Anda di halaman 1dari 34

2 ORDO TANAH

1. Alfisol (Horison Argilik, KB Tinggi)


Alfisol adalah tanah yang relative muda, masih banyak mengandung mineral primer yang mudah
lapuk, mineral liat kristalin dan kaya unsur hara.
Syarat yang harus dipenuhi untuk menentukan tanah Alfisol yaitu :
Ditemukan mineral liat kristalin yang sedang jumlahnya.
Terjadi akumulasi liat kristalin tersebut di horizon B yang jumlahnya memenuhi syarat horizon
argilik atau kandik.
Alfisol terbentuk di bawah vegetasi hutan berdaun lebar. Proses pembentukan Alfisol melalui
urutan sebagai berikut :
Pencucian karbonat
Pencucian besi dan braunifikasi
Pembentukan  epipedon okhrik (horizon A)
Pembentukan horizon albik
Pengendapan argillan
Alfisol merupakan tanah yang subur, banyak digunakan untuk pertanian, rumput ternak, atau
hutan. Tanah ini  mempunyai kejenuhan basa tinggi, kapasitas tukar kation tinggi, dan cadangan
unsure hara tinggi.
2. Andisol (Sifat Andik, Epipedon Melanik)
Andisol adalah tanah yang berkembang dari bahan volkanik seperti abu volkan, batuapung,
sinder, lava, dan sebagainya. Atau bahan volkaniklastik yang fraksi koloidnya oleh mineral
“short-range-order” (alophan, imogolit, ferihidrit) atau kompleks Al-humus. Tanah andisol
memiliki sifat andik dan merupakan epipedon melanik.
Persyaratan minimum untuk ordo Andisol yaitu ≥ 60% dari 60cm tanah teratas atau ≥ 60% tanah
sampai kontak litik (lebih dangkal, mempunyai sifat andik dapat dipenuhi.
3. Aridisol (Wilayah Padang Pasir----Daerah Arid)
Aridisol adalah tanah yang kering lebih dari 6 bulan setiap tahun dan tidak pernah lembab 90
hari berturut-turut.
Tanah di daerah kering biasanya berpasir, berbatu, dan jarang ditumbuhi vegetasi. Entisol
meupakan inklusi yang umum terdapat pada Aridisol.
Kandungana bahan organic dipermukaan tanah ini rendah. Kegiatan mikroorganisme rendah. C-
N rasio rendah yangmungkin diakibatkan oleh kegiatan bakteri nitrifikasi dan blue green
algae pengikat N yang membentuk permukaan dari beberapa jenis tanah ini.
Sifat umum yang terdapat pada tanah-tanah di daerah arid adalah adanya lapisan akumulasi
karbonat yang disebut caliche. Selain itu, sering juga ditemukan horizonsalik dan natrik.
4. Entisol (Tanah Muda)
Entisol merupakan tanah yang baru berkembang. Walaupun demikian, tanah ini tidak hanya
berupa bahan induk dan bahan asal tanah saja tetapi harus sudah terjadi proses pembentukan
tanah yang menghasilkan epipedon okhrik.
Faktor-faktor yang mempengaruhi pembentukan tanah Entisol yaitu :
Iklim yang sangat kering sehingga pelapukan dan reaksi reaksi kimia berjalan lambat.
Erosi yang kuat, dapat menyebabkan bahan-bahan yang dierosikan lebih banyak daripada yang
dibentuk melalui proses pembentukan tanah.
Pengendapan secara terus menerus, menyebabkan pembentukan horizon lebih lambat daripada
pengendapan.
Imobilisasi plasma tanah menjadi bahan inert.
Bahan induk yang sangat sukar melapuk (inert) atau tidak permeabel sehingga air sukar
menyerap dan reaksi-reaksi tidak berjalan.
Bahan induk yang tidak subur atau mengandung unsure-unsur beracun bagi tanaman atau
organisme lain. Diferensiasi oleh bahan organic tidak dapat terjadi.
Selalu jenuh air atau tergenang, dapat menghambat perkembangan horizon.
Waktu yang singkat tidak memungkinkan perkembangan tanah.
Perubahan yang drastis dari vegetasi.
5. Histosol (Histik----Jaringan Tanaman)
Histosol terbentuk bila produksi dan penimbunan bahan organic lebih besar dari mineralisasinya.
Pembentukan histosol tidak dipengaruhi oleh iklim sehingga tanah ini dapat ditemukan
berasosiasi dengan segala macam tanah.
Histosol mempunyai daya memegang air yang sangat tinggi, baik atas dasar volume atau berat
tanah.
6. Inceptisol (Tanah Dengan Horison Kambik)
Inceptisol adalah tanah yang belum matang (immature) dengan perkembangan profil yang lebih
lemah dibanding dengan tanah matang, dan masih menyerupai sifat bahan induknya.
Factor yang mempengaruhi pembentukan Inceptisol yaitu :
Bahan induk yang sangat resisten.
Posisi dalam landscape yang ekstrim yaitu daerah curam atau lembah.
Permukaan geomorfologi yang muda, sehinnga pembentukan tanah belum lanjut.
7. Mollisol ( Epipedon Mollik)
Mollisol adalah tanah dengan epipedon mollik.
Syarat pengklasifikasian tanah sebagai mollisol adalah memiliki epipedon mollik, bagian tanah
di bawah epipedon mollik sampai kedalaman 180 cm dan harus mempunyai KB (NH 4OAc) ≥
50%.
Proses pembentukan tanah yang terpenting adalah melanisasi yaitu proses pembentukan tanah
berwarna gelap karena penambahan bahan organic. Proses ini merupakan kumpulan beberapa
proses yaitu :
Prolifirasi akar-akar rumput, yaitu penyebaran akar-akar ke dalam tanah profil tanah.
Pelapukan bahan organic di dalam tanah membentuk senyawa-senyawa yang stabil dan berwarna
gelap (polisakharida dan liat).
Pencampuran bahan organic dan bahan mineral tanah karena kegiatan organisme  sehingg
aterbentuk kompleks mineral-organik yang berwarna kelam, krotovinas atau gundukan-
gundukan.
Eluviasi dan iluviasi koloid organic dan beberapa koloid mineral melalui rongga-rongga
tanahsehingga terdapat selaput bahan organic yang berwarna hitam disekeliling struktur tanah.
Pembentukan senyawa lingo protein yang resisten sehingga warna tanah menjadi hitam
meskipun telah lama diusahakan untuk pertanian.
8. Oxisol (Oksida-Oksida Besi, Horizon Oksik)
Oxisol adalah tanah mineral yang kaya akan seskuiosida, telah mengalami pelapukan lanjut, dan
banyak terdapat di daerah sekitar khatulistiwa.
Tanah ini dicirikan oleh adanya horizon oksik pada kedalaman kurang dari 1,5 m atau bila kadar
liat pada 18 cm teratas > 40% dapat memenuhi syarat horizon oksik dan  ditemukan pada
kedalaman kurang dari 100 cm.
Proses pembentukan tanah yang utama pada oxisol adalah proses desilikasi, akumulasi relative
besi dan Al bebas), pembentukan Plinthite, melanisasi dan humifikasi, gleisasi, dan pedoturbasi.
9. Spodosol (Horison Spodik)
Tanah Spodosol dicirikan oleh adanya lapisan pasir masam berwarna putih abu-abu
(horizon  albik) di atas lapisan lempung berpasir yang berwarna gelap.
Horizon penciri untuk spodosol adalah adanya horizon spodik baik lapisan atas merupakan
lapisan olah yang berwarna gelap ataupun berupa horizon albik. Keadaan yang diperlukan untuk
pembentukan tanah spodosol dalam keadaan dimana kombinasi factor-faktor pembentuk tanah
dapat menghasilkan suatu akumulasi besi, alumunium dan bahan organic di horizon bawah.
Factor-faktor pembentuk yanah yang dapat menghasilkan sifat-sifat tersebut, antara lain :
Bahan induk                : umumnya berlempung sampai berpasir.
Iklim                            : boreal (dingin) atau iklim lain
Topografi                    : datar
Vegetasi                      :conifer (berdaun  jarum) atau campuran conifer dan deciduous (berdaun
lebar)  
Waktu                         : 200 _ 2000 tahun
Proses pembentukan tanah yang utama adalah pedsolisasi. Pedsolisasi adalah kumpulan dari
babarapa proses yang menghasilkan translokasi bahan organic, besi dan alumunium (dan sedikit
P) dari lapisan atas tanah ke lapisan bawah, karena pengaruh ion H+dan senyawa-senyawa
organic. Proses ini melliputi hal-hal berikut :
Akumulasi bahan organic
Pencucian dan pemasaman
Pelapukan mineral
Pemindahan bahan organic, Fe, Al (dan sedikit P, Mn,dan liat) dari horizon A ke horizon B
Immobilisasi Fe dan Al bersama asam humik dan asam fulvik (dan liat) di horizon B
Pembentukan pellet dari selaput organic
Pengurangan Bulk Density
Pemadasan
10. Ultisol (tanah-Tanah Dengan Pelapukan Lanjut, KB Rendah)
Ultisol hanya ditemukan di daerah-daerah dengan suhu rata-rata lebih dari 8oC. Ultisol adalah
tanah dengan horizon argilik atau kandik bersifat masam dengan kejenuhan basa rendah.
Kejenuhan basa (jumlah kation) pada kedalaman 1,8 m dari permukaan tanah kurang dari 35
persen, sedang kejenuhan basa pada kedalaman kurang dari 1,8 m dapat lebih rendah atau lebih
tinggi dari 35 persen.
Proses Pembentukan Tanah
Faktor-faktor pembentuk tanah yang banyak mempengaruhi pembentukan untisol adalah:
Bahan induk: bahan induk tua, misalnya batuan liat, atau batuan vulkanik masam.
Iklim: harus ckup panas dan basa, di daerah iklim sedang dengan suhu tanah rata-rata lebih dari 8
Celcius, sampai di daerah tropika.
Vegetasi: di daerah iklim sedang didominasi oleh pinus. Di Indonesia vegetasi hutan tropika.
Ralief: Berombak sampai berbukit.
Umur: Tua
Proses pembentukn tanah ultisol meliputi beberapa proses sebagai berikut:
1)      Pencucian yang ekstensif terhadap basa-basa merupakan prasyarat.
2)      Karena suhu yang cukup panas dan pencucian yang kuat dalam waktu yang cukup lama,
akibatnya terjadi pelapukan yang kuat terhadap mineral mudah lapuk, dan terjadi pembentukan
mineral liat sekunder dan oksida-oksida.
3)      Lessivage, menghasilkan horizon albik di lapisan atas, dan horizon argilik di lapisan bawah
4)      Biocycling, meskipun terjadi pencucian yang intensif tetapi jumlah basa-basa di
permukaan tanah cukup tinggi dan menurun dengan kedalaman.
5)      Pembentukan plinthite dan fragipan, plinthie dan fragipan bukan sifat yang menentukan
tetapi sering ditemukan pada Ultisol.
6)      Perubahan horizon umbrik menjadi molik. Ultisol dengan epipedon umbrik dapat berubah
menjadi epipedon mollik akibat pengapuran
11 Vertisol (Sifat vertik)
Bahan induk Vertisol umumnya bersifat alkalis, misalnya batuan sedimen berkapur, betuan beku
basa, atau endapan alluvium dari bahan-bahan tersebut.
Proses pembentukan tanah telah menghasilkan suatu bentuk mikrotopografi yang khusus yang
terdiri dari cekunagn dan gundukan kecil yang biasa disebut topograpi gilgai
12. Gelisol
Merupakan tanah mineral atau organik di daerah kutub yang mengalamicryoturbasi sehingga
membentuk horison yang tidak teratur, pencampuran horison, akumulasi bahan organik di atas
dan di dalam permafrost, fragmen, batuan teroriemtasi dan lapisan-lapisan yang diperkaya debu.
Proses crypedogenik yang menghasilkan bahan gelik disebabkan oleh perubahan volume dari air
menjadi es, perpindahan air sepanjang gradien termal dalam sistem yang membeku dan lain-lain.
Karena suhu yang sangat rendah sepanjang tahun (permafrost), maka tidak ada tanaman yang
tumbuh di daerah ini. (Hardjowigeno, 2003, Klasifikasi Tanah dan Pedogenesis)
Diposkan oleh himejasmine di 23.03

