Teknik Fluidisasi: Oleh: Prof. I Nyoman Suprapta Winaya, ST, Masc, PHD
Teknik Fluidisasi: Oleh: Prof. I Nyoman Suprapta Winaya, ST, Masc, PHD
Oleh:
Prof. I Nyoman Suprapta Winaya, ST, MASc, PhD.
UNIVERSITAS UDAYANA
Daftar Isi
ii | T e k n i k Flu idi sa si
V. Sistem pembakaran fluidized bed
5.1. Sistem pembakaran untuk bahan bakar solid 53
5.2. Ukuran sistem pembakaran fluidized bed 55
5.3. Efisiensi sistem pembakaran fluidized bed 58
5.4. Pengendalian emisi pada sistem pembakaran fluidized bed 60
iii | T e k n i k Flui di sa si
KEMENTERIAN RISET, TEKNOLOGI DAN
PENDIDIKAN TINGGI
UNIVERSITAS UDAYANA
FAKULTAS TEKNIK
JURUSAN TEKNIK MESIN
Minggu Metode
Kemampuan yang diharapkan Bahan Kajian Waktu Evaluasi Kriteria/ Indikator Bobot
ke Pembelajaran
1 2 3 4 5 6 7 8
Memahami konsep fluidisasi 1.1. Fundamental fluidisasi Mampu memahami
dan aplikasi nya. 1.2. Kontak antara partikel dan konsep-konsep
- Pemaparan,
fluida fluidisasi dan
1 Diskusi 2x50 Tes lisan 5%
menjelaskan
aplikasinya.
Mampu merancang kebutuhan 2.3. Drop tekanan sepanjang -Pemaparan dan -Tes lisan Mahasiswa mampu
5 tekanan dan kecepatan hamparan tetap 2x50 5%
mendiskusikan Quis diakhir mendesain tekanan dan
fluidisasi. 2.4. Kecepatan fluidisasi konsep Kls kecepatan fluidisasi.
minimum dan
determinasinya
7 UTS
Mampu menganalisa 3.1. Jenis-jenis perpindahan Mahasiswa
perpindahan panas fluidized panas. menjelaskan dengan
bed 3.2. Perpindahan panas pada dengan baik mengenai
hamparan partikel. -Pemaparan dan -Tes lisan perpindahan panas
8 2x50 5%
3.3. Estimasi koefisien diskusi -Tugas hamparan partikel,
perpindahan panas antara partikel dengan gas dan
gas, surface dan partikel. surface.
BAB I
PENGENALAN TENTANG FLUIDISASI DAN APLIKASINYA
Keseragaman temperatur pada reaktor adalah hal yang sangat penting untuk
menjaga kestabilan pembakaran, disamping itu juga berguna untuk mengurangi emisi gas
polutan seperti hidrokarbon dan NOx sebagai akibat hasil pembakaran yang tidak sempurna.
dalam hamparan. Oleh karena sudah mendapat sifat fluiditas, zat padat itu dapat
dipindahkan dengan mudah dari satu bejana ke bejana lain.
Kelemahan utama dari fluidisasi gas-zat padat ialah adanya kontak yang tidak
merata antara gas dan zat padat, Kebanyakan gas mengalir melalui hamparan dalam bentuk
gelembung-gelembung dan bersinggungan hanya dengan sejumlah kecil zat padat di dalam
selongsong tipis, yang dikenal dengan nama awan gelembung(bubble cloud), di sekeliling
gelembung. Sebagian kecil gas itu mengalir melalui fase rapat, yang mengandung hampir
keseluruhan zat padat. Antara gelembung dan fase rapat terdapat semacam pertukaran gas
karena difusi dan proses-proses turbulen, seperti pembelahan dan penyatuan gelembung,
tetapi konversi menyeluruh dari pada pereaksi yang berbentuk gas biasanya jauh lebih kecil
dari yang terdapat pada persentuhan seragam pada suhu yang sama, sebagaimanahalnya
dalam reaktor ailiran-sumbat(plug flow reactor) yang ideal. Tingkat pertukaran antara
gelembung dan hamparan rapat, demikian juga laju pencampuran aksial, akan berbeda jika
diameter tangki berlainan, karena ukuran gelembung tidak sama. Hal ini menyebabkan
masalah pembesaran skala terap reaktor fluidisasi seringkali mengandung banyak faktor
ketakpastian, Kerugian lain yang dapat ditangani dengan lebih mudah, yaitu dengan
melakukan perancangan yang baik, adalah erosi bagian dalam reactor atrisi (aus gesek) zat
padat. Kebanyakan hamparan fluidisasi mempunyai siklon di bagian dalam atau luarnya,
yang digunakan sebagai penangkap butir-butir halus, tetapi, kadang-kadang lain dari itu,
masih diperluka lagi filter(penyaring) atau penyerap basuh (scrubber).
bagas & limbah pertanian lainnya. Fluidized bed memiliki kisaran kapasitas yang luas yaitu
antara 0.5 T/jam sampai lebih dari 100 T/jam.
Bila udara atau gas yang terdistribusi secara merata dilewatkan keatas melalui
hamparan partikel padat seperti pasir yang disangga oleh saringan halus, partikel tidak akan
mengalami pergerakan pada kecepatan yang rendah Kondisi ini masih dikategorikan
sebagai kondisi hamparan diam (fixed bed). Begitu kecepatan udaranya berangsur-angsur
naik, terbentuklah suatu keadaan dimana partikel tersuspensi dalam aliran udara dengan
hamparan tersebut yang disebut “Terfluidisasikan”.
Dengan kenaikan kecepatan udara selanjutnya, terjadi pembentukan gelembung,
turbulensi yang kuat, pencampuran cepat dan pembentukan permukaan bed yang rapat. Bed
partikel padat menampilkan sifat cairan mendidih dan terlihat seperti fluida - “bed
gelembung fluida/ bubbling fluidized bed”.
Jika partikel pasir dalam keadaan terfluidisasikan dipanaskan hingga ke suhu nyala
batubara, dan batubara diinjeksikan secara terus menerus ke bed, batubara akan terbakar
dengan cepat dan bed mencapai suhu yang seragam. Pembakaran dengan fluidized bed
(FBC) berlangsung pada suhu sekitar 840OC hingga 950OC. Karena suhu ini jauh berada
dibawah suhu fusi abu maka pelelehan abu dan permasalahan yang terkait didalamnya
dapat dihindari.
Suhu pembakaran yang lebih rendah tercapai disebabkan tingginya koefisien
perpindahan panas sebagai akibat pencampuran cepat dalam fluidized bed dan ekstraksi
panas yang efektif dari bed melalui perpindahan panas pada pipa dan dinding bed.
Kecepatan gas dicapai diantara kecepatan fluidisasi minimum dan kecepatan masuk partikel.
Hal ini menjamin operasi bed yang stabil dan menghindari terbawanya partikel dalam jalur
gas.
BAB II
Peralatan fluidisasi terdiri dari hamparan partikel padat dengan berbagai ukuran dan
bentuk. Pada sebagian besar untuk penggunaan pembakaran, ukuran partikel hamparan
yang dipakai umumnya lebih besar dari 1 mm. Untuk praktisnya, diameter hamparan yang
efektif dapat ditentukan dari analisa mesh yang memisahkan partikel hamparan ke dalam
beberapa ukuran yang berbeda. Diameter rata-rata dikalkulasi dari analisa mesh
berdasarkan pada rata-rata luasan permukaan partikel yang cocok. Rata-rata area
permukaan spesifik per unit volume didefinisikan sebagai
Survace Area
Ap yi (2.1)
i
Volume i
dimana yi adalah pecahan masa dengan peningkatan i. Untuk gelembung yang setara, rasio
permukaan per volume adalah 6/dp sehingga,
y 6
A p 6 i (2.2)
i
di d
1
d (2.3)
i
y
di
i
Partikel hamparan akan menempati total volume tertentu, dan akan ada fraksi ruang
kosong (void) tertentu yang hanya mengandung gas dalam volume tersebut. Fraksi ruang
kosong tersebut didefinisikan sebagai :
void volume
= (2.4)
bed volume
Pecahan volume void kira-kira sama dengan area penampang melintang void pada poin
manapun dalam dipan tersebut. Kecepatan lokal efektif melalui dipan tersebut disebut
kecepatan interstitial,
.
V
VI (2.5)
A
dimana V adalah volume kecepatan aliran melalui dipan dan a adalah area penampang
linyang fluidized bed seperti tampak pada gambar 17.1. Kecepatan supervicial Vs adalah
kecepatan gas jika partikel-partikel dipan tidak hadir:
.
V
Vs (2.6)
A
Contoh 2.1. Untuk analisa layar di bawah ini temukan rata-rata diameter partikel , rata-rata
area permukaan partikel per unit volume partikel, dan rata-rata area permukaan partikel per
unit volume dipan. Pecahan void diukur pada 0,40
8 2.36 0
10 1.65 60
14 1.17 80
20 0.83 40
35 0.42 20
48 0.29 0
Total 200
10 | K a r a k t e r i s t i k p a r t i k e l s o l i d
Teknik Fluidisasi
Jawaban. Tentukan pecahan masa pada masing-masing kisaran ukuran dan evaluasi
persamaan 2.6. Catat bahwa di = 2.00 dibawah ini datang dari (2.36 + 1.65)/2 di atas,
sebagai contoh
Tabel
Di yi yi
di
1
d 1.26 mm
0.795
6
Ap 3
4762 m 2 / m 3
1.26 x10
Rata-rata area permukaan partikel per unit volume fluidized bed adalah
11 | K a r a k t e r i s t i k p a r t i k e l s o l i d
Teknik Fluidisasi
Pada umumnya, tidaklah menjadi soal fase mana yang diandaikan diam, apakah
fluidanya atau benda padatnya, yang penting ialah kecepatan relative antara kedua fase itu.
Kekecualian terhadap hal ini terdapat dalam beberapa situasi dimana arus fluida tidak
terlebih dahulu dipengaruhi oleh dinding padat dan berada dalam kondisi aliran turbulen.
Dalam prosesi ni, skala dan intensitas keturbulenan akan merupakan dua parameter yang
penting. Dalam terowongan angin,umpamanya dimana benda padat berada dalam keadaan
diam dan arus udara dalam keadaan bergerak, ke turbulen dan dapat memberikan gaya pada
benda padat itu, yang berbeda dari gaya yang ada dalam benda padat yang bergerak dengan
kecepatan relatif yang sama di dalam massa udara tenang yang bebas dari keturbulenan.
Benda yang jatuh bebas melalui medium kontinu mungkin bergerak dalam pola spiral atau
berputar pada sumbunya, atau mengalami kedua hal tersebut sekaligus. Tetapi di sini pun,
gaya yang bekerja pada benda itu tidak akan sama bila benda itu diam dan fluidanya yang
mengalir melewatinya.
Seret. gaya pada arah aliran,yang diberikan fluida terhadap benda padat di dalam
aliran di sebut seret( drag). Menurut hukum ketiga Newton tentang gerakan, benda itu akan
memberikan pula gaya yang besarnya sama pada fluida itu, tetapi pada arah yang
berlawanan. Bila dinding benda itu sejajar dengan arah aliran, sebagaimana dalam halnya
dengan plat tipis pada Gambar 2 -10a, satu-satunya gaya seret yang bekerja ialah geser
dinding w . Akan tetapi, pada umumnya dinding benda yang berada di dalam fluida itu
12 | K a r a k t e r i s t i k p a r t i k e l s o l i d
Teknik Fluidisasi
membuat sudut dengan arah aliran. Dalam hal ini komponen geser dinding pada arah aliran
itulah yang membangkitkan seret. Contoh ekstirm dari situasi ini ialah seret terhadap plat
rata yang tegak lurus terhadap aliran, sebagaimana terlihat pada gambar 2-10b. Demikian
pula, tekanan fluida yang bekerja padaarah tegak lurus terhadap dinding mempunyai pula
komponen pada arah aliran, dan komponen itu ikut pula memberikan seret. Seret total pada
suatu elemen luas ialah jumlah dari kedua komponen itu. Gambar 2-1 menunjukan gaya-
gaya dari tekana dan gesesr yang bekerja pada elemen luas dA yang membuat sudut 90 o -
terhadap arah aliran. Seret pada geser dinding dalam hal ini mebjadi w sin dA , dan dari
tekanan ialah p cos dA . Seret total pada benda itu ialah jumlah integral masing-masing
besaran itu dimana masing-masingnya dihitung untuk keseluruhan permukaan benda yang
berada dalam kontak (bersentuhan) dengan fluida.
Seret toal dar dinding, yang didapatkan dari integrasi itu disebut seret dinding (wall
drag), dan yang dari hasil integrasi tekanan disebut seret bentuk (form drag).
Dalam aliran potensian, w = 0, dan tidak ada seret dinding. Demikian pula, seret
tekanan pada arah aliran diimbangi oleh gaya yang besarnya sama tetapi arahnya
berlawanan, dan integrasinya seret bentuk ialah nol. Jadi, tidak ada seret neto didalam
aliran potensial.
Gambar 2.1 Seret dinding dan seret bentuk pada benda yang berada di dalam aliran fluida
13 | K a r a k t e r i s t i k p a r t i k e l s o l i d
Teknik Fluidisasi
Fenomena yang menyebabkan seret dinding maupun seret bentuk didalam fluida yang
sebenarnya jauh lebih rumit lagi, dan pada umumnya seret itu tidak dapat diramalkan.
Untuk bola dan bentuk berturan lainya, jika kecepatan fluida rendah, pola aliran dan gaya
seretnya dapat ditaksir dengan metode-metode numerik; tetapi untuk bentuk tak beraturan
dan pada kecepatan tinggi pola aliran dan gay seret itu harus ditentukan melalui
eksperimen.
Koefisien seret. Dalam menangani masalah aliran fluida dalam saluran, suatu factor
gesek yang defenisinya rasio tegangan geser terhadap hasil-kali tinggi-tekan kecepatan dan
densitas, ternyata amat berguna. Untuk benda padat dalam aliran, digunakan koefisien
seret(drag coefisien) yang analogi dengan itu. Perhatikan sebuah pola licin di dalam aliran
fluida yang berada pada jarak yang cukup jauh dari batas padat arus itu sehingga arus-
datang itu merupakan aliran potensial. Kita definisikan luas proyeksi benda padat itu
sebagai luas yang didapatkan dengan memproyeksikan benda itu pada bidang yang tegak-
lurus terhadap arah aliran, sebagaimana terlihat pada Gambar2.1. Kita namakan luas itu Ap.
