http://himeworm.blogspot.com/2012/02/12-ordo-tanah.html
EROSI BO
1. Tekstur tanah.
2. Permeabilitas tanah.
3. Ketebalan atau solum tanah.
4. Kemiringan lereng.
5. Tingkat erosi.
6. Penyaluran air.
Tekstur tanah didefinisikan sebagai perbandingan delatif berbagai golongan besar partikel
tanah dalam suatu massa tanah, terutama perbandingan antara fraksi-fraksi pasir, debu, dan
lempung.
Pasir, debu dan lempengan disebut partikel zarah tanah. Berdasarkan ukurannya (diameter
butirnya), partikel tanah dikelompokkan menjadi tiga fraksi, yaitu fraksi tanah, fraksi debu, dan
fraksi lempung. Butir-butir tanah ataubatuan yang berdiameter di atas 2 mm disebut gravel dan
tidak termasuk fraksi tanah.
Kalau unsur-unsur tanah hanya terdiri dari butiran butiran pasir, tekstur tanah itu kasar.
Sebaliknya bila unsur-unsur tanah hanya terdiri dari lempung, tekstur tanah yang idela untuk
pertanian adalah gelug, yaitu tanah yang lekat. Dalam pembuatan kerajinan keramik, bata, dan
genteng, fraksi lempung sangat diperlukan. Penentuan kelas tekstur tanah dapat dilakukan
dengan pedoman seperti grafik.
Faktor lain yang perlu diperhatikan dalam pengolahan lahan pertanian ialah produktivitas
tanah pada lingkungan yang normal untuk menghasilkan tanaman tertentu. Contoh: tingkat
produktivitas tanah bila ditanami padi adalah 5 ton/ha. Jadi produktivitas tanah menunjukkan
tingkat produksi dan tiap satuan luas untuk tanaman tertentu.
Tingkat produktivitas tanah sangat dipengaruhi oleh kesuburan tanah, curah hujan, suhu,
kelembaban udara, system pengolahan lahan, dan pemilihan jenis tanaman. Upaya peningkatan
produktivitas lahan ini disebut program Panca usaha tani yang meliputi:
1. Pengolahan lahan.
2. Pengairan.
3. Cara pemupukan.
4. Pemberantasan hama dan penyakit
5. Teknik penanaman
Lahan potensialtersebar di tiga wilayah utama daratan, yaitu di daerah pantai, dataran
rendah, dan dataran tinggi. Lahan-lahan di wilayah pantai didominasi oleh tanah alluvial (tanah
hasil pengendapan). Tanahini cukup subur karena banyak mengandung mineral-mineral yang
diangkut bersama lumpur oleh sungai kemidian diendapkan di daerah muara sungai.
Mulai dataran pantai sampai ketinggian 300 m dari permukaan laut merupakan areal
lahan dataran rendah. Bila curah hujannya cukup memadai, zona dataran rendah ini merupakan
wilayah lahan hutan hujan tropis yang sangat subur.
Mulai ketinggian 500 meter di atas permukaan laut merupakan wilayah tanah tinggi,
kondisi wilayahnya merupakan lahan bergelombang, berbukit-bukit sampai daerah pegunungan.
Bagi daerah-daerah tanah tnggi yang dipengaruhi oleh gunung berapi,kondisi lahannya di
dominasi oleh tanah vulkanik yang subur yang terkandung mineral haranya cukup tinggi.
Daerah pegunungan yang memiliki curah hujan tinggi, merupakan daerah yang rawan
erosi tanah. Selain proses erosi, di daerah-daerah yang memiliki crah hujan tinggi keadaan
tanahnya biasanya berwarna merah kecoklatan (pucat), karena unsure-unsur hara dan humusnya
banyak tercuci dan terhanyutkan oleh air hujan. Jenis tanah ini kurang subur. Conth tanah yang
sudah banyak mengalami pencucian di antaranya tanah latosol dan tanah podzolik serta tanah
laterit.
Upaya-upaya pelestarian dan peningkatan manfaat lahan-lahan potensial dilaksanakan antara
lain dengan cara berikut.
1. Merencanakan penggunaan lahan yang digunakan manusia.
2. Menciptakan keserasian da keseimbangan fungsi dan intensitas penggunaan lahan dalam wilayah
tertentu.
