Mekanika Fluida 2
Mekanika Fluida 2
(HMKK431)
Saya berharap pembuatan bahan ajar ini, bisa diikuti oleh dosen-dosen mata
kuliah yang lain. Selamat membaca dan semoga bermanfaat untuk program studi
teknik mesin.
ii
KATA PENGANTAR
Puji syukur kehadirat Alloh SWT, atas berkat rahmat dan hidayahNya Bahan Ajar
Mekanika Fluida II dapat diselesaikan. Tujuan dari pembuatan bahan ajar ini
adalah untuk memudahkan mahasiswa dalam hal memahami pelajaran
Mekanika Fluida. Bahan Ajar Mekanika Fluida ini telah disesuaikan dengan
silabus dari jurusan teknik mesin.
Pada bahan ajar ini ditampilkan teori, contoh-contoh soal dan latihan soal.
Dengan demikian diharapkan agar mahasiswa lebih mendalami dari tiap-tiap
pokok bahasan pada mata kuliah mekanika fluida ini. Buku ini bisa digunakan
juga sebagai pegangan dosen pengampu mata kuliah mekanika fluida, karena
selain disertai pembahasan yang mendetail tentang teori dasarnya, diberikan
pula contoh-contoh soal setiap materi.
Isi bahan ajar ini dari bab 1 sampai bab 3, materi yang dibahas adalah: Bab 1.
Analisis dimensi dan kesamaan meliputi (Sifat-sifat dari analisa dimensi, Teori
Buckingham Pi, Perlunya kelompok-kelompok tanpa dimensi dalam mekanika
fluida). Bab 2. Aliran Internal kental dan Tak Termampatkan meliputi
(Pendahuluan, Aliran laminer berkembang penuh diantara pelat datar, Aliran
laminer berkembang penuh didalam pipa, Distribusi tegangan geser aliran
berkembang penuh didalam pipa, Profil kecepatan aliran berkembang penuh di
dalam pipa, Persamaan energi pada aliran dalam pipa, Perhitungan mayor losses
dan minor lossess, Pompa didalam sistem fluida, Pipa-pipa seri dan Parallel, Pipa
bercabang, dan jaringan pipa). Bab 3. Aliran Eksternal Kental dan Tak
Termampatkan meliputi (konsep lapisan batas, Ketebalan lapisan batas, Lapisan
batas laminer diatas pelat, Persamaan integral momentum, Persamaan integral
momentum untuk gradien tekanan nol, Gradien tekanan didalam aliran lapis
batas, gaya seret, Gaya angkat (lift force) dan pengukuran debit aliran internal
dan eksternal).
1. Dr-Ing. Yulian Firmana Arifin, ST, MT. selaku dekan Fakultas Teknik
UNLAM yang telah mendukung dalam penyelesaian buku ajar ini.
2. Ach, Kuairi, ST, MT, MM. yang telah memberikan saran-saran dan
masukan dalam penyusunan bahan ajar ini.
iii
3. Rekan-rekan program Studi Teknik Mesin yang telah memberikan
masukan dalam penyelesaian buku ajar ini.
Penyusun menyadari dalam pembuatan bahan ajar ini masih banyak kekurangan
dan sangat jauh dari sempurna. Untuk itu saran serta kritik yang bersifat
membangun akan kami terima dengan senang hati, untuk penyempurnaan di
masa yang akan datang. Semoga bahan ajar ini bermanfaat untuk kemajuan
Fakultas Teknik UNLAM khususnya Prodi Teknik Mesin.
Penyusun
iv
Daftar Isi
Halaman Judul............................................................................................................. i
Daftar Isi............................................................................................................................. v
A. Pendahuluan.......................................................................................................... 9
B. Aliran laminer berkembang penuh diantara pelat datar..................................... 9
C. Aliran laminer berkembang penuh didalam pipa................................................ 12
D. Tekanan dan tegangan geser aliran berkembang penuh di dalam pipa................ 19
E. Profil kecepatan turbulen aliran berkembang penuh didalam pipa..................... 20
F. Persamaan energi pada aliran dalam pipa........................................................... 23
G. Mayor dan minor loss............................................................................................ 25
H. Pompa di dalam sisten fluida................................................................................ 30
I. Pipa-pipa seri dan parallel..................................................................................... 54
J. Pipa bercabang....................................................................................................... 64
K. Jaringan pipa.......................................................................................................... 71
v
BAB I
F=mxa
F = M L T-2
Yang menunjukan bahwa hanya tiga dari dimensi-dimensi tersebut yang bebas
adalah : F ialah dimensi gaya, M dimensi massa, L dimensi panjang dan T dimensi
waktu. Suatu sistem yang lazim dipakai dalam analisis dimensional adalah sistem
MLT.
1
B. Teori Buckingham Pi (dalil Pi)
Bahwa dalam suatu soal fisik yang menyangkut n besaran dimana
terdapat m dimensi, besaran-besaran tersebut dapat diatur dalam n-m para
meter tanpa dimensi yang bebas. Dengan A 1, A2, A3,.......An di maksudnya
besaran-besaran yang bersangkutan itu, seperti tekanan, viskositas, kecepatan
dan sebagai berikut. Kita ketahui bahwa semua besaran-besaran tersebut mutlak
perlu bagi penyelesaian soal itu, maka harus terdapat suatu hubungan
fungsional.
Contoh 1.1
Misalkan A1, A2, A3 mengandung M, L dan T, yang tidak usah dalam tiap besaran
A, tetapi secara kolektif. Maka parameter π yang pertama tersusun sebagai :
2
Dalam persamaan-persamaan ini pangkat-pangkat harus ditentukan sedemikian
hingga tiap π tidak berdimensi. Kita masukan dimensi-dimensi besaran-besaran
A, kemudian pangkat-pangkat M, L, dan T masing-masing disamakan dengan nol.
Hal ini menghasilkan tiga persamaan dalam tiga anu untuk tiap parameter π,
sehingga kita dapat menentukan pangkat-pangkat x, y dan z dan kemudian
parameter π.
3
Contoh 1.2.
Debit melalui sebuah tabung kapiler horisontal diperkirakan bergantung pada
jatuh tekan per panjang satuan, garis tengah dan viskositas.
Jawab:
Kita menggunakan tiga dimensi, dan dengan empat besaran akan terdapat
sebuah parameter π :
Pangkat masing-masing dimensi harus sama pada kedua ruas persamaan diatas.
Pertama-tama (L)
3x1 -2y1 + z1 – 1 = 0
Y1 + 1 = 0
-x1 – 2y1 – 1 = 0
Y1 = -1
X1 = 1 dan z1 = -4
4
Maka:
( )
Dari hasil analisis dimensional tidak memberi keterangan tentang nilai angka
konstanta tanpa dimensi C. Dari hasil ekperimen menunjukan nilai
Koefisien tekanan
Bilangan reynolds
Bilangan Froude
Bilangan Euler
Bilangan Cauchy
Bilangan Mach
Bilangan Strouhal
Bilangan Weber
Dimana:
∆h = selisih tekanan m
5
V = kecepatan m/s
g = gaya gravitasi m/s2
Bilangan Reynolds
Dengan :
Bilangan Frode
adalah ukuran dari suatu rasio gaya inersia pada suatu elemen fluida
terhadap berat elemen. Aplikasi aliran dengan permukaan bebas, dimana
grafitasi banyak berpengaruh pada aliran ini.
Dengan:
V = kecepatan m/s
g =gaya grafitasi m/s2
ℓ = panjang m
Bilangan Euler
sebagai ukuran rasio gaya tekan terhadap gaya inersia. Bilangan Euler
akan digunakan dalam persoalan dimana tekanan atau perbedaan tekanan
antara dua titik merupakan variabel yang penting. Bilangan Euler dirumuskan
sebagai
6
Dengan:
Bilangan Cauchy
Dengan:
Ev = bilangan Cauchy
Bilangan Mach
Bilangan Strouhal
7
Bilangan Weber
LATIHAN
3. Kerugian ∆p/l dalam aliran turbulen melalui pipa horisontal yang licin
bergantung pada kecepatan V, garis tengah D, viskositas dinamik μ, dan
kerapatan ρ. Gunakanlah analisis dimensional untuk menentukan bentuk
umum persamaan :
( )
8
BAB II
A. Pendahuluan
Aliran fluida internal tak mampu mampat adalah aliran di dalam suatu
laluan yang penampangnya berupa kurva tertutup dan massa jenis fluida
sepanjang medan aliran adalah tetap, tidak berubah. Pembahasan aliran ini
dibagi menjadi 2 berdasarkan pengaruh gesekan atau viskositasnya yaitu aliran
tanpa gesekan dan yang bergesekan.
* +
* +
* +
Asumsi :
9
Gambar 2.1. Aliran antara dua plat pararel
Analisis:
Karena asumsi diatas maka persamaan gerak (equations motion) untuk arah (x)
dan z menjadi:
* + 2)
3)
P = -γz + f(x) 4)
Karena ∂p/∂x tidak bergantung pada z, maka bisa ditulis dp/dx. Kemudian
persamaan 2) di integralkan dua kali menjadi
5)
10
Dengan menggunakan kondisi batas,
Z = 0, pada u = 0
Z = a, pada u = U
( ) 6)
7)
Jika U = 0, aliran paralel diantara dua plat tetap (Poiseuille Flow) sebagai aliran
Poiseuille dua dimensi. Distribusi kecepatannya adalah parabolis dengan
kecepatan maksimum pada z = a/2 maka:
8)
9)
11
C. Aliran laminer berkembang penuh di dalam pipa
Setiap fluida yang mengalir dalam sebuah pipa harus memasuki pipa
pada suatu lokasi. Daerah aliran didekat lokasi fluida memasuki pipa disebut
sebagai daerah masuk (entrance region) dan diilustrasikan pada gambar 2.3.
Daerah tersebut mungkin sekitar beberapa kaki permulaan dari sebuah pipa
yang dihubungkan pada sebuah tangki atau bagian awal dari saluran duct udara
panas yang berasal dari sebuah tungku.
10)
dan
( ) ⁄
11)
Gambar 2.3 Daerah masuk aliran mulai dan sedang berkembang penuh didalam
sebuah pipa
12
Untuk aliran-aliran dengan bilangan reynolds sangat rendah panjang
masuk dapat sangat pendek (le = 0,6D jika Re = 10), sementara untuk aliran-
aliran dengan bilangan Reynolds besar daerah masuk tersebut dapat sepanjang
berkali-kali diameter pipa sebelum ujung akhir dari daerah masuk dicapai (le =
120D untuk Re = 2000). Untuk banyak masalah-masalah teknik praktis 104< Re <
105 sehingga 20D < le < 30D.
13
Gambar 2.5. Diagram benda bebas dari silinder fluida
Perbedaan tekanan yang bekerja pada ujung silinder dengan luas πr 2, dan
tegangan geser bekerja pada permukaan selimut silinder dengan luas 2πrℓ.
Maka kesetimbangan gaya dapat dituliskan sebagai :
12)
Karena baik ∆p maupun ℓ bukanlah fungsi dari koordinat radial (r), maka 2τ/r
pasti juga tidak bergantung pada r. Artinya, τ = Cr, dimana C adalah sebuah
konstanta. Pada r= 0 (sumbu pipa) tidak ada tegangan geser (τ = 0). Pada r =
D/2 (dinding pipa), tegangan geser maksimum, dinyatakan dengan τ w, tegangan
geser dinding. Jadi, C= 2τw/D dan distribusi tegangan geser di seluruh pipa
adalah fungsi linier dari koordinat radial
13)
Jika viskositas nol tidak akan ada tegangan geser dan tekanan akan konstan di
seluruh pipa horizontal tersebut (∆p= 0). Kemudian dari persamaan 12) dan 13)
maka penurunan dan tegangan geser dihubungkan oleh:
14)
Sebuah tegangan geser yang kecil dapat menghasilkan perbedaan tekanan yang
besar jika pipa relatif panjang (ℓ/D>>1).
14
Gambar 2.6. Distribusi tegangan geser pada fluida didalam sebuah pipa (aliran
laminer atau turbulen) dan profil-profil kecepatan yang khas
Untuk aliran laminer dari fluida Newtonian, tegangan geser secara sederhana
sebanding dengan gradien kecepatan “τ =μ du/dy. Dengan notasi yang sesuai
untuk aliran pipa, hubungan ini menjadi:
15)
( ) 16)
∫ ∫ 17)
( )
Karena fluida viskos, maka fluida tersebut menempel pada dinding pipa
sehingga u= 0 pada r= D/2, maka C1= (∆p/16μℓ) D2. Jadi profil kecepatan dapat
ditulis sebagai :
( ) ( )[ ( ) ]= [ ( ) ] 18)
15
Persamaan alternatif dapat dituliskan dengan menggunakan hubungan antara
tegangan geser dinding dengan gradien tekanan persamaan (14) dengan (18)
sehingga memberikan :
( ) [ ( ) ]
Laju aliran volume melalui pipa dapat diperoleh dengan mengintegralkan profil
kecepatan diseluruh penampang pipa. Karena alirannya simetris terhadap
sumbu tengah, kecepatan akan konstan pada luas daerah kecil yang
membentuk cincin dengan jari-jari r dan ketebalan dr. Jadi,
∫ ∫ ( ) ∫ [ ( ) ]
Atau
Menurut definisi kecepatan rata-rata adalah laju aliran dibagi dengan luas
penampang V= Q/A= Q/πr2, sehingga untuk aliran ini
= 19)
Dan
20)
Dari hasil diatas dapat disimpulkan untuk aliran pipa laminer pada sebuah pipa
horisontal adalah :
16
Kesetimbangan gaya pada sebuah pipa miring dengan sudut θ pada gambar 2.7 adalah:
22)
Jadi seluruh hasil dari pipa horizontal berlaku apabila gradien tekanan disesuaikan
terhadap suku elevasi, artinya ∆p digantikan oleh ∆p - γℓsinθ sehingga:
( )
23)
Dan
( )
24)
Gambar 2.7. Diagram benda bebas dari silinder fluida untuk aliran dalam pipa yang
tidak horizontal
17
Penyelesaian
(a) Jika bilangan Reynolds kurang dari 2100 aliran bersifat laminar dan
persamaan-persamaan yang diturunkan pada subbab ini dapat berlaku.
Karena kecepatan rata-rata adalah V= Q/A= (2,0 x 10-5 m3/s)/[π (0,020)2
m2/4]= 0,0637 m/s, maka bilangan Reynoldsnya adalah, Re= pVD/μ= 2,87 <
2100. Jadi alirannya adalah laminar dan dari Persamaan 20) dengan ℓ= x2 –
x1, 10 m, penurunan tekanan adalah:
( )( )( )
( )
atau
∆p = 20.400 N/m2 = 20,4 kPa (Jawaban)
Atau
( )( )
( )( )( )
18
D. Tekanan dan tegangan geser aliran berkembang penuh di
dalam Pipa
Dalam daerah aliran yang tidak berkembang penuh, seperti pada daerah
masuk sebuah pipa, fuida mengalami percepatan atau perlambatan selagi
mengalir (profil kecepatan berubah dari profil seragam pada bagian masuk pipa
menjadi profil berkembang penuhnya pada ujung daerah masuk). Jadi, didaerah
masuk terdapat keseimbangan antara gaya-gaya tekanan, viskos, dan inersia
(percepatan). Hasilnya adalah distribusi tekanan sepanjang pipa horisontal
seperti yang ditunjukan pada gambar 2.7 . Besarnya gradien tekanan, ∂p/∂x,
lebih besar didaerah masuk dari pada didaerah berkembang penuh, dimana
gradien tersebut merupakan sebuah konstanta, ∂p/∂x= -∆p/ℓ < 0.
