Anda di halaman 1dari 117

TEKNIK FLUIDISASI

Oleh:
Prof. I Nyoman Suprapta Winaya, ST, MASc, PhD.

UNIVERSITAS UDAYANA
Daftar Isi

I. Pengenalan tentang fluidisasi dan aplikasinya


1.1. Fundamental fluidisasi 1
1.2. Jenis-jenis fluidisasi 2
1.3. Tahapan fluidisasi 3
1.4. Aplikasi teknik fluidisasi 6
1.5. Aplikasi teknik fluidisasi untuk pembakaran dan gasifikasi 7

II. Karakteristik partikel solid untuk proses fluidisasi


2.1. Properti fisik partikel solid 9
2.2. Klasifikasi partikel berdasarkan karakteristik fluidisasi 11
2.3. Penurunan tekanan sepanjang hamparan tetap 20
2.4. Kecepatan fluidisasi minimum dan determinasinya 21
2.5. Teori dua phase untuk fluidisasi gelembung dan resim fluidisasi 25
2.6. Pencampuran, elutriasi dan transportasi solid 26

III. Perpindahan panas fluidized bed


3.1. Perpindahan panas pada fluidized bed 38
3.2. Perpindahan panas pada hamparan fluidisasi 39
3.3. Perpindahan panas dari fluida ke pipa 41
3.4. Perpindahan panas antara hamparan fluidisasi, distributor, dinding (walls) 42

IV. Desain unit fluidized bed


4.1. Estimasi ukuran bed dan komponen unit fluidized bed 45
4.2. Transport disengaging height 48
4.3. Pemilihan dan perancangan distributor 49
4.4. Menghitung panas yang dihasilkan fludized bed 50
4.5. Metode desain dan kompresor
.

ii | T e k n i k Flu idi sa si
V. Sistem pembakaran fluidized bed
5.1. Sistem pembakaran untuk bahan bakar solid 53
5.2. Ukuran sistem pembakaran fluidized bed 55
5.3. Efisiensi sistem pembakaran fluidized bed 58
5.4. Pengendalian emisi pada sistem pembakaran fluidized bed 60

iii | T e k n i k Flui di sa si
KEMENTERIAN RISET, TEKNOLOGI DAN
PENDIDIKAN TINGGI
UNIVERSITAS UDAYANA
FAKULTAS TEKNIK
JURUSAN TEKNIK MESIN

RENCANA PEMBELAJARAN SEMESTER (RPS)

No. DOKUMEN TANGGAL TERBIT : REVISI : Jumlah Hal :


00/I/M/2016 00-00-0000 00

Mata Kuliah (MK) : Kode MK : SKS : Rumpun MK : Semester :


TEKNIK FLUIDISASI MKE.7537 VII Mata kuliah Keahlian III
Program Studi : Pengajar Ketua Program Studi : Penjaminan Mutu Jurusan
TEKNIK MESIN 1.Prof. I Nyoman Suprapta Winaya ::
2.
Dosen Pengampu/ Penanggung jawab Syarat Mata Kuliah :
Prof. I Nyoman Suprapta Winaya 1. Perpindahan panas
2. Mekanika Fluida
3. Thermodinamika (________________________) (_________________)
Capaian Pembelajaran Capaian Pembelajaran Lulusan
Mahasiswa mampu memahami fenomena fluidisasi dengan mengaplikasikan konsep- konsep
fluidisasi agar mampu merancang dan menganalisa peralatan mesin fuidisasi (fluidized bed)
Capaian Pembelajaran
Mahasiswa mampu mengaplikasikan konsep-konsep dasar teknik fluidisasi dalam sistem keteknikan
Diskripsi Matakuliah Mata kuliah ini betujuan untuk memahami teknik fluidisasi dengan mengaplikasikan konsep konsep fluidisasi untuk
menganalisa dan mendesain peralatan mesin/reaktor fluidized bed. Materi perkuliahan terdiri dari : Definisi dan
Konsep Dasar Fluidisasi, Karakterisitik Partikel Padat, Perpindahan Panas dan Hidrodinamkia, Sistem Pembakaran
Fluidisasi, Desain Sederhana Fluidized Bed.
Pustaka Utama
1. J.R. Howard, 1989, Fluidized bed technolgy, Priciples and Applications, Adam Higler, New York.
2. Kunni D, Levenspiel O., 1991, Fluidisation Engineering, Stoneham, Butterworth-Heinemann.
3. Basu P., Fraser F.A., Circulating Fluidized Bed Boilers, Design and Operations, 1991, Stoneham,
Butterworth-Heinemann.
4. Mc Cabe Warren L., Smith Julian C, Harriot Petter, Unit Operations if Chemical Engineering, 1993, Fifth
Edition, Mc Graw-Hill Inc, Singapore.
Pendukung
1. Diktat Teknik Fluidisasi
Media Pembelajaran Alat Peraga

Minggu Metode
Kemampuan yang diharapkan Bahan Kajian Waktu Evaluasi Kriteria/ Indikator Bobot
ke Pembelajaran
1 2 3 4 5 6 7 8
Memahami konsep fluidisasi 1.1. Fundamental fluidisasi Mampu memahami
dan aplikasi nya. 1.2. Kontak antara partikel dan konsep-konsep
- Pemaparan,
fluida fluidisasi dan
1 Diskusi 2x50 Tes lisan 5%
menjelaskan
aplikasinya.

Memahami proses fluidisasi 1.3. Pencampuran gas dengan Mampu


dalam pencampuran gas/cairan partikel Penilain membandingkan proses
- Pemaparan,
dengan partikel. 1.4. Pencampuran cairan dengan individu fluidisasi antara
2 Diskusi 2x50 5%
partikel dalam kelas pencampuran gas dan
cairan dengan partikel.

Memahami aplikasi teknik 1.5. Aplikasi teknik fluidisasi


Pemaparan, Mahasiswa mampu
fluidsasi dan perbandingan dan perbandingan teknologi.
Diskusi membandingkan teknik
dengan teknologi lain. 1.6. Aplikasi teknik fluidisasi
3 Laboratory base 2x50 - Tugas fluidisasi dengan teknik 10%
untuk pembakaran dan
learning yang lain.
gasifikasi
-
Memahami karakteristik 2.1. Properti fisik partikel solid Mahasiswa mampu
partikel solid untuk proses 2.2. Klasifikasi partikel membedakan properti
fluidisasi. berdasarkan karakteristik - Pemaparan, -Tes lisan fisik dan klasifikasi
4 fluidisasi Diskusi 2x50 partikel solid pada 5%
- karakteristik fluidisasi.

Mampu merancang kebutuhan 2.3. Drop tekanan sepanjang -Pemaparan dan -Tes lisan Mahasiswa mampu
5 tekanan dan kecepatan hamparan tetap 2x50 5%
mendiskusikan Quis diakhir mendesain tekanan dan
fluidisasi. 2.4. Kecepatan fluidisasi konsep Kls kecepatan fluidisasi.
minimum dan
determinasinya

Mampu menunjukkan sistem 2.5. Teori dua phase untuk Mahasiswa


dua fase, pencampuran gas fluidisasi gelembung dan menjelaskan dengan
dengan solid resim fluidisasi -Pemaparan dan baik dengan
2.6. Pencampuran, elutriasi dan mendiskusikan --Tugas menunjukkan sistem
transportasi solid konsep dua fase pada resim
6 2x50 5%
fluidisasi dengan
pecampuran, elutriasi
serta transportasi solid.

7 UTS
Mampu menganalisa 3.1. Jenis-jenis perpindahan Mahasiswa
perpindahan panas fluidized panas. menjelaskan dengan
bed 3.2. Perpindahan panas pada dengan baik mengenai
hamparan partikel. -Pemaparan dan -Tes lisan perpindahan panas
8 2x50 5%
3.3. Estimasi koefisien diskusi -Tugas hamparan partikel,
perpindahan panas antara partikel dengan gas dan
gas, surface dan partikel. surface.

3.4. Perpindahan panas antara -Mahasiswa


Mampu menganalisis hamparan fluidisasi, -Mengkaji dan menjelaskan dengan
perpindahan panas pada distributor, dinding (walls). -Tes lisan baik tentang
mendiskusikan - Tugas
9 komponen-komponen Unit 3.5. Perpindahan panas pada 2x50 perpindahan panas pada 5%
konsep
fluidized bed freeboard. hamparan dan
freeboard.

Mampu mendesain unit 4.1. Estimasi ukuran bed dan -Mahasiswa


fluidized bed sederhana kecepatan fluidisasi. menjelaskan dengan
4.2. Transport disengaging baik tentang
height. Pemaparan dan dengan baik hubungan
10 5%
diskusi energi dalam, enthalpi
dan panas spesifik
untuk untuk zat padat
dan cair.
Merancang ukuran-ukuran 4.3. Pemilihan dan perancangan
Mahasiswa mapu
optimum reaktor fluidized bed distributor.
merancang ukuran
sederhana 4.4. Menghitung panas yang -Pemaparan dan -Tugas distributor, kebutuhan
dihasilkan fludized bed.
11 diskusi 2x50 panas yang diperlukan 5%
4.5. Ukuran optimum reaktor
dan ukuran-ukuran lain
fluidized bed mbustor
sebuah reaktor fluidized
fluidiaed bed.
bed.
Mampu mendesain sistem 5.1. Sistem pembakaran untuk Mahasiswa mampu
pembakaran fluidized bed bahan bakar solid. merancang dan
5.2. Sistem pembakaran menganalisa sistem
-Pemaparan dan
fluidized bed untuk bahan -Tes lisan pembakaran fluidized
12 diskusi 2x50 5%
bakar solid. bed.

Mampu mendesain dan 5.3. Ukuran sistem pembakaran Mahasiswa mampu


menghitung sistem pembakaran fluidized bed. -Pemaparan dan merancang dan
fluidized bed 5.4. Efisiensi sistem diskusi -Tes lisan menghitung dengan
13 2x50 5%
pembakaran fluidized bed. baik sistem
pembakaran fluidized
bed.
Mampu memahami tentang 5.5. Perbedaan antara boiler dan Mahasiswa mampu
boiler, furnace dan proses furnace. - Mengkaji dan membedakan dengan
starting-up nya 5.6. Metode starting up. mendiskusikan -Tes lisan baik boiler dan furnace
14 konsep 2x50 5%
dan bagimana proses
starting up

Mampu mendesain sistem 5.7. Sistem pembakaran Mahasiswa mampu


pembakaran dan memahami sirkulasi fluidized bed. mengembangkan
pengendalian emisi 5.8. Pengendalian emisi pada -Mengkaji dan -Tes lisan dengan baik sistem
sistem pembakaran fluidized mendiskusikan Tugas pembakaran sirkulasi
15 2x50 5%
bed. konsep fluidized bed dan
menganalisa emisi
pembakaran fluidized
bed.
16 UAS
Teknik Fluidisasi

BAB I
PENGENALAN TENTANG FLUIDISASI DAN APLIKASINYA

1.1 Fundamental Fluidisasi


Fluidisasi didefinisikan sebagai suatu operasi dimana hamparan zat padat
diperlakukan seperti fluida yang ada dalam keadaan berhubungan dengan gas atau cairan
(Basu 1991). Dalam kondisi terfluidisasi, gaya grafitasi pada butiran – butiran zat padat
diimbangi oleh gaya seret dari fluida yang bekerja padanya.
Fritz Winkler, pada tanggal 16 Desember 1921 di Jerman memperkenalkan suatu
aliran gas hasil pembakaran yang dihembuskan di bawah sebuah wadah yang terdiri dari
partikel – partikel batu arang. Kejadian ini menandai dimulainya hal yang sangat penting di
dalam teknologi moderen. Winkler melihat partikel – partikel diangkat oleh tarikan gas,
dan massa partikel dilihat seperti cairan yang mendidih.
Pada proses pengkonversian energi dengan teknologi FBC (Fluidized Bed
Combustion), Awalnya ruang bakar dipanasi secara eksternal sampai mendekati
temperatrur operasi. Material hamparan (Bed Material) fluidisasi yang akan dipakai untuk
mengabsorsi panas adalah pasir silica. Pasir silica dan bara api bahan bakar bercampur dan
mengalami turbulensi di dalam ruang bakar sehingga keseragaman temperatur sistem
menjadi terjaga. Kondisi ini mampu memberikan konversi energi yang baik. Selanjutnya,
dengan bidang kontak panas yang luas disertai turbulensi partikel fluidisasi yang cepat
menyebabkan teknologi FBC bisa diaplikasikan untuk mengkonversi segala jenis bahan
bakar seperti serbuk kayu.
Kwalitas fluidisasi adalah faktor paling utama yang mempengaruhi efisiensi system
FBC. Umumnya, Serbuk kayu ( pellet ) sangat sulit difluidisasi mengingat bentuknya yang
tidak seragam. Beberapa penelitian untuk mengontrol kualitas fluidisasi telah dilakukan
dengan merubah kecepatan masuk fluidisasi pada limit tertentu sesuai dengan besarnya
ukuran partikel pentransfer panas yang digunakan.

1|T ekni k fluidi sa si dan aplika si nya


Teknik Fluidisasi

Keseragaman temperatur pada reaktor adalah hal yang sangat penting untuk
menjaga kestabilan pembakaran, disamping itu juga berguna untuk mengurangi emisi gas
polutan seperti hidrokarbon dan NOx sebagai akibat hasil pembakaran yang tidak sempurna.

1.2 Jenis – Jenis Fluidisasi


Bila zat cair atau gas dilewatkan melalui lapisan hamparan partikel pada
kecepatan rendah, partikel-partikel itu tidak bergerak (diam). Jika kecepatan fluida
berangsur-angsur dinaikkan, partikel-partikel itu akhirnya akan mulai bergerak dan
melayang didalam fluida, serta berperilaku seakan-akan seperti fluida rapat.

Gambar 1.1 : karakteristik fluidized bed


Jika hamparan itu dimiringkan, permukaan atasnya akantetap horizontal, dan benda-
benda besar akan mengapung atau tenggelam didalam hamparan itu tergantung pada
perbandingan densitas dari partikel tersebut.
Berdasarkan jenis – jenis fluida yang digunakan, fluidisasi dapat dibedakan menjadi
dua jenis, yaitu: fluidisasi partikulat dan fluidisasi gelembung (Bubbling Fluidization)
( McCabe. Et, 1987).
1.2.1 Pencampuran fluida cair dengan partikel
Merupakan fluidisasi yang terjadi pada fluida cair, misalnya fluidisasi pasir dengan
air. Partikel – partikel ini bergerak menjauh satu sama lain dan gerakannya bertambah hebat
dengan bertambahnya kecepatan, tetapi densitas rata – rata pada suatu kecepatan tertentu
sama di segala arah hamparan. Proses fluidisasi ini bercirikan akspansi hamparan yang
cukup besar tetapi seragam pada kecepatan tinggi.

2|T ekni k fluidi sa si dan aplika si nya


Teknik Fluidisasi

1.2.2 Pencampuran gas dengan partikel


Merupakan fluidisasi yang terjadi pada fluida gas. Pada fluidisasi ini kebanyakan
gas akan mengalir dalam gelembung atau rongga – rongga kosong yang tak berisikan zat
padat, dan hanya sebagian kecil gas itu mengalir dalam saluran – saluran yang terbentuk
diantara partikel.Partikel itu akan bergerak tanpa aturan dan didukung oleh fluida. Sifat
ketakseragaman hamparan pada mulanya diperkirakan disebabkan oleh penggumpalan atau
agregasi partikel, tetapi kenyataannya tidak ada bukti yang menunjukkan partikel itu
melekat satu sama lain. Gelembung yang terbentuk berperilaku hampir seperti gelembung
udara di dalam air atau gelembung uap di dalam zat cair yang mendidih.

1.3 Tahapan Fluidisasi


Tahapan fluidisasi dapat dikelompokkan menjadi empat tahap, yaitu: hamparan tetap
(Fixed Bed), hamparan fluidisasi gelembung (Bubbling Fluidized Bed), gelembung besar
(Slugging) dan hamparan turbulen (Turbulent Bed)

1.3.1 Hamparan Tetap (Fixed Bed)


Pada saat udara dimasukkan dibawah plat distributor dengan laju lambat, dan naik
melalui hamparan tanpa menyebabkan terjadinya gerakan pada partikel. Jika kecepatan itu
perlahan dinaikkan, penurunan tekanan pada partikel. Jika kecepatan itu perlahan dinaikkan,
penurunan tekanan akan meningkat, tetapi partikel – partikel itu masih tidak bergerak dan
tinggi hamparanpun tidak berubah. Kondisi ini dikenal dengan fixed bed (Basu & Fraser,
1991).

3|T ekni k fluidi sa si dan aplika si nya


Teknik Fluidisasi

Gambar 1.2 Hamparan diam (Fixed Bed)

13.2 Hamparan Fluidisasi Gelembung (Bubbling Fluidized Bed)


Hamparan kecepatan aliran udara pada fixed bed meningkat sampai kecepatan udara
mencapai titik kritis yang dikenal dengan kecepatan minimum fluidisasi (Minimum
Fluidization Velocity), penurunan tekanan melintas hamparan itu akan mengimbangi gaya
gravitasi yang dialaminnya, dengan kata lain mengimbangi gaya bobot hamparan. Partikel
mulai akan bergerak dan gas yang mengalir melalui hamparan yang berbentuk gelembung,
dan disebut Bubbling Fluidized Bed (Basu & Fraser 1991).

Gambar 1.3 Bubbling Fluidized Bed

4|T ekni k fluidi sa si dan aplika si nya


Teknik Fluidisasi

1.3. 3 Gelembung Besar (Slugging)


Bila kecepatan udara yang melalui hamparan zat padat meningkat, gelembung –
gelembung cenderung bersatu dan menjadi besar (Slug). Pada saat gelembung naik melalui
hamparan fluidisasi sebagai slug, fenomena ini diistilahkan dengan slugging. Jika
menggunakan kolom berdiameter kecil dengan hamparan zat padat yang tebal, gelembung
– gelembung yang beriringan bergerak ke puncak kolom dan dipisahkan oleh zat padat
(Basu & Fraser, 1991).

Gambar 1.4 Slugging

1.3.4 Hamparan Turbulen (Turbulent Bed)


Ketika kecepatan udara melewati Bubbling Fluidized Bed telah meningkat diatas
kecepatan minimum gelembung, hamparan partikel akan meluas. Peningkatan kecepatan
tersebut mengakibatkan perubahan pada susunan partikel. Dengan kecepatan udara yang
tinggi mengakibatkan gelembung kehilangan identitasnya dan mengubah bentuk perluasan
hamparan. Partikel kemudian terlempar ke puncak kolom diatas hamparan sehingga
mendapatkan permukaan hamparan yang tinggi. Hamparan tersebut disebut dengan
turbulent bed. Tahapan ini diaplikasikan pada Circulating Fluidized Bed (Basu & Fraser,
1991).

5|T ekni k fluidi sa si dan aplika si nya


Teknik Fluidisasi

Gambar 1.5 Turbulent Bed

1.4 Aplikasi teknik fluidisasi


Penggunaan fluidisasi secara ekstensif dimulai pada pengolahan minyak bumi, yaitu
dengan dikembangkanya proses perengkahan katalik hamparan-fluidisa(fluid-bed catalytic
cracking). Walaupun industri dewasa ini banyak menggunakan reaktor penaik (riser) dan
pipa-transpor( transport-line) untuk. Perengkahan katalitik dan tidak lagi hamparan
fluidisasi, namun regenerasi katalis masih dilaksanakan di dalam reactor hamparan-
fluidisasi, yang besarnya sampai mencapai diameter 46 m. Fluidisasi diigunakan juga di
dalam proses katalitik lainnya, seperti sintesis akronitril, dan untuk melaksanakan reaksi zat
padat-gas. Demikian pula dewasa ini perubahan batu bara dalam hamparan fluidisasi
banyak menjadi perhatian sebagai suatu cara mengurangi biaya pembangkitan uap dan
mengurangi emisi bahan pencemar. Fluidisasi juga banyak digunakan untuk memanggang
bijih, mengeringkan zat halus, dan absorpsi gas.
Keuntungan utama dari fluidisasi ialah bahwa di sini zat padat itu diaduk keras oleh
fluida yang mengalir melalui hamparan itu dan zat padat itu bercampur dengan baik
sehingga hampir tidak ada gradien suhu di dalam hamparan, juga dalam reaksi yang sangat
eksotermik atau endotermik. Gerakan hebat zat padat juga mengakibatkan laju perpindahan
kalor yang cukup tinggi ke dinding atau ke tabung-tabung pendingin yang ditempatkan di

6|T ekni k fluidi sa si dan aplika si nya


Teknik Fluidisasi

dalam hamparan. Oleh karena sudah mendapat sifat fluiditas, zat padat itu dapat
dipindahkan dengan mudah dari satu bejana ke bejana lain.
Kelemahan utama dari fluidisasi gas-zat padat ialah adanya kontak yang tidak
merata antara gas dan zat padat, Kebanyakan gas mengalir melalui hamparan dalam bentuk
gelembung-gelembung dan bersinggungan hanya dengan sejumlah kecil zat padat di dalam
selongsong tipis, yang dikenal dengan nama awan gelembung(bubble cloud), di sekeliling
gelembung. Sebagian kecil gas itu mengalir melalui fase rapat, yang mengandung hampir
keseluruhan zat padat. Antara gelembung dan fase rapat terdapat semacam pertukaran gas
karena difusi dan proses-proses turbulen, seperti pembelahan dan penyatuan gelembung,
tetapi konversi menyeluruh dari pada pereaksi yang berbentuk gas biasanya jauh lebih kecil
dari yang terdapat pada persentuhan seragam pada suhu yang sama, sebagaimanahalnya
dalam reaktor ailiran-sumbat(plug flow reactor) yang ideal. Tingkat pertukaran antara
gelembung dan hamparan rapat, demikian juga laju pencampuran aksial, akan berbeda jika
diameter tangki berlainan, karena ukuran gelembung tidak sama. Hal ini menyebabkan
masalah pembesaran skala terap reaktor fluidisasi seringkali mengandung banyak faktor
ketakpastian, Kerugian lain yang dapat ditangani dengan lebih mudah, yaitu dengan
melakukan perancangan yang baik, adalah erosi bagian dalam reactor atrisi (aus gesek) zat
padat. Kebanyakan hamparan fluidisasi mempunyai siklon di bagian dalam atau luarnya,
yang digunakan sebagai penangkap butir-butir halus, tetapi, kadang-kadang lain dari itu,
masih diperluka lagi filter(penyaring) atau penyerap basuh (scrubber).

1.5 Aplikasi teknik fluidisasi untuk pembakaran (combustion)


1.5.1 Pembakaran dengan Fluidized Bed Combustion (FBC)
Pembakaran dengan Fluidized Bed Combustion (FBC) muncul sebagai alternatif
yang memungkinkan dan memiliki kelebihan yang cukup berarti dibanding sistim
pembakaran yang konvensional dan memberikan banyak keuntungan, rancangan yang
kompak, fleksibel terhadap bahan bakar, efisiensi pembakaran yang tinggi dan
berkurangnya emisi polutan yang merugikan seperti SOx dan NOx. Bahan bakar yang
dapat dibakar adalah batubara, barang tolakan dari tempat pencucian pakaian, sekam padi,

7|T ekni k fluidi sa si dan aplika si nya


Teknik Fluidisasi

bagas & limbah pertanian lainnya. Fluidized bed memiliki kisaran kapasitas yang luas yaitu
antara 0.5 T/jam sampai lebih dari 100 T/jam.
Bila udara atau gas yang terdistribusi secara merata dilewatkan keatas melalui
hamparan partikel padat seperti pasir yang disangga oleh saringan halus, partikel tidak akan
mengalami pergerakan pada kecepatan yang rendah Kondisi ini masih dikategorikan
sebagai kondisi hamparan diam (fixed bed). Begitu kecepatan udaranya berangsur-angsur
naik, terbentuklah suatu keadaan dimana partikel tersuspensi dalam aliran udara dengan
hamparan tersebut yang disebut “Terfluidisasikan”.
Dengan kenaikan kecepatan udara selanjutnya, terjadi pembentukan gelembung,
turbulensi yang kuat, pencampuran cepat dan pembentukan permukaan bed yang rapat. Bed
partikel padat menampilkan sifat cairan mendidih dan terlihat seperti fluida - “bed
gelembung fluida/ bubbling fluidized bed”.
Jika partikel pasir dalam keadaan terfluidisasikan dipanaskan hingga ke suhu nyala
batubara, dan batubara diinjeksikan secara terus menerus ke bed, batubara akan terbakar
dengan cepat dan bed mencapai suhu yang seragam. Pembakaran dengan fluidized bed
(FBC) berlangsung pada suhu sekitar 840OC hingga 950OC. Karena suhu ini jauh berada
dibawah suhu fusi abu maka pelelehan abu dan permasalahan yang terkait didalamnya
dapat dihindari.
Suhu pembakaran yang lebih rendah tercapai disebabkan tingginya koefisien
perpindahan panas sebagai akibat pencampuran cepat dalam fluidized bed dan ekstraksi
panas yang efektif dari bed melalui perpindahan panas pada pipa dan dinding bed.
Kecepatan gas dicapai diantara kecepatan fluidisasi minimum dan kecepatan masuk partikel.
Hal ini menjamin operasi bed yang stabil dan menghindari terbawanya partikel dalam jalur
gas.

