadap
lingkungan perlu dikaji terlebih dahulu dengan seksama. Berdasarkan kajian ini,
akan dapat diidentifikasi dampak-dampak yang timbul, baik yang bermanfaat
maupun yang merugikan bagi kehidupan manusia. Kajian tersebut dapat
dilakukan dengan melihat rencana suatu kegiatan. Diketahuinya rencana kegiatan
merupakan hal yang sangat penting, sebab apabila rencana tidak diketahui, maka
dampak yang mungkin timbul dari kegiatan tersebut tidak dapat
diperkirakan.Garis dasar (base line) ialah keadaan lingkungan tanpa adanya
proyek (aktivitas). Fungsi garis dasar di sini ialah keadaan acuan untuk mengukur
dampak. Dampak dalam sistem Amdal dikaitkan dengan dua jenis batasan.
Pertama, perbedaan antara kondisi lingkungan sebelum pembangunan, batasan
kedua yakni perbedaan antara kondisi lingkungan yang diperkirakan akan ada
tanpa adanya pembangunan dan yang diperkirakan akan adanya (hadirnya)
pembangunan tersebut. Batasan yang sama juga diberlakukan pada dampak
lingkungan terhadap pembangunan. (Soemarwoto, Otto, 2007 : 70).

2.2 Kajian teori

2.2.1 Bangunan air

Secara umum lay-out system PLTM merupakan pembangkit yang


memanfaatkan aliran air permukaan sungai (run off river). Komponen-komponen
system PLTM terdiri dari:

1. Bendung dan Intake (Weir and Intake) Bendung berfungsi untuk menaikkan
muka air sungai dan menambah tinggi terjun sehingga air dapat dialirkan menuju
intake.

2. Kantong Lumpur (Sand Trap) Kantong Lumpur digunakan untuk memindahkan


partikel-partikel pasir dari air. Fungsi bak pengendap sangat penting untuk
melindungi komponen-komponen berikutnya dari dampak pasir.

3. Saluran Pembawa (Headrace) Saluran pembawa mengikuti kontur dari sisi


bukit untuk menjaga elevasi dari air yang disalurkan.

8
4. Bak penenang (Headtank) Bak penenang berfungsi untuk mengatur perbedaan
keluaran air antara pipa pesat dan saluran pembawa, dan untuk pemisahan akhir
kotoran dalam air, seperti pasir dan kayu-kayuan.

5. Pipa Pesat (Penstock) Penstock dihubungkan pada sebuah elevasi yang lebih
rendah ke sebuah roda air (turbin).

6. Rumah Pembangkit (Power house) Adalah bangunan yang berisikan turbin,


generator, dan mesin-mesin lain yang dioperasikan oleh operator.

7. Turbin dan Generator (Turbine and Generator) Turbin dan generator berfungsi
untuk mengubah energi potensial menjadi energi mekanik untuk menghasilkan
listrik.

8. Saluran Pembuangan (tail race) Saluran pembuangan mengalirkan air yang


telah digunakan memutar turbin kembali ke sungai.

Bendung (Weir) adalah Konstruksi Bangunan Air yang melintang sungai


yang bertujuan untuk menaikkan muka air sungai di (upstream). Tujuan
selebihnya adalah dengan naiknya muka air sehingga dapat digunakan untuk
mengairi sawah (irigasi).

Berdasakan sifat dari konstruksinya, Bendung dibedakan atas 2(dua) tipe:

1. Bendung Sederhana (tidak permanen).

2. Bendung Permanen (Teknis).

Bendung Jejeruk merupakan salah satu type bendung permanen. Berikut


merupakan pembagian jenis-jenis bendung permanen:

1. Bendung Tetap (fix weir), Merupakan jenis bendung yang elevasi mercunya
tetap, sehingga elevasi muka air tidak bisa diatur.

9
2. Bendung Gerak (Barrage), merupakan bendung dengan elevasi mercu yang
tidak tetap (bisa digerakkan), atau dilengkapi dengan alat pengatur / pintu,
sehingga dapat mengatur elevasi muka air. Type Bendung Gerak berdasarkan
bentuk alat pengaturnya:

a. Sluice gate

b. Radial gate

c. Bendung karet

10
Gambar 4.1 Model bendung PLTM Tomata

11
Gambar 4.2 Bendung air untuk menaikaan debit air untuk PLTM Tomata

Gambar 4.3. Pipa penstock PLTM Tomata

12
2.2.2 Kebisingan

1. Jenis- Jenis kebisingan

a. Kebisingan ditempat kerja dapat dikelompokkan menjadi 3 jenis, yaitu


Continuous Niose, Intermittent Noise, Impulsive Noise. Continuous Noise
Continuous Noise merupakan jenis kebisingan yang memiliki tingkat dan spektum
frekuensi konstan. Kebisingan jenis ini memajan pekerja dengan periode waktu 8
jam per hari atau 40 jam per minggu.

b. Intermittent Noise Intermittent Noise merupakan jenis kebisingan yang


memajan pekerja hanya pada waktu-waktu tertentu selama jam kerja. Contoh
pekerja yang mengalami pajanan kebisingan jenis ini adalah Inspector atau Plant
Supervisor yang secara periodik meninggalkan area kerjanya yang relatif tenang
menuju area kerja yang bising.

c. Impulsive Noise Impulsive Noisedisebut juga kebisingan dengan Impulsif,


yaitu kebisingan dengan suara hentakan yang keras dan terputus-putus 12 kurang
dari 1 detik. Contoh kebisingan jenis ini adalah suara ledakan dan pukulan palu.

2. Sumber-sumber kebisingan

a. Mesin Kebisingan yang ditimbulkan oleh aktifitas mesin.

b. Vibrasi Kebisingan yang ditimbulkan oleh akibat getaran yang ditimbulkan aki
bat gesekan, benturan atau ketidak seimbangan gerakan bagian mesin. Terjadi
pada roda gigi, roda gila, batang torsi, piston, fan, bearing, dan lain-lain.

c. Pergerakan udara, gas dan cairan Kebisingan ini di timbulkan akibat pergerakan
udara, gas, dan cairan dalam kegiatan proses kerja industri misalnya pada pipa
penyalur cairan gas, outlet pipa, gas buang, jet, flare boom, dan lain-lain.

13
Gambar 4.4 Pengamatan kebisingan air terjun Saluopa

- Kepmen 51/Men/1999

Tabel 4.1 Nilai ambang batas kebisingan

2.2.3 Pengelolaan kualitas Lingkungan

A. Kualitas lingkungan

Kualitas lingkungan secara sederhana dapat diartikan sebagai keadaan


lingkungan yang dapat memberikan daya dukung yang optimal bagi kelangsungan
hidup manusia di suatu wilayah. Kualitas lingkungan itu dicirikan antara lain dari
suasana yang membuat orang betah/kerasan tinggal ditempatnya sendiri. Berbagai
keperluan hidup terpenuhi dari kebutuhan dasar/fisik seperti makan minum,

14
perumahan sampai kebutuhan rohani/spiritual seperti pendidikan, rasa aman,
ibadah dan sebagainya.

Manusia dan lingkungan dapat diibaratkan sebagai bangunan yang seharusnya


saling menguatkan. Manusia dan lingkungan saling bergantung satu sama lain.
Namun dilihat dari sisi manusia, lingkungan merupakan sesuatu yang pasif,
sedangkan manusia yang aktif, sehingga kualitas lingkungan sangat tergantung
dengan kualitas manusia.

B. Pengertian pengelolaan lingkungan hidup

Pengelolaan lingkungan hidup adalah upaya terpadu dalam pemanfaatan,


pemeliharaan, pengawasan, pengendalian, pemulihan, dan pengembangan
lingkungan hidup.