Sifat alamiah aliran pipa sangat tergantung pada apakah aliran tersebut
laminer atau turbulen. Hal ini merupakan konsekuensi langsung dari
perbedaan-perbedaan dari sifat alamiah tegangan geser di dalam aliran laminer
dan turbulen. Tegangan geser pada aliran laminer adalah akibat langsung dari
perpindahan momentum diantara molekul-molekul yang bergerak secara acak
(fenomena makroskopik). Hasil akhirnya adalah bahwa sifat fisika dari tegangan
geser sangat berbeda untuk aliran laminer daripada untuk aliran turbulen.
19
Gambar 2.7 Distribusi tekanan sepanjang pipa horizontal
Gambar 2.8. Struktur aliran turbulen didalam sebuah pipa (a) tegangan geser; (b)
Kecepatan rata-rata
20
Sifat aliran di dalam kedua daerah ini sangat berbeda seluruhnya. Sebagai
contoh, didalam sublapisan viskos, viskositas fluida adalah parameter yang
penting, kerapatan tidak penting. Dilapisan luar berlaku kebalikannya. Dengan
menggunakan argumen-argumen analis dimensional secara seksama untuk
aliran disetiap lapisan dan mencocokan hasil-hasilnya di daerah tumpang tindih,
maka dimungkinkan untuk memperoleh kesimpulan-kesimpulan berikut
mengenai profil kecepatan turbulen didalam sebuah pipa mulus.
Dimana y= R-r adalah jarak yang diukur dari dinding, ̅ adalah rata-rata
⁄
menurut waktu komponen x kecepatan, dan ( ⁄ ) disebut sebagai
kecepatan gesekan (friction velocity). Perhatikan bahwa bukanlah kecepatan
sesungguhnya dari fluida besaran ini hanyalah semata-mata besaran yang
memiliki dimensi kecepatan. Seperti yang ditunjukan dalam gambar 2.8,
persamaan 25) biasanya disebut hukum dinding berlaku di daerah yang sangat
dekat dengan dinding mulus, untuk 0 ≤ yu*/v ≤ 5.
21
̅ ⁄
( ) 27)
25
26
Gambar 2.9 Struktur khas dari profil kecepatan turbulen didalam sebuah pipa
Dalam persamaan ini, nilai n adalah fungsi dari bilangan Reynolds, seperti yang
ditunjukan dalam gambar 2.9. Profil kecepatan hukum pangkat sepertujuh (n=
7) sering digunakan sebagai pendekatan yang memadai untuk banyak aliran-
aliran praktis. Profil kecepatan turbulen yang khas berdasarkan persamaan
hukum pangkat ini ditunjukkan dalam gambar 2.10
22
persamaan ini gradien kecepatan menjadi tak terhingga disana. Perhatikan
gambar 2.11 bahwa profil turbulen lebih “rata” daripada profil laminer dan
kerataan ini meningkat dengan meningkatnya bilangan Reynolds (artinya
dengan n).
Gambar 2.11. Profil kecepatan aliran laminer dan turbulen yang khas
23
o Persamaan Bernoulli
Suatu filamen arus adalah elemen dari fluida yang dibatasi oleh garis-
garis arus. Dalam gambar 2.12, ABCD adalah potongan melalui filamen arus, AB
dan CD adalah garis arus. Karena aliran selalu tangensial terhadap garis arus,
tidak ada cairan dapat memasuki atau meninggalkan filamen arus, kecuali
dengan melintasi potongan I atau II.
Kerja yang dilakukan pada air= Gaya x jarak dipindahkan oleh gaya
= pa x s
= p x as
Dan karena itu energi air bertambah dengan sejumlah yang sama dengan
tekanan x volume dipindahkan.
Kita amati gambar 2.12, kalau suatu volume kecil (V), dari cairan memasuki
filamen arus pada potongan I, volume V yang sama harus meninggalkan
potongan II, sehingga aliran dari I ke II air mendapatkan energi sejumlah sama
dengan:
24
Juga karena volume V mengalir dari I ke II energi potensialnya
bertambah dengan ρgV (z2-z1) dan energi kinetiknya naik dengan (
) dimana u1 dan u2 adalah kecepatan-kecepatan pada I dan II.
( ) ( ) ( ) 28)
Yang merupakan satu bentuk dari persamaan bernoulli. Dalam bentuk ini setiap
istilah mempunyai dimensi berupa panjang. Selanjutnya H juga harus
berdimensi panjang, kenyataan, H disebut “head” total dan biasanya diukur
dalam meter.
29)
25
umum kehilangan tekanan akibat gesekan atau kerugian ini dapat di golongkan
menjadi 2 yaitu kerugian mayor dan kerugian minor.
( ) 30)
31)
Atau
31)
Jadi head loss mayor dapat dinyatakan sebagai kerugian tekanan aliran fluida
berkembang penuh melalui pipa penampang konstan.
26
Untuk aliran laminer, berkembang penuh pada pipa horizontal
penurunan tekanan dapat dihitung secara analitis, dari persamaan 20),
diperoleh:
( ⁄ )
32)
Dimana:
sehingga dengan memasukan konsep angka Reynolds maka head loss menjadi:
( ) ( ) 33)
Untuk aliran turbulen, penurunan tekanan tidak dapat dihitung secara analitis
karena pengaruh turbulensi yang menimbulkan perubahan keacakan sifat
fluida. Perubahan sifat fluida yang acak tersebut belum dapat didekati dengan
fungsi matematis yang ada saat ini. Perhitungan head loss didasarkan pada hasil
percobaan dan analisa dimensi. Penurunan tekanan untuk aliran turbulen
adalah fungsi dari angka reynolds, Re, perbandingan panjang dan diameter
pipa, L/D serta kekasaran relatif pipa, ε/D.
34)
27
Katup, yang terbuka atau sebagian tertutup
Pemuaian atau penyusutan berangsur.
Kerugian head total pada pipa adalah penambahan antara kerugian mayor dan
minor yang dirumuskan :
h L= h f + h m 35)
Dari hasil eksperimen para ahli pada fluida dengan bilangan Re yang tinggi
memperlihatkan bahwa kerugian minor adalah sama dengan hasil kali energi
kinetik persatuan berat fluida dengan koefisien kerugian:
36)
Dengan:
28
Persamaan energi secara umum adalah:
∫( ) ∫ 37)
Dimana :
Maka:
∫( )
̇
̇ ( ) ̇ ( ) ̇ ( ) ̇
̇
( ) ̇ ( ) ̇ ( )
39)
̇ ( )
̇
( ) ( )
( )
Karena P= ρgh maka:
̇
( ) ( )
40)
( )
29
̇
( ) ( )
( )
Rumus secara umum untuk koefisien kerugian adalah:
41)
Salah satu mesin turbo aliran-radial yang paling umum adalah pompa
sentrifugal. Jenis pompa ini mempunyai dua komponen utama: sebuah
impeller yang terpasang pada poros yang berputar, selubung diam, rumah,
atau rumah keong yang menutupi impeller. Impeller terdiri dari beberapa pisau
(blade) (biasanya melengkung), dan kadang-kadang disebut sudu (vanes),
dipasang dengan pola yang teratur di sekeliling poros. Sebuah sketsa yang
memperlihatkan ciri-ciri utama sebuah pompa sentrifugal ditunjukkan pada
Gambar 2.14.
Pada saat impeller berputar, fluida dihisap melalui mata (eye) pada selubung
dan mengalir keluar secara radial. Energi ditambahkan kepada fluida oleh
30
sudu yang berputar, dan baik tekanan maupun kecepatan absolut akan naik
pada saat fluida mengalir dari mata ke keliling luar sudu. Untuk jenis pompa
sentrifugal yang paling sederhana, fluida disalurkan secara langsung ke dalam
selubung yang berbentuk keong. Bentuk selubung dirancang untuk
menurunkan kecepatan pada saat fluida meninggalkan impeller, dan
penurunan energi kinetiknya dirubah menjadi kenaikan tekanan. Bentuk rumah
keong (volute), semakin meningkat luasnya searah dengan alirannya, pada
dasarnya digunakan untuk menghasilkan distribusi kecepatan yang seragam
pada saat fluida bergerak di sepanjang selubung ke arah sisi keluarnya. Untuk
pompa sentrifugal yang besar, seringkali digunakan rancangan yang
berbeda di mana dipasang difuser (diffuser) memandu sudu arah (vanes) di
sekeliling impeller. Difuser dipasang untuk memperlambat aliran saat fluida
diarahkan ke rumah pompa. Jenis pompa sentrifugal ini dikenal sebagai pompa
difuser.
Gambar 2.15 (a) Impeler terbuka, (b) impeler tertutup atau terselubung
Impeller pompa juga dapat mempunyai sisi hisap tunggal atau ganda.
Untuk impeller dengan sisi hisap tunggal fluida hanya mengalir masuk melalui
mata (eye) pada satu sisi impeller, sedangkan untuk sisi hisap ganda fluida
masuk ke impeller di sepanjang sumbu dari kedua sisinya. Penggunaan jenis
sisi hisap ganda mengurangi dorongan pada ujung akhir poros, dan karena
31
jumlah luas aliran masuk menjadi besar, maka kecepatan masuknya akan
berkurang.
1. Tinjauan teoretis
Walaupun aliran yang melalui pompa sangat kompleks (tidak tunak dan
dalam tiga-dimensi) teori dasar untuk pengoperasian pompa sentrifugal dapat
dibuat dengan mengandaikan aliran rata-ratanya sebagai aliran satu-dimensi
pada saat fluida mengalir di antara sisi masuk dan keluar impeller ketika sudu-
sudu berputar. Seperti yang ditunjukkan pada Gambar 2.16, untuk salah satu
jenis laluan sudu, kecepatan absolut, V 1, dari fluida yang masuk laluan adalah
jumlah vektor dari kecepatan keliling sudu, U 1, yang berputar pada lintasan
putar dengan kecepatan sudut ,ω, dan kecepatan relatif, W1, dalam laluan
sudu, sehingga V 1 = W1 + U 1. Serupa dengan itu pada sisi keluar V 2 = W 2 +
U 2 Perhatikan bahwa U 1 = r 1 ω dan U 2 = r 2 ω. Kecepatan fluida sepanjang
32
bagian masuk dan keluar pada laluan sudu diambil pada kecepatan rata-
ratanya. Hubungan antara variasi kecepatan ditunjukkan secara grafis pada
Gambar 2.16.
̇( ) 42)
( ) 43)
Gambar 2.16 Diagram kecepatan pada sisi masuk dan keluar impeler pompa
sentrifugal
33
̇
Bahwa persamaan energi seringkali ditulis dalam suku-suku dari head – head
kecepatan, head tekanan, head elevasi. Head yang diberikan pompa kepada
fluida merupakan suatu parameter yang penting. Kemungkinan kenaikan head
yang ideal atau maksimum, hi, didapat dari
Wshaft= ρgQhi
Dengan menentukan kerugian head, (hL) sama dengan nol dan mengalikannya
dengan besar laju aliran, ρgQ. Penggabungan hasil ini dengan Persamaan
( ) ̇ ( ̇ ) menghasilkan
( ) 46)
Kenaikan head ideal ini, h i adalah besarnya energi per satuan berat dari
fluida yang ditambahkan pada fluida oleh pompa. Kenaikan head yang aktual
yang disebabkan fluida lebih kecil dibandingkan dengan besarnya head ideal
yang disebabkan kerugian head. Beberapa tambahan rinci tentang arti dari
Persamaan 46) dapat diperoleh dengan menggunakan persamaan berikut
( )
dari Persamaan
[( ) ( ) ( )] 47)
34
Pembahasan rinci Persamaan 47) secara fisik akan menghasilkan hal-hal
berikut. Suku pertama dalam kurung pada sisi sebelah kanan menyatakan
kenaikan energi kinetik dari fluida, dan kedua suku lainnya menyatakan
kenaikan head tekanan yang terjadi saat melintasi impeller akibat efek sentri-
fugal, U22_ U12, dan penyebaran (difusi) dari aliran relatif pada laluan sudu W12 –
W22,
Hubungan yang tepat antara laju aliran dan kenaikan head pompa yang
ideal dapat diperoleh sebagai berikut. Seringkali fluida tidak mempunyai
komponen kecepatan tangensial, Vθ1, atau "olakan", pada saat masuk dalam
impeller; yakni, sudut antara kecepatan absolut dan arah tangensial sama
dengan 90° (α1= 90° dalam Gambar 2.16). Pada kasus ini , Persamaan 46)
direduksi menjadi
48)
- 49)
Q = 2πr2b 2 V r 2 50)
di mana b 2 adalah tinggi sudu impeller pada jari-jari r 2. Oleh karena itu,
dengan menggabungkan persamaan 49) dan 50) akan kita dapat
51)
35
disebut forward curved. Pompa pada umumnya tidak dirancang dengan
sudu forward curved karena pompa jenis ini akan cenderung, mengalami kondisi
aliran yang tidak stabil.
Penyelesaian
(a) Sisi keluar diagram kecepatan ditunjukkan oleh Gambar 2.16c, dimana
V2 adalah kecepatan absolut fluida, W 2 , adalah kecepatan relatif. U2 adalah
kecepatan pada ujung impeller dengan
( )
( )( )
( )
= 107 ft/s
Karena laju aliran diberikan, maka
Q = 2πr2b2Vr2
Atau
( )( )( )( )( )
= 5,11 ft/s
36
Sehingga
(b) Dari Persamaan 48) kenaikan head yang ideal diberikan sebagai berikut
( )( )
= 316 ft (Jawaban)
Sebagai alternatif, dari Persamaan 49 kenaikan head ideal adalah
( ) ( )( )
= 316 ft (Jawaban)
( )( )( )( )
̇
[ ( ) ]( )( )
= 61.500 ft - lb/s = 112 hp (Jawaban)
Perhatikan bahwa kenaikan head yang ideal dan daya yang dipindahkan
mempunyai hubungan melalui persamaan di bawah ini,
Wshaft = ρgQhi
Perlu digarisbawahi bahwa hasil yang diperoleh dari persamaan di atas
melibatkan kenaikan head yang ideal. Karakteristik unjuk kerja kenaikan
head aktual dari sebuah pompa pada umumnya didapat melalui pengujian
secara eksperimental dalam laboratorium.
37
Gambar 2.17 Efek kerugian pada kurva head-laju aliran pompa
38
diperoleh secara eksperimental melalui pengujian pompa. Dari pengujian ini,
akan diperoleh karakteristik pompa yang dinyatakan sebagai kurva unjuk
kerja pompa. Informasi ini sangat membantu para ahli teknik yang
bertanggung jawab pada pemasangan pompa untuk suatu sistem instalasi
aliran.
52)
dimana bagian (1) dan bagian (2) adalah sisi masuk dan keluar pompa.