8|T ekni k fluidi sa si dan aplika si nya


Teknik Fluidisasi

BAB II

KARAKTERISTIK PARTIKEL SOLID UNTUK PROSES


FLUIDISASI

2.1 Properti fisik partikel solid

Peralatan fluidisasi terdiri dari hamparan partikel padat dengan berbagai ukuran dan
bentuk. Pada sebagian besar untuk penggunaan pembakaran, ukuran partikel hamparan
yang dipakai umumnya lebih besar dari 1 mm. Untuk praktisnya, diameter hamparan yang
efektif dapat ditentukan dari analisa mesh yang memisahkan partikel hamparan ke dalam
beberapa ukuran yang berbeda. Diameter rata-rata dikalkulasi dari analisa mesh
berdasarkan pada rata-rata luasan permukaan partikel yang cocok. Rata-rata area
permukaan spesifik per unit volume didefinisikan sebagai

 Survace Area 
Ap     yi (2.1)
i
 Volume  i

dimana yi adalah pecahan masa dengan peningkatan i. Untuk gelembung yang setara, rasio
permukaan per volume adalah 6/dp sehingga,

y  6
A p  6   i   (2.2)
i
 di  d

dimana d adalah diameter rata-rata permukaan yang diberikan dengan

1
d (2.3)
 i 
y
 di 
i

Partikel hamparan akan menempati total volume tertentu, dan akan ada fraksi ruang
kosong (void) tertentu yang hanya mengandung gas dalam volume tersebut. Fraksi ruang
kosong tersebut didefinisikan sebagai :

9|Karakteristik partikel solid


Teknik Fluidisasi

void volume
= (2.4)
bed volume

Pecahan volume void kira-kira sama dengan area penampang melintang void pada poin
manapun dalam dipan tersebut. Kecepatan lokal efektif melalui dipan tersebut disebut
kecepatan interstitial,
.
V
VI  (2.5)
A

dimana V adalah volume kecepatan aliran melalui dipan dan a adalah area penampang
linyang fluidized bed seperti tampak pada gambar 17.1. Kecepatan supervicial Vs adalah
kecepatan gas jika partikel-partikel dipan tidak hadir:
.
V
Vs  (2.6)
A

Contoh 2.1. Untuk analisa layar di bawah ini temukan rata-rata diameter partikel , rata-rata
area permukaan partikel per unit volume partikel, dan rata-rata area permukaan partikel per
unit volume dipan. Pecahan void diukur pada 0,40

Tabel 2.1 Distribusi diameter dan berat partikel

Tyler mensh no. Diameter Weight no screen (kg)

8 2.36 0

10 1.65 60

14 1.17 80

20 0.83 40

35 0.42 20

48 0.29 0

Total 200

10 | K a r a k t e r i s t i k p a r t i k e l s o l i d
Teknik Fluidisasi

Jawaban. Tentukan pecahan masa pada masing-masing kisaran ukuran dan evaluasi
persamaan 2.6. Catat bahwa di = 2.00 dibawah ini datang dari (2.36 + 1.65)/2 di atas,
sebagai contoh

Tabel

Di yi yi
di

2.00 0.30 0.150

1.41 0.40 0.284

1.00 0.20 0.20

0.62 0.10 0.161

0.35 0.0 0.0

Sum 1.00 0.795

Sehingga dari persamaan 2.6, diameter rata-rata permukaan partikel adalah

1
d  1.26 mm
0.795

Rata-rata area permukaan per unit volume partikel adalah

6
Ap  3
 4762 m 2 / m 3
1.26 x10

Rata-rata area permukaan partikel per unit volume fluidized bed adalah

Av = A p (1-  ) = 4762 (1 – 0.4) = 2857 m 1

2.2 Klasifikasi partikel berdasarkan karakteristik fluidisasi

11 | K a r a k t e r i s t i k p a r t i k e l s o l i d
Teknik Fluidisasi

Pembahasan partikel-fluida dipusatkan pada hukum-hukuma aliran fluida dan


factor-faktor yang mengendalikan,perubahan tekanan dan kecepatan fluida yang mengalir
melewati batas padat, dan terutama mengenai aliran di dalam saluran tertutup.Dalam
pembahasan itu penekanan terutama diberikan pada fluidanya. Akan tetapi,dalam berbagai
masalah yang menjadi soal ialah pengaruh fluida itu pada benda padat yang berada di
dalam alirannya. Fluida itu bisa diam dan benda padat bergerak didalamnya; tetapi bias
pula benda padat itu diam sedang fluida mengalir melewatinya ;atau,bias pula kedua-
duanya bergerak. Situasi dimana terdapat benda padat yang terdapat dan terbenam di dalam
fluida itulah yang akan merupakan pokok bahasan dalam bab ini.

Pada umumnya, tidaklah menjadi soal fase mana yang diandaikan diam, apakah
fluidanya atau benda padatnya, yang penting ialah kecepatan relative antara kedua fase itu.
Kekecualian terhadap hal ini terdapat dalam beberapa situasi dimana arus fluida tidak
terlebih dahulu dipengaruhi oleh dinding padat dan berada dalam kondisi aliran turbulen.
Dalam prosesi ni, skala dan intensitas keturbulenan akan merupakan dua parameter yang
penting. Dalam terowongan angin,umpamanya dimana benda padat berada dalam keadaan
diam dan arus udara dalam keadaan bergerak, ke turbulen dan dapat memberikan gaya pada
benda padat itu, yang berbeda dari gaya yang ada dalam benda padat yang bergerak dengan
kecepatan relatif yang sama di dalam massa udara tenang yang bebas dari keturbulenan.
Benda yang jatuh bebas melalui medium kontinu mungkin bergerak dalam pola spiral atau
berputar pada sumbunya, atau mengalami kedua hal tersebut sekaligus. Tetapi di sini pun,
gaya yang bekerja pada benda itu tidak akan sama bila benda itu diam dan fluidanya yang
mengalir melewatinya.

Seret. gaya pada arah aliran,yang diberikan fluida terhadap benda padat di dalam
aliran di sebut seret( drag). Menurut hukum ketiga Newton tentang gerakan, benda itu akan
memberikan pula gaya yang besarnya sama pada fluida itu, tetapi pada arah yang
berlawanan. Bila dinding benda itu sejajar dengan arah aliran, sebagaimana dalam halnya
dengan plat tipis pada Gambar 2 -10a, satu-satunya gaya seret yang bekerja ialah geser
dinding  w . Akan tetapi, pada umumnya dinding benda yang berada di dalam fluida itu

12 | K a r a k t e r i s t i k p a r t i k e l s o l i d
Teknik Fluidisasi

membuat sudut dengan arah aliran. Dalam hal ini komponen geser dinding pada arah aliran
itulah yang membangkitkan seret. Contoh ekstirm dari situasi ini ialah seret terhadap plat
rata yang tegak lurus terhadap aliran, sebagaimana terlihat pada gambar 2-10b. Demikian
pula, tekanan fluida yang bekerja padaarah tegak lurus terhadap dinding mempunyai pula
komponen pada arah aliran, dan komponen itu ikut pula memberikan seret. Seret total pada
suatu elemen luas ialah jumlah dari kedua komponen itu. Gambar 2-1 menunjukan gaya-
gaya dari tekana dan gesesr yang bekerja pada elemen luas dA yang membuat sudut 90 o - 
terhadap arah aliran. Seret pada geser dinding dalam hal ini mebjadi  w sin  dA , dan dari

tekanan ialah p cos  dA . Seret total pada benda itu ialah jumlah integral masing-masing
besaran itu dimana masing-masingnya dihitung untuk keseluruhan permukaan benda yang
berada dalam kontak (bersentuhan) dengan fluida.

Seret toal dar dinding, yang didapatkan dari integrasi itu disebut seret dinding (wall
drag), dan yang dari hasil integrasi tekanan disebut seret bentuk (form drag).

Dalam aliran potensian,  w = 0, dan tidak ada seret dinding. Demikian pula, seret
tekanan pada arah aliran diimbangi oleh gaya yang besarnya sama tetapi arahnya
berlawanan, dan integrasinya seret bentuk ialah nol. Jadi, tidak ada seret neto didalam
aliran potensial.

Gambar 2.1 Seret dinding dan seret bentuk pada benda yang berada di dalam aliran fluida

13 | K a r a k t e r i s t i k p a r t i k e l s o l i d
Teknik Fluidisasi

Fenomena yang menyebabkan seret dinding maupun seret bentuk didalam fluida yang
sebenarnya jauh lebih rumit lagi, dan pada umumnya seret itu tidak dapat diramalkan.
Untuk bola dan bentuk berturan lainya, jika kecepatan fluida rendah, pola aliran dan gaya
seretnya dapat ditaksir dengan metode-metode numerik; tetapi untuk bentuk tak beraturan
dan pada kecepatan tinggi pola aliran dan gay seret itu harus ditentukan melalui
eksperimen.

Koefisien seret. Dalam menangani masalah aliran fluida dalam saluran, suatu factor
gesek yang defenisinya rasio tegangan geser terhadap hasil-kali tinggi-tekan kecepatan dan
densitas, ternyata amat berguna. Untuk benda padat dalam aliran, digunakan koefisien
seret(drag coefisien) yang analogi dengan itu. Perhatikan sebuah pola licin di dalam aliran
fluida yang berada pada jarak yang cukup jauh dari batas padat arus itu sehingga arus-
datang itu merupakan aliran potensial. Kita definisikan luas proyeksi benda padat itu
sebagai luas yang didapatkan dengan memproyeksikan benda itu pada bidang yang tegak-
lurus terhadap arah aliran, sebagaimana terlihat pada Gambar2.1. Kita namakan luas itu Ap.
Untuk bola, luas proyeksi itu ialah luas lingkaran besar, yaitu (  / 4 ) Dp2,dimana Dp ialah
diameter bola. Jika seret total ialah FD, seret rata-rata persatuan luas proyeksi ialah FD / Ap .

Sebagaimana kita mendefinisikan faktor gesek f sebagai rasio  w terhadap hasil-kali


densitas fluida dengan tinggi-tekan kecepatan, sehingga koefisien seret CD, didefinisikan
sebagai rasio FD / Ap , terhadap hasil-kali itu, atau

FD / Ap
CD  (2.7)
u02 / 2 g c

di mana uo ialah kecepataan arus datang (dengan pengandan bahwa uo konstan di


keseluruhan luas proyeksi).

Untuk partikel yang tidak berbentuk bola, kita harus terlebih dahulu menentukan
ukuran dan bentuk geometri benda itu, dan orientasinya terhadap arah aliran fluida. Satu
dimensi utamanya dipilih untuk digunakan sebagai panjang karakteristik, dan dimensi
penting lainnya diberikan sebagai rasio terhadap dimensi pilihan itu. Setiap rasio itu

14 | K a r a k t e r i s t i k p a r t i k e l s o l i d
Teknik Fluidisasi

dinamakan faktor bentuk (shape factor). Jadi, untuk silinder pendek, biasanya diameter
dipilih sebagai dimensi penentu, dan rasio panjang terhadap diameter sebagai faktor
bentuk. Orientasi partikel itu di dalam arus juga diketahui. Untuk silinder, kita dapat
menggunakan sudut antara sumbu silinder dan arah aliran. Jadi, luas proyeksi sudah
tertentu dan dapat dihitung. Untuk silinder yang orientasinya sedemikian rupa sehingga
sumbunya tegak-lurus terhadap aliran, Ap ialah LDp, dimana L ialah panjang silinder. Untuk

silinder yang sumbunya sejajar dengan arah aliran.Ap ialah ( / 4) D p ,sama dengan bola
2

yang diameternya sama.

Dari analisis dimensi, koefisien seret benda padat licin di dalam fluida tak-mampu-
mampat bergantun pada angka Reynold dan faktor bentuk. Untuk setiap bentuk tertentu

C D   ( N Re , p )

Gambar 2-2 Aliran melewati bola dalam fluida

Angka Reynolds partikel di dalam fluida didefinisikan sebagai

G0 D p
N Re, p  (2.8)

Dimana Dp= panjang karakteristik

G0= 0 

Untuk setiap bentuk dan orientasi terhadap hubungan C D VS  N Re, p yang khas. Hubungan

itu pada umumnya harus ditentukan dari eksperimen, walaupun khsus untuk bola licin pada

15 | K a r a k t e r i s t i k p a r t i k e l s o l i d
Teknik Fluidisasi

angka Reynolds rendah terdapat persamaan teoritis yang sudah cukup teruji. Koefisien seret
untuk fluida mampu-mampat meningkat bila angka Machnya bertambah tinggi, khususnya
bila angka Mach itu lebih dari 0,6. Koefisien pada aliran supersonic biasanya lebih besar
dari koefisien aliran subsonic.

Koefisien seret bentuk-bentuk khas. Pada Gambar 2.3 terlihat kurva-kurva C D VS  N Re, p

untuk bola, silinder panjang, dan piring. Sumbu silinder dan muka piring tegak-Jurus
terhadap arah aliran; dan kurva-kurva itu hanya berlaku untuk orientasi demikian. Jika,
umpamanya, piring itu bergerak karena gravitasi atau gaya sentrifugal melalui fluida
tenang, benda itu akan berputar pada waktu bergerak melalui fluida itu.

Dari sifat seret yang kompleks itu, tidaklah mengherankan bila perubahanCp dengan
N Re, p , jauh lebih rumit dari pada perubaha f dengan NRe . Variasi kemiringan kurva
 vs , N
CD Re , p
pada berbagai angka Reynolds adalah akibat daripada interaksa intara berbagai
faktor yang mengembalikan seret bentuk dan seret dinding. Efeknya dapat diikuti dari
pembahasan untuk kasus bola dibawah ini.

Pada angka Reynolds, rendah gaya seret untuk bola sesuai dengan persamaan
teoretis yang disebut hokum stokes, yang dapat dituliskan sebagai berikut

u0 D p
FD  3 (2.9)
gc

Dari Pers(2-3), koefisien seret yang diramalkan oleh hokum Stokes dengan menggunakan
Pers(2 -l) ialah

24
CD  (2.10)
N Re, p

Menurut teori, hukum Stokes hanya berlaku bila N Re, p jauh lebih kecil dari satu. Dalam

kenyataannya seperti terlihat dari bagian kiri grafik pada Gambar 2-3, Pers.(2.9) dan
(2.10) dapat digunakan tanpa kesalahan terlalu besar untuk segala angka Reynolds, asal
kurang dari l. Pada kecepatan rendah, dimana hukum ini berlaku, bola itu bergerak melalui

16 | K a r a k t e r i s t i k p a r t i k e l s o l i d
Teknik Fluidisasi

fluida dengan membuat deformasi pada fluida itu. Geser dinding adalah akibat dari gaya-
gaya viskos semata-mata, dan gaya inersia pun dapat diabaikan. Gerakan bola itu
mempengaruhi fluida pada jarak yang agak jauh dari benda itu, dan jika dinding padat
berada di sekitar 20 atau 30 diameter bola, hukum Stokes harus dikoreksi untuk
memperhitungkan pengaruh dinding. Jenis aliran yang diperlakukan dengan hukum ini
disebut aliran mulur (creeping flow). Hukum ini sangat berguna untuk menghitung tahanan
partikel kecil, seperi debu dan kabut, yang bergerak melalui gas atau zat cair berviskositas
rendah, atau untuk gerakan partikel besar didalam zat cair yang sangat viskos

Jika angka Rynolds ditingkatkan sampai 10 atau lebih, jauh diluar jangkauan
hukum stokes, pemisahan akan terjadi pada titik persis di depan bidang ekuator bola,
sebagaimana tearlihat pada cambar 7-4a,dan dibelakang bola akan terbentuk riak Ikutan
(wake) yang meliputi seluruh hemisfer-belakang bola itu. Dalam Bab 3 telah kita tunjukan
bahwa riak ikutan itu selalu disertai oleh rugi gerak yang besar. Riak ikutan itu
membangkitkan pula seret-bentuk, yang besar, dan bahkan kebanyakan seret bentuk adalah
akibat dari adanya riak ikutan. Dalam riak ikutan, kecepatan sudut vorteks-vorteks yang
terjadi adalah besar,dan karena itu energi-kinetik rotasinya pun demikian. Tekanan di
dalam riak ikutan, sesuai dengan asas Bernoulli, kurang dari yang terdapat di dalam lapisan
batas yang memisah. Di dalam gelombang ikutan itu akan terjadi suatu isapan, dan
komponen vektor tekanan yang bekerja pada arah aliran. Seret tekanan, dan demikian pula
seret total, besar;jauh lebih besar dari pada bilamana hokum Stokes masih berlaku.

Pada angka-angka Reynolds menengah vorteks-vortekts akan melepaskan diri dari


riak ikutan sebagaimana biasa, sehingga membentuk sederetan vorteks yang bergerak,yang
dinamakan “Jalan vorteks”( vortex street) di dalam fluida sebelah hilir. Pada angka
Reynolds di atas 2.500, di lain pihak vorteks itu tidaklagi lepas dari riak ikutan. Di sini
terbentuk suatu lapisan batas yang stabil yang bermula pada puncak, yaitu titik B pada
Gambar 2-4. Lapisan batas itu berkembang dan memisah, mengalir dengan bebas di
sekeliling riak ikutan sesudah pemisahan. Pada mulanya, lapisan batas itu berada dalam
aliran laminar, baik sebelum maupun sesudah pemisahan. Koefisien seret hamper konstan;
sebagaimana terlihat pada Garnbar 2-3, untuk bola dan silinder, koefisien itu meningkat

17 | K a r a k t e r i s t i k p a r t i k e l s o l i d
Teknik Fluidisasi

sedikit dengan pertambahan angka Reynolds. Jika angka Reynolds meningkat lebih jauh,
akan terjadi transisi ke aliran turbulen, mula-mula dalam lapisan-batas bebas, lalu dalam
lapisan batas yang masih melekat pada setengah bola bagian depan. Bila pada hemisfer-
depan itu terjadi keturbulenan, titik pemisah bergerak ke arah belakang bola itu, dan riak
ikutan pun mengecil, seperti terlihat pada Gambar 7-4b. Baik gesekan maupun seret
berkurang, dan penurunan koefisien seret secara nyata dari 0,45 menjadi 0,l0 pada angka
Reynolds sekitar 250.000 adalah disebabkan oleh pergeseran letak titik pemisahan bila
lapisan batas yang melekat pada bola itu menjadi turbulen. Pada angka Reynolds yang
lebih besar dari 300.000, koefisien seret itu hampir dapat dikatakan konstan.

Angka Reynolds dimana lapisan batas yang melekat berubah menjadi turbulen
disebuat ngka Reynolds kritis untuk seret. Kuva untuk bola yang terlihat pada Gambar 2-3
hanya berlaku bila fluida mendekati bola dalam keadaan tidak turbulen atau bila bola yang
bergerak di dalam fluida diam. Jika fluida itu mendekat dalam keadaan turbulen, angka
Reynolds kritis itu menjadi peka terhadap skala keturbulenan dan akan mengecil bila skala
itu bertambah besar. Umpamanya, jika skala keturbulenan yang didefinisikan sebagali

100 (u ' ) 2 / u , besarnya 2 persen, angka Reynolds kritis itu ialah kira-kira 140,000.

Gambar 2-3 koefisien seret untuk bola, piring dan silinder [Atas perkenan, dari J.H. pery(ed). “chemical engineers
handbook” eds 5, hlm 5-62, Hak cipta, 1973, Mcgraw-Hill book company.]

18 | K a r a k t e r i s t i k p a r t i k e l s o l i d
Teknik Fluidisasi

Salah satu cara untuk mengukur skala keturbulenan ialah dengan menentukan angka
Reynolds kritis dan menggunakan suatu koreksi yang sudah diketahui antara kedua besaran
itu. Kurva CD  vs  N Re untuk silinder panjang tak-berhinga yang tegak lurus terhadap aliran
hampir serupa dengan kurva untuk bola, akan tetapi, pada angka Reynolds

Gambar 2.4 Aliran melintas saatU

bola, menunjukkan pemisahan dan


Pembentukan riak ikutan :

(a) aliran laminar dalam lapisan

batas; (D) aliran turbulen dalam

lapisan batas; B, titik stagnasi; C,

titik pisah; [Atas perkenan, dari

J.C. Hunsaker dan B.G,


Rightmire,"Engineering Appllcadon of Fluld
Mechotrics," hlm. 202-203. Hak

cipta, 1947, McGrawHill BookCompany.]

rendah CD tidak berubah menurut kebalikanya NRe, karena aliran mengelilingi silinder
mempunyai cirri dua dimensi. Untuk silinder pendek, seperti pelet-pelet kattalis, koefisien
seret itu mempunyai nilai diantara nilai untuk bola dan silinder panjang, dan berubah
menurut kebalikan angka Reynolds, khususnya pada angka Reynolds yang sangat rendah.
Benda berbentuk piring tidak menunjukkan adanya penurunan dalam koefisien seret pada
angka Reynolds kritis, karena jika pemisahan telah terjadi pada tepi piring, arus yang
terpisah itu tidak akan kembali ke belakang piring, dan gelombang-ikutan tidak menciut

19 | K a r a k t e r i s t i k p a r t i k e l s o l i d
Teknik Fluidisasi

bila lapisan batas menjadi turbulen. Benda yang menunjuk perilaku demikian disebut
benda tumpul (bluff body). Untuk piring, koefisien seret CD mempunyai nilai kira-kira satu
pada angka Reynolds di atas 2.000.

Koefisien seret untuk partikel yang mempunyai bentuk tidak beraturan, seperti batu
bara dan pasir, tampaknya hamper sama dengan bola yang ukuran nominalnya sama, pada
angka Reynolds kurang dari 504. Namun, kurva CD  vs ,  N Re itu mendatar pada NRe  100 ,dan
nilai CD nya menjadi 2 sampa 3kali nilai untuk bola untuk angka Reynolds yang berkisaran
antara NRe=500-3,000. Hasil-hasil seperti itu telah dilaporkan pula untuk partikel isometric
seperti kubus dan tetrahedron.

2.3 Penurunan tekanan sepanjang hamparan tetap

Udara dimasukkan dibawah plat distributor (penyebar udara) dengan laju lambat,
dan naik keatas melalui hamparan tanpa menyebabakan terjadinya gerakan pada partikel.
Jika partikel itu cukup kecil, aliran didalam saluran-saluran diantara hamparan itu akan
sebanding dengan kecepatan semu Uo. jika kecepatan itu berangsur-angsur dinaikkan,
penurunan akan meninggakat tetapi tidak bergerak dan tinggi hamparanpun tidak berubah.
Kondisi ini disebut dengan fixed beds. Pada kecepatan tertentu, penuruna tekanan melintasi
hamparan itu akan mengimbangi gaya gravitasi yang dialaminya. Jika kecepatan masih
dinaikkan lagi, partikel itu akan mulai bergerak. Titik ini digambarkan oleh titik A pada
gambar 2.5. didalam hamparan zat padat

Jika kecepatan itu terus dinaikkan lagi, partikel-partikel itu akan memisah dan
menjadi cukup barjauhan satu sama lain sehingga dapat berpindah-pindah didalam
hamparan itu dan fluidisasi yang sebenarnyapun mulai terjadi (titik B). pada saat hamparan
itu sudah terfluidisasi, penurunan tekanan melintasi hamparan konstan, tetapi tinggi
hamparan bertambah terus apabila aliran ditinggikan lagi (Bubbling Fluidized Bed). Jika
laju aliran kehamparan fluidisasi itu perlahan-lahan diturunkan, penuruna tekanan tetap
sama, tetapi tinggi hamparan berkurang mengikuti garis BC.

20 | K a r a k t e r i s t i k p a r t i k e l s o l i d
Teknik Fluidisasi

Gambar 2.5 : Penurunan tekanan dan tinggi hamparan Vs kecepatan semu

Perilaku hamparan fluidisasi sangat bergantung pada kapasitas dan besarnya


gelembung gas, jenis partikel serta kecepatan aliaran gas. Gelembung-gelembung
cenderung bersatu dan menjadi besar (slug)pada wakti naik melalui hamparan fluidisasi.
Tahap ini disebut dengan sluging. Jika kecepatan fluida ditingkatkan lagi maka hamparan
akan berubah menjadi bergolak. Pada kondisi ini semua partikel dalam hamparan tersebut
akan terbawa ikut mengalir bersama gas saat dialirkan gas pada kecepatan tinggi. Tahapan
ini disebut dengan turbulent beds.

