Anda di halaman 1dari 2

Gresik sebagai Jalur Pelayaran

Gresik ini merupakan salah satu kota yang dikenal sebagai bandar dagang tertua setelah
Kota Tuban. Gresik menjadi salah satu kota dengan bandar dagang tua ini sejak masa
pemerintahan Kerajaan Majapahit. Kota ini berperan sebagai kota dagang dan mulai berkembang
sejak pertengahan abad-14 M, yang seiring berkembang dengan dinamika kota-kota dagang
lainnya di Nusantara dan juga terkait dalam jalur perdagangan dunia. Para pedagang melintasi
jalur perdagangan yang melintasi hanya untuk memperoleh komoditas dari Gresik. Para
pedagang ini menggunakan kapal yang melewati Laut Tengah, Samudera Hindia, dan Laut Cina
Selatan. Setelah sampai ke Malaka, kemudian menuju ke Maluku, kemungkinan menuju ke utara
Pulau Jawa. Dengan demikian, kemungkinan para pedagang tersebut mengunjungi kota-kota di
utara pulau Jawa yang mempunyai komoditas rempah, seperti di Gresik yang saat itu terkenal
akan komoditas seperti beras dan garam (Hilmiyyah: 2019).

Pelayaran di wilayah Gresik ini sangat strategis dengan banyaknya para pedagang dari
luar yang singgah di Gresik. Para pedagang dari luar ini membawa barang dagangannya untuk
dijual ke masyarakat yang berada di sekitar pelabuhan Gresik. Begitupun dengan masyarakat
yang berada disekitar pelabuhan, mereka juga menjual barang yang menjadi penghasilan barang
tersebut untuk dijual ke pedagang yang berasal dari luar. Dengan demikian, kehidupan
masyarakatnya dapat menjalin interaksi pedagang luar dengan baik. Kegiatan masyarakat inilah
yang menjadikan kehidupannya menjadi makmur.

Salah satu pelabuhan yang berada di Gresik ini adalah bandar Gresik Jaratan yang
dijadikan sebagai pelabuhan utama. Pada pelabuhan ini terdapat pembuatan kapal-kapal kecil
yang berukuran 10 sampai 100 ton yang dipakai untuk berlayar ke Maluku. Selain itu, ada
fasilitas bagi kapal yang dipakai untuk berlayar ke Maluku. Selain itu, ada fasilitas bagi kapal
dari luar yang memerlukan reparasi. Pelayaran dengan pulau rempah-rempah di Maluku
memiliki hubungan yang sangat penting. Baik dari kapal Gresik sendiri maupun kapal Banda
menyelenggarakan hubungan pelayaran ini. Dalam hubungannya dengan Maluku pelabuhan
Gresik juga sangat penting karena disinilah orang-orang Ternate dan Tidore berlabuh untuk pergi
ke Giri memperdalam ilmu pengetahuannya dalam bidang agama islam (Poesponegoro &
Notosusanto: 2010).

Bukan hanya

Hilmiyyah, D.R. 2019. Pelabuhan Gresik sebagai Proses Perdagangan dan Islamisasi Abad XV-
XVI M. Skripsi.UIN Sunan Ampel, Fakultas Adab dan Humaniora.
Poesponegoro, M.D & Notosusanto, N. (2010). Sejarah Nasional Indonesia Jilid III: Zaman
Pertumbuhan dan Perkembangan Kerajaan-Kerajaan Islam di Indonesia. Jakarta: Balai Pustaka.

Pada abad ke 15 M pelabuhan Gresik dan pelabuhan Jaratan adalah pelabuhan kembar yang
terletak berhadapan dimuara sungai. Pelabuhan Gresik dulunya memang berada di desa Karang
Kiring yang berhadapan langsung dengan sungai Lamong, sebelum berpindah ke lokasi yang
sekarang ini. Sedangkan pelabuhan Jaratan itu terletak di desa Mengare yang juga berhadapan
dengan Sungai Solo lawas. Karena ramainya pelabuhan Gresik, banyak pedagang-pedangan
asing yang singgah di Gresik dengan tujuan berdagang sekaligus berdakwah, khususnya
pedagang muslim. Maka dari itu para pedagang dapat berinteraksi dengan masyarakat banyak,
selain itu raja dan para bangsawan dapat pula turut serta dalam kegiatan perdagangan tersebut
sebagai pelaku jual-beli, pemilik kapal atau pemodal. Dari proses itulah para pedagang islam
atau para mubaligh menyebarkan agama Islam

Anda mungkin juga menyukai