Anda di halaman 1dari 13

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Geologi adalah semua aktivitas yang terjadi pada bumi baik yang berasal dari
dalam bumi (endogen) maupun dari luar bumi (eksogen). Gaya endogen adalah
gaya yang berasal dari dalam bumi seperti aktivitas tektonik, aktivitas magmatis
dan aktivitas vulkanisme, sedangkan gaya eksogen adalah gaya yang terjadi pada
permukaan bumi seperti pelapukan, erosi dan mass-wasting serta sedimentasi.
Gaya endogen maupun eksogen merupakan gaya-gaya yang memberikan
perubahan bentuk bentang alam (landscape) yang ada pada permukaan bumi.

Energi panas bumi (hydrothermal) adalah energi yang berasal dari dalam bumi
yang berupa air panas atau uap yang terbentuk dalam reservoir di dalam bumi
melalui pemanasan air bawah permukaan oleh batuan beku panas. Air yang
terdapat pada permukaan ini berasal dari sungai, hujan, danau, laut dan lain-lain
yang meresap kepermukaan bumi. Pemanfaatan energi panas bumi digunakan
sebagai pembangkit listrik tenaga uap dan untuk bidang pertanian berupa
pertumbuhan tanaman. Pemaanfaatan energi panas bumi (hydrothermal)
sangatlah bagus karena dapat dihasilkan secara terus-menerus karena energi
panas bumi terus dihasilkan melalui zat radioaktif mineral yang ada di dalam
bumi. Energi ini dapat dihasilkan sepanjang musim secara tetap karena tidak
memerlukan penyimpanan energi. Ini sangat menguntungkan dibandingkan
menggunakan energi lainnya seperti energi angin atau energi matahari.

Geologi struktur adalah bagian dari ilmu geologi yang mempelajari tentang
bentuk (arsitektur) batuan sebagai hasil dari proses deformasi. Adapun deformasi
batuan adalah perubahan bentuk dan ukuran pada batuan sebagai akibat dari gaya
yang bekerja di dalam bumi. Secara umum pengertian geologi struktur adalah
ilmu yang mempelajari tentang bentuk arsitektur batuan sebagai bagian dari
kerak bumi serta menjelaskan proses pembentukannya. Beberapa kalangan
berpendapat bahwa geologi struktur lebih ditekankan pada studi mengenai unsur-
unsur struktur geologi, seperti perlipatan (fold), rekahan (fracture), patahan
(fault), dan sebagainya yang merupakan bagian dari satuan tektonik (tectonic
unit), sedangkan tektonik dan geotektonik dianggap sebagai suatu studi dengan
skala yang lebih besar, yang mempelajari obyekobyek geologi seperti cekungan
sedimentasi, rangkaian pegunungan, lantai samudera, dan sebagainya.

Sebagaimana diketahui bahwa batuan-batuan yang tersingkap pada permukaan


bumi maupun yang terekam melalui hasil pengukuran geofisika memperlihatkan
bentuk bentuk arsitektur yang bervariasi dari satu tempat ke tempat lainnya.
Bentuk arsitektur susunan batuan pada suatu wilayah pada umumnya merupakan
batuanbatuan yang telah mengalami deformasi sebagai akibat gaya yang bekerja
pada batuan tersebut. Deformasi pada batuan dapat berbentuk lipatan maupun
patahan/sesar. Jenis perlipatan dapat berupa lipatan simetri, asimetri, serta lipatan
rebah (recumbent/overtune), sedangkan jenis-jenis patahan adalah patahan
normal (normal fault), patahan mendatar (strike slip fault), dan patahan naik
(trustfault).

Di bumi ini terdapat struktur batuan yang berbeda-beda tergantung dari


ketinggiannya. Batuan yang tersingkap di muka bumi maupun yang terekam
melalui hasil pengukuran geofisika memperlihatkan bentuk-bentuk yang
bervariasi dari satu tempat ke tempat lainnya. Bentuk arsitektur susunan batuan
pada suatu wilayah pada umumnya merupakan batuan-batuan yang telah
mengalami deformasi yang 12 diakibatkan oleh gaya yang bekerja pada batuan
tersebut. Deformasi pada batuan dapat berbentuk lipatan maupun patahan/sesar.