3. Merencanakan penggunaan lahan kota agar jangan sampai menimbulkan dampak pencemaran.
4. Menggunakan lahan seoptimal mungkin bagi kepentinganmanusia.
5. Memisahkan penggunaan lahan untuk permukiman, industry, pertanian, perkantoran, dan usaha-
usaha lainnya.
6. Membuat peraturan perundang-undangan yang meliputi pengaliahn hak atas tanah untuk
kepentingan umum dan peraturan perpajakan.
7. Melakukan pengkajian terhadap kebijakan tata ruang, perijinan, dan pajak dalam kaitannya
dengan konversi penggunaan lahan.
8. Menggnakan teknologi pengolahan tanah, penghijauan, reboisasi, dan pembuatan sengkedan di
aderah pegunungan.
9. Perlu usaha pemukiman penduduk dan pengendalian peladang berpindah.
10. Mengelola dengan baik daerah aliran sungai, daerah pesisir, dan daerah di sekitar lautan.
PENUTUP
KESIMPULAN
Bahwa terjadinya erosi tanah disebakan oleh:
Tanah gungul atau tidak ada tanamannya.
Tanah miring tidak dibuat teras-teras dan guludan sebagai penyangga air dan tanah yang larut.
Tanah tidak diberi tanggul pasangan pasangan sebagai penahan erosi.
Tanah di kawasan hutan rusak karena pohon-pohon ditebang secara liar sehingga hutan menjasi
gundul.
Permukaan tanah yang berlumpur digunakan untuk penggembalaan liar sehingga tanah atas
semakin rusak
Lapisan tanah atas merupakan bagian optimum bagi kehidupan tumbuh-tumbuhan.
Kemiringan lereng adalah kemiringan suatu lahan terhadap hiding horizontal. Semakin besar
sudut kemiringan lahan tertentu akan semakin besar kemungkinan erosi dan longsor.
kestabilan lahan pertanian daerah miring dan untuk mengurangi tingkat erosi tanah, maka
diperlukan beberapa langkah berikut.
1. Terasering, Yaitu menanam tanaman dengan system berteras-teras untuk mencegah erosi tanah.
2. Contour Farming, yaitu menanami lahan menurut garis kontur, sehingga perakaran dapat menahan
tanah.
3. Pembuatan tanggul pasangan(guludan) untuk menahan hasilm erosi.
4. Contour Plowing, yaitu membajak searah garis contur sehingga terjadi alur-alur horizontal.
5. Contour Strip Cropping, yaitu bercocok tanam dengan cara membagi bidang tanah itu dengan
bentuk sempit dan memanjang dengan mengikuti garis kontur sehingga bentuknya berbelok-
belok. Masing–masing ditanami tanaman yang berbeda-beda jenisnya secara berselang-seling
(tumpang sari).
6. Crop Rotation, yaitu usaha pergantian jenis tanaman supaya tanah tidak kehabisan salah satu unsur
hara akibat diisap terus oleh salah satu jenis tanaman
7. Reboisasi, menanami kembali hutan- hutan yang gundul.
SARAN
Saran yan g dapat saya sampaikan agar kita dapat menjaga lingkungan kita agar erosi itu
dapa dicegah. Karena apabila terjadi erosi kerugian-kerugian akan muncul diantaranya bisa saja
terjadi gagal panen, banjir,tanah longsor dll.
DAFTAR PUSTAKA
TPDAS-IBB. 2002. Lahan kritis. Balai Penelitian dan Pengembangan Teknologi Pengelolaan Daerah lahan indonesia
Bagian Barat. Balitbang Kehutanan. Surakarta
Carolyn.2007. erosi tanah .http://salam.leisa.info/index.php?url. Diakses pada tanggal 2 Mei 2010 pukul 16.50 WIB.
Widada, 2001. Erosi tanah dan Upaya Pengeolaan Lahan. http://www.azack.com/PPS702- ipb/03112/widada.htm.
Diakses pada tanggal 2 Mei 2010 pukul 15.30 WIB.
http://kuliahitukeren.blogspot.com/2011/03/erosi-tanah-dan-dampaknya-terhadap.html
Erosi adalah proses penghancuran dan pengangkutan pertikel-partikel tanah oleh tenaga erosi
(presipitasi,Angin) Proses erosi oleh air butiran air hujan mengenai tanah --> hancurnya agregat
tanah terlepasnya partikel-partikel tanah--> Partikel-partikel tanah menyumbat pori-pori tanah-->
Menurunkan kapasitas dan laju infiltrasi--> laju permuka'an--> energi pengangkut.
erosi fisik kimia -------> Bila aliran energi permukaan tidak mampu lagi mengangkut pastikel
tanah-->partikel tanah di endapkan.
