Anda di halaman 1dari 20

1.

Pembuatan aspirin

Sintesis aspirin merupakan suatu proses dari esterifikasi. Esterifikasi merupakan reaksi
antara asam

karboksilat dengan suatu alkohol membentuk suatu ester. Aspirin merupakan salisilat
ester yang dapat

disintesis dengan menggunakan asam asetat (memiliki gugus COOH) dan asam salisilat
(memiliki gugus OH).

Tetapi dalam praktikum ini digunakan anhidrida asam asetat karena anhidrida asam asetat
lebih reaktif

dibandingkan asam asetat, kelebihreaktifan anhidrida asam asetat ini disebabkan oleh
struktur anhidrida asam

asetat telah kehilangan 1 atom hidrogen sehingga atom karbon tempat hidrogen melekat
menjadi lebih

elektropositif. Dalam sintesis ini juga ditambahkan H3PO4 , hal ini bermaksud agar reaksi
esterifikasi berjalan

dengan baik dan cepat karena H3PO4 bertindak sebagai katalis dan pemberi suasana
asam.

Reaksi umum yang terjadi :

Asam salisilat + anhidrida ——- as. Asetat + aspirin

Pada percobaan ini, labu erlenmeyer yang berisi campuran antara asam salisilat dan
anhidrida asam asetat

dengan asam fosfat sebagai katalis / pemberi suasana asam dimasukkan kedalam
penangas air untuk

mempercepat proses pelarutan asam salisilat kedalam anhidrida asam asetat sehingga
pembentukan aspirin

menjadi lebih cepat. Setelah itu labu erlenmeyer dikeluarkan dari penangas dan
ditambahkan aqua dm yang

bertujuan untuk melarutkan asam salisilat sebagai bahan baku pembentukan aspirin
karena adanya ikatan
hidrogen yang terbentuk antara gugus -OH dengan air, sekaligus menghentikan reaksi
karena air akan

menghidrolisis anhidrida asam asetat menjadi 2 molekul asam asetat. Lalu pemberian es
batu juga bertujuan

untuk mempercepat pembentukan kristal karena kelarutan aspirin dalam suhu yang
rendah itu kecil. Selanjutnya

dilakukan proses kristalisasi dengan corong buchner. Setelah di dapatkan kristal , lalu di
lakukan rekristalisasi

yang bertujuan untuk memperoleh kristal yang lebih murni. Dengan menambahkan
etanol, kristal hasil

kristalisasi akan melarut dengan mudah dan kristal akan terpisah dengan air dan diperoleh
kristal yang lebih

murni dengan jumlah zat pengotor yang diminimalkan.

Dalam percobaan ini didapatkan rendemen 114,99 %. Hal ini mungkin karena kristal
yang didapat bukan

murni kristal aspirin melainkan campuran kristal aspirin dengan kristal asam salisilat.
Pada waktu kristal kami di

taruh ke kertas saring untuk dilakukan penimbangan, pada kertas saringnya terdapat air
yang meresap ke kertas

saring tersebut. Sehingga mungkin juga rendemen yang besar ini disebabkan karena
adanya air yang terserap

pada kertas saring untuk penimbangan, sehingga membuat berat kristal menjadi lebih
berat.

2. Uji Aspirin

2.1 Uji reaksi pengkompleksan dengan FeCl3

Uji ini digunakan untuk menguji apakah kristal yang kita dapat itu murni kristal aspirin
atau tidak.

Sebelum ditambahkan FeCl3 , ditambahkan terlebih dahulu aqua dm yang bertujuan untuk
melarutkan
sampel. Namun sampel tidak larut ke dalam aqua dm nya, hal ini wajar karena asam
salisilat dan aspirin

kurang larut dalam volume air yang kecil. Setelah itu ditambahkan FeCl3 kedalam
campuran untuk diuji.

Asam salisilat membentuk kompleks berwarna ungu dengan penambahan FeCl3 ini.

Kompleks ungu ini hanya bisa terjadi antara asam salisilat dengan FeCl3 karena dalam
molekul asam

salisilat, atom O (nukleofil) dalam gugus OH akan menyerang atom Fe dengan


melepaskan atom H nya untuk

membentuk ikatan O-FeCl2. Aspirin tidak membentuk kompleks berwarna ungu dengan
uji ini karena

struktur aspirin tidak memiliki gugus OH. Dalam penagamatan kami, my aspirin
berwarna coklat dengan

warna ungu yang sangat lebih dominan. Hal ini menandakan kristal yang kami dapat
sebagian besar adalah

kristal asam salisilat. Faktor yang menyebabkan kristal aspirin yang didapat sedikit
adalah reaksi yang

terjadi antara asam salisilat dengan anhidrida asam asetat kurang sempurna.

