Anda di halaman 1dari 155

ASUHAN KEBIDANAN IBU BERSALIN PADA NY.

F G1P0A0
UMUR 24 TAHUN UMUR KEHAMILAN 42 MINGGU
DENGAN INDUKSI ATAS INDIKASI SEROTINUS
DI RSUD dr. SOEHADI PRIJONEGORO
SRAGEN

KARYA TULIS ILMIAH


Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Tugas Metode Penelitian
Pendidikan Diploma 3 Kebidanan

Disusun Oleh :
Arum Mahardika Bagastuti
NIM. B14054

PROGRAM STUDI DIPLOMA 3 KEBIDANAN


SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN KUSUMA HUSADA
SURAKARTA
2017
LEMBAR PERSETUJUAN

Karya Tulis Ilmiah

ASUHAN KEBIDANAN IBU BERSALIN PADA NY. F G1P0A0

UMUR 24 TAHUN DENGAN INDUKSI ATAS INDIKASI

SEROTINUS DI RSUD dr. SOEHADI

PRIJONEGORO SRAGEN

Diajukan Oleh :

Arum Mahardika Bagastuti

NIM. B14054

Telah diperiksa dan disetujui

Pada tanggal 04 Agustus 2017

Pembimbing

Hutari Puji Astuti, S.SiT., M.Kes

NIK. 200580012

ii
HALAMAN PENGESAHAN

ASUHAN KEBIDANAN IBU BERSALIN PADA NY. F G1P0A0


UMUR 24 TAHUN DENGAN INDUKSI ATAS INDIKASI
SEROTINUS DI RSUD dr. SOEHADI
PRIJONEGORO SRAGEN

Karya Tulis Ilmiah

Disusun Oleh :
Arum Mahardika Bagastuti
NIM. B14054
Telah dipertahankan di depan Dewan Penguji
Ujian Akhir Program Diploma 3 Kebidanan
Pada tanggal ………………...
PENGUJI I PENGUJI II

Anis Nurhidayati, SST., M.Kes Hutari Puji Astuti, S.SiT., M.Kes


NIK. 200685025 NIK. 200580012

Tugas akhir ini telah diterima sebagai salah satu persyaratan


Untuk memperoleh gelar Ahli Madya Kebidanan
Mengetahui,
Ka. Prodi D 3 Kebidanan

Siti Nurjanah, SST., M.Keb


NIK. 201188093

iii
KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT yang
telahmelimpahkan rahmat dan hidayah-Nya sehingga penulis dapat
menyelesaikan Karya Tulis Ilmiah yang berjudul : “Asuhan Kebidanan Ibu
Bersalin Pada Ny.F G1P0A0 Umur 24 Tahun Dengan Induksi Atas Indikasi
Serotinus Di RSUD dr. Soehadi Prijonegoro Sragen”. Karya Tulis Ilmiah ini
disusun dengan maksud untuk memenuhi tugas akhir sebagai salah satu syarat
kelulusan dari Program Studi D 3 Kebidanan STIKes Kusuma Husada Surakarta.
Penulis menyadari bahwa tanpa bantuan dan pengarahan dari berbagai
pihak, Karya Tulis Ilmiah ini tidak dapat diselesaikan dengan baik. Oleh karena
itu penulis mengucapkan terimakasih kepada :
1. Ibu Wahyu Rima Agustin, S,Kep, Ns, M.Kep, selaku Ketua STIKes Kusuma
Husada Surakarta.
2. Ibu Siti Nurjanah, SST., M.Keb, selaku Ketua Program Studi D 3 Kebidanan
Kusuma Husada Surakarta.
3. Ibu Hutari Puji Astuti S.SiT, M.Kes, selaku Dosen Pembimbing yang telah
meluangkan waktu untuk memberikan petunjuk dan bimbingan kepada
penulis.
4. dr. Djoko Sugeng P, M.Kes, selaku direktur RSUD dr. Soehadi Prijonegoro
Sragen yang telah bersedia memberikan ijin untuk melakukan studi kasus.
5. Ny.F selaku pasien RSUD dr. Soehadi Prijonegoro Sragen yang telah bersedia
menjadi pasien.
6. Seluruh dosen dan staff Prodi D 3 Kebidanan STIKes Kusuma Husada
Surakarta atas segala bantuan yang telah diberikan.
7. Semua pihak yang telah membantu dan memberikan dukungan dalam
menyelesaikan Karya Tulis Ilmiah.
Penulis menyadari bahwa dalam penulisan ini masih jauh dari sempurna,
oleh Karena itu penulis membuka saran demi kemajuan penelitian selanjutnya.
Semoga KaryaTulis Ilmiah ini dapat bermanfaat bagi semua pihak.
Surakarta, 30 Juli 2017
Penulis

iv
Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Kusuma Husada Surakarta
Program Studi D3 Kebidanan
Karya Tulis Ilmiah, Juli 2017
Arum Mahardika Bagastuti
B14054

ASUHAN KEBIDANAN IBU BERSALIN PADA NY.F G1P0A0 UMUR 24


TAHUN HAMIL 42 MINGGU DENGAN INDUKSI ATAS INDIKASI
SEROTINUS DI RSUD dr. SOEHADI PRIDJONEGORO
SRAGEN

x + 111 halaman + 12 lampiran

INTISARI
Latar Belakang : Berdasarkan Survey Demografi Kesehatan Indonesia (SDKI)
tahun 2014 angka kematian ibu di Indonesia masih pada angka 395 per 100.000
kelahiran hidup (Depkes RI, 2014). Penyebab utama AKI pada saat bersalin
60,90%, kematian waktu hamil 26,33%, pada waktu nifas 12,76%. Berdasarkan
studi pendahuluan di RSUD dr. Soehadi Pridjonegoro Sragen, pada bulan Oktober
2015 sampai Oktober 2016 ibu bersalin dengan induksi atas indikasi Serotinus
yaitu 157 (9,5%). Walaupun kejadian persalinan dengan induksi atas indikasi
Serotinu masih cukup tinggi, tetap memerlukan penanganan dan tindakan
kegawatdaruratan obstetrik khususnya ibu bersalin dengan induksi atas indikasi
Serotinus dengan menggunakan konsep Hellen Varney.
Tujuan : Penulis mampu melakukan Asuhan Kebidanan pada Ibu Bersalin
dengan Induksi atas Indikasi Serotinus dengan menggunakan pendekatan
kebidanan 7 langkah Varney. Penulis mampu menganalisa kesenjangan antara
teori yang ada dengan praktek yang ada di lahan. Penulis mampu memberikan
alternatif pemecahan masalah.
Metodologi : Jenis laporan studi kasus dengan menggunakan metode
observasional deskriptif, lokasi RSUD dr. Soehadi Pridjonegoro Sragen. Subjek
studi kasus adalah ibu bersalin Ny. F G1P0A0 Umur 24 tahun hamil 42 minggu
dengan induksi atas indikasi Serotinus, waktu studi kasus pada tanggal 14 Juli
2017.Teknik pengambilan data antara lain data primer meliputi pemeriksaan fisik,
wawancara serta observasi dan data sekunder meliputi studi dokumentasi dan studi
kepustakaan.
Hasil : Melakukan kolaborasi dengan dokter SpOG untuk pemberian terapi Infus
RL + drip Oxy 5 IU dengan tetesan 20 tpm. Keadaan ibu baik dan bayi dapat lahir
secara spontan pada tanggal 14 Juli 2017, pukul 13.20 WIB, jenis kelamin
perempuan, BB : 3600 gram, PB : 48cm, apgar score : 8-9-10 dan plasenta lahir
lengkap.
Kesimpulan : Pada kasus Ny.F penulis menemukan kesenjangan antara teori dan
kasus yang ada di lahan yaitu pada langkah pengkajian dan langkah induksi.

Kata kunci : Asuhan Kebidanan, Ibu bersalin, Serotinus.


Kepustakaan :23 Literatur (2007-2015)

v
MOTTO
1. Jangan pernah menyerah seberat apapun rintangan yakinlah dan terus
berusaha karena Allah SWT selalu memberikan jalan keluarnya.
2. Jadikanlah kegagalan sebagai guru terbaik karena gagal membuat kita belajar
untuk lebih baik lagi.

PERSEMBAHAN
Karya Tulis Ilmiah ini penulis persembahkan kepada :
1. Allah SWT yang telah memberi kesehatan, kemudahan serta kelancaran
dalam penyusunan Karya Tulis Ilmiah ini.
2. Ibu dan bapak ku terimakasih untuk perjuanganmu, kasih sayang yang kalian
berikan, semangat yang kalian berikan adalah kekuatanku.
3. Keluarga keduaku ibu dan bapak calon mertua terimakasih atas kasih sayang dan
dukungan yang kalian berikan.
4. Untuk Hardana yang selalu menyayangiku, menemaniku dalam suka dan duka,
selalu memberi semangat, menemaniku dalam berjuang, dan terimakasih atas doa
mu sepanjang malam untuk ku.
5. Ibu pembimbing Hutari Puji Astuti, S.SiT., M.Kes terimakasih sudah
memberikan dukungan dan bimbingan.
6. Terimakasih untuk sahabatku bidan Sella Elvida Sari, mbak Rika Nurhayati,
Catur Wulandari, Tyas Permatasari selalu memberi semangat, selalu
mengingatkan, selalu menemaniku di kala suka dan duka, terimakasih sahabat-
sahabat ku “KOS EL-ZO” Yuliani Disari, Selviana Ika Dewi, Icha kalian terbaik
walaupun kita beda prodi kita berjuang bersama untuk meraih toga semoga kita
kelak jadi orang-orang yg sukses, sampai bertemu di wisuda cantikku kasih
sayang kalian akan selalu ada dihati.
7. Almamater tercinta.

vi
CURRICULUM VITAE

BIODATA
Nama : Arum Mahardika Bagastuti
Tempat/Tanggal lahir : Ngawi, 6 Agustus 1996
Agama : Islam
Jenis kelamin : Perempuan
Alamat : Dsn. Bulakpande Rt 007/001, Ds. Kayutrejo,
Kec.Widodaren, Kab. Ngawi, Jawa Timur

RIWAYAT PENDIDIKAN
SDN Kayutrejo 3 Tahun Lulus 2008
SMPN 2 Widodaren Tahun Lulus 2011
SMAN 1 Widodaren Tahun Lulus 2014
Prodi DIII Kebidanan STIKes Kusuma Husada
Surakarta Angkatan Tahun 2014

vii
DAFTAR ISI

Halaman
HALAMAN JUDUL ...................................................................................... i
HALAMAN PERSETUJUAN....................................................................... ii
LEMBAR PENGESAHAN ........................................................................... iii
KATA PENGANTAR .................................................................................... iv
INTISARI........................................................................................................ v
MOTTO DAN PERSEMBAHAN.... ............................................................. vi
CURICULUM VITAE ................................................................................... vii
DAFTAR ISI ................................................................................................... viiii
DAFTAR LAMPIRAN .................................................................................. x
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah ........................................................... 1
B. Perumusan Masalah .................................................................. 4
C. Tujuan Studi Kasus................................................................... 5
D. Manfaat Studi Kasus................................................................. 6
E. Keaslian Studi Kasus ................................................................ 7
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
A. Teori Medis .............................................................................. 10
1. Persalinan fisiologis .......................................................... 10
2. Kehamilan Serotinus ........................................................ 20
B. Teori Manajemen Asuhan Kebidanan ...................................... 30
1. Pengertian .......................................................................... 30
2. Langkah-Langkah Dalam Manajemen Kebidanan ............ 31
a. Langkah Pertama : Pengkajian ................................... 31
b. Langkah kedua : Interpretasi Data.............................. 47
c. Langkah ketiga : Merumuskan masalah/diagnose
potensial ..................................................................... 50
d. Langkah keempat : Antisipasi/tindakan segera ......... 51
e. Langkah kelima : Rencana Tindakan ......................... 52

viii
f. Langkah keenam : Pelaksanaan.................................. 55
g. Langkah ketujuh : Evaluasi ........................................ 56
C. Landasan Hukum ..................................................................... 58
BAB III METODOLOGI PENELITIAN
A. Jenis Studi................................................................................. 59
B. Lokasi Studi Kasus ................................................................... 59
C. Subjek Studi Kasus ................................................................... 60
D. Waktu Studi Kasus ................................................................... 60
E. Instrumen Studi Kasus .............................................................. 60
F. Teknik Pengumpulan Data ....................................................... 61
G. Alat – alat Yang Dibutuhkan .................................................... 64
H. Jadwal Penelitian ...................................................................... 66
BAB IV TINJAUAN KASUS DAN PEMBAHASAN
A. TINJAUAN KASUS ....................................................... ........ 67
I. Pengkajian ...................................................... ................ 67
II. Interpretasi Data ......................................................... .... 80
III. Diagnosa Potensial ..................................................... .... 82
IV. Tindakan Segera ........................................................ ..... 83
V. Rencana Tindakan ...................................................... .... 83
VI. Pelaksanaan ................................................................ .... 84
VII. Evaluasi .................................................................... ...... 86
B. Pembahasan ...................................................................... ....... 99
BAB V PENUTUP
A. Kesimpulan ....................................................................... ....... 107
B. Saran ................................................................................. ....... 110
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN

ix
DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1 Jadwal Studi Kasus


Lampiran2 Surat Permohonan Studi Pendahuluan
Lampiran 3 Surat Balasan Studi Pendahuluan
Lampiran 4 Surat Ijin Penggunaan Lahan
Lampiran 5 Surat Balasan Ijin Penggunaan Lahan
Lampiran 6 Surat Permohonan Menjadi Responden
Lampiran 7 Surat Persetujuan Menjadi Responden (Inform Consent)
Lampiran 8 Lembar Observasi Kemajuan Persalinan
Lampiran 9 Partograf
Lampiran 10 Leaflet dan SAP
Lampiran 11 Dokumentasi Studi Kasus
Lampiran 12 Lembar Konsultasi

x
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Derajat kesehatan suatu negara ditentukan oleh beberapa indikator,

salah satu indikator tersebut adalah Angka Kematian Ibu (AKI). Angka

kematian ibu (AKI) di Indonesia masih jauh dari target yang di capai 2016

sesuai dengan kesepakatan sasaran pembangunan millenium. Hasil Survey

Demografi Kesehatan Indonesia (SDKI) tahun 2014 angka kematian ibu

di Indonesia masih pada angka 395 per 100.000 kelahiran hidup

(Depkes RI, 2014).

Angka kematian ibu (AKI) Provinsi Jawa Tengah tahun 2015

berdasarkan laporan dari kabupaten/kota sebesar 111,16/100.000 kelahiran

hidup. Penyebab Angka Kematian Ibu (AKI) yaitu keadaan kesehatan yang

kurang baik menjelang kehamilan, komplikasi pada kehamilan dan kelahiran

(Dinkes, 2015).

Kematian maternal ibu paling banyak pada saat bersalin 60,90%,

kematian waktu hamil 26,33%, pada waktu nifas 12,76% (Dinkes, 2015).

Angka kejadian kehamilan lewat waktu kira-kira 10%, bervariasi antara 3.5-

15%. Penyebab perbedaan adalah dalam menentukan usia kehamilan, perlu

di ingat bahwa ibu sebanyak 10% lupa akan tanggal haid terakhir, sehingga

sulit untuk menentukan saat ovulasi. Kekhawatiran dalam menghadapi

kehamilan lewat waktu adalah meningkatkan resiko angka kematian dan

kesakitan parinteral. Resiko kesakitan parinteral bisa menjadi 3 kali lipat

1
2

dibandingkan kehamilan aterm. Sehingga komplikasi yang akan sering terjadi

distosia bahu, incoordinat uterin action, perdarahan post partum

(Prawirohardjo, 2014).

Kematian ibu dikelompokkan menjadi dua kematian obstertik

langsung dan kematian obstetrik tidak langsung. Kematian obstetrik langsung

adalah komplikasi kebidanan yang terkait dengan kehamilan (kehamilan,

persalinan, masa nifas dan infeksi puerporium), akibat intervensi, kelalaian,

terapi yang tidak tepat, misalnya pada kasus KPD, Serotinus, PEB, Anemia,

Kelainan Letak, dan lain sebagainya. Kematian obstetrik tidaklangsung

merupakan akibat penyakit terdahulu atau penyakit yang berkembang semasa

kehamilan, dan tidak berkaitan dengan penyebab langsung, tetapi diperparah

dengan dampak fisiologis kehamilan, misalnya malaria, anemia, HIV/AIDS,

dan penyakit kardiovaskuler

(Varney dkk, 2007).

Serotinus adalah kehamilan yang telah berlangsung selama 42

minggu (294 hari) atau lebih pada siklus haid teratur rata-rata 28 hari dan hari

pertama haid terakhir diketahui dengan pasti. Diagnosa usia kehamilan lebih

dari 42 minggu didapatkan dari perhitungan rumus niagle atau dengan tinggi

fundus uteri serial (Nugroho, 2012).

Dampak yang terjadi pada ibu akibat hamil lewat bulan yaitu

mordibitas/mortalitas ibu dapat meningkat sebagai akibat dari mikrosomia

janin dan tulang tengkorak menjadi lebih keras yang menyebabkan terjadi

distosia persalinan, incoordinate uterin action, partus lama, angka kejadian


3

seksio sesarea meningkat karena gawat janin,disproporsi sefalopelvik,

meningkatkannya perdarahan pasca persalinan. Dampak yang terjadi pada

pada janin yaitu kelainan pertumbuhan janin (berat janin menurun), sindroma

postmaturitas (gangguan pertumbuhan, dehidrasi, kulit kering, keriput seperti

kertas, kuku tangan dan kaki panjang, tulang tengkorak lebih keras, hilangnya

verniks kasesosa dan lanugo, maserasi kulit terutama daerah lipat paha dan

genital luar, warna coklat kehijauan atau kekuningan padakulit dan tali pusat,

muka tampak menderita, rambut kepala banyak atau tebal), oligohidramnion,

gawat janin atau kematian perinatal disebabkan oleh makrososmia, insufiensi

plasenta, cacat bawaan (Prawirohardjo, 2014).

Pengelolaan kehamilan lewat waktu dibagi menjadi dua yaitu

pengelolaan aktif dan pengelolaan pasif. Pengelolaan aktif yaitu dengan

melakukan persalinan anjuran pada usia kehamilan 41 atau 42 minggu untuk

memperkecil resiko terhadap janin. Pengelolaan pasif/menunggu/espektatif,

didasarkan pada pandangan bahwa persalinan anjuran yang dilakukan atas

dasar kehamilan serotinus mempunyai resiko/komplikasi cukup besar

terutama resiko persalinan operatif sehingga menganjurkan untuk dilakukan

pengawasan terus-menurus terhadap kesejahteraan janin,baik secara biofisik

maupun biokimia sampai persalinan berlangsung dengan sendirinya atau

timbul indikasi untuk mengakhiri kehamilan (Fadlun dan Achmad, 2014).

Dari studi pendahuluan data dari Rekam Medis RSUD dr.Soehadi

Prijonegoro Sragen pada tanggal 29 November 2016 terdapat keseluruhan

pada bulan Oktober 2015 - Oktober 2016 jumlah ibu bersalin 1.652
4

persalinan, terdiri dari 552 (33,41%) persalinan normal, persalinan patologi

1100 persalinan, persalinan dengan sectio ceasarea 485 (29,36%) persalinan,

persalinan serotinus dengan induksi sebanyak 157 (9,5%) persalinan,

persalinan dengan ketuban pecah dini 143 (8,6%) persalinan, persalinan

dengan vacum ekstraksi 88 (5,3%) persalinan, persalinan dengan kematian

janin dalam rahim sebanyak 74 (4,5%) persalinan, persalinan dengan

presentasi bokong 90 (5,5%) persalinan, dan persalinan prematur sebanyak

63 (3,8%) persalinan.

Berdasarkan latar belakang di atas, jumlah persalinan dengan

serotinus masih cukup tinggi, maka penulis mengambil judul “Asuhan

Kebidanan pada Ibu Bersalin Ny. F G1P0A0 Umur 24 Tahun Umur Kehamilan

42 Minggu dengan Induksi Atas Indikasi Serotinus di RSUD dr. Soehadi

Prijonegoro Sragen”

B. Perumusan Masalah

Berdasakan penjelasan latar belakang di atas maka didapat perumusan

masalah tentang “Bagaimana memberikan Asuhan Kebidanan pada Ibu

Bersalin Ny. F G1P0A0 Umur 24 Tahun Umur Kehamilan 42 Minggu dengan

Induksi Atas Indikasi Serotinus di RSUD dr. Soehadi Prijonegoro Sragen?”


5

C. Tujuan Studi Kasus

1. Tujuan Umum

Penulis mampu melakukan Asuhan Kebidanan pada Ibu Bersalin

dengan Induksi atas Indikasi Serotinus di RSUD dr. Soehadi Prijonegoro

Sragendengan 7 langkah Varney.

2. Tujuan Khusus

a. Penulis mampu:

1) Melakukan pengkajian data (subjektif dan objektif) pada Ny.F

G1P0A0 umur 24 tahun umur kehamilan 42 minggu dengan

induksi atas indikasi serotinus di RSUD dr. Soehadi Prijonegoro

Sragen.