2.4 Kecepatan fluidisasi minimum

Persamaan mengenai kecepatan minimum fluidisasi bisa didapatkan dengan rnembuat


penurunan tekanan melintas hamparan itu sama dengan bobot hamparan per satuan luas
penampang, dengan mernperhitungkan gaya apung dari fluida yang dianjakkan:

g
p  (1   )(  p   ) L (2.11)
gc

Pada awal fluidisasi,  merupakan porositas minimum, atau  M .(Jika partikel itu scndiri

21 | K a r a k t e r i s t i k p a r t i k e l s o l i d
Teknik Fluidisasi

berpori-pori  , ialah fraksi-kosong luar pada hamparan itu.) Jadi,

p g
 (1   M )(  p   ) (2.12)
L gc

Persamaan Ergun untuk penurunan tekanan pada hamparan curah [pers.( 7-20)] dapat

disusun kembali menjadi


2
pg c 150V 0 (1   ) 2 1,75V 0 (1   )
  (2.13)
L  2s D p2 3  s Dp 3

Jika Pers.(2.13) kita terapkan untuk titik awal fluidisasi, kita dapatkan suatu persamaan

Kuadrat untuk kecepatan fluidisasi minirnun V 0 m :

2
150V 0 M (1   M ) 1,75V 0 M 1
  g ( p   ) (2.14)
 2s D p2  M3  s D p  M3

Untuk partikel yang sangat kecil, hanya suku aliran laminar pada persamaan Ergun yang
signifikan. Dengan N Re . p ,1, persamaan kecepatan fluidisasi minirnum menjadi

g (  p   )  M3
V 0M   2s D p2 (2.15)
150  1   M

Kebanyakan persamaan empirik menyatakan bahwa V 0 m , berubah sedikit lebih kecil


dari pangkat 2,0 ukuran partikel dan tidak persis menurut kebalikan viskositas.
Penyirnpangan kecil dari eksponen yang diharapkan inii mungkin merupakan akibat dari
kesalahan pada waktu mengabaikn suku kedua persamaan Ergun, dan karena fraksi kosong
 M ,mungkin berubah menurut ukuran partikel. Untuk partikel yang dapat dianggap
berbentuk bola.  M biasanya berkisaran antara 0,40 dan 0,45, dan agak lebih besar jika
diameter partikel lebih kecil. Untuk zat padat yang bentuknya tidak beraturan, ketakpastian
dalam  M agaknya merupakan sumber utama kesalahan dalam meramalkan V 0 m dari
Pers.(2.14) atau (2.15).

22 | K a r a k t e r i s t i k p a r t i k e l s o l i d
Teknik Fluidisasi

Kecepatan mininum fluidisasi partikel di dalam udara yang dihitung dari pers,
(2.14) ditunjukkan pada Gambar 2.6, Perlu dicatat bahwa ketergantungan terhadap D p2

berlaku untuk partikel yang diameternya sampai kira-kira 300  M ; dalam berbagai
penerapan fluidisasi, partikel itu berukuran antara 30 sampai 300  M . Akan tetapi,
fluidisasi juga digunakan untuk partikel yang lebih besar dari I mm, sebagaimana dalam hal
pembakaran batu-bara dalam hamparan fluidisasi. Dengan partikel yang berukuran sangat
besar, suku aliran laminar menjadi dapar diabaikan dan V 0 m berubah sesuai dengan akar
pangkat-dua ukuran partike. Persamaan N Re, p < 103 adalah

  s D p g (  p   ) M3 
V 0M   (2.16)
 1,75 

Gambar 2.6 Kecepatan fluidisasi minimum dan kecepatan terminal dengan udara pada

20C dan 1 atm atau (eM  0,50,  s  0,8 )

23 | K a r a k t e r i s t i k p a r t i k e l s o l i d
Teknik Fluidisasi

Kecepatan terminal masing-masing partikel yang jatuh dalam udara tenang juga terlihat
pada Gambar 2.6. Pada angka Reynolds rendah, ut dan V 0 m masing-masing bervariasi
menurut D p2 (  p   ) , dan 1 /  , sehingga rasiou u t / V 0 M bergantung terutama pada fraksi

kosong dalam keadaan fluidasi minimum. Dari pers.(2.15) dan (2.16)

ut gD p2 (  p   ) 150  1  M

V 0M 18 g (  p   ) s D p  M3
2 2

8,33(1   M )
= (2.17)
 2s  p2

Untuk bola,dengan  M  0,45,kecepatan terminal adalah 50 kali kecepatan fluida


minimum, sehingga hamparan yang berfluidisasi pada l0 mm/det barangkali dapat
beroperasi dengan kecepatan sampa 400 mm/det dengan hanya sedikit partikel yang
terbawa-bawa oleh gas keluar. Jika distribusi partikel sangat luas, butiran halus, yang,
terbawa ikut akan lebih banyak lagi, yaitu butiran yang lebih halus dari ukuran partikel
rata-rata, tetapi kebanyakan diantara butiran halus itu akan ditangkap kembali oleh
penyaring atau siklon pemisah dan dikembalikan ke dalam hamparan. Beberapa hamparan
fluidisasi dioperasikan pada kecepatan 100 kali V 0 M , dimana partikel yang terbawa ikut
cukup banyak, tetapi disertai dengan pemulihan kembali padatan yang terbawa itu.

Untuk partikel yang, tidak berbentuk bola,  lebih kecil dari 1, dan pers.(2.17)
kelihatannya memberikan daerah fluidisasi yang lebih luas tanpa ada yang terbawa ikut.
Akan tetapi, untuk partikel yang bentuknya tak beraturan, nilai  M pada umumnya lebih

kecil dari nilai pada bola, dan untuk ,  s  0,8 dan  M  0,5 rasio u t / V 0 M ialah 52, yaitu
kira-kira sama dengan yang diperkirakan untuk bola. Untuk partikel besar, kecepatan
terminal diberikan oleh hukum Newton [pers. (7-45)], dan ini dapat dibandingkan dengan
V 0 M dari pers.(2.15). Dalam hal bola, dengan-NRe,p,lebih besar dari 103,
1/ 2
 gD p (  p   )   
1/ 2
ut 1,75 
 1,75   3 
V 0M     gD p (  p   ) M 

24 | K a r a k t e r i s t i k p a r t i k e l s o l i d
Teknik Fluidisasi

2,32
= (2.18)
 M3 / 2

untuk  M =o,45, u t / V 0 M =7,7 , yang merupakan rasio yang jauh lebih kecil dari yang
untuk partikel halus. Hal ini mungkin agak kurang menguntungkan dibandingkan dengan
penggunaan partikel kasar dalam hamparan fluidisasi, tetapi ukuran partikel optimum pada
umumnya bergantunga pada berbagai factor lain seperti biaya penggilingan, serta
perpindahan kalor dan perpindahan massa, di samping kecepatan gas yang dikehendaki.

2.5 Teori dua fase untuk fluidisasi gelembung dan resim fluidisasi

Ergun mengkorelasikan data eksperimen untuk menunjukkan bahwa, dalam Pers.(2-


18), nilai k1 dan k2 yang memuaskan adalah masing-masingnya 150/36 dan 1,75/6 jika
nilai ini disubstitusikan ke dalam Pers.(2-18) dan nilai sp/vp, dari persamaan di itu
dieliminasi dengan bantuan Pers.(2 -19),kita dapat

pg c  s D p  3 150(1   )
  1,75 (2-20)
L  V 0 (1   )  s D p V 0  / 
2

Persamaan (2-20) disebut persamaan Ergun, Persamaan itu diperoleh dengan


mencocokkan data untuk bola, silinder, benda padat pecahan seperti kokas dan pasir.
Untuk cincin Raschig dan pelana Berl, yang mempunyai porositas antara 0,55 sampai 0,75,
Pers.( 2-20) menghasilkan ramalan penurunan tekanan yang lebih rendah dari yang
didapatkan dari percobaan. Persamaan itu tidak terlalu cocok untuk bahan isian menara
lainnya yang luas permukaannya besar dan porositasnya tinggi.

Faktor geskan untuk hamparan curah, didefinisikan oleh ruas kiri Pers.(2-20);

pg c  s D p  3
fp  2
(2-21)
V 0 L(1   )

Kecuali mengenai biilangan tetap 2 , sferisitas, dan fungsi porositas  3 /(1   ), f p di atas

mempunyai bentuk yang sama dengan faktor gesekan f untuk pipa saluran yang

25 | K a r a k t e r i s t i k p a r t i k e l s o l i d
Teknik Fluidisasi

didefinisikan oleh pers.(2-21) untuk angka Reynolds partikel pers.(2-20) dapat dituliskan
sebagai

150(1   )
fp   1,75 (2-22)
 s N Re , p

Persamaan (2 -22) memerlukan suatu penafsiran sederhana. Pada angka Reynolds


rendah, besaran 1,75 dapat diabaikan terhadap suku angka Reynolds. Hal ini berarti bahwa
dalam hal ini gaya viskos sangat penting sedang gaya inersia tidak berarti. Pers. (2-20)
dapat dituliskan untuk kasus ini sebagai

pg c  2s D p2 3
 150 (2-23)
LV 0  (1   ) 2

persamaan ini disebut persamaan Kozeny-Carman, dan jelas merupakan persamaan aliran
laminar, yang digunakan dengan angka Reynolds yang kurang dari 1,0 (kira-kira). Untuk
system tertentu persamaan ini menunjukan bahwa laju aliran berbanding lurus denngan
penurunan tekanan. Pernyataan ini juga dikenal sebagai hukum Darcy.

Untuk angka Reynolds, besar di atas kira-kira 1.000, suku pertama di ruas kanan

Pers.(7-22) dapat dihapuskan karena gaya viskos menjadi tidak berarti dan gaya inersia

menentukan. Pers(2-20)lalu menjadi

p gc  s D p 
3

 1,75V 0 (2-24)
L V 02 1  

Persmaan ini dinamakan persamaan Blake-plummer.

Untuk angka Reynolds antara l dan1,000 kita harus menggunakan Pers.(2-20).

Campuran berbagai partikel, Persamaan (2-20) dapat digunakan untuk lapisan


hamparan yang terdiri dari campuran partikel dari bermacam-macam ukuran dengan
menggunakan diameter pukul-rata permukaan (surface mean-diameter) campuran Ds

26 | K a r a k t e r i s t i k p a r t i k e l s o l i d
Teknik Fluidisasi

sebagai penggannti Dp. Nilai pukul-rata itu dihitung dari jumlah partikel Ni di dalam setiap
jangkauan ukuranaatau traksi massa setiap jangkauan xi.
n

 N i D pi2
Ds  i 1
n
(2-25)

i 1
Ni D 2
pi

1
Ds  n
(2-26)
xi

i 1 D pi

Fluida mampu-mampat. Bila perubahan densitas fluida itu kecil - dan jarang sekali
penurunan tekanan cukup besar sehingga mengakiban perubahan densitas yang menyolok

- Pers.(2-20) dapat kita gunakan dengan menghitung nilai V 0 pada waktu masuk dan waktu
keluar dengan menggunakan pukul-rata aritmetik untut V 0 dalam persamaan itu.

Banyak langkah-langkah pengolahan terutama proses pemisahan mekanik, melibatkan


gerakan partikel padat atau tetesan zat cair di dalam fluida. Fluida itu mungkin berupa gas,
mungkin zat cair, dan mungkin bergerak dan mungkin pula diam. Contoh proses demikian
ialah pemisahan debu dan asap dari udara atau gas buang, pemisahan limbah padat dari
limbah cair sebelum pembuangan ke system buangan umum dan pemulihan kabut asam
dari gas limbah pabrik asam.

Mekanika gerakan partikel. Gerakan partikel melalui fluida memerlukan bekerjanya


suatu gaya luar pada partikel itu. Gaya ini dapat disebabkan oleh perbedaan densitas antara
partikel dan fluida, atau dapat pula diakibatkan oleh adanya medan listrik atau medan
magnet. Dalam subbab ini kita hanya membahas gaya gravitasi dan gaya sentrifugal saja,
yang disebabkan oleh perbedaan densitas.

Ada tiga gaya yang bekerja pada partikel yang dalam keadaan bergerak di dalam
fluida: (l) gaya luar, gravitasi atau sentrifugal; (2) gaya apung( buoyant force), yang bekerja

27 | K a r a k t e r i s t i k p a r t i k e l s o l i d
Teknik Fluidisasi

sejajar dengan gaya luar, tetapi pada arah yang berlawanan; dan (3) gaya seret; yang selalu
terdapat bilamana ada gerakan relatif antara partikel dan fluida. Gaya seret itu bekerja
melawan gerakan, sejajar dengan arah gerakan tetapi berlawanan arah.

Dalam situasi umum, arah gerakan partikel relatif terhadap fluida belum tentu
sejajar dengan arah gaya luar dan gaya apung, dan gaya seret mungkin membuat dengan
kedua gaya yang lain. Dalam situasi demikian, yang disebut gerakan dua demensi (two
dimension motion), seret itu harus diuraikan menjadi komponen-komponennya, hal mana
menambah rumit pengerjaan Mekanika partikel. Untuk gerakan ini sudah ada beberapa
persamaan,10 tetapi kita, dalam buku ini, hanya akan membahas kasus satu-dimensi, dimana
garis-garis kerja semua gaya yang bekerja pada partikel itu adalah kolinear.

Persamaan gerakan satu dimensi partikel melalui fluida. Perhatikan suatu partikel yang
massanya m yang bergerak di dalam fluida di bawah pengaruh gaya luar Fe. Umpamakan
kecepatan partikel itu, relatif terhadap fluida, ialah u. Gaya apung yang bekerja pada
partikel itu kita umpamakan Fb , sedang seret ialah FD. Gaya resultan yang bekerja pada
partikel itu ialah Fe-Fb-FD, dan percepatan partikel ialah du/dt ,

m du
 Fe  Fb  FD (2-27)
gc dt

Gaya luar dapat dinyatakan sebagai hasil kali antara massa dan percepatan ac partikel

karena gaya ini, dan

mae
Fc  (2-28)
gc

Gaya apung sesuai dengan asas Archimedes, ialah hasil kali antara massa fluida yang
dianjkakkan partikel dan percepatan karena gaya luar. Volume partikel itu ialah m/pp,
dimana pp ialah densitas partikel, dan partikel itu menganjakkan fluid yang volumenya
sama,

Massa yang diaanjakkan ialah (m/pp)  , dimana  ialah densitas fluida. Gaya apung
menjadi

28 | K a r a k t e r i s t i k p a r t i k e l s o l i d
Teknik Fluidisasi

mae
Fb  (2-29)
 p gc

Gaya seret, dari pers. (2-1), ialah

C D u 02 A p
FD  (2-30)
2gc

di mana CD = koefisien seret tanpa dimensi

Ap = luas-proyeksi partikel diukur pada bidang tegak lurus terhadap arah

u0 =u

Substitusi gaya dari Pers.(7-28) sampai (7-30) ke Pers.(7-27) mengasilkan

ae C D u Ap  p   C D u 2 Ap


2
du
 ac    ae  (2-31)
dt p 2m p 2m

Gerakan karena gaya gravitasi. Jika gaya luar itu ialah gaya gravitasi,ac ialah g,yaitu
percepatan gravitasi, dan pers.(2-31) menjadi

du  p   C D u 2 Ap
g  (2-32)
dt p 2m

Garakan dalam medan sentrifugal. Gaya sentrifugal terdapat bilamana arah gerakan
partikel berubah. Percepatan dari gaya sentrifugal karena gerakan lingkar (sirkular) ialah

a c  r 2 (2-33)

dimana r = jari-jari atas parikel

 = kecepatan sudut (angular), rad/det

Subtitusi ke dalam pers.(7-31) menghasilkan

du  p   C D u 2 Ap
 r 2
 (2-34)
dt  2m

29 | K a r a k t e r i s t i k p a r t i k e l s o l i d
Teknik Fluidisasi

Dari persamaan ini, u ialah kecepatan partikel relatife terhadap fluida dan mengarah keluar
menurut jari-jari.

Kecepatan terminal. Dalam pengendapan dibawah pengaruh gaya garvitasi, g selalu


konstan. Demikian pula, seret selalu meningkat bersamaan dengan percepatan. Pers.(2-
32) menunjukan bahwa percepatan berkurang menurut waktu dan lama-lama menuju nol.
Partikel itu segera mencapai suatu kecepatan tetap, yang merupakan kecepatan maksimum
yang bias dicapai dalam kondisi itu. Kecepatan ini dinamakan kecepatan terminal (terminal
velocity) persamaan percepatan terminal ut didapatkan untuk pengendapan dibawah
pengaruh gaya gravitasi dengan membuat du/dt =0. Lalu, dari pers. (2-31)

2 g (  p   )m
ut  (2-35)
Ap  p C D 

Dalam gerakan karena gaya sentrifugal, kecepatan bergantung pada jari-jari, dan
percepatan tidaklah konstan jika partikel itu bergerak relative terhadap fluida. Akan tetapi
dalam berbagai penggunaan praktis daru gaya sentrifugal, du/dt itu kecil bila dibandingkan
dengan kedua suku lain dalam pers.(2-34), dan jika du/dt kita abaikan maka kecepatan
terminal pada radius tertentu dapat didefenisikan dengan persamaan

2 g (  p   )m
ut   (2-36)
Ap  p C D 

Koefisien gesekan. Penggunaan pers. (2-31) sampai (2-36) secara kuantitatif memerlukan
adanya nilai numeric dari koefisien seret CD. gambar 2-3, yang menunjukan koefisien seret
sebagai fungsi angka Reynolds memberi petunjuk tentang hubungan itu. Bagian dari kurva
CD-vs-NRe,p untuk bola digambarkan kembali pada gambar 2-6. Akan tetapi, kurva seret
dalam gambar 2-6 hanya berlaku pada kondisi tertentu saja. Partikel itu harus berupa bola
padat, harus jauh dari partikel lain dan jauh dari dinding bejana sehingga pola aliran
disekitar partikel itu tidak terganggu, dan partikel itu harus bergerak pada kecepatan

30 | K a r a k t e r i s t i k p a r t i k e l s o l i d
Teknik Fluidisasi

terminalnya relative terhadap fluida. Koefisien seret untuk partikel yang sedang
mengalami percepatan jauh lebih besar dari yang ditunjukan pada

Gambar 2-6 koefisien seret untuk bola

Gambar 2-6, sehingga partikel yang dijatuhkan ke dalam fluida yang tenang akan
memerlukan waktu yang lebih lama untuk mencapai kecepatan terminalnya dari pada yang
diramalkan dengan menggunakan nilai CD pada keadaan-stedi6. Partikel yang disuntikkan
ke dalam arus yang mengalir deras juga mengalami percepatan yang lebih kecil dari yang
diramalkan, dan koefisien seret dalam hal ini lebih kecil dari nilai normalnya. Akan tetapi,
untuk kebanyakan proses yang melibatkan partikel atau tetesan kecil, waktu untuk
percepatan sampai kecepatan terminal masih sangat kecil dan biasanya

Variasi bentuk partikel dapat diperhitungkan dengan mendapatkan kurva-kurva CD-


vs-N
Re,p masing-masing untuk setiap bentuk, seperti ditunjukkan pada Gambar 2-3, untuk
silinder dan piring. Tetapi, sebagaimana telah dijelaskan sebelumnya, kurva silinder dan
piring dalam Gambar 2-3 hanya berlaku untuk suatu orientasi tertentu saja dari partikel itu.
Pada partikel yang tidak berbentuk bola yang bergerak bebas melalui fluida, orientasi itu
selalu berubah-ubah. Perubahan ini memerlukan energi, dan meningkatkan seret efektif
pada partikel itu; disini CD, lebih besar daripada yang untuk gerakan fluida melewati
partikel stasioner. Akibatnya, kecepatan terminal, lebih-lebih dalam hal piring dan partikel

31 | K a r a k t e r i s t i k p a r t i k e l s o l i d
Teknik Fluidisasi

berbentuk plat; lebih kecil dari pada yang diramalkan dari kurva, untuk suatu orientasi
tertentu.

Dalam pengerjaan berikut ini, partikel itu diandaikan berbentuk bola, karena jika
koefisien seret untuk gerakan partikel bebas kita ketahui, prinsip itu akan dapat digunakan
untuk bentuk-bentuka lain.

Bila partikel itu berada pada jarak yang cukup jauh dari dinding bejana dan dari
partikel-partikel lain, sehingga proses jatuhnya tidak terpengaruh oleh dinding atau partikel
lain, maka proses itu dinamakan pengendapan bebas( free settling). Jika gerakan partikel
itu terganggu oleh partikel lain, yang dapat terjadi bila partikel itu berdekatan dengan
partikel lain, walaupun mungkin tidak berbenturan, proses itu disebut pengendapan
terganggu (hindered settling). Koefisien seret dalam pengendapan terganggu lebih besar
dari pada pengendapan bebas.

Jika paitikel-partikel itu sangat kecil, akan ada gerakan Brown. Gerakan ini
merupakan gerakan rarnbang yang terjadi pada partikel itu karena adanya benturan antara

partikel itu dengan molekul-rnolekul fluida di sekelilingnya. Efek ini menjadi cukup berarti
pada ukuran partikel 2 sarnpai 3 m , dan rnenjadi paling penting bila ukuran partikel 0,1
m atau lebih kecil lagi. Gerakan rambang partikel cenderung menekan efek

gaya gravitasi, sehingga menghalang terjadinya pengendapan. Efek relatif gerakan Brown
ini dapat diatasi dengan menerapkan gaya sentrifugal.

Gerakan partikel-berbentuk-bola. Jika partikel itu berbentul bola dengan diameter

Dp, maka

D 3p  p
m (2-37)
6

Dan

D 3p
Ap  (2-38)
4

32 | K a r a k t e r i s t i k p a r t i k e l s o l i d
Teknik Fluidisasi

Substitusi m dan Ap dari Pers.(2-37) dan (2-38) ke dalamPers.(2-35) menghasilkan


persamaan untuk pengendapan gravitasi bola:

4g ( p   )Dp
ut  (2-39)
3C D 

Dalam kasus umum, kecepatan terminal dapat dicari dengan Perhitungan coba-coba setelah
menebak N Re, p untuk mendapatkan taksiran pertama te ntang CD. Untuk kasus pembatasan

dimana angka Reynolds sangat rendah atau sangat tinggi, kita bisa mendapatkan u t secara
langsung dari persamaan.

Pada angka Reynolds rendah, koefisien seret berubah menurut kebalikan N Re, p dan

persamaan untuk CD, FD dan u t adalah

24
CD  (2-40)
N Re, p

3u t D p
FD  (2-41)
gc

gD p2 (  p   )
ut  (2-42)
18

Persamaan (2-42) dikenal sebagai hukum stokes dan berlaku untuk angka Renolds partikel
kurang dari 1,0. Pada angka Renolds sama dengan 1,0, CD = 26,5 dan bukan 24,0
sebagaimana dihitung dari pers. (2-40), dan karena kecepatan terminal bergantung pada
akar pengkat dua koefisien seret, hukum stokes mengandung kesalahan sebesar kira-kira 5
persen pada titik ini. Pers.(2-42) dapat dimodifikasi untuk meramalkan kecepatan bola kicil
dalam medan sentrufugal dengan mengganti g dengan r 2 .

Untuk 1,000 < N Re, p <200.000, koefisien seret dapat dikatakan konstan dan

persamaanya ialah

33 | K a r a k t e r i s t i k p a r t i k e l s o l i d
Teknik Fluidisasi

C D  0,44 (2-43)

0,055D p2 u t2 
FD  (2-44)
gc

gD p (  p   )
u t  1,75 (2-45)

Persamaan (2-45) adalah hukum Newton dan berlaku hanya untuk partikel yang agak besar
yang jatuh di dalam gas atau fluida yang viskositasnya rendah.

Criteria rejim pengendapan. Untuk menentukan dalam daerah mana gerakan partikel itu
terketak, suku kecepatan kita eleminasi dari angka Renolds dengan mensubtitusi ut dari
pers. (2-42) sehingga didapatkan, dalam kisaran hukum stokes,

D p ut  D 3p g (  p   )
N Re, p   (2-46)
 18 2

Jika hukum Stokcs berlakuf N Re . p harus lebih kecil dari 1,0. Untuk mendapatkan suatu

criteria K yang enak dipakai, kita umpamakan

 g (  p   ) 
1/ 3

K  Dp   (2-47)
 2 

Lalu, dari Pers.(2-46), N Re . p = K3/18 . Kita buat N Re . p sama dengan 1,0 dan

penyelesaiannya menghasilkan K = l81/3 = 2,6. Jika ukuran partikel diketahui, K dapat


dihitung dari Pers.(2-47). Jika K dari perhitungan itu ternyata kurang dari 2,6, maka hukum
Stokes berlaku.