2.2 Penentuan titik leleh aspirin

Menentukan titik leleh suatu kristal merupakan cara yang di gunakan untuk menguji
kemurnian suatu

kristal tersebut. Jika zat padat dipanasakan, zat padat akan meleleh. Suatu zat padat
mempunyai struktur

kisi yang teratur dan diikat oleh gaya gravitasi dan elektrostatik. Bila zat padat
dipanaskan, energi kinetik

dari molekul kristal akan naik dan molekul akan bergetar yang akhirnya pada titik
lelehnya, kristal akan

meleleh.

Dalam percobaan ini, kami menguji titik leleh kristal aspirin yang kami dapat dengan
menentukan titik
leleh nya dan didapat titik leleh kristal aspirin kami adalah 141oC. Titk leleh ini berbeda
dengan titik leleh

literatur yaitu 136oC. Hal ini karena didalam kristal terdapat zat pengotor yang
mengganggu struktur kisi

kristal sehingga membuat trayek titik leleh menjadi besar dan titik leleh menjadi tidak
sama dengan

literatur, dalam hal ini zat pengotor nya adalah kristal asam salisilat. Hal lain yang
menyebabkan perbedaan

titik leleh ini adalah pada saat pengisian pipa kapiler pada melting block. Menurut
literatur, kristal yang

diperlukan untuk mengisi pipa kapiler adalah sekitar 0,5 cm tinggi pipa kapiler tersebut.
Jadi kristal yang

terlalu banyak dan terlalu sedikit membuat perbedaan titik leleh tersebut.

2.3 Analisis kandungan aspirin dalam Tablet aspirin komersial

Analisis ini digunakan untuk mengetahui kadar aspirin dalam suatu tablet aspirin.
Sebelum titrasi tablet

dihancurkan dan ditambahkan etanol yang berfungsi untuk melarutkan aspirin yang
terkandung didalam

tablet (kelarutan aspirin dalam etanol lebih baik dari pada kelarutan aspirin dalam air).

Titrasi ini merupakan titrasi asam basa dengan peniternya adalah NaOH 0,1 M dan
indikatornya

adalah fenolftalein. Fenolftalein tidak dapat larut dalam air tapi dapat larut dalam etanol,
sehingga

penambahan fenolftalein di lakukan setelah melarutkan asam salisilat dengan etanol dan
sebelum

penambahan air.

Dalam percobaan ini kami mendapatkan kadar aspirin dalam tablet aspirin komersial
sebesar 0,4572

gram. Sedangkan menurut FDA kadar aspirin dalam tablet minimal adalah 0,324 gram.
Hal ini berarti tablet
aspirin komersial yang kami uji sudah melebihi standar FDA namun massa aspirin yang
kami dapat terlalu

melebihi standar FDA dengan kata lain tablet kami memiliki dosis aspirin yang jauh lebih
tinggi dari standar.

V. Kesimpulan

1. Rendemen dari kristal yang kami dapat adalah 114,99 %.


2. Kristal yang kami dapat ketika diuji dengan FeCl3 memberikan warna ungu yang
lebih dominan daripada warna coklat. Hal ini menandakan bahwa kristal yang
kami dapat tidak murni kristal aspirin, melainkan campuran antara kristal aspirin
dengan kristal asam salisilat.
3. Titik leleh kristal yang didapat adalah 141oC. Hal ini berbeda dengan literatur,
karena kristal yang kami dapat tidak sepenuhnya kristal aspirin.
4. Kadar aspirin dalam tablet aspirin komersial adalah 0,4572 gram. Jumlah aspirin
ini sudah memenuhi standar FDA (minimal 0,324 gram), namun jumlah aspirin
ini terlalu jauh lebih besar dari standar sehingga tablet aspirin komersial ini
kurang layak dipakai.