Untuk bola, luas proyeksi itu ialah luas lingkaran besar, yaitu ( / 4 ) Dp2,dimana Dp ialah
diameter bola. Jika seret total ialah FD, seret rata-rata persatuan luas proyeksi ialah FD / Ap .
FD / Ap
CD (2.7)
u02 / 2 g c
Untuk partikel yang tidak berbentuk bola, kita harus terlebih dahulu menentukan
ukuran dan bentuk geometri benda itu, dan orientasinya terhadap arah aliran fluida. Satu
dimensi utamanya dipilih untuk digunakan sebagai panjang karakteristik, dan dimensi
penting lainnya diberikan sebagai rasio terhadap dimensi pilihan itu. Setiap rasio itu
14 | K a r a k t e r i s t i k p a r t i k e l s o l i d
Teknik Fluidisasi
dinamakan faktor bentuk (shape factor). Jadi, untuk silinder pendek, biasanya diameter
dipilih sebagai dimensi penentu, dan rasio panjang terhadap diameter sebagai faktor
bentuk. Orientasi partikel itu di dalam arus juga diketahui. Untuk silinder, kita dapat
menggunakan sudut antara sumbu silinder dan arah aliran. Jadi, luas proyeksi sudah
tertentu dan dapat dihitung. Untuk silinder yang orientasinya sedemikian rupa sehingga
sumbunya tegak-lurus terhadap aliran, Ap ialah LDp, dimana L ialah panjang silinder. Untuk
silinder yang sumbunya sejajar dengan arah aliran.Ap ialah ( / 4) D p ,sama dengan bola
2
Dari analisis dimensi, koefisien seret benda padat licin di dalam fluida tak-mampu-
mampat bergantun pada angka Reynold dan faktor bentuk. Untuk setiap bentuk tertentu
C D ( N Re , p )
G0 D p
N Re, p (2.8)
G0= 0
Untuk setiap bentuk dan orientasi terhadap hubungan C D VS N Re, p yang khas. Hubungan
itu pada umumnya harus ditentukan dari eksperimen, walaupun khsus untuk bola licin pada
15 | K a r a k t e r i s t i k p a r t i k e l s o l i d
Teknik Fluidisasi
angka Reynolds rendah terdapat persamaan teoritis yang sudah cukup teruji. Koefisien seret
untuk fluida mampu-mampat meningkat bila angka Machnya bertambah tinggi, khususnya
bila angka Mach itu lebih dari 0,6. Koefisien pada aliran supersonic biasanya lebih besar
dari koefisien aliran subsonic.
Koefisien seret bentuk-bentuk khas. Pada Gambar 2.3 terlihat kurva-kurva C D VS N Re, p
untuk bola, silinder panjang, dan piring. Sumbu silinder dan muka piring tegak-Jurus
terhadap arah aliran; dan kurva-kurva itu hanya berlaku untuk orientasi demikian. Jika,
umpamanya, piring itu bergerak karena gravitasi atau gaya sentrifugal melalui fluida
tenang, benda itu akan berputar pada waktu bergerak melalui fluida itu.
Dari sifat seret yang kompleks itu, tidaklah mengherankan bila perubahanCp dengan
N Re, p , jauh lebih rumit dari pada perubaha f dengan NRe . Variasi kemiringan kurva
vs , N
CD Re , p
pada berbagai angka Reynolds adalah akibat daripada interaksa intara berbagai
faktor yang mengembalikan seret bentuk dan seret dinding. Efeknya dapat diikuti dari
pembahasan untuk kasus bola dibawah ini.
Pada angka Reynolds, rendah gaya seret untuk bola sesuai dengan persamaan
teoretis yang disebut hokum stokes, yang dapat dituliskan sebagai berikut
u0 D p
FD 3 (2.9)
gc
Dari Pers(2-3), koefisien seret yang diramalkan oleh hokum Stokes dengan menggunakan
Pers(2 -l) ialah
24
CD (2.10)
N Re, p
Menurut teori, hukum Stokes hanya berlaku bila N Re, p jauh lebih kecil dari satu. Dalam
kenyataannya seperti terlihat dari bagian kiri grafik pada Gambar 2-3, Pers.(2.9) dan
(2.10) dapat digunakan tanpa kesalahan terlalu besar untuk segala angka Reynolds, asal
kurang dari l. Pada kecepatan rendah, dimana hukum ini berlaku, bola itu bergerak melalui
16 | K a r a k t e r i s t i k p a r t i k e l s o l i d
Teknik Fluidisasi
fluida dengan membuat deformasi pada fluida itu. Geser dinding adalah akibat dari gaya-
gaya viskos semata-mata, dan gaya inersia pun dapat diabaikan. Gerakan bola itu
mempengaruhi fluida pada jarak yang agak jauh dari benda itu, dan jika dinding padat
berada di sekitar 20 atau 30 diameter bola, hukum Stokes harus dikoreksi untuk
memperhitungkan pengaruh dinding. Jenis aliran yang diperlakukan dengan hukum ini
disebut aliran mulur (creeping flow). Hukum ini sangat berguna untuk menghitung tahanan
partikel kecil, seperi debu dan kabut, yang bergerak melalui gas atau zat cair berviskositas
rendah, atau untuk gerakan partikel besar didalam zat cair yang sangat viskos
Jika angka Rynolds ditingkatkan sampai 10 atau lebih, jauh diluar jangkauan
hukum stokes, pemisahan akan terjadi pada titik persis di depan bidang ekuator bola,
sebagaimana tearlihat pada cambar 7-4a,dan dibelakang bola akan terbentuk riak Ikutan
(wake) yang meliputi seluruh hemisfer-belakang bola itu. Dalam Bab 3 telah kita tunjukan
bahwa riak ikutan itu selalu disertai oleh rugi gerak yang besar. Riak ikutan itu
membangkitkan pula seret-bentuk, yang besar, dan bahkan kebanyakan seret bentuk adalah
akibat dari adanya riak ikutan. Dalam riak ikutan, kecepatan sudut vorteks-vorteks yang
terjadi adalah besar,dan karena itu energi-kinetik rotasinya pun demikian. Tekanan di
dalam riak ikutan, sesuai dengan asas Bernoulli, kurang dari yang terdapat di dalam lapisan
batas yang memisah. Di dalam gelombang ikutan itu akan terjadi suatu isapan, dan
komponen vektor tekanan yang bekerja pada arah aliran. Seret tekanan, dan demikian pula
seret total, besar;jauh lebih besar dari pada bilamana hokum Stokes masih berlaku.
17 | K a r a k t e r i s t i k p a r t i k e l s o l i d
Teknik Fluidisasi
sedikit dengan pertambahan angka Reynolds. Jika angka Reynolds meningkat lebih jauh,
akan terjadi transisi ke aliran turbulen, mula-mula dalam lapisan-batas bebas, lalu dalam
lapisan batas yang masih melekat pada setengah bola bagian depan. Bila pada hemisfer-
depan itu terjadi keturbulenan, titik pemisah bergerak ke arah belakang bola itu, dan riak
ikutan pun mengecil, seperti terlihat pada Gambar 7-4b. Baik gesekan maupun seret
berkurang, dan penurunan koefisien seret secara nyata dari 0,45 menjadi 0,l0 pada angka
Reynolds sekitar 250.000 adalah disebabkan oleh pergeseran letak titik pemisahan bila
lapisan batas yang melekat pada bola itu menjadi turbulen. Pada angka Reynolds yang
lebih besar dari 300.000, koefisien seret itu hampir dapat dikatakan konstan.
Angka Reynolds dimana lapisan batas yang melekat berubah menjadi turbulen
disebuat ngka Reynolds kritis untuk seret. Kuva untuk bola yang terlihat pada Gambar 2-3
hanya berlaku bila fluida mendekati bola dalam keadaan tidak turbulen atau bila bola yang
bergerak di dalam fluida diam. Jika fluida itu mendekat dalam keadaan turbulen, angka
Reynolds kritis itu menjadi peka terhadap skala keturbulenan dan akan mengecil bila skala
itu bertambah besar. Umpamanya, jika skala keturbulenan yang didefinisikan sebagali
100 (u ' ) 2 / u , besarnya 2 persen, angka Reynolds kritis itu ialah kira-kira 140,000.
Gambar 2-3 koefisien seret untuk bola, piring dan silinder [Atas perkenan, dari J.H. pery(ed). “chemical engineers
handbook” eds 5, hlm 5-62, Hak cipta, 1973, Mcgraw-Hill book company.]
18 | K a r a k t e r i s t i k p a r t i k e l s o l i d
Teknik Fluidisasi
Salah satu cara untuk mengukur skala keturbulenan ialah dengan menentukan angka
Reynolds kritis dan menggunakan suatu koreksi yang sudah diketahui antara kedua besaran
itu. Kurva CD vs N Re untuk silinder panjang tak-berhinga yang tegak lurus terhadap aliran
hampir serupa dengan kurva untuk bola, akan tetapi, pada angka Reynolds
rendah CD tidak berubah menurut kebalikanya NRe, karena aliran mengelilingi silinder
mempunyai cirri dua dimensi. Untuk silinder pendek, seperti pelet-pelet kattalis, koefisien
seret itu mempunyai nilai diantara nilai untuk bola dan silinder panjang, dan berubah
menurut kebalikan angka Reynolds, khususnya pada angka Reynolds yang sangat rendah.
Benda berbentuk piring tidak menunjukkan adanya penurunan dalam koefisien seret pada
angka Reynolds kritis, karena jika pemisahan telah terjadi pada tepi piring, arus yang
terpisah itu tidak akan kembali ke belakang piring, dan gelombang-ikutan tidak menciut
19 | K a r a k t e r i s t i k p a r t i k e l s o l i d
Teknik Fluidisasi
bila lapisan batas menjadi turbulen. Benda yang menunjuk perilaku demikian disebut
benda tumpul (bluff body). Untuk piring, koefisien seret CD mempunyai nilai kira-kira satu
pada angka Reynolds di atas 2.000.
Koefisien seret untuk partikel yang mempunyai bentuk tidak beraturan, seperti batu
bara dan pasir, tampaknya hamper sama dengan bola yang ukuran nominalnya sama, pada
angka Reynolds kurang dari 504. Namun, kurva CD vs , N Re itu mendatar pada NRe 100 ,dan
nilai CD nya menjadi 2 sampa 3kali nilai untuk bola untuk angka Reynolds yang berkisaran
antara NRe=500-3,000. Hasil-hasil seperti itu telah dilaporkan pula untuk partikel isometric
seperti kubus dan tetrahedron.
Udara dimasukkan dibawah plat distributor (penyebar udara) dengan laju lambat,
dan naik keatas melalui hamparan tanpa menyebabakan terjadinya gerakan pada partikel.
Jika partikel itu cukup kecil, aliran didalam saluran-saluran diantara hamparan itu akan
sebanding dengan kecepatan semu Uo. jika kecepatan itu berangsur-angsur dinaikkan,
penurunan akan meninggakat tetapi tidak bergerak dan tinggi hamparanpun tidak berubah.
Kondisi ini disebut dengan fixed beds. Pada kecepatan tertentu, penuruna tekanan melintasi
hamparan itu akan mengimbangi gaya gravitasi yang dialaminya. Jika kecepatan masih
dinaikkan lagi, partikel itu akan mulai bergerak. Titik ini digambarkan oleh titik A pada
gambar 2.5. didalam hamparan zat padat
Jika kecepatan itu terus dinaikkan lagi, partikel-partikel itu akan memisah dan
menjadi cukup barjauhan satu sama lain sehingga dapat berpindah-pindah didalam
hamparan itu dan fluidisasi yang sebenarnyapun mulai terjadi (titik B). pada saat hamparan
itu sudah terfluidisasi, penurunan tekanan melintasi hamparan konstan, tetapi tinggi
hamparan bertambah terus apabila aliran ditinggikan lagi (Bubbling Fluidized Bed). Jika
laju aliran kehamparan fluidisasi itu perlahan-lahan diturunkan, penuruna tekanan tetap
sama, tetapi tinggi hamparan berkurang mengikuti garis BC.
20 | K a r a k t e r i s t i k p a r t i k e l s o l i d
Teknik Fluidisasi
g
p (1 )( p ) L (2.11)
gc
Pada awal fluidisasi, merupakan porositas minimum, atau M .(Jika partikel itu scndiri
21 | K a r a k t e r i s t i k p a r t i k e l s o l i d
Teknik Fluidisasi
p g
(1 M )( p ) (2.12)
L gc
Persamaan Ergun untuk penurunan tekanan pada hamparan curah [pers.( 7-20)] dapat
Jika Pers.(2.13) kita terapkan untuk titik awal fluidisasi, kita dapatkan suatu persamaan
2
150V 0 M (1 M ) 1,75V 0 M 1
g ( p ) (2.14)
2s D p2 M3 s D p M3
Untuk partikel yang sangat kecil, hanya suku aliran laminar pada persamaan Ergun yang
signifikan. Dengan N Re . p ,1, persamaan kecepatan fluidisasi minirnum menjadi
g ( p ) M3
V 0M 2s D p2 (2.15)
150 1 M
22 | K a r a k t e r i s t i k p a r t i k e l s o l i d
Teknik Fluidisasi
Kecepatan mininum fluidisasi partikel di dalam udara yang dihitung dari pers,
(2.14) ditunjukkan pada Gambar 2.6, Perlu dicatat bahwa ketergantungan terhadap D p2
berlaku untuk partikel yang diameternya sampai kira-kira 300 M ; dalam berbagai
penerapan fluidisasi, partikel itu berukuran antara 30 sampai 300 M . Akan tetapi,
fluidisasi juga digunakan untuk partikel yang lebih besar dari I mm, sebagaimana dalam hal
pembakaran batu-bara dalam hamparan fluidisasi. Dengan partikel yang berukuran sangat
besar, suku aliran laminar menjadi dapar diabaikan dan V 0 m berubah sesuai dengan akar
pangkat-dua ukuran partike. Persamaan N Re, p < 103 adalah
s D p g ( p ) M3
V 0M (2.16)
1,75
Gambar 2.6 Kecepatan fluidisasi minimum dan kecepatan terminal dengan udara pada
23 | K a r a k t e r i s t i k p a r t i k e l s o l i d
Teknik Fluidisasi
Kecepatan terminal masing-masing partikel yang jatuh dalam udara tenang juga terlihat
pada Gambar 2.6. Pada angka Reynolds rendah, ut dan V 0 m masing-masing bervariasi
menurut D p2 ( p ) , dan 1 / , sehingga rasiou u t / V 0 M bergantung terutama pada fraksi
ut gD p2 ( p ) 150 1 M
V 0M 18 g ( p ) s D p M3
2 2
8,33(1 M )
= (2.17)
2s p2
Untuk partikel yang, tidak berbentuk bola, lebih kecil dari 1, dan pers.(2.17)
kelihatannya memberikan daerah fluidisasi yang lebih luas tanpa ada yang terbawa ikut.