Sehubungan dengan pemanfaatan sumber daya alam, agar lingkungan tetap lestari,
harus diperhatikan tatanan/tata cara lingkungan itu sendiri. Dalam hal ini
manusialah yang paling tepat sebagai pengelolanya karena manusia memiliki
beberapa kelebihan dibandingkan dengan organisme lain. Agar dimasa yang akan
datang lingkungan akan semakin bertambah rusak, di karenakan saat ini semakin
banyak populasi manusia semakin banyak pula sumber daya yang akan bertambah
nantinya. Untuk itu manusia mampu merombak, memperbaiki, dan
mengkondisikan lingkungan seperti yang dikehendakinya, seperti:

1. Manusia mampu berpikir serta meramalkan keadaan yang akan datang

2. Manusia memiliki ilmu dan teknologi

3. Manusia memiliki akal dan budi sehingga dapat memilih hal-hal yang baik

Pengelolaan ini mempunyai tujuan sebagai berikut:

1. Mencapai kelestarian hubungan manusia dengan lingkungan hidup sebagai


tujuan membangun manusia seutuhnya.

2. Mengendalikan pemanfaatan sumber daya secara bijaksana.

3. Mewujudkan manusia sebagai pembina lingkungan hidup.

15
4. Melaksanakan pembangunan berwawasan lingkungan untuk kepentingan
generasi sekarang dan mendatang.

C. Jenis-jenis pencemaran lingkungan

Pencemaran lingkungan adalah masuk atau dimasukkannya makhluk


hidup, energi, atau komponen lain yang dapat menurunkan kualitas lingkungan ke
tingkat tertentu sehingga tidak sesuai lagi dengan peruntukannya.

Zat atau bahan yang dapat mengakibatkan pencemaran disebut polutan. Syarat-
syarat suatu zat disebut polutan bila keberadaannya dapat menyebabkan kerugian
terhadap makhluk hidup.

Pencemaran lingkungan ada 3, yaitu:

1. Pencemaran udara

Pencemaran udara sekarang ini semakin menampakkan kondisi yang


sangat memprihatinkan. Sumber pencemaran udara dapat berasal dari berbagai
kegiatan manusia antara lain industri, transportasi, perkantoran, dan perumahan.
Berbagai kegiatan tersebut merupakan kontribusi terbesar dari pencemar udara
yang dibuang ke udara bebas. Sumber pencemaran udara juga dapat disebabkan
oleh berbagai kegiatan alam, seperti kebakaran hutan, gunung meletus dan gas
alam beracun. Dampak dari pencemaran udara tersebut adalah menyebabkan
penurunan kualitas udara, yang berdampak negatif terhadap kesehatan manusia.

2. Pencemaran air

Pencemaran air dapat disebabkan oleh beberapa jenis pencemar sebagai berikut:

• pembuangan limbah industri

• sisa insektisida

• pembuangan limbah domestik

3. Pencemaran tanah

16
Pencemaran tanah adalah keadaan di mana bahan kimia buatan manusia
masuk dan merubah lingkungan tanah alami. Pencemaran ini biasanya terjadi
karena kebocoran limbah cair atau bahan kimia industri atau fasilitas komersial;
penggunaan pestisida; masuknya air permukaan tanah tercemar ke dalam lapisan
sub-permukaan;kecelakaan kendaraan pengangkut minyak, zat kimia, atau limbah;
air limbah daritempat penimbunan sampah serta limbah industri yang langsung
dibuang ke tanahsecara tidak memenuhi syarat (illegal dumping).Ketika suatu zat
berbahaya/beracun telah mencemari permukaan tanah, maka ia dapat menguap,
tersapu air hujan dan atau masuk ke dalam tanah. Pencemaranyang masuk ke
dalam tanah kemudian terendap sebagai zat kimia beracun di tanah.Zat beracun di
tanah tersebut dapat berdampak langsung kepada manusia ketika bersentuhan atau
dapat mencemari air tanah dan udara di atasnya.

D. Proses Pengumpulan Sampah

Pengumpulan sampah adalah proses penanganan sampah dengan cara


pengumpulan dari masing- masing sumber sampah untuk diangkut ke (1) tempat
penampungan sementara atau ke (2) pengolahan sampah skala kawasan, atau (3)
langsung ke tempat pemrosesan akhir tanpa melalui proses pemindahan.
Operasional pengumpulan dan pengangkutan sampah mulai dari sumber sampah
hingga ke lokasi pemrosesan akhir atau ke lokasi pemrosesan akhir, dapat
dilakukan dengan dua cara, yaitu secara langsung (door to door), atau secara tidak
langsung (dengan menggunakan transfer depo/container ) sebagai Tempat
Penampungan Sementara (TPS), dengan penjelasan sebagai berikut :

a. Secara langsung (door to door):

Pada sistem ini proses pengumpulan dan pengangkutan sampah dilakukan


bersamaan. Sampah dari tiap-tiap sumber akan diambil, dikumpulkan dan
langsung diangkut ke tempat pemrosesan, atau ke tempat pembuangan akhir.

b. Secara tidak langsung (communal):

Pada sistem ini, sebelum diangkut ke tempat pemrosesan, atau ke tempat


pemrosesan akhir, sampah dari masing-masing sumber dikumpulkan dahulu oleh

17
sarana pengumpul seperti dalam gerobak tangan (hand cart) dan diangkut ke TPS.
Dengan adanya TPS ini maka proses pengumpulan sampah secara tidak langsung.
Dalam hal ini, TPS dapat pula berfungsi sebagai lokasi pemrosesan skala kawasan
guna mengurangi jumlah sampah yang harus diangkut ke pemrosesan akhir.

Pada sistem communal ini, sampah dari masing-masing sumber akan


dikumpulkan dahulu dalam gerobak tangan (hand cart) atau yang sejenis dan
diangkut ke TPS. Gerobak tangan merupakan alat pengangkutan sampah
sederhana yang paling sering dijumpai di kota-kota di Indonesia, dan memiliki
kriteria persyaratan sebagai berikut:

− Mudah dalam loading dan unloading

− Memiliki konstruksi yang ringan dan sesuai dengan kondisi jalan

− Sebaiknya mempunyai tutup

4.1.4 AMDAL

A. Pengertian

Lingkungan hidup adalah kesatuan ruang dengan semua benda, daya,


keadaan, dan makhluk hidup, termasuk manusia dan perilakunya, yang
mempengaruhi alam itu, termasuk manusia dan perilakunya, kelangsungan
perikehidupan, dan kesejahteraan manusia serta makhluk hidup lain.

Dokumen Lingkungan Hidup adalah dokumen yang memuat pengelolaan


dan pemantauan lingkungan hidup yang terdiri atas :Analisis Mengenai Dampak
Lingkungan Hidup (Amdal), Upaya Pengelolaan Lingkungan Hidup dan Upaya
Pemantauan Lingkungan Hidup (UKL-UPL), Surat Pernyataan Kesanggupan
Pengelolaan dan Pemantauan Lingkungan Hidup (SPPL), Dokumen Pengelolaan
dan Pemantauan Lingkungan Hidup (DPPL), Studi Evaluasi Mengenai Dampak
Lingkungan Hidup (SEMDAL), Studi Evaluasi Lingkungan Hidup (SEL),
Penyajian Informasi Lingkungan (PIL), Penyajian Evaluasi Lingkungan (PEL),
Dokumen Pengelolaan Lingkungan Hidup (DPL), Rencana Pengelolaan

18
Lingkungan dan Rencana Pemantauan Lingkungan (RKL-RPL), Dokumen
Evaluasi Lingkungan Hidup (DELH), Dokumen Pengelolaan Lingkungan Hidup
(DPLH), dan Audit Lingkungan.

