Anda di halaman 1dari 7

SYMPHONIE OF HARMONY

WARISAN BUDAYA KALIMANTAN

KERAJAAN KUTAI
CAGAR BUDAYA YANG TERLUPAKAN

Oleh:
M. RIZKI DIRNA WAHYU APROK SAPUTRA

PEMERINTAH PROVINSI
DINAS PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN
SMA NEGERI 1 LOA JANAN
2022
KERAJAAN KUTAI

Apakah kalian pernah mendengar tentang kerajaan? Kerajaan apa saja yang kalian tahu?
Ada beberapa kerajaan yang terkenal di Indonesia, misalnya saja kerajaan Sriwijaya yang ada
pada masa Hindu-Buddha atau kerajaan Samudera Pasai yang ada pada masa Islam.
Sekarang, mari kita bahas tentang salah satu kerajaan Hindu-Buddha yang ada di Indonesia,
yaitu Kerajaan Kutai.
A. Sejarah Berdirinya Kerajaan Kutai
Kerajaan kutai adalah kerajaan tertua di Indonesia. Kerajaan ini terletak di tepi
sungai Mahakam di Muarakaman, Kalimantan Timur, dekat kota Tenggarong.
Diperkirakan, Kerajaan Kutai berdiri pada abad 4 Masehi. Nama Kutai diberikan oleh
para ahli yang mengambil dari nama tempat ditemukannya bukti sejarah tentang kerajaan
Kutai, yaitu ditemukannya tujuh prasasti yang berbentuk yupa, yang ditulis dengan huruf
Pallawa dengan Bahasa Sanskerta.

Peninggalan Kerajaan Kutai Kartanegara Foto: Dok. kebudayaan.kemdikbud.go.id

Yupa adalah tugu batu yang berfungsi sebagai tugu peringatan yang dibuat oleh
para Brahmana atas kedermawanan Raja Mulawarman. Dituliskan bahwa Raja
Mulawarman, raja yang baik dan kuat yang merupakan anak dari Aswawarman dan
merupakan cucu dari Raja Kudungga, telah memberikan 20.000 ekor sapi kepada para
Brahmana. Dari prasasti tersebut, didapat bahwa Kerajaan Kutai pertama kali didirikan
oleh Kudungga. Kemudian, dilanjutkan oleh anaknya Aswawarman dan mencapai puncak
kejayaan pada masa Mulawarman (Anak Aswawarman). Menurut para ahli sejarah, nama
Kudungga merupakan nama asli pribumi yang belum terpengaruh oleh kebudayaan
Hindu. Namun anaknya, Aswawarman diduga telah memeluk agama Hindu atas dasar
kata 'warman' pada namanya yang merupakan kata yang berasal dari bahasa Sanskerta.

1
Berikut merupakan daftar raja-raja yang pernah memimpin Kerajaan Kutai, yaitu
sebagai berikut:
1. Maharaja Kudungga, gelar anumerta Dewawarman (pendiri)
2. Maharaja Aswawarman (anak Kundungga)
3. Maharaja Mulawarman (anak Aswawarman)
4. Maharaja Marawijaya Warman
5. Maharaja Gajayana Warman
6. Maharaja Tungga Warman
7. Maharaja Jayanaga Warman
8. Maharaja Nalasinga Warman
9. Maharaja Nala Parana Tungga
10. Maharaja Gadingga Warman Dewa
11. Maharaja Indra Warman Dewa
12. Maharaja Sangga Warman Dewa
13. Maharaja Candrawarman
14. Maharaja Sri Langka Dewa
15. Maharaja Guna Parana Dewa
16. Maharaja Wijaya Warman
17. Maharaja Sri Aji Dewa
18. Maharaja Mulia Putera
19. Maharaja Nala Pandita
20. Maharaja Indra Paruta Dewa
21. Maharaja Dharma Setia.

B. Kehidupan Politik Kerajaan Kutai


Raja pertama dari Kerajaan Kutai adalah Raja Kundungga. Dari namanya jelas
bukan nama Sanskerta, tetapi nama Indonesia asli. Kundungga diduga seorang kepala
suku penduduk asli yang belum banyak terpengaruh budaya India. Namun, raja-raja yang
berikutnya berbudaya Indi dan memakai nama Sanskerta, yaitu Aswawarman dan
Mulawarman.
Raja Aswawarman adalah orang Indonesia asli yang telah menerima pengaruh
Hindu. Kemudian, memeluk agama Hindu dan mendirikan dinasti/keluarga Kutai. Raja
Kundungga tidak dianggap sebagai pendiri dinasti karena pengertian keluarga raja pada