http://himeworm.blogspot.com/2012/02/12-ordo-tanah.html

EROSI BO

EROSI TANAH DAN DAMPAKNYA TERHADAP


KEHIDUPAN
I.EROSI MERUSAK KESUBURAN TANAH
Dengan adanya erosi tanah, maka lapisan tanah atas yang subur akan rusak dan menjadikan
lingkungan alam lainnya akan rusak. Adapun sebab-sebab erosi tanah karena beberapa hal
berikut.
 Tanah gungul atau tidak ada tanamannya.
 Tanah miring tidak dibuat teras-teras dan guludan sebagai penyangga air dan tanah yang larut.
 Tanah tidak diberi tanggul pasangan pasangan sebagai penahan erosi.
 Tanah di kawasan hutan rusak karena pohon-pohon ditebang secara liar sehingga hutan menjasi
gundul.
 Permukaan tanah yang berlumpur digunakan untuk penggembalaan liar sehingga tanah atas
semakin rusak
 Lapisan tanah atas merupakan bagian optimum bagi kehidupan tumbuh-tumbuhan.
Komponen-komponen tanah adalah berupa mineral, bahan organik, air, dan udara. Keadaan
tanah yang serasi bias menjadi habitat tumbuh-tmbuhan kalau perbandingan komponen-
komponennya sebagai berikut: mineral 45%, bahan organic 5%, air antara 20-30%, dan udara
tanah antara 20-30%.
Dipermukaan bumi, lahan atau tanah mempunyai kemampuan yang berbeda-beda. Perbedaan
tersebut disebebkan oleh beberapa hal, antara lain:

1. Tekstur tanah.
2. Permeabilitas tanah.
3. Ketebalan atau solum tanah.
4. Kemiringan lereng.
5. Tingkat erosi.
6. Penyaluran air.

Tekstur tanah didefinisikan sebagai perbandingan delatif berbagai golongan besar partikel
tanah dalam suatu massa tanah, terutama perbandingan antara fraksi-fraksi pasir, debu, dan
lempung.
Pasir, debu dan lempengan disebut partikel zarah tanah. Berdasarkan ukurannya (diameter
butirnya), partikel tanah dikelompokkan menjadi tiga fraksi, yaitu fraksi tanah, fraksi debu, dan
fraksi lempung. Butir-butir tanah ataubatuan yang berdiameter di atas 2 mm disebut gravel dan
tidak termasuk fraksi tanah.
Kalau unsur-unsur tanah hanya terdiri dari butiran butiran pasir, tekstur tanah itu kasar.
Sebaliknya bila unsur-unsur tanah hanya terdiri dari lempung, tekstur tanah yang idela untuk
pertanian adalah gelug, yaitu tanah yang lekat. Dalam pembuatan kerajinan keramik, bata, dan
genteng, fraksi lempung sangat diperlukan. Penentuan kelas tekstur tanah dapat dilakukan
dengan pedoman seperti grafik.

II.Tekstur dan Kesuburan Tanah


Tanah yang banyak ditumbuhi tumbuh-tumbuhan lebih subur daripada tanah gundul atau
ada tumbuh-tumbuhannya, karena didalamnya terkandung lapisan bunga tanah yang tidak
terkena erosi. Akan tetap,ibila hutan-hutan ditebang tanpa batas, apalagi di daerah yang miring,
maka erosi oleh air maupun angin dapat dengan mudah terjadi di tanah bekas injakan-injakan
binatang.
Ciri-ciri tanah subur antara lain: tekstur dan struktur tananya baik, yaitu butir-butir
tanahnya tidak terlalu besar dan tidak terlalu kecil; banyak mengandung garam yang berguna
untuk makanan tumbuh-tumbuhan; dan banyak mengandung air untuk melarutkan garam-
garaman
Tekstur tanah menunjukkan proporsi pelatif dari ukuran partikel-partikel tanah.
Rentangan ukuran partikel yan terbesar dapat dijumpai dalam kelompok tamah lempung (clay)
yang diameter partikel-partikelnya mempunyai ukuran 0,0002 mm hingga hamper sebesar
molekul. Struktur tanah adalah susunan butir-butir suatu tanah. Pada umumnya, komposisi tanah
terdiri dari 90% bahan mineral, 1-5% bahan organik, 0,9% udara dan air.
Adapun faktor-faktor yang mempengaruhi tekstur tanah antara lain komposisi mineral
dan batuan /  bahan induk, sifat, dan cepatnya proses pembentkan tanah lokal, serta umur relatif
tanah.
Hubungan antara tekstur dan kesuburan tanah tidak selalu ada meskipun tekstur tanah
dapat menentukan atau bepengaruh dalam beberapa hal berikut.
 Pengerjaan tanah, misalnya tanah berpasir di daerah iklim basah biasanya cepat terurai. Selain itu,
tanah tersebut berkapasitas rendah dalam menahan air, sehingga mudah mongering. Dengan
menambah bahan-bahan organis, maka kesuburan tanah tersebut dapat ditingkatkan.
 Pengerjaan tanah berpasir di daerah beriklim kering (arid). Tanah di sini meskipun kadar bahan
makanannya cukup tinggi, tetapi nilai kesuburannya rendah karena minimnya presipitasi,
pencucian, dan rendahnya kapasitas menahan air.
 Pengerjaan tanah lempung. Dipandang dari sudut mudah tidaknya dikerjakan dan komposisi
kimiawinya, tanah lempung mempnyai sifat yang bermacam-macam, diantaranya bersifat plastis
dan sukar untuk diolah bila basah, serta keras jika kering. Namun, di daerah iklimtrpis basah
tanah lempung memiliki permeabilitas walaupun rendah.
Permeabilitas tanah adalah cepat lambatnya air meresap ke dalam tanah melalui pori-pori
tanah baik kearah horizontal maupun ke arah vertical. Cepat  /  lambatnya perembesan air ini
sangat ditentukan oleh tekstur tanah. Semakin kasar tekstur tanah semakin cepat perembesan air.
Ketebalan atau solum tanah menunjukkan berapa tebal tanah diukur dari permukaan
sampai ke batuan induk. Erosi menyangkut banyaknya partikel-partikel tanah yang terpindahkan.
Drainase adalah pengeringan air yang berlebihan pada tanah yang mencakup proses pengatusan
dan pengaliran air yan berada dalam tanah atau permukaan tanah yang menggenang .