Analisis Mengenai Dampak Lingkungan yang selanjutnya disebut


AMDAL adalah kajian mengenai dampak penting pada lingkungan hidup dari
suatu usaha dan/atau kegiatan yang direncanakan, untuk digunakan sebagai
prasyarat pengambilan keputusan tentang penyelenggaraan usaha dan/atau
kegiatan serta termuat dalam perizinan berusaha, atau persetujuan pemerintah
pusat atau pemerintah daerah.

Upaya Pengelolaan Lingkungan Hidup dan Upaya Pemantauan Lingkungan


Hidup UKL-UPL adalah rangkaian proses pengelolaan dan pemantauan
lingkungan hidup yang dituangkan dalam bentuk standar untuk digunakan sebagai
prasyarat pengambilan keputusan serta termuat dalam perizinan berusaha, atau
persetujuan pemerintah pusat atau pemerintah daerah.

Dokumen Evaluasi Lingkungan Hidup, yang selanjutnya disingkat DELH,


adalah dokumen yang memuat pengelolaan dan pemantauan lingkungan hidup
yang merupakan bagian dari evaluasi proses pengelolaan dan pemantauan
lingkungan hidup yang dikenakan bagi usaha dan/atau kegiatan yang telah
memiliki izin usaha dan/atau kegiatan tetapi belum memiliki dokumen Amdal.
Dokumen Pengelolaan Lingkungan Hidup, yang selanjutnya disingkat DPLH,
adalah dokumen yang memuat pengelolaan dan pemantauan lingkungan hidup
yang dikenakan bagi usaha dan/atau kegiatan yang telah memiliki izin usaha
dan/atau kegiatan tetapi belum memiliki UKL-UPL.

B. Dasar Hukum

1. Undang Undang Republik Indonesia Nomor 11 Tahun 2020 tentang Cipta


Kerja;

2. Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 22 Tahun 2021 tentang


Penyelenggaraan Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan Hidup;

19
3. Peraturan Menteri Lingkungan Hidup dan Kehutanan Republik Indonesia
Nomor 4 Tahun 2021 tentang Daftar Usaha Dan/Atau Kegiatan Yang Wajib
Memiliki Analisis Mengenai Dampak Lingkungan Hidup, Upaya Pengelolaan
Lingkungan Hidup Dan Upaya Pemantauan Lingkungan Hidup Atau Surat
Pernyataan Kesanggupan Pengelolaan Dan Pemantauan Lingkungan Hidup;

4. Peraturan Menteri Lingkungan Hidup dan Kehutanan Republik Indonesia


Nomor 5 Tahun 2021 tentang Tata Cara Penerbitan Persetujuan Teknis Dan Surat
Kelayakan Operasional Bidang Pengendalian Pencemaran Lingkungan;

5. Peraturan Menteri Lingkungan Hidup Dan Kehutanan Republik Indonesia


Nomor P.102/Menlhk/Setjen/Kum.1/12/2016 Tentang Pedoman Penyusunan
Dokumen Lingkungan Hidup Bagi Usaha Dan/Atau Kegiatan Yang Telah
Memiliki Izin Usaha Dan/Atau Kegiatan Tetapi Belum Memiliki Dokumen
Lingkungan Hidup;

6. Keputusan Menteri Negara Lingkungan Hidup Nomor 45 tahun 2005 tentang


Pedoman Penyusunan Laporan Pelaksanaan Rencana Pengelolaan Lingkungan
Hidup (RKL) dan Rencana Pemantauan Lingkungan Hidup (RPL).

2.3 Landasan hukum

Undang-Undang 32 tahun 2009 tentang Perlindungan dan Pengelolaan


Lingkungan Hidup adalah jaminan kepastian hukum memberikan perlindungan
terhadap hak setiap orang untuk mendapatkan lingkungan hidup yang baik dan
sehat sebagai bagian dari perlindungan terhadap keseluruhan ekosistem.

Peraturan pemerintah republik Indonesia nomor 22 tahun 2021 tentang


penyelenggaraan perlindungan dan pengelolaaan lingkungan hidup PP ini
mengatur mengenai persetujuan lingkungan; perlindungan dan pengelolaan mutu
air; perlindungan dan pengelolaan mutu udara; perlindungan dan pengelolaan
mutu laut; pengendalian kerusakan lingkungan hidup; pengelolaan limbah B3 dan
pengelolaan limbah nonB3; data penjamin untuk pemulihan fungsi lingkungan
hidup; sistem informasi lingkungan hidup; pembinaan dan pengawasan; dan
pengenaan sanksi administratif. Pengawasan dan penegakan hukum Lingkungan

20
Hidup dilakukan untuk menjamin ketentuan yang telah ditetapkan dalam tahap
perencanaan suatu Usaha dan/atau Kegiatan dilaksanakan sesuai dengan
perencanaan dan akan mendapatkan konsekuensi apabila terjadi penyimpangan
dalam pelaksanaan Usaha dan/atau Kegiatan terhadap kewajiban pada Persetujuan
Lingkungan dalam Perizinan Berusaha atau Persetujuan Pemerintah. Penerapan
terhadap penegakan hukum dilakukan dengan prinsip ultimum remedium dan
melalui tahapan penerapan Sanksi Administratif.

Peraturan Menteri Lingkungan Hidup No 13 Tahun 2012 tentang Pedoman


Pelaksanaan Reduce, Reuse dan Recycle (3R) melalui Bank sampah

21
BAB III

METODE PENELITIAN
3.1 Lokasi Penelitian

A. Air terjun Saulopa

Gambar 3.1 Penampakan kawasan air terjun Saulopa melalui google earth

Lokasi pengamatan kami berada di daerah kawasan wisata alam Air Terjun
Saluopa Di desa Tonosu Kecamatan Pamona Utara Kabupaten Poso Sulawesi
Tengah.

22
B. PLTM Tomata

Gambar 3.2 Penampakan Kawasan PLTM Tomata melalui google earth


Lokasi pengamatan kami berada di daerah kawasan PLTM (Pembangkit Listrik
Tenaga Mini Hidro) didesa Tomata, Kecamatan Mori atas, Kabupaten Morowali
utara Sulawesi Tengah.

3.2 Jenis Penelitian


Penelitian kegiatan KKL (Kuliah Kerja Lapangan) Kami membuat suatu kerja
dengan model jenis penelitian yang telah dilakukan berdasarkan kegiatan tersebut
di PLTA Poso, PLTM Tomata, dan Air terjun Saluopa sebagai berikut:

A. Penelitian yang berdasarkan pengambilan data dengan mendeskripsikan


pengamatan yang ada berupa dokumentasi, foto, narasi dan lainnya
menggambarkan kondisi saat penelitian berlangsung dan menjelaskan sumber data
sekunder dari yang telah didapatkan secaa legal.

B. Penelitian yang berdasarkan peninjauan dilapangan dengan mendapatkan hasil


pengmatan berupa angka dari hasil pengukuran data primer.

23
3.3 Teknik Pengumpulan Data dan Jenis data
 Pengumpulan data
a. Dokumentasi
b. Pengamatan (Observasi)
c. Menggunakan Angket
 Jenis data
a. Hasil pengukuran kebisingan dan debit air terjun Saulopa
b. Data sekunder dari sumber perusahaan
c. Dokumentasi dalam kegiatan dilapangan, ucapan, dan catatan dilapangan
dilokasi kegiatan.

3.4 Analisis Data


Dengan cara menganalisa sebelum turun lapangan pendekatan literatur dan
menganalisa selama dilapangan mendapatkan hasil berdasarkan regulasi dan
rumusan sesuai yang berlaku.