Tanah yang termasuk ordo Ultisol merupakan tanah-tanah yang terjadi penimbunan liat di
horison bawah, bersifat masam, kejenuhan basa pada kedalaman 180 cm dari permukaan tanah
kurang dari 35%. Padanan dengan sistem klasifikasi lama adalah termasuk tanah Podzolik Merah
Kuning, Latosol, dan Hidromorf Kelabu. Seperti dibawah ini :
Fisik: Kimia:
Faktor Kendala
Cara Pengendalian
Lokasi/ Ha
Ultisol di Indonesia yang mempunyai sebaran luas, mencapai 45.794.000 ha atau sekitar 25%
dari total luas daratan Indonesia (Subagyo et al. 2004).
Entisols
Tanah yang termasuk ordo Entisol merupakan tanah-tanah yang masih sangat muda yaitu baru
tingkat permulaan dalam perkembangan. Tidak ada horison penciri lain kecuali epipedon ochrik,
albik atau histik. Entisol terjadi di daerah dengan bahan induk dari pengendapan material baru
atau di daerah-daerah tempat laju erosi atau pengendapan lebih cepat dibandingkan dengan laju
pembentukan tanah. Kata Ent berarti recent atau baru. Padanan dengan sistem klasifikasi lama
adalah termasuk tanah Aluvial atau Regosol.
Faktor Kendala
1. Iklim yang sangat ekstrim basah atau kering, sehingga perombakan bahan induk terhambat.
2. Bahan induk yang sangat resisten terhadap pelapukan, misalnya kuarsa.
3. Adanya faktor erosi yang selalu menggerus epipedon, sehingga tidak pernah terbentuk horison
iluviasi.
Cara Pengendalian
Lokasi/ Ha
1. Entisol merupakan tanah yang tersebar luas di permukaan bumi mulai dari kutub sampai
dengan daerah ekuator.
2. Luas areal entisol sekitar 10,6 % dari luas kepulauan Indonesia.
3. Jenis tanah ini bnyak ditemukan di Irian Jaya (5.6 juta ha)Kalimantan Tengah(1.54 juta
ha),Sumatera Selatan(1.27 juta ha) dan NTT (0.91 juta ha).
1. Untuk entisol yang disawahkan memerlukan upaya pemantauan dari satu periode ke periode
lainnya, dikhawatirkan timbulnya degradasi akibat budidaya
2. Pertanian yang dikembangkan di tanah ini sebaiknya adalah padi sawah secara monokultur
atau digilir dengan sayuran/palawija
3. Entisol yang tergolong suborder Psamment di mana tekstur pasir sangat mendominasi, maka
pemanfaatannya diarahkan kepada kawasan lindung mutlak.
4. Pertanian yang dikembangkan di tanah ini sebaiknya adalah padi sawah secara monokultur
atau digilir dengan sayuran/palawija
Histosols
2. Berwarna kroma mantap atau meningkat dengan bertambahnya kedalaman dan mempunyai
warna kurang dari 3.
8. Tanah yang termasuk ordo Histosol merupakan tanah-tanah dengan kandungan bahan
organik lebih dari 20% (untuk tanah bertekstur pasir) atau lebih dari 30% (untuk tanah bertekstur
liat). Lapisan yang mengandung bahan organik tinggi tersebut tebalnya lebih dari 40 cm. Kata
Histos berarti jaringan tanaman. Padanan dengan sistem klasifikasi lama adalah termasuk tanah
Organik atau Organosol.
Faktor Kendala
1. pH rendah.
2. Jenuh air.
3. Drainase jelek.
4. Air tanah dangkal.
5. Daya penyangga mekanis jelek.
6. Miskin unsur hara.
7. Mudah terbakar.
Cara Pengendalian
1. Pengapuran.
2. Pemupukan unsure makro dan mikro.
3. Pembuatan saluran drainase.
4. Dijadikan kawasan konservasi.
5. Tidak menebang dan membabat vegetasi didaerah tersebut.
Lokasi/ Ha
Histosols tersebar hampir diseluruh dunia meskipun hanya meliputi 2% dari luas
dunia.Sebagaian besar tersebar di Asia Selatan pada daerah tropika basah dan konsentrasi di
sekitar flat sunda(Malaysia dan Kalimantan)lebih dari 20 juta ha .17 juta ha berada di Indonesia
meliputi sumatera 9,7 juta ha dan Kalimantan 6,3 juta ha.