III.Menjaga Kesuburan Tanah dan Usaha Mengurangi Erosi Tanah


Kesuburan tanah dapat dijaga dengan usaha-usaha sebagai berikut.
 Pemupukan, diusahakan dengan pupuk hijau, pupuk kandang, pupuk buatan, dan pupuk kompos.
 Sistem irigasi yang baik, misalnya membuat bendungan-bendungan.
 Pada lereng-lereng gunung dibuat hutan-hutan cadangan.
 Menanami lereng-lereng yang telah gundul.
 Menyelanggarakan pertanian di daerah miring secara benar.
Kemiringan lereng adalah kemiringan suatu lahan terhadap hiding horizontal. Semakin besar
sudut kemiringan lahan tertentu akan semakin besar kemungkinan erosi dan longsor.
kestabilan lahan pertanian daerah miring dan untuk mengurangi tingkat erosi tanah, maka
diperlukan beberapa langkah berikut.
1. Terasering, Yaitu menanam tanaman dengan system berteras-teras untuk mencegah erosi tanah.
2. Contour Farming, yaitu menanami lahan menurut garis kontur, sehingga perakaran dapat menahan
tanah.
3. Pembuatan tanggul pasangan(guludan) untuk menahan hasilm erosi.
4. Contour Plowing, yaitu membajak searah garis contur sehingga terjadi alur-alur horizontal.
5. Contour Strip Cropping, yaitu bercocok tanam dengan cara membagi bidang tanah itu dengan
bentuk sempit dan memanjang dengan mengikuti garis kontur sehingga bentuknya berbelok-
belok. Masing–masing ditanami tanaman yang berbeda-beda jenisnya secara berselang-seling
(tumpang sari).
6. Crop Rotation, yaitu usaha pergantian jenis tanaman supaya tanah tidak kehabisan salah satu unsur
hara akibat diisap terus oleh salah satu jenis tanaman
7. Reboisasi, menanami kembali hutan- hutan yang gundul.
Tingkat erosi suatu lahan akan sangat berpengaruh terhadap kesuburan tanah untuk
pertanian. Semakin tinggi / besar tingkat erosi tanah permukaannya berarti semakin tidak subur
dan tidak cocok untuk tanaman petanian pangan.
Pengaturan air (drainage) suatu lahan juga berpengaruh terhadap kondisi kesuburan
tanah. Jika pengaturan air jelek, maka tanah akan tergenang bagian permukaannya.
Tidak semua lahan di permukaan bumi dapat dimanfaatkan secara langsung oleh manusia
karena terdapat kendala-kendala tertentu, seperti adanya lahan yang tertutup es yang tebal yaitu
lahan di kutub dan di pegunungan tinggi, tanah-tanah yang gersang dengan suhu terlalu tinggi
seperti lahan-lahan di gurun, lahan-lahan yang tidak subur, serta lahan-lahan yang terdiri atas
batu cadas, yang semuanya sangat sulit diolah. Hanya lahan-lahan yang secara kualitatif sangat
memungkinkan untuk dimanfaatkan dalam pemenuhan kebutuhan manusia disebut lahan
potensial.
Lahan potensial yang ada di permukaan bumi dapat dimanfaatkan oleh manusia untuk
nonpertanian antara lain dalam bentuk:
1. Pemanfaatan untuk lokasi industri.
2. Pemanfaatan untuk lokasi perdagangan.
3. Pemanfaatan untuk wilayah pemukiman.
4. Pemanfaatan untuk fasilitas-fasilitas sosial seperti hiburan, prasarana, transportasi dan fasilitas-
fasilitas sosial lainnya.

Faktor lain yang perlu diperhatikan dalam pengolahan lahan pertanian ialah produktivitas
tanah pada lingkungan yang normal untuk menghasilkan tanaman tertentu. Contoh: tingkat
produktivitas tanah bila ditanami padi adalah 5 ton/ha. Jadi produktivitas tanah menunjukkan
tingkat produksi dan tiap satuan luas untuk tanaman tertentu.
Tingkat produktivitas tanah sangat dipengaruhi oleh kesuburan tanah, curah hujan, suhu,
kelembaban udara, system pengolahan lahan, dan pemilihan jenis tanaman. Upaya peningkatan
produktivitas lahan ini disebut program Panca usaha tani yang meliputi:
1. Pengolahan lahan.
2. Pengairan.
3. Cara pemupukan.
4. Pemberantasan hama dan penyakit
5. Teknik penanaman

IV.Lahan Kritis dan Lahan Potensial


Lahan kritis adalah lahan yang tidak produktif. Meskipun dikelola, produktivitas lahan
kritis sangat rendah. Bahkan, dapat terjadi jumlah produksi yang diterima jauh lebih sedikit
daripada biaya pengelolaannya. Lahanini bersifat tandus, gundul, tidak dapat digunakan untuk
usaha pertanian, karena tingkat kesuburannya sangat rendah.
Faktor- Faktor yang menyebabkan terjadinya lahan kritis, antara lain sebagai berikut:
 Kekeringan, biasanya terjadi di daerah-daerah bayangan hujan.
 Genangan air yang terus-menerus, seperti di daerah pantai yang selalu tertutup rawa-rawa.
 Erosi tanah dan masswasting yang biasanya terjadi di daerah dataran tinggi, pegunungan, dan daerah
yang miring. Masswasting adalah gerakan masa tanah menuruni lereng.
 Pengolahan lahan yang kurang memperhatikan aspek-aspek kelestarian lingkungan. Lahan kritis dapat
terjadi di dataran tinggi, pegunungan, daerah yang miring, atau bahkan di dataran rendah.
 Masuknya material yang dapat bertahan lama kelahan pertanian (tak dapat diuraikan oleh bakteri)
misalnya plastic. Plastik dapat bertahan ± 200 tahun di dalam tanah sehingga sangat mengganggu
kelestaian kesuburan tanah.
 Pembekuan air,biasanya terjadi daerah kutub atau pegunungan yang sangat tinggi.
Pencemaran, zat pencemar seperti pestisida dan limbah pabrik yang masuk ke lahan
pertanian baik melalui aliran sungai maupun yang lain mengakibatkan lahan pertanian baik
melalui aliran sungai maupun yang lain mengakibatkan lahan pertanian menjadi kritis.Beberapa
jenis pestisida dapat bertahan beberapa tahun di dalam tanah sehingga sangat mengganggu
kesuburan lahan pertanian.
Jika lahan kritis dibiarkan dan tidak ada perlakuan perbaikan, maka keadaan itu akan
membahayakan kehidupan manusia, baik secara langsung ataupun tidak langsung. Maka dari itu,
lahan kritis harus segera diperbaiki. Untuk menghindari bahaya yang ditimbulkan oleh adanya
lahan kritis tersebut, pemerintah Indonesia telah mengambil kebijakan, yaitu melakukan
rehabilitasi dan konservasi lahan-lahan kritis di Indonesia.
Upaya penagggulangan lahan kritis dilaksanakan sebagai berikut.
1. Lahan tanah dimanfaatkan seoptimal mungkin bagi pertanian, perkebunan, peternakan, dan usaha
lainnya.
2. Erosi tanah perlu dicegah melalui pembuatan teras-teras pada lereng bukit.
3. Usaha perluasan penghijauan tanah milik dan reboisasi lahan hutan.
4. Perlu reklamasi lahan bekas pertambangan.
5. Perlu adanya usaha ke arah Program kali bersih (Prokasih).
6. Pengolahan wilayah terpadu di wilayah lautan dan daerah aliran sungai (DAS).
7. Pengembangan keanekaragaman hayati.
8. Perlu tindakan tegas bagi siapa saja yang merusak lahan yang mengarah pada terjadinya lahan kritis.
9. Menghilangkan unsure-unsur yang dapat mengganggu kesuburan lahan pertanian, misalnya plastik.
Berkaitan dengan hal ini, proses daur ulang sangat diharapkan.
10. Pemupukan dengan pupuk organik atau alami, yaitu pupuk kandang atau pupuk hijau secara tepat
dan terus-menerus.
11. Guna menggemburkan tanah sawah, perlu dikembangkan tumbuhan yang disebut Azola.
12. Memanfaatkan tumbuhan eceng gondok guna menurunkan zat pencemaran yang ada pada lahan
pertanian. Eceng gondok dapat menyerap pat pencemar dan dapat dimanfaatkan untuk makanan
ikan. Namun, dalam hal ini kita harus hati-hati karena eceng gondok sangat mudah berkembang
sehingga dapat menggangu lahan pertanian.
Lahan potensial adalah lahan yang belum dimanfaatkan atau belum diolah dan jika diolah
akan mempunyai nilai ekonimis yang besar karena mampunyai tingkat kesuburan yang tinggi
dan mempunyai daya dukung terhadap kebutuhan manusia. Lahan potensian merupakan modal
dasar dalam upaya meningkatkan kesejahteraan masyarakat. Untuk itu harus ditangani dan
dikelola secara bijak. Daerah diluar jawa banyak memiliki daerah produktif yang sangat
potensial, tetapi belum atau tidak dimanfaatkan sehingga daerah ini dikenal dengan daerah yan
sedang tidur.
Dengan pertumbuhan penduduk dan ekonomi, tekanan terhadap tanah semakin
meningkat. Hutan di luar pualu jawa di ubah menjadi lahan pertanian, kawasan pertambangan,
dan perkebunan. Sementara itu, lahan pertanian di pulau Jawa diubah menjadi kawasan
pemukiman dan industri serta waduk. Kehutanan, pertambangan, dan pertanian juga dapat
membuat tanah menjadi tidak produktif untuk kegiatan ekonomi lebih lanjut.
Program untuk meningkatkan produksi pangan dan perluasan pemukiman dalam skala
besar-besaran telah memberikan kontribusi dalam pembukaan hutan dan belukar. Hal ini
menyebabkan meningkatnya erosi, berkurangnya kesuburan dan produktivitas lahan, serta
hilangnya habitat. Walaupun sejumlah kawanan alami, baik daratan maupunhutan, telah
dilindungi dari dampak kegiatan manusia melalui penetapannyasebagai cagar alam dan taman
nasional, sejumlahbesar lahan masih belum diusahakan oleh manusia secara optimal.
Lahan potensial merupakan modal dasar dalam upaya meningkatkan kesejahteraan hidp
manusia. Maka dari itu, harus ditangani secara bijaksana dalam pemanfaatan lahan potensial dan
jangan sampai malah merusak lingkungan.