Akan tetapi, untuk partikel yang bentuknya tak beraturan, nilai M pada umumnya lebih
kecil dari nilai pada bola, dan untuk , s 0,8 dan M 0,5 rasio u t / V 0 M ialah 52, yaitu
kira-kira sama dengan yang diperkirakan untuk bola. Untuk partikel besar, kecepatan
terminal diberikan oleh hukum Newton [pers. (7-45)], dan ini dapat dibandingkan dengan
V 0 M dari pers.(2.15). Dalam hal bola, dengan-NRe,p,lebih besar dari 103,
1/ 2
gD p ( p )
1/ 2
ut 1,75
1,75 3
V 0M gD p ( p ) M
24 | K a r a k t e r i s t i k p a r t i k e l s o l i d
Teknik Fluidisasi
2,32
= (2.18)
M3 / 2
untuk M =o,45, u t / V 0 M =7,7 , yang merupakan rasio yang jauh lebih kecil dari yang
untuk partikel halus. Hal ini mungkin agak kurang menguntungkan dibandingkan dengan
penggunaan partikel kasar dalam hamparan fluidisasi, tetapi ukuran partikel optimum pada
umumnya bergantunga pada berbagai factor lain seperti biaya penggilingan, serta
perpindahan kalor dan perpindahan massa, di samping kecepatan gas yang dikehendaki.
2.5 Teori dua fase untuk fluidisasi gelembung dan resim fluidisasi
pg c s D p 3 150(1 )
1,75 (2-20)
L V 0 (1 ) s D p V 0 /
2
Faktor geskan untuk hamparan curah, didefinisikan oleh ruas kiri Pers.(2-20);
pg c s D p 3
fp 2
(2-21)
V 0 L(1 )
Kecuali mengenai biilangan tetap 2 , sferisitas, dan fungsi porositas 3 /(1 ), f p di atas
mempunyai bentuk yang sama dengan faktor gesekan f untuk pipa saluran yang
25 | K a r a k t e r i s t i k p a r t i k e l s o l i d
Teknik Fluidisasi
didefinisikan oleh pers.(2-21) untuk angka Reynolds partikel pers.(2-20) dapat dituliskan
sebagai
150(1 )
fp 1,75 (2-22)
s N Re , p
pg c 2s D p2 3
150 (2-23)
LV 0 (1 ) 2
persamaan ini disebut persamaan Kozeny-Carman, dan jelas merupakan persamaan aliran
laminar, yang digunakan dengan angka Reynolds yang kurang dari 1,0 (kira-kira). Untuk
system tertentu persamaan ini menunjukan bahwa laju aliran berbanding lurus denngan
penurunan tekanan. Pernyataan ini juga dikenal sebagai hukum Darcy.
Untuk angka Reynolds, besar di atas kira-kira 1.000, suku pertama di ruas kanan
Pers.(7-22) dapat dihapuskan karena gaya viskos menjadi tidak berarti dan gaya inersia
p gc s D p
3
1,75V 0 (2-24)
L V 02 1
26 | K a r a k t e r i s t i k p a r t i k e l s o l i d
Teknik Fluidisasi
sebagai penggannti Dp. Nilai pukul-rata itu dihitung dari jumlah partikel Ni di dalam setiap
jangkauan ukuranaatau traksi massa setiap jangkauan xi.
n
N i D pi2
Ds i 1
n
(2-25)
i 1
Ni D 2
pi
1
Ds n
(2-26)
xi
i 1 D pi
Fluida mampu-mampat. Bila perubahan densitas fluida itu kecil - dan jarang sekali
penurunan tekanan cukup besar sehingga mengakiban perubahan densitas yang menyolok
- Pers.(2-20) dapat kita gunakan dengan menghitung nilai V 0 pada waktu masuk dan waktu
keluar dengan menggunakan pukul-rata aritmetik untut V 0 dalam persamaan itu.
Ada tiga gaya yang bekerja pada partikel yang dalam keadaan bergerak di dalam
fluida: (l) gaya luar, gravitasi atau sentrifugal; (2) gaya apung( buoyant force), yang bekerja
27 | K a r a k t e r i s t i k p a r t i k e l s o l i d
Teknik Fluidisasi
sejajar dengan gaya luar, tetapi pada arah yang berlawanan; dan (3) gaya seret; yang selalu
terdapat bilamana ada gerakan relatif antara partikel dan fluida. Gaya seret itu bekerja
melawan gerakan, sejajar dengan arah gerakan tetapi berlawanan arah.
Dalam situasi umum, arah gerakan partikel relatif terhadap fluida belum tentu
sejajar dengan arah gaya luar dan gaya apung, dan gaya seret mungkin membuat dengan
kedua gaya yang lain. Dalam situasi demikian, yang disebut gerakan dua demensi (two
dimension motion), seret itu harus diuraikan menjadi komponen-komponennya, hal mana
menambah rumit pengerjaan Mekanika partikel. Untuk gerakan ini sudah ada beberapa
persamaan,10 tetapi kita, dalam buku ini, hanya akan membahas kasus satu-dimensi, dimana
garis-garis kerja semua gaya yang bekerja pada partikel itu adalah kolinear.
Persamaan gerakan satu dimensi partikel melalui fluida. Perhatikan suatu partikel yang
massanya m yang bergerak di dalam fluida di bawah pengaruh gaya luar Fe. Umpamakan
kecepatan partikel itu, relatif terhadap fluida, ialah u. Gaya apung yang bekerja pada
partikel itu kita umpamakan Fb , sedang seret ialah FD. Gaya resultan yang bekerja pada
partikel itu ialah Fe-Fb-FD, dan percepatan partikel ialah du/dt ,
m du
Fe Fb FD (2-27)
gc dt
Gaya luar dapat dinyatakan sebagai hasil kali antara massa dan percepatan ac partikel
mae
Fc (2-28)
gc
Gaya apung sesuai dengan asas Archimedes, ialah hasil kali antara massa fluida yang
dianjkakkan partikel dan percepatan karena gaya luar. Volume partikel itu ialah m/pp,
dimana pp ialah densitas partikel, dan partikel itu menganjakkan fluid yang volumenya
sama,
Massa yang diaanjakkan ialah (m/pp) , dimana ialah densitas fluida. Gaya apung
menjadi
28 | K a r a k t e r i s t i k p a r t i k e l s o l i d
Teknik Fluidisasi
mae
Fb (2-29)
p gc
C D u 02 A p
FD (2-30)
2gc
u0 =u
Gerakan karena gaya gravitasi. Jika gaya luar itu ialah gaya gravitasi,ac ialah g,yaitu
percepatan gravitasi, dan pers.(2-31) menjadi
du p C D u 2 Ap
g (2-32)
dt p 2m
Garakan dalam medan sentrifugal. Gaya sentrifugal terdapat bilamana arah gerakan
partikel berubah. Percepatan dari gaya sentrifugal karena gerakan lingkar (sirkular) ialah
a c r 2 (2-33)
du p C D u 2 Ap
r 2
(2-34)
dt 2m
29 | K a r a k t e r i s t i k p a r t i k e l s o l i d
Teknik Fluidisasi
Dari persamaan ini, u ialah kecepatan partikel relatife terhadap fluida dan mengarah keluar
menurut jari-jari.
2 g ( p )m
ut (2-35)
Ap p C D
Dalam gerakan karena gaya sentrifugal, kecepatan bergantung pada jari-jari, dan
percepatan tidaklah konstan jika partikel itu bergerak relative terhadap fluida. Akan tetapi
dalam berbagai penggunaan praktis daru gaya sentrifugal, du/dt itu kecil bila dibandingkan
dengan kedua suku lain dalam pers.(2-34), dan jika du/dt kita abaikan maka kecepatan
terminal pada radius tertentu dapat didefenisikan dengan persamaan
2 g ( p )m
ut (2-36)
Ap p C D
Koefisien gesekan. Penggunaan pers. (2-31) sampai (2-36) secara kuantitatif memerlukan
adanya nilai numeric dari koefisien seret CD. gambar 2-3, yang menunjukan koefisien seret
sebagai fungsi angka Reynolds memberi petunjuk tentang hubungan itu. Bagian dari kurva
CD-vs-NRe,p untuk bola digambarkan kembali pada gambar 2-6. Akan tetapi, kurva seret
dalam gambar 2-6 hanya berlaku pada kondisi tertentu saja. Partikel itu harus berupa bola
padat, harus jauh dari partikel lain dan jauh dari dinding bejana sehingga pola aliran
disekitar partikel itu tidak terganggu, dan partikel itu harus bergerak pada kecepatan
30 | K a r a k t e r i s t i k p a r t i k e l s o l i d
Teknik Fluidisasi
terminalnya relative terhadap fluida. Koefisien seret untuk partikel yang sedang
mengalami percepatan jauh lebih besar dari yang ditunjukan pada
Gambar 2-6, sehingga partikel yang dijatuhkan ke dalam fluida yang tenang akan
memerlukan waktu yang lebih lama untuk mencapai kecepatan terminalnya dari pada yang
diramalkan dengan menggunakan nilai CD pada keadaan-stedi6. Partikel yang disuntikkan
ke dalam arus yang mengalir deras juga mengalami percepatan yang lebih kecil dari yang
diramalkan, dan koefisien seret dalam hal ini lebih kecil dari nilai normalnya. Akan tetapi,
untuk kebanyakan proses yang melibatkan partikel atau tetesan kecil, waktu untuk
percepatan sampai kecepatan terminal masih sangat kecil dan biasanya
31 | K a r a k t e r i s t i k p a r t i k e l s o l i d
Teknik Fluidisasi
berbentuk plat; lebih kecil dari pada yang diramalkan dari kurva, untuk suatu orientasi
tertentu.
Dalam pengerjaan berikut ini, partikel itu diandaikan berbentuk bola, karena jika
koefisien seret untuk gerakan partikel bebas kita ketahui, prinsip itu akan dapat digunakan
untuk bentuk-bentuka lain.
Bila partikel itu berada pada jarak yang cukup jauh dari dinding bejana dan dari
partikel-partikel lain, sehingga proses jatuhnya tidak terpengaruh oleh dinding atau partikel
lain, maka proses itu dinamakan pengendapan bebas( free settling). Jika gerakan partikel
itu terganggu oleh partikel lain, yang dapat terjadi bila partikel itu berdekatan dengan
partikel lain, walaupun mungkin tidak berbenturan, proses itu disebut pengendapan
terganggu (hindered settling). Koefisien seret dalam pengendapan terganggu lebih besar
dari pada pengendapan bebas.
Jika paitikel-partikel itu sangat kecil, akan ada gerakan Brown. Gerakan ini
merupakan gerakan rarnbang yang terjadi pada partikel itu karena adanya benturan antara
partikel itu dengan molekul-rnolekul fluida di sekelilingnya. Efek ini menjadi cukup berarti
pada ukuran partikel 2 sarnpai 3 m , dan rnenjadi paling penting bila ukuran partikel 0,1
m atau lebih kecil lagi. Gerakan rambang partikel cenderung menekan efek
gaya gravitasi, sehingga menghalang terjadinya pengendapan. Efek relatif gerakan Brown
ini dapat diatasi dengan menerapkan gaya sentrifugal.
Dp, maka
D 3p p
m (2-37)
6
Dan
D 3p
Ap (2-38)
4
32 | K a r a k t e r i s t i k p a r t i k e l s o l i d
Teknik Fluidisasi
4g ( p )Dp
ut (2-39)
3C D
Dalam kasus umum, kecepatan terminal dapat dicari dengan Perhitungan coba-coba setelah
menebak N Re, p untuk mendapatkan taksiran pertama te ntang CD. Untuk kasus pembatasan
dimana angka Reynolds sangat rendah atau sangat tinggi, kita bisa mendapatkan u t secara
langsung dari persamaan.
Pada angka Reynolds rendah, koefisien seret berubah menurut kebalikan N Re, p dan
24
CD (2-40)
N Re, p
3u t D p
FD (2-41)
gc
gD p2 ( p )
ut (2-42)
18
Persamaan (2-42) dikenal sebagai hukum stokes dan berlaku untuk angka Renolds partikel
kurang dari 1,0. Pada angka Renolds sama dengan 1,0, CD = 26,5 dan bukan 24,0
sebagaimana dihitung dari pers. (2-40), dan karena kecepatan terminal bergantung pada
akar pengkat dua koefisien seret, hukum stokes mengandung kesalahan sebesar kira-kira 5
persen pada titik ini. Pers.(2-42) dapat dimodifikasi untuk meramalkan kecepatan bola kicil
dalam medan sentrufugal dengan mengganti g dengan r 2 .
Untuk 1,000 < N Re, p <200.000, koefisien seret dapat dikatakan konstan dan
persamaanya ialah
33 | K a r a k t e r i s t i k p a r t i k e l s o l i d
Teknik Fluidisasi
C D 0,44 (2-43)
0,055D p2 u t2
FD (2-44)
gc
gD p ( p )
u t 1,75 (2-45)
Persamaan (2-45) adalah hukum Newton dan berlaku hanya untuk partikel yang agak besar
yang jatuh di dalam gas atau fluida yang viskositasnya rendah.
Criteria rejim pengendapan. Untuk menentukan dalam daerah mana gerakan partikel itu
terketak, suku kecepatan kita eleminasi dari angka Renolds dengan mensubtitusi ut dari
pers. (2-42) sehingga didapatkan, dalam kisaran hukum stokes,
D p ut D 3p g ( p )
N Re, p (2-46)
18 2
Jika hukum Stokcs berlakuf N Re . p harus lebih kecil dari 1,0. Untuk mendapatkan suatu
g ( p )
1/ 3
K Dp (2-47)
2
Lalu, dari Pers.(2-46), N Re . p = K3/18 . Kita buat N Re . p sama dengan 1,0 dan
Substitusi dengan u t dari Pers. (2-45) menunjukkan bahwa untuk jangkau hukum
manghasilkan K = 68,9. Jadi, jika K lebih besar dari 68,9 tetapi kurang dari 2,360, hukum
Newton berlaku. Bila K lebih besar dari 2.360, koefisien seret dapat berubah dengan tiba-
tiba karena perubahan kecil saja pada kecepatan fluida. Dalam kondisi ini, demikian pula
34 | K a r a k t e r i s t i k p a r t i k e l s o l i d
Teknik Fluidisasi
dalam daerah antara hukum Stokes dan hukum Newton, (2,6 < K<68,9), kecepatan terminal
dihitung dari Pers.( 2-39) dengan menggunakan nilai CD yang didapatkan dengan coba-
coba dari Gambar 2-6.
