Cardio Vasku Ler
Cardio Vasku Ler
PENDAHULUAN
Jantung (bahasa latin, cor) adalah sebuah rongga, organ berotot yang memompa darah lewat
pembuluh darah oleh kontraksi berirama yang berulang. Istilah kardiak berarti berhubungan
dengan jantung, dari Yunani cardia untuk jantung.Ukuran jantung manusia kurang lebih
sebesar kepalan tangan seorang laki-laki dewasa. Jantung adalah satu otot tunggal yang
terdiri dari lapisan endothelium. Jantung terletak di dalam rongga thoracic, di balik tulang
dada/sternum. Struktur jantung berbelok ke bawah dan sedikit ke arah kiri.
Dalam proses perkembangannya, makhluk hidup sangat tergantung pada berfungsinya system
kardiovaskuler secara optimal, dan kelainan yang terjadi pada sistim ini akan menyebabkan
konsekuensi klinik yang serius. Jantung sangant berperan penting bagi kehidupan manusia
karena jantung memiliki fungsi vital yaitu untuk memompakan darah ke seluruh tubuh atau
jaringan tubuh. Darah yang dipompa mengantarkan nutrisi dan O2 ke jaringan untuk
kealngsungan hidupnya, sehingga jaringan dapat hidup dan menjalankan fungsi sebagaimana
mestinya.
Melihat betapa pentingnya pernan jantung tersebut, kita perlu mempeajari tata car
pemerikasaan jantung secara sederhana untuk setidaknya mengetahui kelainan-kelainan yang
mungkin terjadi dari pemeriksaan ini. Dalam percobaan ini akan dilakukan pemeriksaan fisis
jantung untuk mengetahui letak apeks, batas-batas jantung, dengan cara inspeksi, palpasi,
perkusi, dan auskultasi.
4. Mempelajari suara-suara yang ditimbulkan oleh aktifitas jantung selama suatu siklus.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
Sistem kardiovaskuler terdiri dari jantung dan dua sistem veaskuler, sirkulasi sistemik dan
sirkulasi pulmonalis. Jantung selanjutnya memompa darah ke kedua sistem vastikuler –
sirkulasi tekanan pulmonalis lambat dimana disini terjadi pertukaran gas, dan kemudian
sirkulasi sistemik, dimana darah dialirkan ke setiap organ, sesuai suplai dari permintaan
metabolisme. Tekanan darah dan aliran darah berperan penting untuk mengontrol melalui
nervus autonomi sistem. Dan juga berpengaruh pada pembedahan dan anatesi
obat.pengetahuan yang baik tentang fisiologi kardiovaskuler merupakan kebutuhan untuk
anastesi praktis yang baik (benar) (http://www.nda.ox.ac.uk, 2008).
Setiap orang tahu bahwa jantung merupakan organ vital. Kita tidak bisa hidup tanpa jantung.
Bagaimanapun, jantung hanyalah sebuah pompa. Kompleks dan penting, tapi hanyalah
sebuah pompa. Seperti dengan pompa-pompa yang lain jantung bisa menjadi tersumbat, kerja
menurun dan membutuhkan perbaikan (adaptasi\0. Ini menjadi alasan mengapa kita perlu
mengetahui tentang bagaimana keja jantung. Dengan sedikit pengetahuan tentang jantung
kita dan mana yang baik dan mana yang sebaiknya atau yang buruk untuk jantung, kamu bisa
setidaknya sedikit mengurangi bahaya dari ¬penyakit jantung (www.howstuffworks.com,
2008).
Peristiwa yang terjadi pada jantung berawal dari permulaan sebuah denyut jantung berikutnya
disebut siklus jantung. Setiap siklus diawali oleh pembentukan potensial aksi yang spontan di
dalam nodus sinus. Nodus ini terletak pada dinding lateral superior atrium kanan dekat
tempat masuk vena kava superior , dan potensial aksi menjalar dari sini dengan kecepatan
tinggi melalui kedua atrium dan kemudian melalui berkas AV ke ventrikel. Karena terdapat
pengaturan khusus dalam sistem konduksi dari atrium menuju ke ventrikel, ditemukan
keterlambatan selama lebih dati 0,1 detik ketika impuls jantung dihantarkan dari atrium ke
ventrikel. Keadaan ini akan menyebabkan atrium akan berkontraksi mendahului kontraksi
ventrikel, sehingga akan memompakan darah ke dalam ventrikel sebelum erjadi kontraksi
atrium yang kuat. Jadi, atrium itu bekerja sebagai pompa pendahulu bagi ventrikel, dan
ventrikel selanjutnya akan menyediakan sumber kekuatan utama untuk memompakan darah
ke sistem pembuluh darah tubuh (Guyton, 2000).