2) Menginterpretasikan data (diagnosa kebidanan, masalah, dan

kebutuhan) pada Ny.F G1P0A0 umur 24 tahun umur kehamilan 42

minggu dengan induksi atas indikasi serotinus di RSUD dr.

Soehadi Prijonegoro Sragen.

3) Merumuskan diagnosa potensial pada Ny.F G1P0A0 umur 24

tahun umur kehamilan 42 minggu dengan induksi atas indikasi

serotinus di RSUD dr. Soehadi Prijonegoro Sragen.

4) Mengantisipasi tindakan segera pada Ny.F G1P0A0 umur 24 tahun

umur kehamilan 42 minggu dengan induksi atas indikasi serotinus

di RSUD dr. Soehadi Prijonegoro Sragen.


6

5) Menyusun rencana tindakan pada Ny.F G1P0A0 umur 24 tahun

umur kehamilan 42 minggu dengan induksi atas indikasi serotinus

di RSUD dr. Soehadi Prijonegoro Sragen.

6) Melaksanakan rencana tindakan pada Ny.F G1P0A0 umur

24tahun umur kehamilan 42 minggu dengan induksi atas indikasi

serotinus di RSUD dr. Soehadi Prijonegoro Sragen.

7) Mengevaluasi tindakan pada Ny.F G1P0A0 umur 24 tahun umur

kehamilan 42 minggu dengan induksi atas indikasi serotinus di

RSUD dr. Soehadi Prijonegoro Sragen.

b. Penulis mampu mengidentifikasi kesenjangan antara teori dan praktek

dilapangan dalam asuhan kebidanan pada ibu bersalin dengan induksi

atas indikasi serotinus serta mampu memberi alternatif pemecahan

masalah jika terjadi kesenjangan pada kasus ibu bersalin dengan

kehamilan serotinus.

D. Manfaat Studi Kasus

1. Bagi Penulis

Penulis memperoleh wawasan dan dapat mengaplikasikan asuhan

kebidanan ibu bersalin dengan induksi atas indikasi serotinus.

2. Bagi Profesi

Diharapkan dapat menjadi bahan pertimbangan dan untuk meningkatkan

mutu layanan asuhan kebidanan pada ibu bersalin dengan induksi atas

indikasi serotinus.
7

3. Bagi Instansi dan Institusi

a. Institusi Pendidikan

Dapat digunakan sebagai sumber referensi untuk institusi

pendidikan, terutama pengetahuan asuhan kebidanan pada ibu

bersalin dengan induksi atas indikasi serotinus.

b. Rumah Sakit

Dapat menjadi masukan pada Rumah Sakit dalam rangka

meningkatkan mutu pelayanan kesehatan, khususnya pada asuhan

kebidanan ibu bersalin dengan induksi atas indikasi serotinus.

E. Keaslian Studi Kasus

Asuhan kebidanan pada ibu bersalin dengan induksi atas indikasi

serotinus, pernah dilakukan oleh :

1. Erna Dwi Anggraini (2014), STIkes Kusuma Husada Surakarta, dengan

judul “Asuhan Ibu Bersalin Ny. S dengan Induksi Atas Indikasi

Kehamilan Serotinus di RSUD dr.Moewardi Surakarta” metode

deskriptif dilaksanakan di RSUD dr. Moewardi Surakarta, Subyek studi

kasus Ny. S bersalin dengan induksi atas kehamilan serotinus

dilaksanakan pada tanggal 29 April 2014. Hasil didapatkan setelah

dilakukan asuhan kebidanan dengan pemberian infus RL 500 cc 20 tpm

pada tangan kiri ibu dan pemberian induksi syntisinon 5 IU 20

tetes/menit, ibu sudah merasakan adanya tanda persalinan,kala II bayi

lahir spontan pukul 19.15 WIB, jenis kelamin laki-laki, gerakan aktif dan
8

menangis kuat, APGAR SCORE 8–9–10, suntik oxytosin 10 IU secara

IM, perdarahan ± 200 cc, keadaan ibu baik.

2. Agustina Puspita Ratri (2015), STIkes Kusuma Husada Surakarta,

dengan judul “Asuhan Kebidanan Pada Ibu Bersalin Ny. I G1P0A0

Umur 21 Tahun dengan Induksi Atas Indikasi Serotinus di RSU Assalam

Gemolong Sragen“ metode deskriptif dilaksanakan di RSU Assalam

Gemolong Sragen, Subyek studi kasus Ny. I bersalin dengan induksi atas

indikasi serotinus dilaksanakan pada tanggal 13 juni 2015. Hasil

didapatkan setelah dilakukan asuhan kebidanan dengan pemberian infus

drip oxy 5 IU 20 tetes/menit, ibu sudah merasakan adanya tanda

persalinan kala II, bayi lahirspontan pukul 21.30 WIB, jenis kelaminn

laki-laki, APGAR SCORE 8– 9–10, gerakan aktif dan menangis kuat,

suntik oxytosin 10 IU secara IM, perdarahan ± 100 cc, keadaan ibu baik.

3. Normawati (2016), STIkes Kusuma Husada Surakarta, dengan judul

“Asuhan Kebidanan Pada Ibu Bersalin Ny.I G1P0A0 Umur 24 Tahun

dengan Induksi Atas Indikasi Serotinus di RSU Assalam Gemolong

Sragen” metode deskriptif dilaksanakan di RSU Assalam Gemolong

Sragen , Subyek studi kasus Ny.I bersalin dengan induksi atas indikasi

serotinus dilaksanakan pada tanggal 8 Juni 2016. Hasil ditetapkan setelah

dilakukan asuhan kebdanan dengan pemberian drip oxytosin 5 IU 20

tetes/menit, ibu sudah merasakan adanya tanda persalinan kala II, bayi

lahir spontan pukul 18.30 WIB, jenis kelamin perempuan, APGAR


9

SCORE 8-9-10,gerakan aktif dan menangis kuat, suntik oxytosin secara

IM, perdarahan ± 200 cc, keadaan ibu baik.

Pada studi kasus ini terdapat persamaan dengan keaslian terletak

pada jenis studi kasus yaitu deskriptif operasional. Perbedaan studi kasus ini

dengan keaslian terletak pada tempat, waktu, asuhan yang diberikan, dan

hasil yang diberikan.


BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Teori Medis

1. Persalinan

a. Definisi Persalinan Normal

1) Menurut Nurasiah,dkk (2012) persalinan normal adalah proses

pengeluaran janin yang cukup bulan ( lebih dari 37 minggu )

lahir secara spontan dengan presentasi belakang kepala, disusul

dengan pengeluaran plasenta dan selaput ketuban dari rahim

ibu, tanpa komplikasi baik ibu maupun janin.

2) Menurut Prawirohardjo (2009) persalinan normal adalah

membuka dan menipisnya serviks, dan janin turun ke dalam

jalan lahir.

b. Jenis-jenis Persalinan

Menurut Nurasiah, dkk (2012), ada 2 jenis-jenis persalinan,

yaitu berdasarkan bentuk persalinan dan menurut usia kehamilan.

1) Jenis persalinan berdasarkan bentuk persalinan

a) Persalinan Spontan

Persalinan spontan adalah Proses persalinan seluruhnya

berlangsung dengan kekuatan ibu sendiri.

10
11

b) Persalinan Buatan

Persalinan buatan adalah proses persalinan tenaga bantuan

dari luar.

c) Persalinan Anjuran

Persalinan anjuran adalah bila kekuatan yang diperlukan

untuk persalinan ditimbulkan dari luar dengan jalan

rangsangan.

2) Jenis persalinan menurut usiakehamilan

a) Abortus

Pengeluaran buah kehamilan sebelum usia kehamilan 20

minggu atau berat badan janin kurang dari 500 gram.

b) Partus Matur

Pengeluaran buah kehamilan antara usia kehamilan 20

minggu dan 28 minggu atau berat badan janin antara 500

gram dan kurang dari 1000 gram.

c) Partus Prematur

Pengeluaran buah kehamilan antara usia kehamilan

28minggu dan <37 minggu atau berat badan janin antara

1000 gram dan kurang dari 2500 gram.

d) Partus Matur atau Aterm

Pengeluaran buah kehamilan antara usia kehamilan 37

minggu dan 42 minggu atau berat badan janin lebih dari

2500 gram.
12

e) Partus Serotinus atau partus postmatur

Pengeluaran buah kehamilan lebih dari 42 minggu.

c. Sebab-sebab Mulainya Persalinan

Sebab-sebab mulainya persalinan menurut menurut

Nurasiah,dkk (2012) :

1) Penurunan Hormon Progesteron

Pada akhir kehamilan kadar progesteron menurun menjadikan

otot rahim sensitif sehingga menimbulkan his.

2) Kerenggangan Otot-otot

Otot rahim akan merenggang dengan kemajuan kehamilan,

oleh karena isinya bertambah maka timbul kontraksi untuk

mengeluarkan isinya atau mulai persalinan.

3) Peningkatan Hormon Oksitosin

Pada akhir kehamilan hormon oksitosin bertambah sehingga

dapat menimbulkan his.

4) Pengaruh Janin

Hipofis dan kelenjar suprarenal padajanin memegang peranan

dalam proses persalinan, oleh karena itu pada anensepalus

kehamilan lebih lama dari biasanya.

5) Teori Prostaglandin

Prostaglandin yang dihasilkan dari desi dua meningkat saat

umur kehamilan 15 minggu.Hasil percobaan menunjukkan


13

bahwa prostaglandin menimbulkan kontraksi miometrium pada

setiap umur kehamilan.

6) Plasenta menjadi tua

Dengan tuanya kehamilan plasenta menjadi tua, villi corealis

mengalami perubahan sehingga kadar progesteron dan

estrogen menurun.

d. Faktor-faktor yang mempengaruhi persalinan :

Faktor persalinan menurut Nurasiah, dkk (2012) dibagi

menjadi 5 faktor, antara lain :

1) Power (Tenaga/Kekuatan) adalah kekuatan atau tenaga yang

mendorong janin keluar. Kekuatan tersebut meliputi kekuatan

his (kontraksi) dan tenaga mengedan.

2) Passage (Jalan Lahir) adalah kekuatan pada jalan lahir.

3) Passager(Janin dan Plasenta) adalah pergerakan janin

sepanjang jalan lahir merupakan interaksi beberapa faktor

yauitu, kepala janin, presentasi, letak, sikap, dan posisi janin.

4) Psikologis adalah keadaan psikis yang mempengaruhi ibu saat

proses persalinan.

5) Pysician (Penolong) adalah manfaat kompetensi yang dimiliki

penolong untuk memperlancar proses persalinan dan

mencegah kematian maternal dan neonatal.


14

e. Tahapan Persalinan

Pada tahapan persalinan menurut Nursiah,dkk (2012) dibagi

menjadi 4 kala, antara lain :

1) Kala I Persalinan

Dimulai sejak adanya his yang teratur dan meningkat

(frekuensi dan kekuatannya) yang menyebabkan pembukaan

sampai pembukaan lengkap (10 cm).

a) Kala 1 terdiri dari 2 fase, yaitu :

(1) Fase Laten :

(a) Dimulai sejak awal kontraksi yang menyebabkan

pembukaan sampai pembukaan 3cm.

(b) Berlangsung selama 8 jam.

(2) Fase aktif di bagi menjadi 3 fase, yaitu :

(a) Fase akselerasi : Dalam waktu 2 jam

pembukaan 3 cm

menjadi 4 cm.

(b) Fase dilatasi maksimal : Dalam waktu 2 jam

pembukaan serviks

berlangsung dengan

cepat dari 4cm menjadi

9 cm.
15

(c) Fase deselerasi : Pembukan serviks

menjadi lambat, dalam

waktu 2 jam dari

pembukaan 9 cm

menjadi 10 cm.

2) Kala II Persalinan

Dimulai pembukaan serviks sudah lengkap (10 cm) dan

berakhir dengan lahirnya janin.

Tanda gejala kala II Persalinan :

a) Ibu merasakan ingin meneran bersamaan dengan

terjadinya kontraksi.

b) Ibu merasakan adanya peningkatan tekanan pada

rectum/vagina.

c) Perineum menonjol.

d) Vulva vagina, spinter ani membuka.

e) Meningkatnya pengeluaran lendir darah.

3) Kala III Persalinan

Kala perslinan plasenta (kala uri), tanda-tanda

pelepasan plasenta :

a) Terjadi perubahan bentuk uterus dan tinggi fundus

uteri.

b) Tali pusat memanjang atau menjulur keluar melalui

vagina/vulva.
16

c) Adanya semburan darah secara tiba-tiba kala III.

d) Berlangsung tidak lebih dari 30 menit.

4) Kala IV Persalinan

Kala IV persalinan dimulai setelah lahirnya plasenta sampai

2 jam post partum, hal ini dimaksudkan agar dokter atau

bidan tetap mendampingi ibu setelah 2 jam persalinan (2

jam post partum). Untuk menghindari perdarahan yang

terjadi pada ibu.

f. Mekanisme Persalinan

Tahap-tahap mekanisme persalinan Nursiah,dkk (2012), yaitu :

1) Engagement

Masuknya kepala melintasi pintu atas panggul dalam kuadran

syinclitismus, yaitu arah sumbu kepala janin tegak lurus

dengan bidang pintu atas panggul atau sutura sagitalis terdapat

ditengah-tengah jalan lahir/tepat di antara simfisis dan

promotorium, sehingga dari pariental depan dan belakang sama

tingginya.

Majunya kepala bersamaan dengan gerakan fleksi, putaran

faksi dalam dan exstensi.

2) Fleksi

Majunya kepala biasanya fleksi bertambah dengan ubun-ubun

kecil lebih rendah dari ubun-ubun besar. Keuntungan dari

bertambahnya fleksi ialah bahwa ukuran kepala yang lebih


17

kecil melalui jalan lahir : diameter subocipto bregmatika

(9,5 cm) menggantikan suboccipto frontalis (11 cm).

3) Putaran paksi dalam

Pada letak fleksi, bagian belakang kepala merupakan bagian

terendah dari kepala. Bagian terendah dari kepala ini mencari

tahanan yang paling sedikit terdapat sebelah depan atas dimana

terdapat hiatus genitalis, m. Levator ani kiri dan kanan. Ukuran

terbesar dari bidang tengah panggul ialah diameter

anteroposterior.

4) Ekstensi

Setelah putaran paksi selesai dan kepala sampai dasar pangul,

terjadilah ekstensi atau defleksi dari kepala. Disebabkan karena

sumbu jalan lahir pada pintu bawah panggul mengarah ke

depan dan atas, sehingga kepala mengadakan ekstensi untuk

melaluinya. Maka lahirlah berturut-turut pada pinggir atas

perineum ubun-ubun besar, dahi, hidung, mulut, dan dagu

dengan gerakan ekstensi.

5) Putaran paksi luar

Setelah kepala lahir, maka kepala janin akan memutar kembali

ke arah punggung janin untuk menghilangkan torsi pada leher

yang terjadi karena putaran paksi dalam. Putaran dilanjutkan

hingga belakang kepala berhadapan dengan tuber ischiadicum

sepihak ( disisi kiri ). Gerakan terakhir putaran paksi luar


18

disebabkan karena ukuran bahu menempatkan diri dalam

diameter anteroposterior dari pintu bawah panggul.

6) Ekspulsi

Setelah putaran paksi luar bahu depan sampai dibawah

sympysis dan menjadi hypomochlion untuk kelahiran bahu

belakang. Bahu depan menyusul dan selanjutnya seluruh badan

bayi lahir searah dengan paksi luar.

g. Penatalaksanaan Persalinan

1) Persalinan menurut Depkes RI tahun ( 2008 ), antara lain :

a) Kala I

(1) Persiapan ruangan untuk persalinan dan kelahiran bayi :

mempersiapkan ruang yang hangat, bersih, sirkulasi

udara yang baik, terlindung dari tiupan angin, sumber

air bersih dan mengalir untuk memandikan ibu.

(2) Pastikan perlengkapan dari bahan-bahan sudah

bersih/steril siap pakai.

(3) Persiapan rujukan apa bila terjadi penyulit dalam

persalinan.

(4) Berikan asuhan sayang ibu.

(5) Pengurangan rasa sakit dengan menghadirkan keluarga,

suami, maupun teman terdekat ibu.

(6) Dukungan emosional.

(7) Mengatur posisi.


19

(8) Evaluasi his setiap 10 menit sekali, pembukaan setiap 4

jam sekali.

(9) Pemberian cairan dan nutrisi.

(10) Kamar mandi.

(11) Pencegah infeksi.

(12) Persiapan persalinan.

b) Kala II

(1) Anjurkan agar ibu didampingi oleh keluarganya selama

proses persalinan dan kelahiran bayinya.

(2) Anjurkan keluarga ikut terlibat dalam asuhan,

diantaranya membantu ibu untuk berganti posisi,

melakukan rangsangan taktil, memberikan makanan

dan minuman, teman bicara, dan memberikan

dukungan semangat selama persalinan dan melahirkan

bayinya.

(3) Penolong persalinan dapat memberikan dukungan dan

semangat kepada ibu dan anggota keluarganya dengan

menjelaskan tahan kemajuan proses persalinan atau

kelahiran bayi kepada mereka.

(4) Tentramkan hati ibu dalam menghadapi dan menjalani

kala II persalinan.

(5) Bantu ibu untuk memilih posisi yang nyaman saat

meneran.
20

(6) Setelah pembukaan lengkap, anjurkan ibu ha nya

meneran apabila ada dorongan kuat dan spontan untuk

meneran jangan anjurkan untuk meneran

berkepanjangan dan menahan nafas.

(7) Menganjurkan ibu untuk minum dalam persalinan kala

II.

c) Kala III

(1) Melakukan management aktif kala III.

(2) Pemberian suntikan oksitosin.

(3) Melakukan peregangan tali pusat terkendali.

d) Kala IV

(1) Memperkirakan kehilangan darah.

(2) Memeriksa perdarahan dari perineum.

(3) Mencegah infeksi.

(4) Pemantauan keadaan umum ibu selama 2 jam post

partum.

2. Kehamilan Serotinus

a. Pengertian

1) Serotinus adalah kehamilan yang telah berlangsung selama 42

minggu (294 hari) atau lebih, pada siklus haid teratur rata-rata

28 hari dan hari pertama haid terakhir diketahui dengan pasti

(Nugroho, 2012).
21

2) Kehamilan lewat waktu adalah kehamilan yang umur

kehamilannya lebih dari 42 minggu (Prawirohardjo, 2014).

b. Etiologi

Menurut Nugroho (2012), penyebab terjadinya kehamilan

serotinus pada umumnya tidak diketahui secara pasti, beberapa

faktor yang diduga sebagai penyebab, antara lain :

1) Cacat bawaan : anencefalus.

2) Defisiensi sulfatase plasenta.

3) Pemakaian obat-obatan yang berpengaruh pula sebagai

tokolitik anti prostaglandin : albutamol, progestin, asam

mefenamat, dan sebagainya.

4) Tidak diketahui penyebabnya.

Hal ini juga bisa disebabkan karena :

1) Penurunan kadar estrogen, pada kehamilan normal umumnya

tinggi.

2) Pada kasus insufisensi plasenta/adrenal janin, hormon prokusor

yaitu isoandrosteron sulfat diekskresikan dalam cukup tinggi

konversi menjadi estradioldan cara langsung estriol di dalam

plasenta, contoh klinik mengenai defisiensi prekusor estrogen

adalah anensefalus.

3) Faktor hormonal yaitu kadar progesteron tidak cepat turun

walaupun kehamilan telah cukup bulan, sehingga kepekaan

uterus terhadap oksitosin berkurang.


22

4) Faktor lain adalah hereditas, karena post matur / serotinus,

sering dijumpai pada suatu keluarga tertentu.

c. Diagnosis

Menurut Nugroho ( 2012 ), diagnosis serotinus tidak seberapa

sulit apabila siklushaid teratur dari haid pertama haid terakhir

diketahui pasti. Dalam menilai apakah kehamilan matur atau tidak,

beberapa pemeriksaan dapat dilakukan :

1) Berat badan ibu turun dan lingkaran perut mengecil dan air

ketuban berkurang.

2) Pemeriksaan rongenologik : dengan pemeriksaan ini pada janin

matur dapat ditemukan pusat osifikasi pada os cuboid, bagian

distal dan femur dan bagian proksimal tibia, diameter

bipariental kepala 9.8 cm lebih. Keberatan pemeriksaan ini

adalah kemungkinan pengaruh tidak baik sinar rongen

terhadap janin.

3) Pemeriksaan dengan USG : dengan pemeriksaan ini diameter

bipariental kepala janin dapat di ukur dengan teliti tanpa

bahaya.

4) Pemeriksaan sitologi liquor amnion. Amnioskopi dan periksa

pH-nya dibawah 7,20 dianggap sebagai tanda gawat janin.

5) Pemeriksaan sitologik vagina untuk menentukan infusiesi

plasenta dinilai berbeda-beda.