VI. Daftar Pustaka

1. Baysinger, Grace.Et all. 2004. CRC Handbook Of Chemistry and Physics. 85th ed.
(hal : 132)
2. http://www.aspirin-foundation.com/what/chemistry.html tgl akses = 25 november
2009
3. Panduan Praktikum Kimia Organik Farmasi
NOP http://www.oc-praktikum.de
1 Juli 2007
5012 Sintesis asetilsalisilat (aspirin) dari asam
salisilat dan
asetat anhidrida
O
OO
O
COOH
O
OH
COOH
H2SO4 + + CH3COOH
C4H6O3 C7H6O3 C9H8O4 C2H4O2
(120.1) (138.1) (98.1) (180.2) (60.1)
Klasifikasi
Tipe reaksi dan penggolongan bahan
Reaksi pada gugus karbonil turunan asam karboksilat, esterifikasi
Asam karboksilat anhidrida, ester asam karboksilat, asam karboksilat,
fenol, aromatis, katalis
asam
Teknik Laboratorium
Reaksi dengan mikrowave, pengadukan dengan batang pengaduk
magnet, pemanasan dengan
refluk, penyaringan, ekstraksi, penggojokan, rekristalisasi
Instruksi (skala batch 100 mmol)
Peralatan
Sistem mikrowave ETHOS 1600, tabung gelas (40 cm, NS 29), labu
leher-dua 100 mL,
pengaduk magnet, batang pengaduk magnet, pendingin intensif, frit
gelas (diameter 6 cm),
labu penghisap, desikator
Bahan
Asam salisilat (tl 157-159 °C) 13,8 g (100 mmol)
asetat anhidrida (td 138-140,5 °C) 12,8 g (11,9 mL, 125 mmol)
asam sulfat pekat (96%) 3 tetes
natrium hidroksida 5 g
etanol untuk rekristalisasi kira kira 30 mL
Larutan besi(III) klorida (0,1 M) beberapa mL
Reaksi
Peralatan reaksi terdiri dari labu leher-dua 100 mL yang dilengkapi
dengan batang pengaduk
magnet, sensor temperatur dan pendingin intensif. Campuran dari 13,8
g (100 mmol) asam
salisilat dan 12,8 g (11,9 mL, 125 mmol) asetat anhidrida dimasukkan
ke dalam labu reaksi
dan tiga tetes asam sulfat pekat ditambahkan. Peralatan dipasang
dengan sebuah tabung gelas
dalam sistem mikrowave (lihat "Petunjuk Teknis. Peralatan refluk
standar untuk sistem
NOP http://www.oc-praktikum.de
2 Juli 2007
mikrowave"). Campuran reaksi dipanaskan dengan pengadukan
selama 90 detik pada 900 W
dan 140 °C. Selama pendinginan, larutan kekuningan menjadi padatan
kristal putih.
Penyelesaian
Setelah pendinginan mencapai suhu kamar, padatan dipotong kecil-
kecil di dalam labu dan
diaduk selama 30 menit dengan 50 mL air. Kemudian padatan
dipisahkan menggunakan frit
gelas. Residu penyaringan dicuci pada frit tiga kali, masing-masing
dengan 30 mL air, air
pencucian terpisah tanpa vakum dan terakhir dihisap dengan vakum,.
Filtrat dibuang.
Produk kotor pada frit dianalisis dengan larutan 0,1 M besi(III) klorida
untuk menguji ada
tidaknya asam salisilat (lihat analisis). Jika hasil uji negatif, produk
dikeringkan dalam
desikator berisi natrium hidroksida dengan pengurangan tekanan
sampai berat konstan.
Selama prosedur pengeringan, asam asetat yang terikut juga
dihilangkan.
Hasil: 16,0 g (88,8 mmol, 89%); tl 136 °C
Untuk pemurnian lebih lanjut, yaitu jika produk masih mengandung
asam salisilat, hasil
direkristalisasi dengan etanol/air: Produk kotor dilarutkan dengan
pemanasan dalam 30 mL
etanol, kemudian kira kira 60 mL air panas ditambahkan melalui
pendingin refluk. Campuran
didinginkan secara perlahan dan labu diletakkan dalam penangas es
untuk menyempurnakan
kristalisasi. Produk dipisahkan dan dikeringkan.
Hasil: 14,6 g (81,0 mmol, 81%); tl 136 °C
Komentar
Tanpa penambahan asam sulfat, hasil produk kotor kira kira 83%,
masih mengandung asam
salisilat yang lebih banyak. Setelah rekristalisasi hasilnya di bawah
70%.
Jika produk basah dikeringkan terlebih dahulu pada kertas saring di
dalam lemari, zat
pengering yang diperlukan di dalam desikator menjadi lebih sedikit.
Manajemen Limbah
Pembuangan limbah
Limbah Pembuangan
Filtrat air Campuran pelarut air, bebas halogen
Larutan induk dari rekristalisasi Campuran pelarut air, bebas halogen
Waktu
Kira kira 1 jam tanpa rekristalisasi
Penghentian sementara
Sebelum penyelesaian
Tingkat kesulitan
Mudah
NOP http://www.oc-praktikum.de
3 Juli 2007
Analisis
Hubungan temperatur-waktu-bergantung pada tahap kerja
dengan energi mikrowave
Sintesis asam asetilsalisilat
0
20
40
60
80
100
120
140
160
0 200 400 600 800 1000 1200
Zeit [sec]
Temperatur [°C]
0
100
200
300
400
500
600
700
800
900
1000
Energie [W]
T1 [°C]
Energie [Watt]
Uji Besi(III) klorida
Kira kira 10 mg bahan dilarutkan dalam 5 mL etanol dan ditambahkan
1-2 tetes larutan 0,1 M
besi(III) klorida. Warna violet yang kuat dari larutan menunjukkan
adanya asam salisilat.
Kromatografi Gas tidak dapat digunakan sebagai metode analisis,
karena baik asam salisilat
maupun produk mengalami dekarboksilasi pada kolom GC.
NOP http://www.oc-praktikum.de
4 Juli 2007
Spektrum 1H NMR produk (300 MHz, CDCl3)
(ppm)
8.0 7.0 6.0 5.0 4.0 3.0 2.0
(ppm)
8.2 8.0 7.8 7.6 7.4 7.2
δ (ppm) Multiplisitas Jumlah H Keterangan
8,12 dd 1 6-H
7,62 dt 1 4-H
7,36 dt 1 5-H
7,15 dd 1 3-H
2,35 s 3 CH3
7,26 pelarut
O
COOH
O
1
2
3
4
5
6
7
8
9

