Anda di halaman 1dari 28

LAPORAN PRAKTIKUM GEOMORFOLOGI

MAKALAH

Diajukan untuk memenuhi salah satu tugas Mata Kuliah Geomorfologi yang
diampu oleh Drs. Jupri, M.T dan Hendro Murtianto, S.Pd., M. Sc.
.

oleh
Kelompok 5
Agustian Fareri 1703573
Dias Novianti 1700034
Dionisius ardian Krisandi 1701860
Erika Dwi Rakhmahyani 1704667
Giya Nisa Safarifty 1701173
R. M. Rouffie Putra Kusumah Runjung 1702461
Reza Rahmat Djunaedi Junyar 1705803
Tiara Putri Yonita 1700206

DEPARTEMEN PENDIIKAN GEOGRAFI


FAKULTAS PENDIDIKAN ILMU PENGETAHUAN SOSIAL
UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA
BANDUNG
2018

iv
KATA PENGANTAR

Puji syukur seraya penulis panjatkan ke hadirat Allah SWT. atas karunia,
rahmat, dan nikmat-Nyalah makalah yang “Laporan Praktikum Geomorfologi”
dapat terselesaikan.
Laporan praktikum ini dimaksudkan untuk memenuhi salah satu tugas
mata kuliah Geomorfologi.
Dalam penyelesaian makalah ini, banyak dorongan dan bantuan dari
berbagai pihak, baik secara moril maupun material. Oleh karena itu dalam
kesempatan ini penulis mengucapkan terima kasih kepada:
1. Bapak Drs. Jupri, M.T., sebagai dosen pengampu mata kuliah
Geomorfologi.
2. Bapak Hendro Murtianto, S.Pd., M. Sc., sebagai dosen pengampu mata
kuliah Geomorfologi.
3. Orang tua tercinta, atas dukungan dan dorongannya;
4. Rekan-rekan dari semua pihak yang penulis tidak mungkin sebutkan satu-
persatu yang telah membantu dalam penyusunan makalah ini.
Semoga atas segala bantuan dan kebijakan yang telah diberikan kepada
penulis, mendapat imbalan yang berlipat ganda dari Allah SWT.
Namun penulis menyadari bahwa dalam penulisan makalah ini masih
banyak kekurangan dan kesalahan. Hal ini semata-mata karena keterbatasan dan
kemampuan penulis sendiri. Oleh karena itu sangatlah penulis harapkan saran dan
kritik dari semua pihak khususnya para pembaca.
Harapan penulis semoga makalah ini bermanfaat khususnnya bagi penulis
sendiri, umumnya bagi para pembaca.

Bandung, Mei 2018

TIM PENULIS

iv
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ........................................................................................... ii

DAFTAR ISI ......................................................................................................... iii

DAFTAR GAMBAR ............................................................................................ iv

BAB I PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang ..................................................................................................1

1.2 Rumusan Masalah ..............................................................................................1

1.3 Tujuan ...............................................................................................................1

1.4 Manfaat ..............................................................................................................1

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

2.1.Geomorfologi Daerah Karst ...............................................................................4


2.2.Tanah Shale ......................................................................................................10
2.3.Konsdisi Gologi dan Geomorfologi Kabupaten Purwakarta ...........................10
2.4.Sungai ..............................................................................................................12
2.5.Dataran Banjir ..................................................................................................12

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

3.1 Metode Penelitian.............................................................................................14


3.2 Waktu dan Tempat Penelitian ..........................................................................14
3.3 Alat dan Bahan Penelitian ................................................................................14

BAB IVPEMBAHASAN

2.1.Karst Rajamandala ..........................................................................................15


2.2.Bawah Jemabatan Cisomang ..........................................................................16
2.3.Cikao Park ......................................................................................................17
2.4.Pantai Keawanan ............................................................................................18

BAB VI KESIMPULAN

5.1 Kesimpulan ................................................................................................22

iv
DAFTAR PUSTAKA ...........................................................................................23

iv
DAFTAR GAMBAR

Gambar 1 ..................................................................................................................4

Gambar 2 ................................................................................................................15

Gambar 3 ................................................................................................................16

Gambar 4 ................................................................................................................18

iv
BAB I
PENDAHULUAN

1.1.Latar Belakang
Geomorfologi adalah ilmu tentang bentukan muka bumi beserta
aspek-aspek yang mempengaruhinya. Dimana geomorfologi yang merupakan
cabang dari ilmu geografi, mempelajari tentang bentuk muka bumi, yang
meliputi pandangan luas sebagai satu cakupan kenampkan sebagai bentang
alam sampai pada satuan terkecil sebagai bentuk lahan.
Dalam praktikum ini kita mengamati bentukan lahan dari Bandung,
Purwakarta, hingga Cirebon. Bentukan geomorfologi disetiap daerah akan
berbeda tetapi ada sedikit kemiripan dengan daerah lain nya, disebabkan
karena proses terjadi nya pada zaman dahulu.
Kami menggunakan alat klinometer untuk mengetahui kemiringan
salah satu objek yang kita amati, selain itu juga kita menggunakan peta RBI
dan peta geologi untuk menentukan dimana posisi kami saat memploting
tempat objek tersebut dan dibantu dengan GPS.