23

6) Rasio lesitin-sfingomielin dengan Thin layer chromatography

atau dengan shake foam test, aktifitas tromboplastin dengan

cairan amnion.

d. Manifestasi klinis dalam serotinus

1) Keadaan klinis yang dapat ditemukan ialah gerakan janin yang

jarang, yaitu secara subyektif dengan kardiotokografi kurang

dari 10 kali / 20 menit.

2) Pada bayi akan ditemukan tanda-tanda lewat waktu yang

terbagi menjadi :

a) Stadium I : kulit kehilangan ferniks kaseosa dan

terjadi maserasi sehingga kulit kering,

rapuh, dan mudah mengelupas.

b) StadiumII : seperti stadium I disertai pewarnaan

mekonium (kehijauan) dikulit.

c) Stadium III : seperti stadium I disertai pewarnaan

kekuningan pada kuku, kulit, dan tali

pusat.

e. Penatalaksanaan

Penatalaksanaan serotinus menurut Nugroho ( 2012 ) :

1) Setelah usia kehamilan >40 minggu yang penting adalah

monitoring janin sebaik-baiknya.

2) Apabila tidak ada tanda-tanda insufisiensi plasenta, persalinan

spontan dapat ditunggu dengan pengawasan ketat.


24

3) Lakukan pemeriksaan dalam untuk menilai kematangan

serviks, kalau sudah matang boleh dilakukan induksi

persalinan dengan atau tanpa amniotomi.

4) Bila (a) riwayat kehamilan yang lalu ada kehamilan janin

dalam rahim (b) terdapat hipertensi, pre eklamsi dan (c)

kehamilan ini adalah anak pertama karena infertilitas, atau (d)

pada kehamilan lebih dari 40 – 42 minggu, maka ibu dirawat

dirumah sakit.

5) Tindakan operasi sectio cesarea dapat dipertimbangkan pada

a) Insufiensi plasenta dengan keadaan serviks belum matang.

b) Pembukaan yang belum lengkap.

c) Persalinan lama.

d) Terjadi tanda gawat janin.

e) Primigravida tua.

f) Kematian janin dalam kandungan,

g) Pre eklamsia.

h) Hipertensi menahun,

i) Infertilitas.

j) Kesalahan letak janin.

f. Induksi Persalinan

1) Pengertian induksi Persalinan :

a) Induksi persalinan adalah persalinan yang dimulai dengan

cara-cara artifial (Oxorn, 2010).


25

b) Induksi adalah tindakan/langkah untuk memulai

persalinan yang sebelumnya terjadi, bisa secara mekanik

maupun kimiawi (farmakologik ) (Nugroho, 2012).

c) antisipasi persalinan dengan induksi atas indikasi

serotinus, antara lain :

(1) Menurut Saifudin (2010), melakukan kolaborasi

dengan dokter SpOG untuk penanganan induksi

persalinan dengan oxytosin drip, mulai 8 tetes dalam

15 menit di naikkan dengan interval 15 menit

sebanyak 4 tetes, sampai mencapai kontraksi

maksimal. Tetesan maksimal 40 tetes, jumlah cairan

seluruhnya 500 cc.

(2) Menurut Rohani dkk (2011), melakukan kolaborasi

dengan laboratorium untuk melakukan pemeriksaan

urine guna mengetahui kadar protein dan

glukosanya, dan pemeriksaan darah untuk

mengetahui faktor rhesus, golongan darah, Hb,

HbSAg dan penyakit rubella

untuk mengetahui kadar protein dan glukosanya.

2) Indikasi

Indikasi untuk induksi menurut Nugroho ( 2012 ), yaitu :

a) Penyakit hipertensi pada kehamilan.

b) Diabetes mellitus.
26

c) Ketuban pecah dini, janin viabel.

d) Chorioamnionitis merupakan infeksi jaringan membran

fetalis beserta cairan amnion yang terjadi sebelum partus

sampai 24 jam post partum.

e) Gangguan pertumbuhan intrauterine.

f) Isoimonisasi merupakan pengembangan anti bodi yang

spesifik diarahkan pada sel darah merah dari individu lain,

seperti bayi dalam rahim.

g) Kematian janin dalam kandungan.

h) Usia kehamilan >41 minggu.

g. Kontra Indikasi

Kontraindikasi absolute menurut Nugroho (2012), yaitu :

1) Insisi uterus klasik sebelumnya.

2) Infeksi herpes genitalis aktif plasenta atau vasa previa.

3) Prolaps tali pusat.

4) Malpresentasi fetus, misalnya melintang.

5) Riwayat operasi myomektomi intramural.

h. Komplikasi

Komplikasi menurut Nugroho (2012), yaitu :

1) Kontraksi yang hipertonik (hiperstimulasi) dan gawat janin :

His dengan interfal kurang dari 2 menit, lama lebih dari 60

detik, kuat dengan denyut jantung janin kurang dari 120/menit

atau lebih dari 160/menit.


27

2) Intoksikasi air, yang ditandai dengan :

Sakit kepala,mual,muntah,konfulsi dan kematian.

i. Metode Induksi

Metode induksi yang digunakan untuk induksi persalinan menurut

Nugroho (2012), yaitu :

1) Metode induksi secara farmakologis meliputi prostaglandin

(PGE1 : misoprostol) dan oxytosin. Misoprostol dapat

diberikan secara vaginal, oral (buccal), atau sublingual.

Misoprostol tidak dapat digunakan untuk stimulasi, dan tidak

boleh digunakan untuk induksi persalinan dengan riwayat

operasi sesar (SC).

2) Titrasi/drip oxytosin dosis rendah

Titrasi oxytosin 2,5 – 5 IU dalam dextros 5% 500 mL,

diberikan secara drip sampai maksimal 2 botol (1000 mL). Bila

setelah 3 botol belum terjadi kontraksi atau belum tercapai

skor bishop <5, maka pasien diistirahatkan selama 24 jam

kemudian di ulangi lagi.Bila 2 seri induksi ternyata tidak ada

kontraksi atau tidak tercapai skor bishop kurang dari 5, maka

induksi dapat di sebut gagal.

Antisipasi pada ibu bersalin dengan induksi pada kehamilan

serotinus adalah melakukan kolaborasi dengan dokter SpOG

untuk penanganan induksi persalinan dengan oxytosin drip,

mulai 8 tetes dalam 15 menit di naikkan dengan interval 15


28

menit sebanyak 4 tetes, sampai mencapai kontraksi maksimal.

Tetesan maksimal 40 tetes, jumlah cairan seluruhnya 500 cc

(Saefudin, 2009).

3) Insersi foley catheter intrauterine

Bahan dan alat :

1) Sarung tangan steril

2) Speculum

3) Foley catheter

4) Spuit injeksi dengan aquades

Prosedur tindakan :

a) Asepsis dan antisepsis lapangan kerja (vulva, urethra,

vagina, portio vaginalis).

b) Masukkan foley catheter no. 14F – 16F melewati canalis

servikalis, ditempatkan di atas ostiom uteri internus, bila

terus dilatasi, maka balon akan ekspulsi. Kemudian balon

di isi air sebanyak 25 – 50 cc, lalu dibiarkan 12 – 24 jam.

Tujuannya : agar dilatasi serviks. Setelah itu, jika scor

bishop >5 dapat dilanjutkan dengan drip oksitosin seperti

di atas.Teknik ini dapat dilakukan untuk mengakhiri

kehamilan yang mengalami komplikasi seperti preeklamsia

berat atau eklamsia, tetapi kemudian popularitasnya kalah

dibandingkan dengan insersi tablet misoprostol/cytotec


29

yang lebih nyaman bagi pasien, namun hasilnya sangat

bagus.

4) Penggunaan laminaria

Bahan dan alat :

a) Sarung tangan steril

b) Speculum

c) Laminaria 2 – 4 batang

Prosedure tindakan :

a) Asepsis dan anti asepsis lapangan kerja (vulva, uretra,

vagina, portio vaginalis).

b) Masukkan 2–4 batang laminaria melalui kanalis servikalis

dan di biarkan 6–12 jam, selanjutnya bisa dilanjutkan

dengan drip oksitosin seperti diatas.

c) Penggunaan laminaria stift ini sudah jarang dilakukan

dalam obstetri modern, kecuali untuk persiapan evakuasi

mola hidatidosa atau pada missed abortion.

5) Stimulasi dengan amniotomi dan striping

a) Amniotomi/ARM (artificial rupture of the membranes)

Dikerjakan apabila penderita benar-benar sudah dalam

persalinan, kepala janin telah masuk dalam panggul dan

pembukaan sekurang-kurangnya 2-3 cm.


30

b) Strepping/sweppingyaitu melepaskan/memisahkan selaput

kantong ketuban dari segmen bawah uterus dapatdengan

cara :

(1) Manual : dengan jari tengah/telunjuk dimasukkan ke

dalam kanalis servikalis. Hingga di atas os. Uteri

internum dan bergerak melingkar untk melpaskan

selaput ketuban dari segmen bawah rahim. Teknik ini

diharapkan dapat menstimulasi keluarnya

prostaglandin endogen.

(2) Dengan balon catheter foley yang dipasang di dalam

segmen bawah uterus melalui kanalis servikalis, diisi

cairan (dapat sampai 100 cc pada foley no. 24)

diharapkan akan mendorong selaput ketuban didaerah

segmen bawah uterus sampai terlepas (bukan untuk

dilatasi serviks).

B. Teori Manajemen Kebidanan

1. Pengertian

Manajemen kebidaan adalah pendekatan yang digunakan oleh

bidan dalam menerapkan metode pemecahan masalah secara sistematis,

mulai dari pengkajian, analisa data, diagnosis kebidanan, perencanaan,

pelaksanaan dan evaluasi.Proses manajemen kebidanan terdiri dari tujuh

langkah yang berurutan dan setiap langkah disempurnakan secara


31

periodi.Proses dimulai dari pengumpulan data dasar sampai evaluasi.

Ketujuh langkah tersebut membentuk suatu kerangka lengkap yang dapat

diaplikasikan dalam situasi apapun (Rismalinda, 2010).

2. Manajemen Asuhan Kebidanan

Manajemen kebidanan terdiri dari tujuh langkah yang berurutan,

dimulai dengan pengumpulan data sampai dengan evaluasi. Proses ini

bersifat siklus (dapat berulang), dengan tahap evaluasi sebagai data awal

siklus berikutnya (Sulistyawati, 2009).

a. Langkah Pertama : Pengkajian

Pada langkah pertama ini dikumpulkan semua informasi yang akurat

dan lengkap dari semua sumber yang berkaitan dengan kondisi

pasien. Untuk memperoleh data, dilakukan melalui anamnesis

(Sulistyawati, 2009).

1) Anamnesa (Data Subjektif)

a) Identitas pasien

(1) Nama

Selain sebagai identitas, upayakan agar bidan

memanggil dengan nama panggilan sehingga hubungan

komunikasi antara bidan dan pasien menjadi lebih

akrab (Sulistyawati, 2009).


32

(2) Usia

Data ini ditanyakan untuk menentukan apakah

ibu dalam persalinan beresiko karena usia atau tidak

(Walyani, 2010). Pada kasus ibu bersalin dengan

serotinus faktor primitua berpengaruh dalam

menghadapi persalinannya (Sulistyawati, 2009).

(3) Agama

Sebagai dasar bidan dalam memberikan

dukungan mental dan spiritual terhadap pasien dan

keluarga sebelum dan pada saat persalinan

(Sulistyawati, 2009).

(4) Suku bangsa

Data ini berhubungan dengan sosial budaya

yang dianut oleh pasien dan keluarga yang berkaitan

dengan persalinan (Sulistyawati, 2009).

(5) Pendidikan

Sebagai dasar bidan untuk menentukan metode

yang paling tepat dalam penyampaian informasi

mengenai teknik melahirkan bayi. Tingkat pendidikan

ini akan sangat mempengaruhi daya tangkap dan

tanggap pasien terhadap instruksi yang diberikan bidan

pada proses persalinan dan akan leebih mudah

mendapat gagasan baru (Walyani, 2010).


33

(6) Pekerjaan

Data ini menggambarkan tingkat sosial

ekonomi, pola sosialisasi, dan data pendukung dalam

menentukan pola komunikasi yang akan dipilih selama

asuhan (Sulistyawati, 2009).

(7) Alamat

Selain sebagai data mengenai distribusi lokasi

pasien, data ini juga memberi gambaran mengenai jarak

dan waktu yang ditempuh pasien menuju lokasi

persalinan (Sulistyawati, 2009).

b) Alasan utama pada waktu masuk

Alasan utama pada waktu masuk ditanyakan untuk

mengetahui alasan pasien datang ke fasilitas pelayanan

kesehatan. Pada kasus ibu bersallin dengan serotinus ,

adalah ibu mengatakan belom meraskan tanda-tanda

peersalinan setelah kehamilan umur 42 minggu dan gerakan

janin mulai berkurang (Sulistyawati, 2009).

Ibu merasakan cemas karena kehamilannya terus

berlangsung melewati tafsiran persalinan akan menambah

frustasi ibu dan mempengaruhi janin (Prawirohardjo, 2014).

Ibu mengatakan saat datang kehamilannya sudah melebihi

Hari Perkiraan Lahir.


34

c) Riwayat Menstruasi

Untuk mengetahui menarche (pertama kali

mentruasi), siklus haid, lamanya haid, banyaknya

ganti pembalut dalam sehari, disminorhoe (nyeri haid)

(Sulistyawati, 2009).

d) Riwayat Perkawinan

Untuk mendapatkan gambaran mengenai suasana

rumah tangga pasangan serta kepastian mengenai siapa

yang akan mendampingi persalinan. Beberapa pertanyaan

yang dapat diajukan yaitu usia nikah pertama kali, status

perkawinan sah/tidak, lama pernikahan, perkawinan yang

sekarang adalah suami yang ke berapa

(Sulistyawati, 2009).

e) Riwayat kehamilan, persalinan, dan nifas yang lalu

1. Riwayat kehamilan

Untuk mengetahui jumlah kehamilan (gravida),

jumlah anak yang hidup, jumlah kelahiran prematur,

jumlah keguguran, kehamilan dengan tekanan darah

tinggi, berat bayi <2,5 atau 4 kg, dan masalah lain

(Rohani dkk, 2011).

2. Riwayat persalinan

Untuk mengetahui jarak antara dua kelahiran,

tempat melahirkan, cara melahirkan (spontan, vacum,


35

forsep, atau operasi), masalah atau gangguan yang

timbul pada saat hamil dan melahirkan (perdarahan,

letak sungsang, preelamsi, eklamsia), kapan mulai

merasakan nyeri/kontraksi (berapa lama, seberapa kuat,

lokasi nyeri/atau kontraksi yang dirasakan

(Rohani dkk, 2011).

3. Riwayat nifas

Untuk menanyakan apakah pasien mengalami

perdarahan pascapersalinan yang lalu

(Sulistyawati, 2012).

4. Laktasi

Apakah ibu pernah menyusui sampai bayinya

berumur 2 tahun atau belum pernah menyusui.

f) Riwayat hamil sekarang

Menurut Rohani, dkk (2011), antara lain :

(1) HPHT (Haid Pertama Haid Terakhir)

Data dasar yang diperlukan untuk menentukan usia

kehamilan, apakah cukup bulan, prematur, atau post

matur.

(2) HPL (Hari Perkiraan Lahir)

Untuk menenukan kapan bayi akan lahir.


36

(3) Keluhan-keluhan pada trimester I, II, dan III

Untuk mengetahui, hiperemesis gravidarum, anemia da

lain-lain.

(4) ANC (Antenatal Care/Asuhan Kehamilan)

Untuk mengeahui dimana tempat ia mendapat asuhan

kehamilan dan untuk menanyakan asuhan apa saja yang

sudah diberikan.

(5) Penyuluhan yang pernah didapat

Untuk mengetahui penyuluhan apa saja yang kira-kira

telah didapat pasien dan berguna bagi kehamilannya.

(6) Imunisasi TT

Untuk menanyakan pada pasien sudah mendapatkan

imunisasi TT, apabila belum bidan bidan bisa

memberikannya.

g) Riwayat keluarga berencana

Untuk mengetahui jenis kontrasepsi yang pernah dipakai,

efek samping, alasan berentinya penggunaan alat

kontrasepsi, dan lama penggunaan kontrasepsi

(Rohani dkk, 2011).

h) Riwayat penyakit

(1) Riwayat penyakit sekarang

Untuk mengeahui penyakit apa yang sedang pasien

derita saat ini (Walyani, 2010).


37

(2) Riwayat penyakit sistemik

Untuk mengetahui apakah pasien mempunyia riwayat

penyakit keturunan seperti DM, jantung, ginjal,

hipertensi, hipotensi, epilepsi, atau anemia

(Sulistyawati, 2009)

(3) Riwayat penyakit keluarga

Untuk mengetahui apakh pasien mempunyai keluarga

yang saat ini sedang menderita penyakit menular

(Walyani, 2010)

(4) Riwayat keturunan kembar

Untuk mengethaui apakah dalam keluarganya ada yang

meniliki riwayat keturunan kembar

(Walyani, 2010).

(5) Riwayat operasi

Untuk mengetahui apakah pasien pernah mengalami

operasi (Walyani, 2010).

i) Pola kebiasaan sehari-hari

(1) Nutrisi

Untuk menggambarkan pola makan dan minum,

frekuensi, banyaknya, jenis makanan, makanan

pantangan (Ambarwati dan Wulandari, 2010).


38

(2) Personal Hygiene

Dikaji untuk mengetahui apakah ibu selalu menjaga

kebersihan tubuh terutama pada daerah genitalia

(Ambarwati dan Wulandari, 2010).

(3) Eliminasi

Menggambarkan pola fungsi sekresi yaitu kebiasaan

buang air besar meliputi frekuensi, jumlah, konsistensi,

dan bau serta kebiasaan buang air kecil meliputi

frekuensi, warna, jumlah

(Ambarwati dan Wulandari, 2010).

(4) Aktifitas

Menggambarkan pola aktivitas sehari-hari. Pada pola

ini perlu dikaji pengaruh aktivitas terhadap

kesehatannya (Ambarwati dan Wulandari, 2010).

(5) Pola istirahat/tidur

Menggambarkan pola istirahat dan tidur pasien,

beberapa jam pasien tidur, kebiasaan sebelum tidur

misalnya membaca, mendegarkan musik, kebiasaan

mengonsumsi obat tidur, kebiasaan tidur siang,

penggunaan waktu luang

(Ambarwati dan Wulandari, 2010).


39

(6) Pola Seksual

Dikaji untuk mengetahui berapa kali ibu melakukan

hubungan dalam satu minggu, ada masalah atau tidak

saat berhubugan (Sulistyawati, 2009).

j) Psikososial

Menurut Sulistyawati (2009), yang dikaji antara lain :

(1) Respon keluarga terhadap kehamilan ini

Data mengenai respon seorang keluarga ini sangat

penting untuk kenyamanan psikologis ibu. Adanya

respon yang positif dari keluarga terhadap kehamilan

ini akan mempercepat proses adaptasi ibu dalam

menerima peranannya.

(2) Respon Ibu terhadap kehamilan ini

Dalam mengkaji ini kita dapat menanyakan

langsung pada pasien bagaimana perasaannya terhadap

kehamilan ini.

(3) Respon ayah terhadap kehamilan ini

Data mengenai respon seorang suami ini sangat

penting karena dapat dijadikan sebagai suatu acuan

mengenai bagaimana pola kita dalam memberikan

asuhan pada pasien.


40

(4) Adat istiadat setempat yang berkaitan selama masa

kehamilan

Hal penting yang biasanya mereka anut berkaitan

dengan masa hamil yaitu pantangan makan berasal dari,

telur, daging, ikan karena percaya akan menyebabkan

kelainan janin. Adat ini sangat merugikan pasien dan

janin karena hal tersebut justru akan membuat

pertumbuhan janin tidak optimal.

(5) Merokok/minuman keras/obat-obatan terlarang

Hal ini perluditanyakan karena ketiga kebiasaan

tersebut secara langsung dapat mempengaruhi

pertumbuhan, perkembangan janin, dan menimbulkan

kelahiran dengan berat badan lahir rendah bahkan dapat

menimbulkan cacat bawaan atau kelainan pertumbuhan

dan perkembangan mental. Sehingga, apabila ternyata

pasien melakukan hal-hal tersebut, bidan harus secara

tegas menghentikan kebiasaan buruk tersebut.

2) Data Objektif

Data ini dikumpulkan guna melengkapi data untuk

menegakkan diagnosa. Bidan melakukan pengkajian data

objektif melalui pemeriksaan inspeksi, palpasi, auskultasi,

perkusi, dan pemeriksaan penunjang yang dilakukan secara

berurutan (Sulistyawati, 2009).


41

a) Keadaan umum

Data ini di dapat dengan mengamati keadaan pasien

secara keseluruhan dengan kriteria baik atau lemah

(Sulistyawati, 2009). Pada kasus ibu bersalin dengan

serotinus keadaan umum ibu adalah baik (Manuaba, 2010).

b) Kesadaran

Untuk mendapatkan gambaran tentang kesadaran

pasien, kita dapat mengkaji tingkat kesadaran mulai

dari composmentis sampai koma (Sulistyawati, 2009). Pada

kasus bersalin dengan serotinus kesadaran ibu adalah

composmentis (Manuaba, 2010).

c) Pemeriksaan fisik

(1) Tanda-tanda vital

(a) Tekanan darah

Tekanan darah diukur tiap 4 jam, kecuali jika ada

keadaan yang tidak normal sehingga harus lebih

sering dicatat dan dilaporkan (Rohani dkk, 2011).