NOP http://www.oc-praktikum.de
5 Juli 2007
Spektrum 13C NMR produk (300 MHz, CDCl3)
(ppm)
160 140 120 100 80 60 40 20
δ (ppm) Keterangan
170,06 C-7
169,78 C-8
151,25 C-2
134,90 C-4
132,52 C-6
126,18 C-5
124,01 C-3
122,24 C-1
21,02 CH3
76,5-77,5 pelarut
O
COOH
O
1
2
3
4
5
6
7
8
9

NOP http://www.oc-praktikum.de
6 Juli 2007
Spektrum IR produk (KBr)
4000,0 3000 2000 1500 1000 400,0
0,00
0,1
0,2
0,3
0,4
0,5
0,6
0,7
0,8
0,9
1,0
1,12
cm-1
Egy

(cm-1) Assignment
3300 - 2500 Ikatan O-H, asam karboksilat berhimpit dengan ikatan
C-H
1760 Ikatan C=O, eter
1700 Ikatan C=O, asam karboksilat

ESTERIFIKASI FENOL :
1600, 1575 Ikatan C=C, aromatis

SINTESIS ASPIRIN
Abstrak

Aspirin bersifat antipiretik dan analgesik karena merupakan kelompok senyawa


glikosida, aspirin yang merupakan nama lain dari asam asetil salisilat dapat disintesis dari
asam salisilat, yaitu dengan mereaksikannya dengan anhidrida asetat, hal ini dilakukan
pertama kali oleh Felix Hofmann dari perusahaan Bayer, Jerman. Karena saat itu
antipiretik dan analgesik yang ada sangat keras terhadap sistem pencernaan. Pada
percobaan ini diperoleh persen rendemen .

Dalam tablet aspirin komersil sering kali masih terdapat asam salisilat didalamnya, juga
ada tablet yang kadar aspirinnya tidak memenuhi standar, karena itu perlu diuji
kandungannya dengan uji FeCl3 dan diuji kadarnya dengan titrasi asam basa. Pada
percobaan ini aspirin komersil masih mengadung asam salisilat sedangkan kandungannya
adalah 66,15 % yang berarti telah memenuhi kadar kelayakan aspirin dalam sediaan
farmasi oral menurut standar FDA.