2
waktu itu terbatas kepada keluarga kerajaan yang telah menyerap kebudayaan India di
dalam kehidupan sehari-hari.
Raja Mulawarman telah dapat menciptakan stabilitas politik karena salah satu
prasasti yupa menyebutkan bahwa Raja Mulawarman adalah raja yang bijaksana, kuat,
dan berkuasa. Selain itu, ia dapat menjalin hubungan yang baik dengan kaum brahmana.
Hal ini terbukti dari sikap Raja Mulawarman yang memberikan sedekah sebanyak 20.000
ekor sapi kepada para brahmana di dalam tanah yang suci bernama Waprakeswara. Istilah
Waprakeswara tempat suci untuk memuja Dewa Siwa di pulau Jawa disebut
Baprakewara. Sejak muncul dan berkembangnya Pengaruh Hindu di Kalimantan Timur
tersebut, maka terjadilah perubahan dalam tata pemerintahan, yaitu dari sistem
pemerintahan kepala suku menjadi sistem pemerintahan Raja atau feodal.

C. Kehidupan Sosial Budaya Kerajaan Kutai


Berdasarkan prasasti-prasasti di Kutai, dapat diketahui bahwa telah berkembang
suatu masyarakat yang memiliki kebudayaan hasil perpaduan antara unsur budaya India
dan unsur budaya lokal. Hal ini dapat dilihat dari golongan masyarakat yang menguasai
bahasa Sanskerta dan dapat menulis huruf Pallawa, yaitu golongan brahmana. Bukan
hanya itu, golongan lainnya adalah golongan ksatria yang terdiri dari kerabat Raja
Mulawarman, di luar kedua golongan brahmana dan ksatria, terdapat golongan lain yang
pada umumnya adalah rakyat Kutai purba. Golongan itu merupakan penduduk setempat
yang masih memegang teguh agama asli leluhur mereka.
Berdasarkan prasasti tersebut, diketahui bahwa Raja Mulawarman mempunyai
hubungan yang baik dengan kaum brahmana. Buktinya adalah kenyataan pada setiap
prasastinya yang selalu mengatakan bahwa semua yupa yang mengagungkan namanya,
didirikan oleh kaum brahmana sebagai semacam pernyataan terima kasih atas
penghormatan kepada sang raja, di samping atas kebaikan raja selama ini kepada kaum
brahmana.
Berdasarkan isi prasasti-prasasti Kutai, juga dapat diketahui bahwa pada abad ke-
4 M di daerah Kutai terdapat suatu masyarakat Indonesia yang telah banyak menerima
pengaruh Hindu. Masyarakat tersebut telah dapat mendirikan suatu kerajaan yang teratur
dan rapi menurut pola pemerintahan di India. Masyarakat Indonesia kemudian menerima
unsur-unsur dari luar dan mengembangkannya sesuai dengan tradisi bangsa Indonesia.
Berikut kehidupan budaya masyarakat Kutai tersebut:

3
1. Masyarakat Kutai adalah masyarakat yang menjaga akar tradisi budaya nenek
moyangnya.
2. Masyarakat yang sangat tanggap terhadap perubahan dan kemajuan kebudayaan serta
menjunjung tingi semangat keagamaan dalam kehidupan kebudayaannya.
3. Masyarakat Kutai adalah masyarakat yang respon terhadap perubahan dan kemajuan
budaya. Hal ini terbukti dari kesediaan masyarakat Kutai yang menerima dan
mengadaptasi budaya luar (India) ke dalam kehidupan masyarakat.

D. Kehidupan Ekonomi Kerajaan Kutai


Kehidupan ekonomi Kerajaan Kutai diperkirakan sudah maju. Hal itu terbukti
dengan adanya kesanggupan pihak kerajaan memberikan sedekah berupa 20.000 ekor
sapi kepada para brahmana. Kemampuan ini menunjukkan masyarakat Kutai bermata
pencaharian sebagai peternak, terutama sapi. Mata pencaharian lainnya adalah bertani dan
berdagang, mengingat letak Kutai yang berada di tepi Sungai Mahakam yang subur. Jalur
lalu lintas perdagangan lokal saat itu diperkirakan sudah memanfaatkan jalur Sungai
Mahakam tersebut. Bahkan, diperkirakan sudah terjadi hubungan dagang internasional
yang menggunakan jalur lalu lintas dari India, Selat Malaka, Laut Jawa, Selat Makassar,
dan terus ke Filipina atau ke Cina.