1.2 Rumusan masalah


Bedasarkan latar belakang adapun rumusan masalah pada penelitian ini adalah
untuk mengetahui struktur geologi/ di daerah desa masaiangi, kecamatan,
sindue, kabupaten donggala.
1.3 Tujuan penelitian
Adapun tujuan dilaksanakanya penelitian ini adalah untuk mengetahui struktur
geologi di daerah desa masaiangi, kecamatan, sindue, kabupaten donggala.

1.4 Manfaat penelitian


Adapun manfaat penelitian ini yaitu agar dapat mengetahui struktur geologi di
daerah desa masaiangi, kecamatan, sindue, kabupaten donggala.

1.5 Batasan masalah


Penelitian ini di lakukan di daerah panasbumi desa masaingi , kecamatan, sindue,
kabupaten donggala. Pengukuran ini hanya dilakukan di sekitar lokasi yang
terdapat manifest panas bumi
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Geologi
Geologi adalah salah satu cabang ilmu pengetahuan yang menyelidiki lapisan–
lapisan batuan yang ada didalam kerak bumi. Geologi menelaah segala sesuatu
yang mencakup gejala proses dan mekanisme ataupun sifat-sifat yang ditunjukan
didalam permukaan  bumi dengan hubungan sebab akibat dalam (kulit) bumi.
Untuk itu diperlukan penalaran yang benar. Karena tidak semua gejala dan
proses dapat ditiru di laboratorium. Pada umumnya gejala dan proses geologi
berlangsung di alam. Batuan adalah Sebuah material yang di bentuk atau
terbentuk karena perubahan mineral – mineral dari suatu batuan, batuan terbagi
atas tiga jenis, yaitu batuan beku, batuan sedimen dan batuan metamorf (Katili,
1970).

Geologi struktur adalah bagian dari ilmu geologi yang mempelajari tentang
bentuk (arsitektur) batuan sebagai hasil dari proses deformasi. Adapun deformasi
batuan adalah perubahan bentuk dan ukuran pada batuan sebagai akibat dari gaya
yang bekerja di dalam bumi. Secara umum pengertian geologi struktur adalah
ilmu yang mempelajari tentang bentuk arsitektur batuan sebagai bagian dari
kerak bumi serta menjelaskan proses pembentukannya. Beberapa kalangan
berpendapat bahwa geologi struktur lebih ditekankan pada studi mengenai unsur-
unsur struktur geologi, seperti perlipatan (fold), rekahan (fracture), patahan
(fault), dan sebagainya yang merupakan bagian dari satuan tektonik (tectonic
unit), sedangkan tektonik dan geotektonik dianggap sebagai suatu studi dengan
skala yang lebih besar, yang mempelajari obyek-obyek geologi seperti cekungan
sedimentasi, rangkaian pegunungan, lantai samudera, dan sebagainya.
2.2 Sesar
Patahan atau sesar (fault) adalah satu bentuk rekahan pada lapisan batuan bumi
yg menyebabkan satu blok batuan bergerak relatif terhadap blok yang lain.
Pergerakan bisa relatif turun, relatif naik, ataupun bergerak relatif mendatar
terhadap blok yg lain. Pergerakan yg tiba-tiba dari suatu patahan atau sesar bisa
mengakibatkan gempa bumi. Sesar (fault) merupakan bidang rekahan atau zona
rekahan pada batuan yang sudah mengalami pergeseran. Sesar terjadi sepanjang
retakan pada kerak bumi yang terdapat slip diantara dua sisi yang terdapat sesar
tersebut (Kosim, Amir dan Kun, Marlina Lubis. 2006).