Tinggi, ha, sama dengan hp yang digunakan pada persamaan energi, di mana hp
ditafsirkan sebagai kenaikan head bersih sebenarnya diterima dari fluida yang
mengalir melalui pompa, yakni, h a = hP = h s – h L. Pada umumnya, perbedaan
elevasi dan kecepatan kecil, oleh karenanya
53)
54)
39
besarnya daya ini dinyatakan dalam daya-kuda (horsepower) dan secara
tradisional disebut daya kuda air (water horsepower). Sehingga,
Di mana γ dinyatakan dalam lb/ft3, Q dalam ft3/s, dan ha, dalam ft. Perhatikan
bahwa jika fluida yang dipompakan bukan air, maka γ yang muncul dalam
Persamaan 55) merupakan berat spesifik dari fluida yang mengalir melalui
pompa tersebut.
Di samping head atau daya yang ditambahkan ke fluida, efisiensi
keseluruhan, η, menjadi perhatian utama, di mana
̇
56)
Pembagi dalam hubungan ini menyatakan daya total pada poros pompa dan
seringkali dinyatakan sebagai daya kuda rem (brake horsepower, bhp).
Sehingga,
57)
40
head curve). Head yang terjadi pada pompa saat kapasitasnya nol disebut head
tutup (shutoff head), dan ini menyatakan kenaikan head tekanan saat melalui
pompa pada kondisi katup pembuangan tertutup. Oleh karena tidak ada
aliran pada saat katup tertutup, maka efisiensinya nol, daya yang diberikan
pompa (bhp pada Q= 0) seluruhnya diubah menjadi panas. Walaupun
dengan keadaan katup pembuangan tertutup pompa sentrifugal dapat
dioperasikan untuk waktu yang singkat, kerusakan akan tetap terjadi akibat
pemanasan berlebih dan adanya tegangan mekanik yang besar akibat
pengoperasian dengan katup tertutup.
Seperti yang terlihat pada Gambar 2.19, saat kapasitas buangnya naik
dari nol, daya kuda rem (bhp) akan naik, dan selanjutnya akan turun hingga
kapasitas buangnya mencapai kondisi maksimum. Seperti yang telah dijelaskan
sebelumnya, apabila h, dan bhp diketahui, besarnya efisiensi dapat dihitung.
Seperti pada Gambar 2.19, efisiensi adalah fungsi dari laju aliran dan akan
mencapai harga maksimum pada suatu nilai laju aliran terten tu yang
umumnya disebut laju aliran normal atau kapasitas pompa. Titik-titik
41
Gambar 2.20 Kurva unjuk kerja pompa sentrifugal dua tingkat yang
beroperasi pada kecepatan 3500 rpm.
Pada sisi hisap pompa, umumnya terjadi tekanan rendah, dan pada kondisi
ini kemungkinan dapat terjadi kavitasi di dalam pompa. Kavitasi terjadi apabila
tekanan cairan pada suatu lokasi tertentu turun ke tekanan uap, dari cairannya.
Apabila hal ini terjadi, terbentuklah gelembung uap (cairan mulai "mendidih");
42
fenomena ini dapat menyebabkan
Dalam kenyataannya terdapat dua harga dari NPSH. Yang pertama adalah
NPSH yang diperlukan (required), ditulis NPSHR, yang nilainya harus dijaga atau
dilampaui (lebih besar), agar kavitasi tidak terjadi.
Oleh karena tekanan yang lebih rendah dari pipa hisap akan terjadi pada
ujung sisi masuk impeller, pada umumnya untuk suatu pompa yang diberikan
diperlukan penentuan secara eksperimental, tentang besarnya NPSH R ,
Besarnya NPSH R ditunjukkan pada Gambar 2.20. Untuk menentukan
besarnya harga NPSHR kita lakukan pengujian pada pompa, sebagaimana
yang didefinisikan oleh Persamaan 58), baik entah dengan secara langsung
mendeteksi kavitasi atau dengan mencari adanya perubahan kurva head
laju aliran. Harga NPSH yang kedua adalah NPSH yang tersedia (available),
ditulis NPSHA, yang menyatakan head yang secara nyata terjadi untuk suatu
sistem dengan aliran tertentu. Nilainya dapat diperoleh secara eksperimental,
atau dapat dihitung jika parameter dari sistem diketahui Sebagai contoh,
sebuah sistem aliran yang umum ditunjukkan pada Gambar 2.21. Persamaan
energi digunakan antara permukaan bebas cairan, di mana tekanannya adalah
tekanan atmosfer, patm, dan titik pada sisi hisap dari pompa dekat sisi masuk
ujung impeller.
43
∑
di mana ∑hL menyatakan kerugian head antara permukaan bebas dan sisi
masuk impeller pompa. Oleh karena itu head yang tersedia pada sisi masuk
impeller pompa adalah
∑
Sehingga
∑ 59)
N PS H A ≥ N PS HR
Perlu diperhatikan dari persamaan 59), bahwa apabila tinggi impeller pompa di
atas permukaan fluida, z 1, dinaikkan, maka NPSH A akan turun. Oleh
karena itu, terdapat suatu nilai kritis dari z 1 di mana pompa tidak dapat
beroperasi tanpa kavitasi. Nilai spesifik tergantung pada kerugian head dan
nilai dari tekanan uap. Selanjutnya perlu diperhatikan bahwa jika tangki
penyedia atau reservoir terdapat di atas pompa, maka z, pada Persamaan
59) akan negatif, dan NPSHA akan naik seiring dengan naiknya reservoir
tersebut.
44
di mana K tergantung dari ukuran dan panjang pipa, faktor gesekan. dan
koefisien kerugian minor. Persamaan 61) adalah persamaan sistem dan
Gambar 2.23 Pemanfaatan dari suatu kurva sistem dan kurva unjuk kerja
pompa untuk memperoleh titik operasi bagi sistem
Terdapat hubungan yang unik antara head aktual pompa yang diberikan
pada fluida dan laju alirannya, yang ditentukan oleh desain pompa (seperti
yang ditunjukkan oleh kurva unjuk kerja pompa). Dalam memilih pompa
untuk suatu penggunaan khusus, kita perlu memanfaatkan baik kurva sistem,
seperti yang ditentukan oleh persamaan sistem, dan kurva unjuk kerja pompa.
Jika kedua kurva tersebut digambar pada satu grafik yang sama, seperti yang
45
ditunjukkan pada Gambar 2.23, maka perpotongannya (titik A) menyatakan
titik operasi sistem. Maka, titik tersebut memberikan besarnya head dan laju
aliran yang memenuhi, baik untuk persamaan sistem maupun persamaan
pompa. Pada grafik yang sama ditunjukkan juga efisiensi pompa. Secara ideal,
kita menginginkan titik operasi pompa mendekati titik efisiensi terbaik (BEP).
Untuk suatu pompa yang ditentukan, jelas bahwa apabila persamaan sistem
berubah, titik operasinya akan bergeser. Sebagai contoh, jika gesekan pipa naik
akibat dari kotornya dinding pipa, kurva dari sistem akan berubah, dan
menghasilkan pergeseran titik operasi A ke titik B seperti pada Gambar 2.23
dan akan mengurangi laju aliran dan efisiensinya. Contoh berikut akan
memperlihatkan bagaimana karakteristik sistem dan pompa dapat digunakan
untuk menentukan apakah sebuah pompa tertentu cocok untuk suatu aplikasi.
Pompa dapat disusun secara seri atau paralel untuk memenuhi tambahan head
atau kapasitas aliran. Jika dua pompa dipasang secara seri, kurva unjuk kerja
susunan pompa ini diperoleh dengan menambahkan head pada laju aliran
yang sama. Seperti yang diperlihatkan pada Gambar 2.24a, untuk dua buah
pompa identik yang disusun secara seri, head aktual yang diperoleh oleh fluida
maupun untuk laju alirannya akan meningkat, tetapi keduanya tidak akan
menjadi dua kali lipat jika kurva sistem tetap sama. Titik operasi
Gambar 2.24 Pengaruh operasi pompa untuk pemasangan secara (a) seri dan
(b) paralel
pada (A) untuk satu pompa dan bergerak ke titik (B) untuk dua pompa yang
dipasang seri. Untuk dua buah pompa identik yang dipasang secara paralel,
kombinasi kurva unjuk kerja diperoleh dengan menambahkan laju aliran pada
head yang sama, seperti yang ditunjukkan pada Gambar 2.24b. Seperti yang
46
diilustrasikan, laju aliran untuk sistem tidak menjadi dua kali lipat dengan
tambahan dua pompa secara paralel (jika kurva sistem yang digunakan sama).
Namun demikian, untuk kurva sistem yang relatif mendatar, seperti yang
ditunjukkan Gambar 2.24b, dapat diperoleh kenaikan laju aliran yang cukup
besar dengan bergeraknya titik operasi dari titik (A) ke titik (B).
( ) 62)
47
berdimensi. Sehingga dalam bentuk parameter tak berdimensi karakteristik
unjuk kerja akan dinyatakan
( )
̇
( )
( )
̇
( ) 63)
̇
( ) 64)
( ) 65)
48
Q
Gambar 2.25 Contoh tipikal data unjuk kerja pompa sentrifugal (a) kurva
karakteristik pompa sentrifugal dengan diameter impeller 12 in, pada putaran
operasi 1000 rpm, (b) kurva karakteristik tak berdimensi
( ) ( ) 66)
̇ ̇
( ) ( ) 68)
η1 = η2 69)
di mana subskrip 1 dan 2 merujuk pada sembarang dua buah pompa dari
keluarga pompa yang serupa secara geometrik.
49
untuk memprediksi karakteristik yang bersesuaian untuk pompa lain yang
masuk dalam keluarga pompa pada kondisi operasi yang berbeda. Pada
Gambar 2.25a ditunjukkan sebuah kurva umum yang diperoleh untuk sebuah
pompa sentrifugal. Gambar 2.25b menunjukkan hasil yang digambar dalam
bentuk koefisien tak berdimensi CQ, CH, Cp, dan η. Dari kurva unjuk kerja
berbagai ukuran ini, akan dapat diprediksi keserupaan geometrik pompa,
sebagaimana pengaruh perubahan kecepatan pada unjuk kerja pompa diperoleh
dari kurva. Perlu diperhatikan bahwa efisiensi, η berkaitan dengan koefisien lain
melalui hubungan η= CQ CH . Hal ini diperoleh secara langsung dari definisi
η.
70)
Tanda di bawah garis (subskrip) 1 dan 2 menunjukkan pompa yang sama
yang beroperasi pada dua kecepatan berbeda dengan koefisien aliran yang
sama. Dari Persamaan 67) dan 68) juga akan diperoleh
71)
dan
̇
̇
72)
Sehingga suatu pompa yang beroperasi pada koefisien aliran yang ditentukan
alirannya bervariasi secara langsung dengan kecepatan, sedang headnya,
bervariasi terhadap kuadrat kecepatannya, dan dayanya bervariasi terhadap
pangkat tiga kecepatannya. Hukum penskalaan ini berguna un tuk
memperkirakan pengaruh perubahan kecepatan pompa ketika terdapat
sejumlah data dari pengujian pompa ketika pompa yang diperoleh dioperasikan
pada kecepatan tertentu.
Pada kasus khusus kedua, kita tertarik untuk mempelajari bagaimana
pengaruh terhadap karakteristik pompa jika terjadi perubahan diameter
impeller, D, dari suatu keluarga pompa yang mempunyai keserupaan geometri,
dan beroperasi pada suatu kecepatan tertentu. Sesuai dengan Persamaan
50
66) bahwa pada koefisien aliran yang sama dengan ω1 = ω2
73)
74)
Dan
̇
̇
75)
51
ticlak akurat jika pengujian dilakukan pada model pompa yang memakai air
untuk memperkirakan unjuk kerja suatu prototipe pompa yang memakai
fluida dengan kekentalan tinggi, seperti minyak, sebab pada bilangan Reynolds
yang lebih kecil dengan menggunakan aliran minyak, sifat fisik fluida yang
terkait berbeda dengan aliran dengan bilangan Reynolds yang tinggi pada
air.
7. Kecepatan Spesifik
Suku pi dapat diperoleh dengan mengeliminasi diameter D di antara
koefisien aliran dan koefisien kenaikan tekanan. Hal ini dilakukan dengan
menaikkan koefisien aliran sampai mendekati pangkat (1/2) dan hasilnya dibagi
dengan koefisien head yang dinaikkan ke pangkat lain yang cocok (3/4)
sehingga
⁄
( ⁄ ) √
= 77)
( ) ⁄ ( ) ⁄
Nsd ini dinyatakan dalam satuan yang umum digunakan di Amerika Serikat.
Nilai umum N sd berada pada rentang 500 < N sd < 4000 untuk pompa
sentrifugal. N s dan Nsd mempunyai arti fisik yang sama, tetapi besarnya
dibedakan melalui suatu konstanta faktor konversi (Nsd = 2773 Ns) di mana
ω dalam Persamaan 77) dinyatakan dalam rad/s.
52
Setiap keluarga atau kelas pompa mempunyai rentang harga kecepatan
spesifik tertentu yang berkaitan dengan keluarga atau kelasnya masing-masing.
Maka, pompa dengan kapasitas aliran rendah dan karakteristik head tinggi,
akan mempunyai kecepatan spesifik yang lebih rendah dibandingkan dengan
pompa dengan kapasitas aliran tinggi dan karakteristik head rendah. Konsep
kecepatan spesifik sangat berguna untuk para ahli teknik dan desainer, karena
jika head, kapasitas aliran, dan kecepatan yang diperlukan telah dapat
ditentukan, kita dapat memilih secara tepat (lebih efisien) tipe pompa
cocok untuk keperluan tertentu. Pada saat kecepatan spesifik, Nsd, naik
diatas 2000, efisiensi puncak pompa sentrifugal dengan aliran yang sepe
nya radial mulai menurun, dan harus dipilih tipe lain dengan desain
pompa yang lebih efisien. Selain pompa sentrifugal yang banyak
digunakan adalah pompa aliran-aksial. Pompa aliran-aksial arah aliran
sebagian besar sejajar dengan poros putar dibandingkan dengan arah radial
seperti pada pompa sentrifugal. Pompa aliran-aksial pada dasarnya mempunyai
kapasitas besar, head rendah, oleh karena itu mempunyai kecepatan spesifik
besar (Nsd > 9000) dibanding dengan pompa sentrifugal. Pompa aliran
campuran menggabungkan ciri- ciri/sifat pompa aliran-radial dan aksial, dan
mempunyai kecepatan spesifik setengahnya. Gambar 2.26 menunjukkan
bagaimana perubahan kecepatan spesifik jika konfigurasi pompa berubah dari
sentrifugal atau radial ke aksial.
53
di mana ha dalam Persamaan 77) telah diganti dengan net positive suction head
yang diperlukan (NPSH R). Parameter tak berdimensi ini berguna untuk
menentukan kondisi operasi yang diperlukan pada sisi hisap pompa. Adalah
benar bahwa untuk kecepatan spesifik, Ns, nilai Ss pada umumnya digunakan
untuk efisiensi puncak. Untuk keluarga pompa yang mempunyai keserupaan
geometri, Ss sebaiknya mempunyai nilai tetap. Jika nilai ini diketahui, maka
NPSHR dapat diperkirakan untuk pompa lain dalam satu keluarga yang sama
yang beroperasi pada harga ω dan Q berbeda.
( )√ ( )
[ ( )] ⁄
80)
Untuk pompa hisap ganda kapasitas buang, Q, pada Persamaan 80) adalah
setengah kapasitas buang totalnya.
