Anda di halaman 1dari 2

ALIRAN MATURIDIYAH

Nama Aliran Maturudiyah ini diambil dari nama tokoh pertama yang tampil
mengajukan pemikirannya sendiri. Nama lengkapnya yakni Abu Mansur Muhammad Ibn
Mahmud al-Maturidi. Beliau itu dilahirkan di Samarkand pada pertengahan kedua abad ke-9
Masehi dan meninggal tahun 944 M1. Beliau memiliki Murid yang bernama Abu al-Yusuf
Muhammad al-Bazdawi. Ia dilahirksn pada tahun 421 H dan meninggal pada tahun 493 H.
diketahui juga bahwa nenek Al-Bazdawi adalah murid al-Maturidi, dan Al-Bazdawi ini
merupakan murid terpentingnya Al-Maturidi.

Nah, aliran ini sama dengan aliran al-Asy’ariyah, sama-sama menampilakn reaksi
bagi paham teologi Muktazilah. Namun, tidak seluruhnya itu sejalan dengan pemikiran yang
diberikan oleh Asy’ari, karena pemikiran teologi Asy’ari itu sangat banyak menggunakan
makna teks nash agama (Qur’an dan sunnah). Sedangkan al-Maturidi itu menjelaskan tentang
pemikiran teologi yang dianutnya. Al-Maturidi itu banyak memakai rasio dalam pandangan
keagamaan, dan menggunakan akal dalam pemikiran teologinya. Maturidi selalu tampil
sebagai penantang ajaran yang dikembangkan oleh Muktazilah, sehingga pemikiran teologi
yang dibawah oleh maturidi itu lebih dekat kepada Muktazilah.

Nah, dikalangan para penganut mazhab Hanafi, hasil pemikiran Maturidi dalam
bidang aqidah, itu dipandang sama dengan pendapat Abu Hanafih. Abu Hanafi sebelum
memasuki lapangan fikh secara intensif, beliau itu dikenal sebagai pemikir teologi.
Kedudukannya itu melibatkan dirinya kedalam suatu perdebatan sebagai yang dituntut oleh
suasana zamannya. Abu Hanafi memiliki karya yang sangat terkenal dibidang ilmu kalam,
yakni sebuah buku yang berjudul Al-Fiqh al-Akbar. Menurut beliau karyanya itu memiliki
nilai historis yang sangat penting, sehingga dengan karya itu kita bisa melakukan
perbandingan antara pemikiran-pemikiran yang hidup antara abad pertama dan kedua Hijrah
yang dengan pemikirannya itu dikembangkan oleh al-Maturidi sendiri yang hidup antara abad
ketiga dan keempat Hijrah. Jadi bisa kita pahami bahwa pemikiran-pemikiran yang
dikembangkan oleh Imam al-Maturidi itu pada hakikatnya berintikan pemikiran Imam Abu
Hanafih sekaligus merupakan perluasan pemikiran-pemikiran tersebut.

Kita kenal bahwa tokoh pertama dari aliran Maturidiyah adalah al-Maturidiyah itu
sendiri. Dia itu tampil sebagai pemikir dalam menghadapi pemikiran Muktazilah. Namun
karena dia memiliki latar belakang intelektual pandangan rasional Abu Hanifah. Sehingga, di
perbedaan antara Maturidiyah dengan Muktazilah itu ada persamaan pemikiran.

Nah perbedaannya antara Maturidiyah dengan Muktazilah itu bisa kita lihat dari
pandangan-pandangan Muktazilah yang ditolak oleh al-Maturidi, diantaranya masalah nafy
al-sifat dan al-shalah. dalam hal ini Muktazilah mengatakan bahwa Tuhan itu tidak bersifat
dalam arti sifat yang berdiri diluar dzat-Nya, nah al-Maturidi itu sejalan dengan Asy’ari yang
mengatakan bahwa Tuhan mempunyai sifat-sifat. Oleh karena itu, menurut al-Maturidi,
mengetahui bukan dengan dzat-Nya, tetapi mengetahui dengan pengetahuan-Nya, demikian
pula berkuasa dengan sifat-Nya. Al-Maturidi juga menolak pandangan al-manzilah bayn al-

1
yunan yusuf, Alam Pikiran Islam Pemikiran Kalam (Jakarta: Prenadamedia Group, 2014).
manzilataian Muktazilah. Menurutnya orang mukmin yang melakukan dosa besar itu tetap
mukmin, masalah tentang dosa besar yang dilakukan oleh orang mukmin itu akan ditentukan
kelak di akhirat oleh Allah SWT. Namun dalam beberapa hal al-Maturidi sejalan dengan
Muktazilah, seperti paham al-Wa’ad Wa a-Wa’id. menurut Maturidi janji dan ancaman
Tuhan itu tidak boleh tidak mesti berlaku. Apa yang dijanjikan oleh Tuhan itu harus berlaku.
Demikian pula dalam pandangan terhadap ayat-ayat mutasyabihat yang menggambarkan
Tuhan mempunyai bentuk jasmani (tajassum-antropomorpisme). Ayat-ayat tersebut haruslah
ditakwil. Nah pengertian tentang wajah, tangan dan sebagainya mestilah diberi makna majazi
atau kiasan agar sesuai dengan kebesaran dan keagungan Tuhan.

Anda mungkin juga menyukai