35 | K a r a k t e r i s t i k p a r t i k e l s o l i d
Teknik Fluidisasi
fluidisasi dua-fase" {two-phase theory of fluidization), di mana fase yang satu ialah
gelembung dan yang kedua hamparan rapat dari partikel yang melayang (suspensi).
Perilaku hamparan fluidisasi didih sangat bergantung pada banyaknya dan besarnya
gelembung gas, dan ini tidak mudah meramalkannya. Ukuran rata-rata gelembung itu
"bergantung pada jenis dan ukuran partikel, jenis plat distributor kecepatan kosong, dan
tebalnya hamparan. Gelembung-gelembung cenderung bersatu dan menjadi besar pada
waktu naik melalui hamparan fluidisasi itu dan ukuran maksimum gelembung stabil
berkisar antara beberapa inci sampai beberapa kaki diameternya. Jika kita menggunakan
kolom berdiameter kecil dengan hamparan zat padat yang tebal, gelembung itu mungkin
berkembang hingga memenuhi seluruh penampang. Gelembung-gelembung yang
beriringan lalu bergerak ke puncak kolom terpisah oleh zat padat yang seakan-akan sumbat.
Peristiwa ini disebut" penyumbatan(slugging) dan biasanya tidak dikehendaki karena
mengakibatkan adanya fluktuasi tekanan di dalam hamparan, meningkatkan zat padat yang
terbawa ikut, dan menimbulkan kesulitan jika kita ingin rnemperbesar skala terap(scale up)
ke unit-unit yang lebih besar.
Penyamarataan bahwa fluidisasi partikulat dari zat padat terjadi pada zat cair dan
fluidisasi gelembung pada gas tidak seluruhnya benar. Parameter yang penting ialah
perbedaan-densitas, dan zat padat yang berat mungkin menyebabkan fluiridisasi didih
dengan air, sedang gas pada tekanan tinggi mungkin menyebabkan fluidisasi partikulat
pada zat padat halus. Demikian pula, zat pada halus yang densitasnya sedang, seperti
halnya katalis perengkahan mungkin menimbulkan fluidisasi partikulat pada jangkau
kecepatan terbatas, dan kemudian fluidisasi didih pada kecepatan tinggi.
Ekspansi hamparan fluidisasi. Pada kedua jenis fluidisasi, hamparan itu mengembang
bila kecepatan semu dinaikkan, dan karena penurunan tekanan total tetap tidak berubah,
penurunan tekanan persatuan panjang tentu berkurang jika bertambah Pers.(2-50) bila
disusun kembali akan menghasilkan
p g
(1 )( p ) (2-58)
L gc
36 | K a r a k t e r i s t i k p a r t i k e l s o l i d
Teknik Fluidisasi
Fluidisasi partikulat. Pada fluidisasi partikulat ekspansi yang terjadi adalah seragam dan
Persamaan Ergun, yang berlaku untuk hamparan diam, dapat dikatakan masih berlaku
untuk hamparan yang agak mengembang. Andaikan aliran di antara partikel-partikel itu
adalah liaminar, dengan menggunakan suku pertama Pers.(2-52) kita mendapat persamaan
berikut ini untuk hamparan yang mengalami ekspansi:
3 150V 0
(2-59)
1 g ( p ) 2s D p2
Perhatikan bahwa persamaan ini serupa dengan Pers.(7-54) untuk kecepatan fluidisasi
minimum, tetapi di sini V 0 merupakan variabel bebas dan variablel tak-bebas Pers. (2-
59) meramalkan bahwa 3 /(1 ) sebanding dengan V 0 untuk nilai-nilai yang lebih besar
dari V 0 . Tinggi hamparan-ekspansi bisa didapatkan dari serta nilai L dan pada
1 M
L LM (2-60)
1
Data fluidisasi untuk manik-manik kecil yang terbuat dari gelas (5l0 m ) di dalam
air disajikan pada Gambar 2-7. Titik data pertama ialah untuk M = 0,384 dan V 0 M = 1,67
mm/det, dan garis teori merupakan garis lurus melalui titik pusat dan titik ini.
Pada fluidisasi partikulat dari partikel besar di dalanr air, ekspansi hamparan itu
pada umumnya lebih besar dari yang dihitung dari Pers.(2-59), karena penurunan tekanan
bergantung sebagian pada energi kinetik fluida dan di sini diperlukan persen peningkatan
yang lebih besar untuk mengimbangi persentase tertentu peningkatan V 0 . Data ekspansi
itu dapat dikorelasikan dengan persamaan empirik yang diusulkan oleh Lewis, Gilliland
dan Bauer:
V0 m (2-61)
37 | K a r a k t e r i s t i k p a r t i k e l s o l i d
Teknik Fluidisai
BAB III
PERPINDAHAN PANAS HAMPARAN FLUIDISASI
38 | P e r p i n d a h a n p a n a s p a d a f l u i d i z e d b e d
Teknik Fluidisai
(Ta1 Ta 2 )
= (3.3)
ln((Ta1 Th ) /(Ta 2 Th ))
Berikut ini akan dibahas lebih rinci tentang seluruh proses perpindahan panas yang
terjadi dari fluida(air) ke hamparan fluidisasi.
Udara
Permukaan pipa yang panas
Garis Aliran Panas
Partikel Dingin
Udara
Gambar 3.2 Arah perpindahan panas ketika partikel bed yang dingin menyentuh dinding
permukaan pipa yang panas
Dengan demikian perpindahan panas secara konveksi antara hamparan dengan
dinding ataupun pipa – pipa air dapat terjadi ketika partikel membentuk kluster dan ketika
pertikel tersebar pada kondisi terfluidisasi. Karena pada penelitian ini menggunakan
partikel yang tidak dipanaskan, maka perpindahan panas secara radiasi tidak mungkin
terjadi, hal ini disebabkan tidak ada pancaran kalor dari partikel.
39 | P e r p i n d a h a n p a n a s p a d a f l u i d i z e d b e d
Teknik Fluidisai
Perpindahan panas konveksi antara sisi luar pipa dengan partikel koefisien
perpindahan panas konveksi terdiri dari kontribusi konveksi kluster dan fase penyebaran,
dapat dirumuskan sebagai berikut :
hbs = hpc + hgc (W/m2 K)
(3.4)
dimana hbs adalah koefisien perpindahan panas konveksi dari permukaan pipa ke bed
(W/m2 K), hpc merupakan koefisien perpindahan panas partikel hamparan dan hgc adalah
koefisien perpindahan panas udara.
Udara dingin
Elemen fluida
menuju ke
Elemen fluida
berada di
permukaan pipa
Elemen fluida
meninggalkan
permukaan pipa
Gerakan
Konveksi
Ar = (3.6)
f
40 | P e r p i n d a h a n p a n a s p a d a f l u i d i z e d b e d
Teknik Fluidisai
dimana ρf adalah massa jenis udara yang besarnya 0,706 kg/m3, ρf adalah massa jenis
partikel (kg/m3), g adalah percepatan gravitasi yang besarnya 9,81 m/s 2, dp merupakan
diameter partikel rata – rata hamparan (m), dan f adalah viskositas udara yang besarnya
Rumus diatas digunakan apabila bilangan Reynold minimum fluidisasi (Remf) lebih
besar dari 12,5 (Remf >~12,5) dan bilangan Archimedes lebih besar dari 26000 (Ar
>~26000), dimana untuk bilangan Reynold minimum fluidisasi bisa dicari dengan rumus :
f .U mf .d p
Remf = (3.8)
f
Sedangkan apabila bilangan Reynold minimum fluidisasi (Remf) lebih kecil dari 12,5 (Remf
<~12,5) dan bilangan Archimedes lebih kecil dari 26000 (Ar <~26000), maka hbs dicari
dengan rumus sebagai berikut :
hbs = 0,7.hmax. (W/m2 K) (3.9)
dimana nilai 70% tersebut merupakan angka prediksi untuk kondisi normal dari koefisien
perpindahan panas konveksi maksimum (hmax), untuk hmax dapat dicari dengan rumus
sebagai berikut (Howard, 1986) :
hmax=35,8ρp0,2kf0,6dp-0,36 (W/m2 K) (3.10)
dimana ρp merupakan massa jenis partikel (particle density) dari bed (kg/m), kf merupakan
konduktivitas thermal (thermal conductivity) yang besarnya 4,041 x 10-5 kW/mK, dp
merupakan diameter partikel rata – rata (m).
41 | P e r p i n d a h a n p a n a s p a d a f l u i d i z e d b e d
Teknik Fluidisai
terjadi dari fluida (air) ke permukaan dalam pipa dapat dihitung dengan rumus sebagai
berikut :
Nu fs .k
hfs = (W) (3.11)
D
dimana hfs adalah koefisien perpindahan panas konveksi (W/m2 K), D adalah diameter
dalam pipa, k adalah konduktivitas thermal fluida (air), Nu fs adalah Nusselt number aliran
fluida dalam pipa yang dapat dirumuskan sebagai berikut (Dittus – Boelter correlation):
Nu fs =0,023.Re0,8Prn (3.12)
m .D
Dimana : Re = Reynolds number =
. A
m = laju aliran massa fluida (air) (kg/detik)
D = diameter dalam pipa (m)
µ = viskositas fluida (air)
A = Luas permukaan bidang kontak (m2)
Pr = Prandtl number
n = 0,4 untuk pemanasan dan 0,3 untuk proses pendinginan.
Pertimbangan transfer panas dan masa memegang peranan penting dalam disain dan
operasional pembakaran dipan terfluidisasi. Transfer panas dari gas ke partikel penting
untuk menentukan tingkat pemanasan dan devolatilisasi partikel bahan bakar padat.
Botterill mengkaji pustaka dalam bidang ini dan menyarankan ekspresi berikut untuk
jumlah partikel nusselt untuk partikel berukuran mm hingga tekanan 20 atm :
0 .2
g
Nu p 0.055 Re 0.77 (3.13)
p
g0
42 | P e r p i n d a h a n p a n a s p a d a f l u i d i z e d b e d
Teknik Fluidisai
Gambar 3.4. Air distributor plate for a bubbling fluidized bed (a) nozzle stand pipe type,
Piringan distributor udara untuk dipan gelembung terfluidisasi : (a) tipe pipa nosel
berdiri, (b) tipe tutup gelembung. Dimana pgo adalah densitas udara pada tekanan atmosfir
dan pg adalah kerapatan gas pada tekanan yang digunakan. Peningkatan transfer panas
dengan peningkatan tekanan dilakukan untuk perbaikan kualitas fluidisasi akibat labih
banyaknya gas yang melewati fase rapat.
Transfer masa oksigen dari gas ke partikel bahan bakar mengatur tingkat
pembakaran arang. Bagian inlet udara melewati fase gelembung dan tidak berhubungan
dengan partikel-partikel. Teori-teori transfer masal yang menghitung gelembung-
gelembung cenderung rumit. Pecahan tertentu oksigen, katakana , 20-40%, tidak bereaksi
dengan permukaan arang tetapi bereaksi dengan bahan-gahan mudah menguap dalam
43 | P e r p i n d a h a n p a n a s p a d a f l u i d i z e d b e d
Teknik Fluidisai
fluidized bed atau pada bagian bebas. Dengan mempertimbangkan difusi pada fase rapat
(mengeluarkan gelembung-gelembung), persamaan difusi oksigen dengan mengasumsikan
gas yang relatif diam, dapat ditulis (R adalah radius), sebagai
d 2 dpO 2
r 0 (3.14)
dr dr
hD d
Sh 2 (3.15)
D AB
dimana ∑ f raksi void, adalah yang berasosiasi dengan fluidisasi minimum, dan umumnya
untuk aplikasi pembakaran diambil sebagai 0,4. untuk aliran yang nyata melalui fase rapat
persamaan (3.15
Re mf
0.5
Sh= 2 0.6 Sc 0.33 (3.16 )
44 | P e r p i n d a h a n p a n a s p a d a f l u i d i z e d b e d
Teknik Fluidisai
BAB IV
4.1 Pendahuluan
Hamparan fluidisasi yang dibahas dalam buku ini merupakan hamparan
fluidisasi yang digunakan untuk proses-proses yang melibatkan hubungan antara
gas-padatan, dalam usaha untuk melakukan reaksi-reaksi kimia dan proses fisika
seperti pemanasan atau pendinginan partikel-partikel, pengeringan, pencampuran
dan lain-lain. Oleh karena itu, partikel-partikel ini dapat menjadi aktif secara kimia,
inert atau gabungan dari 2 tipe tersebut, seperti yang terjadi pada fluidisasi gas.
konsentrasi reaktan dalam hamparan fluida sulit dan kadangkala tidak tepat. Situasi
ini muncul, pertama disebabkan karena kurangnya pemahaman terhadap fenomena
ini dan kedua karena terbatasnya ruang lingkup model matematika saat ini. Model-
model reaktor atau pabrik eperti ini kadangkala hanya didasarkan pada sistem
perssamaan yang tidak cukup mendeskripsikan kelakuan (behaviour), kemudian
nilai dari data yang dimasukkan untuk penyelesaian persamaan mungkin tidak
diketahui atau tidak cukup akurat. Gambaran ini tidak menyatakan bahwa model
matematika sebaiknya tidak digunakan untuk tujuan perancangan, tetapi
menjelaskan bahwa perkiraan matematika sebaiknya dilihat secara hari-hati sampai
verifikasi dengan uji praktek. Sehingga, perancangan reaktor hamparan fluidisasi
selama ini, sebagian besar masih merupakan suatu seni dan harus dipertimbangkan
untuk didasarkan pada data dan percobaan yang diperoleh dari percobaan pabrik uji
coba (pilot plant) dan sebagainya. (Harus dicatat bahwa secara umum, proyek
percobaan sebaiknya dibuat seluas mungkin untuk mengurangi ketidakpastian
ekstrapolasi.) Data yang diperoleh dari proyek percobaan kemungkinan dapat
dimasukkan pada model matematika yang sesuai dimana, jika kecocokan antara
model dan percobaan kelihatan bagus, kemungkinan bisa digunakan untuk tujuan
produksi. Bagaimana pun juga pada situasi tersebut, harus diingat bahwa model
hanya telah dikalibrasi terhadap pabrik percobaan tertentu. Perancang tetap harus
membuat perkiraan kasar dari dimensi saluran reaktor perkiraan awal kerangka yang
akan dibuat. Pada bagian selanjutnya kami mempertimbangkan contoh-contoh dasar
perhitungan dengan maksud untuk menggambarkan bagaimana diameter,
kedalaman dan kecepatan fluidisasi diperkirakan secara kasar, dan kemudian
menunjukkan luasnya nilai perkiraan ini dapat diubah oleh adanya perubahan dalam
batasan-batasan.