1. Padi sawah.
2. Tanaman semusim dan tanaman tahunan dapat dibudidayakan pada lahan gambut tetapi
yang paling berhasil atau menunjukkan harapan adalah tanaman sayuran seperti : buncis,
kacang panjang, bayam. Tanaman buah-buahan (seperti nanas, pepaya dan rambutan).
Dan tanaman perkebunan (terutama kelapa, kelapa sawit, kopi dan karet)
Inceptisols
1. Tanah dengan horison bawah penciri kambik, telah terdapat proses pembentukan tanah
alterasi.
2. Kenaikan liat pada horison B dan perubahan warna (hue dan croma bertambah tinggi)
3. Tekstur beragam dari kasar hingga halus (tergantung pada tingkat pelapukan bahan
induknya)
4. Cukup subur.
5. Kedalaman efektif beragam dari dangkal hingga dalam.
6. Merupakan tanah yang belum matang (immature) yang perkembangan profilnya lebih
lemah dibanding dengan tanah matang dan masih banyak menyerupai sifat bahan
induknya.
Faktor Kendala
Cara Pengendalian
Lokasi/ Ha
Inceptisols ditemukan hampir diseluruh daratan Indonesia yaitu Irian Jaya(15.49 juta
ha),Kalimantan Timur(6.12 juta ha),Kalimantan Tengah(4.21 juta ha), dan Maluku(4.0 juta ha).
Pada umumnya inceptisols di Indonesia digunakan untuk pertanaman padi sawah dan sebaiknya
untuk tanaman budidaya yang semusim apabila didaerah yang kemiringannya datar. untuk
bercocok tanam hortikultura tanaman pangan, sampai dikembangkan sebagai lahan-lahan
perkebunan besar seperti sawit, kakao, kopi, dan lain sebagainya, bahkan pada daerah-daerah
yang eksotis, dikembangkan pula untuk agrowisata.
Alfisols
Cara Pengendalian
Lokasi/ Ha
Penggunaan Alfisol di Indonesia diusahakan menjadi pesawahan (padi) baik tadah hujan atau
pun berpengairan,perkebunan(buah-buahan ),tegalan, hutan produsi(sengon) dan pedang rumput.
Vertisols
1. Tanah yang termasuk ordo Vertisol merupakan tanah dengan kandungan liat tinggi (lebih
dari 30%) di seluruh horison, mempunyai sifat mengembang dan mengkerut. Kalau
kering tanah mengkerut sehingga tanah pecah-pecah dan keras. Kalau basah
mengembang dan lengket. Padanan dengan sistem klasifikasi lama adalah termasuk tanah
Grumusol atau Margalit.
2. Tanah Vertisol memiliki kapasitas tukar kation dan kejenuhan basa yang tinggi. Reaksi
tanah bervariasi dari asam lemah hingga alkaline lemah; nilai pH antara 6,0 sampai 8,0.
pH tinggi (8,0-9,0) terjadi pada Vertisol dengan ESP yang tinggi.
3. Vertisol menggambarkan penyebaran tanah-tanah dengan tekstur liat dan mempunyai
warna gelap, pH yang relatif tinggi serta kapasitas tukar kation dan kejenuhan basa yang
juga relatif tinggi.
Faktor Kendala
1. Vertisol pada umumnya memiliki tekstur liat, kandungan liat berkisar antara 35% hingga
90% dari total tanah. Kandunga liat di seluruh lapiran tanah bukan merupakan pross
translokai melainkan berasal dari bahan induk.
2. Terjadi rekahan saat musim kemarau.
3. Kejenuhan basa tinggi, KTK yang tinggi, tekstur yang relative halus, permeabilitas yang
rendah dan pH yang relative tinggi dan status hara yang tidak seimbang.
4. Pada umumnya Vertisol juga defisiensi P. Setelah N, unsure P merupakan pembatas hara
terbesar pada Vertisol. Kekurangan unsure P jika kandungan P kurang dari 5 ppm.
Cara Pengendalian
Lokasi/ Ha
Tanah-tanah ini banyak ditemukan kebanyakan di NTT(0.198 juta ha),Jawa Timur(0.96 juta
ha),NTB(0.125 juta ha),Sulawesi Selatan(0.22 juta ha),dan Jawa Tengah(0.4 juta ha).