Pendahuluan

Latar Belakang
Sifat antipiretik dan analgesik yang ditemukan berasal dari senyawa salicin. salicin
merupakan kelompok glikosida. Glikosida adalah senyawa yang memiliki bagian gula
terikat pada non-glikosa L.
Aglikon dalam salian adalah salial alkohol dan tereduksi sempurna menjadi asam
salisilat. Asam salisilat sangat keras terhadap bibir kerongkongan dan perut, sehingga
kimiawan felix Hoffmann yang awalnya terinspirasi oleh sakit artritis yang
diderita ayahnya, mensintesis asam asetil salisilat yang dinamakan aspirin yang ringan
terhadap perut. Dengan senyawa ini Hoffmann dapat mengobati ayahnya tanpa
mengakibatkan iritasi perut yang parah seperti efek samping obat artritis pada masa itu.
Itulah salah satu fungsi aspirin yang dicobakan pada praktikum.

indikasi aspirin adalah untuk meringankan rasa sakit, terutama sakit kepala dan pusing,
sakit gigi, dan nyeri otot serta menurunkan demam.

Tujuan Praktikum
Praktikum ini bertujuan untuk :
1. Mensintesis aspirin dari asam salisilat.
2. menentukan persen rendemen hasil sintesis
3. Menguji keberadaan asam salisilat
4. menentukan kadar aspirin dalam suatu senyawa menggunakan metode asam basa
5. Menentukan titik leleh asam salisilat
6. Menentukan titik leleh kristal aspirin dari hasil praktikum.

Teori Dasar
Aspirin dibuat dengan mereaksikan asam salisilat dengan anhidrida asam asetat
menggunakan katalis 85% H3PO4 sebagai zat penghidrasi. Asam salisilat adalah asam
bifungsional yang mengandung dua gugus –OH dan –COOH. Karenanya asam salisilat
ini dapat mengalami dua jenis reaksi yang berbeda yaitu reaksi asam dan basa. Reaksi
dengan anhidrida asam asetat akan menghasilkan aspirin.

Sedangkan reaksi dengan methanol akan menghasilkan metil salisilat

Uji terhadap asam salisilat, ”my aspirin”, dan aspirin komersil digunakan untuk menguji
kemurnian aspirin, khususnya mendeteksi apakah masih terdapat asam salisilat dalam
sampel. Kemurnian aspirin bisa diuiji dengan menggunakan besi(III) klorida. Besi(III)
klorida bereaksi dengan gugus fenol membentuk kompleks ungu. Asam salisilat (murni)
akan berubah menjadi ungu jika FeCl3 ditambahkan, karena asam salisilat mempunyai
gugus fenol, seperti terlihat pada gambar.

Selain itu kemurnian aspirin juga dapat ditentukan dengan uji titik leleh, dimana
seharusnya titik leleh aspirin murni adalah 136 oC . Persen rendemen dapat dihitung
dengan :

Sedangkan untuk kandungan analisis aspirin dapat digunakan titrasi asam basa
menggunakan NaOH setelah Kristal aspirin dilarutkan dalam etanol (pelarut organik)

Metodologi

Alat
Penangas air, erlenmeyer 125 ml, batang pengaduk, klem, corong buchner, tabung reaksi,
tabung kapiler, melting blok, bunsen, termometer, buret.

Bahan
1,4 g asam asetil salisilat, anhidrida asetat, asam phosphat 85%, aqua dm, etanol, FeCl3,
fenolftalein, tablet aspirin, NaOH 0,1 M.

Cara Kerja

Sintesis Aspirin
Sebanyak 1,4 g asam salisilat dimasukan kedalam erlenmeyer 125 ml. Lalu ditambahkan
4 ml anhidrida asetat sambil dibilas. Ditambahkan juga H3PO4 85% sebanyak 5 tetes,
setelah itu dipanaskan. Setelah 5 menit diangkat dan ditambahkan 2 ml aqua dm.
Ditunggu selama 3 menit, setelah itu ditambah lagi 20 ml aqua dm. Dibiarkan hingga
mengkristal, bila tidak mengkristal dapat dilakukan penggoresan dinding dengan batang
pengaduk. Ditambahkan 50 ml aqua dm dingin. Ditunggu hingga terbentuk kristal bila
sudah terbentuk dimasukkan ke corong buchner lalu dipisahkan. Setelah itu dilakukan
rekristalisasi. Ditambah 5 ml etanol dan 20 ml air hangat. Dipanaskan dan ditunggu
hingga semua larut lalu dsaring dengan corong buchneer. Setelah didapat kristal lalu
ditimbang dan dihitung rendemen.