24
3.5 Diagram Alir Penelitian

MULAI

STUDI STUDI
PERSIAPAN
LAPANGAN LITERATUR

TINJAUAN SUMBER
LOKASI MATERI DAN
KEGIATAN LAB

MERUMUSKAN
MASALAH

JENIS DATA

PENGGUMPULAN
DATA

ANALISIS DATA

HASIL DAN
PEMBAHASAN

25
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Deskripsi data 

4.1.1 Bangunan air PLTA Tomata

Berdasarkan pengamatan yang kami lakukan di PLTM Tomata di Desa


Tomata Kecamatan Mori Atas Kabupaten Morowali Utara Sulawesi Tengah.
Pengamatan mulai dari tipe bendungan yaitu: tinggi bendungan, jenis bendungan,
jenis splillway, bahan pipa penstock, ketebalan pipa penstock, diameter penstock
dan terakhir kemiringan penstock terhadap ukuran serta jenis material
penyusunnya.

Deskripsi bangunan air yang ada di PLTM Tomata sebagai berikut;

Tipe bendungan Ukuran Material

Tinggi bendungan 5,2 meter Beton

Jenis splillway - Beton

Bahan pipa Penstock - Besi

Ketebalan pipa penstock 2-2,5 inci Besi

Diameter Penstock 1,2 meter -

Kemiringan pipa 30-40’ -


penstock

Tabel 4.1 Deskripsi bangunan air PLTA Tomata

Pengamatan selanjutnya yang kami lakukan di daerah air terjun Saulopa


tepatnya di desa Tonosu Kecamatan Pamona Utara Kabupaten Poso Sulawesi
Tengah. Dari hal ini kami dapat meninjau deskripsi pengamatan perhitungan debit
air didaerah tersebut untuk memberikan informasi daerah kawasan kegiatan. cara
melakukan yaitu menyediakan peralatan berupa: meteran, bola pimpong,

26
kalkulator, tali ukur, stopwatch dan tali ukur pengamatan dapat di lihat pada tabel
4.3 berikut.

Gambar 4.1 Kegiatan pengukuran debit aliran sungai

Deskripsi pengamatan perhitungan debit air terjun Saulopa

Titik Lebar(m) Waktu(t) Kedalaman(m) Panjang(m) Debit(Q)

I 3 22,77 0,19 3 0,075

II 3 21,06 0,17 5 0.012

III 2,8 21,79 0,26 5 0.167

Rata-rata 0,084

Tabel 4.1 pengamatan perhitungan debit Air Terjun Saluopa

4.1.2 Kebisingan di daerah air terjun Saluopa

Berdasarkan perlakuan pengamatan yang kami lakukan di air terjun


Saulopa tepatnya di desa Tonosu Kecamatan Pamona Utara Kabupaten Poso
Sulawesi Tengah. Dapat kami ambil pengamatan berlaku pada jarak 2 meter dari

27
sumber bunyi, 14 meter dari sumber bunyi, dan 44 meter dari sumber bunyi hasil
minimal, rata-rata dan maksimal terdapat hasil yang di tampilkan di tabel 4.4
tersebut.

Deskripsi hasil pengamatan keadaan kebisingan di Air Terjun Saluopa

Jarak(m) Minimal(dB) Rata-rata(dB) Maksimal(dB)

2 46 81,0 83,5

14 74,1 79,6 80,3

44 72,4 77,4 77,7

Tabel 4.2 Pengamatan data kebisingan Air Terjun Saluopa

Gambar4.2 Model barrier pada lokasi PLTM Tomata

4.1.4 Pengelolaan kualitas lingkungan (Persampahan)

28
Salah satu metode pengelolahan kualitas lingkungan terutama pada bagian
persampahan dengan mewujudkan 3R (reuse reduse recyle).Adapun sistem
pengelolaan sampah sebagai berikut;

1. Membuat tempat sampah yang strategis di sekitar tempat wisata

2. Membuat tempat sampah dari jenisnya (organik dan anorganik)

3. Merencanakan tempat pembuangan sampah sementara Bank sampah/TPS3R


diwilayah tersebut.

N Pertanyaan Jawaban
O

1 Bagaimanakah sampah Responden A.


domestik disekitar
Adanya sampah domestik disekitar lokasi air
lokasi Air Terjun
terjun Saluopa yaitu berupa dedaunan kering yang
Saluopa?
berasal dari pepohonan disana dan ada juga
sampah domestik yang terlihat itu berupa sampah
organik yang dihasilkan oleh aktifitas pengunjung
di lokasi tersebut. Sampah dsana terlihat sedikit
berserakan karena kelakuan dari beberapa
pengunjung yang tidak menaati peraturan yang
ada. Mereka membuang sampah dengan
sembarangan tdk pada tempat sampah yang telah
disediakan. Untuk pengelolaan sampah domestik
dilokasi air terjun Saluopa dengan menaruh
sejumlah tempat sampah dilokasi Tersebut. dan
untuk pengelolahan sampah dedaunan disana,
terlebih dahulu dikumpulkan kemudian dibakar.

Responden B

Sampah domestik di air terjun saloupa tidak

29
seterusnya ada dan bahkan jarang, dikarenakan
tidak adanya pemukiman d sekitar air terjun
tersebut yang menghasilkan sampah domestik,
kemungkinan adanya sampah domestik di air
terjun tersebut itu dikarenakan hasil buangan
manusia yang datang berwisata di air terjun
Saloupa.

Responden C

Kalau menurut saya di daerah air terjun saluopa


itu dominan kebanyakan sampah organik yang
ada di daerah tersebut tapi ada juga sampah
domestik yang kemungkinan di hasilkan oleh
pengunjung yang datang ke air terjun tersebut
tetapi tidak terlalu melebihi.

2 Sampah jenis apa saja Responden A.


yang paling banyak
Dari yang kami lihat di lokasi tersebut, sampah
berada di sekitar lokasi
Domestik yang paling banyak yaitu berupa
Air Terjun Saluopa?
dedaunan kering yang berasal dari pepohonan
yang ada di lokasi Air Terjun Saluopa.

Responden B

Kalau dari saya waktu di Saluopa sampah


dedaunan yang paling banyak disana
dibandingkan sampah hasil buangan manusia, tapi
yang lebih menimbulkan adanya dampak atau bau
tak sedap sampah buangan sisa manusia.

Responden C

Jenis sampah yang terlihat jelas dan banyak yaitu


sampah jenis organic yang berasal dari pepohonan
Tabel 4.3 Pengamatan angket persampahan Air Terjun Saluopa

30
4.1.3 UKL-UPL PLTM Tomata

Dampak Lingkungan Yang Akan Terjadi

Kegiatan pembangunan dan pengoperasian PLTM Tomata diperkirakan akan


menimbulkan dampak terhadap lingkungan. Diprakirakan dampak tersebut akan
timbul pada tiap tahap kegiatan PLTM ini. Dampak lingkungan yang ditimbulkan
rencana usaha dan/atau kegiatan penambangan dan pengolahan batu gamping
serta program Upaya Pengelolaan Lingkungan Hidup (UKL) dan Upaya
Pemantauan Lingkungan Hidup (UPL).

Gambar 4.3 Lokasi kegiatan kerja PLTM Tomata

Kesesuaian Lokasi Rencana Kegiatan dengan Tata Ruang

Berdasarkan peta Rencana Tata Ruang Wilayah (RTRW) Kabupaten Morowali,


sebagaimana terdapat pada lampiran Perda Nomor 2 Tahun 2012, serta
rekomendasi Kepala Dinas Tata Ruang Kabupaten Morowali Utara Nomor .......
Tahun 2015, bahwa lokasi pembangunan PLTM Tomata sesuai dengan RTRW
Kabupaten Morowali Utara. Pembangunan PLTM Tomata sangat penting (urgent)
dilaksanakan sehubungan dengan kebutuhan masyarakat baik untuk rumah tangga
maupun untuk industri.