47 | P e r p i n d a h a n p a n a s p a d a f l u i d i z e d b e d
Teknik Fluidisai
10 4 1
Vp 6,25m 3 (4.1)
1600
Kriteria (a)
D=H (4.2)
48 | P e r p i n d a h a n p a n a s p a d a f l u i d i z e d b e d
Teknik Fluidisai
H U U mf
1 (4.3)
H mt 0,71 gd b
Hal yang juga penting untuk diingat bahwa tingkat permukaan bebas
hamparan berfluktuasi secara terus menerus karena aksi gelembung, kadangkala
dalam jumlah yang dapat diperhitungkan. Jika kebolehan telah dibuat untuk
ekspansi hamparan, prosedur yang paling aman adalah untuk mengukur luas dan
variasinya dengan pabrik uji coba dan menunjukkan hasilnya sebagai korelasi
empirik, misalnya dalam bentuk:
H H mf (1 f (U )) (4.4)
49 | P e r p i n d a h a n p a n a s p a d a f l u i d i z e d b e d
Teknik Fluidisai
Gambar 4.2 Diagram skematis dari hamparan fluidisasi yang digunakan pada
contoh 4.1
Adapun tujuan dari contoh ini adalah untuk mengilustrasikan efek dari
perubahan dalam kriteria perancangan terhadap ukuran, dan dibuat asumsi bahwa
H=Hmf. Sehingga diameter dan kedalaman hamparan menjadi:
1
D H mf (4V p / ) 3
(4.5)
1
(4 6,25 / ) 3
1,99m
mf
U (4.6)
( / 4) D 2 .f
4 2,16 10 4
3600 0,7 2 2
2,73ms 1 (4.7)
Perlu dicatat bahwa kecepatan ini melebihi kecepatan bilai elutriasi menjadi
berlebihan ( nilai yang juga ditetapkan dari eksperimen), sehingga kriteria D=H
tidak sesuai pada kasus ini. Oleh karena itu, diameter saluran yang lebih besar
50 | P e r p i n d a h a n p a n a s p a d a f l u i d i z e d b e d
Teknik Fluidisai
1
4 2,16 10 4 2
D 2,46m (4.8)
0,7 1,8 3600
Kedalaman hamparan:
6,25
H mf 1,31m
4 2,46
2
(p )mf
P (4.10)
f
Dimana Δpb dan Δpd adalah penurunan tekanan melewati hamparan dan distributor.
Pada saat terfluidisasi, Δpb harus cukup untuk menyokong berat hamparan.
51 | P e r p i n d a h a n p a n a s p a d a f l u i d i z e d b e d
Teknik Fluidisai
M p ( p f )
pb
D2
4 p
(4.12)
2
M p bmf D Hmf (4.13)
4
Dimana ρbmf adalah kerapatan hamparan pada fluidisasi minimum dan oleh
karena kerapatan gas terfluidisasi ρf sangat kecil jika dibandingkan dengan
kerapatan partikel, ρp, maka dari persamaan (4.12) dan (4.13):
Sehingga,
(c). 100 kali kehilangan tekanan yang berhubungan dengan ekspansi mendadak dari
koneksi inlet menuju plenum.
52 | P e r p i n d a h a n p a n a s p a d a f l u i d i z e d b e d
Teknik Fluidisai
Dari persamaan (4.10), daya untuk memompa gas yang terefluidisasi adalah:
24,0 2,16 10 4
P 206kW
0,7 3600
Kriteria (b):
P.f
p (4.15)
mf
80 0,7 3600
p
2,16 10 4
5,89 1000
H mf 0,375m
1600 9,81
1
4 6,25 2
D 4,61m
0,375
53 | P e r p i n d a h a n p a n a s p a d a f l u i d i z e d b e d
Teknik Fluidisai
4 2,16 10 4
U 0,513ms 1
3600 0,7 4,612
Diskusi
Hasil-hasil perhitungan diatas diringkas pada tabel 4.1 di bawah ini. Hasil-
hasil perhitungan tersebut menunjukkan bahwa kinerja dari sebagian besar reaktor
padat, D=H, kemungkinan dihalangi oleh pertimbangan adanya penguraian dan
akan didukung oleh kebutuhan daya memompa yang cukup tinggi. Sebaliknya,
perancangan untuk mencapai kebutuhan daya pompa yang rendah memerlukan
hamparan yang lebih dangkal, sehingga mengakibatkan kerugian pada kepadatan;
dan juga area lantai yang lebih luas diperlukan untuk mengakomodasi diameter
saluran yang lebih besar.
Kriteria (c)
H
t fr (4.16)
U
54 | P e r p i n d a h a n p a n a s p a d a f l u i d i z e d b e d
Teknik Fluidisai
Tabel 4.1 Efek perubahan kriteria perancangan pada ukuran reaktor hamparan
terfluidisasi.
a
Tidak tercapai karena kecepatan penguraian menjadi berlebihan.
Selain itu, bila hamparan terfluidisasi pada kecepatan fluidisasi yang dibatasi
penguraian (1,8 ms-1), dan kehampaan pada kecepatan fluidisasi ini, misalnya 0,6,
maka kedalaman hamparan minimum saat terfluidisasi adalah:
1,8 0,8
H 2,4m (4.17)
0,6
0,15 0,8
H 0,29m (4.18)
0,42
55 | P e r p i n d a h a n p a n a s p a d a f l u i d i z e d b e d
Teknik Fluidisai
Untuk penyederhanaan ilustrasi pada contoh 4.1 pada sub bab 4.2, tidak ada
pertimbangan yang diberikan untuk perancangan zone di atas permukaan bebas
hamparan. Ketika gelembung-gelembung mencapai permukaan bebas, gelembung-
gelembung pecah, sehingga partikel-partikel terlempar ke atas. Beberapa partikel-
partikel halus menjadi terperangkap dalam gas terfluidisasi yang meninggalkan
hamparan, sedangkan partikel-partikel yang lebih kasar bergerak ke atas dengan
kecepatan menurun secara bertahap dan kemudian jatuh kembali dalam hamparan.
Saluran yang cukup tinggi di atas hamparan harus disediakan untuk menghindari
transportasi partikel-partikel yang lebih kasar keluar sistem, karena hal ini
mengakibatkan kehilangan produk yang signifikan, dan juga untuk mengurangi
hilangnya partikel-partikel halus. Hal ini didiskusikan secara singkat pada sub bab
2.6.4 dan ditunjukkan pada gambar 2.17.
terpisah. Bahkan dengan solida-solida halus yang termasuk dalam grup A, dimana
jumlah penelitian terbesar mengenai penguraian telah dilakukan, cara saat ini masih
lebih mendasarkan pada usaha untuk memperkirakan kecepatan penangkapan
terhadap kurva tinggi papan bebas daripada menghitung TDH, yang masih sulit
didefinisikan.
Pembaca dirujuk pada Geldart (1985) untuk perlakuan yang lebih lengkap
mengenai penguraian dan TDH; akan cukup penting disini untuk meringkas dengan
catatan bahwa terdapat 2 definisi yang berbeda mengenai TDH, yaitu:
1. Ketinggian, TDH (C), di atas permukaan bebas hamparan diperlukan agar partikel-
partikel kasar terlempar ke atas dengan pecahnya gelembung-gelembung untuk
terpisah dan jatuh kembali pada hamparan-di atas ketinggian ini hanya partikel-
partikel halus yang ditemukan; dan
2. Ketinggian, TDH (F), pada kecepatan penguraian yang konstan atau hanya
mengalami sedikit penurunan.
Kedua ketinggian ini diilustrasikan pada gambar 4.3 setelah Geldart (1985)
yang meskipun mengusulkan prosedur untuk perkiraan TDH (F) dengan partikel-
partikel dalam grup A, juga sangat dibutuhkan pertimbangan menggunakan
perkiraan ini dengan hati-hati.
57 | P e r p i n d a h a n p a n a s p a d a f l u i d i z e d b e d
Teknik Fluidisai
4.4 Distributor
58 | P e r p i n d a h a n p a n a s p a d a f l u i d i z e d b e d
Teknik Fluidisai
Contoh 4.2. Suatu distributor diperlukan untuk proses hamparan terfluidisasi seperti
pada contoh 4.1 ketika hamparan dioperasikan pada kecepatan fluidisasi yang
dibatasi penguraian superfisial sebesar 1,8 ms-1. Penurunan tekanan pada kecepatan
ini tidak melebihi 0,35 m ukuran air (water gauge) (= 3,44 kNm -2). Tentukan
diameter lubang yang sesuai dan jumlah lubang untuk distributor tipe lempeng
terperforasi sederhana (simple perforated-plate), dengan diameter dan kedalaman
hamparan ditunjukkan pada tabel 4.1 sebesar 2,46 m dan 1,31 m. Kecepatan aliran
gas dan kerapatan sebesar 2,16 x 104 kgh-1 dan 0,7 kgm-3.
C d Ao 2p
2
V 1
(4.19)
Ao 2 2
1 A
1
Dimana Ao adalah area lubang aliran, A1 adalah area aliran ke atas dari lubang dan
Cd adalah koefisien pelepasan dari lubang, misalnya kerapatan fluida.
1
Ao Q 2
(4.20)
A1 1 Q
dimana,
59 | P e r p i n d a h a n p a n a s p a d a f l u i d i z e d b e d
Teknik Fluidisai
V 2
Q (4.21)
2 A12 pC d2
Dengan memasukkan nilai yang diberikan pada contoh dalam persamaan (4.21)
menghasilkan:
2,16 10 4
V 8,571m 3 s 1 (4.22)
3600 0,7
4 2,46
A1 2
4,753m 2
p 3440 Nm 2
0,7 85712
Q 9,19 10 4
2 4,753 3440 0,6
2 2
Maka,
1
Ao 9,19 10 4 2
0,0303 atau 3,03 % area terbuka
A1 2 9,19 10 4
Jika N adalah jumlah lubang dalam distributor dengan diameter d o dan D adalah
diameter hamparan, maka keduanya dihubungkan dengan:
Nd o2 0,0303D 2 (4.23)
60 | P e r p i n d a h a n p a n a s p a d a f l u i d i z e d b e d
Teknik Fluidisai
Tabel 4.2 Diameter dan hubungannya dengan jumlah lubang yang diperlukan untuk
distributor pada hamparan fluidisasi (Penurunan tekanan = 0,35 water gauge,
kecepatan fluidisasi superfisial = 1,8 ms-1).
Tipe distributor ini harus disegel di sekitar bagian luarnya untuk mencegah
kebocoran gas dan harus merupakan konstruksi yang akan menahan pemasukan dan
kondisi operasional tanpa terjadinya distorsi, panas dan lain-lain. Dengan adanya
61 | P e r p i n d a h a n p a n a s p a d a f l u i d i z e d b e d
Teknik Fluidisai
temperatur tinggi, kadangkala perlu untuk melindungi distributor dari panas oleh
hamparan dalam kasus distributor tipe pipa berdiri (stand-pipe) seperti ditunjukkan
pada gambar 3.10(b) sebagai penyelesaian pertama, dan juga diperlukan untuk
memiliki tipe pendingin air (water cooled) dari distributor tipe stand-pipe, seperti
ditunjukkan pada gambar 4.5.
Contoh 4.3. Reaktor hamparan fluidisasi beroperasi pada tekanan atmosfer dan
panas sebesar 400°C perlu dihilangkan dari hamparan pada kecepatan 480 kW,
dengan menggunakan tabung pendingin air celupan dalam hamparan. Berdasarkan
62 | P e r p i n d a h a n p a n a s p a d a f l u i d i z e d b e d
Teknik Fluidisai
data yang ditunjukkan pada tabel 4.3, tentukan panjang tabung yang dibutuhkan
dimana tabung harus tercelup dalam hamparan untuk memenuhi persyaratan ini.
Area permukaan tabung yang diperlukan dapat dihitung dari persamaan yang sudah
diketahui untuk kinerja penukar panas:
Q = UAsLMTD (4.24)
Lubang tabung 35 mm
63 | P e r p i n d a h a n p a n a s p a d a f l u i d i z e d b e d
Teknik Fluidisai
Q1 Q2
(4.25)
ln Q1
LMTD
Q2
400 20400 75 352 K
ln 400 20
LMTD
400 75
Ketahanan panas dari dinding tabung dapat diabaikan pada kasus ini sehingga
koefisien transfer massa secara keseluruhan U dihitung dengan:
1 1 1
(4.26)
U hb hw
64 | P e r p i n d a h a n p a n a s p a d a f l u i d i z e d b e d
Teknik Fluidisai
dalam persamaan (3.19) dan kemudian menggunakan 70% nilai h b terhitung ini
setelah pengecekan pertama bahwa bilangan Reynolds, Remf, pada kecepatan
fluidisasi minimum, persamaan (2.41) kurang dari 12,5 dan bilangan Archimedes,
Ar, persamaan (2.44) kurang dari 26.000 seperti ditunjukkan pada contoh di bawah
ini dari data pada tabel 4.3.
Re mf
0,52 0,19 810 10 6
2,55
3,25 10 5
Ar 0,52 1540 0,52 9,81 840 10 6 440
Dengan memasukkan data dari tabel 4.3 pada persamaan Zabrodsky (3.19):
hmax 35,8 (1540) 0, 2 5,1 10 2
0,6
840 10 6
0 , 36
334Wm 2 K 1
hb = 234 Wm-2K-1
Koefisien transfer panas dari hamparan menuju permukaan celupan, hb, akan
menjadi kontrol utama karena sangat jauh lebih kecil dari koefisien transfer panas
pada bagian cairan dari tabung, hw. Hal ini diperiksa dengan korelasi yang sesuai
untuk cairan yang mengalir melalui tabung, misalnya persamaan (4.27) (lihat
Simonson (1975) atau buku-buku standar lain, yang berhubungan dengan gayak
konveksi).