Pada kasus kasus bersalin serotinus tekanan darah

ibu masih dalam batas normal. Tekanan darah

normalnya yaitu 100/80–120/80 mmHg

(Sulistyawati, 2009).
42

(b) Nadi (pulse)

Nadi normal menunjukkan pasien dalam kondisi

yang baik (Rohani dkk, 2011). Pada kasus bersalin

dengan serotinus nadi ibu masih dalambatas

normal, denyut nadi ibu normalnya 80-90x/menit

(Sulistyawati, 2009).

(c) Suhu

Suhu tubuh pasien harus berada dalam rentang

yang normal, suhu di ukur setiap 4 jam sekali

(Rohani dkk, 2011). Pada kasus bersalin serotinus

suhu badan ibu masih dalam batas normal, suhu

normalnya 36,5ºC-37,6ºC (Prawirohardjo, 2014).

(d) Respirasi

Mekanisme yang dilakukan tubuh untuk

mengeluarkan karbondioksida ke udara dan

mendapatkan oksigen dari udara untuk dibawa ke

sel tubuh. Pada kasus bersalin dengan serotinus

respirasi ibu masih dalam batas normalnya 18-

24x/menit(Prawirohardjo, 2014).

(2) Tinggi Badan

Diukur dalam cm, tanpa sepatu. Tinggi badan kurang

dari 145 cm ada kemungkinan tejadi Cepalo Pelvik,

Disproposian (CBD) (Walyani, 2010).


43

(3) Berat badan

Beratbadan yang bertambah besar atau kurang, perlu

mendapatkan perhatian khusus karena kemungkinan

terjadi penyulit kehamilan. Kenaikan berat badan tidak

boleh dari 0,5 kg perminggu (Walyani, 2010).

(4) Lila

Dikaji untuk mendapatkan gambaran status gizi pasien,

ukuran normal lila ibu hamil >23,5 cm

(Walyani, 2010).

d) Pemeriksaan Sistematis

5) Kepala

(a) Rambut

Untuk mengetahui warna, kebersihan, mudah

rontok atau tidak (Sulistyawati, 2009).

(b) Muka

Meliputi pemeriksaan oedema dan cloasma

gravidarum (Rohani dkk, 2011).

(c) Mata

Untuk mengetahui sklera dan conjungtiva adakah

vaskularisasi (apakah tampak ikterus pada sklera

dan apakah tampak anemi pada conjungtiva),

inspeksi adakah sekret pada sklera dan konjungtiva

(Rohani dkk, 2011)


44

(d) Hidung

Untuk mengetahui adakah benda asing, sekret

hidung, perdarahan, dan benjolan

(Sulistyawati, 2009)

(e) Telinga

Untuk mengetahui canalis bersih atau tidak,

radang, cairan yang keluar, adakah benda asing

(Sulistyawati, 2009).

(f) Mulut/gigi/gusi

Untuk mengetahui adanya caries, tonsilitis atau

faringitis, hal tersebu merupakan sumber infksi

(Rohani dkk, 2011).

(g) Leher

Untuk melihat kesimetrisan, pergerakan, adakah

massa, kekakuan leher, adakah pembesaran kelenjar

tyroid dan limfe ( Sulistyawati, 2009).

(1) Dada dan axilla

Lakukan inspeksi dan palpasi pada bentuk

payudara, kesemetrisan, adanya benjolan atau tidak,

bentuk putting susu, areola mamae. Pada ketiak

lakukan inspeksi dan palpasi adakah benjolan atau

pembesaran kelenjar getah bening (Sulistyawati, 2009).


45

(2) Ekstremitas (tangan dan kaki)

Untuk mengetahui adakah oedema, varices, kuku jari

dan reflek patella (Sulistyawati, 2009).

3) Pemeriksaan khusus obstetri (lokalis)

1) Abdomen

a) Inpeksi

Inspeksi meliputi pemeriksaan luka bekas

operasi,pembesaran perut,linea nigra, strie

gravidarum. Palpasi meliputi pemeriksaan

kontraksi, tinggi fundus uteri, letak, presentasi,

penurunan kepala. Auskultasi meliputi pemeriksaan

denyut jantung janin (DJJ)

untuk memastikan bahwa janin hidup atau mati

(Walyani, 2010).

b) Palpasi

Palpasi merupakan pemeriksaan kebidanan pada

abdomen dengan menggunakan manuver leopold

untuk menegetahui keadaan janin didalam abdomen

meliputi leopold I, leopold II, leopold III, leopold

IV (Walyani, 2010).
46

c) Auskultasi

Auskultasi meliputi pemeriksaan denyut jantung

janin (DJJ) untuk memastikan bahwa janin hidup

atau mati. DJJ normal 120-160 kali per menit

(Walyani, 2010).

2) Pemeriksaan panggul

Untuk menilai keadaan dan bentuk panggul apakah

terdapat kelainan atau keadaan yang

dapat menimbulkan penyulit saat persalinan

(Prawirohardjo, 2014)

4) Genetalia

(a) Vulva, vagina, perinium

Untuk mengetahui adakah varices, luka,

kemerahan, pengeluaran pervaginam, kelenjar

bartholini (bengkak, massa) atau tidak

(Rohani dkk, 2011).

(b) Anus

Untuk mengetahui adakah haemoroid atau tidak,

karena jika ada haemoroid pada saat proses

persalinan normal ketika klien mengejan akan

membengkak dan nyeri (Sulistyawati, 2009).


47

e) Data Pemeriksaan Penunjang

(1) Pemeriksaan laboratorium

Pemeriksaan laboratorium meliputi pemeriksaan urine

untuk mengetahui kadar protein dan glukosanya, dan

pemeriksaan darah untuk mengetahui faktor rhesus,

golongan darah, Hb, HbSAg dan penyakit rubella

untuk mengetahui kadar protein dan glukosanya

(Rohani dkk, 2011).

(2) Pemeriksaan USG (Ultrasonografi)

Pemeriksaan USG merupakan suatu metode diagnostik

dengan menggunakan gelombang ultrasonik untuk

mempelajari morfologi dan fungsi suatu organ

berdasarkan gambaran ekosistem dari gelombang

ultrasonik yang dipantulkan oleh organ

(Prawirohardjo, 2014).

b. Langkah ke dua : Interpretasi Data

Pada langkah ke-dua dilakukan identifikasi terhadap

diagnosis, masalah dan kebutuhan pasien berdasarkan interpretasi

yang benar atas data-data yang telah dikumpulkan. Langkah awal

dari perumusan diagnosis atau masalah adalah pengolahan data dan

analisis dengan menggabungkan data satu dengan lainnya sehingga

tergambar fakta. Dalam intepretasi data bidan membagi menjadi tiga

bagian yaitu paritas, masalah, dan kebutuhan (Sulistyawat, 2010).


48

1) Diagnosa kebidanan adalah diagnosa yang ditegakkan dalam

lingkup praktek kebidanan (Eatiwidani dkk, 2008).

Diagnosa :Ny.X GxPxAx Umur X Tahun Umur Kehamilan X

minggu, janin tunggal/ganda, hidup/mati, intra/ekstra uterin,

letak memanjang/melintang, puka/puki, preskep/presbo, kepala

turun di hodge ... dengan serotinus inpartu kala I.

Data dasar :

Data subjektif :

a) Ibu mengatakan bernama Ny.X dan berumur X tahun.

b) Ibu mengatakan ini kehamilan yang ke X dan belum pernah

keguguran atau tidak.

c) Ibu mengatakan HPHT (Hari Pertama Haid Terakhir)

tanggal ... dan usia kehamilan sekarang berapa minggu,

d) Ibu khawatir menghadapi persalinannya.

e) Ibu khawatir dengan keadaan bayinya.

(Prawiroharjdo, 2010).

Data objektif :

a) Vital sign : TD : ... mmHg, N : ... x/mnt

R : ... x/mnt, S : ... 0C

b) Palpasi

Pada kasus ibu bersalin dengan serotinus meliputi

pemeriksaan manuver leopold untuk mengetahui keadaan


49

janin (leopold I, leopold II, leopold III, leopold IV)

(Walyani, 2010)

c) Inspeksi

Pada kasus ibu bersalin dengan serotinus meliputi

pemeriksaan dari kepala sampai kaki (Walyani, 2010).

d) Auskultasi

Pada kasus ibu bersalin dengan serotinus meliputi

pemeriksaan denyut jantung janin (DJJ) untuk memastikan

bahwa janin hidup atau mati. DJJ normal 120-160 kali per

menit (Walyani, 2010).

e) Periksaan dalam(Vaginal Toucher)

Dilakukan untuk mengetahui pembukaan serviks, selaput

ketuban masih utuh atau sudah pecah, presentasi janin,

turunnya kepala dalam panggul, dan posisi janin

(Sulistyawati, 2009).

f) Data penunjang

Menurut saifudin (2009), pada kasus persalinan serotinus

pada hasil USG menunjukkan :

(a) Gerakan janin berkurang.

(b) Air ketuban berkurang <500 cc (oligohidramnion).

(c) Terjadi isufisiensi plasenta.

2) Masalah : masalah sering berhubungan dengan bagaimana

perempuan itu mengalami kenyataan terhadap diagnosisnya


50

(Sulistyawati, 2009). Masalah yang sering timbul pada ibu

bersalin dengan serotinus yaitu ibu merasa cemas dan ketakutan

menghadapi persalinannya (Prawirohardjo, 2014).

3) Kebutuhan : dalam hal ini bidan menentukan kebutuhan pasien

berdasarkan keadaan dan masalahnya. Kebutuhan ibu bersalin

dengan serotinus adalah informasi tentang serotinus, perubahan

posisi dan beri dukungan emosi (Sulistyawati, 2009).

c. Langkah ke tiga : Merumuskan masalah/diagnosa potensial

Pada langkah ke-tiga ini mengidentifikasikan masalah atau

diagnosis potensial lain berdasarkan rangkaian masalah yang ada.

Langkah ini membutuhkan antisipasi bila memungkinkan dilakukan

pencegahan. Sambil mengamati pasien, bidan diharapkan siap

bila diagnosis atau masalah potensial benar- benar terjadi

(Sulistyawati, 2010).

Diagnosa potensial yang mungkin terjadi pada ibu bersalin

dengan serotinus menurut Fadlun dan Feryanto Achmad (2011) :

pengaruh pada ibu dapat menyebabkan distosia persalinan, parTus

lama, perdarahan post partum, incoordinate uterine action, pengaruh

pada janin dapat menyebabkan penurunan berat badan, sindrom

maturitas, gawat janin atau kematian parinteral

(Prawirohardjo, 2014).
51

d. Langkah ke empat : Antisipasi/tindakan segera

Tindakan ini dilakukan jika ditemukan adanya diagnosa

potensial dengan tujuan agar dapat mengantisipasi masalah yang

mungkin muncul sehubungan dengan keadaan yang

dialaminya.Dalam pelaksanaannya bidan kadang diharapkan pada

beberapa situasi darurat dimana harus segera melakukan tindakan

untuk menyelamatkan pasien, kadang juga berada pada situasi

dimana pasien memerlukan tindakan segera sementara harus

menunggu instruksi dokter atau bahkan mungkin juga situasi yang

memerlukan konsultasi dengan tim kesehatan lain(Sulistyawi, 2009).

Penolong melakukan kolaborasi dengan dokter SpOG untuk

penanganan induksi persalinan dengan oxytosin drip, mulai 8 tetes

dalam 15 menit di naikkan dengan interval 15 menit sebanyak 4

tetes, sampai mencapai kontraksi maksimal. Tetesan maksimal 40

tetes, jumlah cairan seluruhnya 500 cc(Nugroho, 2012).

Pada waktu yang bersamaan dilakukan persiapan untuk

pertolongan persalinan.Pasien diletakkan dalam sikap lutut-dada

(knee chest) atau trendelenburg dengan pinggul diatas dan kepala di

bawah. Diberikan oksigen dengan masker kepada ibu denyut jantung

janin sering diperiksa dengan teliti dilakukan pemeriksaan vaginal

untuk menentukan presentasi, pembukaan serviks, turunnya bagian

terendah dan keadaan tali pusat (Oxorn, 2010)


52

e. Langkah ke lima : Rencana Tindakan

Pada langkah ini direncanakan asuhan yang menyeluruh

berdasarkan langkah sebelumnya. Semua perencanaan yang dibuat

harus berdasarkan pertimbangan yang tepat meliputi pengetahuan,

teori yang terbaru, evidence based care, serta divalidasi dengan

asumsi mengenai apa yang diinginkan dan apa perencanaan

sebaiknya pasien dilibatkan, karena pada akhirnya pengambilan

keputusan untuk dilaksanakannya suatu rencana asuhan harus

disetujui oleh pasien (Sulistyawati, 2009).

Perencanaan asuhan kebidanan pada ibu bersalin serotinus

antara lain :

1) Kala I

a) Persalinan normal menurut Depkes RI (2008) antara lain :

(1) Persiapan ruangan untuk persalinan dan kelahiran bayi :

mempersiapkan ruang yang hangat, bersih, sirkulasi udara

yang baik, terlindung dari tiupan angin, sumber air bersih

dan mengalir untuk memandikan ibu.

(2) Pastikan perlengkapan dari bahan-bahan sudah

bersih/steril siap pakai.

(3) Persiapan rujukan apa bila terjadi penyulit dalam

persalinan.

(4) Berikan asuhan saying ibu.


53

(5) Pengurangan rasa sakit dengan menghadirkan keluarga,

suami, maupun teman terdekat ibu.

(6) Dukungan emosional.

(7) Mengatur posisi.

(8) Evaluasi his setiap 10 menit sekali, pembukaan setiap 4

jam sekali.

(9) Pemberian cairan dan nutrisi.

(10) Kamar mandi.

(11) Pencegah infeksi.

(12) Persiapan persalinan.

b) Persalinan serotinus

(1) Memasang infus dengan drip oxytosin, mulai dari 8 tetes

dalam 15 menit dinaikkan dengan interval 15 menit

sebanyak 4 tetes, sampai mencapai kontraksi maksimal.

Tetesan maksimal 40 tetes, jumlah cairan

seluruhnya 500 cc.

(2) Mengobservasi HIS dan DJJ setiap 15 menit, pembukaan

setiap 4 jam sekali.

2) Kala II

a) Anjurkan agar ibu didampingi oleh keluarganya selama proses

persalinan dan kelahiran bayinya.

b) Anjurkan keluarga ikut terlibat dalam asuhan, diantaranya

membantu ibu untuk berganti posisi, melakukan rangsangan


54

taktil, memberikan makanan dan minuman, teman bicara, dan

memberikan dukungan semangat selama persalinan dan

melahirkan bayinya.

c) Penolong persalinan dapat memberikan dukungan dan

semangat kepada ibu dan anggota keluarganya dengan

menjelaskan tahan kemajuan proses persalinan atau kelahiran

bayi kepada mereka.

d) Tentramkan hati ibu dalam menghadapi dan menjalani kala II

persalinan.

e) Bantu ibu untuk memilih posisi yang nyaman saat meneran.

f) Setelah pembukaan lengkap, anjurkan ibu hanya meneran

apabila ada dorongan kuat dan spontan untuk meneran jangan

anjurkan untuk meneran berkepanjangan dan menahan nafas.

g) Menganjurkan ibu untuk minum dalam persalinan kala II.

3) Kala III

a) Melakukan management aktif kala III.

b) Pemberian suntikan oksitosin.

c) Melakukan peregangan tali pusat terkendali.

d) Melahirkan plasenta
55

4) Kala IV

a) Memperkirakan kehilangan darah.

b) Memeriksa perdarahan dari perineum.

c) Mencegah infeksi.

d) Pemantauan keadaan umum ibu selama 2 jam post partum.

f. Langkah ke enam : Pelaksanaan

Pada langkah ini direncanakan asuhan menyeluruh seperti

yang telah diuraikan pada langkah kelima dilaksanakan secara

efisien dan aman. Realisasi dari perencanaan sebagian dilakukan

oleh bidan, pasien, atau anggota keluarga yang lain. Jika bidan tidak

melakukan asuhannya sendiri, ia tetap memikul tanggung jawab atas

terlaksananya seluruh perencanaan. Pada situasi dimana ia harus

berkolaborasi dengan dokter, misalkan karena pasien mengalani

komplikasi, bidan masih tetap bertanggung jawab terhadap

terlaksananya rencana asuhan bersama tersebut. Manajemen yang

efisien akan menyingkat waktu, biaya, dan meningkatkan mutu

asuhan (Sulistyawati, 2009). Pelaksanaan asuhan kebidanan pada ibu

bersalin dengan serotinus sesuai dengan perencanaan yang telah

dibuat.
56

g. Langkah ke tujuh : Evaluasi

Untuk mengetahui sejauh mana keberhasilan asuhan yang

kita berikan kepada pasien. Kita mengacu kepada beberapa

pertimbangan yaitu tujuan asuhan kebidanan, efektifitas tindakan

untuk mengatasi masalah, dan hasil asuhan (Sulistyawati, 2009).

Hasil yang diharapkan dari manajemen kebidanan pada ibu bersalin

dengan serotinus adalah dapat dilakukan partus secara spontan,

komplikasi akibat tindakan medik dapat diatasi serta ibu dan janin

dalam keadaan baik dan sehat (Prawirohardjo, 2014).


57

DATA PERKEMBANGAN SOAP

Pendokumentasikan asuhan kebidanan, rencana asuhan kebidanan ditulis

dalam data perkembangan SOAP yang merupakan salah satu pendokumentasian

menurut Rismalinda (2010), SOAP merupakan singkatan dari :

S : Subjektif

Berisi tentang data dari pasien yang diperoleh melalui anamnesis

(wawancara).

O : Objektif

Data yang didapat dari hasil observasi melalui pemeriksaan fisik pasien,

pemeriksaan laboratorium/ pemeriksaaan diagnostik lain.

A : Assessment

Berdasarkan data yang terkumpul kemudian dibuat kesimpulan meliputi

diagnosis/masalah kebidanan, antisipasi/masalah potensial serta perlunya

tindakan segera untuk mengantisipasi diagnosis/masalah potensial.

P : Planning

Merupakan rencana yang disusun berdasarkan hasil analisis dan interpretasi

data. Tindakan yang dilaksanakan harus mampu membantu pasien mencapai

kemajuan dan harus sesuai dengan hasil kolaborasi tenaga kesehatan

lain,antara lain dokter.


58

C. Landasan Hukum (yang melandasi praktek kebidanan)

1. Dalam Permenkes RI Nomor 1464/Menkes/Per/X/2010 pasal 18 ayat 1,

tentang pertolongan persalinan. Bidan dalam melakukan praktik sesuai

dengan kewenangan harus berkewajiban untuk : menghormati hak

pasien, merujuk kasus yang tidak dapat ditangani dengan tepat waktu,

menyimpan rahasia kedokteran sesuai dengan ketentuan perundang-

undangan, memberi informasi tentang masalah kesehatan pasien dan

pelayanan yang dibutuhkan. meminta persetujuan tindakan kebidanan

yang akan dilakukan, melakukan persetujuan asuhan kebidanan secara

sistematis, mematuhi standar, dan melakukan pelaporan penyelenggaraan

praktek kebidanan termasuk pelaporan dan kematian (Depkes RI, 2010).

2. Dalam Kemenkes RI Nomor 369/MENKES/SK/III/2007 tentang Standar

Profesi Bidan. Asuhan selama persalinan dan kehamilan , kompetensi ke-

4 : bidan memberikan asuhan yang bermutu tinggi, tanggap, terhadap

kebudayaan setempat selama persalinan, memimpin selama persalinan

yang bersih dan aman, mengenai siuasi kegawardaruratan tertentu

untuk mengoptimalkan kesehatan wanita dan bayinya yang lahir.

(Kemenkes RI, 2007).


BAB III

METODOLOGI

A. Jenis Studi

Jenis Karya Tulis Ilmiah ini adalah laporan studi kasus dengan metode

deskriptif.Laporan studi kasus adalah hasil dari penelitian yang sudah

dilakukan sesuai dengan prosedur penelitian (Hidayat, 2014).Deskriptif

adalah kondisi atau hal hal yang sudah disebutkan dan hasilnnya dapat

dipaparkan dalam bentuk laporan penelitian (Ari Kunto 2010). Pada studi

kasus ini mendeskripsikan tentang Asuhan Kebidanan Ibu Bersalin Ny.F

G1P0A0 Umur 24 Tahun Umur Kehamilan 42 Minggu dengan Induksi atas

Indikasi Serotinus.

B. Lokasi Studi Kasus

Menjelaskan tempat atau lokasi tersebut dilakukan. Penelitian ini

sekaligus membatasi ruang lingkup penelitian tersebut, misalnya apakah

ditingkat provinsi, kabupaten, kecamatan atau tingkat institusi tertentu :

sekolah, rumah sakit, puskesmas (Notoatmodjo, 2012). Studi kasus ini

dilakukan di RSUD Soehadi Prijonegoro Sragen.