Pada saat berdenyut, setiap ruang jantung mengendur dan terisi darah (disebut diastol).
Selanjutnya jantung berkontraksi dan memompa darah keluar dari ruang jantung (disebut
sistol). Kedua serambi mengendur dan berkontraksi secara bersamaan, dan kedua bilik juga
mengendur dan berkontraksi secara bersamaan. Darah yang kehabisan oksigen dan
mengandung banyak karbondioksida (darah kotor) dari seluruh tubuh mengalir melalui dua
vena berbesar (vena kava) menuju ke dalam serambi kanan. Setelah atrium kanan terisi darah,
dia akan mendorong darah ke dalam bilik kanan. Darah dari bilik kanan akan dipompa
melalui katup pulmoner ke dalam arteri pulmonalis, menuju ke paru-paru. Darah akan
mengalir melalui pembuluh yang sangat kecil (kapiler) yang mengelilingi kantong udara di
paru-paru, menyerap oksigen dan melepaskan karbondioksida yang selanjutnya dihembuskan.
Darah yang kaya akan oksigen (darah bersih) mengalir di dalam vena pulmonalis menuju ke
serambi kiri. Peredaran darah di antara bagian kanan jantung, paru-paru dan atrium kiri
disebut sirkulasi pulmoner. Darah dalam serambi kiri akan didorong menuju bilik kiri, yang
selanjutnya akan memompa darah bersih ini melewati katup aorta masuk ke dalam aorta
(arteri terbesar dalam tubuh). Darah kaya oksigen ini disediakan untuk seluruh tubuh, kecuali
paru-paru (http://id.wikipedia.org, 2008).
PEMERIKSAAN JANTUNG
Inspeksi
Dilakukan inspeksi pada prekordial penderita yang berbaring terlentang atau dalam posisi
sedikit dekubitus lateral kiri karena apek kadang sulit ditemukan misalnya pada stenosis
mitral. dan pemeriksa berdiri disebelah kanan penderita.
Memperhatikan bentuk prekordial apakah normal, mengalami depresi atau ada penonjolan
asimetris yang disebabkan pembesaran jantung sejak kecil. Hipertropi dan dilatasi ventrikel
kiri dan kanan dapat terjadi akibat kelainan kongenital.
Palpasi
Pada palpasi jantung, telapak tangan diletakkan diatas prekordium dan dilakukan perabaan
diatas iktus kordis (apical impulse) Lokasi point of masksimal impulse , normal terletak pada
ruang sela iga (RSI) V kira-kira 1 jari medial dari garis midklavikular (medial dari apeks
anatomis). Pada bentuk dada yang panjang dan gepeng, iktus kordis terdapat pada RSI VI
medial dari garis midklavikular, sedang pada bentuk dada yang lebih pendek lebar, letak iktus
kordis agak ke lateral. Pada keadaan normal lebar iktus kordis yang teraba adalah 1-2 cm2
Bila kekuatan volum dan kualitas jantung meningkat maka terjadi systolic lift, systolic
heaving, dan dalam keadaan ini daerah iktus kordis akan teraba lebih melebar. Getaranan
bising yang ditimbulkan dapat teraba misalnya pada Duktus Arteriosis Persisten (DAP) kecil
berupa getaran bising di sela iga kiri sternum(http://medlinux.blogspot.com, 2008).
Perkusi jantung
Cara perkusi
Batas atau tepi kiri pekak jantung yang normal terletak pada ruang interkostal III/IV pada
garis parasternal kiri pekak jantung relatif dan pekak jantung absolut perlu dicari untuk
menentukan gambaran besarnya jantung. Pada kardiomegali, batas pekak jantung melebar
kekiri dan ke kanan. Dilatasi ventrikel kiri menyebabkan apeks kordis bergeser ke lateral-
bawah. Pinggang jantung merupakan batas pekak jantung pada RSI III pada garis parasternal
kiri.