Lahan potensialtersebar di tiga wilayah utama daratan, yaitu di daerah pantai, dataran
rendah, dan dataran tinggi. Lahan-lahan di wilayah pantai didominasi oleh tanah alluvial (tanah
hasil pengendapan). Tanahini cukup subur karena banyak mengandung mineral-mineral yang
diangkut bersama lumpur oleh sungai kemidian diendapkan di daerah muara sungai.
Mulai dataran pantai sampai ketinggian 300 m dari permukaan laut merupakan areal
lahan dataran rendah. Bila curah hujannya cukup memadai, zona dataran rendah ini merupakan
wilayah lahan hutan hujan tropis yang sangat subur.
Mulai ketinggian 500 meter di atas permukaan laut merupakan wilayah tanah tinggi,
kondisi wilayahnya merupakan lahan bergelombang, berbukit-bukit sampai daerah pegunungan.
Bagi daerah-daerah tanah tnggi yang dipengaruhi oleh gunung berapi,kondisi lahannya di
dominasi oleh tanah vulkanik yang subur yang terkandung mineral haranya cukup tinggi.
Daerah pegunungan yang memiliki curah hujan tinggi, merupakan daerah yang rawan
erosi tanah. Selain proses erosi, di daerah-daerah yang memiliki crah hujan tinggi keadaan
tanahnya biasanya berwarna merah kecoklatan (pucat), karena unsure-unsur hara dan humusnya
banyak tercuci dan terhanyutkan oleh air hujan. Jenis tanah ini kurang subur. Conth tanah yang
sudah banyak mengalami pencucian di antaranya tanah latosol dan tanah podzolik serta tanah
laterit.
Upaya-upaya pelestarian dan peningkatan manfaat lahan-lahan potensial dilaksanakan antara
lain dengan cara berikut.
1. Merencanakan penggunaan lahan yang digunakan manusia.
2. Menciptakan keserasian da keseimbangan fungsi dan intensitas penggunaan lahan dalam wilayah
tertentu.
3. Merencanakan penggunaan lahan kota agar jangan sampai menimbulkan dampak pencemaran.
4. Menggunakan lahan seoptimal mungkin bagi kepentinganmanusia.
5. Memisahkan penggunaan lahan untuk permukiman, industry, pertanian, perkantoran, dan usaha-
usaha lainnya.
6. Membuat peraturan perundang-undangan yang meliputi pengaliahn hak atas tanah untuk
kepentingan umum dan peraturan perpajakan.
7. Melakukan pengkajian terhadap kebijakan tata ruang, perijinan, dan pajak dalam kaitannya
dengan konversi penggunaan lahan.
8. Menggnakan teknologi pengolahan tanah, penghijauan, reboisasi, dan pembuatan sengkedan di
aderah pegunungan.
9. Perlu usaha pemukiman penduduk dan pengendalian peladang berpindah.
10. Mengelola dengan baik daerah aliran sungai, daerah pesisir, dan daerah di sekitar lautan.

PENUTUP
KESIMPULAN
            Bahwa terjadinya erosi tanah disebakan oleh:
 Tanah gungul atau tidak ada tanamannya.
 Tanah miring tidak dibuat teras-teras dan guludan sebagai penyangga air dan tanah yang larut.
 Tanah tidak diberi tanggul pasangan pasangan sebagai penahan erosi.
 Tanah di kawasan hutan rusak karena pohon-pohon ditebang secara liar sehingga hutan menjasi
gundul.
 Permukaan tanah yang berlumpur digunakan untuk penggembalaan liar sehingga tanah atas
semakin rusak
 Lapisan tanah atas merupakan bagian optimum bagi kehidupan tumbuh-tumbuhan.
Kemiringan lereng adalah kemiringan suatu lahan terhadap hiding horizontal. Semakin besar
sudut kemiringan lahan tertentu akan semakin besar kemungkinan erosi dan longsor.
kestabilan lahan pertanian daerah miring dan untuk mengurangi tingkat erosi tanah, maka
diperlukan beberapa langkah berikut.
1. Terasering, Yaitu menanam tanaman dengan system berteras-teras untuk mencegah erosi tanah.
2. Contour Farming, yaitu menanami lahan menurut garis kontur, sehingga perakaran dapat menahan
tanah.
3. Pembuatan tanggul pasangan(guludan) untuk menahan hasilm erosi.
4. Contour Plowing, yaitu membajak searah garis contur sehingga terjadi alur-alur horizontal.
5. Contour Strip Cropping, yaitu bercocok tanam dengan cara membagi bidang tanah itu dengan
bentuk sempit dan memanjang dengan mengikuti garis kontur sehingga bentuknya berbelok-
belok. Masing–masing ditanami tanaman yang berbeda-beda jenisnya secara berselang-seling
(tumpang sari).
6. Crop Rotation, yaitu usaha pergantian jenis tanaman supaya tanah tidak kehabisan salah satu unsur
hara akibat diisap terus oleh salah satu jenis tanaman
7. Reboisasi, menanami kembali hutan- hutan yang gundul.

SARAN
            Saran yan g dapat saya sampaikan agar kita dapat menjaga lingkungan kita agar erosi itu
dapa dicegah. Karena apabila terjadi erosi kerugian-kerugian akan muncul diantaranya bisa saja
terjadi gagal panen, banjir,tanah longsor dll.   

DAFTAR PUSTAKA
TPDAS-IBB. 2002. Lahan kritis.  Balai Penelitian dan Pengembangan Teknologi Pengelolaan Daerah lahan indonesia
Bagian Barat. Balitbang Kehutanan. Surakarta
Carolyn.2007. erosi tanah .http://salam.leisa.info/index.php?url. Diakses pada tanggal 2 Mei 2010 pukul 16.50 WIB.
Widada, 2001. Erosi tanah dan Upaya Pengeolaan Lahan. http://www.azack.com/PPS702-            ipb/03112/widada.htm.
Diakses pada tanggal 2 Mei 2010 pukul 15.30 WIB.

http://kuliahitukeren.blogspot.com/2011/03/erosi-tanah-dan-dampaknya-terhadap.html

Apakah penyebab & dampak erosi tanah?


Erosi tanah adalah proses pelepasan atau pelapukan partikel-partikel tanah oleh berbagai
penyebab.
Erosi menyebabkan tanah menjadi tandus sehingga tidak dapat ditanami. Proses erosi
berpotensi dipercepat oleh campur tangan manusia.
Erosi yang amat parah membuat tanah tidak produktif sehingga tidak ada vegetasi yang
bisa tumbuh.
Tidak adanya vegetasi akan memicu kekeringan dan curah hujan rendah. Secara
keseluruhan, siklus alam akan terganggu akibat terjadinya erosi.
Penyebab Erosi Tanah
Kecepatan aliran sungai yang tinggi merupakan salah satu penyebab utama erosi di
lembah sungai dan daerah pesisir.
Tanah yag dilalui aliran sungai atau termasuk area banjir sungai menjadi terkikis. Sedimen
ini kemudian ikut terbawa aliran sungai hingga ke hilir.
Angin merupakan agen penyebab erosi di padang pasir dan lahan kering. Angin memiliki
kemampuan mengikis batu, tanah, dll dan memindahkannya ke zona yang berbeda.
Erosi tanah juga dapat disebabkan oleh gletser dan es. Partikel tanah bisa terkikis bersama
dengan pergerakan gletser. Jenis erosi ini biasanya terjadi di wilayah yang tertutup es atau
di dataran tinggi.
Faktor lain yang mempengaruhi erosi tanah adalah suhu, kecepatan angin, dan tingkat
curah hujan di wilayah tertentu.
Daerah yang memiliki iklim panas dan lembab, kecepatan angin tinggi dan tingkat curah
hujan sangat rendah rentan terhadap erosi tanah.
Penggembalaan ternak, penebangan hutan, dan kegiatan konstruksi turut menyumbang
terhadap terjadinya erosi.
Dampak Erosi Tanah
Erosi tanah menyebabkan pengembangan struktur topologi baru karena pengendapan
partikel tanah.
Tanah yang tererosi akan mengakibatkan penurunan produktivitas dan kesuburan tanah.
Akibat erosi, kadar air dan kandungan berbagai mineral dan nutrisi tanah akan sangat
berkurang.
Pada akhirnya, lahan yang tandus dan tidak adanya curah hujan akibat erosi yang parah
menyebabkan kekeringan.
Pengendalian Erosi Tanah
Penggantian vegetasi, reboisasi, serta menanami lereng adalah beberapa cara yang bisa
dilakukan untuk mengendalikan erosi tanah.
Selain itu, penebangan hutan liar juga mesti dikendalikan. Ladang berpindah yang banyak
dipraktikkan juga harus dikurangi untuk mengendalikan erosi.[]
http://www.amazine.co/145/apakah-penyebab-dampak-erosi-tanah/
neewww
Faktor penyebab terjadinya erosi tanah 

Erosi adalah proses penghancuran dan pengangkutan pertikel-partikel tanah oleh tenaga erosi    
(presipitasi,Angin) Proses erosi oleh air butiran air hujan mengenai tanah --> hancurnya agregat
tanah terlepasnya partikel-partikel tanah--> Partikel-partikel tanah menyumbat pori-pori tanah-->
Menurunkan kapasitas dan laju infiltrasi--> laju permuka'an--> energi pengangkut.

erosi fisik kimia -------> Bila aliran energi permukaan tidak mampu lagi mengangkut pastikel
tanah-->partikel tanah di endapkan.

