Anda di halaman 1dari 5

PENDAHULUAN

A. Deskripsi Mata Kuliah Psikologi Konseling Memahami konsep-konsep psikologi konseling, perilaku
klien, perilaku konselor, empati dan hubungan terapeutik dalam konseling

B. Kompetensi Dasar

Kompetensi dasar mata kuliah ini meliputi:

(1) mendeskripsikan arti psikologi, konseling, dan psikologi konseling,

(2) mendeskripsikan asumsi-asumsi dasar konseling,

(3) mengidentifikasi perilaku verbal dan nonverbal klien,

(4) mendeskripsikan perilaku verbal dan nonverbal konselor

, (5) mendeskripsikan hubungan terapeutik antara konselor dan klien,

(6) mendeskripsikan peranan dan aspek-aspek empati dalam konseling,

(7) mendeskripsikan aspek-aspek klien sebagai penentu keberhasilan klien,

(8) mendeskripsikan aspek-aspek konselor sebagai penentu keberhasilan konseling,

(9) mendeskripsikan pendekatan teknik sebagai penentu keberhasilan konseling,

(10) mendeskripsikan keahlian, kredibilitas dan daya tarik konselor,

(11) menguraikan empati dalam konseling,

(12) menguraikan nilai-nilai terapeutik konseling kelompok,

(13) mengidentifikasi hasil konseling terhadap prestasi akademik dan aspek-aspek psikis lainnya, (14)
memahami penggunaan tes SSCT untuk keperluan konseling.

C. Pengertian Psikologi, Konseling, dan Psikologi Konseling

Psikologi adalah ilmu yang mempelajari psikis dan tingkah laku manusia (Saam, 2009). Konseling
adalah bantuan yang diberikan kepada konseling supaya dia memperoleh konsep diri dan
kepercayaan diri sendiri untuk dimanfaatkan olehnya i pada masa yan dalam rangka memperbaiki
tingkah lakunya pada masa yang akan datang (Surya, 1988)

Pengertian konseling menurut Surya menekankan pada pembentukan konsep diri dan kepercayaan
diri guna memperbaiki tingkah laku. Pengertian konseling yang lebih luas dikemukakan oleh Sukardi
(2000). Ia mengemukakan definisi konseling sebagai bantuan secara tatap muka antara konselor dan
klien dengan usaha yang unik dan manusiawi yang dilakukan dalam suasana keahlian dan didasarkan
norma norma yang berlaku agar klien memperoleh konsep diri dan kepercayaan demi untuk
memperbaiki tingkah laku pada saat ini dan masa yang akan datang. Fokus pengertian konseling oleh
Sukardi adalah bantuan berupa hubungan yang unik dan manusia berdasarkan keahlian konselor.
Selain itu, konseling bertujuan agar klien memperoleh konsep diri dan kepercayaan diri dalam
rangka memperbaiki tingkah laku saat ini dan masa yang akan datang.

Menurut penulis, konseling adalah proses bantuan yang diberikan kepada klien dalam bentuk
hubungan terapeutik antara konselor dan klien agar klien dapat meningkatkan kepercayaan diri dan
penyesuaian diri, atau berperilaku baru

BAB 1 Pendahuluan

sehingga klien memperoleh kebahagiaan. Aspek-aspek penting dalam suatu konseling meliputi:

1. Konseling sebagai suatu proses Artinya adanya proses yang dilakukan oleh klien dengan konselor
dalam mencapai tujuan yang diharapkan oleh klien. Proses tersebut melalui pertemuan satu sisi atau
beberapa sisi, sesuai kebutuhan.

2. Konseling sebagai hubungan terapeutik Hubungan antara konselor dan klien merupakan
hubungan yang unik dan terapeutik yang berusaha mencari "penyembuhan" masalah klien.
Hubungan terapeutik merupakan hubungan interpe onal bukan hubungan yang dangkal
(impersonal). Dalam hubungan terapeutik adanya keterbukaan, kepercayaan, kelulusan,
penghargaan, dan empati.

3. Konseling merupakan usaha bantuan

Proses konseling merupakan usaha bantuan untuk klien. Bantuan tersebut berupa pemahaman diri,
penyesuaian diri, peningkatan kepercayaan diri, pembentukan perilaku dasar, dan peningkatan
keterampilan tertentu. Melalui bantuan tersebut klien merasa lega dan dapat menikmati hidupnya.
Contoh: klien sudah berani mengemukakan pendapat di depan kelompok, klien sudah bisa bergaul
dengan teman-teman yang bukan berasal dari satu SMP, klien (dewasa) sudah bisa memberikan
argumen terhadap suaminya (selama ini ia merasa takut dan cemas).