Substitusi dengan u t dari Pers. (2-45) menunjukkan bahwa untuk jangkau hukum

Newton, N Re . p = l,75K1,5. Bila ini dibuat sama dengan 1.000, penyelesaiannya

manghasilkan K = 68,9. Jadi, jika K lebih besar dari 68,9 tetapi kurang dari 2,360, hukum
Newton berlaku. Bila K lebih besar dari 2.360, koefisien seret dapat berubah dengan tiba-
tiba karena perubahan kecil saja pada kecepatan fluida. Dalam kondisi ini, demikian pula

34 | K a r a k t e r i s t i k p a r t i k e l s o l i d
Teknik Fluidisasi

dalam daerah antara hukum Stokes dan hukum Newton, (2,6 < K<68,9), kecepatan terminal
dihitung dari Pers.( 2-39) dengan menggunakan nilai CD yang didapatkan dengan coba-
coba dari Gambar 2-6.

2.6 Pencampuran, elutriasi dan trasportaasi solid

Persamaan-persamaa yang diturunkan untuk kecepatan fluidisasi minimum berlaku baik


untuk zat cair maupun untuk gas, tetapi, di atsa V 0 M penampakan hamparan fluidisasi zat
cair mungkin sangat berbeda dari harnparan fluidisasi gas. Dalam fluidisasi pasir dengan
air, partikel-partikil itu bergerak menjauh satu sama lain dan gerakannya bertambah hebat
dengan meningkatnya kecepatan, tetapi densitas hamparan rata-rata pada suatu kecepatan
tertentu sama di segala arah hamparan. Proses ini disebut "fluidisasi partikulat"
(partiticulate fluidization) dan bercirikan ekspansi hamparaan yang cukup besar tetapi
seragam, pada kecepatan tinggi.

Hamparan zat padat yang terfluidisasi di dalam udara biasanya menunjukkan


fluidisasi yang dikenal sebagai fluidisasi agregat(aggregative fluidization) atau fluidisasi
gelembung(bubbling fluidization). Bila kecepatan semu jauh lebih besar, dari V 0 M ,
kebanyakan gas itu mengalir melalui hamparan dalam bentuk gelembung atau rongga-
rongga kosong yang tidak berisikan zat padat, dan hanya sebagian kecil gas itu mengalir
dalam saluran-saluran yang terbentuk di antara partikel, partikel itu bergerak tanpa aturan
dan didukung oleh fluida, tetapi dalam ruang-ruanga antara gelembung fraksi kosong kira-
kira sama dengan pada kondisi awal fluidisasi. Sifat ketakseragaman hamparan ini pada
mulanya diperkiran disebabkan oleh penggumpalan (agregasi) partikel, dan karena itu
digunakan istilah fluidisasi agregat , tetapi, kenyataannya tidak ada bukti yang
menunjukkan bahwa partikel itu melekat satu sama lain. Karena itu istilah fluidisasi
gelembung lebih tepat untuk memberikan fenomena ini. Gelembung yang terbentuk
berperilaku hamper seperi gelembung udara di dalam air atau gelembung uap di dalam zat
cair yang mendidih, dan karena itu fluida jenis ini kadang-kadang dinamai dengan istilah"
hamparan didih"( boiling bed). Penelitian yang menyelidiki laju perpindahan kalor atau
massa atau reaksi kimia di dalam hamparan didih biasanya termasuk bidang "teori

35 | K a r a k t e r i s t i k p a r t i k e l s o l i d
Teknik Fluidisasi

fluidisasi dua-fase" {two-phase theory of fluidization), di mana fase yang satu ialah
gelembung dan yang kedua hamparan rapat dari partikel yang melayang (suspensi).

Perilaku hamparan fluidisasi didih sangat bergantung pada banyaknya dan besarnya
gelembung gas, dan ini tidak mudah meramalkannya. Ukuran rata-rata gelembung itu
"bergantung pada jenis dan ukuran partikel, jenis plat distributor kecepatan kosong, dan
tebalnya hamparan. Gelembung-gelembung cenderung bersatu dan menjadi besar pada
waktu naik melalui hamparan fluidisasi itu dan ukuran maksimum gelembung stabil
berkisar antara beberapa inci sampai beberapa kaki diameternya. Jika kita menggunakan
kolom berdiameter kecil dengan hamparan zat padat yang tebal, gelembung itu mungkin
berkembang hingga memenuhi seluruh penampang. Gelembung-gelembung yang
beriringan lalu bergerak ke puncak kolom terpisah oleh zat padat yang seakan-akan sumbat.
Peristiwa ini disebut" penyumbatan(slugging) dan biasanya tidak dikehendaki karena
mengakibatkan adanya fluktuasi tekanan di dalam hamparan, meningkatkan zat padat yang
terbawa ikut, dan menimbulkan kesulitan jika kita ingin rnemperbesar skala terap(scale up)
ke unit-unit yang lebih besar.

Penyamarataan bahwa fluidisasi partikulat dari zat padat terjadi pada zat cair dan
fluidisasi gelembung pada gas tidak seluruhnya benar. Parameter yang penting ialah
perbedaan-densitas, dan zat padat yang berat mungkin menyebabkan fluiridisasi didih
dengan air, sedang gas pada tekanan tinggi mungkin menyebabkan fluidisasi partikulat
pada zat padat halus. Demikian pula, zat pada halus yang densitasnya sedang, seperti
halnya katalis perengkahan mungkin menimbulkan fluidisasi partikulat pada jangkau
kecepatan terbatas, dan kemudian fluidisasi didih pada kecepatan tinggi.

Ekspansi hamparan fluidisasi. Pada kedua jenis fluidisasi, hamparan itu mengembang
bila kecepatan semu dinaikkan, dan karena penurunan tekanan total tetap tidak berubah,
penurunan tekanan persatuan panjang tentu berkurang jika  bertambah Pers.(2-50) bila
disusun kembali akan menghasilkan

p g
 (1   )(  p   ) (2-58)
L gc

36 | K a r a k t e r i s t i k p a r t i k e l s o l i d
Teknik Fluidisasi

Fluidisasi partikulat. Pada fluidisasi partikulat ekspansi yang terjadi adalah seragam dan

Persamaan Ergun, yang berlaku untuk hamparan diam, dapat dikatakan masih berlaku
untuk hamparan yang agak mengembang. Andaikan aliran di antara partikel-partikel itu
adalah liaminar, dengan menggunakan suku pertama Pers.(2-52) kita mendapat persamaan
berikut ini untuk hamparan yang mengalami ekspansi:

3 150V 0 
 (2-59)
1   g (  p   ) 2s D p2

Perhatikan bahwa persamaan ini serupa dengan Pers.(7-54) untuk kecepatan fluidisasi
minimum, tetapi di sini V 0 merupakan variabel bebas dan  variablel tak-bebas Pers. (2-
59) meramalkan bahwa  3 /(1   ) sebanding dengan V 0 untuk nilai-nilai yang lebih besar

dari V 0 . Tinggi hamparan-ekspansi bisa didapatkan dari  serta nilai L dan  pada

fluidisasi awal dengan menggunakan persamaan

1  M
L  LM (2-60)
1 

Data fluidisasi untuk manik-manik kecil yang terbuat dari gelas (5l0 m ) di dalam

air disajikan pada Gambar 2-7. Titik data pertama ialah untuk  M = 0,384 dan V 0 M = 1,67
mm/det, dan garis teori merupakan garis lurus melalui titik pusat dan titik ini.

Pada fluidisasi partikulat dari partikel besar di dalanr air, ekspansi hamparan itu
pada umumnya lebih besar dari yang dihitung dari Pers.(2-59), karena penurunan tekanan
bergantung sebagian pada energi kinetik fluida dan di sini diperlukan persen peningkatan
 yang lebih besar untuk mengimbangi persentase tertentu peningkatan V 0 . Data ekspansi
itu dapat dikorelasikan dengan persamaan empirik yang diusulkan oleh Lewis, Gilliland
dan Bauer:

V0 m (2-61)

37 | K a r a k t e r i s t i k p a r t i k e l s o l i d
Teknik Fluidisai

BAB III
PERPINDAHAN PANAS HAMPARAN FLUIDISASI

3.1 Perpindahan Panas Pada Fluidized Bed


Perpindahan panas yang terjadi pada penelitian ini antara lain terjadi secara
konveksi dan konduksi. Secara konveksi terjadi antara fluida(air) yang mengalir ke
pemukaan pipa dalam dan antara pemukaan pipa luar ke hamparan fluidisasi. Secara
konduksi hanya terjadi antara sisi dalam pipa ke sisi luar pipa tembaga.
Ketika dialirkan fluida(air) panas ke dalam tabung fluidisasi akan terjadi proses
perpindahan panas dari fluida (air) ke hamparan fluidisasi. Laju perpindahan panas yang
diserap oleh hamparan pada saat proses itu berlangsung dapat dihitung dengan rumus
sebagai berikut :
Q  ht . A.( LMTD ) (W) (3.1)
dimana Q adalah laju perpindahan panas, ht adalah koefisien perpindahan panas konveksi
dari fluida (air), dimana ht merupakan gabungan dari koefesien perpindahan panas fluida
(air) ke permukaan pipa (hfs) dan koefisien perpindahan panas dari permukaan pipa ke
hamparan (hbs), atau dapat rumuskan sebagai berikut :
ht = hfs + hbs (3.2)
A adalah luas permukaan bidang kontak fluida dan LMTD adalah log temperatur rata – rata
fluida (Logaritma Mean Temperature Difference), dapat dicari dengan :
1   2
LMTD = (K) (3.3)
ln(1 /  2 )
Ө1 merupakan beda temperatur antara fluida (air) yang masuk ke dalam tabung fluidisasi
(Ta1) dengan temperatur hamparan (Th ) dan Ө2 adalah beda temperatur antara fluida (air)
yang keluar dari tabung fluidisasi (Ta2) dengan temperatur hamparan (Th) , sehingga rumus
LMTD dijabarkan menjadi :
(Ta1  Th )  (Ta 2  Th )
LMTD =
ln((Ta1  Th ) /(Ta 2  Th ))

38 | P e r p i n d a h a n p a n a s p a d a f l u i d i z e d b e d
Teknik Fluidisai

(Ta1  Ta 2 )
= (3.3)
ln((Ta1  Th ) /(Ta 2  Th ))
Berikut ini akan dibahas lebih rinci tentang seluruh proses perpindahan panas yang
terjadi dari fluida(air) ke hamparan fluidisasi.

3.2 Perpindahan panas dari pipa ke hamparan fluidisasi


Seperti yang dijelaskan pada tahapan fluidisasi di atas dalam sebuah partikel padat
yang bersifat halus (solid fine), partikel-partikel menjadi satu membentuk sebuah kelompok
dan udara akan mengalir melalui kelompok partikel menuju ke atas. Ketika memasuki fase
penyebaran, sebagian besar partikel hamparan bergerak ke atas melalui inti bed, dan turun
ke bawah membentuk kelompok partikel. Kesatuan ini, yang disebut kluster, kluster –
kluster ini bersifat tidak permanen karena setelah terbentuk dapat tersebar kembali seperti
kondisi awal.

Udara
Permukaan pipa yang panas
Garis Aliran Panas

Partikel Dingin

Udara

Gambar 3.2 Arah perpindahan panas ketika partikel bed yang dingin menyentuh dinding
permukaan pipa yang panas
Dengan demikian perpindahan panas secara konveksi antara hamparan dengan
dinding ataupun pipa – pipa air dapat terjadi ketika partikel membentuk kluster dan ketika
pertikel tersebar pada kondisi terfluidisasi. Karena pada penelitian ini menggunakan
partikel yang tidak dipanaskan, maka perpindahan panas secara radiasi tidak mungkin
terjadi, hal ini disebabkan tidak ada pancaran kalor dari partikel.

39 | P e r p i n d a h a n p a n a s p a d a f l u i d i z e d b e d
Teknik Fluidisai

Perpindahan panas konveksi antara sisi luar pipa dengan partikel koefisien
perpindahan panas konveksi terdiri dari kontribusi konveksi kluster dan fase penyebaran,
dapat dirumuskan sebagai berikut :
hbs = hpc + hgc (W/m2 K)
(3.4)
dimana hbs adalah koefisien perpindahan panas konveksi dari permukaan pipa ke bed
(W/m2 K), hpc merupakan koefisien perpindahan panas partikel hamparan dan hgc adalah
koefisien perpindahan panas udara.

Udara dingin

Elemen fluida
menuju ke

Permukaan pipa yang panas


permukaan pipa

Elemen fluida
berada di
permukaan pipa
Elemen fluida
meninggalkan
permukaan pipa

Gerakan
Konveksi

Gambar 3.3 Mekanisme perpindahan panas konveksi

Untuk hpc dapat dicari dengan rumus sebagai berikut :


hpc = 0,843Ar0,15kf /dp (W/m2K) (3.5)
dp merupakan diameter rata – rata partikel dan kf adalah konduktivitas thermal partikel
hamparan yang besarnya 4,041 x 105 kW/m.K dan Ar adalah bilangan Archimedes yang
dirumuskan sebagai berikut :
 f .(  p   f ).g.d p
3

Ar = (3.6)
f

40 | P e r p i n d a h a n p a n a s p a d a f l u i d i z e d b e d
Teknik Fluidisai

dimana ρf adalah massa jenis udara yang besarnya 0,706 kg/m3, ρf adalah massa jenis
partikel (kg/m3), g adalah percepatan gravitasi yang besarnya 9,81 m/s 2, dp merupakan
diameter partikel rata – rata hamparan (m), dan  f adalah viskositas udara yang besarnya

2,67 x 10-5 kg/m.s.


Sedangkan untuk koefisien konveksi perpindahan panas udara (hgc) dirumuskan
sebagai berikut :
hgc = 0,86Ar0,39kf /dp0,39 (3.7)

Rumus diatas digunakan apabila bilangan Reynold minimum fluidisasi (Remf) lebih
besar dari 12,5 (Remf >~12,5) dan bilangan Archimedes lebih besar dari 26000 (Ar
>~26000), dimana untuk bilangan Reynold minimum fluidisasi bisa dicari dengan rumus :
 f .U mf .d p
Remf = (3.8)
f

Sedangkan apabila bilangan Reynold minimum fluidisasi (Remf) lebih kecil dari 12,5 (Remf
<~12,5) dan bilangan Archimedes lebih kecil dari 26000 (Ar <~26000), maka hbs dicari
dengan rumus sebagai berikut :
hbs = 0,7.hmax. (W/m2 K) (3.9)
dimana nilai 70% tersebut merupakan angka prediksi untuk kondisi normal dari koefisien
perpindahan panas konveksi maksimum (hmax), untuk hmax dapat dicari dengan rumus
sebagai berikut (Howard, 1986) :
hmax=35,8ρp0,2kf0,6dp-0,36 (W/m2 K) (3.10)
dimana ρp merupakan massa jenis partikel (particle density) dari bed (kg/m), kf merupakan
konduktivitas thermal (thermal conductivity) yang besarnya 4,041 x 10-5 kW/mK, dp
merupakan diameter partikel rata – rata (m).

3.3 Perpindahan panas dari fluida (air) ke pipa


Fluida (air) yang masuk kedalam tabung fluidisasi akan mengalami kehilangan panas
akibat adanya perpindahan panas dari fluida(air) ke pipa. Koefisien perpindahan panas yang

41 | P e r p i n d a h a n p a n a s p a d a f l u i d i z e d b e d
Teknik Fluidisai

terjadi dari fluida (air) ke permukaan dalam pipa dapat dihitung dengan rumus sebagai
berikut :
Nu fs .k
hfs = (W) (3.11)
D
dimana hfs adalah koefisien perpindahan panas konveksi (W/m2 K), D adalah diameter
dalam pipa, k adalah konduktivitas thermal fluida (air), Nu fs adalah Nusselt number aliran

fluida dalam pipa yang dapat dirumuskan sebagai berikut (Dittus – Boelter correlation):
Nu fs =0,023.Re0,8Prn (3.12)

m .D
Dimana : Re = Reynolds number =
. A

m = laju aliran massa fluida (air) (kg/detik)
D = diameter dalam pipa (m)
µ = viskositas fluida (air)
A = Luas permukaan bidang kontak (m2)
Pr = Prandtl number
n = 0,4 untuk pemanasan dan 0,3 untuk proses pendinginan.

3.4 Transfer panas dan masa

Pertimbangan transfer panas dan masa memegang peranan penting dalam disain dan
operasional pembakaran dipan terfluidisasi. Transfer panas dari gas ke partikel penting
untuk menentukan tingkat pemanasan dan devolatilisasi partikel bahan bakar padat.
Botterill mengkaji pustaka dalam bidang ini dan menyarankan ekspresi berikut untuk
jumlah partikel nusselt untuk partikel berukuran mm hingga tekanan 20 atm :

0 .2
 g 
Nu p  0.055 Re 0.77   (3.13)
p  
 g0 

42 | P e r p i n d a h a n p a n a s p a d a f l u i d i z e d b e d
Teknik Fluidisai

Gambar 3.4. Air distributor plate for a bubbling fluidized bed (a) nozzle stand pipe type,

and (b) bubble cap type.

Piringan distributor udara untuk dipan gelembung terfluidisasi : (a) tipe pipa nosel
berdiri, (b) tipe tutup gelembung. Dimana pgo adalah densitas udara pada tekanan atmosfir
dan pg adalah kerapatan gas pada tekanan yang digunakan. Peningkatan transfer panas
dengan peningkatan tekanan dilakukan untuk perbaikan kualitas fluidisasi akibat labih
banyaknya gas yang melewati fase rapat.

Panas yang ditransfer ke tabung terendam dalam dipan terfluidisasi meningkat


dengan penurunan ukuran partikel fluidized bed dan dengan peningkatan ukuran tabung.
Koefisien transfer panas adalah 5 – 10 kali lebih tinggi untuk permukaan pertukaran panas
gas ke permukaan konvensional, tergantung pada ukuran partikel. Sebagai contoh,dalam
pembakaran dipan terfluidisasi membakar batubara dalam dipan berukuran mm koefisien
transfer panas ke tabung air sekitar 200-350 W/m2K teramati.

Transfer masa oksigen dari gas ke partikel bahan bakar mengatur tingkat
pembakaran arang. Bagian inlet udara melewati fase gelembung dan tidak berhubungan
dengan partikel-partikel. Teori-teori transfer masal yang menghitung gelembung-
gelembung cenderung rumit. Pecahan tertentu oksigen, katakana , 20-40%, tidak bereaksi
dengan permukaan arang tetapi bereaksi dengan bahan-gahan mudah menguap dalam
43 | P e r p i n d a h a n p a n a s p a d a f l u i d i z e d b e d
Teknik Fluidisai

fluidized bed atau pada bagian bebas. Dengan mempertimbangkan difusi pada fase rapat
(mengeluarkan gelembung-gelembung), persamaan difusi oksigen dengan mengasumsikan
gas yang relatif diam, dapat ditulis (R adalah radius), sebagai

d  2 dpO 2 
 r 0 (3.14)
dr  dr 

hD d
 Sh  2  (3.15)
D AB

dimana ∑ f raksi void, adalah yang berasosiasi dengan fluidisasi minimum, dan umumnya
untuk aplikasi pembakaran diambil sebagai 0,4. untuk aliran yang nyata melalui fase rapat
persamaan (3.15

  Re mf 
0.5

Sh= 2  0.6  Sc 0.33  (3.16 )
    

44 | P e r p i n d a h a n p a n a s p a d a f l u i d i z e d b e d
Teknik Fluidisai

BAB IV

RANCANGAN FLUDIZED BED SEDERHANA

4.1 Pendahuluan
Hamparan fluidisasi yang dibahas dalam buku ini merupakan hamparan
fluidisasi yang digunakan untuk proses-proses yang melibatkan hubungan antara
gas-padatan, dalam usaha untuk melakukan reaksi-reaksi kimia dan proses fisika
seperti pemanasan atau pendinginan partikel-partikel, pengeringan, pencampuran
dan lain-lain. Oleh karena itu, partikel-partikel ini dapat menjadi aktif secara kimia,
inert atau gabungan dari 2 tipe tersebut, seperti yang terjadi pada fluidisasi gas.

Sistem lengkap diperlukan untuk melakukan berbagai pekerjaan melebihi


saluran reaktor hamparan fluidisasi, seperti ditunjukkan pada gamabar 4.1. Secara
umum, solida harus dimasukkan ke dalam reaktor dan kemudian dikeluarkan dari
reaktor, partikel-partikel yang masuk tersebut harus dipisahkan dari gas buangan,
kadang-kadang partikel-partikel dimasukkan kembali ke dalam reaktor; permukaan-
permukaan untuk transfer panas juga harus dipasang dalam reaktor, solida dan gas
yang keluar dari reaktor juga harus didinginkan atau dipanaskan, kipas atau
kompresor diperlukan untuk memompa gas, pompa untuk menyediakan
instrumentasi pendinginan dan kontrol sangat penting dan sistem harus terintegrasi
dengan pekerjaan lain pada pabrik. Bagian-bagian pelengkap ini, seperti feeder,
pemisah, kipas atau kompresor, pompa, pemanas, pendingin dan kontrol, dalam
prakteknya sangat boros dan mahal, menimbulkan beberapa masalah dan sama
pentingnya terhadap pekerjaan nyata di pabrik seperti saluran reaktor itu sendiri,
bahkan mempengaruhi bagian-bagian penting dari perancangan reaktor. Selain itu,
energi yang masuk ke dalam sistem, apakah diperoleh dari pembakaran bahan
bakar, memompa gas, membawa solida atau membawa penyokong dapat
memberikan kontribusi besar terhadap biaya operasional dan mempengaruhi sisi
ekonomis dari pabrik secara signifikan.
45 | P e r p i n d a h a n p a n a s p a d a f l u i d i z e d b e d
Teknik Fluidisai

Harus selalu diingat bahwa spesifikasi dan perjanjian untuk proses


komersial, pabrik membutuhkan tanggung jawab ini untuk perancangan dan
konstruksi untuk memberikan jaminan pada tingkat kecepatan kinerja, umur pabrik,
reliabilitas, keamanan, emisi polutan dan lain-lain, dipadukan dengan kebutuhan
untuk memenuhi kriteria ekonomis dengan resiko-resiko teknis dan komersial yang
minimum. Hal ini dapat mengakibatkan perancang atau manajer proyek mengalami
dilema karena data atau teknik yang tersedia untuk membuat perkiraan-perkiraan
tidak selalu cukup. Kekurangan harus diperbaiki dengan berdasarkan pada
pengalaman praktis, dalam usaha untuk membuat keputusan-keputusan.

Gambar 4.1 Unit hamparan fluidisasi

Pada sistem hamparan fluidisasi, perkiraan gerakan padatan terfluidisasi, kecepatan


transfer panas dan massa, kecepatan reaksi kimia, pola pencampuran dan distribusi
46 | P e r p i n d a h a n p a n a s p a d a f l u i d i z e d b e d
Teknik Fluidisai

konsentrasi reaktan dalam hamparan fluida sulit dan kadangkala tidak tepat. Situasi
ini muncul, pertama disebabkan karena kurangnya pemahaman terhadap fenomena
ini dan kedua karena terbatasnya ruang lingkup model matematika saat ini. Model-
model reaktor atau pabrik eperti ini kadangkala hanya didasarkan pada sistem
perssamaan yang tidak cukup mendeskripsikan kelakuan (behaviour), kemudian
nilai dari data yang dimasukkan untuk penyelesaian persamaan mungkin tidak
diketahui atau tidak cukup akurat. Gambaran ini tidak menyatakan bahwa model
matematika sebaiknya tidak digunakan untuk tujuan perancangan, tetapi
menjelaskan bahwa perkiraan matematika sebaiknya dilihat secara hari-hati sampai
verifikasi dengan uji praktek. Sehingga, perancangan reaktor hamparan fluidisasi
selama ini, sebagian besar masih merupakan suatu seni dan harus dipertimbangkan
untuk didasarkan pada data dan percobaan yang diperoleh dari percobaan pabrik uji
coba (pilot plant) dan sebagainya. (Harus dicatat bahwa secara umum, proyek
percobaan sebaiknya dibuat seluas mungkin untuk mengurangi ketidakpastian
ekstrapolasi.) Data yang diperoleh dari proyek percobaan kemungkinan dapat
dimasukkan pada model matematika yang sesuai dimana, jika kecocokan antara
model dan percobaan kelihatan bagus, kemungkinan bisa digunakan untuk tujuan
produksi. Bagaimana pun juga pada situasi tersebut, harus diingat bahwa model
hanya telah dikalibrasi terhadap pabrik percobaan tertentu. Perancang tetap harus
membuat perkiraan kasar dari dimensi saluran reaktor perkiraan awal kerangka yang
akan dibuat. Pada bagian selanjutnya kami mempertimbangkan contoh-contoh dasar
perhitungan dengan maksud untuk menggambarkan bagaimana diameter,
kedalaman dan kecepatan fluidisasi diperkirakan secara kasar, dan kemudian
menunjukkan luasnya nilai perkiraan ini dapat diubah oleh adanya perubahan dalam
batasan-batasan.