59
60

C. Subyek Studi Kasus

Subyek studi kasus yaitu orang yang akan dijadikan sebagai subyek

untuk dilakukan studi kasus (Notoatmodjo,2012). Subyek studi kasus ini

adalah Ny.F G1P0A0 Umur 24 Tahun Umur Kehamilan 42 Minggu dengan

Induksi atas Indikasi Serotinus.

D. Waktu Studi Kasus

Waktu studi kasus merupakan langkah-langkah kegiatan dari mulai

penyusunan proposal penelitian, sampai dengan penulisan laporanpenelitian,

beserta waktu berjalan atau berlangsungnya tiap kegiatan tersebut

(Notoatmodjo, 2012). Pengambilan kasus ini dilaksankan pada tanggal

14 Juli 2017.

E. Instrumen Studi Kasus

Alat yang digunakan penuli dalam pengumpulan data agar pekerjaan

lebih mudah dan hasilnya cermat, lengkap dan sistematissehingga lebih

mudah diolah (Arikunto, 2010). Instrumen yang digunakan format asuhan

kebidanan pada ibu bersalin dan data perkembangan SOAP serta partograf.
61

F. Teknik Pengumpulan Data

1. Data Primer

Data primer adalah secara langsung diambil dari obyek/objek penelitian

oleh peneliti perorangan maupun organisasi (Riwidikdo, 2012).

Cara mendapatkan data primer dalam pengumpulan data, antara lain :

a. Pemeriksaan fisik

Digunakan untuk mengetahui keadaan fisik pasien secara

sistematis dengan cara :

1) Inspeksi

Inspeksi merupakan proses observasi yang dilaksanakan

dengan menggunakan indra pengelihatan, pendengaran dan

penciuman (Nursalam, 2009).

Pada Ny.F G1P0A0 umur 24 tahun umur kehamilan 42

minggu dengan induksi atas indikasi serotinus dilakukan

pemeriksaan mulai dari kepala, leher, dada, axilla, mammae,

abdomen, kulit, ekstremitas, genetalia, dan anus.

2) Palpasi

Teknik yang menggunakan indera peraba.Tangan dan

jari-jari adalah salah satu instrumen yang sensitive dan

digunakan untuk mengumpulkan data (Nursalam, 2009).


62

Pada kasus Ny.F G1P0A0 umur 24 tahun umur

kehamilan 42 minggu dengsn induksi atas indikasi serotinus

dilakukan teknik palpasi untuk mengetahui letak janin, TFU,

dan kontraksi.

3) Perkusi

Suatu pemeeriksaan dengan jalan mengetuk-ngetukkan

jari ke tubuh klien yang akan dikaji untuk membandingkan

bagian yang kiri dan bagian yang kanan (Nursalam, 2008).

Pada kasus ibu bersalinn dengan induksi kehamilan

serotinus telah dilakukan reflek patella kanan dan kiri negativ

atau positif (Sulistyawati, 2009).

Pada kasus Ny.F G1P0A0 umur 24 tahun umur

kehamilan 42 minggu dengsn induksi atas indikasi serotinus

dilakukan pemeriksaan reflek patella.

4) Pada kasus Auskultasi

Auskultasi adalah pemeriksaan dengan jalan

mendengarkan suara yang dihasilkan oleh tubuh dengan

menggunakan stetoskop (Walyani, 2010).

Pada Ny.F G1P0A0 umur 24 tahun umur kehamilan 42

minggu dengsn induksi atas indikasi serotinus dilakukan

pemeriksaan denyut jantung janin dan teanan darah pada ibu.


63

b. Wawancara

Wawancara adalah suatu metode yang digunakan untuk

mengumpulkan data, dimana peneliti mendapat keterangan atau

informasi secara lisan dari seseorang sasaran penelitian (responden),

atau bercakap-cakap berhadapan muka dengan orang teersebut (face

to face) (Notoatmodjo, 2012)

Pada kasus Ny.F G1P0A0 umur 24 tahun umur kehamilan 42

minggu dengan induksi atas indikasi serotinuspenulis telah

melakukan wawancara kepada Ny. F, keluarga pasien, dan bidan.

c. Observasi

Observasi adalah suatu prosedure berencana, yang anatara

lain mendengar, melihat, mencatat, sejumlah dan taraf aktivitas

tertentu yang ada hubungannya dengan masalah yang diteliti

(Notoatmodjo, 2012).

Pada kasus Ny.F G1P0A0 umur 24 tahun umur kehamilan 42

minggu dengsn induksi atas indikasi serotinusdilakukan observasi

TTV (tekanan darah, suhu, nadi, respirasi), KU, DJJ, kontraksi,

kemajuan persalinan (pembukaan, penurunan, PPV), tetesan induksi

sesuai pada lembar observasi.


64

2. Data sekunder

Data sekunder adalah data yang didapat secara tidak langsung

dari obyek penelitian, (Riwidikdo, 2012)

a. Studi kepustakaan

Studi kepustakaan adalah mendukung permasalahan yang

diungkapan dalam penelitian, diperlukan studi kepustakaan yang

kuat (Notoatmodjo,2012).

Dalam kasus ini studi kepustakaan dengan mengumpulkan

buku-buku kepustakaan dari terbitan tahun 2007-2014.

b. Studi dokumentasi

Studi dokumentasi adalah semua bentuk informasi yang

berhubungan dengan dokumen (Notoatmodjo, 2012).

Pada kasus Ny.F G1P0A0 umur 24 tahun umur kehamilan 42

minggu dengsn induksi atas indikasi serotinusdiambil dari data

observasi, data perkembangan dan dokumentasi di RSUD dr.Soehadi

Prijonegoro Sragen.

G. Alat-alat yang dibutuhkan

Alat-alat dan bahan yang dibutuhkan dalam pengambilan data :

1. Format pengkajian ibu pada bersalin.

2. Buku tulis.

3. Bolpoint.
65

Alat dan bahan dalam pemeriksaan fisik dan observasi :

1. Timbangan berat badan.

2. Alat pengukur tinggi badan.

3. Tensimeter.

4. Termometer.

5. Stetoskop.

6. Metllyn.

7. Jam tangan.

8. Doopler.

9. Reflex hammer.

10. Korentang.

11. Partus set : 2 buah klem tali pusat, gunting tali pusat, gunting

episiotomi, 2 buah sarung tangan DTT kanan-kiri, pengikat tali pusat

DTT, ½ kocker, kassa steril, spuit 3 cc, oxytosin 10 IU, penghisap

lendir deelle, nefulder, benang cat gut, jarum.

12. Infuse set : selang, abochat, flaboth, plester, kassa, betadine,

torniquate.

13. Cairan infus RL.

14. Oxytsin 10 IU.

15. Baskom berisi air bersih, larutan clorin 0,5%.

16. Baju ganti pasien.

17. Kain bersih.

18. Pembalut.
66

H. Jadwal Studi Kasus

Dalam bagian ini diuraikan langkah-langkah kegiatan dari mulai

penyusunan proposal penelitian,sampai dengan penulisan laporan penelitian,

beserta waktu berjalan atau berlangsungnya tiap kegiatan tersebut. Biasanya

jadwal kegiatan ini disusun dalam suatu garis “gant’s chart’ (Notoatmodjo,

2012). Jadwal studi kasus terlampir.


BAB IV
TINJAUAN KASUS DAN PEMBAHASAN

ASUHAN KEBIDANAN IBU BERSALIN PATOLOGI PADANY.F G1P0A0


UMUR 24 TAHUN HAMIL 42 MINGGU DENGAN INDUKSI ATAS
INDIKASI SEROTINUS DI RSUD DR.SOEHADI
PRIDJONEGORO SRAGEN

Ruang : VK

Tanggal masuk: 14 Juli 2017

No. Register : -

I. PENGKAJIAN

A. IDENTITAS ANAK IDENTITAS SUAMI

1. Nama : Ny.F Nama : Tn.S

2. Umur : 24 tahun Umur : 26 tahun

3. Agama : Islam Agama : Islam

4. Suku Bangsa : Jawa/Indonesia Suku Bangsa : Jawa

5. Pendidikan : SMA Pendidikan : SMA

6. Pekerjaan : IRT Pekerjaan : Swasta

7. Alamat : Wotan Rt.01/03, Bener, Ngrampal, Sragen.

B. ANAMNESA (DATA SUBYEKTIF)

Tanggal : 14 Juli 2017 Pukul : 07.00 WIB

1. Alasan utama pada waktu masuk : Ibu mengatakan datang di

rumah sakit pukul 06.00 WIB, rujukan dari bidan karena

67
68

ibu merasakan kenceng-kenceng pada perut bagian bawah, akhir-

akhir ini pergerakan janin berkurang dan kehamilannya sudah

melewati hari perkiraan lahir.

2. Tanda-tanda persalinan

a. Kontraksi

Ibu mengatakan merasakan kenceng-kenceng makin lama

makin sering menjalar sampai kepinggang sejak tanggal 13

Juli 2017 pukul 23.00 WIB.

b. PPV

Ibu mengatakan mengeluarkan lendir bercampur darah.

3. Riwayat Menstruasi

a. Menarche : Ibu mengatakan haid pertama pada umur

13 tahun

b. Siklus : Ibu mengatakan siklus haidnya 28 hari

c. Lama : Ibu mengatakan lama haidnya 7-8 hari

d. Banyaknya : Ibu mengatakan ganti pembalut 3-4 x/hari

e. Teratur/tidak : Ibu mengatakan haidnya teratur

f. Sifat darah : Ibu mengatakan darah haidnya encer dan

berwarna merah segar

g. Dismenorhoe : Ibu mengatakan tidak pernah merasakan

nyeri perut pada saat haid.


69

4. Riwayat perkawinan

a. Status perkawinan : sah, kawin : 1 kali

b. Kawin/menikah : umur 23 tahun, dengan suami umur

25 tahun

Lamanya : 1 tahun

5. Riwayat kehamilan, persalinan, dan nifas yang lalu

No Tgl/ Thn Tem U Jenis Peno Anak Nifas Keadaan


Partus pat K Partus long JK BB PB Kead Laktasi Anak
Par Sekarang
tus

Hamil Sekarang

6. Riwayat hamil ini

a. HPHT : 23 September 2016

b. HPL : 30 Juni 2017

c. Keluhan pada

Trimester I : Ibu mengatakan mengeluh mual

dan muntah

Trimester II : Ibu mengatakan tidak ada keluhan

Trimester III : Ibu mengatakan gerakan janin berkurang

d. ANC : Ibu mengatakan selama hamil memeriksakan

kehamilannya 6 kali ke bidan yaitu pada saat umur

kehamilan 8 minggu, 16 minggu, 24 minggu, 32

minggu, 36 minggu, 38 minggu, 42 minggu.


70

e. Penyuluhan yang pernah didapat : Ibu mengatakan pernah

mendapat penyuluhan tentang gizi ibu hamil, tanda bahaya

persalinan dan persiapan persalinan.

f. Imunisasi TT : Ibu mengatakan

mendapatkan imunisasi TT 2 kali yaitu pada saat akan

menikah dan pada saat umur kehamilan 4 bulan.

7. Riwayat Keluarga Berencana : Ibu mengatakan belum pernah

menggunakan alat kontrasepsi apapun.

8. Riwayat penyakit

a. Riwayat penyakit sekarang

Ibu mengatakan saatini tidak sedang menderita penyakit

apapun.

b. Riwayat penyakit sistemik

1) Jantung

Ibu mengatakan tidak pernah merasakan nyeri dada

sebelah kiri, dan tidak mudah lelah saat beraktivitas

2) Ginjal

Ibu mengatakan tidak pernah nyeri tekan pada perut

bagian bawah.

3) Asma

Ibu mengatakan tidak pernah sesak nafas.


71

4) TBC

Ibu mengatakan tidak pernah mengalami batuk

berkepanjangan lebih dari 2 minggu.

5) Hepatitis

Ibu mengatakan tidak pernah mengalami warna kuning

pada mata, kulit dan kuku.

6) Diabetes Militus

Ibu mengatakan tidak pernah lapar, haus serta BAK lebih

dari 4 kali dimalam hari.

7) Hipertensi

Ibu mengatakan tidak pernah mengalami tekanan darah

lebih dari 140/90 mmHg

8) Epilepsi

Ibu mengatakan tidak pernah mengalami kejang-kejang

sampai mengeluarkan busa dari mulutnya.

9) Lain-lain

Ibu mengatakan tidak pernah menderita penyakit lain

seperti HIV/AIDS.

c. Riwayat Penyakit Keluarga

Ibu mengatakan dari keluarganya maupun suaminya tidak ada

yang menderita penyakit menurun seperti asma, hipertensi,

DM (diabetes militus), dan tidak menderita penyakit menular

seperti TBC, hepatitis, dan HIV/AIDS.


72

d. Riwayat Keturunan Kembar

Ibu mengatakan baik dari keluarganya maupun keluarga

suaminya tidak ada yang memiliki riwayat keturunan kembar.

e. Riwayat Operasi

Ibu mengatakan belum pernah operasi atau tindakan bedah

apapun.

9. Pola kebiasaan sehari-hari

a. Nutrisi

Selama hamil: Ibu mengatakan makan 3 kali porsi sedang,

jenisnya nasi, sayur, dan lauk. Minum air putih 6-8 gelas/hari.

Makan/minum terakhir :Ibu mengatakan makan dan minum

terakhir pukul 07.00 WIB dirumah sakit, jenisnya nasi porsi

sedikit, sayur soap, daging, tahu, dan minum teh ± 1 gelas.

b. Personal Hygiene

Selama hamil: Ibu mengatakan mandi 2 kali/sehari, gosok gigi

2kali/hari, dan keramas 2 kali dalam seminggu.

Saat ini: Ibu mengatakan belum mandi, hanya cuci muka dan

gosok gigi.

c. Eliminasi

Selama Hamil: Ibu mengatakan BAB 1kali/hari, konsistensi

lunak, BAK 5-6 kali/hari, warna kuning jernih.

BAB dan BAK terakhir pukul : Ibu mengatakan BAK

terakhir pukul 07.00 WIB dan BAB terakhir tanggal 13 Juli


73

pukul 08,00 WIB, konsistensi BAB lunak, bau khas fases,

konsistensi BAK warna kuning jernih bau khas urin.

d. Aktivitas

Selama hamil : Ibu mengatakan dirumah saja, melakukan

pekerjaan rumah seperti memasak,

menyapu, mengepel lantai, mencuci.

Saat ini : Ibu mengatakan hanya tiduran di bad.

e. Istirahat/tidur

Selama hamil: Ibu mengatakan jarang tidur siang siang ± 1

dan tidur malam ± 8 jam.

Saat ini: Ibu mengatakan tidur hanya 2 jam.

f. Pola Seksual

Sebelum hamil: Ibu mengatakan melakukan hubungan 2 kali

seminggu.

Selama hamil : Ibu mengatakan melakukan hubungan 1 kali

dalam seminggu.

g. Psikososial budaya

1) Perasaan menghadapi persalinan ini

Ibu merasa cemas menghadapi persalinan ini karena

kehamilannya melewati hari perkiraan lahir dan gerakan

bayinya berkurang.
74

2) Kehamilan ini direncanakan/tidak

Ibu mengatakan kehamilan ini direncanakan.

3) Jenis kelamin yang diharapkan

Ibu mengatakan baik laki-laki ataupun perempuan sama saja

yang penting sehat.

4) Dukungan keluarga terhadap persalinan ini

Ibu mengatakan keluarganya sangat mendukung

kehamilannya dan persalinan ini.

5) Keluarga lain yang tinggal serumah

Ibu mengatakan hanya tinggal serumah dengan suaminya.

6) Pantangan makanan

Ibu mengatakan tidak ada pantangan makanan apapun.

7) Kebiasaan adat-istiadat

Ibu mengatakan ada adat istiadat dalam keluarganya yaitu

mitoni atau 7 bulanan.

g. Penggunaan obat-obatan, jamu/rokok

Ibu mengatakan tidak pernah mengonsumsi jamu, ataupun

obat-obatan lainnya kecuali ibu hanya mengonsumsi obat dari

bidan. Ibu dan suami tidak merokok.

C. Pemeriksaan Fisik (Data Obyektif)

1. Status generalis

a. Keadaan Umum : Baik

b. Kesadaran : Composmentis
75

c. TTV TD : 120/70 mmH R: 24x/menit

N : 82x/menit S: 36,5 º C

d. TB : 160 cm

e. BB sebelum hamil: 60 kg

f. BB sekarang : 76 kg

g. LILA : 25, 5 cm

2. Pemeriksaan Sistematis

a. Kepala

1) Rambut : bersih,hitam, tidak berketombe

2) Muka : bersih, tidak odema, tidak ada cloasma

gravidarum

3) Mata

a) Oedeme : tidak odema.

b) Conjungtiva: merah muda

c) Sklera : putih

4) Hidung : simetris, bersih, tidak ada benjolan, tidak

ada secret

5) Telinga : simetris, bersih tidak ada serumen

6) Mulut/gigi/gusi: sersih, tidak stomatitis, tidak ada caries,

gusi tidak berdarah


76

b. Leher

1) Kelenjar Gondok : tidak ada pembesaran

2) Tumor : tidak ada benjolan

3) Pembesaran kelenjar limfe : tidak ada pembesaran

c. Dada dan axilla

1) Mammae

a) Membesar : Normal

b) Tumor : tidak ada benjolan

c) Simetris :simetris kanan dan kiri

d) Areola :hiperpigmentasi

e) Puting Susu :menonjol

f) Kolostrum :belum keluar

2) Axilla

a) Benjolan :tidak ada benjolan

b) Nyeri :tidak ada nyeri tekan

d. Ekstremitas

1) Atas : jari-jari lengkap, tidak ada oedema,

terpasang infus RL + drip Oxy 5 IU

dengan tetesan 15 menit pertasma

12 tpm pada tangan kiri.

2) Bawah

a) Varises : tidak ada varices

b) Oedeme : tidak oedema


77

c) Reflek patella : tidak dilakukan

d) Kuku : bersih

3. Pemeriksaan Khusus Obstetri

a. Abdomen

1) Inspeksi

a) Pembesaran perut : normal, sesuai umur

kehamilan

b) Bentuk perut : memanjang

c) Linea alba/nigra : Linea nigra

d) Strie albican/livide : Strie albican

e) Kelainan : tidak ada

f) Pergerakan janin : Ada saat dilakukan

pemeriksaan

2) Palpasi

a) Pergerakan janin : teraba pergerakan janin

b) Kontraksi :3x dalam 10 menit lamanya 30 detik

c) Leopold I :TFU 3 jari di bawah proxecus

xifoideus. Bagian fundus uteri teraba

bulat, lunak, tidak melenting

(bokong).
78

d) Leopold II

Kanan : teraba bagian-bagian terkecil janin

(ekstremitas)

Kiri : teraba panjang, keras, seperti papan

(punggung)

e) Leopold III : bagian bawah teraba bulat, keras,

melenting (kepala)

f) Leopold IV : bagian terbawah janin sudah masuk

PAP 3/5 bagian.

g) TFU Mc Donald : 31 cm

h) TBJ :

(TFU-11)x155 = (31-11)x155 = 3100 gram

3) Auskultasi

DJJ punctum maximum: (+) kiri bawah pusat

Frekuensi : 136x/menit

Teratur/tidak : teratur

b. Pemeriksaan panggul

1) Kesan Panggul : Normal

2) Distantia Spinarum : tidak dilakukan

3) Distantia Cristarum : tidak dilakukan

4) Conjugata Eksterna : tidak dilakukan

5) Lingkar Panggul : tidak dilakukan


79

c. Anogenital

1) Vulva vagina

a) Varises : tidak ada varices

b) Luka : tidak ada bekas luka

c) Kemerahan : tidak ada kemerahan

d) Nyeri : tidak ada nyeri tekan

e) PPV : lendir darah

2) Perinium

a) Bekas Luka : tidak ada bekas luka

b) Lain-lain : tidak ada

3) Anus

a) Haemorhoid : tidak ada haemoroid

b) Lain-lain : tidak ada

4) Inspekulo

a) Vagina : tidak dilakukan

b) Portio : tebal

5) Vagina Toucher

a) Pembukaan : 3 cm

b) Portio : tebal

c) Ketuban : utuh

d) Presentasi : belakang kepala

e) Posisi : UUK jam 12.00 WIB

f) Penurunan : Hodge III


80

4. Pemeriksaan Penunjang

a. Pemeriksaan Laboratorium di rumah sakit pada tanggal

14 Juli 2017 :

HB : 11,8 gr %

Golongan darah : B

HbSAg : negatif

VST : negatif

b. Pemeriksaan penunjang lain : tidak dilakukan

II. INTERPRETASI DATA

1. DIAGNOSA KEBIDANAN

NY. F G1P0A0 umur 24 tahun, hamil 42 minggu, janin Tunggal,

Hidup, Intrauteri, Letak Memanjang, Punggung kiri, Presentasi

Kepala, inpartu kala I fase laten.