0 ,14
Nu 0,027 Re 0,8 Pr 0,33 (4.27)
dinding
65 | P e r p i n d a h a n p a n a s p a d a f l u i d i z e d b e d
Teknik Fluidisai
Untuk contoh ini dapat ditunjukkan bahwa nilai hw akan menjadi sekitar 10 kWm-
2
K-1, sehingga menggunakan persamaan (4.26) untuk menentukan koefisien transfer
panas secara keseluruhan, U, kita mendapatkan:
480 10 3
54,2m
0,035 229 352
66 | P e r p i n d a h a n p a n a s p a d a f l u i d i z e d b e d
Teknik Fluidisai
Selanjutnya kita akan membahas contoh kedua dimana panas dihilangkan oleh gas
terfluidisasi.
Contoh 4.4. Sebanyak 200 ton/hari partikel-partikel pasir panas harus didinginkan
dari temperatur awal 200°C hingga mencapai 45°C. Udara digunakan sebagai gas
terfluidisasi. Berdasarkan data yang diberikan pada tabel 4.4, tentukan ukuran
pengisian untuk hamparan fluidisasi yang diperlukan sehingga sesuai dengan
pilihan-pilhan berikut ini:
(b) pendinginan secara menyeluruh dengan gas terfluidisasi dalam beberapa tahap
bebas
67 | P e r p i n d a h a n p a n a s p a d a f l u i d i z e d b e d
Teknik Fluidisai
(c) pendinginan sebagian dengan gas terfluidisasi dan sebagian lainnnya dengan
tabung air dingin dipasang dalam hamparan
Tabel 4.4 Sifat-sifat partikel pasir dan udara terfluidisasi
Sifat-sifat udara
Tekanan 1 atmosfer
Pasir
68 | P e r p i n d a h a n p a n a s p a d a f l u i d i z e d b e d
Teknik Fluidisai
Temperatur outlet 45 °C
69 | P e r p i n d a h a n p a n a s p a d a f l u i d i z e d b e d
Teknik Fluidisai
Vs
aliran massa waktu tinggal
200 1000 2
0,192m 3
ker apa tan ruahan 24 60 1450
kecepatan penghilangan panas dari pasir = kecepatan panas yang diterima oleh
udara ..................................... (4.28)
70 | P e r p i n d a h a n p a n a s p a d a f l u i d i z e d b e d
Teknik Fluidisai
dimana (ΔTp) dan (ΔTf) adalah perubahan temperatur partikel-partikel dan gas, daya
287
9,52kgs 1
1,005 45 15
9,52
8,62m 3 s 1
1,104
8,62
17,24m 3
0,5
71 | P e r p i n d a h a n p a n a s p a d a f l u i d i z e d b e d
Teknik Fluidisai
hamparan 11.1 mm, zone pencampuran antara partikel-gas tidak merupakan fraksi
kecil dari hamparan.
Gambar 4.9 Efek dari kemiringan dengan sudut kecil pada distribusi gas dalam
hamparan fluidisasi yang sangat dangkal.
1
4 0,192 3
Diameter hamparan 0,625m
8,62
28,1 ms 1
4 0,625
2
72 | P e r p i n d a h a n p a n a s p a d a f l u i d i z e d b e d
Teknik Fluidisai
1. Menaikkan kedalaman hamparan lebih jauh, tetapi tidak terlalu besar seperti
untuk menghasilkan penurunan tekanan yang berlebihan maka daya memompa
kipas juga berlebihan. Pembaca sebaiknya berhati-hati untuk memeriksa
kemungkinan ini.
2. Mnurunkan aliran udara sehingga akan mengurangi area hamparan yang
direncanakan dan mendinginkan pasir dalam beberapa tahap bebas, misalnya
menyediakan suatu tahap pendingin hamparan fluidisasi.
3. Memasang tabung pendingin air dalam hamparan
Selanjutnya, kita akan mempertimbangkan saran no (3) dan (4).
73 | P e r p i n d a h a n p a n a s p a d a f l u i d i z e d b e d
Teknik Fluidisai
Gambar 4.11 Hamparan fluidisasi yang tersusun dalam aliran silang (cross flow)
Tahap Counterflow
74 | P e r p i n d a h a n p a n a s p a d a f l u i d i z e d b e d
Teknik Fluidisai
T pin Tn
p (4.33)
T pin T f in
T1 T f in
p (4.34)
T pin T f in
m f C pf
(4.35)
m p C pp
200 45
p 0,838
200 15
Jika kecepatan aliran udara dikurangi sehingga terjadi 5 tahap proses, persamaan
(4.36) menjadi:
75 | P e r p i n d a h a n p a n a s p a d a f l u i d i z e d b e d
Teknik Fluidisai
1
5 5
p R i 1 R i 0,838 (4.38)
i 1 i 1
Harus dicatat bahwa hamparan yang paling atas akan memiliki tempteratur paling
tinggi. kecepatan fluidisasinya akan menjadi yang terbesar diantara hamparan, tetapi
kecepatan fluidisasi minimumnya akan menjadi paling rendah. Hal ini menunjukkan
bahwa indeks fluidisasi U/Umf, yang dapat dianggap sebagai panduan terhadap
banyaknya penguaraian yang terjadi, akan menjadi yang terbesar pada hamparan
tersebut.
Selain itu, hamparan paling bawah akan memiliki indeks fluidisasi U/U mf
terendah. Oleh karena itu, kita harus memilih area perencanaan hamparan untuk
menghasilkan kecepatan dan indeks pada kedua hamparan tersebut yang menjamin
bahwa batas penguraian tidak melebihi kecepatan dan indeks dalam hamparan yang
lebih tinggi dan bahwa fluidisasi minimum tidak melebihi fluidisasi minimum pada
hamaparan terbawah.
p
f (4.39)
R
sehingga,
0,838
f 0,83
1,01
76 | P e r p i n d a h a n p a n a s p a d a f l u i d i z e d b e d
Teknik Fluidisai
1,86
Ab 2,81 m 2
0,798 0,83
sedangkan kecepatan udara, Uf, pada hamparan bagian bawah pada temperatur 45
°C, adalah:
1,86
Uf 0,6 ms 1
1,104 2,81
yang menjadi sekitar 2,97 Umf. Untuk waktu tinggal partikel selama 2 menit seperti
yang dibahas sebelumnya, menghasilkan volume total partikel sebesar 0,192 m 3,
kedalaman setiap hamparan akan menjadi:
0,192
0,0137 m
5 2,81
yaitu 13,7 mm, yang masih agak dangkal. Apabila suatu kesepakatan, yang
mengijinkan peningkatan kecepatan udara misalnya 10Umf pada hamparan paling
atas dibuat, kemudian kedalaman hamparan akan menjadi dua kalinya dan area
perencanaan hamparan akan menjadi setengah kalinya. Bagaimanapun juga,
penurunan tekanan secara menyeluruh masih merupakan jumlah dari penurunan
lima tekanan melewati distributor ditambah dengan yang melewati lima hamparan.
Pada kondisi yang diperbaiki ini, membiarkan penurunan tekanan sebesar 350 mm
water gauge melewati tiap distributor menyebabkan penurunan tekanan menyeluruh
sebesar:
1450
5 350 2 13,8 1950 mm water gauge
1000
77 | P e r p i n d a h a n p a n a s p a d a f l u i d i z e d b e d
Teknik Fluidisai
nilai rasio kapasitas panas, R, menjadi sebesar 0,838 dari pertimbangan persamaan
(4.39) dan (4.37) menghasilkan keefektifan transfer panas ke udara sebesar 100%
sehingga membutuhkan jumlah tahapan tertentu.
Tahapan crossflow
1
p 1
n
(4.40)
1 R
n
1 1
f 1
n
(4.41)
R 1 R
n
menghasilkan,
p
f (4.42)
R
78 | P e r p i n d a h a n p a n a s p a d a f l u i d i z e d b e d
Teknik Fluidisai
1 R n
n
6,17 (4.43)
1 R 5
n
6,17
1
5
0,838
f 0,382
2,196
Persamaan energi aliran tetap untuk hamparan pertama (gambar 4.11) adalah:
T1
in
Tp R T f
n in
(4.45)
1 R
n
79 | P e r p i n d a h a n p a n a s p a d a f l u i d i z e d b e d
Teknik Fluidisai
200 2,196 15
T1 5
143,5C
1 2,196 5
4,04 1
Ab.1 1,118 m 2
5 0,850 5 0,17
4,04 1
0,655 ms 1
5 1,118 1,104
Untuk volume hamparan yang sama, 0,192 m3, kedalaman hamparan akan menjadi:
0,192
0,0343 m yaitu 34,3 mm.
5,59
Hasil di atas secara signifikan lebih dalam daripada yang diperoleh dari tahap
counterflow. Selain itu, apabila kesepakatan untuk memperbolehkan kecepatan
udara menjadi dua kali lipat dibuat, maka kedalaman hamparan akan menjadi dua
kalinya dan area perencanaan menjadi setengahnya. Dengan kesepakatan ini,
penurunan tekanan akan tetap menjadi lebih rendah secara signifikan daripada yang
diperoleh dari tahapan counterflow. Membiarkan penurunan tekanan melewati
distributor sebesar 350 mm water gauge, maka penurunan tekanan menyeluruh akan
menjadi:
80 | P e r p i n d a h a n p a n a s p a d a f l u i d i z e d b e d
Teknik Fluidisai
1450
350 2 34,5 450 mm water gauge
1000
Qp = Qw + Qf (4.46)
Menggunakan nomenklatur pada gambar 4.12, persamaan energi aliran tetap untuk
sistem adalah:
Qw = UhfAoLMTD (4.48)
dimana Uhfadalah koefisien transfer panas secara keseluruhan (hamparan ke air) dan
Ao adalah area permukaan tabung.
81 | P e r p i n d a h a n p a n a s p a d a f l u i d i z e d b e d
Teknik Fluidisai
Persamaan (4.47) dan (4.48) kemungkinan merupakan cara yang paling mudah
dengan menentukan nilai awal untuk fraksi transfer panas dari solida-solida yang
akan dibawa dengan air, dengan tujuan untuk penggunaan pada fitur-fitur yang
dibatasi kepraktisan.
(i) Secara jelas, pada rasio transfer panas dari partikel menuju air pendinginan
yang berdasarkan pada persamaan (4.46) dan (4.47), tidak ada aliran udara
yang akan diperlukan. Apabila tidak ada aliran air maka tidak akan ada
konveksi partikel dan nilai koefisien transfer panas secara keseluruhan akan
sangat kecil; sehingga area permukaan tabung yang sangat besar akan
diperlukan.
(ii) Kecepatan fluidisasi di setiap bagian hamparan harus melebihi Umf dan
untuk memaksimalkan koefisien transfer panas dari hamparan ke permukaan
celupan, kecepatan fluidisasi yang dibutuhkan sekitar dua kali Umf.
(iii) Jarak tabung dan apabila digunakan tabung bersirip, jarak sirip tabung harus
cukup untuk mencegah penurunan koefisien transfer panas yang terlalu
besar.
82 | P e r p i n d a h a n p a n a s p a d a f l u i d i z e d b e d
Teknik Fluidisai
Informasi yang telah diuji dengan baik dan dibuktikan, yang akan memperbolehkan
pertimbangan tersebut digabungkan dalam deskripsi matematika dari pengubah
panas, sepertinya belum dapat dilakukan.Untuk kemajuan eksperimen, apabila
tabung harus menghilangkan 50% dari panas yang harus dihilangkan dari solida-
solida, persamaan Zabrodsky untuk koefisien transfer panas maksimum dari
hamparan ke permukaan celupan, hmax, untuk tabung tunggal (lihat persamaan
(3.19)) memperkirakan hmax = 342 Wm-2K-1 pada rata-rata temperatur hamparan
sebesar 122,5 °C. Menggunakan 70% dari nilai ini, membiarkan pengurangan
sekitar 30% untuk kemerosotan yang berhubungan dengan pembungkus tertutup
dari tabung dan menjaga koefisien transfer panas pada sisi air dari tabung seluas
mungkin, koefisien transfer panas dari hamparan ke permukaan tabung secara
keseluruhan akan menjadi sekitar 0,2 kWm-2K-1.
Apabila temperatur air yang masuk dan air yang keluar adalah 15 °C dan 80
°C, dan dari persamaan (4.25), maka LMTD akan menjadi:
200 80 45 15 64,9 K
ln 200 80
LMTD
45 15
dan karena kecepatan transfer panas dari solida-solida yang ditemukan pada
awalnya adalah 287 kW, maka dari persamaan (4.48), area permukaan tabung, A1,
yang dibutuhkan adalah:
A1
0,5 287 11,1 m 2
0,199 64,9
0,5 287
mf 1,33 kgs 1
1,005 122,5 15
83 | P e r p i n d a h a n p a n a s p a d a f l u i d i z e d b e d
Teknik Fluidisai
1,33
Ab 2,98 m 2
1,104 0,404
Akan tetapi, masih saja untuk mencocokkan tabung pada hamparan tanpa
membuat hamparan terlalu dalam dan hal ini mengakibatkan kelebihan penurunan
tekanan. Hal ini tidak akan dibahas disini, tetapi memberikan beberapa indikasi
kemungkinan, bila 141 m tabung datar dengan diameter 25 mm harus dicocokkan
dalam hamparan. Kita dapat memulai dnegan menggunakan 59 tabung paralel,
dengan panjang masing-masing 2,39 m dan meletakkannya dalam tiga lapisan pada
63 mm lemparan triangular dalam suatu wadah (box) dengan dimensi perencanaan
2,39 m x 1,25 m, seperti ditunjukkan pada gambar 4.13, meskipun jarak antara
permukaan tabung yang berdampingan mungkin masih kecil. Kedalaman hamparan
yang diperlukan untuk mengakomodasi penyusunan pembungkus tabung ini sekitar
150 mm. Salah satu ketidakpastian dalam hubungan dengan kedalaman hamparan
adalah banyaknya ekspansi hamparan. Eksperimen akan diperlukan untuk
memverifikasi bahwa semua tabung tercelup dengan baik.