Dengan praktikum ini diharapkan mahasiswa dapat mengetahui


bentukan lahan daerah bandung, purwakarta, dan Cirebon.

1.2.Rumusan Masalah
1. Bagaimana morfologi daerah Bandung , Purwakarta, dan Cirebon?
2. Bagaimana proses terjadinya morfologi pada wilayah tersebut?

1.3.Tujuan
1. Untuk Mengetahui morfologi daerah Bandung , Purwakarta, dan Cirebon?
2. Untuk Mengetahui proses terjadinya morfologi pada wilayah tersebut?

1.4.Manfaat
1. Mengetahui morfologi daerah Bandung , Purwakarta, dan Cirebon

iv
2. Mengetahui proses morfologi daerah Bandung , Purwakarta, dan Cirebon

iv
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

1.1.Geomorfologi Daerah Karst


Geomorfologi adalah sebuah studi ilmiah terhadap permukaan
Bumi dan poses yang terjadi terhadapnya. Secara luas, berhubungan
dengan landform (bentuk lahan) tererosi dari batuan yang keras, namun
bentuk konstruksinya dibentuk oleh runtuhan batuan, dan terkadang oleh
perilaku organisme di tempat mereka hidup. Kenampakan subsurface terutama
di daerah batugamping sangat penting dimana sistem gua terbentuk dan
merupakan bagian yang integral dari geomorfologi.

Gambar 1
Solusional form karst
Istilah karst yang dikenal di Indonesia sebenarnya diadopsi dari
bahasa Yugoslavia/ Slovenia. Istilah aslinya adalah ‘krst / krast’ yang
merupakan nama suatu kawasan di perbatasan antara Yugoslavia dengan Italia
Utara, dekat kota Trieste. Ekosistem Karst adalah areal-areal yang mempunyai
lithologi dari bahan induk kapur.

Genesis bentangalam karst ,

iv
• Terbentuk karena batuan muda dilarutkan dalam air dan membentuk
lubang-lubang.
• Terjadi pada wilayah yang tersusun oleh batugamping, batuan dolomit
atau gamping dolomitan.
• Berkembang di daerah yang mempunyai curah hujan cukup.

Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Topografi Karst

Bentuk lahan solusional terbentuk akibat proses pelarutan batuan


yang terjadi pada daerah berbatuan karbonat. Akan tetapi tidak semua batuan
karbonat dapat membentuk topografi karts, faktor lain yang dapat
membentuk topografi karts adalah:

• Batuan mudah larut (CaCO3 dan CaMgCO3)


• Batuan tersebut tebal
• Banyak rekahan (diaklas)
• Vegetasi rapat

Batuan karbonat yang banyak memiliki diaklas akan memudahkan


air untuk melarutkan batuan CaCo3. Oleh karena itu batuan karbonat yang
memiliki sedikit diaklas, walaupun terletak pada daerah dengan curah hujan
cukup tinggi, tidak terbentuk topografi karts. Vegertasi yang rapat akan
menghasilkan humus, yang menyebabkan air di daerah tersebut memiliki Ph
yang rendah atau air menjadi asam. Pada kondisi asam, air akan mudah untuk
melarutkan batuan karbonat. Perpaduan antara batuan karbonat dengan
banyak diaklas, curah hujan dan suhu yang tinggi, serta vegetasi yang lebat
akan mendorong terjadinya topografi karts. Asal mula topografi karst adalah
adanya pengendapan gamping di dasar laut, kemudian terangkat di atas muka
air laut dan selanjutnya oleh air hujan batu gamping tersebut terlarutkan
menjadi bentuk-bentuk kubah, dan cekungan.

Proses pelarutan Kalsium Karbonat oleh air

iv
CaCO3 + H2O + CO2 Ca(HCO3)2

Reaksi kimia dan keseimbangannya pada proses pelarutan batugamping

H2O + CO2 H2CO3

2H2CO3 + CaCO3 Ca(HCO3)2 + H2

Bila batugamping sudah terlarut biasanya akan menyisakan bagian-


bagian yang tidak dapat larut dalam air, terbentuk persenyawaan karbonat.
Sisa-sisa ini berkomposisi besi, berwarna merah atau merah coklat.Pengaruh
dari erosi oleh: air, angin, dan es, berkolaborasi dengan latitude, ketinggian
dan posisi relatif terhadap air laiut. Dapat dikatakan bahwa tiap daerah
dengan iklim tertentu juga memiliki karakteristik pemandangan sendiri
sebagai hasil dari erosi yang bekerja yang berbeda terhadap struktur geologi
yang ada.

Torehan air terhadap lapisan batugamping yang keras dapat berupa


aliran sungai yang permanen dan periodik, dapat juga merupakan
alur drainase yang melewati bagian-bagian yang lemah. Sehingga
membentuk cekungan-cekungan pada bagian yag tererosi dan meninggalkan
bagian yang lebih tinggi yang susah tererosi. Ukuran dari cekungan dan
tinggian ini bisa beberapa centimeter sampai beberapa kilometer.