1. Kapas,seringkali air melalui irigasi dan dapat tumbuh pada kisaran yang luas.
2. Sorgum,pensetum dan sesame, dapat tumbuh pada curah hujan 200mm/tahun atau lebih
besar.
3. Padi dengan sistem irigasi yang sudah baik.
4. Tanaman-tanaman lain yang terdapat adalah jagung,rumput makanan ternak,bunga
matahari,risius,gula beet,tembakau.
Andisols
1. Berkembang dari bahan induk abu vulkan, batu apung (pumice) dan sinder.
2. Banyak mengandung mineral dalam tanah.
3. Potensi fiksasi fosfat tinggi.
4. Daya menahan air tinggi.
5. Porositas tinggi dan permeabilitas cepat.
6. Berat Isi tanah rendah.
7. Ketebalan solum antara 100 sampai 225 cm.
8. Warna hitam, kelabu sampai coklat tua.
9. Tanah mineral dengan sifat andik.
10. Tanah mineral yang tidak memiliki horison argilik, natrik, spodik dan oksik.
11. Mempunyai satu atau lebih dari : epipedon histik, molik, umbrik,
Faktor Kendala
Cara Pengendalian
Lokasi/ Ha
Total luasan sekitar 5.39 juta ha atau 2.9% dari lahan yang ada di Indonesia dengan penyebaran
Sumatera Utara (1.06 juta ha),Jawa Timur(0.73 juta ha),Jawa Barat(0.50 juta ha),Jawa
Tengah(0.45 juta ha),dan di Maluku(0.32 juta ha).
Dari semua pemanfaat tersebut dilakukan kajian yang intesif terhadap kemiringan lahan agar
tidak terjadi erosi yang tinggi.
Oxisols
Tanah yang termasuk ordo Oxisol merupakan tanah tua sehingga mineral mudah lapuk tinggal
sedikit. Kandungan liat tinggi tetapi tidak aktif sehingga kapasitas tukar kation (KTK) rendah,
yaitu kurang dari 16 me/100 g liat. Banyak mengandung oksida-oksida besi atau oksida Al.
Berdasarkan pengamatan di lapang, tanah ini menunjukkan batas-batas horison yang tidak jelas.
Tanah yang memiliki horizon oksik atau kandik dengan cadangan mineral yang sedikit. Padanan
dengan sistem klasifikasi lama adalah termasuk tanah Latosol (Latosol Merah & Latosol Merah
Kuning), Lateritik, atau Podzolik Merah Kuning. Diuraikan dibawah ini :
Fisik:
1. Tekstur oxisol sedang hingga halus, memiliki kandungan debu yang sangat rendah.
2. Rasio antara debu terhadap lempung atau liat pada suatu sample tanah berada di bawah
0,15.
3. Bulk density rendah, berkisar antar 1-1,3 gr/cm3.
4. Kemampuan menahan airnya rendah jika di bandingkan dengan tanah yang lain.
Kimia:
Faktor Kendala
Cara Pengendalian
1. Tidak menggangu tanaman alami pada tanah oxisols, didaerah yang berlereng.
2. Membuat irigasi untuk suplai air.
3. Pemupukan tanah agar suplai unsur hara yang di butuhkan tersedia.
4. Memperbaiki sifat kimia dengan cara pengapuran dan penambahan BO.
Lokasi/ Ha
Tanah-tanah sudah tua total luas tanah ini sekitar 14.11 juta ha atau 7.5% dari total lahan
Indonesia dam menyebar di Sumatera Selatan (2.82 juta ha),Irian Jaya (2.41 juta ha),Kalimantan
Tengah(2.06 juta ha),Kalimantan Barat (1.79 juta ha),Jambi(1.14 juta ha) dan Lampung(1.01 juta
ha).
Spodosol
1. Tanah yang termasuk ordo Spodosol merupakan tanah dengan horison bawah terjadi
penimbunan Fe dan Al-oksida dan humus (horison spodik) sedang, dilapisan atas terdapat
horison eluviasi (pencucian) yang berwarna pucat (albic). Padanan dengan sistem
klasifikasi lama adalah termasuk tanah Podzol.