Data Dasar :

DS : 1) Ibu mengatakan bernama Ny. F umur 24 tahun.

2) Ibu mengatakan ini kehamilan anak pertama belum

pernah keguguran.

3) Ibu mengatakan hari pertama haid terakhir tanggal 23

September 2016.

4) Ibu mengatakan perut bagian bawah terasa kenceng-

kenceng.

5) Ibu mengatakan gerakan janinnya berkurang.


81

6) Ibu mengatakan hari perkiraan lahir tanggal 30 Juni

2017.

DO :

1) Keadaan Umum : Baik

2) Kesadaran : Composmentis

3) TTV TD : 120/70 mmH R: 24x/menit

N : 82x/menit S: 36,5 º C

4) Palpasi

a) Pergerakan janin : teraba pergerakan janin

b) Kontraksi : 3x dalam 10 menit lamanya 30

detik

c) Leopold I : TFU 3 jari di bawah proxecus

xifoideus. Bagian fundus uteri

teraba bulat, lunak, tidak

melenting (bokong).

d) Leopold II

Kanan : teraba bagian-bagian terkecil

janin (ekstremitas)

Kiri : teraba panjang, keras, seperti

papan (punggung)

e) Leopold III : bagian bawah teraba bulat,

keras, melenting (kepala)


82

f) Leopold IV : bagian terbawah janin sudah

masuk PAP 3/5 bagian.

g) Tfu mc donald : 31 cm

h) TBJ :

(TFU-11)x155 = (31-11)x155 = 3100 gram

5) Pembukaan : 3 cm

6) Frekuensi : 136 x/menit/teratur

2. MASALAH

Ibu merasa cemas menghadapi persalinan ini karena kehamilannya

melewati hari perkiraan lahir dan gerakan bayinya berkurang.

3. KEBUTUHAN

Memberikan suport mental kepada ibu agar ibu tetap tenang dan tidak

merasakan cemas.

III. DIAGNOSA POTENSIAL

1. Pada ibu : partus lama

a. Partus Lama

b. Rupture Uteri

2. Pada bayi :

a. IUFD

b. Gawat Janin (Fetaldistress)


83

IV. TINDAKAN SEGERA

Kolaborasi dengan dr.SpOG, yaitu :

1 Pemberian infus RL 20 tpm

2 Induksi dengan oxy drip 5 IU tetesan 15 menit pertama 12 tpm, dan

naikkan tetesan 4 tetes setiap 15 menit sekali sampai tetesan maksimal

20 tpm.

V. PERENCANAAN

Tanggal : 14 Juli 2017 Pukul :07.10 WIB

1 Beritahu ibu dan keluarga tentang keadaan ibu dan hasil

pemeriksaannya.

2 Observasi kemajuan persalinan yaitu : nadi, respirasi,suhu, tekanan

darah, pembukaan servik setiap 30 menit.

3 Observasi kontraksi dan DJJ setiap 30 menit.

4 Mengganti cairan infus kedua apabila cairan infus sudah habis sesuai

advis dokter.

5 Anjurkan ibu untuk miring kekiri.

6 Anjurkan keluarga untuk mendampingi ibu dan menganjurkan ibu

untuk makan dan minum

7 Anjurkan ibu untuk tarik nafas panjang saat ada kontraksi dan

menganjurkan ibu untuk tidak meneran sebelum pembukaan lengkap.

8 Siapan partus set, heating set, baju ibu, baju bayi.


84

9 Catat hasil pemeriksaan dan pemantauan kemajuan persalinan dalam

lembar observasi

VI. PELAKSANAAN

Tanggal : 14 Juli 2017 Pukul : 07.15 WIB

1 Memberitahu ibu dan keluarga tentang keadaan ibu.

Keadaan ibu saat ini baik, pembukaan 3 cm dan sudah ada tanda-tanda

persalinan yaitu ibu merasakan kenceng-kenceng semakin sering,

sudah ada pengeluaran PPV.

2 Mengobservasi kemajuan persalinan yaitu : nadi, respirasi,suhu,

tekanan darah, pembukaan servik setiap 30 menit.

TD : 120/70 mmHg R : 82x/menit

Nadi : 24x/menit S : 36,5ºC

Pembukaan : 3 cm

3 Mengobservasi kontraksi dan DJJ setiap 30 menit.

4 Mengganti cairan infus kedua apabila cairan infus sudah habis sesuai

advis dokter, cairan infus kedua diganti pada pukul 09.15 WIB.

Infus RL + drip oxy5 IU tetesan 15 menit pertama 12 tpm, dan naikkan

tetesan 4 tetes setiap 15 menit sekali sampai tetesan maksimal 20 tpm.

5 Menganjurkan ibu untuk miring kekiri atau ke kanan untuk

memperlancar oksigen janin.


85

6 Menganjurkan keluarga untuk mendampingi ibu dan menganjurkan ibu

untuk makan dan minum saat tidak ada his agar tenaga ibu bertambah

kuat saat menegjan pada proses persalinan.

7 Menganjurkan ibu untuk tarik nafas panjang saat ada kontraksi dan

menganjurkan ibu utuk tidak meneran sebelum pembukaan lengkap

karena jika ibu meneran sebelum pembukaan lengkap dapat

menyebabkan genetalia ibu membengkak dan ibu kehabisan tenaga

untuk mengejan saat persalinan.

8 Menyiapan partus set, heating set, baju ibu, baju bayi

Partus set : 2 buah klem tali pusat, gunting tali pusat, gunting

episiotomi, 2 buah sarung tangan DTT kanan-kiri, 2 sarung tagan

panjang DTT, pengikat tali pusat DTT, ½ kocker, kassa steril, spuit 3

cc, lidocain, oxytosin 10 IU, bak instrumen, cairan infus RL,

penghisap lendir deelle, Heacting set :jarum steril, kom dan betadine,

nefulder, benang cat gut, Pakaian ganti bayi :2 baju bayi, 2 popok

bayi, 2 bedong bayi, 1 penutup kepala, 1 pasang saruung tangan dan

kaki, 1 Handuk bayi, Pakaian ganti ibu :1 baju ibu, 1 celana dalam

ibu, Pembalut, 2 kain jari.

9 Mencatat hasil pemeriksaan dan pemantauan kemajuan persalinan

dalam lembar observasi (terlampir).


86

VII. EVALUASI

Tanggal : 14 Juli 2017 Pukul : 13.00 WIB

1 Ibu dan keluarga sudah mengetahui keadaan ibu.

2 Sudah dilakukan observasi kemajuan persalinan yaitu nadi,

respirasi,suhu, tekanan darah, pembukaan servik setiap 30 menit.

Hasil : (terlampir).

3 Sudah dilakukan observasi kontraksi dan DJJ setiap 30 menit.

Hasil : (terlampir).

4 Sudah mengganti cairan infus kedua sesai advis dokter pada pukul

09.15 WIB.

Infus RL + drip oxy5 IU tetesan 15 menit pertama 12 tpm, dan naikkan

tetesan 4 tetes setiap 15 menit sekali sampai tetesan maksimal 20 tpm.

5 Ibu bersedia untuk miring kekiri atau kekanan untuk memperlancar

oksigen janin.

6 Keluarga bersedia untuk mendampingi ibu dan menganjurkan ibu untuk

makan dan minum saat tidak ada his agar tenaga ibu bertambah kuat

saat menegjan pada proses persalinan.

7 Ibu bersedia untuk tarik nafas panjang saat ada kontraksi dan

menganjurkan ibu untuk tidak meneran sebelum pembukaan lengkap

karena jika ibu meneran sebelum pembukaan lengkap dapat

menyebabkan genetalia ibu membengkak dan ibu kehabisan tenaga

untuk mengejan saat persalinan.

8 Sudah dilakukan persiapan partus set, heating set, baju ibu, baju bayi.
87

9 Mencatat hasil pemeriksaan dan pemantauan kemajuan persalinan

dalam lembar observasi yaitu :

a. Keadaan Umum : Baik

b. Kesadaran : Composmentis

c. TTV TD : 120/70 mmH R : 24x/menit

N : 82x/menit S: 36,5 º C

d. DJJ : 140x/menit

e. Kontraksi : 5 x 10 menit, lamanya 50 detik

f. Vulva : membuka

g. Anus : adate kanan

h. Perineum : menonjol

i. VT : Pembukaan : 10 cm

Presentasi : belakang kepala

Posisi : UUK jam 12.00 WIB

Penurunan : H-III

Ketuban : (-) Jernih

Portio : tidak teraba

j. PPV : lendir darah dan cairan ketuban, PPV ± 70cc

k. Ekstremitas kiri terpasang infus RL + drip Oxy 5 IU tetesan 15 menit

pertama 12 tpm, dan naikkan tetesan 4 tetes setiap 15 menit sekali

sampai tetesan maksimal 20 tpm.


88

DATA PERKEMBANGAN I

Kala II

Tanggal : 14 Juli 2017 Pukul : 13.00 WIB

S : SUBYEK

1. Ibu mengatakan merasakan kenceng-kenceng semakin sering dan

semakin kuat.

2. Ibu mengtakan merasakan ingin BAB.

3. Ibu mengatakan merasakan ingin mengejan.

4.Ibu mengatakan mengeluarkan lendir darah dan cairan dari jalan lahir.

5. Ibu mengatakan sudah merasakan ingin melahirkan.

O : OBYEKTIF

1. Keadaan Umum : Biaik

2. Kesadaran : Composmentis

3. TTV TD : 120/70 mmH R: 24x/menit

N : 82x/menit S: 36,5 º C

4. DJJ : 140x/menit

5. Kontraksi : 5 x 10 menit, lamanya 50 detik

6. Vulva : membuka

7. Anus : ada tekanan

8. Perineum : menonjol

9. VT : Pembukaan : 10 cm

Presentasi : belakang kepala

Posisi : UUK jam 12.00 WIB


89

Penurunan : H-III

Ketuban : (-) Jernih

Portio : tidak teraba

10. PPV : lendir darah dan cairan ketuban, PPV ± 70cc

11. Ekstremitas kiri terpasang infus RL + drip Oxy 5 IU dengan tetesan

maksimal 20 tpm.

A : ASSESMENT
Ny. F G1P0A0 umur 24 tahun umur kehamilan 42 minggu inpartu kala II.

P : PLANNING
1. Memberitahu ibu dan keluarga bahwa pembukaan sudah lengkap.

2. Memeriksa kembali kelengkapan partus set.

3. Meminta ibu untuk berada pada posisi litotomi yaitu menekuk kaki

ibu sampai arah dada dengan tangan ibu sampai siku berada pada

lipatan paha.

4. Meminta keluarga untuk memberikan minum air putih atau teh

hangat kepada ibu disela-sela his.

5. Mengobservasi DJJ setiap tidak ada kontraksi.

6. Mengajarkan ibu cara meneran yang benar yaitu dagu di angkat

sampai menempel dada kemudian ibu mengejan dan tanpa bersuara

mata tetap terbuka, meneran dilakukan saat ada kontraksi.

7. Menolong persalinan setelah kepala bayi tampak 5-6 cm didepan

vulva dengan cara :

a. Meletakkan handuk bersih di atas perut ibu.

b. Meletakkan kain bersih 1/3 bagian dibawah bokong ibu.


90

c. Membuka partus set dan perhatikan kelengkapannya.

d. Memakai sarung tangan DTT pada kedua tangan.

e. Melakukan tindakan episiotomi yaitu :

1) menyuntikan lidokain ke arah kiri perineum ibu

denganletakkan dua jari kedalam vagina di antara kepala bayi

dan perineum. Masukkan jarum di tengah fourchette dan

arahkan jarum sepanjang tempat yang akan di episiotomi.

2) Tangan kanan stenen dan tangan kiri menahan verteks untuk

mencegah terjadinya defleksi maximal dan anjurkan ibu

untuk meneran saat ada kontraksi.

3) Aspirasi, untuk memastikan bahwa jarum tidak berada

didalam pembuluh darah masuk ke dalam tabung suntik,

jangan suntikkan lidokain, tarik jarum tersebut keluar.

4) Tarik jarum perlahan-lahan sambil menyuntikkan maksimum

10 ml lidokain.

5) Memeriksa perineum ibu dengan mencubitnya menggunakan

pinset anatomis untuk memastikan anastesi sudah menyebar

atau belum.

6) Jika sudah menyebar gunting perineum ibu dengan sekali

guntingan pada saat ibu mengejan.

7) Kemudian dep menggunakan kassa betadine.


91

8) Tangan kanan stenen dan tangan kiri menahan verteks untuk

mencegah terjadinya defleksi maximal dan anjurkan ibu

untuk meneran saat ada kontraksi.

9) Setelah kepala lahir periksa adanya lilitan tali pusat.

10) Tunggu putaran paksi luar pegang kepala bayi secara

biparetal lahirkan bahu depan dan bahu belakang.

11) Melakukan sangga susur dan menyusui sampai mata kaki.

12) Lakukan penilaian sepintas bayi baru lahir

a) Tangisan bayi : tangisan bayi kuat

b) Gerkan bayi : gerakan bayi aktif

c) Warna kulit : kemerahan

13) Keringkan bayi di atas perut ibu dengan anduk bersih.

14) Jepit tali pusat dengan umbilicus klem kira-kira 3 cm dari

pangkal kemudian urut tali pusat kira-kira 2 cm dari klem

pertama lalu jepit dengan klem.

15) Potong tali pusat diantara kedua klem dengan satu kali

guntingan dengan hati-hati.

16) Letakkan bayi di tempat penghangat untuk dilakukan

penghisapan lendir, pengukuran panjang bayi, LK/LD,

menimbang BB bayi, keringkan bayi, pakaikan baju, sarung

tangan, dan topi bayi, bedong bayi.

17) Mengobservasi perdarahan kala II, kontraksi, TFU


92

EVALUASI

Tanggal : 14 Juli 2017 Pukul : 13.15 WIB

Sudah dilakukan pertolong persalinan, hasilnya bayi lahir spontan pukul

13.10 WIB, jenis kelamin perempuan, menangis kuat, gerakan aktif, warna

kulit kemerahan dan keriput, tidak ada cacat, BB : 3100 gram, PB : 50 cm,

LK/LD : 34cm/33cm, apgarscore : 7-8-9, kontraksi : baik , TFU : setinggi

pusat, PPV : ± 70 cc.


93

DATA PERKEMBANGAN II

KALA III

Tanggal : 14 Juli 2017 Pukul : 13.16 WIB

S : SUBYEKTIF

1. Ibu mengatakan perutnya terasa mules.

2. Ibu mengatakan senang atas kelahiran anaknya.

O : OBYEKTIF

1. Keadaan Umum : Baik

2. Kesadaran : Composmentis

3. TTV TD : 110/80 mmHg N : 84x/menit

R : 24x/menit S : 36ºC

4. TFU : setinggi pusat

5. Kontraksi : keras, baik

6. Tanda-tanda pelepasan plasenta:

a. Tali pusat semakin panjang

b. Uterus globuler

c. Adanya semburan darah secara tiba-tiba dari jalan lahir dan singkat

7. PPV kala II : ± 70 cc

8. PPV kala III : ± 100 cc

9. Ekstremitas kiri masih terpasang infus RL + drip Oxy 5 IU dengan

tetesan 20 tpm, infus akan di klem pada saat pemberian ijeksi Oxytocin

10 IU setelah bayi lahir pada 1/3 paha luar bagian atas secara IM,

setalah itu cairan RL drip Oxytocin di ganti dengan cairan RL.


94

A : ASESSMENT

Ny. F P1A0 umur 24 tahun dengan inpartu kala III.

P : PLANNING

Tanggal : 14 Juli 2017 Pukul : 13.18 WIB

1 Memastikan janin tunggal dengan melakukan palpasi pada perut ibu.

2 Mengeklem infus drip Oxytosin dan cairan infus di ganti dengan cairan

infus RL pada saat akan dilakukan penyuntikan Oxytocin 10 IU.

3 Menyuntikkan Oxytosin 10 IU secara IM di 1/3 paha luar bagian atas,

kemudian alirkan cairan infus RL setelah dilakukan penyuntikan.

4 Memastikan adanya tanda-tanda pelepasan plasenta yaitu tali pusat

semakin panjang, uterus globuler, adanya semburan darah secara tiba-

tiba dari jalan lahir dan singkat

5 Melakukan pertolongan manajemen aktif kala III :

a) Memindahkan klem hingga jarak 5-10 cm dari depan vulva.

b) Meletakkan tangan kiri berada pada sympisis untuk mendorong

uterus ke belakang (dorso kranial) kemudian tangan kanan

menegangkan tali pusat sejajar dengan lantai.

c) Lakukan peregangan tali pusat saat uterus berkontraksi,

pindahkan klem 5-10 cm didepan vulva apa bila tali pusat

memanjang.

d) Melahirkan plasenta : melakukan peregangan tali pusat saat

adanya kontraksi dan melakukan dorsokranial hingga plasenta


95

lahir, menangkap plasenta dengan kedua tangan dan memutar

searah jarum jam apa bila plasenta sudah terlihat 2/3 bagian

didepan vulva.

e) Melakukan pemeriksaan kelengkapan plasenta untuk memastikan

tidak ada sisa plasenta yang tertinggal.

6 Melakukan masase pada perut ibu dan mengajarkan pada ibu cara

memasase.

7 Memberikan injeksi Metyl Ergometrin1 cc secara IV.

8 Mengevaluasi laserasi jalan lahir,

EVALUASI

Tanggal : 14 Juli 2017 Pukul :13. 30 WIB

Sudah dilakukan tindakan pertolongan manajemen aktif kala III pada pukul

13.25 WIB plasenta lahir lengkap, insersi sentralis, kotiledon lengkap,selaput

plasenta utuh, berat ± 500 gram, diameter 17 cm, tebal 3 cm, panjang tali pusat

± 60 cm, perdarahan ± 100 cc, kontraksi keras, TFU 2 jari dibawah pusat,

terdaoat laserasi jalan lahir derajat 2.


96

DATA PERKEMBANGAN III


KALA IV

Tanggal : 14 Juli 2017 Pukul : 16.00 WIB

S : SUBYEK

1. Ibu mengatakan senang ari-ari dan bayinya sudah lahir.

2. Ibu mengatakan perutnya terasa mules dan lemas.

O : OBYEKTIF

1. Keadaan Umum : Baik

2. Kesadaran : Composmentis

3. TTV TD :110/80mmHg R: 24x/menit

N :84x/menit S: 36,7ºC

4. TFU : 2 jari di bawah pusat

5. Perineum : Rupture derajat 2

6. Kontraksi : Keras

7. Lokhea : Rubra

8. Perdarahan kala IV : ± 50 cc

9. Placenta : Sudah lahir lengkap

A : ASSESMENT

Ny. F P1A0 umur 24 tahun dengan inpartu kala IV.


97

P : PLANNING

1. Mengobservasi KU ibu.

2. Melakukan penjahitan pada perineum ibu dengan teknik jelujur.

3. Melakukan pemantauan kala IV yaitu memantau tekanan darah, nadi

TFU, kontraksi uterus setiap 15 menit pada 1 jam pertama dan setiap 30

menit pada jam ke dua. Memantau perdarahan dan suhu setiap 30 menit 1

jam pertama dan 1 jam ke dua.

4. Membersihkan ibu dengan air DTT menggunakan washlap dan

dikeringkan, memakaiakan softex dan mengganti baju ibu dengan baju

bersih.

5. Menekontaminasi tempat tidur menggunakan larutan klorin.

6. Membersihkan alat dan merendam dalam larutan clorine 0,5 %.

7. Memposisikan ibu dengan kaki lurus dan menyelimuti ibu.

8. Melakukan IMD pada bayi dengan melepaskan bedong dan baju bayi

kemudian meletakkan bayi di antara dada dan perut ibu, posisikan bayi

seperti merangkak kepala tepat berada di atas dada ibu di miringkan ke

kanan atau kiri, selimuti bayi dan ibu agar tidak terjadi hipotermi, minta

ibu untuk mengawasi pernafasan bayi. Tujuannya dilakukan IMD untuk

menjalin kasih sayang ibu dan bayi melalui kontak kulit, IMD dilakukan

± 1jam.

9. Menganjurkan ibu untuk makan dan minum untuk memulihkan dan

menjaga kondisi ibu agar tetap baik.


98

10. Menganjurkan ibu untuk mobilisasi dini yaitu miring kanan dan kiri, saat

ini ibu sudah bisa miring kanan dan kiri.

11. Memberikan terapi obat sesuai advis dokter :

Asam mefenamat 500 mg 2x1 10 tablet

Tablet FE 250 mg 1x1 10 tablet

Amoxillin 500 mg 3x1 10 tablet

12. Memindahkan ibu dikamar perawat atau kamar nifas pukul 16.15 WIB

EVALUASI

Tanggal : 14 Juli 2017

Hasil pemantauan kala IV, yaitu :

1. Pukul 14.00 WIB : TD : 110/80 mmHg, N : 84x/menit, S : 36,5ºC, TFU : 2

jari di bawah pusat, kontraksi uterus keras, kandung kemih kosong, PPV ± 50

cc.