Uji terhadap aspirin


Disiapkan 3 tabung reaksi yang sudah diberi anama asam salisilat, my aspirin, dan
komersial aspirin. Dimasukkan masing – masing zat seperti yang sudah ada label. Setelah
itu ditambah 20 tetes aqua dm sanbil digoyang. Setelah itu ditambah 10 tetes FeCl3 10%,
diamati perubahan warna yang terjadi.

Penentuan titik leleh


Disiapkan 2 tabung kapiler, lalu di issi dengan sampel aspirin dan hasil sintesis. Dipasang
melting blok dan termometer distatif. Dimasukkan juga pipa kapiler yang sudah diisi ke
melting blok. Dipanaskan dengan bunsen. Diamati trayek titik lelehnya.
Analisis kandungan aspirin
Dimasukkan 2 tablet aspirin ke erlenmeyer 125 ml, sebelumnya dihancurkan hingga
terlihat seperti bubuk terlebih dahulu. Dimasukkan 10 ml etanol dan 3 tetes fenolftalein,
serta aqua dm hingga 50 ml. dititrasi dengan NaOH 0,1 ml hingga berubah warna. Dicatat
volumenya lalu dihitung berapa masa asetil salisilat, menurut literatur kekuatan asam
asetil salisilat minimal 5 grains (1 grains = 0,0648 g).

Data Pengamatan

Sintesis Aspirin
Kristal asam salisilat berwarna putih. Larutan yang dibentuk dari asam salisilat dengan
anhidrida asam asetat dan 5 tetes larutan 85% H3PO4 keruh. Setelah 5 menit dipanaskan,
larutan berubah menjadi bening. Kemudian ditambahkan air ke dalam larutan sehingga
larutan menjadi keruh kembali, namun setelah beberapa lama, terbentuk kristal putih.
Kristal ini dilarutkan dengan etanol dan direkristalisasi.

Kristal aspirin

Didapat kristal berwarna putih berbentuk jarum yang bermassa 0.8225 gram.

Uji terhadap aspirin

“my aspirin” aspirin komersil asam salisilat

setelah ditetesi FeCl3 larutan memberikan warna yang berbeda-beda pada tabung.
Tabung “my aspirin” memberikan warna orange muda, tabung aspirin komersil
memberikan warna orange keunguan, sedangkan asam salisilat memberikan warna
ungu.
Penentuan titik leleh
C.°C dan titik leleh “my aspirin” adalah 120-124 °Titik leleh asam salisilat adalah 150-
156

Analisis kandungan aspirin

Pada analisis kadar aspirin menggunakan tritasi asam basa dengan sampel larutan tablet
aspirin 0,2 gram, dan NaOH 0.098 N sebagai peniter, NaOH yang digunakan adalah 7.5
ml.

Perhitungan

Sintesis Aspirin
Massa asam salisilat : 1.4 gram,
Maka, mol asam salisilat =

Persamaan reaksi :

Mol aspirin sama dengan mol asam salisilat


180× Mr aspirin = 0.010145 mol × Jadi massa aspirin = mol aspirin
= 1.8261 gram
Persen rendemen dapat dihitung dengan menggunakan persamaan:

Jumlah mol NaOH yang bereaksi = 0,098 M x 7.5 mL = 0.735 mmol


Persamaan reaksi :

0.735 mmol 0.735 mmol

Massa aspirin dalam sampel


180 = 132.3 mg× = 0.735
Massa tablet yang digunakan adalah 0,2 gram, maka kadar aspirin dalam tablet
= (132,3 mg)/(200 mg) x 100 %=66,15 %
Pembahasan
Sintesis Aspirin
Pada pembuatan aspirin terjadi reaksi sebagai berikut :

H3PO4 yang ditambahkan, digunakan sebagai katalis, reaksi ini juga dilakukan pada air
yang dipanaskan agar mempercepat tercapainya energi aktivasi. Sedangkan pendinginan
dimaksudkan untuk membentuk kristal, karena ketika suhu dingin, molekul-molekul
aspirin dalam larutan akan bergerak melambat dan pada akhirnya

terkumpul membentuk endapan melalui proses nukleasi (induced nucleation) dan


pertumbuhan partikel

mekanismenya adalah sebagai berikut :