Tenaga dan faktor penyebab erosi 


         erosion agent/ tenaga erosi: adalah tenaga pembawa yang berperan dalam sistem transport
perpindahan tanah : presipitasi (air hujan ,salju, hujan es, dll) Angin
         Faktor alam dan buatan  yang mempengaruhi erosi :
          E= F(I.T.V.Tp, M)
          
          I  = iklim
          T  = tanah
          V  = Vegetasi
         Tp  =Topografi
          M =Management
  Macam-macam erosi (Utomo.1987)
         Erosi   alam/normal/geologi                                                                                                                           proses
pengikisan kulit bumi atau lapisan tanah yang terjadi secara alami                                           cirinya :
1.     Prose berjalan sangat lamban
2.     Tidak ada campur tanagn manusia/ penyebabnya hanya dari alam akibatnya terlihat setelah berpuluh-puluh tahun.
         Erosi dopercepat (accelerat erosion) tindakan manusia umunya bersifat mempercepat erosi sehingga erosi sehingga
erosi yang dikenal dengan erosi dipercepat  (accelerat erosion)  batas erosi yang diperbolehkan (permissible
erosion/PE) merupakan nilai laju erosi yang tidak melebihi laju pembentukan tanah penentuan PE
mempertimbangkan kondisi tanah dan lingkungan yang mencakup
         ketebalan lapisan tanah
1.     Sifat fisik tanah
2.     pencegahan terjadinya erosi selokan/ gully
3.     penurunan bahan organik
4.     kandungan hara tanah
5.     kecepatan pembentukan tanah
Ultisols

 Sifat /Ciri Utama

Tanah yang termasuk ordo Ultisol merupakan tanah-tanah yang terjadi penimbunan liat di
horison bawah, bersifat masam, kejenuhan basa pada kedalaman 180 cm dari permukaan tanah
kurang dari 35%. Padanan dengan sistem klasifikasi lama adalah termasuk tanah Podzolik Merah
Kuning, Latosol, dan Hidromorf Kelabu. Seperti dibawah ini :

Fisik:                                                                           Kimia:

1. Kedalaman solum sedang ( 1-2 meter )          1. Ph < 5,5


2. Warna merah atau kuning                               2.   BO rendah – sedang.
3. Tekstur halus pada horizon Bt.                       3.   KB < 35 %
4. Konsistensi teguh.                                           4.   KTK < 24 me /100 gr liat.
5. Permeabilitas lambat sampai baik.                  5.   Nutrisi rendah.

 Faktor  Kendala

1. Mengalami proses pecucian sangat efektif.


2. Kadar mineral lapuknya sangat rendah.
3. Kejenuhan Al , Fe dan Mn tinggi .
4. Kadar bahan organik rendah dan kadar N rendah .
5. Kandungan fosfor dan kalium tanah rendah.
6. Daya simpan air terbatas.
7. Kedalaman efektif terbatas.

 Cara Pengendalian

1. Untuk meningkatkan produktivitas tanah dapat dilakukan melalui pemberian kapur,


pemupukan , penambahan BO, dan penanaman tanaman adaptif.
2. Penerapan teknik budidaya tanaman lorong ( tumpang sari ), terasiring, drainase dan
pengolahan tanah yang seminim mungkin.
3. Memperbanyak tanaman penutup tanah seperti rumput atau alang-alang.
4. Melakukan rotasi tanaman untuk menjaga ketersediaan unsur hara.
5. Tanah ini sebaiknya tidak digunakan untuk pertanian tanaman pangan terlalu intensif,
dalam arti jangan ditanami tanaman semusim sepanjang tahun, tetapi perlu diselingi
dengan tanaman pupuk hijau, serta lebih ditingkatkan penggunaan dan penanaman
berbagai jenis tanaman leguminosa.

 Lokasi/ Ha

Ultisol di Indonesia yang mempunyai sebaran luas, mencapai 45.794.000 ha atau sekitar 25%
dari total luas daratan Indonesia (Subagyo et al. 2004).

 Usaha Pertanian Yang Cocok


1. Harus adanya penutup lahan agar tanah tidak terkena sinar matahari langsung seperti
Pemberian mulsa, berupa sisa-sisa tanaman, untuk mempertahankan kelembaban tanah,
mengurangi alian permukaan/erosi, dan menambah bahan organik.
2. Tanah ini sebaiknya tidak digunakan untuk pertanian tanaman pangan terlalu intensif,
dalam arti jangan ditanami tanaman semusim sepanjang tahun, tetapi perlu diselingi
dengan tanaman pupuk hijau, serta lebih ditingkatkan penggunaan dan penanaman
berbagai jenis tanaman leguminosa.
3. Penanaman pohon-pohon produktif, yang menghasilkan buah, getah dan produk lainnya,
yang dapat melindungi permukaan tanah dari terpaan air hujan dan aliran permukaan.
4. Untuk tanaman pangan dilakukan pergiliran tanaman.

Entisols

 Sifat /Ciri Utama

Tanah yang termasuk ordo Entisol merupakan tanah-tanah yang masih sangat muda yaitu baru
tingkat permulaan dalam perkembangan. Tidak ada horison penciri lain kecuali epipedon ochrik,
albik atau histik. Entisol terjadi di daerah dengan bahan induk dari pengendapan material baru
atau di daerah-daerah tempat laju erosi atau pengendapan lebih cepat dibandingkan dengan laju
pembentukan tanah. Kata Ent berarti recent atau baru. Padanan dengan sistem klasifikasi lama
adalah termasuk tanah Aluvial atau Regosol.

 Faktor  Kendala

1.   Iklim yang sangat ekstrim basah atau kering, sehingga perombakan bahan induk terhambat.

2.   Bahan induk yang sangat resisten terhadap pelapukan, misalnya kuarsa.

3. Adanya faktor erosi yang selalu menggerus epipedon, sehingga tidak pernah terbentuk horison
iluviasi.

 Cara Pengendalian

1. Memperbanyak tanaman penutup tanah seperti rumput atau alang-alang.


2. Pembuatan terasering pada lereng-lereng agar tidak mudah tererosi.
3. Pemberian mulsa (plastic atau organic)  dan bedengan untuk mengurangi penguapan dan
memperbaiki drainase.
4. Membiarkan apa adanya tanaman yang sudah alami disitu atau melakukan penanaman
pohon-pohon untuk jadi hutan lindung, karena kurang baik untuk budidaya.
5. Melakukan rotasi tanaman untuk menjaga ketersediaan unsur hara.
6. Pada daerah berlereng memanfaatkan dengan system agroforestri.

 Lokasi/ Ha

1.   Entisol merupakan tanah yang tersebar luas di permukaan bumi mulai dari kutub sampai
dengan daerah ekuator.
2.   Luas areal entisol sekitar 10,6 % dari luas kepulauan Indonesia.

3.   Jenis tanah ini bnyak ditemukan di Irian Jaya (5.6 juta ha)Kalimantan  Tengah(1.54 juta
ha),Sumatera Selatan(1.27 juta ha) dan NTT (0.91 juta ha).

 Usaha Pertanian Yang Cocok

1.   Untuk entisol yang disawahkan memerlukan upaya pemantauan dari satu periode ke periode
lainnya, dikhawatirkan timbulnya degradasi akibat budidaya

2.   Pertanian yang dikembangkan di tanah ini sebaiknya adalah padi sawah secara monokultur
atau digilir dengan sayuran/palawija

3.   Entisol yang tergolong suborder Psamment di mana tekstur pasir sangat mendominasi, maka
pemanfaatannya diarahkan kepada kawasan lindung mutlak.

4.   Pertanian yang dikembangkan di tanah ini sebaiknya adalah padi sawah secara monokultur
atau digilir dengan sayuran/palawija

Histosols

 Ø Sifat /Ciri Utama

1.   Tidak mempunyai horizon.

2.   Berwarna kroma mantap atau meningkat dengan bertambahnya kedalaman dan mempunyai
warna kurang dari 3.

3.   ketebalan BO mencapai puluhan meter bisa sampai ratusan meter.

4.   Mempunyai epipedon histik.

5.   Tekstur beragam.

6.   Tidak berstruktur atau berblok pada lapisan atas.

7.   Bahan organik fibrik, hemik atau saprik.

8.   Tanah yang termasuk ordo Histosol merupakan tanah-tanah dengan kandungan bahan
organik lebih dari 20% (untuk tanah bertekstur pasir) atau lebih dari 30% (untuk tanah bertekstur
liat). Lapisan yang mengandung bahan organik tinggi tersebut tebalnya lebih dari 40 cm. Kata
Histos berarti jaringan tanaman. Padanan dengan sistem klasifikasi lama adalah termasuk tanah
Organik atau Organosol.

 Faktor  Kendala
1. pH rendah.
2. Jenuh air.
3. Drainase jelek.
4. Air tanah dangkal.
5. Daya penyangga mekanis jelek.
6. Miskin unsur hara.
7. Mudah terbakar.

 Cara Pengendalian

1. Pengapuran.
2. Pemupukan unsure makro dan mikro.
3. Pembuatan saluran drainase.
4. Dijadikan kawasan konservasi.
5. Tidak menebang dan membabat vegetasi didaerah tersebut.

 Lokasi/ Ha

Histosols tersebar hampir diseluruh dunia meskipun hanya meliputi 2% dari luas
dunia.Sebagaian besar tersebar di Asia Selatan pada daerah tropika basah dan konsentrasi di
sekitar flat sunda(Malaysia dan Kalimantan)lebih dari 20 juta ha .17 juta ha berada di Indonesia
meliputi sumatera 9,7 juta ha dan Kalimantan 6,3 juta ha.

 Usaha Pertanian Yang Cocok

Potensi pengembangan lahan gambut untuk pertanian adalah sebagai berikut :

1. Padi sawah.
2. Tanaman semusim dan tanaman tahunan dapat dibudidayakan pada lahan gambut tetapi
yang paling berhasil atau menunjukkan harapan adalah tanaman sayuran seperti : buncis,
kacang panjang, bayam. Tanaman buah-buahan (seperti nanas, pepaya dan rambutan).
Dan tanaman perkebunan (terutama kelapa, kelapa sawit, kopi dan karet)

Inceptisols

 Ø Sifat /Ciri Utama

1. Tanah dengan horison bawah penciri kambik, telah terdapat proses pembentukan tanah
alterasi.
2. Kenaikan liat pada horison B dan perubahan warna (hue dan croma bertambah tinggi)
3. Tekstur beragam dari kasar hingga halus (tergantung pada tingkat pelapukan bahan
induknya)
4. Cukup subur.
5. Kedalaman efektif beragam dari dangkal hingga dalam.
6. Merupakan tanah yang belum matang (immature) yang perkembangan profilnya lebih
lemah dibanding dengan tanah matang dan masih banyak menyerupai sifat bahan
induknya.