4. Konseling mengarahkan tercapainya tujuan klien

Tujuan konseling bagi klien adalah terselesaikannya masalah yang dihadapi. Masalah tersebut
misalnya kesulitan memilih jurusan, tidak bisa menghilangkan

Psikologi Konseling

kesedihan dan hal itu mengganggu aktivitas sehari-hari, merasa tertekan dalam keluarga,
berkeringat dingin dan gemetar berbicara di depan orang banyak, merasa rendah diri karena tidak
mempunyai teman, kurang percaya diri dan konflik. Masalah-masalah tersebut mengganjal atau
merisaukan diri klien dan hal tersebut perlu dicari pemecahannya melalui konseling

Tujuan akhir konseling adalah kebahagiaan hidup atau terhindarnya seseorang dari masalah-masalah
yang mengganggu, mengganjal pikiran dan perasaan, atau dan mengganggu seseorang dalam
hidupnya. Tiap-tiap manusia tentu menghadapi masalah dalam hidupnya dan hal tersebut adalah
wajar dan normal sepanjang masalah itu tidaklah mengganggu atau menghambat aktivitas sehari-
hari. Tujuan akhir konseling itu selaras dengan tujuan hidup, dengan meminjam istilah Rogers (1970)
disebut menjadi pribadi yang berfungsi secara sempurna (fully functioning person), atau Maslow
menyebut pribadi yang sangat mengaktualisasikan diri (self actualization), dengan ciri-ciri antara lain
kreatif, merealisasi potensi diri, menerima diri dan orang lain serta mengembangkan diri/ karier
(Grasha dan Kirchenbaum, 1980).

5. Konseling mengarahkan kemandirian klien

Setelah tujuan konseling tercapai atau diperolehnya solusi masalah yang dihadapi, klien diharapkan
dapat mandiri dalam menyelesaikan masalah selanjutnya. Artinya ketergantungan kepada konselor
sudah perlu dihentikan karena klien sudah mencapai tahap terminasi dalam proses konseling (Corey,
1988). Kemandirian klien ditandai dapat menyesuaikan diri dengan lingkungan sosial, dan
berinteraksi sosial secara wajar. Selain itu, ia juga tidak tegang dalam mengalami kehidupan sehari-
hari serta

berinisiatif untuk melakukan pengembangan diri misalnya menambah pengetahuan, visioner, dan
optimistis. Dalam perkembangan ilmu psikologi menunjukkan bahwa

adanya kepentingan mempelajari perilaku manusia dalam situasi khusus atau dalam bidang-bidang
tertentu sehingga muncul psikologi khusus, seperti: psikologi kriminal, psikologi remaja, psikologi
keperawatan, psikologi perkembangan, psikologi pendidikan, dan psikologi konseling. Tujuan utama
psikologi (umum) adalah agar dapat memperlakukan orang secara tepat. Psikologi konseling
bertujuan agar dapat memperlakukan klien secara tepat sehingga ia dapat memahami diri,
mengekspresi perasaan dan pikiran, menemukan kekuatan dan kekuatan diri, mencoba perilaku
baru, menguasai keterampilan baru, dan melakukan inovasi diri.

Psikologi konseling adalah ilmu yang mempelajari tingkahlaku dan psikis klien dalam proses
konseling. Psikologikonseling merupakan psikologi khusus yaitu yang fokus mempelajari kejiwaan
dan tingkah laku klien yang sedang mengalami problem dalam kehidupan. Goldenson (1970)

mengategorikan konseling menjadi beberapa kategori, yaitu:konseling vokasional, konseling


pendidikan, konseling perkawinan, dan konseling pribadi.