47 | P e r p i n d a h a n p a n a s p a d a f l u i d i z e d b e d
Teknik Fluidisai

4.2 Perkiraan Dimensi Hamparan dan Kecepatan Fluidisasi


Contoh 4.1. 10-4 kgh-1 partikel-partikel padatan, dengan kerapatan ruahan (bulk
density) ketika kehilangan pembusnya adalah 1600 kg m-3, harus diproses (misalnya
dikeringkan, dipanaskan atau direaksikan secara kimia) dengan
memfluidisasikannya menggunakan gas yang memiliki kecepatan aliran massa
sebesar 2,16 x 104 kgh-1 dan kerapatan pada temperatur hamparan sebesar 0,7 kg m-
3
. Hamparan fluidisasi digunakan untuk tujuan tersebut. Untuk keperluan
operasional pabrik dibutuhkan setidaknya penyediaan partikel selama 1 jam yang
ada dalam hamparan.

Eksperimen pabrik percobaan menunjukkan bahwa kecepatan fluidisasi


minimum dari padatan pada temperatur hamparan sebesar 0,15 ms-1 dan kelebihan
penguraian terjadi jika kecepatan fluidisasi gas melebihi 1,8 ms -1.

Eksplorasi terhadap kemungkinan kecocokan kriteria alternatif berikut ini:


(a) diameter = kedalaman; (b) batas kekuatan pompa 80 kW; (c) waktu tinggal gas
tidak kurang dari 0,8 s, antara lain untuk memperoleh tingkat konversi gas yang
tinggi; dan membuat perkiraan kasar yang berhubungan dengan diameter hamparan,
kedalaman dan kecepatan gas, kecuali, untuk kepentingan kesederhanaan,
transportasi sepanjang ketinggian diperlukan.

Sistem ditunjukkan secara sistematik pada gambar 4.2. Kebutuhan


operasional bahwa hamparan sebaiknya harus berisi suplai padatan selama satu jam
menyebabkan volume Vp, yang dibutuhkan untuk berisi padatan, setidaknya
dihitung dengan persamaan berikut ini:

10 4  1
Vp   6,25m 3 (4.1)
1600

Kriteria (a)

D=H (4.2)

48 | P e r p i n d a h a n p a n a s p a d a f l u i d i z e d b e d
Teknik Fluidisai

Dalam usaha untuk menggunakan persamaan (4.2), kesulitan pertama adalah


kedalaman hamparan H, ketika terfluidisasi tergantung pada kedalaman ketika tidak
terfluidisasi dan jumlah pada saat hamparan meluas seiring dengan kenaikan
kecepatan fluidisasi gas. Meskipun hubungan seperti dalam persamaan (4.3) di
bawah ini kadangkala digunakan untuk memperkirakan ekspansi hamparan,
ekspansi hamparan tergantung pada rata-rata ukuran gelembung yang telah
diketahui db, dan nilai ini tidak pasti.

H U  U mf
 1 (4.3)
H mt 0,71 gd b

Hal yang juga penting untuk diingat bahwa tingkat permukaan bebas
hamparan berfluktuasi secara terus menerus karena aksi gelembung, kadangkala
dalam jumlah yang dapat diperhitungkan. Jika kebolehan telah dibuat untuk
ekspansi hamparan, prosedur yang paling aman adalah untuk mengukur luas dan
variasinya dengan pabrik uji coba dan menunjukkan hasilnya sebagai korelasi
empirik, misalnya dalam bentuk:

H  H mf (1  f (U )) (4.4)

Dimana f(U) adalah suatu fungsi dari kecepatan fluidisasi.

49 | P e r p i n d a h a n p a n a s p a d a f l u i d i z e d b e d
Teknik Fluidisai

Gambar 4.2 Diagram skematis dari hamparan fluidisasi yang digunakan pada
contoh 4.1

Adapun tujuan dari contoh ini adalah untuk mengilustrasikan efek dari
perubahan dalam kriteria perancangan terhadap ukuran, dan dibuat asumsi bahwa
H=Hmf. Sehingga diameter dan kedalaman hamparan menjadi:

1
D  H mf  (4V p /  ) 3
(4.5)

1
 (4  6,25 /  ) 3
 1,99m

mf
U (4.6)
( / 4) D 2 .f

4  2,16  10 4

  3600  0,7  2 2

 2,73ms 1 (4.7)

Perlu dicatat bahwa kecepatan ini melebihi kecepatan bilai elutriasi menjadi
berlebihan ( nilai yang juga ditetapkan dari eksperimen), sehingga kriteria D=H
tidak sesuai pada kasus ini. Oleh karena itu, diameter saluran yang lebih besar
50 | P e r p i n d a h a n p a n a s p a d a f l u i d i z e d b e d
Teknik Fluidisai

diperlukan untuk mengakomodasi aliran gas terfluidisasi. Karena spesifikasi pabrik


menetapkan volume hamparan, hamparan akan lebih dangkal secara berhubungan.

Sehingga, menggunakan U = 1,8 ms-1 dalam persamaan (4.6)

1
 4  2,16  10 4  2
D     2,46m (4.8)
   0,7  1,8  3600 

Kedalaman hamparan:

6,25
H mf   1,31m
 4  2,46
 2

Memperkirakan daya memompa pada kecepatan fluidisasi yang dibatasi oleh


penguraian.

Untuk aliran incompressible, daya, P yang dibutuhkan untuk memompa gas


terfluidisasi melewati sistem adalah hasil dari penurunan tekanan Δp melewati
sistem dan kecepatan aliran volumetrik:

(p )mf
P (4.10)
f

Dengan pengecualian terhadap penurunan tekanan selain yang melewati


hamparan dan distributor, penurunan tekanan Δp melewati sistem menjadi:

Δp = Δpb + Δpd (4.11)

Dimana Δpb dan Δpd adalah penurunan tekanan melewati hamparan dan distributor.

Pada saat terfluidisasi, Δpb harus cukup untuk menyokong berat hamparan.

51 | P e r p i n d a h a n p a n a s p a d a f l u i d i z e d b e d
Teknik Fluidisai

M p (  p   f )
pb 
 
 D2
4 p
(4.12)

Massa partikel dalam hamparan, Mp diperoleh dari:

 2
M p   bmf D Hmf (4.13)
4

Dimana ρbmf adalah kerapatan hamparan pada fluidisasi minimum dan oleh
karena kerapatan gas terfluidisasi ρf sangat kecil jika dibandingkan dengan
kerapatan partikel, ρp, maka dari persamaan (4.12) dan (4.13):

Δpb = ρbmfgHmf (4.14)

Sehingga,

Δpb = 1600 x 9,81 x 1,31 = 20560 Nm-2 atau 20,56 kNm-2

Penurunan tekanan Δpd melewati distributor harus cukup besar untuk


menghasilkan aliran gas yang terdistribusi secara seragam menuju hamparan.
Peneliti lain telah menyarankan kriteria yang berbeda untuk memilih Δp d, lihat (a)-
(c) di bawah ini:

(a). 0,1 Δpb

(b). 0,35 m ukuran air (water gauge)

(c). 100 kali kehilangan tekanan yang berhubungan dengan ekspansi mendadak dari
koneksi inlet menuju plenum.

Bagaimanapun akan diperlukan untuk mengasumsikan bahwa (b)


menghasilkan penurunan tekanan yang cukup besar, dimana 0,35 ukuran air (water
gauge) = 3,44 kNm-2. Penurunan tekanan melewati sistem, Δp, menjadi:

52 | P e r p i n d a h a n p a n a s p a d a f l u i d i z e d b e d
Teknik Fluidisai

Δp = 3,44 + 20,56 = 24,0 kNm-2

Dari persamaan (4.10), daya untuk memompa gas yang terefluidisasi adalah:

24,0  2,16  10 4
P  206kW
0,7  3600

Kriteria (b):

Daya memompa, P < 80 kW

Dari persamaan (4.10)

P.f
p  (4.15)
mf

80  0,7  3600
p 
2,16  10 4

Δp < 9,33 kNm-2

Dari persamaan (4.15), Δpb adalah:

Δpb = 9,33 – 3,44 = 5,89 kNm-2

Dan dari persamaan (4.14), kedalaman hamparan pada kecepatan fluidisasi


minimum, tidak boleh lebih dari:

5,89  1000
H mf   0,375m
1600  9,81

Dengan diameter hamparan:

1
 4  6,25  2
D   4,61m
   0,375 
53 | P e r p i n d a h a n p a n a s p a d a f l u i d i z e d b e d
Teknik Fluidisai

Kita perlu memeriksa apakah kecepatan fluidisasi melebihi kecepatan


fluidisasi minimum. (Jelas terlihat dari perbandingan dengan persamaan (4.8)
bahwa diameter hamparan ini akan menjadi cukup luas untuk menghasilkan
kecepatan fluidisasi yang lebih kecil dari yang dihasilkan karena kelebihan
penguraian.)

Dari persamaan (4.6)

4  2,16  10 4
U  0,513ms 1
3600  0,7    4,612

Diskusi

Hasil-hasil perhitungan diatas diringkas pada tabel 4.1 di bawah ini. Hasil-
hasil perhitungan tersebut menunjukkan bahwa kinerja dari sebagian besar reaktor
padat, D=H, kemungkinan dihalangi oleh pertimbangan adanya penguraian dan
akan didukung oleh kebutuhan daya memompa yang cukup tinggi. Sebaliknya,
perancangan untuk mencapai kebutuhan daya pompa yang rendah memerlukan
hamparan yang lebih dangkal, sehingga mengakibatkan kerugian pada kepadatan;
dan juga area lantai yang lebih luas diperlukan untuk mengakomodasi diameter
saluran yang lebih besar.

Kriteria (c)

Waktu tinggal gas tidak kurang dari 0,8 s

Waktu tinggal gas terfluidisasi, tfr, dihitung dengan:

H
t fr  (4.16)
U

Dimana ε adalah kehampaan.

54 | P e r p i n d a h a n p a n a s p a d a f l u i d i z e d b e d
Teknik Fluidisai

Tabel 4.1 Efek perubahan kriteria perancangan pada ukuran reaktor hamparan
terfluidisasi.

Kriteria Diameter (m) Tinggi (m) Daya (kW)

Kepadatan, D=Ha 1,99 1,99 >206

Pengoperasian pada batas 2,46 1,31 206


penguraian

Daya memompa yang 4,61 0,375 80


berkurang

a
Tidak tercapai karena kecepatan penguraian menjadi berlebihan.

Hamparan akan meluas dengan kecepatan sehingga memungkinkan


perkiraan nilai H dan Hmf yang sesuai, kecuali kita memiliki beberapa data dari
percobaan-percobaan pabrik uji coba. (Hasil-hasil dari percobaan pabrik uji coba
sebaiknya tetap digunakan dengan hati-hati karena, seperti penelitian dari de Groot
(1967) menunjukkan (lihat gambar 2.10 pada bab 2), jumlah dimana hamparan
meluas tergantung pada diameter hamparan dan distribusi ukuran partikel).

Selain itu, bila hamparan terfluidisasi pada kecepatan fluidisasi yang dibatasi
penguraian (1,8 ms-1), dan kehampaan pada kecepatan fluidisasi ini, misalnya 0,6,
maka kedalaman hamparan minimum saat terfluidisasi adalah:

1,8  0,8
H  2,4m (4.17)
0,6

Sedangkan, jika kecepatan gas terfluidisasi dibatasi oleh kecepatan fluidisasi


minimum Umf, kedalaman hamparan Hmf selanjutnya akan menjadi (untuk ε mf =
0,42):

0,15  0,8
H  0,29m (4.18)
0,42

55 | P e r p i n d a h a n p a n a s p a d a f l u i d i z e d b e d
Teknik Fluidisai

Perbedaan terbesar mengenai kedalaman hamparan antara nilai kedalaman


yang diperkirakan melalui persamaan (4.17) dan (4.18), menyebabkan pentingnya
untuk memperoleh informasi mengenai perluasan hamparan jika kriteria waktu
tinggal gas minimum akan diimplementasikan.

4.3 Tinggi perjalanan pemisahan (Transport Disengaging Height)

Untuk penyederhanaan ilustrasi pada contoh 4.1 pada sub bab 4.2, tidak ada
pertimbangan yang diberikan untuk perancangan zone di atas permukaan bebas
hamparan. Ketika gelembung-gelembung mencapai permukaan bebas, gelembung-
gelembung pecah, sehingga partikel-partikel terlempar ke atas. Beberapa partikel-
partikel halus menjadi terperangkap dalam gas terfluidisasi yang meninggalkan
hamparan, sedangkan partikel-partikel yang lebih kasar bergerak ke atas dengan
kecepatan menurun secara bertahap dan kemudian jatuh kembali dalam hamparan.
Saluran yang cukup tinggi di atas hamparan harus disediakan untuk menghindari
transportasi partikel-partikel yang lebih kasar keluar sistem, karena hal ini
mengakibatkan kehilangan produk yang signifikan, dan juga untuk mengurangi
hilangnya partikel-partikel halus. Hal ini didiskusikan secara singkat pada sub bab
2.6.4 dan ditunjukkan pada gambar 2.17.

Tinggi perjalanan pemisahan, Transport disengaging height (TDH) adalah


istilah yang digunakan untuk menggambarkan tinggi saluran yang diperlukan di atas
permukaan bebas hamparan untuk menghindari kehilangan solida-solida yang
berlebihan. Saat ini, tidak praktis untuk memperkirakan kebutuhan TDH untuk
situasi tertentu yang diakibatkan oleh perkerjaan dari prinsip pertama, juga dari
korelasi empirik yang sudah ada tidak cocok untuk aplikasi umum. Terdapat
pemahaman yang kurang mengenai mekanisme dan kurangnya data. Selain itu,
Geldart (1985) menambahkan bahwa jika solida terfluidisasi termasuk dalam grup B
atau campuran memiliki kisaran ukuran yang lebar, setiap kasus harus diuji secara
56 | P e r p i n d a h a n p a n a s p a d a f l u i d i z e d b e d
Teknik Fluidisai

terpisah. Bahkan dengan solida-solida halus yang termasuk dalam grup A, dimana
jumlah penelitian terbesar mengenai penguraian telah dilakukan, cara saat ini masih
lebih mendasarkan pada usaha untuk memperkirakan kecepatan penangkapan
terhadap kurva tinggi papan bebas daripada menghitung TDH, yang masih sulit
didefinisikan.

Pembaca dirujuk pada Geldart (1985) untuk perlakuan yang lebih lengkap
mengenai penguraian dan TDH; akan cukup penting disini untuk meringkas dengan
catatan bahwa terdapat 2 definisi yang berbeda mengenai TDH, yaitu:

1. Ketinggian, TDH (C), di atas permukaan bebas hamparan diperlukan agar partikel-
partikel kasar terlempar ke atas dengan pecahnya gelembung-gelembung untuk
terpisah dan jatuh kembali pada hamparan-di atas ketinggian ini hanya partikel-
partikel halus yang ditemukan; dan

2. Ketinggian, TDH (F), pada kecepatan penguraian yang konstan atau hanya
mengalami sedikit penurunan.

Kedua ketinggian ini diilustrasikan pada gambar 4.3 setelah Geldart (1985)
yang meskipun mengusulkan prosedur untuk perkiraan TDH (F) dengan partikel-
partikel dalam grup A, juga sangat dibutuhkan pertimbangan menggunakan
perkiraan ini dengan hati-hati.

57 | P e r p i n d a h a n p a n a s p a d a f l u i d i z e d b e d
Teknik Fluidisai

Gambar 4.3 Tinggi perjalanan pemisahan (TDH). F = halus, C = kasar. (Diambil


dari Geldart 1985). Dibuat kembalu dengan ijin dari Academic Press.

Tanpa data tersebut, spesifikasi TDH masih bersifat spekulatif. Sangat


penting untuk berusaha menyediakan jumlah TDH yang cukup untuk menyediakan
jumlah pemasukan solida-solida yang dapat diterima dan distribusi ukuran dalam
gas yang memasuki peralatan pembersihan gas dengan jalur menurun. Contohnya,
TDH yang tidak cukup mengakibatkan konsentrasi tinggi solida-solida yang tidak
dibutuhkan dalam pengeluaran gas dengan adanya pemasukan pusaran angin yang
berlebihan dan pengeluaran partikel-partikel halus dari sistem; selain itu pengurian
partikel-partikel pada saluran keluar dan erosi permukaan yang tidak dapat diterima
dapat juga terjadi. TDH yang terlalu besar menaikkan ketinggian dan biaya saluran
hamparan fluidisasi. Meskipun ketinggian akhirdapat dikurangi dengan menaikkan
diameter saluran di atas zone hamparan dengan cara mengurangi kecepatan gas, hal
ini juga meningkatkan biaya, khususnya jika tekanan operasional tinggi.

4.4 Distributor
58 | P e r p i n d a h a n p a n a s p a d a f l u i d i z e d b e d
Teknik Fluidisai

Distributor didiskusikan secara kuantitatif dalam sub bab 3.4.2, sedangkan


gambar 4.4 dan 4.5 menunjukkan beberapa tipe alternatif. Tujuannya disini adalah
untuk menunjukkan bagaimana memperkirakan ukuran dan distribusi lubang-lubang
untuk distributor.

Contoh 4.2. Suatu distributor diperlukan untuk proses hamparan terfluidisasi seperti
pada contoh 4.1 ketika hamparan dioperasikan pada kecepatan fluidisasi yang
dibatasi penguraian superfisial sebesar 1,8 ms-1. Penurunan tekanan pada kecepatan
ini tidak melebihi 0,35 m ukuran air (water gauge) (= 3,44 kNm -2). Tentukan
diameter lubang yang sesuai dan jumlah lubang untuk distributor tipe lempeng
terperforasi sederhana (simple perforated-plate), dengan diameter dan kedalaman
hamparan ditunjukkan pada tabel 4.1 sebesar 2,46 m dan 1,31 m. Kecepatan aliran
gas dan kerapatan sebesar 2,16 x 104 kgh-1 dan 0,7 kgm-3.

Dari mekanika fluida, hubungan antara kecepatan aliran volumetrik V dan


penurunan tekanan Δp untuk aliran bebas melalui lubang ditunjukkan dengan:

C d Ao  2p 
2

 
V 1
(4.19)
  Ao  2  2
1   A  
  1

Dimana Ao adalah area lubang aliran, A1 adalah area aliran ke atas dari lubang dan
Cd adalah koefisien pelepasan dari lubang, misalnya kerapatan fluida.

Persamaan ini dapat disusun ulang dalam bentuk:

1
Ao  Q  2
  (4.20)
A1  1  Q 

dimana,

59 | P e r p i n d a h a n p a n a s p a d a f l u i d i z e d b e d
Teknik Fluidisai

V 2
Q (4.21)
2 A12 pC d2

Dengan memasukkan nilai yang diberikan pada contoh dalam persamaan (4.21)
menghasilkan:

2,16  10 4
V  8,571m 3 s 1 (4.22)
3600  0,7

 4  2,46
A1   2
 4,753m 2

p  3440 Nm 2

Sedangkan, meskipun koefisien pelepasan merupakan fungsi dari bilangan


Reynolds untuk aliran, akan diperlukan untuk mempertimbangkan nilai C d untuk
tujuan saat ini. Sehingga,

0,7  85712
Q  9,19  10 4
2  4,753  3440  0,6
2 2

Maka,

1
Ao  9,19  10 4  2
   0,0303 atau 3,03 % area terbuka
A1  2  9,19  10 4 

Jika N adalah jumlah lubang dalam distributor dengan diameter d o dan D adalah
diameter hamparan, maka keduanya dihubungkan dengan:

Nd o2  0,0303D 2 (4.23)

Tabel 4.2 menunjukkan beberapa kemungkinan ukuran lubang dan


jumlahnya menggunakan persamaan (4.23).

60 | P e r p i n d a h a n p a n a s p a d a f l u i d i z e d b e d
Teknik Fluidisai

Tabel 4.2 Diameter dan hubungannya dengan jumlah lubang yang diperlukan untuk
distributor pada hamparan fluidisasi (Penurunan tekanan = 0,35 water gauge,
kecepatan fluidisasi superfisial = 1,8 ms-1).

Diameter lubang Jumlah lubang yang Jumlah cm3


(mm) diperlukan

0,5 7,3 x 105 15,4

1,0 1,83 x 105 3,85

1,5 8,13 x 105 1,71

2,0 4,75 x 105 0,963

3,0 2,03 x 105 0,427

4,0 1,14 x 105 0,240

Gambar 4.4 Distributor tipe tutup gelembung (Bubble-cap)

Tipe distributor ini harus disegel di sekitar bagian luarnya untuk mencegah
kebocoran gas dan harus merupakan konstruksi yang akan menahan pemasukan dan
kondisi operasional tanpa terjadinya distorsi, panas dan lain-lain. Dengan adanya

61 | P e r p i n d a h a n p a n a s p a d a f l u i d i z e d b e d
Teknik Fluidisai

temperatur tinggi, kadangkala perlu untuk melindungi distributor dari panas oleh
hamparan dalam kasus distributor tipe pipa berdiri (stand-pipe) seperti ditunjukkan
pada gambar 3.10(b) sebagai penyelesaian pertama, dan juga diperlukan untuk
memiliki tipe pendingin air (water cooled) dari distributor tipe stand-pipe, seperti
ditunjukkan pada gambar 4.5.

Gambar 4.5 Distributor pendingin air (water cooled)

4.5 Penghilangan panas dari hamparan fluidisasi

Beberapa proses yang dilakukan dalam hamparan fluidisasi merupakan proses


eksotermik dan untuk mencegah timbulnya temperatur yang berlebihan, permukaan
pendingin harus diletakkan dalam hamparan. Dalam proses lain, solida-solida panas
kadangkala harus didinginkan dan dihilangkan panasnya melalui dinding-dinding
pengisian kemungkinan perlu didukung oleh tabung pendingin celupan dalam
hamparan. Bab ini mendemonstrasikan bagaimana area permukaan pendingin dapat
diperkirakan.

Contoh 4.3. Reaktor hamparan fluidisasi beroperasi pada tekanan atmosfer dan
panas sebesar 400°C perlu dihilangkan dari hamparan pada kecepatan 480 kW,
dengan menggunakan tabung pendingin air celupan dalam hamparan. Berdasarkan

62 | P e r p i n d a h a n p a n a s p a d a f l u i d i z e d b e d
Teknik Fluidisai

data yang ditunjukkan pada tabel 4.3, tentukan panjang tabung yang dibutuhkan
dimana tabung harus tercelup dalam hamparan untuk memenuhi persyaratan ini.
Area permukaan tabung yang diperlukan dapat dihitung dari persamaan yang sudah
diketahui untuk kinerja penukar panas:

Q = UAsLMTD (4.24)

Dimana Q adalah kecepatan transfer panas, U adalah koefisien transfer panas, A


adalah area permukaan yang dibutuhkan dan LMTD adalah logaritma dari rata-rata
perbedaan temperatur diantara fluida.

Tabel 4.3 Data untuk contoh 4.3

Lubang tabung 35 mm

Temperatur air yang masuk 20° C

Temperatur air yang keluar 75° C

Rata-rata ukuran partikel 840 μm

Kerapatan partikel 1540 kg m-3

Kerapatan gas terfluidisasi 0,52 kg m-3

Viskositas gas terfluidisasi 3,25 x 10-3 kgm-1s-1

Konduktivitas panas gas terfluidisasi 5,1 x 10-3 kWm-1K-1

Kecepatan fluidisasi minimum 0,19 ms-1

63 | P e r p i n d a h a n p a n a s p a d a f l u i d i z e d b e d
Teknik Fluidisai

Gambar 4.6 menunjukkan distribusi temperatur sepanjang tabung pendingin celupan


dalam hubungannya dengan temperatur hamparan. LMTD dihitung dengan:

Q1  Q2
 (4.25)
ln Q1 
LMTD

 Q2 


400  20400  75  352 K
ln 400  20  
LMTD

 400  75

Gambar 4.6 Variasi temperatur sepanjang tabung dalam hamparan fluidisasi

Ketahanan panas dari dinding tabung dapat diabaikan pada kasus ini sehingga
koefisien transfer massa secara keseluruhan U dihitung dengan:

1 1 1
  (4.26)
U hb hw

Dimana hb dan hw adalah koefisien transfer panas hamparan terhadap permukaan


celupan dan juga pada dinding antarmuka cairan-tabung. Pada contoh ini, kita dapat
menghitung nilai maksimum hb menggunakan korelasi Zabrodsky yang ditunjukkan

64 | P e r p i n d a h a n p a n a s p a d a f l u i d i z e d b e d
Teknik Fluidisai

dalam persamaan (3.19) dan kemudian menggunakan 70% nilai h b terhitung ini
setelah pengecekan pertama bahwa bilangan Reynolds, Remf, pada kecepatan
fluidisasi minimum, persamaan (2.41) kurang dari 12,5 dan bilangan Archimedes,
Ar, persamaan (2.44) kurang dari 26.000 seperti ditunjukkan pada contoh di bawah
ini dari data pada tabel 4.3.

