Umbi Mini
Created: Monday, 28 August 2017 01:02 Published: Monday, 28 August 2017 01:02 Written
by Administrator Hits: 29271
2. Persiapan Lahan
Pada lahan dengan pH < 5,6 dilakukan pengapuran menggunakan kaptan/dolomite sebanyak
1-1,5 ton/ha/tahun bersamaan dengan pengolahan tanah yaitu minimal 2 minggu sebelum
tanam.
Untuk daerah endemik orong-orong, diberikan insektisida karbofuran dengan dosis 30 kg/ha
bersamaan dengan pemberian pupuk organik.
3. Penanaman
Penanaman umbi dengan cara menancapkan atau membenamkan pada bedengan sedalam 3/4
bagian umbi.
4. Pemeliharaan
Pemupukan
Lahan kering/tegalan.
Pupuk dasar berupa pupuk kandang sapi (15-20 ton/ha) atau kotoran ayam (5-6 ton/ha) atau
kompos (2,5-5 ton/ha) dan pupuk buatan TSP (120-200 kg/ha). Pupuk dasar diberikan pada
1-3 hari sebelum tanam dengan cara disebar dan diaduk rata dengan tanah. Pupuk susulan
berupa Urea (100-200 kg/ha), ZA (300-400 kg/ha) danj KCl (150-200 kg/ha) dan diberikan
pada umur 10-15 hari setelah tanam dan 30 hari setelah tanam, masing-masing setengah
dosis.
Lahan sawah.
Pupuk dasar berupa pupuk buatan SP-36 (90 P2O5 kg/ha) yang diberikan pada 1-3 hari
sebelum tanam dengan cara disebar dan diaduk rata dengan tanah. Pupuk susulan sebanyak
180 kg N/ha (1/2 N Urea + 1/2 N ZA) dan K2O (50-100 kg/ha) yang diberikan pada umur
10-15 hari setelah tanam dan 30 hari setelah tanam, masing-masing setengah dosis.
Penyiraman
Meskipun tanaman bawang merah tidak menyukai banyak hujan, tanaman ini memerlukan
air yang cukup selama pertumbuhannya dengan penyiraman. Pertanaman di lahan bekas
sawah memerlukan penyiraman yang cukup dalam keadaan terik matahari. Pada musim
kemarau, biasanya disiram satu kali sehari pada pagi atau sore hari sejak tanam sampai umur
menjelang panen. Penyiraman yang dilakukan pada musim hujan hanya ditujukan untuk
membilas daun tanaman dari tanah yang menempel pada daun bawang merah. Pada periode
kritis yaitu saat pembentukan umbi jangan sampai kekurangan air karena bisa menurunkan
produksi. Oleh karena itu perlu pengaturan ketinggian muka air tanah (khusus pada lahan
bekas sawah) dan frekuensi pemberian air pada tanaman bawang merah.
Penyiangan dan pendangiran Penyiangan dan pendangiran dilakukan pada saat menjelang
pemupukan susulan ke-1 dan ke-2.
Pengendalian OPT Pengendalian menggunakan Teknologi Pengendalian Hama Terpadu
(PHT), yaitu :
- Pengendalian secara kultur teknis, antara lain pemupukan berimbang dan penggunaan
varietas tahan OPT, dan penggunaan musuh alami (parasitoid, predator, dan pathogen
serangga).
- Pengendalian secara mekanik, yaitu dengan pemotongan daun yang sakit atau terdapat
kelompok telur Spodoptera exigua, penggunaan kelambu kasa/shading net dan penggunaan
jenis perangkap (feromon seks, perangkap kuning, perangkap lampu, dll).
- Penggunaan bio-pestisida.
- Penggunaan pestisida selektif berdasarkan ambang pengendalian , dengan memperhatikan
pemilihan jenis, dosis, volume semprot, cara aplikasi, interval dan waktu aplikasinya.