Oleh karena dalam situasi konseling pihak yang terlihat adalah klien dan konselor usaha dalam
psikologi konseling dipelajari perilaku klien dan perilaku konselor. Dalam psikologi konseling
dipelajari kondisi psikis dan tingkah laku klien dengan harapan dapat mengarahkan kepada perilaku
baru yang lebih baik. Selain itu, peran konselor dalam setting konseling cukup besar maka dipelajari
juga bagaimana seharusnya konselor berperilaku dan memperlakukan klien agar tujuan konseling
tercapai. Misalnya bagaimana seharusnya konselor Psikologi Konseling menerima klien, menjalin
hubungan terapeutik, memahami klien, mengarahkan klien dan mengatakan sesuatu pada klien,
Kondisi psikis dan perilaku klien yang perlu dipelajari antara lain kondisi emosi klien, penampilan,
pola pikir klien, keterbukaan klien, komunikasi klien dan perubahan perilaku klien. Secara skematis
ruang lingkup psikologi konseling digambarkan sebagai berikut:Psikologi Konseling Mempelajari
Psikis dan Perilaku Klien Bagaimana tingkah laku del klien Keadaan Emosi Penampilan Pola pikir
• Keterbukaan – Komunikasi

FOTE-Motivasi untuk berubah

D. Asumsi-asumsi Konseling

Asumsi adalah kebenaran yang dapat diterima tanpa pembuktian empiris. Konselor perlu memahami
asumsi-asumsi konseling agar ia tidak "salah langkah" dalam membantu klien selain itu, asumsi
bermanfaat sebagai salah satu pedoman bagi konselor dalam melaksanakan konseling. George dan
Cristiani (1990) menyebutkan lima asumsi dalam konseling, yaitu:

Konselor Bagaimana seharusnya. Menerima klien

• Penampilan Berkomunikasi

• Bahasa verbal dan

nonverbal Berempati Mengarahkan klien

1. Klien tidak dianggap orang yang sakit mental, tetapi us memiliki kemampuan untuk memilih
tujuan, membuat keputusan, dan menerima tanggung jawab.

2. Konseling difokuskan pada saat ini dan yang akan datang, bukan pada pengalaman masa depan.

3. Konselor bukan pemegang otoritas, tetapi adalah patner klien dalam membahas dan merumuskan
tujuan konseling.

4. Konselor memiliki nilai, perasaan, dan standar untuk dirinya. Jadi ia secara moral tidak netral. Oleh
sebab itu, nilai, perasaan dan standar itu dikomunikasikan kepada klien.

5. Konselor memfokuskan pada perubahan tingkah laku klien, bukan hanya membuat klien menjadi
sadar, yang penting juga adalah adanya tindakan (action). Asumsi-asumsi tersebut belum cukup,
penulis menam bahkan dua asumsi lagi, yaitu:

6. Hakikat klien adalah fitrah (suci). Oleh sebab itu, dengan optimis konselor dapat melaksanakan
konseling agar klien merasa nyaman karena keluhannya terselesaikan.

7. Klien adakalanya belum memahami dirinya sehingga berbuat salah, melanggar atau menyimpang
dari norma. Penulis kurang setuju dengan prinsip klien tidak pernah salah karena hal itu tidak
berlaku secara universal. Ada kalanya klien pernah salah. Contoh: seseorang remaja dari latar
belakang keluarga baik-baik, taat beragama, demokraris, harmonis berada di lingkungan masyarakat
yang baik, tetapi menyalahgunakan narkoba. Pada kasus tersebut persoalannya bersumber dari
faktor faktor internal klien yaitu "ego strength" yang lemah atau sosialisasi yang belum sempurna
sehingga terjebak oleh rayuan lingkungan. Hal tersebut perlu dikomunikasikan kepada klien bahwa
perbuatannya tersebut adalah salah. algo

Lain halnya dengan penyimpangan-penyimpangan perilaku klien atau kesalahan-kesalahan klien


bersumber dari faktor

Psikologi Konseling eksternal klien, maka asumsi klien tidak pernah salah bisa diterima.
E. Rangkuman

Psikologi adalah ilmu yang mempelajari psikis dan tingkah laku manusia. Tujuannya adalah agar
dapat memperlakukan manusia secara lebih tepat. Konseling adalah proses bantuan yang diberikan
oleh ahlinya agar klien dapat menyelesaikan masalahnya atau lebih dapat meningkatkan dirinya.
Psikologi konseling adalah ilmu pengetahuan tentang tingkah laku klien yang diperlukan dalam
situasi konseling.

Aspek-aspek penting dalam suatu konseling adalah konseling sebagai suatu proses bantuan
hubungan terapeutik, usaha bantuan, mengarahkan tercapainya tujuan, dan mengarahkan
kemandirian klien. noll tamilarul nolente

Anda mungkin juga menyukai