2. Adanya lapisan pasir masam berwarna putih abu-abu ( horizon albik ) di atas lapisan
lempung berpasir yang berwarna gelap
3. Terbentuknya tanah ini pada bahan induk pasir kuarsa dipercepat oleh adanya vegetasi
yang menghasilkan seresah masam.
Faktor Kendala
Cara Pengendalian
Lokasi/ Ha
Luas penyebaran tanah darat lebih kurang 200 juta ha.dengan luas dan penyebaran kemapuan
wilayah seluas 162,335 juta ha.atau81% tersebar di Sumatera(47,270 juta ha),Kalimantan
(53,966 juta ha),Sulawesi(18,904 juta ha)dan Irian Jaya(42,195 juta ha),Dari 162,335 juta ha.luas
daratan tersebut 124,044 juta ha berwujud tanah kering dan 38,291 juta ha berwujud tanah basah.
Ø Usaha Pertanian Yang Cocok
Mollisols
Tanah yang mempunyai horison (lapisan) permukaan berwarna gelap yang mengandung bahan
organik yang tinggi. Tanah ini kaya akan kation-kation basa, oleh karena itu tanah ini juga
tergolong sangat subur. Mollisol secara karakter terbentuk di bawah rumput dalam iklim yang
sedang. Agregasi tanah baik, sehingga tanah tidak keras bila kering.
Sifat Fisik
1. Memiliki warna gelap, kroma velue kurang dari 3,5 (lembab) dan kurang dari 5,5
(kering).
2. Struktur gembur tidak keras, berbentuk prisma
3. Tekstur halus sampai sedang.
Sifat Kimia
Faktor Kendala
Cara Pengendalian
Lokasi/ Ha
Irian jaya, NTT, Kalimantan timur, Sulawesi tangah, dan Jawa timur.
Cocok untuk usaha budidaya tanaman semusim yang memiliki akar pendek seperti jagung,
kacang tanah, dan padi.
Aridisols
Reaksi-eaksi fisik, kimia dan biologi berjalan lambat karena kurangnya air. Akibatnya aridisol
merupakan tanah yang memiliki sifat hampir sama dengan bahan induknya. Aridisol memiliki
KB tinggi karena rendahnya proses pencucian. Aridisol memiliki kandungan bahan organik yang
rendah dan tidak adanya proses feritisasi. Serta tidak ditemukannya horizon eluviasi. Pada
beberapa aridisol, di permukaan tanah sering ditemukan adanya gravel pavement. Ditemukanya
caliche atau lapisan akumulasi karbonat, ini terjadi karena CaCO3 di endapkan oleh air perkolasi
yang mulai habis. Selain itu juga ditemukan horizon salik dan natrik
Faktor Kendala
Cara Pengendalian
Lokasi/ Ha
Di Indonesia tanah jenis ini hamper tidak ditemukan. Bahan induk tanah ini adalah batu
kapur.Adapun di jumpai hanya sedikit tersebar di daerah Sumatera, Kalimantan, Sulawesi, dan
Papua.
karena lingkungannya yang kering, Aridisol termasuk sangat sulit dimanfaatkan sebagai lahan
untuk bercocok tanam. Tetapi dapat dilakukan budidaya tanaman yang membutuhkan intensitas
cahaya matahari yang tinggi dan membutuhkan air yang sedikit, misalnya tebu dan nanas.
ORDO TANAH
1. ENTISOL
Ciri-ciri ;
Mencakup kelompok tanah alluvial, regosol dan litosol dalam klasifikasi dudal-supratohardjo.
Tipe ini di sepanjang aliran besar merupakan campuran mengandung banyak hara tanaman
sehingga dianggap subur. Tanah Entisol di Indonesia umumnya memberi hasil produksi padi
(misalnya : Kerawang, Indramayu, delta Brantas), palawija, tebu (Surabaya). Entisol yang
berasal dari abu-volkanik hasil erupsi yang dikeluarkan gunung-gunung berapi berupa debu,
pasir, kerikil, batu bom dan lapili. Selain itu berasal dari gunduk pasir yang terjadi di sepanjang
pantai, misalnya diantara Cilacap dan Parangtritis (selatan Yogyakarta), dan Kerawang.