5. Panen dan Pasca Panen
Bawang merah dapat dipanen pada umur 60-70 hari setelah tanam (tergantung varietas). Ciri
- cirinya adalah pangkal daun sudah lemas jika dipegang, daun (70-80%) berwarna
kuning, umbi sudah terbentuk dengan penuh dan kompak, sebagian umbi sudah terlihat di
permukaan tanah, umbi berwarna merah tua atau merah keunguan serta berbau khas, dan
sebagian besar (>80%) daun tanaman telah rebah.
Panen dilakukan dengan cara mencabut seluruh tanaman. Produksi umbi kering mencapai 6-
25 ton/ha. Panen sebaiknya dilakukan pada keadaan tanah kering dan cuaca cerah untuk
mencegah serangan penyakit busuk umbi di gudang. Untuk mempermudah penanganan,
setiap 5-10 rumpun diikat pada sepertiga daun bagian atas.
Umbi dijemur selama 2 minggu di bawah sinar matahari langsung dengan tahapan pertama,
pelayuan daun dengan menjemur bagian daun selama 2-3 hari dan kedua, pengeringan
dengan cara menjemur bagian umbi bawang merah di bawah sinar matahari langsung selama
7-14 hari, dengan melakukan pembalikan setiap 2-3 hari. Pengeringan dapat juga dilakukan
dengan alat pengering khusus (oven) hingga mencapai kadar air 80%.
Kemudian umbi disimpan dalam bentuk ikatan yang digantungkan pada rak-rak bambu. Jika
disimpan dalam bentuk “rologan” (umbi dilepas dari daunnya), umbi harus diberi perlakuan
dengan semen (100 gr semen untuk 10 kg umbi) untuk menekan pertunasan lalu umbi
diletakkan dalam rak-rak anyaman bambu (suhu penyimpanan antara 30-330C, kelembaban
nisbi antara 65-70%).
http://jabar.litbang.pertanian.go.id/index.php/info-teknologi/607-budidaya-bawang-merah
Syarat Tumbuh
1. Kesesuaian agroklimat
2. Cahaya matahari minimum 70%,
3. Suhu udara 25-320C,
4. Kelembaban nisbi 50-70%.
5. Struktur tanah remah, tekstur sedang sampai tinggi, drainase dan aerasi yang baik,
mengandung bahan organik yang cukup, dan pH tanah netral (5,6– 6,5)
6. Jenis tanah: tanah Aluvial atau kombinasinya dengan tanah Glei-Humus atau Latosol
Sumber air tersedia
Penentuan Waktu Tanam: Ditentukan berdasarkan datangnya musim hujan, ketersediaan air atau
sesuai kebutuhan
Varietas yang dianjurkan : Bima Brebes, Super Philipin, Pikatan, Pancasona, Mentes
Persiapan Lahan
Pada lahan bekas padi sawah atau bekas tebu Bedengan lebar 1,2 – 1,5 m, kedalaman parit 50–
60 cm dan lebar parit 40–50 cm. Bedengan mengikuti arah Timur-Barat. Tanah yang telah diolah
dibiarkan sampai kering kemudian diolah lagi 2–3 kali sampai
Pada lahan tegalan atau Lahan kering Tanah dibajak atau dicangkul sedalam 30 cm, kemudian
dibuat bedengan-bedengan dengan lebar 1-1,2 m, tinggi 40 cm, sedangkan panjangnya tergantung
pada kondisi lahan
Lahan dengan pH kurang dari 5,6 diberi Dolomit minimal 2 minggu sebelum tanam dengan dosis 1–
1,5 ton/ha/tahun (untuk dua musim tanam berikutnya) yang disebar pada permukaan tanah dan
kemudian diaduk rata
Penanaman
Pemotongan ujung bibit hanya dilakukan apabila bibit bawang merah belum siap ditanam
(pertumbuhan tunas dalam umbi 80%)
1. Kebutuhan umbi bibit 1-1.2 ton/ha dengan ukuran umbi sedang (5-10 g) dan berumur 2-3
bulan dari panen (ciri tunas sudah sampai ke ujung umbi) Jarak tanam yang digunakan 20
cm x 15 cm
2. Tanaman bawang merah membutuhkan air yang cukup banyak selama pertumbuhan dan
pembentukan umbi, terutama pada musim kemarau.