Nilai tipikal S sd berada pada rentang 7000 sampai 12.000. Jika Ssd
dispesifikasikan, Persamaan 80) dapat digunakan untuk memperkirakan
NPSHR pada suatu kumpulan kondisi operasi yang ditentukan. Namun demikian,
perhitungan ini pada umumnya hanya memberikan nilai perkiraan bagi NPSHR,
dan penentuan NPSHR yang sesungguhnya untuk suatu pompa tertentu
sebaiknya dibuat melalui pengukuran langsung kapanpun hal itu dimungkinkan.
Catatlah bahwa Ssd = 2733 Ss di mana ω dinyatakan dalam rad/s untuk
Persamaan 80).
54
dihubungkan secara seri. Panjang, diameter dan koefisien gesekan masing-
masing pipa adalah L1, L2, L3; D1, D2, D3 dan f1, f2, f3.
82)
Pada kedua titik, tinggi tekanan adalah H1 dan H2, dan kecepatan V1=
V2= 0 (tampang aliran sangat besar), sehingga persamaan di atas menjadi:
H = h f1 + h f2 + h f3 83)
Dengan menggunakan persamaan Darcy-Weisbach, persamaan (83)
55
menjadi:
84)
( ) 85)
( ) 86)
( ) 87)
Contoh 1
Kolam A dan B dengan beda tinggi muka air 25 m (kolam A lebih tinggi
dari kolam B) dihubungkan oleh serangkaian pipa 1, 2, dan 3 yang dihubungkan
secara seri. Pipa 1 (D1=30", L1=600 m, f1=0,016; pipa 2 (D2=20”,
56
L2=400 m, f 2 =0,014); pipa 3 (D3=24", L3=450 m, f3 = 0,18).
Kehilangar tinggi tenaga sekunder diabaikan.
1. Tentukan debit pipa
2. Tentukan tekanan pada titik-titik sambung pipa jika jarak antara
muka air pada kedua kolam den sumbu pipa 10 m (rangkaian
pipa dianggap lurus)
3. Tentukan panjang pipa ekivalen (terhadap pipa terpanjang)
Persamaan tenaga,
( ) ( )
( )
Atau
Q = 1,006 m3/d
57
Tekanan di titik C dan E dapat dihitung berdasar tinggi tekanan di titik C
dan E (jarak vertikal dari kedua titik tersebut terhadap garis tekanan).
( )
( )
( )
( )
Tekanan di titik E:
=10 + y – ( )
58
atau
( )
( )
( )
( ) ( ) ( )
= 4802,76 m
Q = Ql + Q2 + Q3 88)
( ) 89)
Persamaan energi
H = hfl = hf2= hf3 90)
91)
59
Gambar 2.29. Pipa hubungan paralel
Panjang pipe ekivalen ditentukan dengan cara yang same seperti pads hubungan serI.
Dari persamaan (86) di dapat :
⁄
⁄
√ ( )
⁄
⁄
√ ( )
⁄
⁄
√ ( )
⁄
⁄
√ ( )
Contoh 2
Air dipompa dari kolam A ke kolam B melalui pipa 1 (D 1 = 24", L1=
60
450m) yang kemudian bercabang menjadi pipa 2 (D2 =12", L2 = 600m) dan
pipa 3 (D 3 = 18", L3 = 600 m). Pompa terletak pada kolam A dan muka air
kolam B berada 60 m di atas muka air kolam A. Koefisien gesekan (f) untuk
semua pipa 0,02. Debit aliran 300 l/d.
1. Tentukan panjang pipa ekivalen terhadap pipa 1
2. Daya pompa dalam tenaga kuda (efisiensi pompa 75 %)
3. Debit masing-masing pipa bercabang
Penyel esaian
Karakteristik pipa :
L3 = 450m D 3 = 1 8" = 0 ,4 5 72 m f 3 = 0, 02
Atau
61
Bagian pipa yang mempunyai hubungan paralel (pipa 2 dan 3) diganti
oleh pipa ekivalen terhadap pipa 1. Pipa ekivalen dihitung dengan menggu -
nakan persamaan (92).
⁄ ⁄ ⁄
* + * + * +
Le = 1361,2 m
Le total = L1 + Le = 1811,2 m
( )
( )
Tinggi tekanan efektif :
H = HS + hf = 60 + 3,2 = 63,2 m
Daya pompa :
=337,1 hp
62
sebut adalah Q = 300 l/d. Kehilangan tenaga pada masing-masing pipa yang
mempunyai hubungan pararel adalah sama.
hfe = hf2 = hf3
( ) =2,4049 m
( )
( )
Atau
( )
didapat :
Q3 = 0,22012 m3/d= 220,12 l/d
Dalam pertanyaan 3 di atas hitungan dilakukan berdasarkan pipa
ekivalen. Untuk menghitung debit aliran bisa juga menggunakan sistem pipa
yang ada. Berikut ini diberikan cara hitungan tersebut.
hf2 = hf3
63
( ) ( )
atau
Q2 = 0,363 Q3
Persamaan kontinuitas:
Q1 = Q2 + Q3
0,3 = 0,363 Q3 + Q3
Debit pipa 2:
( )
( )
( )
( )
J. Pipa bercabang
Sering suatu sistem pipa menghubungkan tiga atau lebih kolam.
Gambar 2.31. menunjukkan suatu sistem pipa bercabang yang
menghubungkan tiga buah kolam. Akan dicari debit aliran melalui tiap-tiap
pipa yang menghubungkan ketiga kolam tersebut apabila panjang, diameter,
macam pipa (kekasaran k) diberikan dan rapat massa serta kekentalan zat
cair diketahui. Garis tekanan akan berada pada muka air di tiap-tiap kolam,
64
dan akan bertemu pada satu titik di atas titik cabang T. Debit aliran
melalui tiap pipa ditentukan oleh kemiringan garis tekanan masing-masing.
Arah aliran adalah sama dengan arah kemiringan (penurunan) garis tenaga.
Persamaan kontinyuitas pada titik cabang, yaitu aliran menuju titik cabang
T harus sama dengan yang meninggalkan T. Pada gambar tersebut terlihat
bahwa aliran akan keluar dari kolam A dan masuk ke kolam C. Aliran keluar
atau masuk ke dalam kolam B tergantung pada sifat pipa 1 dan 2 serta
elevasi muka air kolam A, B, dan. C. Persamaan kontinyuitas adalah salah satu
dari kedua bentuk berikut
Q1 = Q 2 + Q 3 93)
atau
Q1 + Q 2 = Q 3 94)
yang tergantung apakah elevasi garis tekanan di titik cabang lebih besar atau
lebih kecil dari pada elevasi muka air kolam B. Persamaan berlaku apabila
elevasi garis tekanan di T lebih tinggi dari elevasi muka air kolam B, dan apabila
sebaliknya berlaku persamaan. Prosedur hitungan adalah sebagai berikut ini.
1. Anggap garis tekanan di titik T mempunyai elevasi hT.
2. Hitung Q1, Q2, dan Q3 untuk keadaan tersebut.
3. Jika persamaan kontinyuitas dipenuhi, maka nilai Q1, Q 2, dan Q 3
adalah benar.
4. Jika aliran. menuju T tidak sama dengan aliran meninggalkan T, dibuat
anggapan bare elevasi garis tekanan di T, yaitu dengan menaikkan garis
tekanan. di T apabila aliran masuk lebih besar dari pads aliran keluar
65
dan menurunkannya apabila aliran masuk lebih kecil dari aliran keluar.
5. Ulangi prosedur tersebut sampai dipenuhinya persamaan kontinyuitas.
Persamaan energi :
95)
96)
97)
Persamaan kontinuitas
Q1 + Q2 = Q3 98)
Dari persamaan di atas, jika zA, zB, dan sifat-sifat pipa diketahui maka hT, Q1,
Q2, dan Q3 dapat dihitung.
Contoh 3
Diketahui pipa bercabang seperti yang ditunjukkan dalam gambar
di bawah. Ujung pipa D terbuka ke udara luar (tekanan atmosfer). Data
pipa adalah L 1 =2440 m, D l =610 mm; L 2 =1200m,D 2 =406 mm; L3=1220m,
D3=350 mm nilai f semua pipa adalah sama yaitu 0,029. Berapakah debit
masing-masing pipa.
Penyelesaian
66
Gambar 2.32. Pipa bercabang
Pemisalan I
Dianggap elevasi garis tekanan di C sama dengan elevasi muka air di B. Jadi
aliran ke atau dari kolam B adalah nol.
hf2 = 0
h c = elevasi garis tekanan di C — elevasi D= ZB
( )
didapat :
67
atau
Q2=0
hf3 = hC = 27,4m
( )
didapat :
Q3 = 0,157 m3/d
Pemisalan II
Elevasi garis tekanan di C adalah 193,0 m (pemisalan sembarang)
hf3 = hC = 30,4m
68
⁄ ⁄
( )
* + * +
= 0,166 m 3 /d
Pemisalan III
Pemisalan berikutnya dilakukan dengan cara interpolasi berdasarkan
hasil hitungan pada pemisalan I dan II dengan menggunakan gambar 3.33.,
yang merupakan hubungan antara Q1 (ordinat) dan Q1 — (Q2 + Q3) (absis).
( )
didapat :
x = 0,017
69
Dengan diketahui Q1 maka dapat dihitung hf1,
( )
( )
Debit pipa 2:
⁄ ⁄
( )
* + * +
⁄ ⁄
( )
* + * +
Pemisalan IV
Pemisalan berikutnya dilakukan dengan interpolasi seperti pada pemi-
salan ketiga, yaitu berdasarkan hasil hitungan pada pemisalan II dan III.
x = 0,025
Q1 = 0,231 +x = 0,256 m3 /d
70
Gambar 2.34. Interpolasi untuk menentukan pemisalan debit
hf1 = 4,537 m
h f2= hc — zB = 2,163 m
Q 2 = 0,09 1 m 3 /d
hf3 = hC = 29,563 m
didapat :
Q3 = 0,163 m3/d
Persamaan kontinuitas :
Q1 — (Q2 + Q3) = 0,001 ≈ 0 (sudah dipenuhi)
Jadi :
Q1 = 0,256 m 3 /d ; Q2 = 0,091 m3 /d; Q3 = 0,163 m3 /d
K. Jaringan pipa
Pemakaian jaringan pipa dalam bidang teknik sipil terdapat pad a sis-
71
tem jaringan distribusi air minum. Sistem jaringan ini merupakan bagian
yang paling mahal dari suatu perusahaan air minum. Oleh karena itu harus
dibuat perencanaan yang teliti untuk mendapatkan sistem distribusi yang
efisien. Jumlah atau debit air yang disediakan tergantung pada jumlah pen-
duduk dan macam industri yang dilayani.
Analisis jaringan pipa ini cukup rumit dan memerlukan perhitungan
yang besar, oleh karena itu pemakaian komputer untuk analisis ini akan me-
ngurangi kesulitan. Untuk jaringan kecil, pemakaian kalkulator untuk hi-
tungan masih bisa dilakukan. Ada beberapa metoda untuk menyelesaikan
perhitungan sistim jaringan pipa, diantaranya adalah metoda Hardy Cross
dan metoda matriks. Dalam buku ini hanya akan dibahas metode Hardy
2. Aliran masuk ke dalam tiap-tiap titik simpul harus sama dengan aliran
yang keluar.
∑Qi= 0 99)
3. Jumlah aljabar dari kehilangan tenaga dalam satu jaringan tertutup harus
72
sama dengan nol.
∑hf= 0 100)
hf = k Qm 101)
dengan m tergantung pada rumus gesekan pipa yang digunakan, dan
koefisien k tergantung pada rumus gesekan pipa dan karakteristik pipa.
Sebenarnya nilai pangkat m tidak selalu konstan, kecuali bila pengaliran
berada pada keadaan hidraulis kasar, yang sedapat mungkin dihindari. Akan
tetapi karena perbedaan kecepatan pada masing-masing pipa tidak besar,
maka biasanya nilai m dianggap konstan untuk semua pipa. Sebagai contoh
untuk rumus Darcy-Weisbach,
Dengan
73
6. Pada tiap jaring diadakan koreksi debit ∆Q, supaya kehilangan tinggi te-
naga dalam jaring seimbang. Adapun koreksinya adalah sebagai berikut
∑
|
102)
∑|
∑hf = 0
∑
∑| |
Untuk jaringan pipa yang cukup besar hitungan dilakukan dengan komputer, tetapii
untuk jaringan kecil/sederhana dapat menggunakan kalkulator.
74
Gambar 2.36. Jaringan pipa
Contoh 4
Sebuah jaringan pipa seperti tergambar. Hitung besar debit dan arahnya pada
tiap-tiap pipa bila m = 2.
Penyelesaian
Langkah pertama yang harus dilakukan untuk menyelesaikan soal tersebut
adalah menentukan secara sebarang debit aliran melalui setiap pipa
berdasarkan persamaan kontinuitas. Pada setiap titik simpul, debit aliran
menuju dan meninggalkan titik tersebut adalah sama. Sebagai contoh, pada
titik simpul A, debit menuju titik A adalah 100. Berdasarkan hukum kontinuitas
debit meninggalkan titik A (melalui pipa AB dan AC) harus sama dengan 100,
yang dalam hal ini dipilih (sebarang) 70 dan 30. Dengan cara yang sama
ditentukan debit aliran melalui pipa-pipa lainnya, seperti yang diberikan dalam
gambar 2.37.
Debit aliran yang ditetapkan dalam langkah pertama ini merupakan debit
pendekatan yang biasanya belum benar, sehingga diperlukan koreksi guna
memperbaiki debit tersebut yang akhirnya sampai pada debit yang benar. Untuk
itu jaringan pipa dibagi menjadi sejumlah jaring tertutup sedemikian sehingga
tiap pipa termasuk dalam paling sedikit satu jaring.
75
Gambar 2.37. Jaringan pipa
Dalam soal ini jaringan pipa dibagi menjadi dua yaitu jaring I (ABC) dan II
(BCD). Koreksi debit dihitung dengan rumus (102). Hitungan dilakukan dengan
menggunakan tabel untuk jaring I dan II, dan berdasarkan pada suatu titik
yang berada di dalam suatu jaringan. Aliran yang searah perputaran jarum jam
(terhadap titik di dalam jaringan) diberi tanda posisip dan yang berlawanan
diberi tanda negatip. Hitungan dalam tabel dilakukan secara berurutan
mulai dari aliran yang searah jarum jam. Sebagai contoh dalam jaring I, aliran
melalui pipa AB dan BC adalah searah perputaran jarum jam, sedang aliran
melalui pipa AC berlawanan. Oleh karena itu hitungan dalam jaring I diurutkan
dari pipa AB, BC dan AC. Kemudian dihitung nilai kQ2 dan | |untuk masing-
masing pipa, dan selanjutnya dihitung jumlah aljabar dari kedua nilai tersebut,
sehingga akhirnya dapat dihitung koreksi debit ∆Q. Dengan cara yang sama
dihitung koreksi debit untuk jaring II. Dalam soal tersebut didapat ∆QI = 13
dan ∆QII = –5. Kedua nilai tersebut kemudian dikoreksikan pada debit
pemisalan pertama.
Pendekatan I
Pipa kQ2 2 kQ
AB 2x 702 = 9800 2x2x70 = 280
BC 1x352 = 1225 2x1x35 = 70
CA 4x 302 = –3600 2x 4x30 = 240
∑kQ2 = 7425 ∑| | = 590
76
Jaring II
DC 1x352 = -1225 2 x l x 3 5 = 70
CB 1x352 = -1225 2 x l x 3 5 = 70
Koreksi debit :
Nilai AQl adalah positip. Agar supaya debit aliran yang searah dan
berlawanan perputaran jarum jam seimbang, maka aliran positip (AB
dan BC) harus dikurangi sedang aliran negatip ditambah dengan nilai ∆Q.