Menurut Herman Suroyo 2019 beberapa istilah yang dipakai dalam analisis sesar
antara lain:
 Jurus sesar (strike of fault) adalah arah garis perpotongan bidang sesar
dengan bidang horisontal dan biasanya diukur dari arah utara.
 Kemiringan sesar (dip of fault) adalah sudut yang dibentuk antara bidang
sesar dengan bidang horisontal, diukur tegak lurus strike.
 Net slip adalah pergeseran relatif suatu titik yang semula berimpit pada
bidang sesar akibat adanya sesar.
 Rake adalah sudut yang dibentuk oleh net slip dengan strike slip (pergeseran
horisontal searah jurus) pada bidang sesar.

Dalam penjelasan sesar, digunakan istilah hanging wall dan foot wall sebagai
penunjuk bagian blok badan sesar. Hanging wall merupakan bagian tubuh batuan
yang relatif berada di atas bidang sesar. Foot wall merupakan bagian batuan yang
relatif berada di bawah bidang sesar.

Sesar terdiri dari dua blok terpisah yaitu blok hanging wall yang merupakan blok
patahan bagian atas sedangkan foot wall merupakan blok patahan bagian bawah.
Berdasarkan posisi relatif antara hangng wall dan foot wall, secara umum sesar
dibagi menjadi tiga, yaitu:
a) Sesar normal adalah kondisi dimana hanging wall relatif lebih turun terhadap
foot wall. Sesar ini diakibatkan oleh gaya yang saling menjauh sehingga
hanging wall bergerak relatif turun karena gaya gravitasi bumi. Sesar normal
banyak ditemui pada daerah yang mengalami gaya ekstensional.
b) Sesar naik/ thrust jika, hanging wall relatif naik terhadap foot wall. Sesar ini
diakibatkan adanya gaya yang saling tekan sehingga salah satu blok yaitu
hanging wall terpatahkan relatif bergerak naik.
c) Sesar strike-slip/ wrench Jika pergerakan antara dua blok bergerak secara
horisontal. Sedangkan sesar yang merupakan kombinasi dari sesar naik atau
turun dengan sesar mendatar disebut sesar oblique.

Gambar 2.1 Sesar naik (reverse fault), sesar turun (normal fault)
dan sesar geser (strike-slip fault).

Sesar biasanya tidak terjadi hanya satu melainkan beberapa sesar yang berada
di sekitar sesar utama yang disebabkan oleh pergerakan sesar utama disebut
sesar minor. Jika dilihat dari posisi vertikal maka akan terlihat perbedaan dip
antara sesar utama dan sesar minor. Maka sesar dapat dibedakan menjadi 2
(dua), yaitu:
a. Antithetic fault, yakni sesar minor yang memiliki arah dip yang
berlawanan dengan arah dip sesar utama.
b. Synthetic fault, yakni sesar minor yang memiliki arah dip yang yang sama
dengan arah dip sesar utama.

2.3 Panas Bumi


Energi panas bumi (hydrothermal) adalah energi yang berasal dari dalam bumi
yang berupa air panas atau uap yang terbentuk dalam reservoir di dalam bumi
melalui pemanasan air bawah permukaan oleh batuan beku panas. Air yang
terdapat pada permukaan ini berasal dari sungai, hujan, danau, laut dan lain-lain
yang meresap kepermukaan bumi. Pemanfaatan energi panas bumi digunakan
sebagai pembangkit listrik tenaga uap dan untuk bidang pertanian berupa
pertumbuhan tanaman. Pemaanfaatan energi panas bumi (hydrothermal)
sangatlah bagus karena dapat dihasilkan secara terus-menerus karena energi
panas bumi terus dihasilkan melalui zat radioaktif mineral yang ada di dalam
bumi. Energi ini dapat dihasilkan sepanjang musim secara tetap karena tidak
memerlukan penyimpanan energi. Ini sangat menguntungkan dibandingkan
menggunakan energi lainnya seperti energi angin atau energi matahari. Di bumi
ini terdapat struktur batuan yang berbeda-beda tergantung dari ketinggiannya.
Batuan yang tersingkap di muka bumi maupun yang terekam melalui hasil
pengukuran geofisika memperlihatkan bentuk-bentuk yang bervariasi dari satu
tempat ke tempat lainnya. Bentuk arsitektur susunan batuan pada suatu wilayah
pada umumnya merupakan batuan-batuan yang telah mengalami deformasi yang
diakibatkan oleh gaya yang bekerja pada batuan tersebut. Deformasi pada batuan
dapat berbentuk lipatan maupun patahan/sesar.
2.4 Geomorfologi
Geomorfologi secara umum didefinisikan sebagai ilmu yang mempelajari tentang
alam, yaitu meliputi bentuk-bentuk roman muka bumi serta perubahan-
perubahan yang terjadi sepanjang evolusinya dan hubungannya dengan keadaan
struktur di bawahnya, serta sejarah perubahan geologi yang diperlihatkan atau
tergambar pada bentuk permukaan itu. Dalam bahasa Indonesia banyak orang
memakai kata bentangalam sebagai terjemahan geomorfologi (K.M. Arsyad,
2017).