3. Pada lahan bekas sawah, penyiraman dilakukan satu kali sehari pada pagi atau sore hari
sejak tanam sampai umur menjelang panen.
4. Pada musim hujan,penyiraman ditujukan untuk membilas daun tanaman dari tanah yang
menempel. Periode kritis dari kekurangan air terjadi saat pembentukan umbi.
5. Penyiangan dilakukan 2–3 kali selama satu musim tanam, terutama pada umur 2 minggu
setelah tanam
6. Perbaikan pinggir bedengan dilakukan bersamaan dengan waktu penyiangan
7.
Pemupukan
Pupuk dasar: 300 kg SP-36/ha 60 kg KCl/ha dan 500 kg NPK mutiara (16:16:16) disebar serta
diaduk rata dengan tanah, 7 H sebelum T.
Pupuk susulan berupa 180 kg Urea/ha, atau 400 kg ZA/ha dilakukan pada umur 10-15 HST
dan pada umur 30-35 HST adalah 180 kg Urea/ha.
Pupuk dasar 1-3 hari sebelum tanam : pukan sapi/kuda (15-20 ton/ha) atau kotoran ayam
(5-6 ton/ha) atau kompos (2,5-5 ton/ha) dan pupuk buatan SP-36 (250 kg/ha).
Pemupukan susulan: Urea (150-200 kg/ha), ZA (300-500 kg/ha) dilakukan pada umur 10-15
HSTdan pada umur 1 BST masing-masing ½ dosis. Atau menggunakan pupuk majemuk NPK (16-
16-16) 600 kg/ha yang diberikan seminggu sekali dengan cara dicor disekitar tanaman
Gejala serangan: pada daun yang terserang terlihat bercak putih transparan. Hal ini karena ulat
menggerek daun dan masuk ke dalamnya sehingga merusak jaringan daun sebelah dalam sehingga
kadang-kadang daun terkulai.
Cara pengendalian: rotasi tanaman, waktu tanam serempak, atau dengan pengendalian secara
kimiawi yaitu menggunakan Curacron 50 EC, Diasinon 60 EC, atau Bayrusil 35 EC
Pengendalian dilakukan secara manual yakni dengan mengumpulkan ulat ulat pada sore/senja
hari di antara pertanaman serta menjaga kebersihan areal pertanaman.
Gejala serangan: terdapat bintik-bintik keputihan pada helai daun yang diserang, yang akhirnya
daun menjadi kering. Serangan biasanya terjadi pada musim kemarau.
Cara pengendalian: mengatur waktu tanam yang tepat, atau secara kimiawi yakni dengan
penyemprotan Curacron 50 EC, Diasinon 60 EC, atau Bayrusil 35 EC.
Gejala seranga: pada daun yang terserang (umumnya daun tua) terdapat bercak keputih-putihan
dan agak mengendap, lama kelamaan berwarna ungu berbentuk oval, keabu-abuan dan bertepung
hitam. Serangan umumnya terjadi pada musim hujan.
Cara pengendalian: rotasi tanaman, melakukan penyemprotan setelah hujan dengan air untuk
mengurangi spora yang menempel pada daun. Pengendalian secara kimiawi dilakukan dengan
penyemprotan fungisida, antara lain Antracol 70 WP, Ditane M-45, Deconil 75 WP, atau Difolatan
4F.
Panen
https://www.dinastph.lampungprov.go.id/detail-post/cara-budidaya-bawang-merah-allium-
ascalonicum-l