Dengan demikian nilai AQ I mempunyai arah berlawanan dengan perputaran
jarum jam (gambar 2.37). Koreksi debit juga dilakukan dengan cara yang
sama untuk jaring II. Untuk pipa BC yang merupakan anggota dari jaring I
dan II, aliran harus dikoreksi dengan Koreksi debit ∆QI dan ∆QII. Gambar
2.38. memberikan debit yang telah dikoreksi.
Prosedur hitungan seperti di atas diulangi lagi untuk mendapatkan de-
bit aliran yang lebih baik. Setelah dilakukan tiga kali pendekatan, akhirnya
diperoleh nilai ∆Q kecil ( < 5 % debit terkecil), sehingga hitungan dapat
dihentikan. Hasil akhir adalah aliran yang telah dikoreksi dengan nila i
AQJ dan AQII yang terakhir, dan diberikan dalam gambar 2.39.
77
Jaring I
Pipa kQ2 [2kQ]
AB 2x572 = 6498 2x2x57 = 228
BC 1x172 = 289 2 x 1 x 1 7 = 34
CA 4 x 432=7396 2x4x43 = 334
∑kQ2= -609 ∑| |=
6(6
Jaring II
Pipa kQ2 [ 2kQ]
CB 1x172 =-289 2 x 1 x 1 7 = 34
Koreksi debit :
Pendekatan ke 3
Jaring 1
78
Jaring II
Pipa kQ 2 I2kQI
BD 5 x 17 2 = 1445 2 x 5 x 17 = 170
DC 1 x 332=-1089 2 x 1 x 33 = 16
CB 1 x 212=-441 2 x 1 x 2 1 = 42
∑kQ2=1089
lx33 85 ∑| |= 278
lx212 —441
Koreksi debit
Jadi debit dan arah aliran adalah seperti terlihat dala gambar 2.39.
79
Latihan
1. Tegangan geser di dalam, fluida yang mengalir di antara dua pelat sejajar yang
tetap (a) adalah konstan pada seluruh penampang; (b) adalah nol pada pelat dan
meningkat secara linear sampai ke titik-tengah; (c) bervariasi secara parabolis
pada penampang; (d) adalah nol di bidang-tengah dan berbanding lurus dengan
jarak dari bidang-tengah dan berbanding lurus dengan jarak dari bidang tengah;
(e) adalah tiada di antara, jawaban-jawaban ini.
2. Distribusi kecepatan untuk aliran di antara dua pelat sejajar yang tetap (a)
adalah konstan pada seluruh penampang, (b) adalah nol pada pelat dan
meningkat secara linear sampai ke bidang-tengah; (c) bervariasi secara
parabolik pada penampang ; (d) sebanding dengan jarak dari titik-tengah yang
dipangkatkan satu setengah; (e) adalah tiada di antara jawaban-jawaban ini.
80
60 m di atas ujung pipa A. Debit aliran adalah 500 l/d. Hitung daya turbin apabila
efisiensinya 90 % dan koefisien gesekan f= 0,020.
4. Air dari waduk dialirkan melalui pipa pipa sepanjang 1500 m untuk memutar
turbin. Elevasi muka air di waduk adalah 100 m di atas elevasi ujung pipa yang
dihubungkan dengan turbin. Debit aliran adalah 0,1 m3/d dan koefisien gesekan f =
0,015. Jika diharapkan daya yang dihasilkan turbin minimal adalah 100 hp, berapakah
diameter pipa ? Efisiensi turbin 90 %.
81
BAB III
TEORI LAPISAN BATAS
81
Gambar 3.1 (a) Detil utama dari lapisan batas. (b) Pemilihan dari sumbu
koordinat
dengan ketepatan cukup, lapisan bebas akan memperlihatkan ciri seperti daftar
di bawah.
1. Suatu lapisan batas akan terbentuk pada kedua sisi plat. Dalam
Gamb. 3.1(a) hanya ditunjukkan pada satu sisi plat untuk
menyederhanakan penggambaran.
2. Kecepatan fluida dalam lapisan batas adalah nol pada plat dan
meningkat sampai harga maksimum V. pada OQ. Hukum yang
mdngUasai distribusi kecepatan melintasi lapisan batas adalah
berbeda untuk dua daerah A dan C. Untuk semua keperluan praktis
kecepatan dalam lapisan batas dapat dianggap sejajar dengan plat.
3. Ketebalan lapisan batas adalah sangat kecil dibandingkan dengan
panjangnya oleh sebab itu Skala y harus sangat diperbesar untuk
memperoleh gambaran yang berproporsi baik.
4. Tiga daerah yang berbeda, A, B dan C akan terbentuk. Dalam A aliran
adalah laminer, dalam B merupakan transisi antara A dan C dan dalam C
akan turbulen.
5. Dalam semua persoalan aliran normal perluasan dari daerah A, yang
aliran di dalamnya laminer, adalah sangat pendek dan daerah B
biasanya lebih pendek. Untuk beberapa persoalan praktis kemudian
aliran dapat dipikirkan sebagai aliran turbulen di sepanjang lapisan
batas keseluruhan dengan sedikit ketidaktepatan;meskipun ini sangat
benar hanya kalau ketebalan dari lapisan batas adalah sangat kecil
82
dibandingkan dengan panjangnya L, dan plat.
6. Bilangan Reynolds dapat didefinisikan yang mempunyai harga kritis
antara sekitar 4 x 105 dan 2 x 106 yang di dalamnya aliran berubah dari
laminer ke turbulen.
Plat datar memberikan tahanan pada aliran sehingga menimbulkan
kerugian momentum pada arus. Jelasnya, platnya juga menderita gaga
yang sesuai dan biasanya ini disebut gesekan kulit. Dalam daerah A
gesekan kulit disebabkan oleh tegangan geser disebabkan viskositas
fluida sedangkan dalam daerah C disebabkan oleh tegangan Reynolds
yang dihubungkan dengan turbulensi. Persamaan matematis yang
menjelaskan aliran dalam kedua daerah adalah sangat berbeda
satu sama lain. Untuk aliran laminer tegangan gesernya
dimana μ adalah koefisien viskositas dinamik dan adalah gradien kecepatan
lapisan batas. Dalam daerah lapisan batas.
Dalam daerah turbulen rumus yang sama dapat dipakai asalkan μ
didefinisikan kembali sebagai viskositas ulakan(eddy viscosity).
7. Ketebalan lapisan batas meningkat dengan bertambahnya jarak ke hilir
dari 0 yaitu δ meningkat dengan bertambahnya x.
8. Kalau platnya halus dapat ditemukan bahwa sub-lapisan laminer
terbentuk di antara plat dan aliran turbulen dalam daerah C ; terlalu
tipis untuk digambarkan pada sketsa. Kalau plat tidak terlalu halus
sub-lapisan laminer tetap dapat terbentuk tergantung pada derajat
kekasarannya. Sebagai contoh, dalam percobaan biasanya kekasaran
ditirukan dengan menempelkan butiran pasir pada permukaan plat;
kemudian kalau diameter dari butirannya, kurang dari ketebalan sub-
lapisan laminer akan tetap terbentuk dan plat akan berkelakuan
sebagaimana kalau dia halus. Tetapi kalau kekasaran (atau diameter
butiran) lebih besar dari ketebalan sub-lapisan, sehingga tersimbul ke
luar, maka titik yang tinggi akan menimbulkan ulakan dan plat dapat
dianggap kasar. Sublapisan laminer menipis kalau Re meningkat.
Konsekwensinya, setiap plat dapat berperilaku sebagai halus maupun
kasar tergantung pada bilangan Reynolds.
9. Meskipun pekerjaan dalam buku berikut didasarkan pada kejadian dari
plat datar dalam arus seragam. Tetapi penjelasan utama di sini dibuat
untuk aliran pipa, karena dalam pengaruhnya, pipa dapat dibayangkan
sebagai plat datar yang dibungkuskan melingkar sampai bersambungan
sendiri, dan banyak dari data empiris yang menonjol dalam teori plat
datar didapatkan dari percobaan pada aliran pipa.
10. Dalam teori lapisan batas adalah normal untuk membuat anggapan
bahwa
tekanan adalah seragam di sepanjang lapisan batas -dan
fluida dianggap berperilaku sebagai tidak kompresibel.
83
B. Ketebalan lapisan batas
Harus diingat bahwa δ meningkat kalau y meningkat sehingga kalau
ketebalan lapisan batas dibicarakan, secara tidak langsung menunjukkan bahwa
harga khusus dari δ sesuai dengan satu harga dari y (yang tidak dapat
dispesifikasikan).
Distribusi kecepatan melintasi lapisan batas tidak dapat diukur sampai
ketepatan tinggi karena lapisan batas sangat tipis dan karena kecepatan dalam
lapisan batas yang mendekati harga maksimum V ∞ asimtotis, maka harga
sebenarnya dari δ pada setiap harga y yang diberikan adalah tidak
didefinisikan dengan baik. Sehingga seringkali didefinisikan secara tidak tetap
sebagai jarak dari batas ke titik dengan kecepatan dalam lapisan batas mendekati
99 persen dari harga puncaknya,V∞, dan harga ini ditunjukkan dan dinamakan
sebagai δ 99 dalam Gambar. 3.2.
Tiga pengukuran lain yang berhubungan dengan ketebalan lapisan batas
adalah ketebalan perpindahan, ketebalan energi dan ketebalan momentum.
Kecepatan aliran,
Gambar 3.2. (a) Distribusi kecepatan untuk aliran turbulen dalam suatu batas. δd dan
δ99 adalah parmeter untuk ketebalan lapisan batas; (b) Distribusi kecepatan dalam
lapisan batas laminer dengan distribusi kecepatan “turbulen” yang ditunjukan dengan
titik-titik perbandingan.
v, dalam lapisan batas adalah di mana saja kurang dari kecepatan arus
beban, V ∞, dan diikuti bahwa dengan adanya plat datar, maka (a) arus
utama dipindahkan sedikit oleh lapisan batas, (b) timbul kerugian murni dari
energi kinetik dalam sistem dan (c) terdapat kerugian murni dari momentum.
84
C. Persamaan momentum untuk lapisan batas
Sifat dasar dan karakteristik dari lapisan batas telah diuraikan dalam
halaman sebelumnya dan pembaca akan memahami bahwa pertumbuhan
dari lapisan batas di sebelah hilir harus disertai dengan perlambatan dari
aliran di dalamnya. Satu-satunya gaya yang bekerja pada lapisan batas
adalah gesekan kulit dan gaya yang disebabkan variasi tekanan dalam aliran
di atas plat. Dalam bagian ini dianggap bahwa tekanan pada plat adalah
seragam dan dengan demikian satu-satunya gaya yang ditinjau adalah
gesekan kulit. Ini dipersamakan dengan kecepatan perubahan momentum
fluida yang melalui daerah NOPQ, lihat Gambar 3.3. (a). OP terletak di
sepanjang plat datar, PQ adalah ketebalan lapisan batas, δ, pada jarak x
dari O, ON adalah jarak sepanjang sumbu y sedemikian sehingga aliran
memotongnya (misalnya diukur dalam m 2 /det. tiap meter lebar) adalah
sama dengan aliran melalui PQ clan garis lengkung NQ adalah garis arus
yang menghubungkan N dan Q ; yaitu tidak ada komponen aliran yang
memotongnya. Selanjutnya, aliran yang ditinjau adalah tiap satuan lebar dari
saluran.
Karena kecepatan aliran yang sama terjadi pada ON dan kecepatan di sana
adalah V∞, kecepatan perubahan momentum pada ON = ∫ .
Lapisan batas adalah sangat tipis dan akibatnya anggapan dapat dibuat kembali
bahwa v, yang bervariasi di sepanjang lapisan batas, adalah di mana saja sejajar
dengan OP. Karena satu-satunya gaya yang bekerja pada plat adalah gesekan kulit,
F (tiap satuan lebar), harus sama dengan kehilangan momentum, yaitu
85
∫ ∫ ∫ ( ) ∫ ( )
Atau ∫ ( ) 3)
Persamaan yang penting ini adalah persamaan momentum untuk lapisan batas. Untuk
menyelesaikannya, v/V∞ harus dinyatakan dalam y. Ini dilakukan di bawah untuk
lapisan batas laminer dan turbulen berturut-turut, dan pernyataan untuk F
diperoleh. Harus juga dicatat bahwa F = p V∞ 2 δ m . dengan δ m = ketebalan
momentum.
( ) ( ) 4)
( ) 5)
∫ ( )dy
∫ * ( ) ( ) + dy
* +
6b)
86
2. Lapisan batas turbulen
Banyak penyelidikan yang menunjukan bahwa, untuk bilangan
Reynolds antara sekitar 5 x 10 6 dan 2 x 10 7 , distribusi kecepatan dapat
digambarkan dengan ketepatan yang cukup oleh hukum pangkat sepertujuh,
yaitu :
⁄
⁄
( ) dengan 7)
Maka, ∫ ( )
⁄ ⁄
∫ ( )
⁄ ⁄
[ ]
8)
∫ 9)
T 0, adalah tegangan geser yang timbul dalam fluida pada y = 0, yaitu pada
batasnya, dan dapat digambarkan dengan persamaan
, - 10)
87
1. Lapisan batas laminer
11)
12)
( )dimana
( )
dan ( )
Karena F= 0 kalau y= 0, , -
13)
88
Karena δ= 0kalau x= 0, maka konstanta integrasi C = 0
Jadi, ( ) dimana
yang merupakan persamaan teoritis untuk permukaan dari lapisan batas laminer.
( )
∫ ( ) dengan
( )
( ) ( )
Yaitu
89
15)
a. Pendahuluan
Pada bab ini kita akan meninjau berbagai aspek dari aliran yang melalui benda-
benda yang terendam di dalam fluida. Contoh-contohnya mencakup aliran
udara di sekitar pesawat terbang, mobil, clan gumpalan salju yang turun,
atau aliran air di sekitar kapal selam dan ikan. Dalam situasi seperti ini benda-
benda tersebut dikelilingi seluruhnya oleh fluida dan alirannya disebut
sebagai aliran luar.
seperti halnya bidang-bidang lain dari mekanika fluida, dua pendekatan (teoretis
dan eksperimental) digunakan untuk memperoleh informasi mengenai gaya-gaya
fluida yang terbentuk oleh aliran luar. Teknik teoretis (meliputi kajian analitis
90
dan numerik) dapat memberikan banyak informasi yang diperlukan
mengenai aliran-aliran serupa itu. Namun demikian, karena kompleksitas
persamaan pengaturnya dan kompleksitas dari bentuk geometrik benda yang
terlibat, banyaknya informasi yang diperoleh secara teoretis murni sangat
terbatas. Dengan kemajuan saat ini dan yang akan datang di bidang komputasi
mekanika fluida, tampaknya prediksi komputer mengenai gaya-gaya dan pola
aliran yang rumit akan dapat lebih cepat diperoleh.