 Geomorfologi Regional
Pulau Sulawesi mempunyai bentuk yang berbeda dengan pulau lainnya.
Apabila melihat busur-busur disekelilingnya. Benua Asia, maka bagian
convaknya mengarah ke Asia tetapi Pulau Sulawesi memiliki bentuk yang
justru convaknya yang menghadap ke Asia dan terbuka ke arah Pasifik, oleh
karena itu Pola Sulawesi sering disebut berpola terbalik atau inverted arc.
Pulau Sulawesi terletak pada zone peralihan antara dangkalan Sunda dan
dangkalan Sahul dan dikelilingi oleh laut yang dalam. Dibagian utara
dibatasi oleh Basin Sulawesi (5000–5500m). Di bagian Timur dan Tenggara
di batasi oleh laut Banda utara dan Laut Banda Selatan dengan kedalaman
mencapai 4500–5000m. Sedangkan untuk bagian Barat dibatasi oleh Palung
Makasar (2000-2500m). Sebagian besar daerahnya terdiri dari pegunungan
dan dataran rendah yang terdapat secara sporadik, terutama terdapat
disepanjang pantai. Dataran rendah yang relatif lebar dan padat
penduduknya adalah dibagian lengan Selatan.

2.5 Stratigrafi
Menurut Djauhari Noor (2014), Statigrafi adalah studi mengenai sejarah,
komposisi dan umur relative serta distrihusi perlapisan batuan dan interpretasi
lapisan-lapisan batuan untuk menjelaskan sejarah bumi. Dari haril perbandingan
atau kolerasi antar lapisan yang berbeda dapat dikembangkan lebih lanjut studi
mengenailitologi (litostratigrafi). Kandungan fosil (biostratigrafi), dan umur
relatife maupun absolutnya (kronostratigrafi). Stratigrafi kita pelajari untuk
mengetahui penyebaran lapisan batuan.

Ilmu stratigrafi muncul untuk pertama kalinya di Britania Raya pada abad ke-19.
Perintisnyan adalah Willam Smith. Ketika itu ia mengamati beberapa perlapisan
batuan yang tersingkap dan memiliki urutan perlapisan yang sama (superposisi).
Dari hasil pengamatannya, kemudian ditarik kesimpulan bahwa lapisan batuan
yang terbawah merupakan lapisan yang tertua, dengan beberapa pengecualian.
Karena banyak lapisan batuan merupakan kesinambungan yang utuh ke tempat
yang berbeda-beda maka dapat dibuat perbandingan antara satu tempat ke tempat
lainnya pada suatu wilayah yang sangat luas.berdasarkan hasil pengamatan ini
maka kemudian Willam Smith membuat suatu sistem yang berlaku umum untuk
periode-periode geologi tertentu walaupun pada waktu itu belum ada penamaan
waktunya. Berawal dari hasil pengamatan Willam Smith dan kemudian
berkembang menjadi Statigrafi.