Merupakan jenis tanah yang paling muda, biasanya berasal dari abu vulkan dan endapan
sedimen. Di Indonesia tanah ini banyak terdapat di sekitar daerah gunung berapi, biasanya
ditandai dengan dominasi pasir. Warnanya dominan kelabu dan biasanya lapis olahnya dangkal
dan kadang sudah bertemu batuan di bawahnya. Keunggulan jenis tanah ini secara fisik adalah
memiliki drainase dan aerasi yang baik. Kelemahan tanah ini adalah miskin bahan organik dan
juga hara tanah khususnya nitrogen. Pengelolaan untuk jenis tanah ini sebaiknya perlu
memperkaya bahan organiknya untuk memperbaiki struktur tanah yang porous dan juga sebagai
sumber hara N. Disamping itu juga meminimalkan kehilangan hara karena sifat porous tanah ini.
2. ULTISOL
Ciri-ciri ;
Tanah yang paling luas penyebarannya di Indonesia: Sumatera, Kalimantan, Sulawesi, Papua,
dan sebagian Jawa . sebaiknya tanah ini dihutankan atau untuk perkebunan seperti : kelapa sawit,
karet dan nanas. Tanah yang termasuk ordo Ultisol merupakan tanah-tanah yang terjadi
penimbunan liat di horison bawah, bersifat masam, kejenuhan basa pada kedalaman 180 cm dari
permukaan tanah kurang dari 35%. Padanan dengan sistem klasifikasi lama adalah termasuk
tanah Podzolik Merah Kuning, Latosol, dan Hidromorf Kelabu. Tanah ini sering dikenal dengan
PMK (Podsolik Merah Kuning). Memiliki lapisan akumulasi lempung. Tanah mineral telah
berkembang, solum (kedalaman) dalam, tekstur lempung hingga berpasir, struktur gumpal,
konsistensi lekat, bersifat agak asam (pH kurang dari 5.5), kesuburan rendah hingga sedang,
kejenuhan basa rendah, peka erosi. Tanah ini berasal dari batuan pasir kuarsa, tuf vulkanik,
bersifat asam. Tersebar di daerah beriklim basah tanpa bulan kering, curah hujan lebih dari 2500
mm/tahun. Kendala tanah ini adalah selain bersifat masam juga miskin
hara. Pengelolaan lebih diarahkan untuk meningkatkan pH tanah dan pemupukan K dan P.
3. INSEPTISOL
Tanah yang termasuk ordo Inceptisol merupakan tanah muda, tetapi lebih berkembang daripada
Entisol. Kata Inceptisol berasal dari kata Inceptum yang berarti permulaan. Umumnya
mempunyai horison kambik. Tanah ini belum berkembang lanjut, sehingga kebanyakan dari
tanah ini cukup subur. Padanan dengan sistem klasifikasi lama adalah termasuk tanah Aluvial,
Andosol, Regosol, Gleihumus, dll. Tanah ini sudah lebih berkembang dibandingkan dengan
Entisols.Tanah Inceptisols menyebar paling luas dibandingkan jenis tanah lainnya, yaitu sekitar
70,5 juta ha atau sekitar 37,5% dari luas daratan Indonesia. Tanah ini dapat dijumpai terutama di
pulau-pulau besar seperti: Sumatera,
Jawa, Kalimantan, Sulawesi, dan Papua. Yang perlu diperhatikan pada tanah ini adalah miskin K
dan biasanya pH tanah sangat masam-agak masam. Pengelolaan untuk tanah ini lebih pada
memperkaya K dan menetralkan pH.
4. ANDOSOL
Jenis tanah mineral yang telah mengalami perkembangan profil, solum agak tebal, warna agak
coklat kekelabuan hingga hitam, kandungan organik tinggi, tekstur geluh berdebu, struktur
remah, konsistensi gembur dan bersifat licin berminyak (smeary), kadang-kadang berpadas
lunak, agak asam, kejenuhan basa tinggi dan daya absorpsi sedang, kelembaban tinggi,
permeabilitas sedang dan peka terhadap erosi. Tanah ini berasal dari batuan induk abu atau tuf
vulkanik. Termasuk tanah yang subur,biasanya dimanfaatkan untuk persawahan terutama di
pulau Jawa. Sementara untuk tanaman lain seperti teh, tembakau, kopi, jagung dan buah-buahan.
Kendala pada tanah ini adalah terikatnya P pada mineral tanah sehingga tidak tersedia.
Pemupukan P sangat diperlukan pada tanah ini lewat daun sehingga tidak terikat mineral liat
tanah.