Persetujuan Prinsip dan Izin Lokasi

Rencana Pembangunan dan Pengoperasian PLTM Tomata di Kecamatan


Mori Atas Kabupaten Morowali Utara telah memperoleh persetujuan prinsip dari

31
Pelaksana Jabatan Bupati Morowali Utara Nomor: 671.21/011/B.MU/II/2013
tanggal 10 Pebruari 2013 tentang Perpanjangan Izin Prinsip PLTM Tomata.

Sumber, jenis, dan besaran dampak kegiatan pembangunan dan


pengoperasian PLTM Tomata selengkapnya dijelaskan sebagai berikut.

1. Tahap Pra Konstruksi


A. Perencanaan desain dan survai lapangan.
B. Studi kelayakan
C. Perizinan
D. Sosialisasi

2. Tahap Konstruksi
A. Rekruitmen tenaga kerja konstruksi.
B. Mobilisasi Peralatan
C. Pembangunan management keet dan base camp proyek

D. Pengadaan/pengangkutan material proyek


E. Pembukaan dan pematangan lahan
F. Pembangunan jalan
G. Pekerjaan Bangunan Utama/Pekerjaan Sipil (Civil Work)
H. Pembangunan Power House dan sarana penunjang lainnya.
I. Pemasangan jaringan interkoneksi
J. Pembuatan prasarana penunjang
K. Penataan lingkungan

3. Tahap Operasi
A. Penerimaan tenaga kerja operasional
B. Pengoperasian PLTM
C. Pengoperasian dikantor dan mess
D. Pemeliharaan fasilitas PLTM

4. Tahap Paskah Operasi

32
A. Pemutusan hubungan kerja terhadap tenaga kerja operasional
B. Pembongkaran fasilitas

4.2 Identifikasi Pengamatan Lingkungan

4.2.1 Pengaruh jenis sampah terhadap lingkungan air terjun

A. Kualitas lingkungan

Gambar 4.4 Kondisi Lingkungan Air Terjun Saluopa

Lingkungan air terjun Saluopa tepatnya di desa Tonosu Kecamatan Pamona Utara
Kabupaten Poso Sulawesi Tengah. Air terjun ini selain menyediakan kesegaran
dari air dan udara di sekitar lokasi air terjun, namun juga menyajikan
pemandangan alam yang masih asri. Air terjun Saluopa mempunyai keunikan
tersendiri. Air terjun yang juga memiliki julukan Air Luncur ini terdiri dari dua
belas tingkat, dimana di setiap tingkat terdapat kolam kecil yang menampung air
dari aliran air terjun yang juga dapat digunakan oleh pengunjung untuk berenang
atau sekedar berendam Berdasarkan variabelnya lingkungan di pengaruhi juga
terhadap kondisi jenis sampah yang ada di kawasan tersebut dan kepada
responden yang kami lakukan dapat terlihat bahwa kondisi lingkungan di
pengaruhi oleh jenis sampah yang ada di kawasan tersebut.

B. Jenis sampah domestik

33
Gambar 4.5 Kondisi persampahan organik di aliran air terjun Saluopa

Sampah yang ada berupa sampah organik: dedaunan yang jatuh dan mengering
berserakkan di kawasan, sisa makanan dari pengunjung dan sampah anorganik
seperti: pelastik, styrofoam, bungkusan makanan ringan, sedotan, puntung rokok,
bungkusan rokok, dos air minum, minuman gelasan dan lainnya.

Dapat di katakan bahwa pengaruh jenis sampah pengunjung terhadap lingkungan


air terjun Saluopa dalam pengamatan observasi kami dan berdasarkan lima
responden yang kami lakukan sudah terlihat jelas bahwa variabel terikat dalam hal
ini lingkungan yang berada di kawasan air terjun Saluopa terpengaruh dari adanya
variabel bebas jenis sampah di sekitar kawasan terhadap lingkungan yang ada di
daerah tersebut.

4.3 Pengelolaan dan Pemantauan Kualitas Lingkungan di PLTM Tomata


Pelaksanaan pengelolaan dan pemantauan lingkungan PLTM Tomata ini

34
dilaksanakan oleh PT Buminata Energi Perkasa, sebagai bentuk kepatuhan
terhadap peraturan yang telah dibuat oleh pemerintah sesuai dengan Peraturan
Menteri Lingkungan Hidup Nomor 27 tahun 2012 tentang Izin Lingkungan,
tepatnya pada pasal 53 Kewajiban Pemegang Izin Lingkungan ayat (1) butir b,
dan ayat (2) disebutkan bahwa pemegang izin lingkungan wajib membuat dan
menyampaikan laporan pelaksanaan terhadap persyaratan dan kewajiban dalam
Izin Lingkungan kepada Menteri, Gubernur, Atau Bupati / Walikota, yang
disampaikan secara berkala setiap 6 (enam) bulan.

Kegiatan ini bertujuan untuk mengetahui perubahan kualitas lingkungan


baik fisika, kimia, biologi dan sosial ekonomi budaya sebagai akibat dampak
yang ditimbulkan dari kegiatan PLTM Tomata tersebut. Adapun materi pokok
rumusan pemantauan lingkungan berisi tentang hal-hal sebagai berikut :

a. Sumber Dampak Penting yang Dikelola dan Dipantau;


b. Pelaksanaan Pengelolaan dan Pemantauan Lingkungan yang Dipantau;
c. Tolak Ukur yang Dikelola dan Dipantau;
d. Lokasi Pemantauan
e. Periode Pengelolaan
f. Hasil Pemantauan Lingkungan Hidup.

A. Pelaksanaan Rencana Pengelolaan Kualitas Lingkungan (RKL)


1. Kualitas Udara
 Sumber Dampak
- Mobilisasi peralatan;
- Pengadaan dan pengangkutan material proyek;
- Pembuatan jalan masuk (access road);
- Kegiatan pembangunan fasilitas PLTM dan sarana pendukungnya;
- Tahap operasi: Pengoperasian, perawatan dan pemeliharaan
pembangkit.
 Kegiatan Pengelolaan
- Mengurangi kecepatan kendaraan;
- Mobilisasi pada saat diluar jam sibuk;

35
- Supir/Operator dilengkapi surat-surat kendaraan dan SIM;
- Beban muatan sesuai spesifikasi kelas jalan;
- Penutupan bak kendaraan pengangkut material (dump truck);
- Memasang plat penghalang pada ban kendaraan pengangkut
material;
- Penerapan standar K-3 bagi pekerja untuk mempergunakan masker;
- Pengaturan jadwal/waktu pengangkutan material;
- Melakukan penyiraman khususnya pada jalan yang menimbulkan
debu;
- Penggunaan kendaraan pengangkut yang laik operasi.
 Tolak Ukur
Tolok ukur pengelolaan dampak menurunnya kualitas udara adalah PP
Nomor 41 Tahun 1999 tentang Pengendalian Pencemaran Udara.

 Periode Pengelolaan
- Semenjak mobilisasi berlangsung;
- Setiap saat;
- Selama berlangsung masa pelaksanaan masa konstruksi;
- Setiap 6 (enam) bulan selama masa konstruksi proyek berlangsung.

