Anda di halaman 1dari 2

Suara Itu

(pemeran memasuki panggung lalu duduk di tempat duduk yang disediakan)

(Menghela nafas, lalu melihat ke arah langit langit) “hari ini kenapa rasanya semua tidak
berjalan lancar, ya? Ujian harian tidak berjalan lancar, lupa membawa tugas, sampai sikap
teman-teman yang tiba-tiba berubah, kenapa ya? Apakah sebenarnya aku tidak layak bahagia,
ya?”

(Mengalihkan pandangan ke arah bawah) “sudah di sekolah terasa kacau sekali, sekarang di
rumah tidak terasa seperti di rumah”

(tertawa miris dan pandangan ke arah penonton) “katanya hidup itu adil tapi kenapa hal-hal
kecil seperti kasih sayang saja aku tak pernah merasakan, ya?”

“setiap hari aku pulang ke rumah, berganti pakaian, makan, minum. Persis seperti kegiatan
anak-anak lain di rumah mereka masing masing, tapi bedanya mereka dapat tertawa dengan
bebas dirumah masing-masing, sedang aku?

(menunjuk diri sendiri dan tertawa miris) jangankan tertawa, senyum saja aku susah. Suara-
suara itu, suara saling membentak, saling menghina, saling mencerca itu sudah seperti
rangkaian nada yang tak pernah berhenti. Rangkaian nada yang membuat rumah ini terasa
seperti penjara!

Dua orang yang mengaku dewasa itu! (menunjuk ke arah luar) orang yang mengaku-ngaku
sebagai ayah dan ibu ku itu bahkan tak pernah sekalipun menanyakan apa aku baik baik saja?
Apa aku tidak sakit mendengar ocehan-ocehan tidak berguna itu? Bagaimana perasaan ku
saat tau salah satu dari mereka memutuskan untuk pergi? Betapa hancurnya aku saat itu! Aku
tidak memiki siapa-siapa. Kata ‘keluarga’ terasa begitu asing karena aku pun tak pernah
merasakannya.

siapa yang benar? Siapa yang salah? Siapa yang peduli, sih?!

“Yang aku tau sekarang, kedua orang itu bahkan tidak bisa disebut dewasa! Setiap hari
mereka selalu saja memperebutkan posisi sebagai pihak benar. Mereka tidak pernah peduli
ketika mereka memperebutkan posisi itu,ada hati yang terluka. Aku sebenarnya tidak pernah
peduli tentang siapa yang benar siapa yang salah, yang aku pedulikan adalah bagaimana
mereka seharusnya dapat menyelesaikan masalah seperti orang dewasa lalu membentuk
keluarga kecil yang bahagia”

(dengan nada lirih dan tangan kanan menggenggam depan dada)

“seperti keluarga-keluarga lainnya, keluarga yang bahagia, yang akan selalu ada saat salah
satu anggota keluarga nya merasa kesepian”

“apakah sesusah itu? Apakah sesusah itu, tuhan? Sudah banyak sekali seseorang yang bilang
padaku bahwa hidup berat, tapi apakah memang seberat ini?”
“aku pernah mendengar kalimat bahwa kamu diciptakan karena sebuah alasan, lalu apakah
aku diciptakan untuk menderita, ya?”

“aku tidak pernah meminta hal aneh seperti istana megah atau bahkan sekarung berlian. Aku
hanya meminta keluarga kecil yang bahagia dan hangat, yang bersedia menampung keluh
kesah ku saat dunia terasa terlalu keras. Apakah sesusah itu untuk mewujudkannya?”

“aku kangen ayah, aku kangen ibu, aku rindu keluarga

Tolong kembalikan keluarga kecilku” (terduduk di lantai)

Pengarang : Aura Zahra

Anda mungkin juga menyukai