Anda di halaman 1dari 5

BAB I

PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG
Autisme adalah suatu gangguan perkembangan pervasif dalam bidang kognitif,
bahasa, perilaku, komunikasi dan interaksi sosial (Cohen & Bolton, 1993). Anak dengan
autisme akan mengalami gangguan dalam tiga bidang, yaitu interaksi sosial, komunikasi
dan perilaku (Juanita, 2004). Pernyataan tersebut diperjelas dengan pendapat Judarwanto
(2007), yang menerangkan bahwa gangguan interaksi sosial ditandai dengan suka
menyendiri, tidak ada kontak mata dan tidak tertarik untuk bermain dengan teman.
Gangguan komunikasi yang terlihat adalah keterlambatan bicara dan echolalia atau suka
menirukan kata-kata orang lain. Gangguan perilaku yang dialami seperti agresif,
hiperaktif, suka menyakiti diri sendiri dan suka melamun. Akibat dari gangguan ini sang
anak tidak dapat secara otomatis belajar untuk berinteraksi dan berkomunikasi dengan
lingkungan sekitarnya, sehingga ia seolah-olah hidup dalam dunianya sendiri.
Belum ada data khusus terkait angka kejadian autisme, namun Kementrian Kesehatan
menyebutkan jumlah anak autis cukup tinggi di Indonesia. Berdasarkan data dari
Instalasi Kesehatan Jiwa Anak dan Remaja Rumah Sakit Jiwa Soeharto Heerdjan
mencatat pada tahun 2014 ada sekitar 15 persen anak autis dari 6600 kunjungan dengan
rata-rata usia anak lebih dari 3 tahun. Data yang ditemukan, paling banyak yang dialami
anak laki-laki (86,9%) dan perempuan (13,1%).
Hasil penelitian yang dilakukan oleh Yatim (2003) menunjukkan bahwa 10% anak
autisme yang mendapatkan bimbingan dan pelatihan yang baik maka anak dapat
melakukan hubungan sosial dan berperilaku mendekati normal. Keberhasilan anak
autisme membutuhkan faktor pendukung yang kuat dari keluarga. Penelitian yang
dilakukan oleh Anan dan Warner (2008) menunjukkan bahwa 11-14% anak autisme
yang mendapatkan dukungan intensif keluarga dapat berubah statusnya dari tidak
mungkin mengalami perbaikan menjadi mungkin untuk diperbaiki. Untuk itu dibutuhkan
peran serta keluarga dalam mendampingi dan mendukung perkembangan dan
pertumuhan anak autisme.
Sebagai seorang perawat, pada anak autisme pelaksanaan terapi yang dilakukan harus
melibatkan keluarga dalam proses pelaksanaannya. Keluarga, terutama orangtua yang
memiliki anak dengan autisme diberdayakan dengan cara membantu orang tua memilih
strategi koping yang tepat, mengajarkan komunikasi yang efektif, mengingatkan kepada
orangtua untuk mengawasi dan senatiasa memberi pengarahan dalam berperilaku.
B. TUJUAN

1. Tujuan Umum
Mahasiswa mampu melakukan asuhan keperawatan pada An. S di Poliklinik Anak
RSUD KRT SETDJONEGORO Wonosobo.
2. Tujuan Khusus
a. Mahasiswa mampu mendeskripsikan hasil pengkajian pada pada An. S di
Poliklinik Anak RSUD KRT SETDJONEGORO Wonosobo.
b. Mahasiswa mampu mendeskripsikan hasil analisa data pada pada An. S di
Poliklinik Anak RSUD KRT SETDJONEGORO Wonosobo.
c. Mahasiswa mampu mendeskripsikan rencana asuhan keperawatan pada pada An. S
di Poliklinik Anak RSUD KRT SETDJONEGORO Wonosobo.
d. Mahasiswa mampu mendeskripsikan implementasi pada pada An. S di Poliklinik
Anak RSUD KRT SETDJONEGORO Wonosobo.
e. Mahasiswa mampu mendeskripsikan evaluasi pada pada An. S di Poliklinik Anak
RSUD KRT SETDJONEGORO Wonosobo.
BAB IV
PEMBAHASAN