 Faktor  Kendala

1. Pelapukan belum intensif.


2. Kisaran kadar KTK dan C-organik rendah.
3. Kekurangan suplai unsur hara karena pelapukan batuan induk belum intensif.
4. Terdapat horison sulfurik yang sangat masam pH sangat rendah (< 4) sehingga sulit
untuk dibudiyakan.
5. Beberapa kedalaman efektif dangkal dan terdapat kontak litic.
6. Membentuk lapisan oksida (keras) yang sulit untuk ditembus oleh air.

 Cara Pengendalian

1. Memerlukan masukan yang tinggi baik masukan anorganik (pemupukan berimbang N, P


dan K) maupun masukan organik (pengembalian sisa panen ke dalam tanah, pemberian
pupuk kandang atau pupuk hijau).
2. Memiliki tingkat kelerengan tinggi maka harus dengan pola tanaman tahunan atau
agroforestry.

 Lokasi/ Ha

Inceptisols ditemukan hampir diseluruh daratan Indonesia yaitu Irian Jaya(15.49 juta
ha),Kalimantan Timur(6.12 juta ha),Kalimantan Tengah(4.21 juta ha), dan Maluku(4.0 juta ha).

 Usaha Pertanian Yang Cocok

Pada umumnya inceptisols di Indonesia digunakan untuk pertanaman padi sawah dan sebaiknya
untuk tanaman budidaya yang semusim apabila didaerah yang kemiringannya datar. untuk
bercocok tanam hortikultura tanaman pangan, sampai dikembangkan sebagai lahan-lahan
perkebunan besar seperti sawit, kakao, kopi, dan lain sebagainya, bahkan pada daerah-daerah
yang eksotis, dikembangkan pula untuk agrowisata.

Alfisols

 Ø Sifat /Ciri Utama

1. Tanah ini dicirikan adanya selaput liat.


2. Tanah dengan horison argilik, kandik, atau natrik.
3. KB >35%.
4. Kesuburan alami tinggi.
5. Bentuk wilayah beragam  dari bergelombang hingga tertoreh tekstur berkisar antara
sedang hingga halus,Drainasenya baik . bahan organic pada umunya sedang hingga
rendah.Jeluk tanah dangkal hingga dalam. Mempunyai sifat kimia dan fisika relati baik.
 Faktor  Kendala

1. Pada beberapa tempat di jumpai kondisi lahan berlereng dan berbatu.


2. Horison B argilik dapat mencegah distribusi akar yang baik pada horison B bertekstur
berat.
3. Rendahnya kandungan bahan organik, fosfor dan kalium.

 Cara Pengendalian

Pengelolaan tanah sebaiknya dilakukan dengan alternatif sebagai berikut :

1. Pembuatan terassering pada lahan yang berlereng.


2. Adanya tanaman lorong.
3. Penambahan unsur hara secara organik.
4. Adanya irigasi yang baik.
5. Pembuatan guludan searah dengan kountur.

 Lokasi/ Ha

Penyebaran alfisol di Indonesia terdapat dipulau Jawa,Sumatera,Irian Jaya,Bali,Nusa Tenggara


Barat, dan Nusa Tenggara Timur dengan luas areal 12.749.000 hektar. di Sulawesi lusa areal
tanah Alfisol ini 2.930.000 hektar dan juga ditemukan di Irian Jaya 106.000 hektar.

 Ø Usaha Pertanian Yang Cocok

Penggunaan Alfisol di Indonesia diusahakan menjadi pesawahan (padi) baik tadah hujan atau
pun berpengairan,perkebunan(buah-buahan ),tegalan, hutan produsi(sengon) dan pedang rumput.

Vertisols

 Ø Sifat /Ciri Utama

1. Tanah yang termasuk ordo Vertisol merupakan tanah dengan kandungan liat tinggi (lebih
dari 30%) di seluruh horison, mempunyai sifat mengembang dan mengkerut. Kalau
kering tanah mengkerut sehingga tanah pecah-pecah dan keras. Kalau basah
mengembang dan lengket. Padanan dengan sistem klasifikasi lama adalah termasuk tanah
Grumusol atau Margalit.
2. Tanah Vertisol memiliki kapasitas tukar kation dan kejenuhan basa yang tinggi. Reaksi
tanah bervariasi dari asam lemah hingga alkaline lemah; nilai pH antara 6,0 sampai 8,0.
pH tinggi (8,0-9,0) terjadi pada Vertisol dengan ESP yang tinggi.
3. Vertisol menggambarkan penyebaran tanah-tanah dengan tekstur liat dan mempunyai
warna gelap, pH yang relatif tinggi serta kapasitas tukar kation dan kejenuhan basa yang
juga relatif tinggi.

 Faktor  Kendala
1. Vertisol pada umumnya memiliki tekstur liat, kandungan liat berkisar antara 35% hingga
90% dari total tanah. Kandunga liat di seluruh lapiran tanah bukan merupakan pross
translokai melainkan berasal dari bahan induk.
2. Terjadi rekahan saat musim kemarau.
3. Kejenuhan basa  tinggi, KTK yang tinggi, tekstur yang relative halus, permeabilitas yang
rendah dan pH yang relative tinggi dan status hara yang tidak seimbang.
4. Pada umumnya  Vertisol juga defisiensi P. Setelah N, unsure P merupakan pembatas hara
terbesar pada Vertisol. Kekurangan unsure P jika kandungan P kurang dari 5 ppm.

 Cara Pengendalian

1. Adanya pemanfaatan irigasi yang baik.


2. Pemupukan secukupnya hanya untuk unsur hara yang kurang kebanyakan unsur P
sebagai pembatas.
3. Melakukan pengolahan tanah agar membuat tanah tetap jenuh.
4. Dalam mengatasi kembang mengkerutnya tanah vertisol yaitu dengan memperbanyak
bahan organik seperi kompos dan pupuk kandang.

 Lokasi/ Ha

Tanah-tanah ini banyak ditemukan kebanyakan di NTT(0.198 juta ha),Jawa Timur(0.96 juta
ha),NTB(0.125 juta ha),Sulawesi Selatan(0.22 juta ha),dan Jawa Tengah(0.4 juta ha).

 Ø Usaha Pertanian Yang Cocok

1. Kapas,seringkali air melalui irigasi dan dapat tumbuh pada kisaran yang luas.
2. Sorgum,pensetum dan sesame, dapat tumbuh pada curah hujan 200mm/tahun atau lebih
besar.
3. Padi dengan sistem irigasi yang sudah baik.
4. Tanaman-tanaman lain yang terdapat adalah jagung,rumput makanan ternak,bunga
matahari,risius,gula beet,tembakau.

Andisols

 Ø Sifat /Ciri Utama

1. Berkembang dari bahan induk abu vulkan, batu apung (pumice) dan sinder.
2. Banyak mengandung mineral dalam tanah.
3. Potensi fiksasi fosfat tinggi.
4. Daya menahan air tinggi.
5. Porositas tinggi dan permeabilitas cepat.
6. Berat Isi tanah rendah.
7. Ketebalan solum antara 100 sampai 225 cm.
8. Warna hitam, kelabu sampai coklat tua.
9. Tanah mineral dengan sifat andik.
10.  Tanah mineral yang tidak memiliki horison argilik, natrik, spodik dan oksik.

11.  Mempunyai satu atau lebih dari : epipedon histik, molik, umbrik,

 Faktor  Kendala

1. Peka terhadap erosi.


2. Retensi P tinggi.
3. Pencucian unsur hara tinggi.
4. Andisol yang mempunyai kontak litik dan paralitik dangkal.

 Cara Pengendalian

1. Meningkatkan penutupan tanah (pemberian mulsa atau penambahan vegetasi di atasnya).


2. Pembuatan teras pada daerah miring (8-10%).
3. Penerapan pola tanam tumpangsari yang dapat menutup tanah sepanjang tahu.
4. Penembahan pupuk fosfat dosis tinggi dan penambahan bahan organik.
5. Meningkatkan penutupan tanah; penerapan drip irrigation untuk mengurangi laju
pencucian unsur hara karena perkolasi.
6. Membuat bedengan agar mengurangi pencucian unsur hara dan erosi.

 Lokasi/ Ha

Total luasan sekitar 5.39 juta ha atau 2.9% dari lahan yang ada di Indonesia dengan penyebaran
Sumatera Utara (1.06 juta ha),Jawa Timur(0.73 juta ha),Jawa Barat(0.50 juta ha),Jawa
Tengah(0.45 juta ha),dan di Maluku(0.32 juta ha).

 Ø Usaha Pertanian Yang Cocok

1. Di Sumatera Andisols digunakan untuk budidaya tanaman industri(tembakau cerutu deli).


2. Lembang (Jawa barat) merupakan sentral produksi hortikultura
3. Jawa Timur pada umunya menjadi sentra untuk hortikultura dan tanaman tahunan.
4. Di Temanggung(Jawa Tengah) dimanfaatkan untuk budidaya tanaman tembakau.

Dari semua pemanfaat tersebut dilakukan kajian yang intesif terhadap kemiringan   lahan agar
tidak terjadi erosi yang tinggi.

Oxisols

 Ø Sifat /Ciri Utama

Tanah yang termasuk ordo Oxisol merupakan tanah tua sehingga mineral mudah lapuk tinggal
sedikit. Kandungan liat tinggi tetapi tidak aktif sehingga kapasitas tukar kation (KTK) rendah,
yaitu kurang dari 16 me/100 g liat. Banyak mengandung oksida-oksida besi atau oksida Al.
Berdasarkan pengamatan di lapang, tanah ini menunjukkan batas-batas horison yang tidak jelas.
Tanah yang memiliki horizon oksik atau kandik dengan cadangan mineral yang sedikit. Padanan
dengan sistem klasifikasi lama adalah termasuk tanah Latosol (Latosol Merah & Latosol Merah
Kuning), Lateritik, atau Podzolik Merah Kuning. Diuraikan dibawah ini :

Fisik:

1. Tekstur oxisol sedang hingga halus, memiliki kandungan debu yang sangat rendah.
2. Rasio antara debu terhadap lempung atau liat pada suatu sample tanah berada di bawah
0,15.
3. Bulk density rendah, berkisar antar 1-1,3 gr/cm3.
4. Kemampuan menahan airnya rendah jika di bandingkan dengan tanah yang lain.