2. Peningkatan Kebisingan
 Sumber Dampak
- Mobilisasi peralatan;
- Pembuatan jalan masuk (acces road).
 Kegiatan Pengelolaan
- Memasang rambu batas kecepatan kendaraan proyek;
- Memberikan sosialisasi aturan batas kecepatan kendaraan kepada
para sopir pengangkut material;
- Knalpot kendaraan/alat berat sesuai standar;
- Pekerja jalan menggunakan earplug.
 Tolak Ukur

36
Tolok ukur pengelolaan dampak kebisingan adalah Kepmen LH
Nomor 48 Tahun 1996 tentang tingkat kebisingan.
 Periode Pengelolaan
- Selama kegiatan konstruksi berlangsung;
- Setiap saat.

3. Peningkatan Getaran
 Sumber Dampak
- Mobilisasi peralatan;
 Kegiatan Pengelolaan
- Memasang rambu batas kecepatan kendaraan proyek;
- Memberikan sosialisasi aturan batas kecepatan kendaraan kepada
para sopir pengangkut material.
 Tolak Ukur
Tolok ukur pengelolaan dampak getaran adalah Keputusan Menteri
Lingkungan Hidup No. 49 Tahun 1996 tentang getaran.
 Periode Pengelolaan
Selama kegiatan konstruksi berlangsung.

4. Penurunan Kualitas Air


 Sumber Dampak
- Pembukaan dan pematangan lahan;
- Kegiatan pembangunan fasilitas PLTM dan sarana pendukungnya;
- Tahap operasi: pengoperasian, perawatan dan pemeliharaan
pembangkit.
 Kegiatan Pengelolaan
- Membuat kolam pengendapan lumpur (setlling pond) pada saat
melakukan pekerjaan konstruksi;
- Membuat titik penaatan (point of compliance) kualitas air.
 Tolak Ukur

37
Tolok ukur pengelolaan dampak kualitas air adalah Keputusan
Menteri Lingkungan Hidup No. 51 Tahun 1996 tentang Baku Mutu
Limbah Cair bagi Kegiatan Industri.
 Periode Pengelolaan
- Selama 2 tahun;
- Selama berlangsung masa konstruksi;
- Setiap 6 bulan selama masa operasi berlangsung.

5. Peningkatan Sampah Sisa-Sisa Proyek dan Menurunnya Sanitasi


Lingkungan
 Sumber Dampak
- Pembangunan Kantor management dan basecamp.
 Kegiatan Pengelolaan
- Sisa-sisa sampah bangunan dapat dimanfaatkan kembali (reuse);
- Sampah bangunan harus semaksimal dikurangi (reduce);
- Ketersedian MCK diareal basecamp yang memadai;
- Memasang papan informasi di lingkungan base camp untuk tidak
melakukan aktifitas MCK di sungai.
 Tolak Ukur
Tidak terjadi penumpukan sampah dan penurunan estestika
lingkungan.
 Periode Pengelolaan
- Selama dibangun sampai selesai.

B. Pelaksanaan Rencana Pemantauan Lingkungan (RPL)


Pemantauan lingkungan hidup yang dilakukan sesuai dengan rekomendasi
yang diberikan dalam dokumen RPL yang telah di setujui dan sesuai dengan
peratuaran perundang-undangan yang berlaku di bidang lingkungan hidup.
Adapun jenis dampak yang dipantau adalah sebagai berikut;

1. Kualitas Udara

38
 Sumber Dampak
- Mobilisasi peralatan;
- Pengadaan dan pengangkutan material proyek;
- Pembuatan jalan masuk (access road);
- Kegiatan pembangunan fasilitas PLTM dan sarana pendukungnya;
- Tahap operasi: Pengoperasian, perawatan dan pemeliharaan
pembangkit.
 Parameter Yang Dipantau
Kualitas udara ambien mengacu pada Peraturan Pemerintah RI No. 41
Tahun 1999 (Udara Ambien);
 Lokasi Pemantauan Lingkungan Hidup
- Tapak proyek;
- Areal pemukiman warga;
- Sepanjang rute jalan yang dilintasi.
 Metode Pemantauan
- Pengambilan sampel udara dengan alat gas analyzer dan Dust
sampler.
- Analisis laboratorium terhadap sampel udara dengan parameter
lingkungan yang dipantau adalah Dust/debu, SO, CO dan NO,
berdasarkan Kepmen LH No. 41 Tahun 1999 tentang Indeks
standar Pencemaran Udara.
 Periode Pemantauan
Jangka waktu pemantauan adalah selama masa operasional dan
frekuensi pemantauan 6 (enam) bulan sekali.

 Hasil Pemantauan
Hasil pemantauan kualitas udara dapat dilihat pada tabel berikut:

Tabel 4.4 Hasil Pengukuran Kualitas Udara di Lokasi Power House


Hasil Hasil
No Parameter Satuan Baku Mutu
2015 2021

1 Debu/dust ug/Nm3 1,785 23,6 230

39
2 CO ug/Nm3 120 3960 10000

3 SO ug/Nm3 2,10 160,2 365

4 NO ug/Nm3 3.22 45,2 150

Sumber: UKL-UPL PLTM Tomata, 2015 dan Hasil Lab Tahun 2021

Tabel 4.5 Hasil Pengukuran Kualitas Udara di Lokasi Bendung


No Parameter Satuan Hasil Baku Mutu

ug/
1 Debu/dust 25,6 230
Nm3

ug/
2 CO 3890 10000
Nm3

ug/
3 SO 135,2 365
Nm3

ug/
4 NO 85,2 150
Nm3

Sumber: Hasil Lab Tahun 2021

Tabel 4.6 Hasil Pengukuran Kualitas Udara di Desa Tomata


No Parameter Satuan Hasil Baku Mutu

ug/
1 Debu/dust 24,6 230
Nm3

ug/
2 CO 3909 10000
Nm3

ug/
3 SO 107,2 365
Nm3

ug/
4 NO 49,2 150
Nm3

Sumber: Hasil Lab Tahun 2021

40
Dari hasil pengukuran dan pengujian kualitas udara ambien yang telah
dilakukan di semua area sampling didapatkan bahwa hasil analisis
masih di bawah baku mutu sesuai dengan Peraturan Pemerintah
Republik Indonesia No. 41 tahun 1999 tentang pengendalian
pencemaran udara.

2. Kebisingan
 Sumber Dampak
- Mobilisasi peralatan;
- Pembuatan jalan masuk (acces road).
 Parameter yang Dipantau
Tingkat kebisingan mengacu pada Kepmen LH Nomor 48 Tahun 1996
tentang tingkat kebisingan.

 Lokasi Pemantauan Lingkungan Hidup


- Tapak proyek;
- Areal pemukiman warga;
- Sepanjang rute jalan yang dilintasi.
 Metode Pemantauan
- Pengukuran dengan menggunakan sound level meter sehingga
diketahui intensitas kebisingan yang disebabkan oleh kegiatan
mobilisasi peralatan dan hauling material
- Membandingkan standar BM sesuai KEPMEN LH No 48/1996,
Tentang BM kebisingan
 Periode Pemantauan
Jangka waktu pemantauan adalah selama masa operasional dan
frekuensi pemantauan 6 (enam) bulan sekali.
 Hasil Pemantauan
Hasil pemantauan tingkat kebisingan dapat dilihat pada tabel berikut:

41
Tabel 4.7 Hasil Pengukuran Tingkat Kebisingan

N Paramete Satua Hasil


Baku Mutu
o r n U-01 U-02 U-03

55 Pemukiman
Kebisinga
1 dB 52 55,3 54,6 70 Lokasi
n
Kegiatan

Sumber: UKL-UPL PLTM Tomata, 2015

Keterangan:

U-01 S = 02°00’24.00” E = 120°57’51.0” Power House

U-02 S = 02°00’38.40” E = 120°57’23.9” Lokasi Bendung

U-03 S = 02°00’05.87” E = 120°58’27.3” Dalam Desa Tomata

Dari hasil pengukuran tingkat kebisingan yang telah dilakukan di


semua area sampling didapatkan bahwa tingkat kebisingan masih di
bawah baku mutu sesuai dengan Kepmen LH Nomor 48 Tahun 1996
tentang tingkat kebisingan.