Morfologi makro

Dibawah ini adalah beberapa bentuk morfologi permukaan karst dalam ukuran
meter sampai kilometer:

• Swallow hole : Lokasi dimana aliran permukaan seluruhnya atau sebagian


mulai menjadi aliran bawah permukaan yang terdapat pada batugamping.
Swallow hole yang terdapat pada polje sering disebut ponor. (Marjorie M.
Sweeting, 1972). Pengertian ini dipergunakan untuk menandai tempat
dimana aliran air menghilang menuju bawah tanah.

iv
• Sink hole : disebut juga doline, yaitu bentukan negatif yang dengan
bentuk depresi atau mangkuk dengan diameter kecil sampai 1000 m lebih.
(William B. White, 1988)
• Vertical shaft : pada bentuk ideal, merupakan silinder dengan dinding
vertikal merombak perlapisan melawan inclinasi perlapisan. (William B.
White, 1988)
• Collapse : runtuhan
• Cockpit : bentuk lembah yang ada di dalam cone karst daerah tropik yang
lembab. Kontur cockpit tidak melingkar seperti pada doline tetapi seperti
bentuk bintang dengan sisi-sisi yang identik, yang menunjukkan bahwa
formasi cone merupakan faktor penentunya. (Alfred Bogli, 1978)
• Polje : depresi aksentip daerah karst, tertutup semua sisi, sebagian terdiri
dari lantai yang rata, dengan batas-batas terjal di beberapa bagian dan
dengan sudut yang nyata antara dasar/ lantai dengan tepi yang landai atau
terjal itu.(Fink, Union Internationale de Speleologie)
• Uvala : cekungan karst yang luas, dasarnya lebar tidak rata (Cjivic, 1901)
: lembah yang memanjang kadang-kadang berkelak-kelok, tetapi pada
umumnya dengan dasar yang menyerupai cawan. (Lehman, 1970)
• Dry valley: terlihat seperti halnya lembah yang lainnya namun tidak ada
aliran kecuali kadang-kadang setelah adanya es yang hebat diikuti oleh
pencairan es yang cepat. (G.T. Warwick, 1976).

Kawasan karst Indonesia mencakup wilayah yang cukup luas,


dapat dijumpai hampir di setiap pulau, menyimpan nilai strategis yang tinggi
bagi manusia, flora, fauna dan perkembangan ilmu khususnya kebumian.
Pulau Jawa memiliki beberapa kawasan karst yang tersebar di beberapa
daerah seperti di Pacitan, Gombong, Tuban, Malang Selatan dan Gunung
Sewu.

Kawasan karst yang cukup spesifik yaitu karst Gunung Sewu,


dimana bentukan bukit-bukit seperti cawan terbalik (cone hill) dan kerucut
iv
(conical hill) begitu sempurna dengan lembah-lembahnya. Bukit merupakan
residu erosi dan lembahnya adalah merupakan daerah dimana terjadi erosi
aktif dari dulu sampai sekarang. Bagian-bagian depresi atau cekungan
merupakan titik terendah dan menghilangnya air permukaan ke bawah
permukaan. Erosi memperlebar struktur, kekar, sesar, dan bidang lapisan, dan
membentuk gua-gua, baik vertikal maupun horisontal.

Gua-gua juga dapat terbentuk karena adanya mata air karst. Mata
air (spring) karst ini ada beberapa jenis:

• Bedding spring, mata air yang terbentuk pada tempat dimana terjadi
pelebaran bidang lapisan,
• Fracture spring, mata air yang terbentuk pada tempat dimana terjadi
pelebaran bidang rekahan,
• Contact spring, mata air yang terbentuk karena adanya kontak antara batu
gamping dan batu lain yang impermiabel.

Disamping itu secara khusus ada jenis mata air yang berada di bawah
permukaan air laut disebut dengan vrulja.

Morfologi mikro

Ada kawasan karst dengan sudut dip yang kecil dan permukaannya
licin. Area ini dipisah-pisahkan dalam bentuk blok-blok oleh joint terbuka,
disebut dengan grike (Bhs. Inggris), atau Kluftkarren (Bhs. Jerman).
Bentukan-bentukan minor ini dalam bahasa Jerman memiliki akhiran karren/
lapies (Bhs Perancis). Sering permukaan blok itu terpotong menjadi sebuah
pola dendritic dari runnel dengan deretan dasar (ground) dipisahkan oleh
deretan punggungan (ridge) yang mengeringkannya kedalamgrike terlebih
dahulu. Juga terkadang mereka memiliki profil panjang yang hampir mulus.
Bentukan ini disebut Rundkarren.

Tipe lain adalah Rillenkarren yang memiliki saluran yang tajam,


ujung punggungan dibatasi oleh deretan saluran berbentuk V. Biasanya

iv
nampak pada permukaan yag lebih curam daripada rundkarren, dengan
saluran sub-paralel dan beberapa cabang. Microrillenkarren merupakan
bentuk gabungan tetapi hanya memiliki panjang beberapa centimeter dan
lebarnya 10-20 mm. Pseudo karren, memiliki bentuk sama
dengan rundkarren dan rinnenkarren. Tetapi hanya terjadi pada granit di
daerah tropik yang lembab.