Kardiomegali dapat dijumpai pada atlit, gagal jantung, hipertensi, penyakit jantung koroner,
infark miokard akut, perikarditis, kardiomiopati, miokarditis, regurgitasi tricuspid,
insufisiensi aorta, ventrikel septal defect sedang, tirotoksikosis, Hipertrofi atrium kiri
menyebabkan pinggang jantung merata atau menonjol kearah lateral. Pada hipertrofi
ventrikel kanan, batas pekak jantung melebar ke lateral kanan dan/atau ke kiri atas. Pada
perikarditis pekat jantung absolut melebar ke kanan dan ke kiri. Pada emfisema paru, pekak
jantung mengecil bahkan dapat menghilang pada emfisema paru yang berat, sehingga batas
jantung dalam keadaan tersebut sukar ditentukan (http://medlinux.blogspot.com, 2008).
Auskultasi Jantung
Auskultasi ialah merupakan cara pemeriksaan dengan mendengar bunyi akibat vibrasi
(getaran suara) yang ditimbulkan karena kejadian dan kegiatan jantung dan kejadian
hemodemanik darah dalam jantung.
Alat yang digunakan ialah stetoskop yang terdiri atas earpiece, tubing dan chespiece. Macam-
macam ches piece yaitu bowel type dengan membran, digunakan terutama untuk mendengar
bunyi dengan frekuensi nada yang tinggi; bel type, digunakan untuk mendengar bunyi-bunyi
dengan frekuensi yang lebih rendah.
c) Kualitas bunyi dihubungkan dengan timbre yaitu jumlah nada dasar dengan bermacam-
macam jenis vibrasi bunyi yang menjadi komponen-komponen bunyi yang terdengar. Selain
bunyi jantung pada auskultasi dapat juga terdengar bunyi akibat kejadian hemodemanik darah
yang dikenal sebagai desiran atau bising jantung (cardiac murmur)
(http://medlinux.blogspot.com, 2008).
BUNYI JANTUNG
Bunyi jantung adalah suara yang dihasilkan dari denyutan jantung dan aliran darah yang
melewatinya. Disebut juga denyut jantung. Untuk memeriksanya digunakan stetoskop.Bunyi
jantung dibagi menjadi bunyi jantung normal dan patologis yang mengindikasikan suatu
penyakit. Bunyi jantung dikenali sebagai lub dan dub secara bergantian. Bunyi murmur
dihasilkan oleh turbulensi aliran darah di jantung. Stenosis merupakan penyebab dari
turbulensi tersebut. Insufisiensi katup menyebabkan aliran darah berbalik dan bertabrakan
dengan aliran yang berlawanan arah. Pada keadaan ini, murmur akan terdengar menjadi
bagian dari tiap siklus jantung (www.wikipedia.co.id, 2008).
Ketika stetoskop ditempatkan pada daerah yang berbeda dari jantung, maka akan terdengar 4
bunyi jantung yang bisa terdengar . respon dari gelombang bunyi dari bunyi jantung termasuk
bunyi abnormal seperti murmurs) diciptakan oleh dorongan vibrasi dari penutupan katup,
katup terbuka secara abnormal, vibrasi pada ruang ventrikuler, ketegangan otot jantung, dan
turbuensi atau aliran darah abnormal yang melewati katup atau meewati antarruang jantung
(http://pagead2.googlesyndication.com, 2008)
Dasar dari bunyi jantung adalah bunyi pertama dan bunyi kedua, biasa disingkat sebagai S1
dan S2. S1 disebabkan oleh penutupan dari katup mitral dan katup trikuspidalis pada fase
kontraksi isovoumetrik. Faktor-faktor yang mempengaruhi intensitas BJ I yaitu:
Kekuatan dan kecepatan kontraksi otot ventrikel, Makin kuat dan cepat makin keras
bunyinya.
Posisi daun katup atrio-ventrikular pada saat sebelum kontraksi ventrikel. Makin
dekat terhadap posisi tertutup makin kecil kesempatan akselerasi darah yang keluar
dari ventrikel, dan makin pelan terdengarnya BJ I dan sebaliknya makin lebar
terbukanya katup atrioventrikuler sebelum kontraksi, makin keras BJ I, karena
akselerasi darah dan gerakan katup lebih cepat.
Jarak jantung terhadap dinding dada. Pada pasien dengan dada kurus BJ lebih keras
terdengar dibandingkan pasien gemuk dengan BJ yang terdengar lebih lemah.