2. Pukul 14.15 WIB : TD : 110/70 mmHg, N : 86x/menit, TFU : 2 jari di bawah

pusat, kontraksi uterus keras, kandung kemih kosong, PPV ± 20 cc.

3. Pukul 14.30 WIB : TD : 110/70 mmHg, N : 82x/menit, TFU : 2 jari di bawah

pusat, kontraksi uterus keras, kandung kemih kosong, PPV ± 10 cc.

4. Pukul 14.45 WIB : TD : 110/70 mmHg, N : 82x/menit, TFU : 2 jari di bawah

pusat, kontraksi uterus keras, kandung kemih kosong, PPV ± 10 cc.

5. Pukul 15.20 WIB : TD : 110/70 mmHg, N : 82x/menit, S : 36 ºC, TFU : 2 jari

di bawah pusat, kontraksi uterus keras, kandung kemih kosong, PPV ± 10 cc.

6. Pukul 15.50 WIB : TD : 110/70 mmHg, N : 82x/menit, TFU : 2 jari di bawah

pusat, kontraksi uterus keras, kandung kemih kosong, PPV ± 10 cc.


99

B. PEMBAHASAN

Pada pembahasan ini penulis akan membandingkan kesenjangan

antara tindakan dilahan dengan teori yang ada. Pembahasan ini dimaksudkan

agar dapat di ambil kesimpulan dan pemecahan masalah dari kesenjangan

yang terjadi sehingga dapat digunakan sebagai tindak lanjut dan penerapan

asuhan kebidanan yang efektif dan efisien khusunya pada ibu bersalin dengan

induksi atas indikasi serotinus.

1. Pengkajian
Pengkajian adalah semua informasi yang akurat dan lengkap dari

semua sumber yang berkaitan dengan kondisi pasien. Untuk memperoleh

data, dilakukan melalui anamnesis (Sulistyawati, 2009). Dari pengkajian

didapatkan data subyektif dengan keluhan utama pada ibu bersalin

dengan induksi atas indikasi serotinus adalah ibu mengatakan belum

meraskan tanda-tanda peersalinan setelah kehamilan umur 42 minggu

dan gerakan janin mulai berkurang (Sulistyawati, 2009). Data Objektif

didapatkan keadaan umum baik, kesadaran komposmentis. Pemeriksaan

fisik tanda-tanda vital (meliputi tekanan darah, suhu, nadi, respirasi),

palpasi (meliputi, kontraksi, tinggi fundus uteri, letak, presentasi,

penurunan kepala), auskultasi (DJJ).

Pada kasus bersalin Ny. F dengan induksi atas indikasi serotinus

didapatkan data subyektif dengan keluhan utama yaitu rujukan dari bidan

karena ibu merasakan kenceng-kenceng pada pinggang dan perut bagian

bawah sejak tanggal 13 Juli 2017 pukul 11.00 WIB, akhir-akhir ini

pergerakan janin berkurang dan kehamilannya sudah melewati hari


100

perkiraan lahir. Sedangkan data objektif didapatkan keadaan umum :

baik, kesadaran : composmentis, TD: 120/70 mmH, R: 24x/menit, N:

82x/menit, S: 36,5 º C, TB: 160 cm, BB sebelum hamil: 60 kg, BB

sekarang : 76 kg, LILA : 25, 5 cm, hari pertama haid terakhir tanggal 23

September 2016, palpasi : pergerakan janin : pergerakan masih teraba,

Kontraksi: 3x dalam 10 menit lamanya 30 detik, leopold I: TFU 3 jari di

bawah proxecus xifoideus, bagian fundus uteri teraba bokong, leopold II:

kanan (ekstremitas), Kiri (punggung), leopold III: kepala, leopold IV:

sudah masuk PAP 3/5 bagian, DJJ : 140x/menit, Vagina Toucher :

pembukaan10 cm, Portio tidak teraba, ketuban sudah pecah dengan

warna jernih, presentasi belakang kepala, posisi UUK jam 12, penurunan

hodge III. Pada langkah pengkajian ini penulis tidak menemukan

kesenjangan antara teori dan praktek dilahan.

2. Interpretasi Data
Menurut Eatiwidani dkk (2008), diagnosa yang ditegakkan dalam

lingkup praktek kebidanan. Diagnosa : Ny.X GxPxAx Umur X Tahun

Umur Kehamilan X minggu, janin tunggal/ganda, hidup/mati, intra/ekstra

uterin, letak memanjang/melintang, puka/puki, preskep/presbo, kepala

turun di hodge ... dengan serotinus inpartu kala I, fase laten/aktif.

Masalah yang sering timbul pada ibu bersalin dengan serotinus yaitu ibu

merasa cemas dan ketakutan menghadapi persalinannya. Masalah yang

sering timbul pada ibu bersalin dengan serotinus yaitu ibu merasa cemas

dan ketakutan menghadapi persalinannya (Prawirohardjo, 2014).

Dari data yang diperoleh dari pengkajian dapat ditegakkan


101

diagnosa kebidanan yaitu Ny.F G1P0A0 Umur 24 Tahun Umur

Kehamilan 42minggu, janin tunggal, hidup, intra uterin, letak

memanjang, punggung kiri, presentasi belakang kepala, kepala turun di

hodge III, inpartu kala I fase aktif, dengan kehamilan serotinus.

Sedangkan masalah yang terjadi yaitu ibu merasa cemas karena

kehamilannya sudah melewati hari perkiraan lahir dan gerakan janin

berkurang. Dari masalah tersebut didapatkan kebutuhan yang diperlukan

ibu yaitu memberikan suport mental kepada ibu agar ibu tetap tenang dan

tidak merasakan cemas. Pada langkah ini tidak ada kesenjangan antara

teori dan praktek dilahan.

3. Diagnosa Potensial
Diagnosa potensial adalah mengidentifikasikan masalah atau

diagnosis potensial lain berdasarkan rangkaian masalah yang ada.

Langkah ini membutuhkan antisipasi bila memungkinkan dilakukan

pencegahan (Sulistyawati, 2010). Diagnosa potensial yang mungkin

terjadi pada ibu bersalin dengan serotinus (Prawirohardjo, 2014),

pengaruh pada ibu dapat menyebabkan distosia persalinan, partus lama,

perdarahan post partum, incoordinate uterine action, pengaruh pada janin

dapat menyebabkan penurunan berat badan, sindrom maturitas, gawat

janin atau kematian parinteral, fetal disstres.

Pada kasus ini diagnosa potensial yang di alami ibu dan janin

tidak ada karena dilakukan tindakan segera yaitu kolaborasi dengan

dokter SpOG dan dilakukan induksi drip Oxytosin per drip. Jadi kasus ini

tidak ada kesenjangan antara teori dan praktek dilahan.


102

4. Tindakan Segera
Tindakan ini dilakukan jika ditemukan adanya diagnosa potensial

dengan tujuan agar dapat mengantisipasi masalah yang mungkin muncul

sehubungan dengan keadaan yang dialaminya (Sulistyawi, 2009). Pada

kasus ibu bersalin dengan kehamilan serotinus dilakukan kolaborasi

dengan dokter SpOG untukpenanganan induksi persalinan dengan

oxytosin drip, mulai 8 tetes dalam 15 menit di naikkan dengan interval 15

menit sebanyak 4 tetes, sampai mencapai kontraksi maksimal. Tetesan

maksimal 40 tetes, jumlah cairan seluruhnya 500 cc (Nugroho, 2012).

Pada kasus ini dilakukan tindakan segera untuk mencegah

terjadinya komplikasi yaitu dilakukan pemantauan keadaan ibu setiap 4

jam. Melakukan kolaborasi dengan dokter SpOG untuk pemberian

induksi drip RL 500 cc + 5 IU Oxytocin per drip 12 tetes awal setiap 15

menit kemudian dinaikkan 4 tetes sampai tetesan menjadi 20 tpm.

Pada teori dan kasus terdapat kesenjangan, dalam teori induksi

persalinan diberikan mulai 8 tetes dalam 15 menit di naikkan dengan

interval 15 menit sebanyak 4 tetes, sampai mencapai kontraksi maksimal.

Tetesan maksimal 40 tetes, jumlah cairan seluruhnya 500 cc. Pada kasus

di lahan induksi yang diberikan yaitu drip RL 500 cc + 5 IU Oxytocin per

drip 12 tetes awal setiap 15 menit kemudian dinaikkan 4 tetes sampai

tetesan menjadi 20 tpm.


103

5. Rencana Tindakan
Perencanaan tindakan dibuat berdasarkan asuhan yang

menyeluruh dari langkah sebelumnya (Sulistyawati, 2009).

Menururut Depkes RI (2008), perencanaan asuhan kebidanan

pada ibu bersalin serotinus kala I antara lain : Persiapan ruangan untuk

persalinan dan kelahiran bayi : mempersiapkan ruang yang hangat,

bersih, sirkulasi udara yang baik, terlindung dari tiupan angin, sumber air

bersih dan mengalir untuk memandikan ibu, memastikan perlengkapan

dari bahan-bahan sudah bersih/steril siap pakai, mempersiapkan rujukan

apa bila terjadi penyulit dalam persalinan, memberikan asuhan saying

ibu, memberikan dukungan untuk mengurangi rasa sakit dengan

menghadirkan keluarga, suami, maupun teman terdekat ibu, dukungan

emosional, mengatur posisi yang nyaman sesuai keinginan ibu,

mengevaluasi his setiap 10 menit sekali, pembukaan setiap 4 jam sekali,

memberikan cairan dan nutrisi, menyiapkan kamar mandiuntuk ibu BAB

dan BAK, mencegah infeksi, melakukan persiapan persalinan, memasang

infus dengan drip oxytosin, mulai dari 8 tetes dalam 15 menit dinaikkan

dengan interval 15 menit sebanyak 4 tetes, sampai mencapai kontraksi

maksimal. Tetesan maksimal 40 tetes, jumlah cairan seluruhnya 500 cc,

mengobservasi HIS dan DJJ setiap 15 menit, pembukaan setiap 4 jam

sekali. Kala II : bantu ibu untuk memilih posisi yang nyaman saat

meneran, setelah pembukaan lengkap, anjurkan ibu hanya meneran

apabila ada dorongan kuat dan spontan untuk meneran jangan anjurkan

untuk meneran berkepanjangan dan menahan nafas, menganjurkan ibu


104

untuk minum apa bila tidak ada his. kala III : Memberikan suntikan

oksitosin, melakukan peregangan tali pusat terkendali, lahirkan plasenta.

Kala IV : memperkirakan kehilangan darah, memeriksa perdarahan dari

perineum, mencegah infeksi, memantauan keadaan umum ibu selama 2

jam post partum.

Pada perencanaan tindakan kasus ini dilakukan kolaborasi dengan

dokter SpOG untuk pemberian induksi, kala I yaitu : mengobservasi KU,

Kesadaran, TTV. Mengobservasi DJJ, melakukan pemberian induksi drip

RL 500 cc + 5 IU Oxytocin per drip 12 tetes awal setiap 15 menit

kemudian dinaikkan 4 tetes sampai tetesan menjadi 20 tpm, mengajarkan

ibu teknik relaksasi yang benar yaitu dengan cara menarik nafas panjang

apa bila ada kontraksi, memberi dukungan pada ibu agar tidak cemas,

memberitahu ibu untuk mengejan apabila pembukaan sudah lengkap,

menyiapkan perlengkapan partus set, heacthing set, perlengkapan baju

bayi dan perlengkapan ibu. Kala II : melakukan pertolongan persalinan.

Kala III : melakukan manajemen aktif kala III. Kala IV : mengobservasi

TD, N, R, TFU, kontraksi, perdarahan, kandung kemih, dilakukan setiap

15 menit sekali pada 1 jam pertama, 30 menit pada 1 jam pertama, dan

suhu setiap 1 jam sekali pada 2 jam pertama.

Didalam kasus ini terdapat kesenjangan antara teori dan praktek

di lahan yaitu pada pemberian induksi, pada teori diberikan infus dengan

drip oxytosin, mulai dari 8 tetes dalam 15 menit dinaikkan dengan

interval 15 menit sebanyak 4 tetes, sampai mencapai kontraksi maksimal.


105

Tetesan maksimal 40 tetes, jumlah cairan seluruhnya 500 cc. Sedangkan

pada praktek di lahan pemberian induksi yaitu drip RL 500 cc + 5 IU

Oxytocin per drip 12 tetes awal setiap 15 menit kemudian dinaikkan 4

tetes sampai tetesan menjadi 20 tpm, alasannya karena tetesan infus

maksimal 20 tpm sudah mencukupi kekuatan his pada ibu sehingga tidak

perlu di maksimalkan menjadi 40 tpm seperti pada teori.

6. Pelaksanaan
Pada langkah ini direncanakan asuhan menyeluruh seperti yang

telah diuraikan pada langkah kelima dilaksanakan secara efisien dan

aman (Sulistyawati, 2009). Pelaksanaan asuhan kebidanan pada ibu

bersalin dengan induksi atas indikasi serotinus sesuai perencanaan yang

sudah dibuat diatas. Penulis tidak menemukan kesenjangan antara teori

dan praktek dilahan.

7. Evaluasi
Untuk mengetahui sejauh mana keberhasilan asuhan yang kita

berikan kepada pasien. Kita mengacu kepada beberapa pertimbangan

yaitu tujuan asuhan kebidanan, efektifitas tindakan untuk mengatasi

masalah, dan hasil asuhan (Sulistyawati, 2009). Hasil yang diharapkan

dari manajemen kebidanan pada ibu bersalin dengan serotinus adalah

dapat dilakukan partus secara spontan, komplikasi akibat tindakan medik

dapat diatasi serta ibu dan janin dalam keadaan baik dan sehat

(Prawirohardjo, 2014).

Pada kasus ibu bersalin dengan induksi atas indikasi serotinus

didapatkan hasil dalam keadaan umum : baik, kesadaran : composmentis,


106

TTV : TD : 120/80 mmHg, N : 86x/menit, R : 24x/menit, S : 36ºC,

perdarahan ± 180,cc, bayi lahir dengan spontan tanggal 14 Juli 2017

pukul 13.10 WIB, jenis kelamin perempuan, BB : 3100 gram, PB : 50

cm, LK : 34 cm, LD : 33 cm, apgar score 7-8-9. Plasenta lahir lengkap

pukul 13.25 WIB, kotiledon lengkap, berat ± 500 gram, diameter 17 cm,

tebal 3 cm, panjang tali pusat ± 60 cm, perdarahan ± 100 cc, insersi

sentralis, perineum rupture derajat II dan dilakukan heacthing, terpi obat

sudah diberikan, ibu sudah merasa tenang dan keadaan baik. Pada

langkah ini penulis tidak menemukan kesenjangan antara teori dan

praktek dilahan.
BAB V
PENUTUP

A. KESIMPULAN

Setelah penulis, melakukan asuhan kebidanan dengan menggunakan

manajemen 7 langkah varney pada ibu bersalin Ny. F dengan induksi atas

indikasi serotinus di RSUD dr. Soehadi Pridjonegoro Sragen, maka dari itu

penulis dapat membuat kesimpulan sebagai berikut :

1. Pengkajian didapatkan dari data subyektif yang diperoleh dari Ny. F dan

keluarga, data obyektif yang diperoleh dari pemeriksaan fisik pasien.

Data subyektif yang didapat yaitu ibu mengatakan ini kehamilan yang

pertama belum pernah kegugugran. Ibu mengatakan kenceng-kenceng

semenjak pukul 23.00 WIB, ibu mengatakan hari pertama haid terakhir

tanggal 23 September 2017, hari perkiraan lahir tanggal 30 Juni 2017 dan

ibu merasa cemas karena gerakan janinnya berkurang dan kehamilan ibu

sudah melewati batas perkiraan lahir. Data obyektif yang diperoleh dari

pemeriksaan yaitu keadaan umum baik, kesadaran composmentis, TD

:120/70 mmHg, R: 24x/menit, N: 82x/menit, S: 36,5 ºC, umur kehamilan

42 minggu. Dilakukan pemeriksaan dalam pukul 07.15 WIB, pembukaan

3 cm, ketuban (+) ututh, presentasi belakang kepala.

2. Dari data yang diperoleh saat melakukan pengkajian terdapat diagnosa

kebidanan yaitu Ny. F G1P0A0 umur 24 tahun, umur kehamilan 42

minggu, janin tunggal, hidup, intrauterine, letak memanjang,

107
108

3. presentasi belakang kepala, punggung kiri, inpartu kala I, fase laten

dengan kehamilan serotinus, masalah yang terjadi yaitu ibu merasa

cemas gerakan janin berkurang dan kehamilannya sudah melewati hari

perkiraan lahir. Dari masalah tersebut terdapat juga kebutuhan yang

diperlukan ibu yaitu memberikan dukungan mental kepada ibu agar ibu

tenang dan tidak meraskan cemas.

4. Diagnosa potensial pada kasus ini tidak ada komplikasi yang di alami

yaitu pada ibu partus lama, rupture uteri, gawat janin (fetaldistress),

IUFD.

5. Pada kasus ini tindakan segera yang dilakukan untuk pencegahan

komplikasi adalah memantau keadaan ibu dan janin setiap 30 menit dan

kemajuan persalinan setiap 4 jam. Kolaborasi dengan dokter SpOG untuk

pemberian induksi dengan cairan infus RL 500cc + drip Oxy 5 IU tetesan

15 menit pertama 12 tpm, dan naikkan tetesan 4 tetes setiap 15 menit

sekali sampai tetesan maksimal 20 tpm.

6. Dalam perencanaan tindakan pada ibu bersalin dengan induksi atas

indikasi serotinus kala I : lakukan kolaborasi dengan dokter SpOG,

beritahu keluarga dan ibu hasil pemeriksaan, observasi kemajuan

persalinan meliputi : nadi, respirasi, suhu setiap 30 menit sekali, tekanan

darah dan pembukaan serviks setiap 4 jam sekali, observasi DJJ dan

kontraksi setiap 15 menti sekali, berikan terapi induksi sesuai advis

dokter yaitu dengan mengganti cairan infus drip oxy 5 IU apa bila infus

sudah habis, beritahu ibu cara relaksasi yang benar, anjurkan ibu untuk
109

tidak meneran sampai pembukaan lengkap, anjurkan ibu untuk minum

saat tidak ada kontraksi, menganjurkan ibu untuk miring kiri, siapkan

partus set, heacthing set, baju ibu, baju bayi. Kala II : melakukan

pertolongan persalinan. Kala III : melakukan manajemen aktif kala III.

Kala IV : mengobservasi TD, N, R, TFU, kontraksi, perdarahan, kandung

kemih, dilakukan setiap 15 menit sekali pada 1 jam pertama, 30 menit

pada 1 jam pertama, dan suhu setiap 1 jam sekali pada 2 jam pertama.

7. Pada langkah ini dilakukan tindakan sesuai rencana yang sudah

ditentukan yaitu pada kala I : melakukan kolaborasi dengan dokter

SpOG, memberitahu keluarga dan ibu hasil pemeriksaan, mengobservasi

kemajuan persalinan meliputi : nadi, respirasi, suhu setiap 30 menit

sekali, tekanan darah dan pembukaan serviks setiap 4 jam sekali,

observasi DJJ dan kontraksi setiap 15 menti sekali, memberikan terapi

induksi sesuai advis dokter yaitu dengan mengganti cairan infus drip oxy

5 IU apa bila infus sudah habis, memberitahu ibu cara relaksasi yang

benar, menganjurkan ibu untuk tidak meneran sampai pembukaan

lengkap, menganjurkan ibu untuk minum saat tidak ada kontraksi,

menganjurkan ibu untuk miring kiri, menyiapkan partus set, heacthing

set, baju ibu, baju bayi. Kala II : melakukan pertolongan persalinan. Kala

III : melakukan manajemen aktif kala III. Kala IV : mengobservasi TD,

N, R, TFU, kontraksi, perdarahan, kandung kemih, dilakukan setiap 15

menit sekali pada 1 jam pertama, 30 menit pada 1 jam pertama, dan suhu

setiap 1 jam sekali pada 2 jam pertama.


110

8. Evaluasi dilakukan secara sistematis untuk melihat hasil keefektifan

tindakan yang sudah diberikan, dan terdapat hasil partus berjalan secara

spontan dengan induksi oxytosin per drip, bayi lahir spontan pada pukul

13.10 WIB, jenis kelamin perempuan, BB : 3100 gram, PB : 50 cm, LK :

34 cm, LD : 33 cm, anus berlubang, tidak ada cacat, apgar score 7-8-9,

plasenta lahir spontan pukul 13.25 WIB, kotiledon lengkap, berat ± 500

gram, diameter 17 cm, tebal 3 cm, panjang tali pusat ± 60 cm, perdarahan

± 100 cc, kontraksi keras, TFU 2 jari dibawah pusat, terdapat laserasi

jalan lahir derajat II, keadaan bayi normal, keadaan ibu baik, jumlah

darah yang dikeluarkan dari kala I-IV yaitu ± 280 cc, kandung kemih

kosong.