Tanah jenis ini berasal dari bahan induk abu vulkan. Penyebaran di daerah beriklim sedang
dengan curah hujan di atas 2.500 mm/ tahun tanpa bulan kering. Umumnya dijumpai di daerah
lereng atas kerucut vulkan pada ketinggian di atas 800 meter. Warna tanah jenis ini umumnya
cokelat, abu-abu hingga hitam. Tanah-tanah lain yang tidak mempunyai epipedon plaggen, tetapi
mempunyai :
1. Horison spodik yang batas atasnya pada kedalaman ≤ 2 m dari permukaan; atau
2. Horison plakik yang memenuhi semua persyaratan horison spodik kecuali ketebalan dan
indeks akumulasi dan terletak di atas frangipan, di atas horison spodik, atau di atas horison albik
yang terketak di atas frangipan.
5. ALFISOL
Tanah yang termasuk ordo Alfisol merupakan tanah-tanah yang terdapat penimbunan liat di
horison bawah (terdapat horison argilik)dan mempunyai kejenuhan basa tinggi yaitu lebih dari
35% pada kedalaman 180 cm dari permukaan tanah. Liat yang tertimbun di horison bawah ini
berasal dari horison di atasnya dan tercuci ke bawah bersama dengan gerakan air. Padanan
dengan sistem klasifikasi yang lama adalah termasuk tanah Mediteran Merah Kuning, Latosol,
kadang-kadang juga Podzolik Merah Kuning.
Tanah mempunyai perkembangan profil, solum sedang hingga dangkal, warna coklat hingga
merah, tekstur geluh hingga lempung, struktur gumpal bersudut, konsistensi teguh dan lekat bila
basah, pH netral hingga agak basa, kejenuhan basa tinggi, daya absorpsi sedang, permeabilitas
sedang dan peka erosi, berasal dari batuan kapur keras (limestone) dan tuf vulkanis bersifat basa.
Penyebaran di daerah beriklim sub humid, bulan kering nyata. Curah hujan kurang dari 2500
mm/tahun, di daerah pegunungan lipatan, topografi Karst dan lereng vulkan ketinggian di bawah
400 m. Kendala tanah ini adalah miskin N, P dan bahan organik, sehingga pengelolaannya lebih
diarahkan pada memperkaya N, P dan bahan organik.
Tanah yang termasuk ordo Alfisol merupakan tanah-tanah yang terdapat penimbunan liat di
horison bawah (terdapat horison argilik)dan mempunyai kejenuhan basa tinggi yaitu lebih dari
35% pada kedalaman 180 cm dari permukaan tanah. Liat yang tertimbun di horison bawah ini
berasal dari horison di atasnya dan tercuci kebawah bersama dengan gerakan air. Padanan
dengan sistem klasifikasi yang lama adalah termasuk tanah Mediteran Merah Kuning, Latosol,
kadang-kadang juga Podzolik Merah Kuning. Untuk melihat morfologi tanah dapat dilakukan
dengan cara memotong tubuh tanah dengan tegak dari permukaan hingga kedalaman tertentu
sehingga akan tampak lapisan/ horizon-horizon tanah.
Horizon tanah utama tersusun atas beberapa tingkat lapisan, yaitu:
Horizon O, merupakan horizon organik. Lapisan tanah ini sebagian besar tersusun atas
bahan organik, baik masih hidup maupun yang sudah membusuk. Terbentuk di bagian
paling atas, di atas lapisan mineral. Horizon ini berwarna kelam hingga hitam.
Horizon A, merupakan horizon mineral yang letaknya di bawah horizon O. Tersusun atas
zat-zat renik, hewan-hewan tanah, maupun fosil hewan dan tumbuhan yang belum lama
mati. warna sedikit kecoklatan.
Horizon B, merupakan horizon mineral yang ditandai penimbunan basa, lempung besi,
aluminium, atau bahan organik yang telah tercuci dari horizon A. Lapisan ini memiliki
konsentrasi atau lempung yang terbentuk karena larutnya karbonat atau garam-garam
lain. Ciri-ciri umum lapisan ini ialah warna tanah lebih kelam, tekstur lebih halus, dan
struktur lebih mampat di bandingkan horizon A di atasnya.
Horizon C, merupakan horizon mineral yang masih berbentuk bahan induk. Horizon ini
kurang dipengaruhi oleh proses perkembangan tanah, dan tidak memperlihatkan ciri-ciri
diagnostik horizon A dan B.
Horizon R merupakan lapisan batuan induk tanah berupa batuan yang masih utuh.