Demikian juga pada pasien emfisema pulmonum BJ terdengar lebih lemah. Bunyi
jantung I yang mengeras dapat terjadi pada stenosisis mitral
(http://medlinux.blogspot.com, 2008)
S2 disebabkan karena pentupan katup aorta dan katup pomonal pada fase relaksasi
isovolumetrik. Terjadinya split S2 merupakan keadaan fisiologi karena penutupan katup aorta
lebih dahulu dibandingkan katup pulmonalis. Split tidak terjadi pada durasi yang tetap. Split
s2 tergantung pada pernapasan, postur tubuh, dan kondisi patologis tertentu
(http://pagead2.googlesyndication.com, 2008).
Bunyi jantung 3 (S3), ketika didengar, terdengar lebih jelas pada pada saat pengisian
ventrikel. Bunyi ini normal pada bayi, tapi ketika didengarr pada orang dewasa, sering
dihubungkan dengan dilasi ventrikel seperti ditemukan pada kegagalan ventrikel
(http://pagead2.googlesyndication.com, 2008).
Bunyi jantung 4 (S4), terdengar, karena vibrasi dari dinding ventrikel selama kontraksi
atrium. Bunyi ini biasanya dihubungkan dengan penegangan ventrikel, dan dan oleh karena
itu bunyi ini terdengar pada pasien hipertropi ventrikel, miokardi iskemia, atau pada orang
tua. Selain dari bunyi keempat jantung tersebut, yaitu bunyi lainnya seperti bunyi murmurs
juga dapat didengar
(http://pagead2.googlesyndication.com, 2008).
Bising (desir) jantung (cardiac murmur) ialah bunyi desiran yang terdengar memanjang, yang
timbul akibat vibrasi darah turbulen yang abnormal (Moehadsjah, 2001).
Istilah irama derap digunakan untuk bunyi jantung rangkap tiga yang menyerupai derap lari
seekor kuda. Irama derap disebabkan adanya satu atau lebih bunyi ekstra. Penting untuk
membedakan apakah bunyi ekstra terjadi pada saat sistole atau diastole. Irama derap
protodiastolik terdiri atas bunyi jantung I, II, III. Irama derap presistolik terdiri atas bunyi
jantung IV, I, II. Bila terdiri atas bunyi jantung III dan IV disebut irama derap sumasi. Irama
derap pada neonatus menunjukkan adanya gagal jantung, juga ditemukan pada miokarditis
mitral (Lande, 2008).
Opening snap
Ada dua jenis yakni yang dijumpai pada stenosis mitral dan pada stenosis trikuspid. Opening
snap katup mitral terjadi akibat pembukaan valvula mitral yang stenotik pada saat pengisian
ventrikel di awal diastole. Opening snap katup trikuspid timbul karena pembukaan katup
trikuspid yang stenotik pada awal diastole ventrikel. Yang lebih bernilai untuk diagnostik
ialah opening snap katup mitral. Opening snap tidak terdapat pada anak, hanya pada orang
dewasa mitral (Lande, 2008).
Klik
Klik ialah bunyi detakan pendek bernada tinggi. Klik ejeksi sistole dini terdengar segera
sesudah bunyi jantung I. Nadanya lebih tinggi daripada bunyi jantung I. Klik ejeksi
disebabkan oleh dilatasi aorta dan a.pulmonal secara tibatiba. Klik ejeksi sistolik pulmonal
yang terdengar pada bagian bawah jantung terdapat pada hipertensi pulmonal, stenosis
pulmonal, dilatasi a.pulmonal sedangkan ejeksi sistolik aorta yang terdengar pada semua
permukaan jantung ditemukan pada koarktatio aorta, stenosis aorta, insufisiensi aorta dan
hipertensi sistemik. Dapat didengar pada batas kiri sternum. Klik middiastolik dijumpai pada
prolapsus katup mitral (Lande, 2008).
BAB III
METODOLOGI PERCOBAAN
III.1 Alat
Perhatikan posisi dari denyut apeks jantung dan nyatkan titik terendah dan terluar dari
pada pulsasi jantung maksimal. Biasanya ini terletak pada ICS 5 kiri sternum.
Rabalah dengan jari-jari pada daerah apeks dan rasakanlah dorongan dari apeks selama
systole-ventrikel.
Letakanlah jari telunjuk tangan kiri pada dinding toraks dan ketuklah dengan jari tengah
tangan kanan. Mula-mula jari telunjuk tangan kiri diletakan diatas daerah paru-paru
kemudian sambil mengetuk, pindahkanlah jari tersebut menuju ke daerah jantung.