Kimia:

1. KB rendah, kandungan Fe, Al, dan Sioksida tinggi.


2. KTK rendah <16 me/100 g
3. Memilki reaksi tanah yang sangat masam

 Faktor  Kendala

1. Iklim : temperature dan curah hujan.


2. Bahan induk :merupakan bahan induk tua yang sudah mengalami proses pelapukan
lanjut.
3. Relief / topografi.
4. Cadangan mineral sedikit.
5. KTK rendah.
6. Tanah masam.
7. Dapat keracunan Al, Fe dan Si.
8. Kemampuan menahan air rendah (drainase cepat).

 Cara Pengendalian

1. Tidak menggangu tanaman alami pada tanah oxisols, didaerah yang berlereng.
2. Membuat irigasi untuk suplai air.
3. Pemupukan tanah agar suplai unsur hara yang di butuhkan tersedia.
4. Memperbaiki sifat kimia dengan cara pengapuran dan penambahan BO.

 Lokasi/ Ha

Tanah-tanah sudah tua total luas tanah ini sekitar 14.11 juta ha atau 7.5% dari total lahan
Indonesia dam menyebar  di Sumatera Selatan (2.82 juta ha),Irian Jaya (2.41 juta ha),Kalimantan
Tengah(2.06 juta ha),Kalimantan Barat (1.79 juta ha),Jambi(1.14 juta ha) dan Lampung(1.01 juta
ha).

 Ø Usaha Pertanian Yang Cocok

1. Menjadikan hutan lindung untuk mengurangi dampak pemanasan global.


2. Permukaan tanah harus dalam kondisi tertutup oleh tanaman penutup tanah karena
apabila permukaan tanah terbuka menyebabkan erosi dan mengintensifkan pelapukan
tanah. Dapat juga terjadi pengerasan tanah karena adanya Fe yang tinggi.
3. Untuk tanaman pangan pengelolaan tidak hanya dilakukan pemupukan unsur anorganik
atau pengapuran  tetapi juga diperlukan adanya masukan bahan organik yang cukup besar
untuk mempertahankan kondisi tanah.

Spodosol

 Ø Sifat /Ciri Utama

1. Tanah yang termasuk ordo Spodosol merupakan tanah dengan horison bawah terjadi
penimbunan Fe dan Al-oksida dan humus (horison spodik) sedang, dilapisan atas terdapat
horison eluviasi (pencucian) yang berwarna pucat (albic). Padanan dengan sistem
klasifikasi lama adalah termasuk tanah Podzol.
2. Adanya lapisan pasir masam berwarna putih abu-abu  ( horizon albik ) di atas lapisan
lempung berpasir yang berwarna gelap
3. Terbentuknya tanah ini pada bahan induk pasir kuarsa dipercepat oleh adanya vegetasi
yang menghasilkan seresah masam.

 Faktor  Kendala

1. Kesuburan alami rendah.


2. Iklim : Boreal ( dingin ) iklim sub tropis dan tropis.
3. Adanya penimbunan Fe dan Al dengan humus yang dapat meracuni tanaman, bahkan
dapat memadas/mengeras apabila terkena sinar matahari.
4. Topografi : datar sampai bergelombang.
5. Tanah ini juga peka terhadap erosi karena teksturnya berpasir sehingga cenderung
gembur (remah).

 Cara Pengendalian

1. Adanya penutup lahan.


2. Pembuatan bedengan, guludan atau terasering sesuai dengan kelerengannya.
3. Untuk meningkatkan produktivitas tanah dapat dilakukan melalui pemberian kapur,
pemupukan , penambahan BO, dan penanaman tanaman adaptif.
4. Sebaiknya tanah Spodosol tidak dijadikan lahan pertanian, tetapi tetap dibiarkan sebagai
hutan. Kalau sudah terlanjur dibuka sebaiknya dilakukan reboisasi.

 Lokasi/ Ha

Luas penyebaran tanah darat lebih kurang 200 juta ha.dengan luas dan penyebaran kemapuan
wilayah seluas 162,335 juta ha.atau81% tersebar di Sumatera(47,270 juta ha),Kalimantan
(53,966 juta ha),Sulawesi(18,904 juta ha)dan Irian Jaya(42,195 juta ha),Dari 162,335 juta ha.luas
daratan tersebut 124,044 juta ha berwujud tanah kering dan 38,291 juta ha berwujud tanah basah.
 Ø Usaha Pertanian Yang Cocok

1. Sebagai daerah konservasi.


2. Spodosol banyak digunakan sebagai hutan .Kecuali itu dapat juga digunakan sebagi
daerah rumput ternak(pasture), atau rekreasi.

Mollisols

 Ø Sifat /Ciri Utama

Tanah yang mempunyai horison (lapisan) permukaan berwarna gelap yang mengandung bahan
organik yang tinggi. Tanah ini kaya akan kation-kation basa, oleh karena itu tanah ini juga
tergolong sangat subur. Mollisol secara karakter terbentuk di bawah rumput dalam iklim yang
sedang. Agregasi tanah baik, sehingga tanah tidak keras bila kering.

Sifat Fisik

1. Memiliki warna gelap, kroma velue kurang dari 3,5 (lembab) dan kurang dari 5,5
(kering).
2. Struktur gembur tidak keras, berbentuk prisma
3. Tekstur halus sampai sedang.

Sifat Kimia

1. pH sedang sampai alkali,


2. memiliki kejenuhan basa lebih dari 60%.

 Faktor  Kendala

1. Intensitas pengelolaan dan pemanfaatannya relatif masih rendah.


2. Biasanya adanya kontak litik yang ditemukan pada kedalam < 50 cm.

 Cara Pengendalian

1. Memanfaatka tanah dengan sebaik-baiknya sesuai dengan kebutuhan dan berdasarkan


ilmu pengetahuan yang jelas.
2. Budidaya tanaman semusim yang akarnya tidak lebih dari 50cm.

 Lokasi/ Ha

Irian jaya, NTT, Kalimantan timur, Sulawesi tangah, dan Jawa timur.

 Ø Usaha Pertanian Yang Cocok

Cocok untuk usaha budidaya tanaman semusim yang memiliki akar pendek seperti jagung,
kacang tanah, dan padi.
Aridisols

 Sifat /Ciri Utama

Reaksi-eaksi fisik, kimia dan biologi berjalan lambat karena kurangnya air. Akibatnya aridisol
merupakan tanah yang memiliki sifat hampir sama dengan bahan induknya. Aridisol memiliki
KB tinggi karena rendahnya proses pencucian. Aridisol memiliki kandungan bahan organik yang
rendah dan tidak adanya proses feritisasi. Serta tidak ditemukannya horizon eluviasi. Pada
beberapa aridisol, di permukaan tanah sering ditemukan adanya gravel pavement. Ditemukanya
caliche atau lapisan akumulasi karbonat, ini terjadi karena CaCO3 di endapkan oleh air perkolasi
yang mulai habis. Selain itu juga ditemukan horizon salik dan  natrik

 Faktor  Kendala

1. Tanah-tanah yang berada di daerah-daerah dengan tingkat kekeringan yang ekstrem


(sangat kering), bahkan sekalipun untuk petumbuhan vegetasi-vegetasi mesopit (seperti
rumput).
2. Selama musim kering biasanya terganggu oleh gundukan pasir serata erosi yang
disebabkan arah angin yang cepat.
3. Terjadinya pengerasan alga yang menyebabkan penurunan laju masuknya air (infiltrasi)
bahkan dapat mencapai nol, hal ini dapat meningkatkan besarnya run off, banjir bandang,
erosi parit yang parah saat musim penghujan yang berkepanjangan.
4. Ketersediaan air sedikit bahkan tidak ada.

 Cara Pengendalian

1. Dilakukannya pengolahan tanah dengan penambahan bahan organik dalam tanah


2. Penanaman sistem cover crop serta penambahan vegetasi di area yang dibutuhkan guna
melindungi dari terjadinya run off yang besar.
3. Penggunaan sistem irigasi seperti teras bangku atau gulutan.
4. Penggunaan mulsa plastik.

 Lokasi/ Ha

Di Indonesia tanah jenis ini hamper tidak ditemukan. Bahan induk tanah ini adalah batu
kapur.Adapun di jumpai hanya sedikit tersebar di daerah Sumatera, Kalimantan, Sulawesi, dan
Papua.

 Ø Usaha Pertanian Yang Cocok

karena lingkungannya yang kering, Aridisol termasuk sangat sulit dimanfaatkan sebagai lahan
untuk bercocok tanam. Tetapi dapat dilakukan budidaya tanaman yang membutuhkan intensitas
cahaya matahari yang tinggi dan membutuhkan air yang sedikit, misalnya tebu dan nanas.
ORDO TANAH

1. ENTISOL

Ciri-ciri ;

1.Tanah yang baru berkembang

2. Belum ada perkembangan horisontanah

3. Meliputi tanah-tanah yang berada diatas batuan induk

4. Termasuk tanah yang berkembang dari bahan baru

Mencakup kelompok tanah alluvial, regosol dan litosol dalam klasifikasi dudal-supratohardjo.
Tipe ini di sepanjang aliran besar merupakan campuran mengandung banyak hara tanaman
sehingga dianggap subur. Tanah Entisol di Indonesia umumnya memberi hasil produksi padi
(misalnya : Kerawang, Indramayu, delta Brantas), palawija, tebu (Surabaya). Entisol yang
berasal dari abu-volkanik hasil erupsi yang dikeluarkan gunung-gunung berapi berupa debu,
pasir, kerikil, batu bom dan lapili. Selain itu berasal dari gunduk pasir yang terjadi di sepanjang
pantai, misalnya diantara Cilacap dan Parangtritis (selatan Yogyakarta), dan Kerawang.