Berdasarkan dari asal katanya, statigrafi tersusun dari 2 (dua) kata yaitu “stati”
berasal dari kata “stratos”, yang artinya perlapisan dan kata “grafi” yang berasal
dari kata “graphic / graphos”, yang artinya gambar atau lukisan. Dengan
demikian statigrafi dalam arti sempit dapat dinyatakan sebagai ilmu pemerian
lapisan-lapisan batuan. Dalam arti yang lebih luas, statigrafi dapat didefinisikan
sebagai ilmu yang mempelajari tentang aturan, hubungan, dan pembentukan
(genesa) macam-macam batuan di alam dalam ruang dan waktu.

 Stratigrafi regional
Daerah sulawesi khususnya Sulawesi Selatan, dimana berdasarkan urutan
stratigrafinya batuan tertua yang dijumpai di daerah adalah Formasi
Latimojong yang berumur Kapur dengan ketebalan kurang lebih 1000 meter.
Formasi ini telah termetamorfisme dan menghasilkan filit, serpih, rijang,
marmer, kwarsit dan beberapa intrusi bersifat menengah hingga basa, baik
berupa stock maupun berupa retas-retas.Pada bagian atasnya diendapkan
secara tidak selaras Formasi Toraja yang terdiri dari Tersier Eosen Toraja dan
Tersier Eosen Toraja Limestone yang berumur Eosen terdiri dari serpih,
batugamping dan batupasir serta setempat batubara, batuan ini telah
mengalami perlipatan kuat. Kisaran umur dari fosil-fosil yang dijumpai pada
umumnya berumur Eosen Tengah sampai Miosen Tengah. Pada bagian atas
formasi ini dijumpai batuan vulkanik Lamasi yang berumur Oligosen, terdiri
dari aliran lava bersusunan basaltik hingga andesitik, breksi vulkanik,
batupasir dan batulanau, setempat-setempat mengandung feldspatoid.
Kebanyakan batuan terkersikkan dan terkloritisasi.
BAB III

METODE PENELITIAN

3.1 Lokasi Penelitian


Penelitian survei geologi dilakukan di Desa Masaingi, Kecamatan Sindue,
Kabupaten Donggala, Provinsi Sulawesi Tengah, Indonesia.

Gambar 3.1 Peta lokasi praktek lapang

3.2 Alat dan Bahan


1. Kompas geologi
2. Plastik sampel
3. Palu geologi
4. Kamera
5. Alat tulis menulis
3.3 Metode pengambilan data
3.3.1 Klasifikasi batuan
1. Menentukan jenis batuan
2. Mengambil gambar menggunakan aplikasi timestamp camera free
3. Mengambil sampel menggunakan palu geologi dan menaruhnya di
plastik sampel

3.3.2 Stratigrafi
1. Mengambil gambar menggunakan aplikasi timestamp camera free
2. Mengukur lebar tiap lapisan
3. Mencatat lebar tiap lapisan

3.3.3 Morfologi
1. Mencari elevasi pada titik pengabilan data beserta koordinatnya
2. Mencatat keadaan lingkungan sekitar titik pengukuran
3. Mengitung beda tinggi

3.4 Metode pengolahan data


3.4.1 Klasifikasi batuan
1. Mendeskripsikan batuan yang telah diperoleh dilapangan
2. Menentukan jenis dan nama batuan
3. Membuat peta geologi detail yang berpatokan dengan batuan yang
didapat dilapangan

3.4.2 Stratigrafi
1. Mengumpulkan foto stratgrafi yang diperoleh dilapangan
2. Foto yang diperoleh merupakan patokan dalam membuat
stratigrafi
3. Membuat kolom stratigrafi dengan cara menentukan umur batuan
beserta formasinya
3.4.3 Morfologi
1. Untuk menghitung beda tinggi rumus yang digunakan yaitu posisi
akir dikurang dengan posisi awal
2. Setelah mendapatkan beda tinggi, dapat dibandingkan dengan
klasifikasi relief menurut Van Zuidam (1983)
3. Membuat kontur dengan memasukkan koordinat dan elevasi di
surfer

Anda mungkin juga menyukai