Perhatikan saat terjadinya perubahan dari bunyi ketukan yang terdengar dan berilanh
tanda pada tempat tersebut.
Letakkan stetoskop pada dada yaitu pada ruang interkostal V sebelah kiri sternum di atas
apeks jantung. Pada tenpat ini S1 terdengar sangat jelas dengan intensitas yang maksimum.
Letakkan stetoskop pada ruang interkostal II sebelah kanan sternum. Disini paling jelas
terdengar S2. pada daerah pulmonar (pinggir kiri sternum bagian atas) normal dapat didengar
dua komponen S2 (suara kedua yang terpisah). Pemisahan (splitting) dari S2 ini menjadi
lebih besar (lebih jelas) pada waktu inspirasi. Letakkan stetoskop pada pinggir kiri sternum
bagian atas dan dengarkan apakan terjadi pemisahan S2 pada waktu inspirasi dalam.
Letakkan stetoskop pada apeks jantung 9interkosta V kiri) dan dengarkan ada tidaknya S3
sesudah S2. Untuk memperjelas S3 tinggikanlah tungkai orang coba atau mintalah orang
coba untuk melakukan kegiatan sebentar. Normal suara ini tidak terdengar dengan stetoskop
kecuali pada keadaan patologis. S4 ini terjadi akibat kontraksi atrium yang menyebabkan
darah masuk dalam ke dalam ventrikel dengan cepat.
BAB IV
IV.1 Hasil
Dari percobaan yang telah dilakukan pada orang coba atas nama Syahrul diperoleh hasil:
Keadaan umum (inspeksi) : tampak sehat , skleranya normal, tidak terdapat edem.
Thoraks : bentuknya simetris, tidak terdapat penonjolan maupun bekas luka, inspirasin
dan ekspirasi normal.
Palpasi, perabaan pada daerah apeks jantung dengan menggunakan telapak tangan tengah
diperoleh hasil: gaya dorong jantung normal dan daerah pulsasi tidak menunjukkan
tanda-tanda abnormal..
Batas atas : bunyi sonor ke pekak relative (batas atas paru-basis jantung), Intercostalis II
Batas bawah : bunyi pekak relatif menjadi pekak (batas jantung bawah dengan hati),
Intercostalis V
Batas kanan : perkusi kearah medial, terdengar perubahan bunyi dari dari sonor ke pekak
relative (batas paru dengan jantung kanan), Linea Parastenalis Dekstra
Batas kiri : perkusi dari linea midaksila kearah media, terdengar perubahan bunyi dari sonor
ke pekak relatif (batas paru kriri dengan jantung kiri), linea midclavikula.
Auskultasi
S1 : pada ruang ICS V sebelah kiri sternum (apeks), dapat terdengar jelas dengan intensitas
maksimum.
S2 : pada ruang ICS II sebelah kanan sternum (basal) dapat terdengar dengan jelas. Terdapat
dua komponen S2 yang dapt terdengar jelas, yang pertama yaitu karena disebabkan
penutupan katup aorta dan yang kedua yaitu akibat dari penutupan katup pumonalis.
Suara ini dapat terdengar jelas pada saat orang coba melakukan inspirasi dalam.
S4 : tidak terdengar.
IV.2 Pembahasan
Pemeriksaan fisis jantung dpat dilakukan dengan 4 cara. Cara tersebut yaitu dengan
melakukan inspeksi (pemeriksaan dengan melihat), palpasi (pemeriksaan dengan meraba),
perkusi (pemeriksaan dengan mengetuk), dan auskultasi (pemeriksaan dengan mendengar
bunyi jantung). Pemeriksaan dengan keempat cara ini dilakukan untuk mengetahui letak
apeks jantung, batas-batas jantung, dan bunyi yang dihasilkan jantung pada saat beraktivitas
pada satu siklus jantung.
Inspeksi dilakukan pada orang coba untuk melihat keadaan keseluruhan daerah jantung jika
dilihat dari luar seperti pucat atau tidaknya orang coba, pergerakan dada simetris atau tidak,
dan memperhatikan posisi dari denyut apeks jantung, Memperhatikan bentuk prekordial
apakah normal, mengalami depresi atau ada penonjolan asimetris yang disebabkan
pembesaran jantung sejak kecil. Hipertropi dan dilatasi ventrikel kiri dan kanan dapat terjadi
akibat kelainan kongenital.. Berdasarkan percobaan yang dilakukan, tidak terihat kelainan
dari pemeriksaan inspeksi ini .