Re mf 

0,52  0,19  810  10 6 
 2,55

3,25  10 5 

Ar  0,52  1540  0,52   9,81 840  10 6  440 
Dengan memasukkan data dari tabel 4.3 pada persamaan Zabrodsky (3.19):


hmax  35,8  (1540) 0, 2  5,1  10 2 
0,6

 840  10 6 
0 , 36
 334Wm 2 K 1

Penggunaan 70% dari nilai ini menghasilkan:

hb = 234 Wm-2K-1

Koefisien transfer panas dari hamparan menuju permukaan celupan, hb, akan
menjadi kontrol utama karena sangat jauh lebih kecil dari koefisien transfer panas
pada bagian cairan dari tabung, hw. Hal ini diperiksa dengan korelasi yang sesuai
untuk cairan yang mengalir melalui tabung, misalnya persamaan (4.27) (lihat
Simonson (1975) atau buku-buku standar lain, yang berhubungan dengan gayak
konveksi).

0 ,14
 
Nu  0,027 Re 0,8 Pr 0,33    (4.27)
  dinding 

dimana: Nu adalah bilangan Nusselt

Re adalah bilangan Reynolds untuk aliran cairan

65 | P e r p i n d a h a n p a n a s p a d a f l u i d i z e d b e d
Teknik Fluidisai

Pr adalah bilangan Prandtl untuk cairan

μ adalah viskositas cairan pada temperatur ruahan

μdinding adalah viskositas cairan pada temperatur dinding tabung

Untuk contoh ini dapat ditunjukkan bahwa nilai hw akan menjadi sekitar 10 kWm-
2
K-1, sehingga menggunakan persamaan (4.26) untuk menentukan koefisien transfer
panas secara keseluruhan, U, kita mendapatkan:

U 1 234 110000 1


 229Wm  2 K 1

Demikian juga, menggunakan persamaan (4.24) dan memasukkan A o = π x


(diameter tabung x panjang tabung), panjang tabung yang diperlukan:

480  10 3
  54,2m
  0,035  229  352

66 | P e r p i n d a h a n p a n a s p a d a f l u i d i z e d b e d
Teknik Fluidisai

Gambar 4.7 Penataulangan tabung dalam hamparan

Selanjutnya kita akan membahas contoh kedua dimana panas dihilangkan oleh gas
terfluidisasi.

Contoh 4.4. Sebanyak 200 ton/hari partikel-partikel pasir panas harus didinginkan
dari temperatur awal 200°C hingga mencapai 45°C. Udara digunakan sebagai gas
terfluidisasi. Berdasarkan data yang diberikan pada tabel 4.4, tentukan ukuran
pengisian untuk hamparan fluidisasi yang diperlukan sehingga sesuai dengan
pilihan-pilhan berikut ini:

(a) pendinginan secara menyeluruh dengan gas terfluidisasi dalam hamparan


fluidisasi tunggal

(b) pendinginan secara menyeluruh dengan gas terfluidisasi dalam beberapa tahap
bebas
67 | P e r p i n d a h a n p a n a s p a d a f l u i d i z e d b e d
Teknik Fluidisai

(c) pendinginan sebagian dengan gas terfluidisasi dan sebagian lainnnya dengan
tabung air dingin dipasang dalam hamparan
Tabel 4.4 Sifat-sifat partikel pasir dan udara terfluidisasi

Sifat-sifat udara

Tekanan 1 atmosfer

Temperatur pada plenum 15°C

Kerapatan pada 15°C 1,228 kg m-3

Kerapatan pada 45°C 1,104 kg m-3

Kerapatan pada 143,5°C 0,850 kg m-3

Kerapatan pada 169°C 0,798 kg m-3

Pans spesifik pada tekanan konstan 1,005 kJ kg-4K-1

Viskositas pada 15°C 1,788 x 10-5 kgm-1s-1

Viskositas pada 45°C 1,930 x 10-5 kgm-1s-1

Viskositas pada 169°C 2,457 x 10-5 kgm-1s-1

Konduktivitas termal pada 15°C 2,762 x 10-5 kWm-1K-1

Konduktivitas termal pada 122,5°C 3,333 x 10-5 kWm-1K-1

Pasir

Kecepatan aliran massa 200 ton/hari

Rata-rata ukuran partikel 0,520 mm

Kerapatan partikel 2640 kg m-3

Kerapatan ruahan 1450 kg m-3

Panas spesifik 0,8 kJkg-1K-1

Temperatur inlet 200 °C

68 | P e r p i n d a h a n p a n a s p a d a f l u i d i z e d b e d
Teknik Fluidisai

Temperatur outlet 45 °C

Kecepatan fluidisasi minimum pada 15°C 0,15 m-1s-1

Kecepatan fluidisasi minimum pada 45°C 0,45 m-1s-1

Kecepatan fluidisasi minimum pada 120°C 0,166 m-1s-1

Gambar 4.8 melukiskan hamparan fluidisasi sederhana dimana pasir dimasukkan


pada suhu 200 °C dan meninggalkan hamparan fluidisasi pada suhu 45 °C. Untuk
memutuskan volume saluran pengisian, nilai yang sesuai untuk durasi waktu setiap
partikel-partikel pasir sebaiknya terletak dalam hamparan untuk didinginkan sampai
temperatur yang diinginkan harus ditetapkan. Untuk melakukan hal ini, pertama
sebaiknya kita membuat suatu perkiraan waktu yang dibutuhkan oleh partikel
tunggal untuk didinginkan dari temperatur awal 200 °C, hingga mendekati
temperatur akhir 45 °C. Akan dilihat kembali dari Bab 3 bahwa gas terfluidisasi
pada 15 °C hingga mencapai temperatur hamparan 45 °C dalam jarak dangat
singkat di atas distributor; sehingga akan dapat diperkirakan periode waktu ini
menggunakan asumsi bahwa partikel pada suhu 200 °C didinginkan dengan uap gas
pada suhu 45 °C. Waktu pendinginan ini, kadangkala dikenal dengan istilah ”waktu
relaksasi”, kemungkinan dipilih istilah ini untuk keperluan dimana partikel
didinginkan dengan 90% perbedaan temperatur awal (200-45) K. Waktu tinggal
partikel dalam hamparan sebaiknya sekitar 10 kali waktu relaksasi, sehingga
memungkinkan terjadinya variasi besar di antara waktu tinggal antara partikel-
partikel individual dan koefisien transfer panas gas terfluidisasi terhadap partikel.

69 | P e r p i n d a h a n p a n a s p a d a f l u i d i z e d b e d
Teknik Fluidisai

Gambar 4.8 Hamparan fluidisasi pendingin pasir

Vs 
aliran massa  waktu tinggal

200  1000  2
 0,192m 3
ker apa tan ruahan 24  60 1450

Selanjutnya, kita menghitung kecepatan penghilangan panas dari pasir dan


kecepatan udara yang diperlukan untuk proses penghilangan panas tersebut.
Ingatlah bahwa pertimbangan rata-rata waktu tinggal telah diperbolehkan untuk
digunakan dan bahwa kita mengasumsikan bahwa pencampuran gas dan partikel-
partikel sangat cepat, sehingga hamparan memiliki temperatur yang seragam; dan
juga perlu diingat, dari Contoh 3.1 bahwa udara hanya harus berpenetrasi beberapa
milimeter menuju hamparan sebelum partikel dan temperatur mendekati identik.
Oleh karena itu, udara terfluidisasi akan dijaga saat keluar dari hamparan pada
temperatur hamparan 45 °C. Oleh karena itu, maka:

kecepatan penghilangan panas dari pasir = kecepatan panas yang diterima oleh
udara ..................................... (4.28)

mpCpp(ΔTp) = mfCpf(ΔTf) (4.29)

70 | P e r p i n d a h a n p a n a s p a d a f l u i d i z e d b e d
Teknik Fluidisai

dimana (ΔTp) dan (ΔTf) adalah perubahan temperatur partikel-partikel dan gas, daya

200  1000  0,8  200  45


  287 kW
24  3600

Maka, aliran massa udara:

287
  9,52kgs 1
1,005  45  15

dan aliran volumetrik udara pada temperatur dan tekanan hamparan:

9,52
  8,62m 3 s 1
1,104

Untuk kecepatan gas terfluidisasi sebesar 0,5 ms-1, sehingga menghasilkan:

8,62
  17,24m 3
0,5

Dimensi hamparan ini mengakibatkan kesulitan praktis bahwa diperlukan area


lantai yang luas dan bahwa sedikit kecenderungan distributor mengakibatkan
perbedaan signifikan dalam kedalaman hamparan antara akhir yang satu dengan
yang lainnya (lihat gambar 4.9), menyebabkan aliran lurus udara melalui bagian
terdangkal dari hamparan. (Fluidisasi yang tidak seragam cenderung untuk
mempengaruhi sirkulasi partikel-partikel, serupa dengan hamparan semburan yang
dijelaskan pada Bab 1 dan hamparan berputar yang dilaporkan oleh Rios et al
(1980); hal ini tidak akan didiskusikan pada bab ini). Pemilihan distributor, untuk
mencegah pancaran dari lubang pemukulan sepanjang hamparan juga perlu
dipertimbangkan. Selanjutnya, seperti ditunjukkan pada Contoh 3.1, kedalalam
hamparan sebesar beberapa milimeter di atas distributor diperlukan sebelum
temperatur gas mendekati temperatur partikel-partikel; sehingga dengan kedalaman

71 | P e r p i n d a h a n p a n a s p a d a f l u i d i z e d b e d
Teknik Fluidisai

hamparan 11.1 mm, zone pencampuran antara partikel-gas tidak merupakan fraksi
kecil dari hamparan.

Gambar 4.9 Efek dari kemiringan dengan sudut kecil pada distribusi gas dalam
hamparan fluidisasi yang sangat dangkal.

Di sisi lain, apabila diinginkan hamparan paling padat, misalnya diameter,


kedalaman, kemudian kecepatan fluidisasi menjadi berlebihan, pada kecepatan
perjalanan yang berlebihan, maka:

1
 4  0,192  3
Diameter hamparan     0,625m
  

Sehingga kecepatan fluidisasi menjadi:

8,62
  28,1 ms 1
 4  0,625
 2

Cara lain selain pilihan-pilihan tersebut untuk mengubah parameter-parameter;


mempertimbangkan beberapa kemungkinan di bawah ini:

72 | P e r p i n d a h a n p a n a s p a d a f l u i d i z e d b e d
Teknik Fluidisai

1. Menaikkan kedalaman hamparan lebih jauh, tetapi tidak terlalu besar seperti
untuk menghasilkan penurunan tekanan yang berlebihan maka daya memompa
kipas juga berlebihan. Pembaca sebaiknya berhati-hati untuk memeriksa
kemungkinan ini.
2. Mnurunkan aliran udara sehingga akan mengurangi area hamparan yang
direncanakan dan mendinginkan pasir dalam beberapa tahap bebas, misalnya
menyediakan suatu tahap pendingin hamparan fluidisasi.
3. Memasang tabung pendingin air dalam hamparan
Selanjutnya, kita akan mempertimbangkan saran no (3) dan (4).

Tahapan pada hamparan

Hamparan-hamparan fluidisasi dapat disusun sehingga solida-solida mengalir


dengan arah berlawanan terhadap aliran gas terfluidisasi, seperti ditunjukkan pada
gambar 4.10. Penyusunan ini dikenal dengan istilah aliran balasan (counterflow)
atau dalam aliran silang (cross flow), seperti ditunjukkan pada gambar 4.11.
Penyusunan aliran silang dapat memenuhi parameter-parameter pada sistem
pendinginan pasir tertentu yang akan dibahas disini dan juga akan ditunjukkan pada
bagian selanjutnya.

73 | P e r p i n d a h a n p a n a s p a d a f l u i d i z e d b e d
Teknik Fluidisai

Gambar 4.10 Hamparan fluidisasi yang tersusun dalam counterflow

Gambar 4.11 Hamparan fluidisasi yang tersusun dalam aliran silang (cross flow)

Tahap Counterflow

74 | P e r p i n d a h a n p a n a s p a d a f l u i d i z e d b e d
Teknik Fluidisai

Dengan mempertimbangkan penyusunan counterflow pada gambar 4.10 dan


menggunakan teori nomenklatur, dapat ditunjukkan bahwa untuk n hamparan,
persamaan energi aliran tetap untuk setiap hamparan adalah sebagai berikut:

Bed 1 mpCpp(Tpin-T1) = mfCpf(T1-T2) (4.30)

Bed 2 mpCpp(T1-T2) = mfCpf(T2-T3) (4.31)

Bed 3 mpCpp(Tn-1-Tn) = mfCpf(Tn-Tfin) (4.32)

Dengan menghilangkan temperatur intermediet dan menggunakan keefektifan


perubahan panas untuk partikel-partikel, ηp sebagai :

T pin  Tn
p  (4.33)
T pin  T f in

dan untuk gas, ηf sebagai :

T1  T f in
p  (4.34)
T pin  T f in

dan menggunakan rasio kecepatan kapasitas termal :

m f C pf
 (4.35)
m p C pp

Oleh karena itu, kebutuhan kita adalah:

200  45
p   0,838
200  15

Jika kecepatan aliran udara dikurangi sehingga terjadi 5 tahap proses, persamaan
(4.36) menjadi:

75 | P e r p i n d a h a n p a n a s p a d a f l u i d i z e d b e d
Teknik Fluidisai

1
 5  5

 p    R i 1   R i   0,838 (4.38)
 i 1  i 1 

menghasilkan rasio kapasitas termal: R = 1,01

Catatan, aliran udara mf selanjutnya menjadi:

 200  1000  0,8


mf     1,01  1,86 kgs 1
 24  3600  1,005

Harus dicatat bahwa hamparan yang paling atas akan memiliki tempteratur paling
tinggi. kecepatan fluidisasinya akan menjadi yang terbesar diantara hamparan, tetapi
kecepatan fluidisasi minimumnya akan menjadi paling rendah. Hal ini menunjukkan
bahwa indeks fluidisasi U/Umf, yang dapat dianggap sebagai panduan terhadap
banyaknya penguaraian yang terjadi, akan menjadi yang terbesar pada hamparan
tersebut.

Selain itu, hamparan paling bawah akan memiliki indeks fluidisasi U/U mf
terendah. Oleh karena itu, kita harus memilih area perencanaan hamparan untuk
menghasilkan kecepatan dan indeks pada kedua hamparan tersebut yang menjamin
bahwa batas penguraian tidak melebihi kecepatan dan indeks dalam hamparan yang
lebih tinggi dan bahwa fluidisasi minimum tidak melebihi fluidisasi minimum pada
hamaparan terbawah.

Pertama, temperatur hamparan yang lebih tinggi T1 dapat ditemukan dengan


melihat persamaan (4.36) dan (4.37) bahwa:

p
f  (4.39)
R

sehingga,

0,838
f   0,83
1,01
76 | P e r p i n d a h a n p a n a s p a d a f l u i d i z e d b e d
Teknik Fluidisai

Area perencanaan hamparan, Ab, akan menjadi:

1,86
Ab   2,81 m 2
0,798  0,83

sedangkan kecepatan udara, Uf, pada hamparan bagian bawah pada temperatur 45
°C, adalah:

1,86
Uf   0,6 ms 1
1,104  2,81

yang menjadi sekitar 2,97 Umf. Untuk waktu tinggal partikel selama 2 menit seperti
yang dibahas sebelumnya, menghasilkan volume total partikel sebesar 0,192 m 3,
kedalaman setiap hamparan akan menjadi:

0,192
  0,0137 m
5  2,81

yaitu 13,7 mm, yang masih agak dangkal. Apabila suatu kesepakatan, yang
mengijinkan peningkatan kecepatan udara misalnya 10Umf pada hamparan paling
atas dibuat, kemudian kedalaman hamparan akan menjadi dua kalinya dan area
perencanaan hamparan akan menjadi setengah kalinya. Bagaimanapun juga,
penurunan tekanan secara menyeluruh masih merupakan jumlah dari penurunan
lima tekanan melewati distributor ditambah dengan yang melewati lima hamparan.
Pada kondisi yang diperbaiki ini, membiarkan penurunan tekanan sebesar 350 mm
water gauge melewati tiap distributor menyebabkan penurunan tekanan menyeluruh
sebesar:

 1450 
5   350   2  13,8   1950 mm water gauge
 1000 

Selanjutnya, kadangkala muncul keinginan untuk mengurangi kecepatan aliran


udara lebih lanjut, tetapi ruang lingkup untuk hal ini dibatasi, karena pengurangan

77 | P e r p i n d a h a n p a n a s p a d a f l u i d i z e d b e d
Teknik Fluidisai

nilai rasio kapasitas panas, R, menjadi sebesar 0,838 dari pertimbangan persamaan
(4.39) dan (4.37) menghasilkan keefektifan transfer panas ke udara sebesar 100%
sehingga membutuhkan jumlah tahapan tertentu.

Secara jelas terlihat bahwa, penyusunan counterflow memiliki efektivitas


transfer panas yang tinggi untuk pendinginan dan memerlukan area lantai yang
lebih sedikit; tetapi memerlukan konstruksi yang lebih rumit, juga penurunan
tekanan yang lebih tinggi.

Tahapan crossflow

Kami mempertimbangkan dengan singkat, penyusunan alternatif tahapan crossflow,


seperti ditunjukkan pada gamabr 4.11. Dengan menulis persamaan-persamaan
energi aliran tetap untuk setiap n ukuran hamparan yang sama yang memiliki aliran
udaya sama pada setiap tahap, dan mengingat bahwa temperatur udaya yang keluar
dari pendingin akan merupakan rata-rata aritmetika yang keluar pada setiap tahap,
dapat ditunjukkan (Levenspiel 1984) bahwa efektivitas transfer panas menuju
partikel dan udara adalah sebagai berikut:

 
 1 
 p  1 
  
n
(4.40)
 1 R 
 n 

 
1 1 
 f  1 
  
n
(4.41)
R 1 R 
 n 

menghasilkan,

p
f  (4.42)
R

78 | P e r p i n d a h a n p a n a s p a d a f l u i d i z e d b e d
Teknik Fluidisai

Efektivitas transfer panas solida yang dibutuhkan, η p, adalah 0,838. Menggunakan


persamaan (4.40) menghasilkan:

1  R n 
n
 6,17 (4.43)

Apabila kita memiliki 5 tahapan, maka:

1  R 5 
n
 6,17 
1
5

dengan R = 2,19. Massa aliran udara akan menjadi:

200  1000 0,8


   2,19  4,04 kgs 1
24  3600 1,005

Menggunakan persamaan (4.42):

0,838
f   0,382
2,196

Persamaan energi aliran tetap untuk hamparan pertama (gambar 4.11) adalah:

mpCpp(Tpin-T1) = mfCpf(T1-Tpin) (4.44)

dengan temperatur T1 dari hamparan pertama :

T1  
in
 
 Tp  R T f
n in

 (4.45)
 1 R 
 n 

dimana R adalah rasio kapasitas panas (persamaan 4.35).

Memasukkan n = 5 dan temperatur yang diberikan pada tabel 4.4, temperatur T 1


dari hamparan fluidisasi pertama akan menjadi:

79 | P e r p i n d a h a n p a n a s p a d a f l u i d i z e d b e d
Teknik Fluidisai

200   2,196   15
T1   5
 143,5C
1  2,196 5

dimana kecepatan fluidisasi minimum sebesar 0,17 ms-1. Menggunakan kecepatan


fluidisasi melalui hamparan ini sebesar 5Umf mengakibatkan area perencanaan Ab.1
menjadi:

4,04 1
Ab.1    1,118 m 2
5 0,850  5  0,17

Sehingga total area perencanaan hamparan = 5 x 1,118 = 5,59 m2

Kecepatan fluidisasi melalui tahap akhir akan menjadi:

4,04 1
   0,655 ms 1
5 1,118  1,104

yang merupakan 3,85 Umf

Untuk volume hamparan yang sama, 0,192 m3, kedalaman hamparan akan menjadi:

0,192
  0,0343 m yaitu 34,3 mm.
5,59

Hasil di atas secara signifikan lebih dalam daripada yang diperoleh dari tahap
counterflow. Selain itu, apabila kesepakatan untuk memperbolehkan kecepatan
udara menjadi dua kali lipat dibuat, maka kedalaman hamparan akan menjadi dua
kalinya dan area perencanaan menjadi setengahnya. Dengan kesepakatan ini,
penurunan tekanan akan tetap menjadi lebih rendah secara signifikan daripada yang
diperoleh dari tahapan counterflow. Membiarkan penurunan tekanan melewati
distributor sebesar 350 mm water gauge, maka penurunan tekanan menyeluruh akan
menjadi:

80 | P e r p i n d a h a n p a n a s p a d a f l u i d i z e d b e d
Teknik Fluidisai

 1450 
  350   2  34,5   450 mm water gauge
 1000 

Selanjutnya pembaca akan diarahkan untuk melakukan eksperimen lebih


lanjut dengan efek-efek dari perubahan parameter tetapi sebaiknya harus dicatat
bahwa jika rasio kapasitas termal R dikurangi terlalu besar, tidak akan mungkin
mendapatkan penyelesaian untuk persamaan (4.40) atau (4.42).

Selanjutnya kita kembali memeriksa manfaat-manfaat yang mungkin


diperoleh dengan memasang tabung pendingin dalam hamparan.

(c) Tabung pendingin dalam hamparan


Tipe penyusunan ini ditunjukkan pada gambar 4.12, dimana aliran pasir adalah
counterflow menuju air dingin yang mengalir melalui tabung. Sebagian panas dari
solida-solida dibawa oleh air dingin dan sebagian lainnya oleh udara terfluidisasi.
Kecepatan penghilangan panas dari partikel-partikel, Qp, akan merupakan
penjumlahan kecepatan transfer panas ke air , Qw, dan ke udara terfluidisasi, Qf,
sehingga:

Qp = Qw + Qf (4.46)

Menggunakan nomenklatur pada gambar 4.12, persamaan energi aliran tetap untuk
sistem adalah:

mpCpp(Tpin-Tpout) = mwCpw(Twout-Twin)+mfCpf(Tfout-Tfin) (4.47)

Kecepatan transfer panas ke air pendinginan, Qw, diperoleh dari:

Qw = UhfAoLMTD (4.48)

dimana Uhfadalah koefisien transfer panas secara keseluruhan (hamparan ke air) dan
Ao adalah area permukaan tabung.

81 | P e r p i n d a h a n p a n a s p a d a f l u i d i z e d b e d
Teknik Fluidisai

Gambar 4.12 Hamparan fluidisasi pendingin pasir dengan pendinginan


menggunakan air

Persamaan (4.47) dan (4.48) kemungkinan merupakan cara yang paling mudah
dengan menentukan nilai awal untuk fraksi transfer panas dari solida-solida yang
akan dibawa dengan air, dengan tujuan untuk penggunaan pada fitur-fitur yang
dibatasi kepraktisan.

(i) Secara jelas, pada rasio transfer panas dari partikel menuju air pendinginan
yang berdasarkan pada persamaan (4.46) dan (4.47), tidak ada aliran udara
yang akan diperlukan. Apabila tidak ada aliran air maka tidak akan ada
konveksi partikel dan nilai koefisien transfer panas secara keseluruhan akan
sangat kecil; sehingga area permukaan tabung yang sangat besar akan
diperlukan.
(ii) Kecepatan fluidisasi di setiap bagian hamparan harus melebihi Umf dan
untuk memaksimalkan koefisien transfer panas dari hamparan ke permukaan
celupan, kecepatan fluidisasi yang dibutuhkan sekitar dua kali Umf.
(iii) Jarak tabung dan apabila digunakan tabung bersirip, jarak sirip tabung harus
cukup untuk mencegah penurunan koefisien transfer panas yang terlalu
besar.
82 | P e r p i n d a h a n p a n a s p a d a f l u i d i z e d b e d
Teknik Fluidisai

Informasi yang telah diuji dengan baik dan dibuktikan, yang akan memperbolehkan
pertimbangan tersebut digabungkan dalam deskripsi matematika dari pengubah
panas, sepertinya belum dapat dilakukan.Untuk kemajuan eksperimen, apabila
tabung harus menghilangkan 50% dari panas yang harus dihilangkan dari solida-
solida, persamaan Zabrodsky untuk koefisien transfer panas maksimum dari
hamparan ke permukaan celupan, hmax, untuk tabung tunggal (lihat persamaan
(3.19)) memperkirakan hmax = 342 Wm-2K-1 pada rata-rata temperatur hamparan
sebesar 122,5 °C. Menggunakan 70% dari nilai ini, membiarkan pengurangan
sekitar 30% untuk kemerosotan yang berhubungan dengan pembungkus tertutup
dari tabung dan menjaga koefisien transfer panas pada sisi air dari tabung seluas
mungkin, koefisien transfer panas dari hamparan ke permukaan tabung secara
keseluruhan akan menjadi sekitar 0,2 kWm-2K-1.