Geomorfologi Daerah Karst

Bentuk fenomena karst yang nampak di permukaan bumi :

• Tanah regolith
Merupakan residu pelarutan yang mengandung FeO2 pada lantai gua
ataupun dasar doline
• Lapies
Menampakkan batuan kapur dalam bermacam relief kasar dengan
selingan kesan bekas terjadinya pelarutan
• surface drainage (Alur air permukaan)
• Ponor
Tempat berakhirnya alir air pada alur permukaan
• Sinkhole
Bentuk cekungan yang terjadi oleh proses pelarutan batu kapur atau
sejenisnya yang terletak di bawah permukaan
• Doline
Depresi yang terjadi oleh proses larutan dan runtuhan sinkhole, berbentuk
bulat oval. Kedalamannya 2 m sampai 100 m. Diameternya 10 sampai
1000 m.
• Uvala
Merupakan lahan cekungan memanjang berbentuk oval akibat proses
berkembangnya bentuk dan ukuran doline. Baik proses pelarutan maupun
runtuhnya dinding doline. Kedalamannya 100 sampai dengan 200 m.
• Polje

iv
Cekungan di daerah kapur yang mempunyai drainage di bawah
permukaan. Terjadi dari perluasan uvala karena proses solusi dan collapse
• Hum
Penampakan residual dari uvala yang meluas akibat proses collapse
dinding akibat korosi, pelapukan, dan beban air hujan.
• Vaucluse
Gejala karst yang berbentuk lubang tempat keluarnya aliran air tanah
• Karst window, natural bridge
Hasil pelarutan dan erosi batuan oleh air yang mengalir
• Gapura/ pintu gua
Terjadi dari tingkat kemajuan peristiwa fisis (erosi dan collapse)

1.2. Tanah Shale


Tanah shale atau umum disebut lumpur adalah tanah yang
terbentuk dari pelapukan batuan sedimen berbutir halus dengan kadungan
mineral lanau dan lempung. Mineral lempung dalam beberapa tanah shale
memiliki kemampuan untuk menyerap dan melepaskan air dalam jumlah yang
relatif besar dan perubahan kadar air ini biasanya diikuti dengan perubahan
volume tanah. Singkatnya, tanah clayshale adalah tanah yang mampu
mengembang dan menyusut jika kadar air di dalamnya berubah. Oleh karena
itu dapat dikatakan juga bahwa tanah clayshale adalah tanah yang ekspansif.

1.3. Konsdisi Gologi dan Geomorfologi Kabupaten Purwakarta


Kondisi geologi daerah Purwakarta terdiri dari batuan sedimen
klastik, berupa batu gamping (kapur), batu lempung, batu pasir dan batuan
vulkanik seperti tuf, breksi vulkanik, batuan beku terobosan, batu lempung
napalan, konglomerat dan napal. Untuk jenis batuan beku terobosan meliputi
andesit, diorite, vetrofir, basal dan gabro. Batuan ini umumnya bertebaran di
bagian barat daya wilayah Kabupaten Purwakarta. Jenis Batuan napal atau
batu pasir kuarsam merupakan batuan yang tertua di wilayah Kabupaten

iv
Purwakarta yang sebarannya terdapat di tepi Bendungan Jatiluhur (Bendungan
Ir. H Djuanda).
Sedangkan batu lempung yang usianya lebih muda (miosen)
tersebar di sekitar wilayah barat laut dan bagian timur Kabupaten Purwakarta
berikut endapan bekas gunung api tua yang berasal dari gunung Burangrang
dan Gunung Sunda, yaitu berupa tuf, lava andesit basalitis, breksi vulkanik
dan lahar. Pada bagian permukaan batuan itu terdapat endapan hasil erupsi
gunung api muda yang meliputi batu pasir, lahar, lapili, breksi lava basal,
aglomerat tufan, pasir tufa, lapili dan laca scoria.
Berdasarkan kondisi dan jenis batuan di atas, maka di wilayah
Kabupaten Purwakarta terdapat kandungan geologi berupa batu kali batu
andesit, batu gamping (kapur), tanah lempung, pasir, pasir kuarsa, pasir batu
(sirtu), tras, fosfat, barit dan batu gips. Sebagian besar jenis tanah adalah tanah
latosol dan sebagian kecil adalah tanah aluvial, andosol, grumosol, litosol,
podsolik dan regosol. Berdasarkan potensi yang dipaparkan di atas telah
mendorong munculnya kegiatan pertambangan di Kabupaten Purwakarta.
Purwakarta berada pada cekungan Daerah Aliran Sungai (DAS)
Citarum dengan kemiringan 0-40% dan DAS Cilamaya. Hal itu sangat
berpengaruh pada hidrologi dan sistem drainase daerah Purwakarta. Pada
cekungan itu dibangun Bendungan Ir. H. Djuanda di Jatiluhur (7.757 ha.) dan
Cirata (1.182 ha.), yang berfungsi sebagai "flow control", irigasi, pembangkit
tenaga listrik, juga sebagai sumber air minum DKI Jakarta. Luas kedua
bendungan tersebut setara dengan 9,19% luas wilayah Kabupaten Purwakarta.
Pembanguan bendungan tersebut dimungkinkan oleh keberadaan sejumlah
sungai.
Berdasarkan Basis Data Lingkungan Hidup, sungai-sungai di
Kabupaten Purwakarta adalah (1) Sungai Cilamaya yang merupakan Induk
Sungai (orde 1 di DAS) dengan panjang 62 Km, lebar rata-rata 30 m, dan
debit air 366 m3/detik. Sungai Cilamaya ini mempunyai orde 2 di DAS yaitu
antara lain: Sungai Ciracas, Sungai Cijambe, Sungai Cisaat, Sungai Cibongas,
Sungai Cilandak, dll. (2) Sungai Cikao, yang merupakan Induk Sungai (orde 1
iv
DAS) dengan panjang sungai 45 Km, lebar 40 m. Sungai Cikao terdiri dari
beberap[a sungai orde 2 DAS, yaitu antara lain: Sungai Cigintung, Sungai
Cigadung, Sungai Cikembang, Sungai Cicadas, Sungai Cigajah, Sungai Cisitu,
Sungai Cibingbin, Sungai Cigorogoy, Sungai Ciledug, Sungai Citajur, Sungai
Cigalugur, Sungai Cinangka, dll. (3) Sungai Cilangkap, yang merupakan
Induk Sungai (orde 1 DAS) dengan panjang 16 Km, lebar 4 m. Sungai ini
mempunyai orde 2 di DAS yaitu Sungai Cioray dan Sungai Cijalu. (4) Sungai
Ciampel yang merupakan Induk Sungai (orde 1 DAS) dengan panjang 14 Km
dan lebar sungai 4 m. Sungai Ciampel ini mempunayi orde 2 di DAS, yaitu
Sungai Cikapuk, Sungai Sumurbeunying, Sungai Cilabuh, Sungai Ciwaru dan
Sungai Cikantong.