Garis anatomis pada permukaan badan yang penting dalam melakukan pemeriksaan dada
adalah:
Palpasi dilakukan dengan meraba daerah permukaan kulit daerah jantung untuk merasakan
denyut jantung pada daerah jantung dan meraskan gaya dorong dari apeks tersebut. Selain itu,
palpasi dilakukan untuk mengetahui adanya hipertropi dan dilatasi ventrikel kiri dan kanan
yang dapat terjadi karena kelainan kongenital. Biasanya, jika terdapat dinding dada yang
tebal atau emfiisemia pulmonum, impuls jantung hanya dapat teraba jika pasien duduk tegak
atau membungkuk ke depan. Akan tetapi pada orang yang mengalami obesitas terkadang sulit
untuk melihat dan meraba iktus kordiks. Pada insufisiensi aorta dan mitral, jika ventrikel
harus bekerja melawan resistensi yang rendah, impuls apeks tersebut juga kuat, tetap
mempunyai amplitude yang lebih besar dan lebih mendadak serta lebih hidup. Dalam
percobaan ini, denyut jantung daerah apeks dari orang coba dapat dirasakan dan tidak
terdapat keainan seperti hipertropi atau kelainan denyut jantung.
Setelah pemeriksaan inspeksi dan palpasi kemudian dilakukan pemeriksaan dengan perkusi
yang bertujuan untuk mengetahui letak dan batas-batas dari jantung dengan mendengarkan
bunyi yang dihasilkan. Pada keadaan normal jantung mempunyai bunyi pekak relative karena
selain jantung merupakan padatan jantung juga mempunyai rongga dan cairan. Sebelum
melakukan perkusi, pemeriksa terlebih dahulu menetapkan ICS II dan ICS V.
Setelah 3tiga pemeriksaan diatas, orang coba kemudian diperiksa dengan auskultasi aitu
mendengar bunti jantung dengan menggunakan stetoskop. Dengan auskultasi, keadaan
fisiologis jantung dapat diketahui utamanya pada bunyi yang dihasilkan. Terdapat 4 bunti
jantung dan yang dapat didengar melaui stetoskop adalah bunyi jantung 1 dan bunti jantung
2. Bunyi jantung 3 terdengar lemah atau bahkan tidak terdengar dan secara fisioogis dapat
terdengar jelas setelah melakukan aktivitas berat seperti olah raga. Bunyi jantung 4 hanya
terdengar pada keadaan patologis.
BAB V
PENUTUP
5.1 Kesimpulan
1. Pemeriksaan fisis jantung dapat dilakukan dengan empat cara yaitu inspeksi, palpasi,
perkusi, dan auskultasi.
3. Letak apeks jantung dapat ditentukan dengan cara inspeksi dan palpasi, apeks jantung
terletak di bagian kiri ICS V. Selain itu, papasi dilakukan untuk merasakan seberapa
besar gaya dorong jantung.
4. Batas-batas jantung dapat ditentukan dengan cara perkusi. Batas jantung bagian atas di
ICS II, bagian bawah di ICS V, bagian kiri di linea mediaklavikularis sinsitra, dan
bagian kanan pada linea parasternalis dextra.
5. Stetoskop digunakan untuk auskultasi yaitu mendengar bunyi jantung. Bunyi yang dapat
didengar adalah bunyi jantung I dan II, sedangkan bunyi jantung III tidak dapat
terdengar, dan tidak terdengar bunyi jantung IV. Bunyi jantung IV hanya tertedengar
dalam keadaan patologis.
5.2 Saran
DAFTAR PUSAKA
York
Lande, Rante dan J.M. Ch. Pelupessy , ___, Bunyi Jantung, Cermin dunia Kedokteran,
www.google.com, diakses pada tanggal 2 November 2008.
Moehadsjah, O. K. dkk. 2001. Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam: Jilid I. Jakarta: Balai
Penerbit FKUI
0 komentar:
Poskan Komentar
Poskan Komentar
Anda Pengunjung Ke :
Free Counter
Data Pengunjung
Categories
o akbid (1)
o anthrax (1)
o antraks (1)
o jumper (1)
o makalah (1)
o maros (1)
o tugas (1)