Anhidrida asetat menyerang H+

Anhidrida asam asetat mengalami resonansi

anhidrida asam asetat menyerang gugus fenol dari asam salisilat

H+ terlepas dari –OH dan berikatan dengan atom O pada anhidrida asam asetat

anhidrida asam asetat terputus menjadi asam asetat dan asam asetilsalisilat (aspirin)

H+ akan lepas dari aspirin

Rendemen hasil praktikum ini , hal ini terjadi karena banyaknya Kristal yang menempel
di alat-alat sintesis seperti corong Buchner, gelas kimia dan sebagainya.

Uji Terhadap Aspirin


Fenol yang bereaksi dengan FeCl3 akan memberikan warna ungu, karena asam salisilat
adalah senyawa yang mengandung Fenol maka reaksi FeCl3 dengan asam salisilat juga
akan memberikan warna ungu.
Dari percobaan diproleh bahwa
Asam salisilat + FeCl3 berwarna ungu, terbukti bahwa asam salisilat mengandung fenol
Dari literatur dapat dilihat bahwa asam salisilat memang mempunyai gugus fenol

Reaksi antara ”my aspirin” dengan FeCl3 memberikan warna orange muda, berarti dalam
aspirin tidak lagi mengandung asam salisilat.
Reaksi antara aspirin komersil dengan FeCl3 memberikan warna orange gelap dengan
sedikit keunguan, berarti hanya mengandung sedikit sekali asam salisilat.

Penentuan Titik Leleh Asam Salisilat dan Aspirin


Berdasarkan literatur, titik leleh asam salisilat adalah 159 oC, dari C, hasil°hasil
percobaan diperoleh titik leleh asam salisilat 150-156 ini tergolong sesuai, sedikit
berbeda dengan literatur karena ketidaktelitian pengukuran titik leleh.
C. Berdasarkan°Titik leleh ”my aspirin” hasil percobaan 120-124 literatur, titik leleh
aspirin adalah 136 oC. Berbeda dengan literatur karena masih adanya sedikit pengotor
pada kristal aspirin.

Analisis Kandungan Aspirin dalam Tablet Aspirin Komersial


kadar aspirin dalam tablet = 66,15 %
terdapat reaksi sabagai berikut,
sampai pada akhirnya semua aspirin telah bereaksi dan terdapat NaOH yang memberikan
warna merah muda ketika bereaksi dengan indikator fenolftalein.
Aspirin yang terkandung dalam 0,2 g sample adalah 132,3 mg. Jika dikonversikan ke
dalam 0,5 g (standard satu tablet) akan didapatkan massa aspirin sebesar 330 mg. Standar
kelayakan berdasarkan FDA adalah minimal 5 grains asam asetil salisilat dalam 1 tablet
(1 grains = 0,0648 g). berarti minimal harus terdapat 0,324 g asam asetil alisilat dalam 1
tablet. Jadi berdasarkan uji ini, kandungan aspirin dalam tablet memenuhi standar FDA.

Simpulan
Berdasarkan pemaparan di atas, dapat disimpulkan :
Persentase rendemen hasil sintesis aspirin adalah 66,15 %
”my aspirin” tidak mengandung asam salisilat, sedangkan dalam aspirin komersil masih
terdapat sedikit asam salisilat
Aspirin adalah kristal putih berbentuk jarum dengan trayek titik leleh 120-124
C°Asam salisilat berbentuk kristal putih serbuk dengan trayek titik leleh 150-156
kadar aspirin dalam tablet = 66,15 %, kadar ini memenuhi standar FDA
ESTERIFIKASI FENOL : SINTESIS ASPIRIN
a. Sifat-Sifat Aspirin

Formula :C9H8O4

BM : 180,2

Titik didih : 140 0C

Titik lebur : 138 0C – 140 0C

Berat jenis : 1.40 g/cm³

Sinonim : 2-acetyloxybenzoic acid


2-(acetyloxy)benzoic acid
acetylsalicylate
acetylsalicylic acid
O-acetylsalicylic acid

Kelarutan dalam air : 10 mg/mL (20 °C)

Asetosal mengandung tidak kurang dari 99,5% dan tidak lebih dari 100,5% C9H8O4

dihitung terhadap zat yang telah dikeringkan.