E. Kehidupan Keagamaan Kerajaan Kutai


Pada masa pemerintahan Raja Aswawarman, Agama Hindu di Kerajaan Kutai
mulai berkembang. Agama Hindu yang berkembang adalah Hindu Syiwa sebagai dewa
tertinggi, tetapi di luar golongan brahmana dan ksatria. Hal tersebut dapat diketahui dari
salah satu prasasti yupa yang menyebutkan bahwa tempat dalam tanah yang sangat suci,
yang diberi nama Waprakeswara. Waprakeswara merupakan suatu tempat suci untuk
memuja Dewa Syiwa. Hal ini membuktikan bahwa Raja Mulawarman merupakan
seorang penganut agama Hindu yang taat. Namun sebagian besar masyarakat Kutai,
masih tetap menjalankan adat istiadat dan kepercayaan asli mereka, yang disebut
Kaharingan.
Kaharingan adalah kepercayaan suku Dayak di Kalimantan yang menyembah
Ranying Hatalla Langit sebagai pencipta alam semesta. Kepercayaan ini memiliki
beberapa persamaan dengan agama Hindu. Salah satunya penggunaan sesajian. Oleh
karena itu, pada tanggal 20 April 1980, Kaharingan dimasukkan dalam kategori agama
Hindu.

4
F. Masa Kejayaan Kerajaan Kutai
Masa kejayaan Kerajaan Kutai berlangsung saat pemerintahan Raja Mulawarman.
Dengan ditemukannya prasasti (yupa) di Muara Kaman, merupakan salah satu bukti
bahwa kehidupan Kerajaan Kutai sangatlah makmur dan sejahtera. Hal ini terjadi karena
kebijaksanaan dan perhatiannya terhadap hal-hal yang bersifat religius. Raja Mulawarman
juga memberikan hadih berupa emas, tanah, dan ternak secara adil kepada para
Brahmana. Selain itu, beliau mengadakan upacara sedekah di tempat yang dianggap suci
atau Waprakeswara.
Pada masa pemerintahan Raja Mulawarman, rakyat juga sangat menghormati
rajanya dengan menyelenggarakan kenduri demi keselamatan sang raja. Bukti kebesaran
Raja Mulawarman tersebut juga tertuang dalam tulisan-tulisan yang ada di tugu prasasti.
Bukan hanya itu, kehidupan ekonomi kerajaan mengalami perkembangan pesat dari
sektor pertanian dan perdagangan di bawah kekuasaan Raja Mulawarman karena letaknya
sangat strategis dan mempermudah kegiatan produksi.

G. Keruntuhan Kerajaan Kutai


Kerajaan Kutai berakhir saat Raja Kutai yang bernama Maharaja Dharma Setia tewas
dalam peperangan melawan Aji Pangeran Sinum Panji yang merupakan Raja dari
Kerajaan Kutai Kartanegara. Kerajaan Kutai dan Kerajaan Kutai Kartanegara merupakan
dua buah kerajaan yang berbeda. Kerajaan Kutai Kartanegara berdiri pada abad ke-13 di
Kutai Lama. Terdapatnya dua kerajaan yang berada di sungai Mahakam tersebut
menimbulkan friksi di antara keduanya yang akhirnya pada abad ke-16 terjadi peperangan
di antara kedua Kerajaan tersebut yang mengakibatkan Maharaja Dharma Setia tewas
seketika.

H. Saran

5
Perlindungan, perawatan, dan pelestarian terhadap peninggalan bersejarah perlu
dilakukan. Terutama peninggalan bersejarah Kerajaan Kutai. Hal ini perlu dilakukan agar
masyarakat ataupun generasi penerus bisa menghargai dan melestarikan peninggalan
bersejarah tersebut. Beberapa cara yang bisa dilakukan untuk menghargai peninggalan
bersejarah agar tetap lestari adalah:
1. Cara melestarikan bentuk peninggalan bangunan adalah:
a. Menjaga kebersihan di dalam dan di luar bangunan.
b. Menjaga dan merawat peninggalan berupa peralatan dan perlengkapan.
c. Mencegah dari kerusakan-kerusakan karena alam atau tangan manusia.
2. Cara melestarikan bentuk peninggalan prasasti atau tulisan adalah:
a. Memelihara peninggalan sejarah dengan sebaik-baiknya.
b. Menjaga kebersihan dan keindahannya.
c. Tidak mencoret-coret benda tersebut.
d. Memuseumkan di tempat peninggalan bersejarah.
e. Wajib menaati peraturan pemerintah dan tata tertib di museum.

Anda mungkin juga menyukai