Autisme mengacu pada problem dengan interaksi sosial, komunikasi, dan bermain
imajinatif, yang mulai muncul sejak anak berusia di bawah 3 tahun. Mereka mempunyai
keterbatasan pada level aktivitas dan interest. (Priyatna,2010).
Menurut Vesjarisyanti (2008), ada beberapa klasifikasi autism, diantaranya aloof anak
dengan autisme dari tipe ini senantiasa berusaha menarik diri dari kontak sosial, dan
cenderung untuk menyediri dipojok, passive anak dengan autisme tipe ini tidak berusaha
mengadakan kontak sosial melainkan hanya menerima saja, active but odd sedangkan pada
tipe ini anak melakukan pendekatan namun hanya bersifat repetitf dan aneh. Pada anak An.S,
an.S aktif tetapi tidak melakukan pendekatan, tidak dapat melakukan kontak sosial dan
cenderung aktif bermain sendiri, pada tipe ini An.S termasuk klasifikasi active but odd.

Penyebab autisme menurut Huzaemah (2010), autis disebabkan multifaktor yaitu: 1)


kerusakan jaringan otak,mininshe menemukan bahwa pada anak yang terkena autis, bagian
otak yang mengendalikan pusat memori dan emosi menjadi lebih kecil daripada anak
normal.2) terlalu banyak vaksin hepatitis B, terlalu benyak vaksin hepatitis B menyebabkan
autisme hal ini dikarenakan vaksin ini mengandung zat pengawet Thimerosal. 3)kombinasi
makanan atau lingkungan yang salah. Autis disebakan kombinasi makanan yang salah atau
lingkungan yangterkontaminasi zat-zat beracun mengakibatkan kerusakan pada usus besar,
yang mengakibatkan masalah dalam tingkah laku dan fisik termasuk autis. Pengkajian pada
ibu an.S dijelaskan bahwa an.S sebelumnya terkena demam kejang, 3 5 hari dirawat diruang
ICU karena demam kejang. perkembangan dan pertumbuhan an.S normal sampai dengan
umur 7 bulan pada saat anak mengalami kejang demam, perkembangan dan pertumbuhannya
mulai menurun, kemungkinan terjadi kerusakan pada otak yang menyebabkan an.S
mengalami autisme.
BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

A. KESIMPULAN
Autisme adalah suatu gangguan perkembangan pervasif dalam bidang kognitif,
bahasa, perilaku, komunikasi dan interaksi sosial (Cohen & Bolton, 1993). Hasil
penelitian yang dilakukan oleh Yatim (2003) menunjukkan bahwa 10% anak autisme
yang mendapatkan bimbingan dan pelatihan yang baik maka anak dapat melakukan
hubungan sosial dan berperilaku mendekati normal. Keberhasilan anak autisme
membutuhkan faktor pendukung yang kuat dari keluarga. Penelitian yang dilakukan oleh
Anan dan Warner (2008) menunjukkan bahwa 11-14% anak autisme yang mendapatkan
dukungan intensif keluarga dapat berubah statusnya dari tidak mungkin mengalami
perbaikan menjadi mungkin untuk diperbaiki. Untuk itu dibutuhkan peran serta keluarga
dalam mendampingi dan mendukung perkembangan dan pertumuhan anak autisme.

B. SARAN
1. Bagi Mahasiswa Profesi
Diharapkan tugas keperawatan anak ini dapat dijadikan sebagai tambahan
pengalaman serta proses pendidikan.
2. Bagi Institusi
Bagi intitusi Pendidikan diharapkan lebih proaktif bekerja sama dengan
institusi kesehatan dalam menginformasikan perkembangan ilmu terbaru
kepada rumah sakit maupun masyarakat
3. Bagi Perawat
Bagi Perawat dapat senantiasa mengembangkan ilmu keperawatan yang
ada,serta ahli gizi gu menerapkannya serta aktif berkolaborasi dengan tenaga
medis yang lainnya guna mencapai hasil yang maksimal
4. Bagi Rumah Sakit
Mengembangkan ilmu kesehatan terkini, memberikan pelayanan yang terkini
dan meningkatkan SDM yang ada.
DAFTAR PUSTAKA

Anda mungkin juga menyukai