Pemerian : hablur putih, umumnya seperti jarum atau lempengan tersusun, atau
serbuk hablur putih; tidak berbau atau berbau lemah. Stabil di udara kering; di dalam
udara lembab secara bertahap terhidrolisa menjadi asam salisilat dan asam asetat.

Kelarutan : larut dalam air ; mudah larut dalam etanol; larut dalam kloroform, dan
dalam eter; agak sukar larut dalam eter mutlak.

b. Kegunaan
non-selective cyclo-oxygenase inhibitor; antipiretik; analgesik; antiinflamasi

c. Reaksi

Esterifikasi

d. Proses Pembuatan

Reaksi yang terjadi adalah reaksi esterifikasi yang merupakan prinsip dari pembuatan
aspirin. Reaksi esterifikasi tersebut dapat dijelaskan sebagai berikut.

Ester dapat terbentuk salah satunya dengan cara mereaksikan alkohol dengan anhidrida
asam. Dalam hal ini asam salisilat berperan sebagai alkohol karena mempunyai gugus –
OH , sedangkan anhidrida asam asetat tentu saja sebagai anhidrida asam. Ester yang
terbentuk adalah asam asetil salisilat (aspirin). Gugus asetil (CH3CO-) berasal dari
anhidrida asam asetat, sedangkan gugus R-nya berasal dari asam salisilat (pada gambar di
atas gugus R ada di dalam kotak). Hasil samping reaksi ini adalah asam asetat.
Langkah selanjutnya adalah penambahan asam sulfat pekat yang berfungsi sebgai zat
penghidrasi. Telah disebutkan di atas bahwa hasil samping dari reaksi asam salisilat dan
anhidrida asam asetat adalah asam asetat. Hasil samping ini akan terhidrasi membentuk
anhidrida asam asetat. Anhidrida asam asetat akan kembali bereaksi dengan asam salisilat
membentuk aspirin dan tentu saja dengan hasil samping berupa asam asetat. Jadi, dapat
dikatakan reaksi akan berhenti setelah asam salisilat habis karena adanya asam sulfat
pekat ini.

Tetapi harus diperhatikan bahwa sebelum dipanaskan, reaksi tidak benar-benar terjadi.
Reaksi baru akan berlangsung dengan baik pada suhu 50-60°C. Juga pada percobaan ini
baru terbentuk endapn putih (aspirin) setelah dipanaskan. Kemudian endapan tersebut
dilarutkan dalam air dan disaring untuk memisahkan aspirin dari pengotornya. Tetapi
tentu saja dengan penyaringan ini aspirin yang dihasilkan belum benar-benar murni.

Untuk pemurniannya, aspirin tak murni kemudian ditambahi larutan NaHCO3. Reaksinya
adalah sebagai berikut:

Aspirin akan larut, sedangkan hasil sampingnya tidak larut, sehingga ketika disaring akan
didapatkan filtrat aspirin murni berbentuk larutan jernih. Larutnya aspirin ini juga diikuti
oleh timbulnya gelembung gas CO2, membuktikan adanya hasil reaksi aspirin dengan
NaHCO3. setelah itu filtrat diaduk dan terbentuk endapan putih. Lalu didinginkan dengan
air es membentuk kristal. Kristal akan lebih murni setelah dicuci dengan air es.
Selanjutnya kristal dikeringkan dengan cara ditaruh di gelas arloji dan didapatkanlah
kristal kering.

Langkah terakhir pada percobaan ini adalah rekristalisasi. Kristal yang kering tadi
dilarutkan dalam benzena panas, alu dipanaskan. Benzena digunakan sebagai pelarut
karena benzena merupakan pelarut yang baik untuk zat organik. Air tidak bisa digunakan
untuk rekristalisasi ini karena air adalah pelarut polar dan aspirin adalah senyawa
nonpolar. Setelah itu larutan tadi disaring panas-panas dan filtratnya diambil untuk
dikeringkan di oven. Kristal ini merupakan kristal yang benar-benar murni.

Daftar Pustaka

Anonim,1995, Farmakope Indonesia Edisi IV, Departemen Kesehatan Republik


Indonesia, Jakarta.

Anonim, 2003, Encyclopedia Aspirin, http://www.statemaster.com/encyclopedia/Aspirin,


(diakses tanggal 5 mei 20010 ).

Anda mungkin juga menyukai