Apabila temperatur air yang masuk dan air yang keluar adalah 15 °C dan 80
°C, dan dari persamaan (4.25), maka LMTD akan menjadi:


200  80  45  15  64,9 K
ln 200  80  
LMTD

 45  15

dan karena kecepatan transfer panas dari solida-solida yang ditemukan pada
awalnya adalah 287 kW, maka dari persamaan (4.48), area permukaan tabung, A1,
yang dibutuhkan adalah:

A1 
0,5  287   11,1 m 2
0,199  64,9

Volume ruahan partikel dalam hamparan harus cukup untuk mengakomodasi


banyaknya permukaan tabung. (Catatan bahwa jika tabung datar dengan diameter
25 mm digunakan, maka total panjang tabung sekitar 144 m).

0,5  287
mf   1,33 kgs 1
1,005  122,5  15
83 | P e r p i n d a h a n p a n a s p a d a f l u i d i z e d b e d
Teknik Fluidisai

Menggunakan kecepatan fluidisasi pada bagian terdingin dari hamparan, menjadi 2


kali lipat Umf pada bagian akhir, yaitu 2 x 0,202 = 0,404 ms-1, area perencanaan
hamparan, Ab, akan menjadi:

1,33
Ab   2,98 m 2
1,104  0,404

Sehingga, pemasangan tabung pendinginan dalam hamparan,sebagai pengganti dari


hamparan bertahap, telah menyebabkan pengurangan area perencanaan hamparan
dari 5,56 m2 dalam kasus penyusunan lima tahap crossflow dan mengurangi
kebutuhan aliran udara.

Akan tetapi, masih saja untuk mencocokkan tabung pada hamparan tanpa
membuat hamparan terlalu dalam dan hal ini mengakibatkan kelebihan penurunan
tekanan. Hal ini tidak akan dibahas disini, tetapi memberikan beberapa indikasi
kemungkinan, bila 141 m tabung datar dengan diameter 25 mm harus dicocokkan
dalam hamparan. Kita dapat memulai dnegan menggunakan 59 tabung paralel,
dengan panjang masing-masing 2,39 m dan meletakkannya dalam tiga lapisan pada
63 mm lemparan triangular dalam suatu wadah (box) dengan dimensi perencanaan
2,39 m x 1,25 m, seperti ditunjukkan pada gambar 4.13, meskipun jarak antara
permukaan tabung yang berdampingan mungkin masih kecil. Kedalaman hamparan
yang diperlukan untuk mengakomodasi penyusunan pembungkus tabung ini sekitar
150 mm. Salah satu ketidakpastian dalam hubungan dengan kedalaman hamparan
adalah banyaknya ekspansi hamparan. Eksperimen akan diperlukan untuk
memverifikasi bahwa semua tabung tercelup dengan baik.

84 | P e r p i n d a h a n p a n a s p a d a f l u i d i z e d b e d
Teknik Fluidisai

Gambar 4.13 Rancangan skematik tabung dalam hamparan fluidisasi

Untuk penyusunan pembungkus tabung yang dibahas di atas, satu baris yang terdiri
dari 20 tabung dengan diameter luar 25 mm dan panjang 2,39 m memiliki total area
yang diperhitungkan sebesar 20 x 0,025 x 2, 39 m 2 = 1,2 m2; sehingga kecepatan

gas diantara tabung adalah 2,98 


 2,98  1,2  1,67 kali kecepatan gas ”hamparan
kosong” yang biasanya digunakan untuk memperkirakan ukuran hamparan.
Pengujian diperlukan untuk mengetahui efek kondisi ini terhadap kinerja dan
penguraian.

Ringkasan dari hasil perhitungan pada contoh 4.4

Dengan mempertimbangkan perbaikan lebih lanjut akan diperlukan untuk


mengoptimasi rancangan pendingin hamparan fluidisasi seperti yang telah
ditunjukkan pada perhitungan di atas. Hasilnya diringkas pada tabel 4.5. Harus
disadari bahwa perolehan kembali panas dari pasir, sampai 287 kW, mungkin
sangat berarti; kolom terakhir dari tabel menunjukkan beberapa kemungkinan
output.
85 | P e r p i n d a h a n p a n a s p a d a f l u i d i z e d b e d
Teknik Fluidisai

4.6 Ukuran Optimum Reaktor Hamparan Fluidisasi


Untuk memudahkan ilustrasi, kita membahas masalah penentuan dimensi yang
sesuai untuk reaktor hamparan fluidisasi, yang dilengkapi dengan kecepatan aliran
gas terfluidisasi yang telah ditentukan, yang cukup untuk reaktor menghasilkan
aliran produk dengan kecepatan yang telah ditentukan. Perancang harus menentukan
apakah membangun:

(a) Saluran reaktor hamparan fluidisasi dengan ukuran besar, menggunakan daya
kipas yang kecil untuk mengatasi penurunan tekanan melewati distributor
hamparan dan bagian saluran, yaitu pilihan biaya modal yang tinggi-biaya
operasional yang rendah;
(b) Reaktor hamparan fluidisasi yang kecil, memerlukan daya input yang besar
untuk kipas, yaitu biaya modal yang rendah-biaya operasional yang tinggi;
(c) Reaktor dengan ukuran sedang dan daya input kipas
Dengan menganggap semua aspek dari alternatif di atas hampir sama, permasalahan
kemungkinan dapat dikurangi untuk mengoptimasi biaya modal reaktor dan
pemasangannya dengan biaya operasional tahunan selama masa pakai pabrik
tersebut. Dalam prakteknya, selanjutnya sebaiknya dimasukkan biaya perawatan,
tetapi untuk memudahkan, disini biaya energi listrik dapat dianggap sebagai bagian
dominan dalam biaya operasional.

86 | P e r p i n d a h a n p a n a s p a d a f l u i d i z e d b e d
Teknik Fluidisai

Tabel 4.5 Ringkasan hasil perhitungan untuk pendingin pasir (Contoh 4.4)

Area perencanaan Kedalaman Penurunan tekanan Panas dari solida


(m2) hamparan keseluruhan (mm diubah ke
(mm) water gauge)

17,2 11,1 - 9,52 kg s-1 udara pada


45 °C

Atau

8,6 22,2 -

2,81 13,8 - 1,86 kg s-1 udara pada


tiaphamparan 169 °C

Atau

1,40 27,6 tiap 1950


hamparan

4,39 44 450 4,04 kg s-1 udara pada


85,7 °C

2,05 140 553 0,528 kg s-1 air pada 80


°C

Plus

1,33 kg s-1 udara pada


122,5 °C

Kemungkinan akan sangat membantu apabila kita mengambil beberapa data fiksi
dan mengerjakan contoh sederhana untuk mengilustrasikan pendekatan seperti ini
yang digunakan untuk menentukan rancangan optimal.

87 | P e r p i n d a h a n p a n a s p a d a f l u i d i z e d b e d
Teknik Fluidisai

Contoh 4.5. Tabel 4.6 menunjukkan perkiraan biaya modal, biaya operasional dan
aliran dana tunai bersih tahunan dari berbagai rancangan reaktor hamparan fluidisasi
yang dikehendaki untuk menghasilkan produk yang dapat dipasarkan dengan
kuantitas identik setiap tahun dari input solida dan gas terfluidisasi yang identik.
Variabel bebas adalah kecepatan fluidisasi pada saar reaktor beroperasi. Penghasilan
tahunan dari penjualan produk adalah 140.000 dolar dan masa pakai pabrik untuk
tujuan dalam contoh ini adalah 5 tahun.

Tabel 4.6 Biaya modal dan aliran dana tunai bersih untuk pabrik hamparan
fluidisasi fiktif yang dirancang untuk berbagai kecepatan fluidisasi

Rancangan Kecepatan Biaya modal Biaya Aliran dana


No. fluidisasi operasional tunai tahunan
tahunan
(Dolar/tahun)
(ms-1) (Dolar/tahun)
(Dolar)

1 0,5 200 000 52 800 87 200

2 0,6 171 000 58 400 81 600

88 | P e r p i n d a h a n p a n a s p a d a f l u i d i z e d b e d
Teknik Fluidisai

3 0,8 128 000 71 900 68 100

4 1,0 98 000 84 500 55 500

5 1,1 89 500 91 700 48 300

6 1,2 85 600 111 000 42 300

7 1,4 79 800 123 000 29 000

8 1,6 72 200 136 000 17 000

Perkirakan kecepatan fluidisasi yang memberikan periode payback paling singkat


dan kecepatan pengembalian internal yang paling besar dalam periode 5 tahun
tersebut.

Periode payback dan kecepatan pengembalian internal harus dihitung untuk


tiap rancangan dan hasilnya diperiksa untuk melihat rancangan mana yang
menghasilkan:

(i) Periode payback paling singkat


(ii) Kecepatan pengembalian internal paling besar
(i) Periode payback
Periode payback adalah antara 2 dan 3 tahun, biasanya dikenal dengan 2.3
tahun

Perhitungan serupa untuk tiap rancangan selanjutnya harus dibuat. Hasilnya


diplotkan pada basis kecepatan fluidisasi, seperti terlihat pada gambar 4.14
yang menunjukkan bahwa periode payback paling singkat akan terjadi jika
kecepatan fluidisasi sekitar 1 ms-1, dan periode payback sekitar 1,77 tahun.

89 | P e r p i n d a h a n p a n a s p a d a f l u i d i z e d b e d
Teknik Fluidisai

Gambar 4.14 Kecepatan pengembalian internal (O) dan periode payback (x)
sebagai fungsi dari kecepatan fluidisasi dari contoh 4.5

(ii) Kecepatan pengembalian internal


Kecepatan pengembalian internal, i, digunakan untuk menghitung nilai
waktu dari uang dengan pemotongan aliran uang tunai. Diperkirakan dengan
nilai bersih saat ini (net present value = NPV) sama dengan nol dan
penyelesaian untuk i pada rancangan no. 1 adalah:

87200  1  i  
3
NPV  200000    (4.49)
i  1  i 3 

Pendapat-pendapat

Pada contoh tersebut, penggunaan baik periode payback dan keepatan pengembalian
internal untuk penentuan kecepatan fluidisasi minimum menghasilkan nilai yang
mirip. Hal ini kemungkinan tidak terjadi pada semua kasus, tidak tersedia cukup
waktu untuk membahas masalah tersebut pada bagian ini dan pembaca dirujuk
untuk membaca buku-buku standar untuk amplifikasi.
90 | P e r p i n d a h a n p a n a s p a d a f l u i d i z e d b e d
Teknik Fluidisai

Hal yang lebih penting lagi, harus diakui bahwa perhitungan seperti pada
contoh 4.5 kadang-kadang dapat menjadi sangat sensitif terhadap perubahan kecil
dalam pemasukan data. Oleh karena itu, analisis sebaiknya selalu mencakup analisis
sensitivitas dan membiarkan adanya ketidaktepatan data, reliabilitas pabrik dan lain-
lain harus dilakukan. Pentingnya memperoleh data yang reliabel, misalnya dari
penawaran komersial spesifik, dan mencakup semua biaya-biaya dapat menjadi
penekanan yang berlebihan.

Disini diulang lagi bahwa contoh di atas merupakan contoh sederhana, untuk
mengilustrasikan dasar untuk eksplorasi efek perubahan pada satu parameter, yaitu
kecepatan fluidisasi, terhadap kriteria finansial yang kemungkinan digunakan untuk
menetapkan rancangan reaktor atau proyek lainnya. Dalam prakteknya, pemeriksaan
dapat mencakup optimasi berbagai variabel lainnya, tetapi pertimbangan variabel-
variabel ini diluar ruang lingkup buku ini.

4.7 Kesimpulan
Tujuan dari bab ini adalah untuk menyediakan beberapa pandangan-pandangan
mendasar untuk pertimbangan dalam perancangan hamparan fluidisasi. Pemodelan
reaktor hamparan fluidisasi dan scale-up tidak didiskusikan, demikian juga dengan
reaksi kimia dan kecepatan dalam alasan-alasan yang diberikan dalam buku ini.
Problem-problem seperti mengenai erosi juga tidak disebutkan dalam buku ini.
Topik ini dapat ditemukan pada berbagai literatur, tetapi pembaca dirujuk pada
buku-buku seperti Yates (1988) dan Davidson et al (1985); Grace (1974) telah
menampilkan tulisan yang berhubungan dengan ruang lingkup materi tersebut.
beberapa pendapat singkat mengenai scale up juga dibahas pada bab 6.

91 | P e r p i n d a h a n p a n a s p a d a f l u i d i z e d b e d
Teknik Fluidisai

92 | P e r p i n d a h a n p a n a s p a d a f l u i d i z e d b e d
Teknik Fluidisasi

BAB IV
DESAIN UNIT FLUIDIZED BED

4.1 Estimasi ukuran bed dan komponen unit fluidized bed


Proses fluidisasi dengan sistem cold bubbling fluidzed bed dilakukan dengan cara
mengalirkan udara dengan kecepatan diatas kecepatan fluidisasinya dengan menggunakan
kompresor. Besar kecilnya tekanan udara yang mengalir menuju hamparan akan diatur
oleh bagian get valve. Kemudian udara mengalir melewati bagian digital flowmeter, pada
bagian ini berfungsi untuk memonitor penggunaan udara dari kompresor. Udara tersebut
kemudian dihembuskan melewati hamparan material yang telah ditempatkan pada sebuah
tabung silinder penampung material (bed) yang terbuat dari akrilik dan disangga oleh plat
distributor.
Plat distributor dilengkapi dengan kisi-kisi (orifis) sebagai laluan udara menuju
hamparan material yang akan difluidisasikan. Selain sebagai penyangga material, plat
distributor juga berfungsi untuk meratakan pendistribusian tekanan kehamparan. Material
yang akan dilalui udara akan bergolak akibat adanya kecepatan hembusan udara yang
akan menyebabkan terbentuknya rongga-rongga kosong yang tidak berisi zat padat atau
gelembung-gelembung udara (bubble).
Udara yang telah melewti hamparan partikel dari proses fluidisasi ini akan keluar
melalui lubang pengeluaran (exhaust) yang dilengkapi bagian penampung partukel untuk
menampung partikel-partikel yang ikut terbawa terbang bila terjadi error dalam
percobaan.
Bagian-bagian kontruksi meliputi:
1. Saluran Udara dan diffuser udara
Saluran udara disini terbuat dari selang bening untuk mendistribusikan udara dari
kompresor ke bagian plat distributor. Jenis material ini dipilih karena ringan, murah
harganya, mudah didapat dipasaran dan muadah dalam perakitannya. Pada bagin ini
dilengkapi pula dengan diffuser udara yang berfungsi untuk memecah konsentrasi
udara dari selang saluran udara agar arah udara bisa menyebar ke sisi pinggir dari
tabung fluidisasi.

45 | D e s a i n u n i t f l u i d i z e d b e d
Teknik Fluidisasi

2. Tabung Fluidisasi (bed)


Tabung Fluidisasi (bed) berfungsi sebagai tempat dari partikel-partikel yang akan
difluidisasikan. Bahan yang digunakan adalah akrilik bening. Pemilihan material ini
bertujuan untuk melihat secara langsung pergerakan partikel-partikel dari proses
fluidisasi sehingga terbentuk terbentuknya rongga-rongga kosong yang tidak berisi
zat padat atau gelembung-gelembung udara (bubble). Terdapat dua set tabung
fluidisasi yang akan digunakan yaitu ;
 Tabung fluidisasi tanpa pipa air panas
Tabung ini akan digunakan untuk prcobaan yang bertujuan untuk
mengetahui bagaimana terjadinya fluidisasi. Pada tabung ini dilengkapai
dengan tiga buah preasure gate yang bertujuan untuk mengetahui tekanan
udara di tiga titik yang akan di uji.
 Tabung fluidisasi dengan pipa air panas
Tabung ini digunakan untuk percobaan yang bertujuan untuk mengetahui
perpindahan panas pada proses fluidisasi. Media yang akan digunakan untuk
mengetahui data tentang perpindahan panas adalah pipa tembaga berisi air
panas yang dipomp agar tersirkulasi yang berada di dalam bed. Disisi masuk
dan keluar dari pipa tembaga ini diberi sensor panas (thermometer) untuk
mengetahui perubahan suhu dari air sebelum dan sesudah melewati tabung
fluidisasi. Dalam percobaan ini temperatur air yang digunakan maksimal
adalah 750 C. hal ini dilakukan agar material dari tabung fluidisasi tidak
meleleh.
3. Plat Dfistributor
Plat distributor berbentuk lingkaran yang berfungsi sebagai penyangga material dan
meratakan pendistribusian udara tekanan udara kehamparan. Plat distributor
dilengkapi dengan kisi-kisi sebagai laluan udara. Pemilihan besar kisi-kisi dari plat
distributor harus tepat. Besar kisi-kisi dari plat distributor ini tidak lebih besar dari
besar partikel bed agar partikel bed tidak jatuh namun tidak boleh terlalu kecil juga
agar tidak terjadi back preasure terlalu tinggi yang akan berpengaruh pada kerja dari
kompresor.

46 | D e s a i n u n i t f l u i d i z e d b e d
Teknik Fluidisasi

4. Digital Flowmeter
Digital Flowmeter berfungi untuk mempermudah dalam memonitor penggunaan
uadara dari kompresor yang dipasang pada pipa saluran udara. Digital Flowmeter
merek Festo dengan kapasitas antara 10 liter/menit sampai 50 lliter/menit ini memiliki
layar LED yang secara langsung menunjukkan besaran jumlah udara yang mengalir
pada pipa.
5. Gate Valve dan Selektor Gate Valve
Bagian gate valve berfungsi untuk mengatur besar kecilnya udara yang mengalir
menuju saluran udara dari kompresor. Get valve ini dipasang langsung pada bagian
out put compressor. Bagian ini mempunyai peranan sangat penting pada saat proses
percobaan fluidisasi. Selector gate valve berfungsi untuk menentukan arah udara,
apakah ke tabung fluidisasi yang menggunakan percobaan perpindahan panas atau
tidak.
6. Kompresor
Kompresor berfungsi untuk memberikan tekanan udara pada sistem fluidisasi ini.
7. Silinder pemanas air
Bagian ini berfungsi untuk menampung air yang kemudian akan dipanaskan.
8. Elamant pemanas dan Thermo start
Element pemanas ini dipasang pada bagian tabung silinder pemanas air yang erfungsi
untuk memanaskan tabung silinder tersebut. Pada bagian ini dilengkapi juga dengan
thermo start yang berfungsi untuk membatasi temperatur yang akan digunakan intuk
memanaskan air.
9. Pompa air panas
Pompa ini berfungsi untuk memompa air yang telah dipanaskan menujusaluran pipa
air panas. Pompa yang akan dipakai diharapkan tahan terhadap temperatur maksimal
750 C, karena dalam percobaan nanti air akan dipanaskan hingga 750 C.
10. Saluran pipa air panas
Saluran ini terbuat dari pipa tembaga yang akan menyalurkan air yang telah
dipanaskan pada bagian silinder pemanas air dan dipompa agar air tersirkulasi. Jalur
pipa air panas ini akan melewati atau masuk kedalam tabung fluidisasi. Dari

47 | D e s a i n u n i t f l u i d i z e d b e d
Teknik Fluidisasi

permukaan pipa ini yang nantinya akan dapat kita ketahui perpindahan panas pada
proses fluidisasi.
11. Thermometer digital
Terdapat dua buah thermometer digital, sensor thermometer digital yang pertama
akan dipasang pada out-put pompa atau bagian pipa yang akan masuk kedalam tabung
fluidisasi yang berfungsi untuk mengetahi temperatur air awal sebelum masuk tabung
fluidisasi. Sensor thermometer yang kedua akan dipasang pada pipa yang keluar dari
tabung fluidisasi yang berfungsi untuk mengetahui temperatur akhir air setelah keluar
dari tabung fluidisasi. Hal ini dilakukan untuk mengetahui selisih temperatur sehingga
kita bisa mengetahui besarnya perpindahan panas yang terjadi dalam ujicoba
fluidisasi tersebut.
Bila diperhatikan secara menyeluruh, bagian-bagian kontruksi terbuat dari
material yang tidak tahan terhadap panas yang tinggi. Hal ini dikarenakan dalam fluidisasi
ini tidak melibatkan temperatur tinggi (cold bubbling fluidzed bed). Namun tidak berarti
dalam rancangan alat percobaan ini tidak akan nenguji perpindahan panas yang terjadi dari
proses fluidisasi. Walaupun hanya dalam temperatur rendah nantinya diharapkan akan
diperoleh hasil berupa data yang bisa di pelajari atau diamati.

5.2 Transport disengaging height


Suatu sistem saluran umumnya terdiri dari bagian saluran luas, belokan , saluran
masuk dan saluran keluar, damper-damper serta difuser. Saluran udara harus dibuat
sedemikian rupa sehingga :

- Tidak terjadi deformasi karena tekanan udara.

- Tidak terjadi bunyi bising dan getaran.

- Tahanan aliran udara serendah-rendahnya.

- Tidak terjadi kebocoran udara.


Saluran udara dikenai beban yang disebabkan oleh tekanan statik maupun getaran
yang ditimbulkan oleh arus eddy atau turbulensi udara. Oleh karena itu saluran udara
harus dapat mengatasi beban tersebut. Saluran udara sering mengalami perubahan bentuk
dan ukuran akibat adanya beban ayang diterima oleh saluran udara itu sendiri. Berikut ini
ada beberapa pedoman perancangan dan pembuatan saluran udara :

48 | D e s a i n u n i t f l u i d i z e d b e d
Teknik Fluidisasi

- Belokan hendaknya dibuat dengan radius pembelokan sebesar-besarnya. sekurang-


kurangnya sama dengan diameter saluran berpenampang lingkaran.

- Ekspansi dan konteraksi hendaknya dibuat dengan sudut kemiringan yang cukup kecil
seperti terlihat pada gambar 5.1 dibawah ini. Untuk ekspansi sebaiknya dipakai sudut
kemiringan lebih kecil dari 15o dan untuk konteraksi lebih kecil dari 30o.

Gambar 5.1 : Expansi dan kontraksi pada saluran

- Saluran udara cabang haruslah dibuat dengan sudut belok yang sehalus- halusnya.

- Penyanbungan saluran udara dengan kipas udara diusahakan agar tidak terjadi aaliran
balik, belokan, ekspansi ataupun konteraksi yang terlampau tajam.

-
4.2 Pemilihan dan perancangan Plat Distributor
Secara garis besar plat distributor ini dibagi menjadi tiga grup, diantaranya adalah :
1. Porous dan stright-hole orifice :
Plat distributor jenis ini umumnya menggunakan lubang dengan arah vertyikal
atau sering disebut juga plat dengan kisi-kisi penyebar.
2. Nozzle atau Bubble Caps :
Udara masuk melalui nosel kemudian udara mengalir ke bed melalui lubang
horizontal atau vertikal pada lubang yang mengarah ke bawah.
3. Sparge Tube:
Lubang pipa penyalur udara menghantarkan udara secara langsung menuju
hamparan fluidisasi, sehingga tidak memerlukan plat kisi-kisi atau kotak plenum
pada bagian dasarnya.
Contoh dari tipe plat distributor diatas dapat dilihat pada ganbar. Sebagai tanbahan, semua
model desain ini digunakan oleh beberapa perusahaan dengan kisah suksesnya. Contoh

49 | D e s a i n u n i t f l u i d i z e d b e d
Teknik Fluidisasi

bent-tube nozzel digunakan oleh Pyropower Corporation (gambar 5.1.)mencegah


perputaran balik zat padat dan gampang dibersihkan.