9. Pada kasus ibu bersalin dengan induksi atas indikasi serotinus terdapat

pemecahan masalah yaitu dalam pemberian induksi Oxcytocin dilahan

diberikan infus RL + drip Oxytocin 5 IU dengan tetesan maksimal 20

tpm sudah mencukupi kekuatan his sehingga pemberian induksi tidak

perlu dimaksimalkan menjadi 40 tpm seperti pada teori.

B. SARAN

1 Bagi Pasien

Diharapkan ibu rutin untuk melakukan pemeriksaan

kehamilannya (ANC). Tujuannya apabila ditemukan masalah agar segera

mendapatkan penanganan secara tepat dan cepat.


111

2 Bagi Tenaga Kesehatan

Diharapkan untuk eningkatkan pelaksanaan dan pelayan

kesehatan lebih optimal lagi khususnya pada persalinan dengan

kehamilan serotinus.

3 Bagi Rumah Sakit

Diharapkan untuk meningkatkan kualitas pelayanan yang

diberikan di rumah sakit, dan memberikan asuhan kebidanan sesuai

standart operasional prosedur. Khusunya pasien dengan kehamilan

serotinus dapat ditangani dengan baik.

4 Bagi Institusi Pendidikan

Diharapkan untuk menambah sumber referensi untuk institusi

pendidikan, terutama pengetahuan asuhan kebidanan pada ibu bersalin

dengan induksi atas indikasi serotinus.


DAFTAR PUSTAKA

Arikunto, S. 2013. ProsedurPenelitian. Jakarta : Rineka Cipta..

Dinkes Prov. Jateng. 2015. BukuProfilKesehatanProvinsiJawa Tengah Tahun


2015. Semarang : Penerbit Dinas Kesehatan Provinsi Jawa Tengah.

Estiwidani, D., Meilani, N., Widyasih, H., Widyastuti, Y. 2010. Konsep


Kebidanan. Yogyakarta : Fitramaya.

Fadlun, Feriyanto, A.2011. Asuhan Kebidanan Patologis. Jakarta : Salemba


Medika.

Hidayat, A.A. 2014. Metode Penelitian Kebidanan dan Teknik Analisis Data.
Jakarta : Salemba Medika.

Kemenkes. 2007. RI Nomor 369/MENKES/SK/III/2007 tentang Standar Profesi


Bidan

Manuaba,et al. 2010. Ilmu Kebidanan, Penyakit Kandungan dan KB . Jakarta :


ECG.

Nugroho, T. 2010. Patologi Kebidanan. Yogyakarta : Nuha Medika.

Nugroho, T. 2012. Obstetri dan Ginekologi. Yogyakarta : Nuha Medika.

Nurasiah, A. 2014. AsuhanPersalinan Normal Bagi Bidan. Jakarta : Refika


Aditama.

Notoadmojo, S. 2012. MetodologiPenelitianKesehatan. Jakarta : Rineka Cipta

Oxorn, H., Forte, W. R. 2010. Kebidanan: Patologi&FisiologiPersalinan.


Yogyakarta : Yayasan Essentia Medica.

Permenkes.2010. Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 1464/


MENKES/ PER/ X/ 2010.

Prawirhardjo, S. 2009. Buku Acuan Pelayanan Kesehatan Maternal dan Neonatal.


Jakarta : Bina Pustaka.

Prawirohardjo, S. 2014. IlmuKebidanan. Jakarta : P.T. Bina Pustaka Sarwono


Prawirohardjo.
Rismalinda, P.H. 2010. Dokumentasi Kebidanan . Jakarta : In media.

Rohani, Saswita, A., Marisah. 2011. Asuhan Kebidanan Pada Masa Persalinan.
Jakarta : Salemba Medika.

Saifudin, A.B. 2010. Buku Panduan Praktis Pelayanan Kesehatan Maternal dan
Neonatal. Jakarta : Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo.

Sulistyawati, 2009. AsuhanKebidananPadaIbu Hamil. Jakarta : Salemba Medika.

Supriyantoro, dkk. 2014. ProfilKesehatan Indonesia Tahun 2014. Jakarta :


Kementrian Kesehatan RI 2014.

Varney, H. 2010. Buku Ajar Asuhan Kebidanan Edsi 4. London : Jan M. Kriebs.
Carolyn L. Gegor.

Walyani, E.S. 2010. Asuhan Kebidanan Pada Kehamilan. Jakarta : Bina Pustaka.
LAMPIRAN
Lampiran 1
JADWAL PENYUSUNAN KTI
PRODI D 3 KEBIDANAN STIKES KUSUMA HUSADA SURAKARTA
TAHUN 2016/2017
NO Kegiatan Penelitian
Oktober November Desember Januari Februari Maret April Mei Juni Juli
1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4
1 Pembagian dosen
pembimbing
2 Pengajuan judul KTI
Persetujuan judul oleh
pembimbing
Pengumpulan Acc judul
KTI
3 Pembagian panduan KTI
4 Pembuatan proposal KTI
Penyusunan proposal KTI
Acc proposal KTI
5 Uji proposal KTI
6 Uji ulang proposal KTI
7 Revisi proposal KTI
Pengumpuln proposal KTI
8 Pelaksanaan studi
kasus/penelitian
Pembuatan dan penulisan
hasil kasus/ penelitian KTI
Konsul KTI
Acc/ persetujuan KTI
9 Pengumpulan draft KTI
10 Uji KTI
11 Uji ulang KTI
12 Revisi/ perbaikan KTI
Penjilidan KTI
Pengumpulan KTI
Lampiran 10

SATUAN ACARA PENYULUHAN

(SAP)

POKOK BAHASA : Cara Pemberian Asi Eksklusif

SUB POKOK BAHASAN : ASI Eksklusif

HARI/TANGGAL : Jumat, 14 Juli 2017

WAKTU : 14.00 WIB

PENYAJI : Arum Mahardika Bagastuti

SASARAN : Ny.F

TEMPAT : RSUD dr. Soehadi Prijonegoro Sragen

A. Tujuan

1. Tujuan Instruksional Umum

Setelah mendapatkan penyuluhan tentang Asi Eksklusif dan MP-ASI selama 35

menit di RSUD dr. Soehadi Prijonegoro Sragen, diharapkan sasaran mampu

memahami tentang Asi Eksklusif.

2. Tujuan Instruksional Khusus

Setelah mengikuti penyuluhan tentang Asi Eksklusif selama 35 menit di .... ,

diharapkan sasaran mampu :


a. Menyebutkan pengertian Asi Eksklusif tanpa melihat leaflet.

b. Menyebutkan manfaat ASI Eksklusif.

c. Menyebutkan cara memperbanyak ASI.

d. Menyebutkan cara memberikan ASI pada ibu yang Bekerja.

e. Menyebutkan tanda bayi cukup ASI dan tanda bayi kurang ASI.

B. Materi

Terlampir

C. Kegiatan Penyuluhan

No. Tahap Kegiatan Kegiatan Peserta Media dan Meotde

Penyuluhan Alat Penyuluhan

Penyuluhan

1. Pendahuluan a. Memberikan a. Menjawab Ceramah

(5 menit) salam dan salam

perkenalan

b. Menjelaskan
b. Memperhatikan
Ceramah
kontrak waktu yang

dibutuhkan

c. Apersepsi

kepada ibu c. Memberikan


tanggapan dan Ceramah

pendapat

2. Penyajian Menjelaskan materi Memperhatikan, Leaflet dan Ceramah

(20 menit) penyuluhan secara memberi tanggapan phantom dan Diskusi

berurutan dan teratur dan pendapat bayi

Materi I :

a. Pengertian Asi

Eksklusif tanpa

melihat leaflet

b. Manfaat Asi

Eksklusif

c. Cara

memperbanyak Asi

d. Cara

memberikan Asi

pada ibu yang

Bekerja

e. Tanda bayi

cukup Asi dan tanda

bayi kurang Asi

3. Penutup (10 a. Memberikan Memberikan Diskusi dan

pertanyaan kepada tanggapan dan


menit) ibu tentang materi pertanyaan Ceramah

yang telah

disampaikan

b. Menyimpulkan

materi yang telah

disampaikan

c. Menutup

materi dengan

ucapan salam dan

terimakasih

Memperhatikan dan

memberikan respon

Menjawab salam

D. Media Dan Alat Penyuluhan

1. Leaflet
E. Metode

1. Ceramah

2. Diskusi

3. Tanya jawab

4. Evaluasi

F. Rencana Evaluasi

a. Evaluasi Proses

1. Diharapkan kegiatan penyuluhan berjalan penyuluhan berjalan interaktif

2. Peran serta aktif dan seluruh peserta

b. Evaluasi Aktif

1. Peserta mengerti yang dimaksud dengan ASI ekslusif

2. Peserta mengetahui komponen ASI

3. Peserta mengetahui manfaat ASI

4. Peserta mempratikkan cara meneteki dengan benar

5. Peserta mempraktikan cara perawatan payudara


ASI EKSLUSIF

A. Pengertian ASI Eksklusif

ASI Eksklusif adalah bayi hanya diberi ASI selama 6 bulan tanpa tambahan

makanan ( pisang, bubur susu, biscuit, bubur nasi, nasi tim, dll ) maupun cairan ( susu

formula, air jeruk, madu, air teh, air putih dll ) kecuali vitamin, mineral dan obat.

Berdasarkan waktu produksinya, ASI dibedakan menjadi 3 jenis yaitu :

1. Kolostrum

Kolostrum adalah cairan yang pertama kali disekresi oleh kelenjar mamae yang

mengandung tissue debris dan redual material, yang terdapat dalam alveoli dan

duktus dari kelenjar mammae sebelum dan sesudah melahirkan anak. Kolostrum

diproduksi pada beberapa hari pertama setelah bayi dilahirkan. Kolostrum banyak

mengandung protein dan antibody. Wujudnya sangat kental dan jumlahnya sangat

sedikit. Kolostrum mampu melapisi usus bayi dan melindunginya dari bakteri, serta

sanggup mencukupi nutrisi bayi pada hari pertama kelahirannya. Secara berangsur-

angsur, produksi kolostrum berkurang saat air susu keluar pada hari ketiga sampai

hari kelima.

2. Foremilk

Air susu yang keluar pertama kali disebut susu awal ( foremilk ). Air susu ini hanya

mengandung sekitar 1-2 % lemak dan terlihat encer, serta tersimpan dalam saluran

penyimpanan. Air susu tersebut sangat banyak dan membantu menghilangkan rasa

haus pada bayi.


3. Hindmilk

Hindmilk keluar setelah foremilk habis, yakni saat menyusui hamper selesai.

Hindmilk sangat kaya, kental, dan penuh lemak bervitamin. Air susu ini memberikan

sebagian besar energy yang dibutuhkan oleh bayi.

(Siti, Nur Khamzah. 2012. Segudang Keajaiban ASI yang Harus Anda Ketahui.

Yogyakarta : FlashBooks. Hal : 48-51)

B. Manfaat ASI Eksklusif

1. Manfaat ASI bagi ibu

a. Ibu tidak akan mengalami menstruasi dalam beberapa bulan ( dapat digunakan

sebagai KB alami ).

b. Mempercepat proses pemulihan rahim.

c. Mempercepat proses pembentukan tubuh ke ukuran semula.

d. Murah, lebih mudah, lebih ramah lingkungan.

e. Lebih praktis, Ibu dapat melakukannya dimana saja.

f. Mengurangi resiko kanker payudara, kanker ovarium, infeksi saluran kencing,

dan osteoporosis.

g. Memberikan kesenangan dan kepuasan bagi ibu.

h. Mencegah perdarahan setelah persalinan.

i. Mengurangi anemia.
2. Manfaat ASI bagi Bayi

a. Merangsang panca indra manusia.

b. Memberikan kehangatan dan kenyamanan bayi.

c. Menjaga terhadap penyakit, alergi, SIDS, infeksi lambung dan usus, dan

sembelit.

d. Membantu mengembangkan rahang dan otot wajah dengan benar.

e. Mudah dicerna.

f. Perkembangan otak dan meningkatkan IQ.

g. ASI dapat meningkatkan kekebalan tubuh bayi.

h. ASI untuk tumbuh kembang anak yang optimal.

i. Menurunkan resiko kanker pada anak, penyakit kardiovaskuler, penyakit

kuning, diabetes mellitus dan gigi berlubang.

C. Cara Memperbanyak ASI

1. Tingkatkan frekuensi menyusui atau memompa/memeras ASI. Jika anak belum

mau menyusu karena masih kenyang, perahlah atau pompalah ASI. Produksi ASI

prinsipnya based on demand jika makin sering diminta/disusui/diperas maka makin

banyak ASI yang diproduksi.

2. Kosongkan payudara setelah anak selesai menyusui. Makin sering dikosongkan,

maka produksi ASI juga makin lancar.


3. Ibu harus dalam keadaan rileks, kondisi psikologis ibu menyusui sangat

menentukan keberhasilan ASI eksklusif. Bila ibu mengalami gangguan psikologis

maka, pada saat bersamaan ratusan sensor pada otak akan memerintahkan hormone

oksitosin untuk bekerja lambat. Oleh karena itu, ciptakan suasana rileks. Disini

sebetulnya peran besar sang ayah.

4. Hindari pemberian susu formula. Terkadang karena banyak orangtua merasa bahwa

ASI nya masih sedikit dan takut anak tidak kenyang, banyak yang segera

memberikan susu formula. Padahal pemberian susu formula itu justru akan

menyebabkan ASI semakin tidak lancar. Bayi relative malas menyusu atau malah

bingung putting terutama pemberian susu formula dengan dot. Semakin sering susu

formula diberikan maka ASI yang diproduksi makin berkurang.

5. Hindari penggunaan dot, empeng dan sejenisnya. Jika ibu ingin memberikan ASI

peras/pompa berikan ke bayi dengan menggunakan sendok, bukan dot. Saat ibu

memberikan dengan dot, maka bayi dapat mengalami bingung putting. Khususnya

pada bayi yang baru dilahirkan atau dalam proses belajar menyusu. Kondisi dimana

bayi hanya menyusu di ujung putting seperti ketika menyusu dot. Padahal cara

menyusu yang benar adalah seluruh areola ibu masuk ke dalam mulut bayi. Akhirnya

bayi menjadi malas menyusu langsung dari payudara ibu lantaran merasa sulit

mengeluarkan ASI.

6. Ibu menyusui mengkonsumsi makanan bergizi.

7. Lakukan perawatan payudara, pemijatan payudara dan kompres air hangat dan air

dingin bergantian.
8. Tanamkan niat yang kuat sejak hamil, bahwa setelah si bayi lahir akan disusui

sendiri. Niat yang kuat sangat berpengaruh bagi kelancaran ASI. Sedini mungkin

mengumpulkan informasi tentang ASI dan menyusui, baik melalui media elektronik,

buku, tabloid, internet dan diskusi dengan ahli kebidanan atau mendatangi klinik-

klinik laktasi.

9. Posisi ibu dan bayi pastikan dalam kondisi yang benar setiap kali menyusui.

Kesalahan posisi bias membuat ASI tidak disusui secara sempurna,putting lecet, bayi

hanya menghisap udara karena cairan ASI tidak keluar.

D. ASI pada Ibu Bekerja

1. Niat yang ikhlas dan tulus akan menumbuhkan motivasi untuk memberikan makan

yang terbaik agi buah hati anda yaitu ASI

2. Percaya diri bahwa ASI akan cukup memenuhi kebutuhan bayi kita.

3. Susuilah bayi sebelum berangkat.

4. Pada saat di rumah, usahakan sesering mungkin menyusui bayi anda.

5. Selama cuti dan hari libur usahakan langsung susui bayi jika dia tampak lapar.

Jangan menambah stok ASI.

6. Pompa ASI pada malam hari bila bayi sudah tidur dan pada siang hari bila berada

di kantor setiap 3-4 jam sekali, berapapun hasilnya.

7. Bila di rumah langsung simpan dalam botol ASI yang terbuat dari kaca karena bila

di simpan dalam botol plastic lemaknya sering tertinggal di dalam botol tersebut.
8. Usahakan ASI yang disimpan di dalam lemari pendingin hanya diberikan pada saat

ibu tidak di rumah.

9. Bawalah cool box atau termos es kalau di kantor tidak terdapat lemari

pendingin/freezer.

10. Kualitas ASI masih baik di dalam suhu lemari pendingin dalam waktu 72 jam (3

hari). Bila tidak dikonsumsi selama kurun waktu 3 hari itu, ASI dapat bertahan

sampai 6 bulan bila dibekukan dlaam suhu di bawah -20 derajat celcius.

11. Sedangkan dalam suhu ruangan dengan wadah tertutup ASI masih baik diberikan

dengan tenggat waktu selama 6-8 jam.

12. ASI tidak boleh dimasak karena akan merusak kandungan nutrisinya. Terlebih lagi

jangan dipanaskan di microwave karena selain nutrisinya akan rusak, ada bahaya

pemnasan yang berlebihan.

13. Sebelum diberikan kepada bayi, ASI yang telah didinginkan, cukup dihangatkan

dengan merendamnya dalam air hangat atau dibiarkan dalam suhu ruangan 25° C

14. Bila ASI yang telah dihangatkan masih bersisa, sisanya tidak boleh disimpan

kembali kedalam lemari pendingin, sehingga sebaiknya hanya menghangatkan ASI

sejumlah yang dapat dihabiskan oleh bayi dlam sekali minum.[9]

Teknik Memerah ASI yang benar

Menggunakan jari :

Caranya : tempatkan tangan di salah satu payudara, tepatnya di tepi areola. Posisi ibu jari

terletak berlawanan dengan jari telunjuk. Tekan tangan ke arah dada, lalu dengan lembut
tekan ibu jari dan telunjuk bersamaan. Pertahankan agar jari tetap di tepi areola, jangan

sampai menggeser ke putting. Ulangi secara teratur untuk memulai aliran susu. Putar perlahan

jari di sekeliling payudara agar seluruh saluran susu dapat tertekan. Ulangi untuk payudara

lain dan jika diperlukan, pijat payudara diantara waktu-waktu pemerasan. Ulangi pada

payudara pertama, kemudian lakukan lagi pada payudara kedua. Taruh cangkir bermulut

lebar yang sudah disterilkan di bwah payudara yang diperah. Waktu yang dibutuhkanpun tak

sampai setengah jam, sedangkan susu yang terkumpul bias mencapai 500 cc.[10]

E. Tanda Bayi Cukup ASI

1. Adanya pertambahan berat badan yang cukup signifikan.

2. Minimal ditemukan 6 buah popok yang basah-minimal satu kali sehari buang air

besar di minggu 4-6 pertama, setelah minggu ke enam mungkin saja pupnya tidak

selalu tiap hari.

3. Berat badan bayi meningkat satu ons sehari pada usia 3 bulan pertama, dan

setengah ons sehari saat usia 3-6 bulan. Bayi baru lahir biasanya akan kehilangan 5-

10 persen dari berat badan saat dilahirkan. Dan abayi sudah kembali sampai berat

kelahirannya menjelang 10-14 hari sesudah kelahiran. Berat yang diperoleh adalah

cara tebaik untuk meyakinkan bayi anda mendapat cukup susu.

4. Pada awal bulan kehidupannya bayi setidaknya mengeluarkan 3 kali pup setiap

harinya. Dengan warna kekuning-kuningan. Stelah berusia satu bulan, frekuensi

pupnya berkurang. Beberapa bayi bahkan hanya pup sekali dalam satu atau dua hari.

5. Bayi sering menyusu, setiap 2-3 jam, minimal 8-12 kali menyusu dalam sehari.
6. Ibu mendengar bayi menelan susu dan terkadang melihat susu di ujung mulutnya.

7. Bayi terlihat sehat dan aktif.

8. Bayi pipis 7-8 kali setiap hari.

F. Tanda Bayi kurang ASI

1. Berat badan bayi stabil atau kurang dibanding sebulan sebelumnya.

2. Pertumbuhan motoriknya lebih lamban dibanding bayi yang sehat.

3. Bayi sering murung menangis, rewel, yang biasanya terjadi karena bayi kelaparan.
DAFTAR PUSTAKA

Damayanti, Diana. 2010. Makanan Pendamping ASI Tips Kenalkan Rasa dan Tekstur

Makanan Baru untuk anak usia 6-12 bulan plus 25 resep praktis. Jakarta : PT Gramedia

Pustaka Utama

Derni, Meidya; Orin, 2007. Serba-serbi Menyusui. Jakarta : Warm Publishing.

Hayati, Aslis Wirda. 2009. Buku Saku Gizi Bayi. Jakarta : EGC

Khamzah, Siti Nur. 2012. Segudang Keajaiban ASI yang Harus Anda Ketahui. Yogyakarta :

FlashBooks.

Prabantini, Dwi. 2010. A-Z Makanan Pendamping ASI. Yogyakarta : ANDI

Prasetyono, Dwi Sunar. 2009. Buku Pintar ASI Eksklusif. Diva Press : Yogyakarta.

Proverawati, Atikah; Eni Rahmawati. 2010. Kapita Selekta ASI dan Menyusui. Yogyakarta :

Nuha Medika.

Yuliasti, Nurheti. 2010. Keajaiban ASI makanan Terbaik untuk Kesehatan, Kecerdasan, dan

Kelincahan Si Kecil. Yogyakarta : ANDI

Anda mungkin juga menyukai