1.4.Sungai
Sungai adalah masa air yang secara alami mengalir pada suatu
lembah. Suatu sungai dengan anak-anak sungainya merupakan saluran air
dari suatu daerah aliran. Jadi yang dinamakan “daerah aliran" suatu sungai
adalah keseluruhan darah yang berpelepasan ke sungai yang bersangkutan
beserta anak-anak sungainya. Sungai Cipeles ini merupakan sungai yang
airnya cukup deras, sehingga cocok untuk dijadikan tempat objek wisata
arung jeram. Sungai Cipeles ini merupakan anak sungai dari sungai Cimanuk.
2. Bagian Sungai dan Cirinya
a. Bagian Hulu
• Merupakan daerah perbukitan atau pegunungan.
• Lembah sungai berbentuk huruf V ddengan lereng curam akibat
erosi vertikal oleh aliran air yang deras.
• Banyak dijumpai jeram
• Batuan sekitar sungai biasanya merupakan bongkah-bogkah besar
dan bersudut runcing.
b. Bagian Tengah
• Biasanya merupakan suatu wilayah dengan morfologi yang sudah
mulai landai.

iv
• Bentuk lembah menyerupai huruf U akibat erosi vertikal dan erosi
lateral yang kekuatannya seimbang.
• Banyak ditemui batu-batu guling yang permukaannya bulat.
• Jeram-jeram sungai sudah jarang.
c. Bagian Hilir
• Merupakan daerah yang sudah datar dan mendekati muara sungai.
• Aliran lambat.
• Banyak ditemui sungai yang berkelok-kelok ( meander ).
• Banyak ditemui kali mati ( oxbow lake ).
• Badan sungai terdiri dari pasir dan lumpur.
• Banyak ditemui batuan-batuan sungai, yaitu dataran ditengah
badan sungai sebagai hasil pengendapan pasir dan lumpur.

1.5.Dataran Banjir
Dataran banjir berupa dataran yang luas yang berada pada kiri
kanan sungai yang terbentuk oleh sedimen akibat limpasan banjir sungai
tersebut. Umumnya berupa pasir, lanau, dan lumpur. Dataran banjir
merupakan bagian terendah dari floodplain. Ukuran dan bentuk dari dataran
banjir ini sangat tergantung dari sejarah perkembangan banji, tetapi umumnya
berbentuk memanjang (elongate). Endapan dataran banjir (floodplain)
biasanya terbentuk selama proses penggenangan (inundations). Umumnya
Endapan dataran banjir ini didominasi oleh endapan suspensi seperti lanau dan
lumpur, meskipun kadang-kadang muncul batupasir halus yang terendapkan
oleh arus yang lebihkuat pada saat puncak banjir.