Kebanyakan informasi mengenai aliran luar berasal dari eksperimen-
eksperimen yang dilakukan, sebagian besarnya, pada model-model yang, diskala
dari benda sebenarnya. Pengujian tersebut menggunakan pengujian terowongan
angin dari model-model pesawat terbang, bangunan-bangunan dan bahkan
seluruh kota. Dalam beberapa hal, justru benda sebenarnya bukannya model,
yang diuji di terowongan angin. Gambar 3.4 menunjukkan pengujian kendaraan
di dalam terowongan angin. Mobil, sepeda, dan berbagai objek lain yang
performanya lebih baik telah dihasilkan dari pengujian di terowongan angin ini.
Penggunaan terowongan air dan tangki towing juga memberikan informasi yang
berguna mengenai aliran di sekitar kapal dan benda-benda lainnya.
G A M B A R 3.4 (a) Aliran melewati sebuah mobil ukuran penuh di dalam terowongan
angin laboratorium aerodinamika GM, dengan penampang uji berukuran 18 x 34 ft
yang digerakkan oleh fan berdiameter 43 ft dan daya 4000 hp) (b) Aliran permukaan
pada sebuah model kendaraan seperti yang diindikasikan oleh tuft yang dipasangkan
pada permukaan.
Dalam bab ini kita akan meninjau karakteristik dari aliran luar yang melewati
berbagai benda. Kita akan mengkaji aspek-aspek kualitatif dari aliran-aliran
serupa itu dan mempelajari cara menentukan berbagai gaya pada benda yang
dikelilingi oleh cairan Sebuah benda yang terendam di dalam fluida yang
bergerak mengalami gaya-gaya resultan akibat interaksi antara benda dengan
fluida di sekelilingnya. Dalam beberapa situasi (seperti pesawat yang terbang
melewati udara yang diam), fluida yang berada jauh dari benda berada dalam
91
keadaan diam dan benda tersebut bergerak melalui fluida dengan kecepatan U.
Dalam situasi lainnya (seperti angin yang bertiup melewati sebuah bangunan),
benda dalam keadaan diam dan fluida mengalir melewati benda tersebut dengan
kecepatan U. Pada kasus manapun, kita dapat menetapkan sistem koordinat
pada benda
Gambar 3.5 Klasifikasi aliran: (a) dua dimensi (b) simetri sumbu,
(c) tiga dimensi
92
Klasifikasi lain dari bentuk benda dapat tergantung pada apakah benda
tersebut dibuat mulus mengikuti garis arus (streamlined) atau tumpul.
Karakteristik aliran sangat tergantung pada seberapa banyak bagian yang
dibuat mulus tersebut. Secara umum, benda-benda streamlined (seperti airfoil,
mobil balap, dan lain-lain.) memiliki pengaruh kecil pada fluida yang
mengelilinginya, dibandingkan dengan pengaruh yang dimiliki benda tumpul
(misalnya, parasut, gedung-gedung, dan lain-lain.) pada fluida. Biasanya, tapi
tidak selalu, akan lebih mudah untuk mendorong sebuah benda streamlined
melewati suatu fluida daripada mendorong sebuah benda tumpul yang
ukurannya sama agar bergerak dengan kecepatan yang sama. Terdapat
beberapa pengecualian penting untuk aturan dasar ini.
Jika bilangan Reynolds cukup besar, hanya fluida di dalam lapisan batas relatif
tipis pada pelat yang akan merasakan efek dari pelat. Artinya, kecuali di daerah dekat
pelat, kecepatan aliran pada dasarnya akan sebesar V= U i, yaitu kecepatan hulu.
Untuk pelat datar dengan panjang tak terhingga yang membentang dari x = 0
sampai x=∞, tidaklah jelas bagaimana mendefinisikan bilangan Reynolds karena
tidak ada panjang karakteristik. Pelat tidak memiliki ketebalan dan panjangnya
tidak terbatas!
Untuk pelat dengan panjang tertentu, jelas bahwa panjang pelat ℓ, dapat
digunakan sebagai panjang karakteristik. Untuk pelat dengan panjang tak terhingga.
93
Gambar 3.1. Distorsi dari partikel fluida ketika mengalir didalam lapisan batas
kita menggunakan x, jarak koordinat sepanjang pelat dari ujung depan, sebagai
panjang karakteristik dan mendefinisikan bilangan Reynolds sebagai Rex = Ux/v.
Jadi, untuk fluida atau kecepatan hulu apapun, bilangan Reynolds akan cukup
besar untuk aliran tipe lapisan batas (yaitu Gambar 3.2c) jika pelat cukup
panjang. Secara fisik, hal ini berarti bahwa situasi aliran yang diilustrasikan
dalam Gambar 3.2c dapat dianggap terjadi pada pelat yang sama, tetapi harus
dipandang dengan melihat pada bagian yang lebih panjang dari pelat dengan
menjauhi pelat untuk melihat aliran dalam Gambar 3.2a, 3.2b dan 3.2c.
Gambar 3.2. Karakter aliran viskos, tunak melewati sebuah plat datar sejajar
terhadap kecepatan hulu: (a) aliran dengan bilangan reynolds rendah (b) aliran
dengan bilangan reynolds sedang (c) aliran dengan bilangan Reynolds besar
Jika pelat cukup panjang, bilangan Reynolds Re = Uℓ/v juga cukup besar
sehingga aliran tersebut menyerupai karakteristik lapisan batasnya (kecuali
sangat dekat dengan ujung depan). Perincian dari medan aliran di dekat ujung
94
depan hilang dari pengamatan kita, karena kita berdiri sangat jauh dari pelat
sehingga kita tidak dapat membuat perincian ini. Untuk skala ini (Gambar 3.2c)
pelat mempunyai efek yang dapat diabaikan pada fluida di depan pelat.
Keberadaan pelat dirasakan hanya di dalam lapisan batas yang relatif tipis
dan di daerah olakan. Seperti yang dijelaskan sebelumnya, Prandtl pada tahun
1940 adalah orang yang pertama kalinya menghipotesiskan konsep seperti itu.
Hal ini menjadi salah satu titik balik yang besar dalam analisis mekanika fluida.
Suatu pemahaman yang lebih baik dari struktur aliran lapisan batas dapat
diperoleh dengan meninjau apa yang terjadi pada sebuah partikel fluida yang
mengalir ke dalam lapisan batas. Seperti ditunjukkan dalam Gambar 3.1,
sebuah partikel segiempat kecil mempertahankan bentuk aslinya ketika mengalir
di dalam aliran seragam di luar lapisan batas. Ketika partikel itu memasuki
lapisan batas, partikel tersebut mulai terdistorsi karena gradien kecepatan di
dalam lapisan batas bagian atas partikel mempunyai kecepatan yang lebih besar
daripada bagian bawahnya. Partikel fluida tidak berotasi ketika mengalir
sepanjang bagian luar lapisan batas, namun akan mulai berotasi ketika
melewati batas semu permukaan lapisan batas dan mulai memasuki kawasan
aliran viskos. Aliran tersebut dikatakan tak berotasi (irotasional) di luar lapisan
batas dan berotasi (rotasional) di dalam lapisan batas.
Pada suatu jarak di hilir dari ujung depan, aliran lapisan batas menjadi
turbulen dan partikel fluida menjadi sangat terdistorsi karena sifat acak dan tak
beraturannya turbulensi. Salah satu sifat yang mencirikan aliran turbulen adalah
terjadinya percampuran tak beraturan dari partikel-partikel fluida yang
ukurannya berkisar mulai dari partikel-partikel fluida paling kecil sampai yang
seukuran dengan benda yang dibahas. Untuk aliran laminar, percampuran terjadi
hanya pada skala molekuler. Skala molekuler ini besarnya lebih kecil daripada
ukuran yang khas untuk percampuran aliran turbulen. Transisi dari aliran laminar
ke turbulen terjadi pada nilai kritis bilangan Reynolds, Re xcr, sekitar 2 x 105
sampai 3 x 106, tergantung pada kekasaran permukaan dan besarnya
turbulensi pada aliran hulu.
Tujuan dari lapisan batas pada pelat adalah untuk memungkinkan fluida
berubah kecepatannya dari nilai U di hulu menjadi nol pada pelat. Jadi V= 0
pada y = 0 dan V ≈ U i pada y= δ dengan profit kecepatan, u = u(x,y)
Gambar 3.3 Ketebalan lapis batas (a) ketebalan lapis batas standar; (b) Ketebalan
perpindahan lapisan batas.
95
sepanjang ketebalan lapisan batas. Dalam kenyataannya (baik secara
matematik dan fisika, tidak terdapat "tepian" yang tajam dari lapisan batas.
Artinya u -> U ketika kita semakin jauh dari pelat; tidaklah tepat benar u= U pada
y = δ. Kita mendefinisikan ketebalan lapisan batas, δ, sebagai, jarak dari pelat di
mana kecepatan fluida telah mencapai suatu nilai sembarang, yang tertentu
dibandingkan kecepatan hulunya. Biasanya, sebagaimana ditunjukkan dalam
Gambar 3.3a ditetapkan
δ* = y di mana u = 0,99 U
Untuk menghilangkan ketidakpastian dalam penentuan tersebut (apa
istimewanya 99%, mengapa tidak 98%?), definisi-definisi berikut diperkenalkan.
Ditunjukkan dalam Gambar 3.3b dua profil kecepatan untuk aliran yang melewati
sebuah pelat datar yang satu adalah jika tidak terdapat viskositas (sebuah profil
seragam) dan yang lainnya adalah jika terdapat viskositas dan tidak ada slip pada
dinding (profil lapisan batas). Karena berkurangnya kecepatan sebesar U—u di
dalam lapisan batas, laju aliran melintasi b-b kurang dari yang melintasi bagian
a-a. Namun demikian, jika kita memindahkan pelat pada bagian a-a dengan
besar yang tepat δ*, yang disebut sebagai ketebalan perpindahan lapisan batas,
laju aliran di setiap bagian akan sama.
Hal ini akan berlaku jika
∫ ( )b dy
di mana b adalah lebar pelat. Jadi,
∫ ( ) 1)
Sebuah definisi lain dari ketebalan lapisan batas yaitu ketebalan momentum
lapisan batas, Θ, sering digunakan ketika menentukan drag dari sebuah
benda. Lagi-lagi karena berkurangnya kecepatan U—u di dalam lapis batas, fluks
momentum melintasi bagian b—b di dalam Gambar 3.3 kurang dari yang
melintasi bagian a—a. Kekurangan fluks momentum dari aliran lapisan batas
aktual diberikan oleh
∫ ( ) ∫ ( )
96
yang menurut definisi adalah fluks momentum di sebuah lapisan yang
berkecepatan seragam dan tebalnya Θ. Artinya,
∫ ( )
Atau
∫ ( ) 2)
Ketiga definisi ketebalan lapisan batas, , dan digunakan dalam analisis
lapisan batas.
Konsep lapisan batas didasarkan pada kenyataan bahwa lapisan batas
ini tipis. Pada aliran pelat datar hal ini berarti bahwa pada suatu lokasi sepanjang
pelat, δ << x. Sama halnya, << x dan θ << x . Sekali lagi, halini benar jika kita
tidak berada terlalu dekat dengan ujung depan pelat (yaitu tidak lebih dekat dari
Rex = Ux/v = 1000).
Struktur dan sifat dari aliran lapisan batas tergantung pada apakah
alirannya laminar atau turbulen. Seperti yang diilustrasikan pada Gambar 3.4 dan
dibahas pada subbab C, ketebalan lapisan batas dan tegangan geser dinding
kedua-duanya berbeda-beda dalam dua rezim aliran ini.
97
y dari gaya fluida pada elemen luas kecil sebesar dA adalah
dF x= (p dA) cos θ + (τw dA) sin θ
dan
Gambar 3.6. Gaya-gaya dari fluida di sekeliling pada sebuah benda dua
dimensi: (a) gaya tekanan, (b) gaya viskos, (c) gaya resultan (lift dan drag)
Gambar 3.7. Gaya tekanan dan gaya geser pada sebuah elemen kecil dari
permukaan sebuah benda
∫ ∫ ∫ 3.1)
∫ ∫ ∫ 3.2)
Tentu saja untuk melakukan pengintegralan dan menentukan lift dan drag,
kita harus mengetahui bentuk benda (yaitu, θ sebagai suatu fungsi dari lokasi di
98
sepanjang benda) dan distribusi dari τw dan ρ di sepanjang permukaan. Distribusi-
distribusi ini seringkali sangat sulit didapatkan, baik secara eksperimental maupun
secara teoretis. Distribusi tekanan dapat diperoleh secara eksperimental tanpa
banyak kesulitan dengan menggunakan serangkaian tap tekanan statik sepanjang
permukaan benda. Di sisi lain, biasanya sangat sulit untuk mengukur distribusi
tegangan geser dinding.
Meskipun Persamaan 3.1 dan 3.2 berlaku untuk benda apapun, kesulitan
dalam pemakaiannya terletak pada bagaimana mendapatkan distribusi
tegangan geser dan tekanan yang sesuai pada permukaan benda. Banyak
sekali upaya telah dilakukan dalam menentukan besaran-besaran ini, tetapi
karena berbagai kerumitan yang terlibat, informasi mengenai hal tersebut
hanya tersedia untuk beberapa situasi sederhana.
Tanpa informasi terperinci yang berkaitan dengan distribusi tegangan geser dan
tekanan pada sebuah benda, Persamaan 3.1 dan 3.2 tidak dapat digunakan.
Alternatif yang banyak digunakan adalah dengan mendefinisikan koefisien lift
dan drag yang tak berdimensi dan menentukan nilai-nilai perkiraannya dengan
cara-cara baik menggunakan analisis yang disederhanakan, atau dengan
beberapa teknik numerik, atau eksperimen yang sesuai. Koefisien lift, CL, dan
koefisien drag, CD, didefinisikan sebagai:
Dan
di mana A adalah luas karakteristik dari benda. Biasanya, A ditetapkan sebagai luas
frontal luas proyeksi yang dilihat oleh orang yang memandang benda dari suatu
arah yang sejajar dengan kecepatan hulu, U. Luas itu adalah luas bayangan dari
benda yang diproyeksikan pada sebuah layar yang tegak lurus dengan kecepatan
99
hulu yang dibentuk dengan sebuah cahaya yang bersinar sepanjang aliran hulu.
Dalam situasi lainnya A ditetapkan sebagai luas planform luas proyeksi yang
dilihat oleh seorang pengamat yang memandang benda dari sebuah arah
tegak lurus terhadap kecepatan hulu (yaitu "dari atas" benda tersebut). Jelas,
luas karakteristik yang digunakan dalam definisi dari koefisien-koefisien lift dan
drag harus dinyatakan dengan jelas.
3.3)
dan CD adalah fungsi dari parameter tak berdimensi lainnya seperti bilangan
Reynolds, Re, bilangan Mach, Ma, bilangan Froude, Fr, dan kekasaran relatif, ε/ℓ.
Artinya,
CD= Ø (bentuk, Re, Ma, Fr, ε/ℓ)
Karakter dari CD sebagai fungsi dari parameter-parameter ini dibahas dalam
Subbab ini.
100
Drag Gesekan
Drag gesekan, Df, adalah bagian dari drag yang langsung disebabkan oleh
tegangan geser, τw, pada benda. Drag ini bukan hanya merupakan fungsi dari
besar tegangan geser dinding, tetapi juga arah orientasi permukaan di mana gaya
tersebut bekerja. Hal ini ditunjukkan dengan faktor τw sin θ dalam Persamaan
3.1. Jika permukaan sejajar dengan kecepatan hulu, seluruh gaya geser
berkontribusi langsung terhadap drag. Hal ini berlaku untuk pelat datar
sejajar dengan aliran seperti yang dibahas dalam Subbab b. Jika permukaan tegak
lurus terhadap, kecepatan hulu, tegangan geser tidak memberikan kontribusi
apapun terhadap drag. Hal ini terjadi pada pelat datar yang tegak lurus
terhadap kecepatan hulu seperti yang dibahas dalam Subbab b.