3. Kualitas Air
 Sumber Dampak
- Pembukaan dan pematangan lahan;
- Kegiatan pembangunan fasilitas PLTM dan sarana pendukungnya;
- Tahap operasi: pengoperasian, perawatan dan pemeliharaan
pembangkit.
 Parameter Yang Dipantau
Parameter yang dipantau adalah kualitas air baik parameter fisik,
kimia, dan mikrobiologi.
 Lokasi Pemantauan Lingkungan Hidup

42
- Tapak proyek;
- Areal pemukiman warga;
- Sepanjang rute jalan yang dilintasi.
 Metode Pemantauan
Metode pemantauan adalah pengambilan sampel dan kemudian
dianalisis di laboratorium.
 Periode Pemantauan
Jangka waktu pemantauan adalah selama masa operasional dan
frekuensi pemantauan 3 (tiga) bulan sekali.

 Hasil pemantauan
Hasil pemantauan kualitas air dapat dilihat pada tabel berikut:

Tabel 4. 8Hasil Pemantauan Kualitas Air SWQ 1 & SWQ 2


Semester II Baku
Semester I 2021
2020 Mutu
No Parameter Satuan
Bendun
PH PH Bendung Kelas II
g

1 Timbal (Pb) mg/L 0,005 0,028 0,007 0,027 0.03

2 TSS mg/L 42,5 47.0 44,7 48,7 50

3 Ph 7,20 7,63 7,30 7,50 6-9

4 Konduktifity µs/cm 64 126 62 125 -

Minyak/
5 µg/L 300 800 322 875 1000
Lemak

6 Suhu o
C 25,2 25,4 24,2 24,5 ±3

µg/L
7 Detergen 27 79 28 82 200
MBAS

Minimal
8 DO mg/L 7,0 6,9 6,5 6,3
4

9 BOD mg/L 1,4 2,7 2,1 2,8 3

43
10 Nitrat mg/L 1,5 3,3 2,3 4,3 10

Sumber: Hasil Lab Tahun 2021

Dari hasil pengujian kualitas air yang telah dilakukan pada semester I
periode Januari - Juni tahun 2021 di semua area sampling didapatkan
bahwa kualitas air tidak terdapat parameter yang melebihi baku mutu
sesuai dengan PP RI No. 82 Tahun 2001.

4. Perubahan Persepsi dan Sikap Masyarakat


 Sumber Dampak
Sumber dampak adalah kegiatan pengoperasian mobilisasi alat berat.

 Parameter Yang Dipantau


Parameter yang dipantau adalah sikap dan persepsi masyarakat.

 Metode Pemantauan
Metode pemantauan adalah metode survey dengan melakukan
wawancara langsung dengan masyarakat untuk mengetahui sikap dan
persepsi masyarakat terhadap kegiatan operasional. Analisis data
dilakukan secara deskriptif.
 Lokasi Pemantauan Lingkungan Hidup
Lokasi dilaksanakannya pemantauan adalah di sekitar lokasi kegiatan
meliputi Kecamatan Mori Atas dan Desa Tomata.
 Periode Pemantauan
Jangka waktu pemantauan adalah selama masa operasional dan
frekuensi pemantauan 3 (tiga) bulan sekali.
 Hasil Pemantauan
Pada semester I periode Januari - Juni Tahun 2021 tidak ada keluhan
masyarakat disekitar terhadap kegiatan operasional konstruksi.

44
4.4 Konsep pengelolaan sampah berkelanjutan

A. Susunan konsep pengelolaan sampah

Sampah Domest
ik air terjun Sal
uopa

Konsep 3R
Reuse Reduce Recl
ycle

Sampah Bernilai Sampah


Ekonomis Residu

Bank
Sampah/TPS TPA
3R

Permasalahan

a. Kurangnya kesadaran masyarakat dalam pengelolaan sampah


b. Pengelolaan sampah belum menerapkan prinsip reduce, reuse dan recycle
c. Pengelolaan sampah belum dilakukan secara komprehensif dan terpadu
dari hulu ke hilir

B. Pengelolaan sampah melalui Bank Sampah

a. Salah satu inovasi pelaksanaan 3R (Reduce, Reuse, Recycle)


b. Pembentukan Bank Sampah bertujuan untuk mengelola sampah mulai dari
sumbernya.

45
c. Pedoman Pelaksanaan : Peraturan Menteri Lingkungan Hidup No 13
Tahun 2012 tentang Pedoman Pelaksanaan Reduce, Reuse dan Recycle
(3R) melalui Bank sampah

C. Pengertian Bank Sampah

Bank sampah adalah tempat pemilahan dan pengumpulan sampah yang dapat
didaur ulang dan/atau diguna ulang yang memiliki nilai ekonomi (tempat untuk
mengelola sampah dengan system 3R)

3R adalah segala aktifitas yang mampu mengurangi segala sesuatu yang dapat
menimbulkan sampah (Reduce), kegiatan penggunaan kembali sampah yang layak
pakai (Reuse) dan kegiatan mengolah sampah untuk dijadikan produk lain
(recycle)

D. Tujuan dan manfaat membentukan Bank Sampah

Tujuan: agar pengelolaan sampah dapat dilaksanakan mulai dari sumbernya


dengan cara 3R dan selanjutnya dapat ditabung /dihibahkan di bank sampah
sehingga dapat menambah penghasilan masyarakat

Manfaat:

1. Mengurang pencemaran lingkungan

2. Mengurangi timbulan/Volume sampah

3. Lingkungan bersih sehat

4. Mendidik masyarakat utk bertanggung jawab terhadap sampah yang dihasilkan

5. Meningkatkan rasa gotong royong /kepedulian sosial

6. Menambah penghasilan anggota

E. Fasilitas sampah di Kabupaten Poso

TPA Petirodongi

46
Jenis TPA Pemda (Non Regional) jalan Desa, Peridongi, Pamona Utara, Kab.
Poso, Sulawesi Tengah Latitude, Longitude: -1.7470330, 120.6352710. Data
Pengelolaan Sampah (tahun: 2020)

- Sampah diterima (ton/tahun) 2,306.80


- Sampah dikelola (ton/tahun) 2,025.75

Sumber https://sipsn.menlhk.go.id/

Komposisi sampah Kabupaten Poso

SIPSN - Sistem Informasi Pengelolaan Sampah Nasional

Sisa Makanan Kayu-Ranting


Tahun Provinsi Kabupaten/Kota
(%) (%)
Sulawesi
2020 Kab. Poso 26,97 20,91
Tengah
Karet-
Kertas- Plastik Logam Kain Kaca
Kulit
Karton (%) (%) (%) (%) (%)
(%)
19,50 21,55 3,95 2,50 1,66 1,51

47
1.45
2.50 1.66 1.51
3.95
Sisa Makanan (%)
26.97 Kayu-Ranting (%)
Kertas-Karton (%)
Plastik(%)
21.55 Logam(%)
Kain(%)
Karet- Kulit (%)
Kaca(%)
20.91 Lainnya(%)
19.50

Sumber https://sipsn.menlhk.go.id/sipsn/public/data/komposisi

BAB V

PENUTUP
5.1 Kesimpulan 

A. Bangunan Air PLTM Tomata

Pada bangunan air di PLTM Tomata dapat kita ketahui bahwa bagian-
bagian komponen penting penyusun Pembangkit Listrik Tenaga Mini Hidro
seperti: Berdasarkan catatan lapangan Tinggi bendungan 5,2 meter jenis material
beton, jenis spillway material beton, bahan pipa penstock material besi, diameter
penstock 1,2 meter dan Kemiringan pipa penstock.