1.6.Pengertian Sedimentasi
Sedimentasi merupakan sebuah peristiwa atau proses pengendapan
yang terjadi pada beberapa komponen abiotik yang ada di lingkungan seperti
halnya tanah dan juga pasir. Proses pengendapan atau sedimentasi ini bisa
diesbabkan oleh beberapa hal seperti aliran air ataupun hembusan angin yang
dapat memindahkan partikel- partikel kecil dari tanah atau pasir ke tempat lain
iv
hingga mengalami pengendapan dan membentuk sesuatu yang baru. Proses
sedimentasi atau pengendapan ini bisa terjadi di berbagai tempat seperti di
darat, di laut maupun di ekosistem sungai. Material- material yang
dipendahkan ini merupakan material- material sisa dari pelapukan atau
pengikisan yang berlangsung dalam jangka waktu cukup lama sehingga
mudah diangkut.
Proses sedimentasi atau pengendapan ini membutuhkan waktu
yang lama untuk menghasilkan sesuatu yang baru, misalnya membentuk
batuan baru. Jenis batuan yang akan terbentuk melalui proses sedimentasi ini
disebut dengan batuan sedimen. Kemudian batuan sedimen ini akan
mempunyai banyak contohnya yang berbeda- beda antara pengendapan suatu
materi dengan materi yang lainnya. Proses sedimentasi ini dapat terjadi karena
bantuan dari berbagai kekuatan, seperti kekuatan aliran air, kekuatan angin
maupun kekuatan es atau glester. Hal ini akan menyebabkan sedimentasi ini
dibagi menjadi beberapa jenis.

iv
BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

3.1. Metode Penelitian


1. Eksursi
Metode penelitian dengan mendengarkan pemaaparan singkat materi lalu
dilanjutkan dengan melakukan observasi di lapangan.
2. Observasi
Pencatatan secara sistematik terhadap gejala yang nampak pada objek
penelitian.
3. Kaji Pustaka
Pengambilan data melalui dokumen tertulis mamupun elektronik dari
lembaga/institusi. Dokumen diperlukan untuk mendukung kelengkapan
data yang lain.

3.2.Waktu dan Tempat Penelitian


Hari : Minggu-Senin
Tanggal : 22-23 April 2018
Tempat : Karst Rajamandala, bawah Jembatan Cisomang, Cikao Park, dan
Pantai Kejawanan.

3.3.Alat dan Bahan Penelitian


1. Handphone
2. Alat tulis
3. Instrument Praktikum

iv
BAB IV

PEMBAHASAN

2.1.Karst Raja Mandala

Gambar 2

Karst Rajamandala terletak pada koordinat 107o 27’ 51,18’’ BT/ 6o


48’ 47,77’’LS. Karst Rajamandala jika dilihat dari bentukna lahannya
termasuk kedalam bentukan lahan karst dengan batu gamping berlapis,
daerah ini memiliki kemiringan lereng sebesar 33 o dan memiliki lereng ang
cekung. Tipe batuan di daerah ini adalah batuan sedimen kompal yang
pembagiannya dapat didasarkan pada ketebalan dan perubahan lapisan
dengan memiliki ketebalan 600-2000 mm atau berlapis tebal.
Karst Rajamandala ini memiliki karakteristik tanah yang
berhumus serta permukaan tanah yang berkelrikil atau berbatu gamping pasir.
Daerah ini memiliki kandungan humus pada tanahnya didasarkan pada
banyaknya vegetasi yang tumbuh pada daerah ini. Tipe karst pada daerah ini

iv
termasuk gamping klastik. Pada daerah Karst Rajamandala sering terjadi
masswasting dan erosi alami, yang mengakibatkan adanya penguranganmasa
batuan di daerah ini.
Tipe vegetasi yang terdapat pada daerah karst ini adalah
didominasi oleh semak belukar atau orok-orok dengan kepadatan penutuoan
vegetasi yang sedang karena pada daerah ini sebagian tertutupi oleh semak
yang kecil-rapat dan sebagian oleh semak belukar.

2.2.Bawah Jemabatan Cisomang


Jembatan Cisomang terletak pada koordinat 06o42’04’’
LS/170o36’00’’ BT. Bentukan lahan yang terdapat di daerah ini adalah
vulkanik dengan kemiringan lereng 20o kearah selatan.
Pada daerah ini pun di temukan jenis tanah shale atau lumpur yang
yang terbentuk dari pelapukan batuan sedimen berbutir halus dengan
kadungan mineral lanau dan lempung. Mineral lempung dalam beberapa tanah
shale memiliki kemampuan untuk menyerap dan melepaskan air dalam jumlah
yang relatif besar dan perubahan kadar air ini biasanya diikuti dengan
perubahan volume tanah. Singkatnya, tanah clayshale adalah tanah yang
mampu mengembang dan menyusut jika kadar air di dalamnya berubah. Oleh
karena itu dapat dikatakan juga bahwa tanah clayshale adalah tanah yang
ekspansif.
Tipe penutupan vegetasi di daerah ini adalah kurang atau sangat
sedikit. Hla ini di karenakan daerah in iyang dominan tertutupi oleh lumpur
maka sangat sulit untuk jenis vegetasi untuk tumbuh di daerah ini.
Jembatan Cisomang dibangun pada tahun 2002 dengan tipe
jembatan Gelagar Pratekan Indonesia (GBI). Jembatan Cisomang adalah
jembatan yang melintasi sungai Cisomang, secara proses Jembatan Cisomang
dipengaruhi oleh patahan hal tersebut dibuktikan dengan cirri-ciri :
1. Keberadaan lereng yang terjal
2. adanya kelurusan
3. adanya gawiran tebing yang relative terjal
iv
4. longsoran terjadi sangat intensif
5. pemunculan mata air
Jembatan Cisomang merupakan jembatan yang beruparangkaian
bukit lembah yang berulang-ulang yang merupakan bentukan structural.
jembatan cisomang sering terjadi pergeseran pondasi yang disebabkan karena
peristiwa rayapan dan longsoran. kondisi tanah di sekitaran jembatan
Cisomang padat, ini mengidentifikasikan bahwa batuan yang ada adalah
batuan vulkanik.
Untuk meminimalisir peristiwa rayapan dan longsoran, dibuatlah
rekayasa teknologi menggunakan semen berkualitas tinggi dengan cara
disemprotkan. bentukan tebing jembatan cisomang juga mengandung lapisan
impermeable yang berupa claystone. Claystone merupakan batuan sedimen
klastik yang terdiri dari partikel tanah liat yang sangat halus, yang telah
disemen sehingga menjadi batuan keras.
Ttanah fondasi jembatan cisomang juga kemungkinan besar
mengandung lapisan clayshale, yang merupakan lumpur yang terbentuk dari
pelapukan batuan sedimen dengan kandungan mineral lanau dan lempung.
mineral lempung memiliki kemampuan untuk menyerap dan melepaskan
airdalam jumlah yang relative besar dan perubahan kadar air ini diikuti dengan
perubahan volume tanah. Oleh karena itu tanah clayshale adalah tanah
ekspansif yang dapat menyebabkan berbagai kerusakan pada struktur yang
berada di atas atau di dalamnya.