84 | P e r p i n d a h a n p a n a s p a d a f l u i d i z e d b e d
Teknik Fluidisai
Untuk penyusunan pembungkus tabung yang dibahas di atas, satu baris yang terdiri
dari 20 tabung dengan diameter luar 25 mm dan panjang 2,39 m memiliki total area
yang diperhitungkan sebesar 20 x 0,025 x 2, 39 m 2 = 1,2 m2; sehingga kecepatan
(a) Saluran reaktor hamparan fluidisasi dengan ukuran besar, menggunakan daya
kipas yang kecil untuk mengatasi penurunan tekanan melewati distributor
hamparan dan bagian saluran, yaitu pilihan biaya modal yang tinggi-biaya
operasional yang rendah;
(b) Reaktor hamparan fluidisasi yang kecil, memerlukan daya input yang besar
untuk kipas, yaitu biaya modal yang rendah-biaya operasional yang tinggi;
(c) Reaktor dengan ukuran sedang dan daya input kipas
Dengan menganggap semua aspek dari alternatif di atas hampir sama, permasalahan
kemungkinan dapat dikurangi untuk mengoptimasi biaya modal reaktor dan
pemasangannya dengan biaya operasional tahunan selama masa pakai pabrik
tersebut. Dalam prakteknya, selanjutnya sebaiknya dimasukkan biaya perawatan,
tetapi untuk memudahkan, disini biaya energi listrik dapat dianggap sebagai bagian
dominan dalam biaya operasional.
86 | P e r p i n d a h a n p a n a s p a d a f l u i d i z e d b e d
Teknik Fluidisai
Tabel 4.5 Ringkasan hasil perhitungan untuk pendingin pasir (Contoh 4.4)
Atau
8,6 22,2 -
Atau
Plus
Kemungkinan akan sangat membantu apabila kita mengambil beberapa data fiksi
dan mengerjakan contoh sederhana untuk mengilustrasikan pendekatan seperti ini
yang digunakan untuk menentukan rancangan optimal.
87 | P e r p i n d a h a n p a n a s p a d a f l u i d i z e d b e d
Teknik Fluidisai
Contoh 4.5. Tabel 4.6 menunjukkan perkiraan biaya modal, biaya operasional dan
aliran dana tunai bersih tahunan dari berbagai rancangan reaktor hamparan fluidisasi
yang dikehendaki untuk menghasilkan produk yang dapat dipasarkan dengan
kuantitas identik setiap tahun dari input solida dan gas terfluidisasi yang identik.
Variabel bebas adalah kecepatan fluidisasi pada saar reaktor beroperasi. Penghasilan
tahunan dari penjualan produk adalah 140.000 dolar dan masa pakai pabrik untuk
tujuan dalam contoh ini adalah 5 tahun.
Tabel 4.6 Biaya modal dan aliran dana tunai bersih untuk pabrik hamparan
fluidisasi fiktif yang dirancang untuk berbagai kecepatan fluidisasi
88 | P e r p i n d a h a n p a n a s p a d a f l u i d i z e d b e d
Teknik Fluidisai
89 | P e r p i n d a h a n p a n a s p a d a f l u i d i z e d b e d
Teknik Fluidisai
Gambar 4.14 Kecepatan pengembalian internal (O) dan periode payback (x)
sebagai fungsi dari kecepatan fluidisasi dari contoh 4.5
87200 1 i
3
NPV 200000 (4.49)
i 1 i 3
Pendapat-pendapat
Pada contoh tersebut, penggunaan baik periode payback dan keepatan pengembalian
internal untuk penentuan kecepatan fluidisasi minimum menghasilkan nilai yang
mirip. Hal ini kemungkinan tidak terjadi pada semua kasus, tidak tersedia cukup
waktu untuk membahas masalah tersebut pada bagian ini dan pembaca dirujuk
untuk membaca buku-buku standar untuk amplifikasi.
90 | P e r p i n d a h a n p a n a s p a d a f l u i d i z e d b e d
Teknik Fluidisai
Hal yang lebih penting lagi, harus diakui bahwa perhitungan seperti pada
contoh 4.5 kadang-kadang dapat menjadi sangat sensitif terhadap perubahan kecil
dalam pemasukan data. Oleh karena itu, analisis sebaiknya selalu mencakup analisis
sensitivitas dan membiarkan adanya ketidaktepatan data, reliabilitas pabrik dan lain-
lain harus dilakukan. Pentingnya memperoleh data yang reliabel, misalnya dari
penawaran komersial spesifik, dan mencakup semua biaya-biaya dapat menjadi
penekanan yang berlebihan.
Disini diulang lagi bahwa contoh di atas merupakan contoh sederhana, untuk
mengilustrasikan dasar untuk eksplorasi efek perubahan pada satu parameter, yaitu
kecepatan fluidisasi, terhadap kriteria finansial yang kemungkinan digunakan untuk
menetapkan rancangan reaktor atau proyek lainnya. Dalam prakteknya, pemeriksaan
dapat mencakup optimasi berbagai variabel lainnya, tetapi pertimbangan variabel-
variabel ini diluar ruang lingkup buku ini.
4.7 Kesimpulan
Tujuan dari bab ini adalah untuk menyediakan beberapa pandangan-pandangan
mendasar untuk pertimbangan dalam perancangan hamparan fluidisasi. Pemodelan
reaktor hamparan fluidisasi dan scale-up tidak didiskusikan, demikian juga dengan
reaksi kimia dan kecepatan dalam alasan-alasan yang diberikan dalam buku ini.
Problem-problem seperti mengenai erosi juga tidak disebutkan dalam buku ini.
Topik ini dapat ditemukan pada berbagai literatur, tetapi pembaca dirujuk pada
buku-buku seperti Yates (1988) dan Davidson et al (1985); Grace (1974) telah
menampilkan tulisan yang berhubungan dengan ruang lingkup materi tersebut.
beberapa pendapat singkat mengenai scale up juga dibahas pada bab 6.
91 | P e r p i n d a h a n p a n a s p a d a f l u i d i z e d b e d
Teknik Fluidisai
92 | P e r p i n d a h a n p a n a s p a d a f l u i d i z e d b e d
Teknik Fluidisasi
BAB IV
DESAIN UNIT FLUIDIZED BED
45 | D e s a i n u n i t f l u i d i z e d b e d
Teknik Fluidisasi
46 | D e s a i n u n i t f l u i d i z e d b e d
Teknik Fluidisasi
4. Digital Flowmeter
Digital Flowmeter berfungi untuk mempermudah dalam memonitor penggunaan
uadara dari kompresor yang dipasang pada pipa saluran udara. Digital Flowmeter
merek Festo dengan kapasitas antara 10 liter/menit sampai 50 lliter/menit ini memiliki
layar LED yang secara langsung menunjukkan besaran jumlah udara yang mengalir
pada pipa.
5. Gate Valve dan Selektor Gate Valve
Bagian gate valve berfungsi untuk mengatur besar kecilnya udara yang mengalir
menuju saluran udara dari kompresor. Get valve ini dipasang langsung pada bagian
out put compressor. Bagian ini mempunyai peranan sangat penting pada saat proses
percobaan fluidisasi. Selector gate valve berfungsi untuk menentukan arah udara,
apakah ke tabung fluidisasi yang menggunakan percobaan perpindahan panas atau
tidak.
6. Kompresor
Kompresor berfungsi untuk memberikan tekanan udara pada sistem fluidisasi ini.
7. Silinder pemanas air
Bagian ini berfungsi untuk menampung air yang kemudian akan dipanaskan.
8. Elamant pemanas dan Thermo start
Element pemanas ini dipasang pada bagian tabung silinder pemanas air yang erfungsi
untuk memanaskan tabung silinder tersebut. Pada bagian ini dilengkapi juga dengan
thermo start yang berfungsi untuk membatasi temperatur yang akan digunakan intuk
memanaskan air.
9. Pompa air panas
Pompa ini berfungsi untuk memompa air yang telah dipanaskan menujusaluran pipa
air panas. Pompa yang akan dipakai diharapkan tahan terhadap temperatur maksimal
750 C, karena dalam percobaan nanti air akan dipanaskan hingga 750 C.
10. Saluran pipa air panas
Saluran ini terbuat dari pipa tembaga yang akan menyalurkan air yang telah
dipanaskan pada bagian silinder pemanas air dan dipompa agar air tersirkulasi. Jalur
pipa air panas ini akan melewati atau masuk kedalam tabung fluidisasi. Dari
47 | D e s a i n u n i t f l u i d i z e d b e d
Teknik Fluidisasi
permukaan pipa ini yang nantinya akan dapat kita ketahui perpindahan panas pada
proses fluidisasi.
11. Thermometer digital
Terdapat dua buah thermometer digital, sensor thermometer digital yang pertama
akan dipasang pada out-put pompa atau bagian pipa yang akan masuk kedalam tabung
fluidisasi yang berfungsi untuk mengetahi temperatur air awal sebelum masuk tabung
fluidisasi. Sensor thermometer yang kedua akan dipasang pada pipa yang keluar dari
tabung fluidisasi yang berfungsi untuk mengetahui temperatur akhir air setelah keluar
dari tabung fluidisasi. Hal ini dilakukan untuk mengetahui selisih temperatur sehingga
kita bisa mengetahui besarnya perpindahan panas yang terjadi dalam ujicoba
fluidisasi tersebut.
Bila diperhatikan secara menyeluruh, bagian-bagian kontruksi terbuat dari
material yang tidak tahan terhadap panas yang tinggi. Hal ini dikarenakan dalam fluidisasi
ini tidak melibatkan temperatur tinggi (cold bubbling fluidzed bed). Namun tidak berarti
dalam rancangan alat percobaan ini tidak akan nenguji perpindahan panas yang terjadi dari
proses fluidisasi. Walaupun hanya dalam temperatur rendah nantinya diharapkan akan
diperoleh hasil berupa data yang bisa di pelajari atau diamati.
48 | D e s a i n u n i t f l u i d i z e d b e d
Teknik Fluidisasi
- Ekspansi dan konteraksi hendaknya dibuat dengan sudut kemiringan yang cukup kecil
seperti terlihat pada gambar 5.1 dibawah ini. Untuk ekspansi sebaiknya dipakai sudut
kemiringan lebih kecil dari 15o dan untuk konteraksi lebih kecil dari 30o.
- Saluran udara cabang haruslah dibuat dengan sudut belok yang sehalus- halusnya.
- Penyanbungan saluran udara dengan kipas udara diusahakan agar tidak terjadi aaliran
balik, belokan, ekspansi ataupun konteraksi yang terlampau tajam.
-
4.2 Pemilihan dan perancangan Plat Distributor
Secara garis besar plat distributor ini dibagi menjadi tiga grup, diantaranya adalah :
1. Porous dan stright-hole orifice :
Plat distributor jenis ini umumnya menggunakan lubang dengan arah vertyikal
atau sering disebut juga plat dengan kisi-kisi penyebar.
2. Nozzle atau Bubble Caps :
Udara masuk melalui nosel kemudian udara mengalir ke bed melalui lubang
horizontal atau vertikal pada lubang yang mengarah ke bawah.
3. Sparge Tube:
Lubang pipa penyalur udara menghantarkan udara secara langsung menuju
hamparan fluidisasi, sehingga tidak memerlukan plat kisi-kisi atau kotak plenum
pada bagian dasarnya.
Contoh dari tipe plat distributor diatas dapat dilihat pada ganbar. Sebagai tanbahan, semua
model desain ini digunakan oleh beberapa perusahaan dengan kisah suksesnya. Contoh
49 | D e s a i n u n i t f l u i d i z e d b e d
Teknik Fluidisasi
Pg = . l . γ . ῡ2 kg
(5.1)
d 2g m2
Dimana :
kg
Pg = Penurunan tekanan karena adanya tahanan gesek
m2
= Koefisien gesaekan dari pipa
Tahan aliran lokal dari saluran udara dapat dinyatakan dengan kerugian tekanan
yang disebabkan oleh arus Eddy lokal. Arus tersebut disebabkan karena terjadi perubahan
arah aliran, penyempitan atau perluasan saluran maupun kombinasinya.
Pada perencanaan ini, besarnya penurunan tekanan karena adanya tahanan lokal
disebabkan oleh :
Pk = ζ . γ . ῡ2 kg (5.2)
2g m2
50 | D e s a i n u n i t f l u i d i z e d b e d
Teknik Fluidisasi
Dimana :
ζ = Koefisien tahanan lokal
g = Percepatan gravitasi m
dt2
- Penuruna tekanan akibat belokan
Penuruna tekanan akibat belokan dapat dihitung dengan menggunakan persamaan :
PBL = . Le . ῡ2 . γ
(5.3)
d 2g
Dimana :
kg
p = Massa jenis bed
m2
Tinggi bed (m)
51 | D e s a i n u n i t f l u i d i z e d b e d
Teknik Fluidisasi
akan menciptakan areal padat disekitar dinding. Hasilnya, zat yang mengalir melalui
lubang-lubang dekat dinding mengalami tekamam kebawah yang tinggi dan karena itu
hanya sedikit aliran udara yang mengalir.
Hal-hal yang diinginkan pada sebuah distributor adalah :
1. stabil dan seragam fluidisasi diseluruh bagian
2. tidak mudah aus dari material hamparan
3. tidak mudah terjadi pengikisan pda bagian dalam hamparan atau pusat perpindahan
panas.
4. Sedikit arus balik zat padat dalam ruang plenum.
5. Sedikit area yang tak berguna pada distributor
6. Meminimalisasi penyimbatan saat perpanjangan waktu operasional.
Penurunan tekanan akibat plat distributor
Untuk fluidisasi yang merata, penurunan tekanan yang melalui plat distributor (Pdist)
dapat dihitung dengan persamaan
Pdist = {0,01 + 0,2[1 – exp(-D / 2Hmf)]} P
……
b (2.9)
Kompresor adalah mesin untuk memampatkan udara atau gas. Kompresor udara biasanya
menghisap udara dari atmosfir. Namun ada pula yang menghisap udara atau gas yang bertekanan
lebih tinggi dari tekanan atmosfir. Dalam hal ini kompresor bekerja sebagai penguat (boster).
Sebaliknya ada pula kompresor yang menghisap gas yang bertekanan lebih rendah dari pada
tekanan atmosfir. Dalam hal ini kompresor disebut pompa vakum.
Jika suatu gas didalam sebuah ruangan tertutup diperkecil volumenya, maka gas akan
mengalami kompresi. Kompresor yang menggunakan azas ini disebut kompresor jenis
penindahan (displacenent). Disini digunakan torak yang bergerak bolak-balik didalam sebuah
silinder untuk menghisap, menekan, dan mengeluarkan gas secara berulang-ulang. Dalam hal ini
gas yang ditekan tidak boleh membocor melalui celah antara dinding torak dan dinding
silinderyang saling bergesek. Untuk itu digunakan cincin torak sebagai perapat.