Merupakan jenis tanah yang paling muda, biasanya berasal dari abu vulkan dan endapan
sedimen. Di Indonesia tanah ini banyak terdapat di sekitar daerah gunung berapi, biasanya
ditandai dengan dominasi pasir. Warnanya dominan kelabu dan biasanya lapis olahnya dangkal
dan kadang sudah bertemu batuan di bawahnya. Keunggulan jenis tanah ini secara fisik adalah
memiliki drainase dan aerasi yang baik. Kelemahan tanah ini adalah miskin bahan organik dan
juga hara tanah khususnya nitrogen. Pengelolaan untuk jenis  tanah ini sebaiknya perlu
memperkaya bahan organiknya untuk memperbaiki struktur tanah yang porous dan juga sebagai
sumber hara N.  Disamping itu juga meminimalkan kehilangan hara karena sifat porous tanah ini.

2. ULTISOL

Ciri-ciri ;

1. Kandungan bahan organik, kenjenuhan basa dan pH rendah (pH 4,2-4,8).


2. Terjadi proses podsolisasi: proses pecucian bahan organik dan seskuioksida dimana
terjadi penimbunan Fe dan Al dan Si tercui.
3.  Bahan induk seringkali berbecak kuning, merah dan kelabu tak begitu dalam tersusun
atas batuan bersilika, batu lapis, batu pasir, dan batu liat.
4. Terbentuk dalam daerah iklim seperti Latosol, perbedaan karena bahan induk : Latosol
terutama berasal dari batuan volkanik basa dan intermediate, sedang tanah Ultisol berasal
dari batuan beku dan tuff.

Tanah yang paling luas penyebarannya di Indonesia: Sumatera, Kalimantan, Sulawesi, Papua,
dan sebagian Jawa . sebaiknya tanah ini dihutankan atau untuk perkebunan seperti : kelapa sawit,
karet dan nanas. Tanah yang termasuk ordo Ultisol merupakan tanah-tanah yang terjadi
penimbunan liat di horison bawah, bersifat masam, kejenuhan basa pada kedalaman 180 cm dari
permukaan tanah kurang dari 35%. Padanan dengan sistem klasifikasi lama adalah termasuk
tanah Podzolik Merah Kuning, Latosol, dan Hidromorf Kelabu. Tanah ini sering dikenal dengan
PMK (Podsolik Merah Kuning). Memiliki lapisan akumulasi lempung. Tanah mineral telah
berkembang, solum  (kedalaman) dalam, tekstur lempung hingga berpasir, struktur gumpal,
konsistensi lekat, bersifat agak asam (pH kurang dari 5.5), kesuburan rendah hingga sedang,
kejenuhan basa rendah, peka erosi. Tanah ini berasal dari batuan pasir kuarsa, tuf vulkanik,
bersifat asam. Tersebar di daerah beriklim basah tanpa bulan kering, curah hujan lebih dari 2500
mm/tahun. Kendala tanah ini adalah selain bersifat masam juga miskin
hara. Pengelolaan lebih diarahkan untuk meningkatkan pH tanah dan pemupukan K dan P.

3. INSEPTISOL

Tanah yang termasuk ordo Inceptisol merupakan tanah muda, tetapi lebih berkembang daripada
Entisol. Kata Inceptisol berasal dari kata Inceptum yang berarti permulaan. Umumnya
mempunyai horison kambik. Tanah ini belum berkembang lanjut, sehingga kebanyakan dari
tanah ini cukup subur. Padanan dengan sistem klasifikasi lama adalah termasuk tanah Aluvial,
Andosol, Regosol, Gleihumus, dll. Tanah ini sudah lebih berkembang dibandingkan dengan
Entisols.Tanah Inceptisols menyebar paling luas dibandingkan jenis tanah lainnya,  yaitu sekitar
70,5 juta ha atau sekitar 37,5% dari luas daratan Indonesia. Tanah ini dapat dijumpai terutama di
pulau-pulau besar seperti: Sumatera,
Jawa, Kalimantan, Sulawesi, dan Papua. Yang perlu diperhatikan pada tanah ini adalah miskin K
dan biasanya pH tanah sangat masam-agak masam. Pengelolaan untuk tanah ini lebih pada
memperkaya K dan menetralkan pH.

4. ANDOSOL

Jenis tanah mineral yang telah mengalami perkembangan profil, solum agak tebal, warna agak
coklat kekelabuan hingga hitam, kandungan organik tinggi, tekstur geluh berdebu, struktur
remah, konsistensi gembur dan bersifat licin berminyak (smeary), kadang-kadang berpadas
lunak, agak asam, kejenuhan basa tinggi dan daya absorpsi sedang, kelembaban tinggi,
permeabilitas sedang dan peka terhadap erosi. Tanah ini berasal dari batuan induk abu atau tuf
vulkanik. Termasuk tanah yang subur,biasanya dimanfaatkan untuk persawahan terutama di
pulau Jawa. Sementara untuk tanaman lain seperti teh, tembakau, kopi, jagung dan buah-buahan.
Kendala pada tanah ini adalah terikatnya P pada mineral tanah sehingga tidak tersedia.
Pemupukan P sangat diperlukan pada tanah ini lewat daun sehingga tidak terikat mineral liat
tanah.

Tanah jenis ini berasal dari bahan induk abu vulkan. Penyebaran di daerah beriklim sedang
dengan curah hujan di atas 2.500 mm/ tahun tanpa bulan kering. Umumnya dijumpai di daerah
lereng atas kerucut vulkan pada ketinggian di atas 800 meter. Warna tanah jenis ini umumnya
cokelat, abu-abu hingga hitam. Tanah-tanah lain yang tidak mempunyai epipedon plaggen, tetapi
mempunyai :

1. Horison spodik yang batas atasnya pada kedalaman ≤ 2 m dari permukaan; atau
2. Horison plakik yang memenuhi semua persyaratan horison spodik kecuali ketebalan dan
indeks akumulasi dan terletak di atas frangipan, di atas horison spodik, atau di atas horison albik
yang terketak di atas frangipan.

5. ALFISOL

Tanah yang termasuk ordo Alfisol merupakan tanah-tanah yang terdapat penimbunan liat di
horison bawah (terdapat horison argilik)dan mempunyai kejenuhan basa tinggi yaitu lebih dari
35% pada kedalaman 180 cm dari permukaan tanah. Liat yang tertimbun di horison bawah ini
berasal dari horison di atasnya dan tercuci ke bawah bersama dengan gerakan air. Padanan
dengan sistem klasifikasi yang lama adalah termasuk tanah Mediteran Merah Kuning, Latosol,
kadang-kadang juga Podzolik Merah Kuning.

Tanah mempunyai perkembangan profil, solum sedang hingga dangkal, warna coklat hingga
merah, tekstur geluh hingga lempung, struktur gumpal bersudut, konsistensi teguh dan lekat bila
basah, pH netral hingga agak basa, kejenuhan basa tinggi, daya absorpsi sedang, permeabilitas
sedang dan peka erosi, berasal dari batuan kapur keras (limestone) dan tuf vulkanis bersifat basa.
Penyebaran di daerah beriklim sub humid, bulan kering nyata. Curah hujan kurang dari 2500
mm/tahun, di daerah pegunungan lipatan, topografi Karst dan lereng vulkan ketinggian di bawah
400 m. Kendala tanah ini adalah miskin N, P dan bahan organik, sehingga pengelolaannya lebih
diarahkan pada memperkaya N, P dan bahan organik.

Tanah yang termasuk ordo Alfisol merupakan tanah-tanah yang terdapat penimbunan liat di
horison bawah (terdapat horison argilik)dan mempunyai kejenuhan basa tinggi yaitu lebih dari
35% pada kedalaman 180 cm dari permukaan tanah. Liat yang tertimbun di horison bawah ini
berasal dari horison di atasnya dan tercuci kebawah bersama dengan gerakan air. Padanan
dengan sistem klasifikasi yang lama adalah termasuk tanah Mediteran Merah Kuning, Latosol,
kadang-kadang juga Podzolik Merah Kuning. Untuk melihat morfologi tanah dapat dilakukan
dengan cara memotong tubuh tanah dengan tegak dari permukaan hingga kedalaman tertentu
sehingga akan tampak lapisan/ horizon-horizon tanah.
Horizon tanah utama tersusun atas beberapa tingkat lapisan, yaitu:

 Horizon O, merupakan horizon organik. Lapisan tanah ini sebagian besar tersusun atas
bahan organik, baik masih hidup maupun yang sudah membusuk. Terbentuk di bagian
paling atas, di atas lapisan mineral. Horizon ini berwarna kelam hingga hitam.
 Horizon A, merupakan horizon mineral yang letaknya di bawah horizon O. Tersusun atas
zat-zat renik, hewan-hewan tanah, maupun fosil hewan dan tumbuhan yang belum lama
mati. warna sedikit kecoklatan.
 Horizon B, merupakan horizon mineral yang ditandai penimbunan basa, lempung besi,
aluminium, atau bahan organik yang telah tercuci dari horizon A. Lapisan ini memiliki
konsentrasi atau lempung yang terbentuk karena larutnya karbonat atau garam-garam
lain. Ciri-ciri umum lapisan ini ialah warna tanah lebih kelam, tekstur lebih halus, dan
struktur lebih mampat di bandingkan horizon A di atasnya.
 Horizon C, merupakan horizon mineral yang masih berbentuk bahan induk. Horizon ini
kurang dipengaruhi oleh proses perkembangan tanah, dan tidak memperlihatkan ciri-ciri
diagnostik horizon A dan B.
 Horizon R merupakan lapisan batuan induk tanah berupa batuan yang masih utuh.

Anda mungkin juga menyukai