2.3.Cikao Park
Cikao Park terletak pada koordinat 170o 27’ 1.84’’ BT/ 6o 34’
55.81’’ LS. Bentukan lahan yang terdapat di daerah ini adalah lembah
landai dan alluvial. Tipe erosi yang terjadi pada sungai Cikao ini terbilang
cukup besar dengan aktivitas erosi sedimen sungai. Penggunaan lahan
pada daerah ini adalah di jadikannya tempat wisata dan persawahan.
Sebelum kami melakukan pengamatan di Cikao Park, dalam
perjalanan ke sana kami berhenti pada dua titik pemberhentian.
iv
a. Antiklinatorium Bogor

Gambar 3

Pada titik pertama ini, kami mengamati suatu bentukan struktural yang
merupakan batuan inrtusi yang tersingkap dan merupakan bentuk struktur
lipatan. Bentukan asal batuan ini adalah vulkanik.perbukitan intrusi
berwarna merah ini menunjukan batuan beku yang merupakan rangkaian
batuan beku. Komposisi batuan beku andesit berwarna cerah mengandung
mineral felsic, dimana batuan ini dimanfaatkan untuk sumber penbuatan
gerabah (kawasan industri gerabah klereng). Pelapukan yang terjadi
adalah pelapukan kimiawi yang banyak mengandung plagioklas lalu lapuk
menajadi clay.
Daerah ini termasuk kedalam zona fisiografis Bogor dengan
batuan sedimen terlipat zaman miosen yang terbentuk dari struktur lipatan
sinklina dan antiklin. Terobosan magma yang dihasilkan ini bisa
membawa bahan ekonomis. Bagian yang berwarna putih, adalah daerah
yang sudah tereksplorasi (contoh:tambang kuari). Pada bagian ini bagian
lahan relatif dasar nmaun pada bagian lain relative meruncing. Hal ini
iv
terjadi akibat adanya perbedaan morfologi batuan. Gunung ini berbentuk
lakolit, terdapat pula sill yang menajang dan tipis, namun gunung ini
relative menyendiri, pada bagian belakangnya terdapat kubah atu dome,
hal ni terjadi karena adanya proses erosi yang sangat kuat.
b. Sungai Purba Cikao
Pada lokasi kedua ini, kami ngengamati prodak peristiwa
fluvial. Pada mulanya terdapat perbukitan namun makin kesini semakin
datar. Kombinasi sawah dengan lahan kering secara morfologi termasuk
kedalam sistem DAS tenang. Ketika peristiwa fluvial yaitu badload,
materi batuan yang dicirikan peristiwa fluvial tumpul dan ketika akan
diangkut akan terjadi peristiwa gesekan yang menyebabkan batu relative
tumpul. Daerah ini termasuk DAS tengah karena terjadi pemilahan butir
atau sirting, di hulu batu relative besar sedangkan semakin ke hilir batu
semakin kecil. Hal ini terjadi karena adanya peristiwa pengangkatan yang
menyebabkan proses fluvial. Batuan berasal dihulu lalu terjadi proses
sortsi akibat debit sungai.
Diameter rata-rata dari sediman werounded bundaran batuan
baik sortasi buruk karenabutirannya beraneka ragam terjadi pangangkatan
beraneka ragam. Erosi relative dater, dalam tektonik termasuk antiklinal.
Daerah ini termasuk daerah lembah antiklinal dan juga termasuk sugai
purba yang meupakan bagian dari Sungai Cikaopark. Disini terdapat
batuan beku andesit yang terang dan gelap dan banyak mengandung
mineral mafic andesit basaltic. Ukuran berbagai macam dinamika sungai
sangat kuat tektoniknya. Disini terdapat endapan teras sungai dimana
seharusnya berada di tengah namun ini berada di pinggir. Daerah alluvial
cenderung membawa subur jika ditanami.