Pada kompresor torak digerakkan dengan motor melalui poros engkol seperti
diperlihatkan dalam gamabar di bawah, dalam hal ini katup isap dan katup keluar dipasang pad
kepala silinder. Adapun sebagai pnyimpan energi dipakai tangki udara. Tangki ini dapat
dipersamakan dengan ban pada pompa ban. Kompresor semacam ini di mana torak bergerak
bolak-balik disebut kompresor bolak-balik.
52 | D e s a i n u n i t f l u i d i z e d b e d
Teknik Fluidisasi
BAB V
53 | S i s t e m p e m b a k a r a n f l u i d i z e d b e d
Teknik Fluidisasi
dibawah suhu fusi abu maka pelelehan abu dan permasalahan yang terkait didalamnya
dapat dihindari.
Suhu pembakaran yang lebih rendah tercapai disebabkan tingginya koefisien
perpindahan panas sebagai akibat pencampuran cepat dalam fluidized bed dan ekstraksi
panas yang efektif dari bed melalui perpindahan panas pada pipa dan dinding bed.
Kecepatan gas dicapai diantara kecepatan fluidisasi minimum dan kecepatan masuk
partikel. Hal ini menjamin operasi bed yang stabil dan menghindari terbawanya partikel
dalam jalur gas.
5.1.2 Atmospheric Fluidized Bed Combustion (AFBC)
Alat ini hanya berupa shell boiler konvensional biasa yang ditambah dengan sebuah
fluidized bed combustor. Batubara dihancurkan menjadi ukuran 1 – 10 mm tergantung pada
tingkatan batubara dan jenis pengumpan udara ke ruang pembakaran. Udara atmosfir, yang
bertindak sebagai udara fluidisasi dan pembakaran, dimasukkan dengan tekanan, setelah
diberi pemanasan awal oleh gas buang bahan bakar. Pipa dalam bed yang membawa air
pada umumnya bertindak sebagai evaporator.
5.1.3 Pressurized Fluidized Bed Combustion (PFBC)
Pada tipe Pressurized Fluidized bed Combustion (PFBC), sebuah kompresor
memasok udara Forced Draft (FD), dan pembakarnya merupakan tangki bertekanan. Laju
panas yang dilepas dalam bed sebanding dengan tekanan bed sehingga bed yang dalam
digunakan untuk mengekstraksi sejumlah besar panas. Hal ini akan meningkatkan efisiensi
pembakaran dan peyerapan sulfur dioksida dalam bed. Steam dihasilkan didalam dua ikatan
pipa, satu di bed dan satunya lagi berada diatasnya. Sistem PFBC dapat digunakan untuk
pembangkitan kogenerasi (steam dan listrik) atau pembangkit tenaga dengan siklus
gabungan/ combined cycle. Operasi combined cycle (turbin gas & turbin uap)
meningkatkan efisiensi konversi keseluruhan sebesar 5 hingga 8 persen.
5.1.4 Atmospheric Circulating Fluidized Bed Combustion (ACFBC)
Dalam sistem sirkulasi, parameter bed dijaga untuk membentuk padatan melayang
dari bed. Padatan diangkat pada fase yang relatif terlarut dalam pengangkat padatan, dan
sebuah down-comer dengan sebuah siklon merupakan aliran sirkulasi padatan.Tidak
54 | S i s t e m p e m b a k a r a n f l u i d i z e d b e d
Teknik Fluidisasi
terdapat pipa pembangkit steam yang terletak dalam bed. Pembangkitan dan pemanasan
berlebih steam berlangsung di bagian konveksi, dinding air, pada keluaran pengangkat/
riser.
ACFBC pada umumnya lebih ekonomis daripada boiler AFBC, untuk
penerapannya di industri memerlukan lebih dari 75 – 100 T/jam steam. Untuk unit yang
besar, semakin tinggi karakteristik tungku boiler ACFBC akan memberikan penggunaan
ruang yang semakin baik, partikel bahan bakar lebih besar, waktu tinggal bahan penyerap
untuk pembakaran yang efisien dan penangkapan SO2 yang semakin besar pula, dan
semakin mudah penerapan teknik pembakaran untuk pengendalian NOx daripada
pembangkit steam AFBC.
Pada fluidisasi minimum fluidized bed adalah homogen pada saat gas menyelimuti
setiap partikel, dan partikel-partikel diset dalam gerakan. Seluruh dipan disebut cairan
pase rapat. Dengan kecepatan permukaan yang ditingkatkan di atas fluidisasi minimum,
gelembung-gelembung terbentuk. Gelembung utamanya menghindari bentuk padat dan
terutama berisi gas.
Gelembung-gelembung disebut fase encer. Ukuran awal gelembung tergantung pada tipe
udara yang digunakan lempeng distributor, seperti diperlihatkan pada Gambar 5.1.
Piringan dengan beberapa inlet lubang besar akan memiliki gelembung yang lebih besar
dekat piringan. Tetapi, dengan peningkatan gelembung-gelembung mereka bergabung,
ukurannya membesar, dan distribusi antara fase rapat dan fase encer menjadi tidak
tergantung dari disain distribusi udara inlet.
55 | S i s t e m p e m b a k a r a n f l u i d i z e d b e d
Teknik Fluidisasi
Pada fluidized bed gelembung yang kuat partikel-partikel mungkin dilemparkan ke atas
sejauh beberapa kedalaman fluidized bed, dan sesuatu yang disebut ketinggian pelepasan
transport atau ruang bebas harus disediakan untuk memungkinkan partikel-partikel jatuh
kembali ke fluidized bed.
gd B
Ub K (5.1)
2
dimana K adalah konstan yang tergantung pada ukuran dan bentuk partikel dan biasanya
sekitar 0.9. Untuk partikel fluidized bed berukuran mm kecepatan peningkatan gelembung
56 | S i s t e m p e m b a k a r a n f l u i d i z e d b e d
Teknik Fluidisasi
biasanya kurang dari kecepatan interstitial dan gelembung bergabung akibat gerakan lateral
bukan disalip dari bawah. Pipa transfer panas dalam dipan cenderung memecah
gelembung-gelembung besar yang terbentuk.
Dengan fluidized bed yang dalam beroperasi pada kecepatan permukaan tinggi
tanpa pipa dalam fluidized bed, gelembung-gelembung mungkin tumbuh hingga mereka
menempati keseluruhan area penampang melintang fluidized bed.
Dalam hal pembakaran dipan terfluidisasi, bahan bakar dapat dalam berbagai
ukuran dan kerapatan dari materi fluidized bed. Jika bahan bakar lebih ringan dan
berukuran lebih besar dibandingkan bahan fluidized bed, bahan bakar cenderung berpencar
atau mengambang di atas fluidized bed. Dalam banyak contoh ini dapat diatasi dengan
mengatur kecepatan aliran sehingga fluidized bed dapat memproduksi gelembung dengan
kuat. Tentu saja, ini juga akan cenderung mengeluarkan partikel-partikel kecil dari
fluidized bed.
Distributor bertipe pipa dengan nosel berdiri (Gambar 5.1a) didapati cocok untuk
membakaran dipan terfluidisasi. Udara masuk ke dipan dari lubang pada ujung nosel, dan
dipan statis membentuk lapisan pelindung antara lapisan cair panas dan piringan dasar.
57 | S i s t e m p e m b a k a r a n f l u i d i z e d b e d
Teknik Fluidisasi
Nosel biasanya diatur pada area 75 -100mm di atas piringan dasar dan memiliki diameter
12-15 mm dan tinggi 50-100mm ukuran lubang nosel dapat diksesuaikan antara memiliki
jumlah nosel yang banyak dan mencegah jatuhnya partikel. Disain tutup gelembung
kadang-kadang digunakan untuk mencegah jatuhnya partikel fluidized bed (Gambar 5.1b).
Pada pembakaran dipan terfluidisasi, suhu diipan dijaga agar selalu di bawah titik cair
abu dalam bahan bakar untuk menghilangkan penggabungan abu. Seringkali hal ini
diperlukan untuk menangkap SO2 pada dipan dengan menggunakan fluidized bed aktif
seperti kapur, yang dikalsinasi pada dipan untuk membentuk kalsium oksida (CaO). Suhu
optimum untuk reaksi CaO dengan SO2 untuk membentuk CaSO4 pada tekanan atmosfir
adalah 815 -900oC (1500 -1650oF). Suhu ini adalah rendah untuk pembakaran,
dibandingkan dengan api yang sudah dicampur pembakaran suspensi, dan pembakaran
serpihan bahan bakar padat. Tetapi, ini merupakan suhu yang sempurna untuk banyak
penggunaan. Sebagai contoh, suhu turbin uap saat ini tidak melebihi 540 – 590oC (1000-
1100oF). Juga untuk memfasilitasi penangkapan Sulfur Dioksida dan partikel abu lunak,
suhu dipan 815-900oC menghasilkan emisi NOX yang relative rendah, volatilisasi yang
berkurang dari senyawa alkali dan lebih sedikit erosi dari permukaan tabung perebusan
dalam fluidized bed.
Untuk mengambil keuntungan tingkat transfer panas tinggi yang berhubungan dengan
fluidized bed terfluidisasi, tabung perebus seringkali direndam di dalam fluidized bed.
Dengan dikeluarkannya panas lebih banyak bahan bakar harus ditambahkan untuk menjaga
suhu fluidized bed yang konstan, tetapi rasio udara bahan bakar fluidized bed sebaiknya
tidak melebihi stokiometrik. Pertanyaannya adalah fraksi apakah dari energi bahan bakar
yang dapat dihilangkan tanpa menurunkan terlalu banyak suhu fluidized bed. Untuk
menjawab pertanyaan ini mari kita mempertimbngkan keseimbangan masa dan energi pada
volume yang dikontrol disekitar dipan seperti tampak pada Gambar (2.8). Pertama-tama
marilah kita abaikan efek gelembung-gelembung dan mengasumsikan bahwa pembakaran
58 | S i s t e m p e m b a k a r a n f l u i d i z e d b e d
Teknik Fluidisasi
terjadi sempurna dalam fluidized bed, lalu mengijinkan pembakaran di atas fluidized bed,
dan akhirnya memasukkan efek gelembung dan pembakaran di atas fluidized bed.
Tingkat alira produk tergantung pada kerapatan produk-produk gas, kecepatan fluidisasi
superficial, dan area potongan melintang fluidized bed:
.
m p gV S A (5.3)
Menggabungkan persamaan (5.2) dan (5.3) dan menggunakan ma=mf/f, tingkat konsumsi
bahan bakar menjadi
f
.
m f g Vs A (5.3)
1 f
Persamaan energi diseluruh dipan dengan transfer panas dari dipan ke tabung dalam
fluidized bed, qb, dan mengasumsikan panas100% dikeluarkan dalam fluidized bed, adalah
. . .
m a ha m f h f m p h p q B (5.4)
59 | S i s t e m p e m b a k a r a n f l u i d i z e d b e d
Teknik Fluidisasi
Membagi dengan mf dan memperkenalkan rB = qB/mf LHV, yang mana fraksi input
diekstraksi panas dari fluidized bed, persamaan energi menjadi
Persamaan (5.6) menunjukkan hubungan antara panas yang diekstraksi dan rasio bahan
bakar dengan udara diperlukan untuk menjaga suhu yang diberikan . Tentu, nilai f
sebaiknya tidak melebihi stoichiometri untuk persamaan (5.6) untuk jadi valid.
Dalam rangka mengekstrak panas qB dari fluidized bed dengan tabung pengganti
panas fluidized bed, tabung harus memiliki area permukaan yang cukup A t, seperti itu
q B h At T (5.7)
dimana Tin dan Tout adalah suhu masuk dan keluar dari penukar panas. Sekarang, At dapat
dihubungkan kapada fraksi volume fluidized bed yang diisi tabung, dalam dipan L, area
potongan melintang dari dipan A; dan diameter tabung dt :
4LA
At (5.9)
dt
Untuk disain penganti panas yang diberikan, tampak jelas dari persamaan (5.9) bahwa
fluidized bed yang difluidisasi harus memiliki kedalaman yang cukup dalam rangka
menyediakan untuk pemindah panas yang diberikan.
60 | S i s t e m p e m b a k a r a n f l u i d i z e d b e d
Teknik Fluidisasi
Proses pembakaran merupakan suatu proses, dimana reaksi kimia antara bahan
bakar dengan oksigen sehingga menghasilkan CO2, H2O dan energy. Proses pembakaran
yang sempurna memerlukan gas yang ideal untuk dibakar pada waktu yang tepat. Maka
dari itu, jika proses pembakaran bahan bakar tidak berlangsung dengan baik, maka proses
pembakaran tidak akan mencapai efiisiensi yang maksimum. Proses pembakaran
menghasilkan perubahan energy bahan bakar menjadi tenaga gerak, perubahan energy
bersumber dari hasil pembkaran bahan bakar.
Adapun gas – gas yang berpengaruh didalam mendiagnosa emisi gas buang adalah
sebagai berikut.
5.4.1 Karbon Monoksida
CO adalah gas yang sangat beracun dan tidak beraroma. Dibentuk dalam ruang
bakar manakala terjadi pembakaran yang tidak sempurna, dimana jika tidak seimbannya
campuran bahan bakar dengan udara (udara lebih sedikit dari bahan bakar) maka akan
kekurangan O2, untuk mengubah CO menjadi CO2 sehingga CO akan tinggi.
5.4.2 Hidro Carbon (HC)
Gas ini adalah gas beracun, bewarna kehitam – hitaman dan beraroma cukup tajam.
Pada dasarnya HC dibentuk selama proses pembakaran di ruang bakar berlangsung tidak
sempurna. Kenaikan HC umumnya disebabkan oleh adanya masalah kelebihan bahan
bakar.
5.4.3 Karbon Dioksida (CO2)
Pada prinsipnya setiap proses pembakaran akan menghasilkan CO2 yang merupakan
indikasi dari tingkat efisiensi pembakaran. Semakin tinggi CO2 maka proses pembakaran
semakin baik, begitu juga sebaliknya.
5.4.4 Nitrogen NOx
Ada dua macam nitrogen yaitu: nitrogen monoksida dan nitrogen dioksida (NO2).
Nitrogen monoksida karakternya tidak bewarna, tidak berbau dan tidak berasa serta cepat
bersenyawa menjadi nitrogen dioksida dalam oksigen. Sedangkan nitrogen dioksida
bewarna coklat kemerahan, dengan bau yang menyengat dan merusak paru – paru terutama
saluran pernapasan.
61 | S i s t e m p e m b a k a r a n f l u i d i z e d b e d