Penelitian serta pengamatan kami data yang kami dapat simpulkan di


lokasi air terjun Saluopa sebagai berikut: Data debit air terjun Saluopa dari
3
pelakuan perhitungan debit rata-rata sebesar Q= 0,084 m / s.

B. Kebisingan

Pada bagian sumber kebisingan air terjun Saulopa yang diambil dilakukan
saat turun lapangan pengaruh dari sumber bunyi terhadap jarak 2 meter minumum
46,8 dB maksimum 83,5 dB rata-rata 81,0 dB, selanjutnya 14 Meter minimum
74,1 dB makismum 80,3 dB rata-rata 79,5 dB, dan 44 meter minimum 72,4 dB
maksimum 77,7 dB rata-rata 77,4 dB. Pada waktu pemaparan intensitas 1,5 menit
nilai kebisingan memperoleh hasil rata-rata yang berbeda setiap jaraknya.

Berdasarkan pengamatan yang dilakukan di lokasi kegiatan yaitu,


mengukur timgkat kebisingan di air terjun Saluopa memperoleh hasil yang tidak

48
melebihi baku mutu berdasarkan peraturan NAB KEBISINGAN Kepmen
51/Men/1999.

C. Penggelolaan Kualitas Lingkungan

Pengelolaan kualitas lingkungan adalah upaya terpadu untuk melestarikan


fungsi lingkungan hidup yang meliputi kebijaksanaan penataan, pemanfaatan,
pengembangan, pemeliharaan, pemulihan, pengawasan, dan pengendalian
lingkungan hidup.

Dalam hal ini upaya pemerintah terpadu untuk melestarikan fungsi lingkungan
hidup yang meliputi kebijaksanaan penataan, pemanfaatan, pengembangan,
pemeliharaan, pemulihan, pengawasan, dan pengendalian lingkungan hidup.

Pada observasi kami meninjau kondisi lingkungan berdasarkan


pengamatan kami dapat melihat kondisi sampah domestik dari penggunjung dapat
tertata rapi pada penyediaan fasilitas tempat sampah didaerah kawasan tersebut.
Adapun kami membuat kuisioner (angket) yang berguna untuk melihat respon
dari tanggapan masyarakat setempat atau penggunjung wisatawan untuk
membantu kami melihat serta menyimpulkan kondisi lingkungan dan jenis
sampah apa saja yang ada di kawasan air terjun Saluopa.

Pengaruh jenis sampah pengunjung terhadap lingkungan air terjun Saluopa


berdasarkan deskripsi kami dapat simpulkan bahwa keadaan jenis sampah
domestik dari pengunjung wisatawan akan berpengaruh terhadap kondisi kualitas
lingkungan yang ada di air terjun Saluopa. Bebagai jenis sampah yang dapat di
temukan Sampah yang ada berupa sampah organik: dedaunan yang jatuh dan
mengering berserakkan di kawasan, sisa makanan dari pengunjung dan sampah
anorganik seperti: pelastik, styrofoam, bungkusan makanan ringan, sedotan,
puntung rokok, bungkusan rokok, dos air minum, minuman gelasan dan lainnya.

Salah satu konsep yang utama adalah membuat bak sampah yakni
dipisahkan anatara sampah organik dan anorganik di kawasan air terjun Saluopa
karena manfaatnya mengurangi pencemaran lingkungan, mengurangi
timbunan/volume sampah, lingkungan terlihat bersih dan sehat.

D. AMDAL (Analisis Mengenai Dampak Lingkungan)

49
Dalam peninjauan kegiatan dilapangan yang dapat kami lakukan adalah
dokumentasi kegiatan dan memperlihatkan kondisi lapangan yang ada disana.
Kegiatan pembangunan dan pengoperasian PLTM Tomata diperkirakan akan
menimbulkan dampak terhadap lingkungan. Diprakirakan dampak tersebut akan
timbul pada tiap tahap kegiatan PLTM ini. Dampak lingkungan yang ditimbulkan
rencana usaha dan/atau kegiatan penambangan dan pengolahan batu gamping
serta program Upaya Pengelolaan Lingkungan Hidup (UKL) dan Upaya
Pemantauan Lingkungan Hidup (UPL).

5.2 Saran 

Adapun saran dari pengamatan yang dapat kami berikan kepada


pemerintah daerah setempat harus lebih memperhatikan kondisi lingkungan
terutama pada sampah domestik yang di hasilkan di kawasan air terjun Saluopa,
hal ini mengindikasikan terhadap kualitas lingkungan agar tetap terjaga dan
memberikan panorama yang baik terhadapa pegunjung.

Pemerintah juga perlu menyiapkan tempat penggelolaan sampah sebelum dibuang


ke TPA (tempat pemrosesan akhir) hal ini didukung karena juga harus
mengupayakan konsep 3R (reuse reduce recyle).

50
DAFTAR PUSTAKA
Damanhuri, Enri dan Padmi, Tri. 2010. Diklat Kuliah Pengelolaan Sampah.
Bandung: Institut teknologi Bandung

Judul: Departemen Pekerjaan Umum. 1990. Kumpulan SNI (Standar Nasional


Indonesia) Bidang Pekerjaan Umum Mengenai Kualitas Air. Departemen
Pekerjaan Umum, Jakarta.

PP NO. 20 Tahun 1990 tentang Pengendalian Pencemaran Air.

SNI-06-2412-1991 tentang Metode Pengambilan Contoh Kualitas air Zaman,


Badrun dan Syafrudin. 2012. Pengelolaan Kualitas lingkungan. Semarang: LPMP
Universitas Diponegoro

Mulyanto, H.R.. 2007. Ilmu Lingkungan. : Penerbit: Yogyakarta, Graha Ilmu. 21


september 2007

Sudjoko, dkk. Pendidikan Lingkungan Hidup. 2009. Graha Ilmu: Yogyakarta


Universitas Terbuka: Jakarta. 22 september 2009

Arianto. 2008. Pengertian Limbah dan Polutan. Diakses pada: 29 Oktober 2021.
(http://sobatbaru.blogspot.com/)

51
Linkpdf.com. DR. H. Abdurrahman, SH. MH. 2003. Pembangunan Berkelanjutan
Dalam Pengelolaan Sumber Daya Alam di Indonesia. Diakses pada: 29 Oktober
2021 (http://www.linkpdf.com/download/dl/Pembangunan-Berkelanjutan-Dalam-
Pengelolaan-Sumber-Daya-Alam-Di-Indonesia)

Bagazul.com. DR.Arif Zulkifli Nasution, S.T.,M.M. Dasar-dasar Pengelolaan


lingkungan Diakses pada: 29 Oktober 2021, dari (https://bangazul.com/dasar-
dasar-pengelolaan-lingkungan-2/)

Sipsn.menlhk.go.id. Sistem Informasi Pengelolaan Sampah Nasional (SIPSN) –


Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan. Diakses pada: 30 Oktober 2021
(https://sipsn.menlhk.go.id/sipsn/public/home/peta)

LAMPIRAN

52
Foto sebelum keberangkatan ke poso

Bi
mbingan ketua prodi sebelum turun ke lokasi (PLTM)

Jalan masuk ke Power House

Pengukuran penampang sungai untuk data aliran sungai air terjun Saluopa

53
Pengambilan data kebisingan aliran air Saluopa

Kondisi di dalam ruangan turbin PLTM

54

Anda mungkin juga menyukai