Secara umum, permukaan sebuah benda akan terdiri dari bagian yang
sejajar dan tegak lurus terhadap aliran hulu, dan juga pada arah di antaranya.
Silinder bundar adalah salah satunya. Karena fluida-fluida yang umum
viskositasnya kecil, kontribusi dari gaya geser terhadap drag keseluruhan pada
benda seringkali sangat kecil. Pernyataan seperti ini seharusnya disajikan dalam
suku-suku tak berdimensi. Hal ini karena bilangan Reynolds untuk aliran-aliran
yang lazim sangat besar, persentase drag yang disebabkan langsung oleh
tegangan geser seringkali sangat kecil. Namun demikian, untuk benda-benda yang
sangat streamlined atau untuk aliran dengan bilangan Reynolds rendah, sebagian
besar drag mungkin disebabkan oleh drag gesekan.
Drag gesekan pada pelat datar dengan lebar b dan panjang ℓ yang
sejajar dengan aliran hulu dapat dihitung dengan
di mana CDf adalah koefisien drag gesekan. Nilai dari CDf diberikan sebagai fungsi
dari bilangan Reynolds, Reℓ = ρ U ℓ /μ, dan kekasaran relatif, ε/ ℓ, di dalam
gambar 3.8 dan tabel 3.1 adalah hasil dari analisis lapisan batas dan
eksperimen-eksperimen.
101
Gambar 3.8 Koefisien drag gesek untuk sebuah pelat datar yang sejajar dengan aliran
hulu
Drag Tekanan
Drag tekanan, Dp, adalah bagian dari drag yang langsung disebabkan oleh
tekanan, p, pada sebuah benda. Drag ini sering disebut sebagai drag bentuk,
karena ketergantungan yang sangat kuat pada bentuk dari benda. Drag tekan
adalah fungsi dari besarnya tekanan dan orientasi arah elemen permukaan dima
na gaya tekanan tersebut bekerja. Sebagai contoh, gaya tekanan pada kedua
sisi pelat datar sejajar aliran mungkin saja sangat besar, tetapi gaya tersebut
tidak berkontribusi pada drag karena gaya tersebut bekerja pada arah tegak
lurus terhadap kecepatan hulu. Sebaliknya, gaya tekanan pada pelat datar
102
yang tegak lurus aliran menyebabkan keseluruhan drag.
Seperti yang telah disinggung sebelumnya, pada sebagian besar benda, terdapat
bagian pada permukaan yang sejajar dengan aliran hulu, dan yang lainnya tegak
lurus terhadap, kecepatan hulu, dan sebagian besar lainnya pada orientasi arah
dengan sudut di antaranya. Drag tekanan dapat juga diperoleh dari Persamaan 3.1
jika terdapat gambaran terperinci dari distribusi tekanan dan bentuk benda yang
diberikan. Artinya,
Yang dapat dituliskan kembali dalam koefisien drag tekanan, C Dp, sebagai
∫ ∫
103
Data dan Contoh-contoh Koefisien Drag
Seperti yang telah dibahas dalam subbab sebelumnya, drag netto
dihasilkar oleh efek tekanan dan tegangan geser. Dalam banyak hal, kedua
efek ini ditinjau bersamaan, dan sebuah koefisien drag keseluruhan, CD seperti
yang didefinisikan dalam Persamaan 3.3 digunakan. Terdapat banyak sekali data
koefisien drag seperti itu di berbagai literatur. Informasi ini meliputi aliran viskos
tak mampu-mampat dan mampu-mampat yang melewati hampir berbagai
bentuk benda baik bentuk-bentuk yang dibuat manusia atau bentuk-bentuk
alamiah. Dalam Subbab ini, kita akan meninjau sebagian kecil dan informasi ini
untuk situasi-situasi yang mewakili.
Ketergantungan Bentuk. Jelas bahwa koefisien drag untuk berbagai
benda tergantung pada bentuk dari benda tersebut, dengan bentuk yang
berkisar mulai dari benda yang streamlined sampai benda yang tumpul. Drag
pada elips dengan aspek rasio ℓ/D, di mana D dan ℓ adalah ketebalan dan
panjang yang sejajar dengan aliran, mengilustrasikan ketergantungan ini.
Koefisien drag C D = D / (ρ U 2bd/2), berdasarkan luas frontal, A = bd, di
mana b adalah panjang normal terhadap aliran seperti yang ditunjukkan
dalam Gambar 3.9. Semakin tumpul benda, semakin besar koefisien drag.
Dengan ℓ/D = 0 (yaitu sebuah pelat datar tegak lurus terhadap aliran) kita
memperoleh nilai CD untuk pelat datar = 1,9. Dengan ℓ/D = 1, nilai yang berkaitan
untuk sebuah silinder bundar diperoleh. Dengan semakin membesarnya ℓ/D,
nilai dari CD semakin berkurang.
Untuk aspek rasio yang sangat besar (ℓ/D ---> ∞) elips berperilaku
seperti sebuah pelat datar yang sejajar terhadap aliran. Untuk kasus seperti
itu, drag gesekan lebih besar daripada drag tekanan, dan nilai CD berdasarkan luas
frontal A = bd akan meningkat dengan meningkatnya ℓ/D. (Hal ini terjadi untuk
nilai ℓ/D yang lebih besar dibandingkan dengan yang ditunjukkan dalam
gambar.) Untuk benda yang sangat tipis itu (yaitu elips dengan ℓ/D ---> ∞,
sebuah pelat datar atau airfoil yang sangat tipis) biasanya menggunakan luas
planform, A = b ℓ dalam mendefinisikan koefisien drag. Tambahan pula, luasan di
mana tegangan geser bekerja adalah luas planform, dan bukannya luas frontal
yang jauh lebih kecil (untuk benda tipis). Koefisien drag elips berdasarkan luas
planform, CD = D/(ρU2 bl/2), juga ditunjukkan dalam Gambar 3.9. Jelaslah drag
yang diperoleh dengan menggunakan koefisien-koefisien drag yang manapun,
hasilnya akan sama. Hal tersebut semata-mata hanya mewakili dua cara berbeda
untuk menyatakan informasi yang sama.
Banyaknya bagian yang dibuat streamline dapat memberikan pengaruh
yang besar terhadap drag. Sulit dipercaya bahwa drag pada kedua benda dua-
dimensi yang digambar dalam Gambar 3.10 sama. Lebar dari olakan untuk
strut streamlined sangat tipis, dalam orde yang sama seperti yang dihasilkan oleh
silinder bundar yang berdiameter jauh lebih kecil.
104
Gambar 3.9. Koefisien drag untuk elips dengan luas karakteristik berupa luas frontal,
A= bd atau luas planform, A= bℓ
Gambar 3.10. Dua benda yang ukurannya sangat jauh berbeda namun
memiliki gaya drag yang sama; (a) silinder bundar C D= 1,2; 9b) strut
streamlined, C D = 0,12
105
D= C μ ℓ U 3.4)
di mana nilai dari konstanta C tergantung pada bentuk dari benda. Jika kita
menempatkan Persamaan 3.4 ke dalam bentuk tak berdimensi menggunakan
definisi standar dari koefisien drag, kita mendapatkan
Tabel 3.2 Koefisien drag untuk bilangan reynolds kecil (Re= ρUD/μ, A= πD 2/4)
106
Aliran dengan bilangan Reynolds sedang cenderung untuk memiliki
struktur aliran lapisan batas. Untuk aliran seperti itu yang melewati benda-benda
streamlined, koefisien drag cenderung untuk sedikit berkurang dengan
meningkatnya bilangan Reynolds. Ketergantungan CD ~ Re-1/2 untuk lapisan batas
laminar pada pelat datar (lihat Tabel 3.1) adalah salah satu contohnya. Aliran
dengan bilangan Reynolds sedang dan melewati benda-benda tumpul pada
umumnya menghasilkan koefisien drag yang relatif konstan. Nilai CD untuk bola
dan silinder bundar yang ditunjukkan dalam Gambar 3.11a menunjukkan
karakter ini dalam kisaran 103 < Re < 105.
Struktur dari medan aliran pada beberapa bilangan Reynolds ditunjukkan
dalam Gambar 3.11a ditunjukkan dalam Gambar 3.11b. Untuk benda yang
ditentukan terdapat berbagai variasi dari situasi aliran, tergantung pada
bilangan Reynolds yang terlibat. Untuk banyak bentuk, terdapat perubahan
mendadak dari karakter koefisien drag apabila lapisan batasnya menjadi
turbulen. Hal ini diilustrasikan dalam Gambar 3.8 untuk pelat datar dan dalam
Gambar 3.11 untuk bola dan silinder bundar. Bilangan Reynolds di mana
transisi ini berlangsung adalah fungsi dari bentuk benda.
Untuk benda-benda streamlined, koefisien drag meningkat apabila
lapisan batas menjadi turbulen karena sebagian besar drag disebabkan oleh gaya
geser, yang lebih besar untuk aliran turbulen daripada aliran laminar. Sebaliknya,
koefisien drag pada benda yang relatif tumpul, seperti bola atau silinder bundar,
pada kenyataannya berkurang apabila lapisan batas menjadi turbulen.
Gambar 3.11. (a) koefisien drag sebagai fungsi dari bilangan reynolds untuk silinder
bundar licin dan bola licin
107
Gambar 3.11. (b) (lanjutan) Pola aliran yang khas dari aliran yang melewati
sebuah silinder bundar pada berbagai bilangan Reynolds seperti yang
ditunjukan pada (a)
Gambar 3.12. Karakter dari koefisien drag sebagai fungsi dari bilangan reynolds
untuk benda-benda dengan berbagai tingkat streamlining, dari sebuah plat
datar tegak lurus terhadap aliran hulu sampai pelat datar sejajar dengan aliran
(aliran dua dimensi)
108
Hal ini ditunjukkan dalam Gambar 3.11 dengan penurunan mendadak dari CD
untuk 105 < Re < 106. Dalam kisaran ini, drag aktual (bukan hanya koefisien drag)
berkurang seiring dengan meningkatnya kecepatan. Akan sangat sulit sekali
untuk mengendalikan aliran yang tunak dari benda seperti itu dalam kisaran ini
peningkatan kecepatan memerlukan penurunan thrust (drag). Dalam kisaran
bilangan Reynolds lainnya, drag meningkat dengan meningkatnya kecepatan
hulu (meskipun CD mungkin berkurang dengan Re)
Untuk benda yang sangat tumpul, seperti sebuah pelat datar yang tegak
lurus aliran, separasi aliran terjadi pada tepian dari pelat bagaimanapun sifat
aliran lapisan batasnya. Jadi, koefisien drag menunjukkan ketergantungan
yang lemah pada bilangan Reynolds.
Koefisien drag untuk serangkaian benda dua-dimensi dengan ketumpulan
yang bervariasi diberikan sebagai fungsi bilangan Reynolds dalam Gambar 3.12.
Karakteristik yang digambarkan di atas adalah buktinya.
Gambar 3.13 koefisien drag sebagai fungsi dari bilangan mach untuk benda dua
dimensi dalam aliran subsonik
Adanya efek bilangan Mach memperumit masalah karena koefisien drag untuk
benda tertentu kemudian menjadi fungsi dari bilangan Reynolds dan bilangan
Mach —CD = Ø (Re, Ma). Efek bilangan Mach dan bilangan Reynolds seringkali
berhubungan dekat karena keduanya secara langsung sebanding dengan
kecepatan hulu. Sebagai contoh, Re dan Ma meningkat dengan meningkatnya
kecepatan terbang sebuah pesawat terbang. Perubahan dari C D karena
109
perubahan U disebabkan oleh perubahan dari Re dan Ma.
Ketergantungan yang lebih tepat dari koefisien drag terhadap Re dan Ma
secara umum agak rumit. Namun demikian, penyederhanaan berikut sering
dibenarkan. Untuk aliran dengan bilangan Mach rendah, koefisien drag pada
dasarnya tidak tergantung pada Ma seperti ditunjukkan dalam Gambar 3.13.
Untuk situasi ini, jika Ma < 0,5, efek kemampumampatan tidak penting.
Sebaliknya, untuk aliran dengan bilangan Mach yang lebih besar, koefisien
drag dapat sangat tergantung pada Ma, dengan efek bilangan Reynolds hanya
menjadi sekunder.
Untuk kebanyakan benda, nilai dari C D meningkat secara dramatis di
sekitar Ma = 1 (aliran sonik). Perubahan karakter ini, ditunjukkan oleh Gambar
3.14, disebabkan oleh adanya gelombang-gelombang kejut (suatu daerah
yang sangat sempit di dalam medan aliran di mana parameter aliran yang
melintasinya berubah hampir secara diskontinu).
Karakter koefisien drag sebagai fungsi dari bilangan Mach berbeda
pada benda-benda tumpul dibandingkan benda-benda lancip. seperti di-
tunjukkan dalam Gambar 3.14, benda-benda yang lancip menghasilkan
koefisien drag maksimumnya di sekitar daerah Ma = 1 (aliran sonik),
sementara koefisien drag untuk benda tumpul meningkat dengan Ma jauh di
atas Ma = 1. Perilaku ini disebabkan oleh sifat dari struktur gelombang kejut dan
separasi aliran yang menyertainya. Ujung depan dari sayap pesawat udara
subsonik seringkali dibulatkan dan tumpul, sementara pesawat super sonik
cenderung dibuat lancip.
Gambar 3.14 koefisien drag sebagai fungsi dari bilangan Mach untuk aliran
supersonik
110
Informasi lebih lanjut lagi mengenai topik penting ini dapat dijumpai pada buku
teks standar mengenai aliran mampumampat dan aerodinamika.
Kekasaran Permukaan. Seperti ditunjukkan dalam Gambar 3.8, drag pada
sebuah pelat datar sejajar dengan aliran sangat tergantung pada kekasaran
permukaan, jika aliran lapisan batasnya turbulen. Dalam kasus seperti itu,
kekasaran permukaan menembus ke dalam sublapisan laminar yang ber
sebelahan dengan permukaan dan mengubah tegangan geser dinding. Di
samping peningkatan tegangan geser turbulen, kekasaran permukaan dapat
mengubah bilangan Reynolds ketika aliran lapisan batas menjadi turbulen. Jadi,
pelat datar yang kasar mungkin mempunyai bagian yang lebih besar dari
panjangnya yang diliputi oleh lapisan batas turbulen daripada yang terdapat
pada pelat yang licin. Hal ini juga menyebabkan, meningkatnya drag netto pada
pelat.
Gambar 3.15 Efek dari kekasaran permukaan pada koefisien drag pada sebuah
bola dalam kisaran bilangan Reynolds di mana lapisan batas laminer menjadi
turbulen.
111
Hal ini diilustrasikan pada sebuah bola dalam Gambar 3.15. Apabila bilangan
Reynolds mencapai nilai kritis (Re = 3 x 105 untuk bola licin), lapisan batas
menjadi turbulen dan daerah olakan di belakang bola menjadi cukup
menyempit daripada jika alirannya laminar. Hasilnya adalah suatu penurunan
yang cukup besar dari drag tekanan dengan sedikit kenaikan dari drag
gesekan, yang bila digabungkan memberikan drag (dan CD) keseluruhan yang
lebih kecil.