4.4 Ukuran optimum reactor fluidized bed


Udara yang mengalir didalam saluran akan mengalami tahanan gesek. Tahanan gesek tersebut
juga akan terjadi pada belokan dan cabang saluran, yang disebabkan karena adanya arus Eddy.
Untuk mengalirkan udara melalui salurn, diperlukan daya supaya dapat mengatasi tahananaliran
tersebut. Dengan demikian tekanan udar akan berkurang sepanjang alirannya didalam saluran.
Pada umumnya tahanan gesek dari pipa (lingkaran) dapat dihitung dengan
persamaan Darcy-Weisbach :

Pg = . l . γ . ῡ2 kg
(5.1)
d 2g m2

Dimana :
kg
Pg = Penurunan tekanan karena adanya tahanan gesek
m2
 = Koefisien gesaekan dari pipa

d = Diameter pipa (m)

l = Panjang pipa (m)


mm
ῡ = Kecepatan rata-rata udara dalam pipa dtdt

Tahan aliran lokal dari saluran udara dapat dinyatakan dengan kerugian tekanan
yang disebabkan oleh arus Eddy lokal. Arus tersebut disebabkan karena terjadi perubahan
arah aliran, penyempitan atau perluasan saluran maupun kombinasinya.
Pada perencanaan ini, besarnya penurunan tekanan karena adanya tahanan lokal
disebabkan oleh :

- Penurunan tekanan akibat kontraksi berangsur


Penurunan tekanan akibat kontraksi berangsur dapat dihitung dengan menggunakan
persamaan :

Pk = ζ . γ . ῡ2 kg (5.2)
2g m2

50 | D e s a i n u n i t f l u i d i z e d b e d
Teknik Fluidisasi

Dimana :
ζ = Koefisien tahanan lokal

γ = Berat jenis udara kg


m .dt2
2

g = Percepatan gravitasi m
dt2
- Penuruna tekanan akibat belokan
Penuruna tekanan akibat belokan dapat dihitung dengan menggunakan persamaan :

PBL = . Le . ῡ2 . γ
(5.3)
d 2g

- Penurunan yang terjadi pada bed


Penurunan terjadi yang melalui bed, dapat dihitung dengan menggunakan persamaan
(Basu.et al, 2000) :

Pb = ( 1-  p . g N… (5.4)


m2

Dimana :
kg
p = Massa jenis bed
m2
  Tinggi bed (m)

4.5 Metode desain dan kompresor


Fungsi utama dari kisi-kisi penghantar ini adalah mengalirkan udara untuk proses
fluidisasi secara merata pada hamparan partikel. Formasi gelembung (pada external
penukar panas atau wadah tertutup) atau campuran acak pada bed seringkali merubah
tekanan lokal diatas distributor udara tersebut. Hal ini menyebabkan aliran yang nelewati
setiap lubang berubah. Lebih banyak uadara yang mengalir melalui lubang tersebut yang
nempumyai tekanan yang lebih rendah. Jadi saluran atau aliran gas hampa atau voidge
terbentuk melalui lubang-lubang tersebut, yang selanjutnya aliran akan meningkat melalui
lubang-lubvangnya. Sedangkan aliran di lubang yang lain akan terbuang. Hal ini akan
menyebabkan aliran yang tidak seragam. Contoh, zat padat yang mengalir melalui dinding

51 | D e s a i n u n i t f l u i d i z e d b e d
Teknik Fluidisasi

akan menciptakan areal padat disekitar dinding. Hasilnya, zat yang mengalir melalui
lubang-lubang dekat dinding mengalami tekamam kebawah yang tinggi dan karena itu
hanya sedikit aliran udara yang mengalir.
Hal-hal yang diinginkan pada sebuah distributor adalah :
1. stabil dan seragam fluidisasi diseluruh bagian
2. tidak mudah aus dari material hamparan
3. tidak mudah terjadi pengikisan pda bagian dalam hamparan atau pusat perpindahan
panas.
4. Sedikit arus balik zat padat dalam ruang plenum.
5. Sedikit area yang tak berguna pada distributor
6. Meminimalisasi penyimbatan saat perpanjangan waktu operasional.
Penurunan tekanan akibat plat distributor
Untuk fluidisasi yang merata, penurunan tekanan yang melalui plat distributor (Pdist)
dapat dihitung dengan persamaan
Pdist = {0,01 + 0,2[1 – exp(-D / 2Hmf)]} P
……
b (2.9)
Kompresor adalah mesin untuk memampatkan udara atau gas. Kompresor udara biasanya
menghisap udara dari atmosfir. Namun ada pula yang menghisap udara atau gas yang bertekanan
lebih tinggi dari tekanan atmosfir. Dalam hal ini kompresor bekerja sebagai penguat (boster).
Sebaliknya ada pula kompresor yang menghisap gas yang bertekanan lebih rendah dari pada
tekanan atmosfir. Dalam hal ini kompresor disebut pompa vakum.

Jika suatu gas didalam sebuah ruangan tertutup diperkecil volumenya, maka gas akan
mengalami kompresi. Kompresor yang menggunakan azas ini disebut kompresor jenis
penindahan (displacenent). Disini digunakan torak yang bergerak bolak-balik didalam sebuah
silinder untuk menghisap, menekan, dan mengeluarkan gas secara berulang-ulang. Dalam hal ini
gas yang ditekan tidak boleh membocor melalui celah antara dinding torak dan dinding
silinderyang saling bergesek. Untuk itu digunakan cincin torak sebagai perapat.
Pada kompresor torak digerakkan dengan motor melalui poros engkol seperti
diperlihatkan dalam gamabar di bawah, dalam hal ini katup isap dan katup keluar dipasang pad
kepala silinder. Adapun sebagai pnyimpan energi dipakai tangki udara. Tangki ini dapat
dipersamakan dengan ban pada pompa ban. Kompresor semacam ini di mana torak bergerak
bolak-balik disebut kompresor bolak-balik.

52 | D e s a i n u n i t f l u i d i z e d b e d
Teknik Fluidisasi

BAB V

SISTEM PEMBAKARAN FLUIDIZED BED

5.1 Sistem pembakaran hamparan fluidisasi (fluidized bed):


5.1.1 Pembakaran dengan Fluidized Bed Combustion (FBC)
Pembakaran dengan Fluidized Bed Combustion (FBC) muncul sebagai alternatif
yang memungkinkan dan memiliki kelebihan yang cukup berarti dibanding sistim
pembakaran yang konvensional dan memberikan banyak keuntungan, rancangan yang
kompak, fleksibel terhadap bahan bakar, efisiensi pembakaran yang tinggi dan
berkurangnya emisi polutan yang merugikan seperti SOx dan NOx. Bahan bakar yang
dapat dibakar adalah batubara, barang tolakan dari tempat pencucian pakaian, sekam padi,
bagas & limbah pertanian lainnya. Fluidized bed memiliki kisaran kapasitas yang luas yaitu
antara 0.5 T/jam sampai lebih dari 100 T/jam.
Bila udara atau gas yang terdistribusi secara merata dilewatkan keatas melalui
hamparan partikel padat seperti pasir yang disangga oleh saringan halus, partikel tidak akan
mengalami pergerakan pada kecepatan yang rendah Kondisi ini masih dikategorikan
sebagai kondisi hamparan diam (fixed bed). Begitu kecepatan udaranya berangsur-angsur
naik, terbentuklah suatu keadaan dimana partikel tersuspensi dalam aliran udara dengan
hamparan tersebut yang disebut “Terfluidisasikan”.
Dengan kenaikan kecepatan udara selanjutnya, terjadi pembentukan gelembung,
turbulensi yang kuat, pencampuran cepat dan pembentukan permukaan bed yang rapat. Bed
partikel padat menampilkan sifat cairan mendidih dan terlihat seperti fluida - “bed
gelembung fluida/ bubbling fluidized bed”.
Jika partikel pasir dalam keadaan terfluidisasikan dipanaskan hingga ke suhu nyala
batubara, dan batubara diinjeksikan secara terus menerus ke bed, batubara akan terbakar
dengan cepat dan bed mencapai suhu yang seragam. Pembakaran dengan fluidized bed
(FBC) berlangsung pada suhu sekitar 840OC hingga 950OC. Karena suhu ini jauh berada

53 | S i s t e m p e m b a k a r a n f l u i d i z e d b e d
Teknik Fluidisasi

dibawah suhu fusi abu maka pelelehan abu dan permasalahan yang terkait didalamnya
dapat dihindari.
Suhu pembakaran yang lebih rendah tercapai disebabkan tingginya koefisien
perpindahan panas sebagai akibat pencampuran cepat dalam fluidized bed dan ekstraksi
panas yang efektif dari bed melalui perpindahan panas pada pipa dan dinding bed.
Kecepatan gas dicapai diantara kecepatan fluidisasi minimum dan kecepatan masuk
partikel. Hal ini menjamin operasi bed yang stabil dan menghindari terbawanya partikel
dalam jalur gas.
5.1.2 Atmospheric Fluidized Bed Combustion (AFBC)
Alat ini hanya berupa shell boiler konvensional biasa yang ditambah dengan sebuah
fluidized bed combustor. Batubara dihancurkan menjadi ukuran 1 – 10 mm tergantung pada
tingkatan batubara dan jenis pengumpan udara ke ruang pembakaran. Udara atmosfir, yang
bertindak sebagai udara fluidisasi dan pembakaran, dimasukkan dengan tekanan, setelah
diberi pemanasan awal oleh gas buang bahan bakar. Pipa dalam bed yang membawa air
pada umumnya bertindak sebagai evaporator.
5.1.3 Pressurized Fluidized Bed Combustion (PFBC)
Pada tipe Pressurized Fluidized bed Combustion (PFBC), sebuah kompresor
memasok udara Forced Draft (FD), dan pembakarnya merupakan tangki bertekanan. Laju
panas yang dilepas dalam bed sebanding dengan tekanan bed sehingga bed yang dalam
digunakan untuk mengekstraksi sejumlah besar panas. Hal ini akan meningkatkan efisiensi
pembakaran dan peyerapan sulfur dioksida dalam bed. Steam dihasilkan didalam dua ikatan
pipa, satu di bed dan satunya lagi berada diatasnya. Sistem PFBC dapat digunakan untuk
pembangkitan kogenerasi (steam dan listrik) atau pembangkit tenaga dengan siklus
gabungan/ combined cycle. Operasi combined cycle (turbin gas & turbin uap)
meningkatkan efisiensi konversi keseluruhan sebesar 5 hingga 8 persen.
5.1.4 Atmospheric Circulating Fluidized Bed Combustion (ACFBC)
Dalam sistem sirkulasi, parameter bed dijaga untuk membentuk padatan melayang
dari bed. Padatan diangkat pada fase yang relatif terlarut dalam pengangkat padatan, dan
sebuah down-comer dengan sebuah siklon merupakan aliran sirkulasi padatan.Tidak

54 | S i s t e m p e m b a k a r a n f l u i d i z e d b e d
Teknik Fluidisasi

terdapat pipa pembangkit steam yang terletak dalam bed. Pembangkitan dan pemanasan
berlebih steam berlangsung di bagian konveksi, dinding air, pada keluaran pengangkat/
riser.
ACFBC pada umumnya lebih ekonomis daripada boiler AFBC, untuk
penerapannya di industri memerlukan lebih dari 75 – 100 T/jam steam. Untuk unit yang
besar, semakin tinggi karakteristik tungku boiler ACFBC akan memberikan penggunaan
ruang yang semakin baik, partikel bahan bakar lebih besar, waktu tinggal bahan penyerap
untuk pembakaran yang efisien dan penangkapan SO2 yang semakin besar pula, dan
semakin mudah penerapan teknik pembakaran untuk pengendalian NOx daripada
pembangkit steam AFBC.

5.2 Ukuran sistem pembakaran Fluidized Bed

Pada fluidisasi minimum fluidized bed adalah homogen pada saat gas menyelimuti
setiap partikel, dan partikel-partikel diset dalam gerakan. Seluruh dipan disebut cairan
pase rapat. Dengan kecepatan permukaan yang ditingkatkan di atas fluidisasi minimum,
gelembung-gelembung terbentuk. Gelembung utamanya menghindari bentuk padat dan
terutama berisi gas.

Gelembung-gelembung disebut fase encer. Ukuran awal gelembung tergantung pada tipe
udara yang digunakan lempeng distributor, seperti diperlihatkan pada Gambar 5.1.
Piringan dengan beberapa inlet lubang besar akan memiliki gelembung yang lebih besar
dekat piringan. Tetapi, dengan peningkatan gelembung-gelembung mereka bergabung,
ukurannya membesar, dan distribusi antara fase rapat dan fase encer menjadi tidak
tergantung dari disain distribusi udara inlet.

Gelembung-gelembung memiliki peran penting dalam aktifitas fluidized bed


terfluidisasi. Praktisnya, gelembung tidak dapat dihindarkan dengan peningkatan kecepatan
permukaan, aliran gas yang ditambahkan masuk kedalam gelembung (fase encer) bukan
kedalam fase rapat, fase rapat tetap penting pada fluidisasi minimum. Peningkatan
gelembung-gelembung karena mengambang, mereka membawa partikel-partikel padat

55 | S i s t e m p e m b a k a r a n f l u i d i z e d b e d
Teknik Fluidisasi

disekitarnya sehingga memberi mekanisme utama pencampuran skala besar. Ketika


gelembung-gelembung mencapai bagian atas fluidized bed, mereka keluar kepermukaan
dan momentum ke atas melempar partikel ke atas fluidized bed. Jika kecepatan permukaan
di atas fluidized bed kurang dari kecepatan akhir partikel yang diberikan, akan jatuh
kembali ke fluidized bed; sebaliknya partikel akan dientrain oleh pembuangan.

Pada fluidized bed gelembung yang kuat partikel-partikel mungkin dilemparkan ke atas
sejauh beberapa kedalaman fluidized bed, dan sesuatu yang disebut ketinggian pelepasan
transport atau ruang bebas harus disediakan untuk memungkinkan partikel-partikel jatuh
kembali ke fluidized bed.

Gambar 2.1 Kualitas fluidisasi dipengaruhi oleh tipe distributor gas

Kecepatan peningkatan gelembung tunggal dengan diameter dB dalam fluidized bed


adalah:

gd B
Ub  K (5.1)
2

dimana K adalah konstan yang tergantung pada ukuran dan bentuk partikel dan biasanya
sekitar 0.9. Untuk partikel fluidized bed berukuran mm kecepatan peningkatan gelembung

56 | S i s t e m p e m b a k a r a n f l u i d i z e d b e d
Teknik Fluidisasi

biasanya kurang dari kecepatan interstitial dan gelembung bergabung akibat gerakan lateral
bukan disalip dari bawah. Pipa transfer panas dalam dipan cenderung memecah
gelembung-gelembung besar yang terbentuk.

Dengan fluidized bed yang dalam beroperasi pada kecepatan permukaan tinggi
tanpa pipa dalam fluidized bed, gelembung-gelembung mungkin tumbuh hingga mereka
menempati keseluruhan area penampang melintang fluidized bed.

Gelembung-gelembung ini membawa sejumlah partikel di atas mereka hingga terjadi


ketidakstabilan dan padatan akan jatuh kembali ke fluidized bed. Ini disebut mode kegiatan
slug(pukul), yang dapat menyebabkan vibrasi yang cukup besar dari sistem tersebut dan
biasanya tidak diinginkan. Partikel-partikel yang lebih kecil akan cenderung dikeluarkan
pada kondisi slugging.

Dalam hal pembakaran dipan terfluidisasi, bahan bakar dapat dalam berbagai
ukuran dan kerapatan dari materi fluidized bed. Jika bahan bakar lebih ringan dan
berukuran lebih besar dibandingkan bahan fluidized bed, bahan bakar cenderung berpencar
atau mengambang di atas fluidized bed. Dalam banyak contoh ini dapat diatasi dengan
mengatur kecepatan aliran sehingga fluidized bed dapat memproduksi gelembung dengan
kuat. Tentu saja, ini juga akan cenderung mengeluarkan partikel-partikel kecil dari
fluidized bed.

Akibat gelembung-gelembung, ada fluktuasi tekanan dalam fluidized bed dan


fluktuasi tekanan ini dapat dimasukkan kembali ke dalam piringan distributor inlet
sehingga dapat megalterasi kecepatan aliran. Pengalaman menunjukkan bahwa penurunan
tekanan dalam piringan distributor udara inlet dari sekitar 12% penurunan tekana pada
fluidized bed akan cukup mengisolasi inlet plenum dari fluktuasi tekanan dipan. Berbagai
disain piringan distributor udara inlet telah digunakan untuk memastikan fluidisasi yang
baik.

Distributor bertipe pipa dengan nosel berdiri (Gambar 5.1a) didapati cocok untuk
membakaran dipan terfluidisasi. Udara masuk ke dipan dari lubang pada ujung nosel, dan
dipan statis membentuk lapisan pelindung antara lapisan cair panas dan piringan dasar.

57 | S i s t e m p e m b a k a r a n f l u i d i z e d b e d
Teknik Fluidisasi

Nosel biasanya diatur pada area 75 -100mm di atas piringan dasar dan memiliki diameter
12-15 mm dan tinggi 50-100mm ukuran lubang nosel dapat diksesuaikan antara memiliki
jumlah nosel yang banyak dan mencegah jatuhnya partikel. Disain tutup gelembung
kadang-kadang digunakan untuk mencegah jatuhnya partikel fluidized bed (Gambar 5.1b).

5.3 Efisiensi sistem pembakaran Fluidized Bed

Pada pembakaran dipan terfluidisasi, suhu diipan dijaga agar selalu di bawah titik cair
abu dalam bahan bakar untuk menghilangkan penggabungan abu. Seringkali hal ini
diperlukan untuk menangkap SO2 pada dipan dengan menggunakan fluidized bed aktif
seperti kapur, yang dikalsinasi pada dipan untuk membentuk kalsium oksida (CaO). Suhu
optimum untuk reaksi CaO dengan SO2 untuk membentuk CaSO4 pada tekanan atmosfir
adalah 815 -900oC (1500 -1650oF). Suhu ini adalah rendah untuk pembakaran,
dibandingkan dengan api yang sudah dicampur pembakaran suspensi, dan pembakaran
serpihan bahan bakar padat. Tetapi, ini merupakan suhu yang sempurna untuk banyak
penggunaan. Sebagai contoh, suhu turbin uap saat ini tidak melebihi 540 – 590oC (1000-
1100oF). Juga untuk memfasilitasi penangkapan Sulfur Dioksida dan partikel abu lunak,
suhu dipan 815-900oC menghasilkan emisi NOX yang relative rendah, volatilisasi yang
berkurang dari senyawa alkali dan lebih sedikit erosi dari permukaan tabung perebusan
dalam fluidized bed.

Untuk mengambil keuntungan tingkat transfer panas tinggi yang berhubungan dengan
fluidized bed terfluidisasi, tabung perebus seringkali direndam di dalam fluidized bed.
Dengan dikeluarkannya panas lebih banyak bahan bakar harus ditambahkan untuk menjaga
suhu fluidized bed yang konstan, tetapi rasio udara bahan bakar fluidized bed sebaiknya
tidak melebihi stokiometrik. Pertanyaannya adalah fraksi apakah dari energi bahan bakar
yang dapat dihilangkan tanpa menurunkan terlalu banyak suhu fluidized bed. Untuk
menjawab pertanyaan ini mari kita mempertimbngkan keseimbangan masa dan energi pada
volume yang dikontrol disekitar dipan seperti tampak pada Gambar (2.8). Pertama-tama
marilah kita abaikan efek gelembung-gelembung dan mengasumsikan bahwa pembakaran

58 | S i s t e m p e m b a k a r a n f l u i d i z e d b e d
Teknik Fluidisasi

terjadi sempurna dalam fluidized bed, lalu mengijinkan pembakaran di atas fluidized bed,
dan akhirnya memasukkan efek gelembung dan pembakaran di atas fluidized bed.

Konservasi masa diseluruh dipan meminta bahwa:


. . .
ma  m f  m p (5.2)

Tingkat alira produk tergantung pada kerapatan produk-produk gas, kecepatan fluidisasi
superficial, dan area potongan melintang fluidized bed:
.
m p  gV S A (5.3)

Gambar 5.2 Skema keseimbangan masa dan energi

Menggabungkan persamaan (5.2) dan (5.3) dan menggunakan ma=mf/f, tingkat konsumsi
bahan bakar menjadi

 f 
 
.
m f     g Vs A (5.3)
1 f 

Persamaan energi diseluruh dipan dengan transfer panas dari dipan ke tabung dalam
fluidized bed, qb, dan mengasumsikan panas100% dikeluarkan dalam fluidized bed, adalah

. . .
m a ha  m f h f  m p h p  q B (5.4)

Menggunakan enthalpies rasional dan mengasumsikan pembakaran lengkap,

59 | S i s t e m p e m b a k a r a n f l u i d i z e d b e d
Teknik Fluidisasi

m a hsa  m f LHV   m p hsp  q B


. . .
(5.5)

Membagi dengan mf dan memperkenalkan rB = qB/mf LHV, yang mana fraksi input
diekstraksi panas dari fluidized bed, persamaan energi menjadi

hsa f LHV 1  rB   1  f  hsp


.
(5.6)

Persamaan (5.6) menunjukkan hubungan antara panas yang diekstraksi dan rasio bahan
bakar dengan udara diperlukan untuk menjaga suhu yang diberikan . Tentu, nilai f
sebaiknya tidak melebihi stoichiometri untuk persamaan (5.6) untuk jadi valid.

Dalam rangka mengekstrak panas qB dari fluidized bed dengan tabung pengganti
panas fluidized bed, tabung harus memiliki area permukaan yang cukup A t, seperti itu

q B  h At T (5.7)

dimana ∆T adalah log perbedaan rata-rata temperatur di seluruh tabung:

TB  Tout   TB  Tin 


T  (5.8)
 T  Tout 
In B 
 TB  Tin 

dimana Tin dan Tout adalah suhu masuk dan keluar dari penukar panas. Sekarang, At dapat
dihubungkan kapada fraksi volume fluidized bed yang diisi tabung, dalam dipan L, area
potongan melintang dari dipan A; dan diameter tabung dt :

4LA
At  (5.9)
dt

Untuk disain penganti panas yang diberikan, tampak jelas dari persamaan (5.9) bahwa
fluidized bed yang difluidisasi harus memiliki kedalaman yang cukup dalam rangka
menyediakan untuk pemindah panas yang diberikan.

5.4 Pengendalian emisi sistem pembakaran Fluidized Bed

60 | S i s t e m p e m b a k a r a n f l u i d i z e d b e d
Teknik Fluidisasi

Proses pembakaran merupakan suatu proses, dimana reaksi kimia antara bahan
bakar dengan oksigen sehingga menghasilkan CO2, H2O dan energy. Proses pembakaran
yang sempurna memerlukan gas yang ideal untuk dibakar pada waktu yang tepat. Maka
dari itu, jika proses pembakaran bahan bakar tidak berlangsung dengan baik, maka proses
pembakaran tidak akan mencapai efiisiensi yang maksimum. Proses pembakaran
menghasilkan perubahan energy bahan bakar menjadi tenaga gerak, perubahan energy
bersumber dari hasil pembkaran bahan bakar.
Adapun gas – gas yang berpengaruh didalam mendiagnosa emisi gas buang adalah
sebagai berikut.
5.4.1 Karbon Monoksida
CO adalah gas yang sangat beracun dan tidak beraroma. Dibentuk dalam ruang
bakar manakala terjadi pembakaran yang tidak sempurna, dimana jika tidak seimbannya
campuran bahan bakar dengan udara (udara lebih sedikit dari bahan bakar) maka akan
kekurangan O2, untuk mengubah CO menjadi CO2 sehingga CO akan tinggi.
5.4.2 Hidro Carbon (HC)
Gas ini adalah gas beracun, bewarna kehitam – hitaman dan beraroma cukup tajam.
Pada dasarnya HC dibentuk selama proses pembakaran di ruang bakar berlangsung tidak
sempurna. Kenaikan HC umumnya disebabkan oleh adanya masalah kelebihan bahan
bakar.
5.4.3 Karbon Dioksida (CO2)
Pada prinsipnya setiap proses pembakaran akan menghasilkan CO2 yang merupakan
indikasi dari tingkat efisiensi pembakaran. Semakin tinggi CO2 maka proses pembakaran
semakin baik, begitu juga sebaliknya.
5.4.4 Nitrogen NOx
Ada dua macam nitrogen yaitu: nitrogen monoksida dan nitrogen dioksida (NO2).
Nitrogen monoksida karakternya tidak bewarna, tidak berbau dan tidak berasa serta cepat
bersenyawa menjadi nitrogen dioksida dalam oksigen. Sedangkan nitrogen dioksida
bewarna coklat kemerahan, dengan bau yang menyengat dan merusak paru – paru terutama
saluran pernapasan.

61 | S i s t e m p e m b a k a r a n f l u i d i z e d b e d

Anda mungkin juga menyukai