2.4.Pantai Kejawanan
Daerah Laut Jawa ke utara berpotensi migas. Daerah ini pun
termasuk paerah paparan Sunda. Kedalaman laut di Pantai Kejawanan ini
kurang dare 200 meter sehingga memungkinkan plankton-plankton hidup.
iv
Pantai Kejawanan ini tersusun dari endapan sungai. Tipe tanah berlumpur,
tanah tererosi dare zona bogor mengandung banyak unsur hara, dan jenis
tanah clay/ lempung dengan umur tanah yang muda karena hasil sedimentasi.

Gambar 4

Daerah Laut Jawa ke utara berpotensi migas. Daerah ini pun


termasuk daerah paparan Sunda. Kedalaman laut di Pantai Kejawanan ini
kurang dare 200 meter sehingga memungkinkan plankton-plankton hidup.
Pantai Kejawanan ini tersusun dari endapan sungai. Tipe tanah berlumpur,
tanah tererosi dare zona bogor mengandung banyak unsur hara, dan jenis
tanah clay/ lempung dengan umur tanah yang muda karena hasil
sedimentasi.
Berdasarkan fisiografinya Pantai Kejawanan ini plat/ hampir
rata, relati ftidak ada tonjolan. Termasuk bentang lahan alluvial. Jika
dilihat dare geologinya, Pantai Kejawanan ini termasuk daratan alluvial
yang berdasar dari erosi hasil endapan alluvial yang berukuran halus.
Penamaan geologi pantai yaitu pantai dengan karakteristik
lumpur, sedimen lumpur ini membuat air menjadi keruh yang diakibatkan
iv
oleh sedimen-sedimen dari massaSungai Cisanggaru dan Sunagi Cimanuk
lalu terendapkan dipantai sehingga menyisakan lumpur atau clay.dan
ketika puluhan juta tahun yang lau pantai utara jawa Khususnya di Pantai
Kejawanan ini adalah daerah cebakan minyak dan gas.

iv
BAB IV
KESIMPULAN

4.1.Kesimpulan
Kami melakukan penelitian pada beberapa plot, untuk mengkaji
serta menganalisis bentukan geologi dan geomorfologi serta proses
pembentukannya. Plot yang kami kunjungi, yaitu:

1. Karst Raja Mandala


Karst Rajamandala jika dilihat dari bentukna lahannya
termasuk kedalam bentukan lahan karst dengan batu gamping berlapis,
daerah ini memiliki kemiringan lereng sebesar 33o dan memiliki lereng
ang cekung. Tipe batuan di daerah ini adalah batuan sedimen kompal
2. Bawah Jemabatan Cisomang
Pada daerah ini pun di temukan jenis tanah shale atau lumpur
yang yang terbentuk dari pelapukan batuan sedimen berbutir halus
dengan kadungan mineral lanau dan lempung.
3. Cikao Park
• Antiklinorium Bogor
Bentukan struktural yang merupakan batuan inrtusi yang
tersingkap dan merupakan bentuk struktur lipatan. Bentukan asal
batuan ini adalah vulkanik.perbukitan intrusi
Daerah ini termasuk kedalam zona fisiografis Bogor
dengan batuan sedimen terlipat zaman miosen yang terbentuk dari
struktur lipatan sinklina dan antiklin.
• Sungai Purba Cikao
Prodak peristiwa fluvial yang termasuk daerah lembah antiklinal dan
juga termasuk sugai purba yang meupakan bagian dari Sungai
Cikaopark
4. Pantai Kejawanan

iv
DAFTAR PUSTAKA

Sumber Internet
Saputra, Choirul S. (2017). Analisis Singkat Jembatan Cisomang. (Online).
Diakses dari https://choirulrama.wordpress.com/2017/01/09/analisis-
singkat-jembatan-cisomang/ pada tanggal 20 Mei 2018

Linnas, Khoirunnas A. (2011). Geoomorfologi Derah Karst Solusional. (Online).


Diakses pada http://geoenviron.blogspot.co.id/2011/11/geomorfologi-
daerah-karst-solusional.html. Pada 20 Mei 2018

Adnan Sobih. (2016). Menyelamatkan Indahnya Pantai Kejawanan. (Online).


Diakses pada
http://jabar.metrotvnews.com/read/2016/01/22/473044/menyelamatkan
-indahnya-pantai-kejawanan. Pada 20 Mei 2018

Sadewo, Djati W. (______).Analisa Morfologi Perbedaan Pantai Utara dan Pantai


Selatan Jawa Dengan Menggunakan Sample Pantai Marina dan Pantai
Parangtritis. (Online). Diakses pada
https://dokumen.tips/documents/analisa-perbedaan-morfologi-pantai-
utara-dan-selatan-jawa.html. Pada tanggal 20 Mei 2018

Sumber Buku

Adiwikarta, S. dkk. 1989. Dasar-Dasar Geomorfologi. Bandung: Jurusan


Pendidikan Geografi. Fakultas Pendidikan Ilmu Pengetahuan Sosial.
Institut keguruan dan Ilmu Pendididkan.

iv

Anda mungkin juga menyukai