Lapisan batas dapat dibuat turbulen pada bilangan Reynolds yang lebih
kecil dengan menggunakan bola yang permukaannya dikasarkan. Sebagai contoh
bilangan Reynolds kritis untuk sebuah bola golf kira-kira Re = 4 x 104. Dalam
kisaran 4 x 10 4 < Re < 4 x 10 5, drag pada bola golf dengan kekasaran standar
jauh lebih sedikit (CD kasar/CDhalus = 0,25/0,5 = 0,5) dibandingkan pada bola
mulus.
112
gelombang bow, yang sering merupakan kontributor utama dari drag
gelombang, dapat dikurangi dengan menggunakan bentuk desain yang tepat dari
bulb pada bow, seperti yang ditunjukkan pada Gambar 3.16. Dalam hal ini benda
streamlined (lambung tanpa bulb) memiliki drag yang lebih besar daripada yang
tidak streamlined.
Drag Benda Komposit. Perkiraan perhitungan drag untuk benda
kompleks seringkali dapat diperoleh dengan memperlakukan benda sebagai,
kumpulan dari berbagai bagiannya. Sebagai contoh, drag pada pesawat terbang
dapat diperkirakan dengan menjumlahkan drag yang dihasilkan oleh berbagai
komponennya—sayap, fuselage, bagian ekor, dan seterusnya. Perhatian penuh
harus diberikan dalam menggunakan pendekatan seperti itu karena adanya
interaksi antara berbagai bagian. Sebagai contoh, aliran yang melewati akar
sayap (di dekat pertemuan antara sayap - fuselage) sangat berubah oleh
adanya fuselage.
Gambar 3.16 Data koefisien drag yang khas sebagai fungsi dari bilangan Froude
dan karakteristik lambung kapal untuk bagian drag yang disebabkan oleh
timbulnya gelombang.
Karena itu, bisa jadi tidak terlalu tepat dengan semata-mata menjumlahkan drag
dari komponen-komponen untuk mendapatkan drag dari seluruh benda,
meskipun pendekatan serupa itu seringkali cukup memadai.
Drag aerodinamika pada mobil sering menjadi contoh suatu benda
komposit. Daya yang dibutuhkan untuk menggerakkan sebuah mobil
sepanjang jalan digunakan untuk mengatasi hambatan gelinding dan drag
aerodinamika. Untuk kecepatan di atas kira-kira 30 mph, drag aerodinamika
memberikan kontribusi yang penting terhadap gaya propulsif netto yang
dibutuhkan. Kontribusi drag karena berbagai bagian dari mobil (bagian depan.
113
kaca depan, atap, bagian belakang, dan lain-lain) telah ditentukan dengan
berbagai model dan pengujian ukuran penuh dan juga perhitungan numerik. Kini
kita dapat memperkirakan drag aerodinamika pada mobil dengan berbagai
jenis bentuk.
Seperti ditunjukkan dalam Gambar 3.17, koefisien drag untuk
mobil telah semakin berkurang secara terus menerus dari tahun ke
tahun. Pengurangan ini merupakan hasil dari perancangan yang sungguh-
sungguh pada bentuk dan perincian (seperti cetakan jendela, kaca spion, dan
lain-lain). Pengurangan drag tambahan telah dilakukan dengan suatu
pengurangan luas proyeksi. Hasil nettonya adalah peningkatan yang besar
dari efisiensi bahan bakar, terutama sewaktu kendaraan berjalan dengan
kecepatan tinggi.
Efek dari beberapa parameter yang penting (bentuk, Re, Ma, Fr dan
kekasaran) terhadap koefisien drag untuk berbagai benda telah dibahas dalam
Subbab ini. Seperti telah dinyatakan sebelumnya, informasi mengenai
koefisien drag untuk berbagai jenis benda telah tersedia dalam literatur.
Beberapa informasi ini diberikan dalam Gambar 3.18, 3.19 dan 3.20 untuk
berbagai benda-benda dua dan tiga dimensi yang alamiah maupun buatan
manusia.
Ingat kembali bahwa koefisien drag sama dengan yang dihasilkan oleh tekanan
dinamik yang bekerja pada daerah dengan luas A. Artinya, D= 1/2ρU2ACD= ½ ρU2
A jika CD= 1. Benda-benda yang tidak streamlined pada umumnya mempunyai
koefisien drag pada tingkatan ini.
114
Gambar 3.18 Beberapa koefisien drag untuk benda-benda tiga dimensi
beraturan
115
dirancang untuk menghasilkan lift. Sedangkan sebagian benda lainnya dirancang
untuk mengurangi timbulnya lift. Sebagai contoh, lift pada sebuah mobil
cenderung, mengurangi gaya kontak antara roda dengan tanah, yang
menyebabkan pengurangan dari traksi dan kemampuan berbelok. Perancang
mobil selalu berusaha mengurangi lift seperti ini.
Lift dapat ditentukan dari Persamaan 3.2 jika distribusi tekanan dan tegangan
geser dinding di sekitar benda diketahui. Data seperti itu biasanya tidak
diketahui. Biasanya, lift diberikan dalam bentuk koefisien lift.
Bilangan Froude, Fr, menjadi penting hanya jika terdapat permukaan bebas,
seperti sebuah "sayap" di bawah air yang digunakan untuk menopang sebuah
kapal hidrofoil berkecepatan tinggi. Seringkali kekasaran permukaan, ε, relatif
tidak penting dalam kaitan dengan lift–kekasaran tersebut lebih mempunyai efek
pada drag. Bilangan Mach, Ma, penting dalam aliran-aliran subsonik yang
relatif sangat cepat dan dalam aliran supersonik (yaitu jika Ma > 0,8), dan efek
bilangan Reynolds sering kali tidak besar. Parameter yang paling penting yang
mempengaruhi koefisien lift adalah bentuk benda. Banyak upaya telah dilakukan
dalam merancang secara optimal bentuk-bentuk peralatan yang menghasilkan
lift.
116
Gambar 3.19. Beberapa koefisien drag untuk benda-benda tiga dimensi
beraturan
Peralatan penghasil lift yang paling umum (airfoil, fan, spoiler pada
mobil, dan lain-lain) bekerja dalam kisaran bilangan Reynolds yang besar di mana
aliran mempunyai sebuah sifat lapisan batas, dengan efek viskos yang terbatas
pada lapisan batas dan daerah olakan. Dalam kasus seperti itu, tegangan
geser dinding, τw hanya sedikit memberikan kontribusi terhadap lift.
Kebanyakan lift berasal dari distribusi tekanan permukaan. Suatu distribusi
tekanan yang khas pada mobil yang bergerak ditunjukkan dalam Gambar
3.21. Distribusi tersebut, pada sebagian besar bagiannya, konsisten dengan
analisis persamaan Bernoulli yang sederhana. Lokasi dengan aliran
berkecepatan tinggi (di atas atap dan kap) mempunyai tekanan kecil, sementara
117
Gambar 3.20 Beberapa koefisien drag untuk benda-benda tiga dimensi
beraturan
118
Gambar 3.21. Distribusi tekanan pada permukaan mobil
119
Gambar 3.22. Airfoil simetris dan nonsimetris
Data koefisien lift dan drag biasa sebagai fungsi dari sudut serang, α, dan
rasio aspek, A, ditunjukkan dalam Gambar 3.23a dan 3.23b. Rasio aspek
didefinisikan sebagai rasio dari kuadrat panjang sayap terhadap luas planform,
A= b2/A. Jika panjang chord, c, adalah konstan sepanjang panjang sayap (sayap
dengan planform segiempat), maka rasio aspek berubah menjadi A= b/c.
Secara umum koefisien lift meningkat dan koefisien drag berkurang
seiring dengan peningkatan rasio aspek. sayap yang panjang lebih efisien
karena kerugian ujung sayap relatif lebih kecil daripada sayap pendek.
Peningkatan drag karena panjang yang tertentu (A < ∞) dari sayap seringkali
disebut sebagai drag induksi. Drag tersebut disebabkan oleh interaksi dari
struktur aliran berpusar yang kompleks di dekat ujung sayap (wing tip) (lihat
Gambar 3.27). Pesawat yang terbang dengan kinerja tinggi dan burung yang
terbang dengan efisiensi tinggi (misalnya burung albatros dan camar laut)
mempunyai sayap yang panjang dan sempit. Namun demikian, sayap-sayap
seperti itu mempunyai inersia yang besar yang menyulitkan manuver secara
cepat. Jadi pesawat tempur atau pesawat akrobatik dan burung-burung yang
dapat bermanuver sangat tinggi (misalnya elang) mempunyai sayap-sayap
dengan rasio aspek kecil.
120
Gambar 3.23 Data koefisien lift dan drag yang khas sebagai fungsi dari sudut
serang dan rasio aspek airfoil (a) koefisien lift (b) koefisien drag
121
berkinerja tinggi menghasilkan lift yang mungkin 100 kali (atau lebih) lebih besar
daripada dragnya. Hal ini ditunjukkan dengan fakta bahwa di udara yang
diam airfoil ini mampu melayang pada jarak horizontal sejauh 100 m untuk
penurunan ketinggian 1 m.
Gambar 3.24. Dua cara penyajian dari data lift dan drag yang sama untuk suatu
jenis airfoil: (a) rasio lift terhadap drag sebagai fungsi dari sudut serang,
dengan mulai terjadinya separasi lapisan batas pada permukaan atas yang
ditunjukan oleh terjadinya stall (b) diagram polar lift dan drag dengan berbagai
sudut serang
Seperti ditunjukkan di atas, lift dan drag pada sebuah airfoil dapat
diubah dengan mengubah sudut serang. Hal ini secara aktual mewakili
perubahan dalam bentuk benda. Perubahan bentuk lainnya dapat digunakan
untuk mengubah lift dan drag apabila diperlukan. Pada pesawat terbang
modern, biasanya digunakan flap pada ujung depan dan ujung belakang
seperti yang ditunjukkan dalam Gambar3.25. Untuk menghasilkan lift yang
diperlukan selama pendaratan yang kecepatannya relatif rendah dan lepas
landas, bentuk airfoil diubah dengan mengembangkan flap-flap khusus pada
bagian depan dan/atau belakang dari sayap. Penggunaan dari flap sangat
meningkatkan lift, meskipun juga meningkatkan drag (airfoil dalam
konfigurasi yang "kotor"). Peningkatan drag tidak banyak menjadi pertimbangan
selama pendaratan dan lepas landas—pengurangan dalam kecepatan
pendaratan atau lepas landas lebih penting ketimbang suatu peningkatan drag
sementara. Selama penerbangan normal, flap-flap ditarik kembali (konfigurasi
"bersih"), dan drag relatif kecil, serta gaya lift yang diperlukan dicapai
122
dengan koefisien lift yang lebih kecil dan tekanan dinamik yang lebih besar
(kecepatan lebih tinggi).
Penggunaan sistem flap yang kompleks untuk pesawat modern telah terbukti
merupakan terobosan yang penting dalam bidang aeronamika. Kenyataannya,
beberapa jenis burung menggunakan konsep flap pada ujung depan. Beberapa
species burung memiliki bulu khusus pada ujung depan dari sayap-sayapnya
yang akan mengembang sebagai flap ujung depan saat penerbangan kecepatan
rendah diperlukan (seperti ketika sayap-sayap burung tersebut mengembang
penuh saat mendarat). Berbagai macam informasi mengenai lift dan drag dari
airfoil dapat dijumpai pada buku-buku aerodinamika standar.
Gambar 3.25 Perubahan lift dan drag yang mungkin dengan menggunakan
berbagai jenis desain flap
123
F. Pengukur laju aliran pipa
Tiga jenis peralatan yang paling umum dipakai untuk mengukur laju aliran. pipa
sesaat adalah orifice meter, nozzle meter, dan venturi meter. Masing-masing
dari alat pengukur ini bekerja berdasarkan prinsip bahwa pengurangan luas
aliran dalam sebuah pipa menyebabkan peningkatan kecepatan yang disertai
dengan penurunan tekanan. Korelasi dari perbedaan tekanan dengan
kecepatan memberikan cara untuk mengukur laju aliran tersebut. Tanpa
adanya pengaruh viskos dan dengan asumsi pipa horizontal, penerapan
persamaan Bernoulli antara titik (1) dan (2) yang ditunjukkan pada Gambar 3.26
memberikan :
( )
√ ρ( )
3.5)
Dan
124
Gambar 3.26 Geometri yang umum dari alat ukur aliran pipa
Gambar 3.27. Tekanan pada titik (2) di dalam vena contracta lebih kecil
daripada tekanan di titik (1). Efek ketidakidealan terjadi karena dua sebab.
Pertama, luas vena contracta, A2, kurang dari luas lubang, A0,, dengan selisih
yang tidak diketahui. Jadi, A2 = Cc Ao, di mana Cc adalah koefisien kontraksi (Cc <
1). Kedua, aliran berpusar dan gerakan turbulen di dekat pelat orifis,
menyebabkan suatu kerugian head yang tidak dapat dihitung secara teoretis.
Jadi, sebuah koefisien discharge orifis, Co digunakan untuk memperhitungkan
efek-efek ini. Artinya,
( )
√ ( )
36)
di mana Ao = πd2/4 adalah luas lubang pada pelat orifis. Nilai dari Co adalah
sebuah fungsi dari 0 = d/D dan bilangan Reynolds Re =ρ VD/μ, di mana V =
Q/A1 Nilai Co yang khas diberikan pada Gambar. 3.28. Perhatikan bahwa nilai Co
tergantung pada konstruksi spesifik orifis meter (yaitu penempatan tap
tekanan, apakah tepi pelat orifis bujur sangkar atau dikontur bevel, dan lain-
lain). Kondisi-kondisi sangat presisi yang mengatur konstruksi orifis meter
standar telah dibuat untuk memberikan akurasi yang sebaik mungkin.
125
Gambar 3.28 Koefisien discharge orifis meter
126
Alat pengukur aliran pipa jenis lainnya dengan prinsip yang sama seperti yang
digunakan pada orifis meter adalah nossel meter, yang tiga variasi bentuknya
ditunjukkan pada Gambar 3.29. Alat ini menggunakan sebuah nossel yang
dikontur (biasanya diletakkan antara flensa dari bagian pipa) sebagai
pengganti sebuah pelat sederhana (yang lebih murah) dengan lubang di
tengahnya seperti pada sebuah orifis meter. Pola aliran yang dihasilkan untuk
nossel meter lebih mendekati ideal dibandingkan aliran orifis meter. Hanya
terdapat sedikit vena contracta dan separasi aliran sekunder yang kurang
kuat, tetapi masih terdapat efek viskos. Hal ini diperhitungkan dengan
menggunakan koefisien discharge nossel, Cn, di mana
( )
√ ( )
37)
dengan An = π d2/4. Seperti pada orifis meter, nilai dari C n adalah fungsi dari rasio
diameter, = d/D, dan bilangan Reynolds, Re = ρ VD/μ . Nilai-nilai khas yang
diperoleh dari eksperimen ditunjukkan dalam Gambar 3.30. Sekali lagi, nilai
yang tepat dari C n , tergantung pada detil spesifik dari desain nosselnya.
Perhatikan bahwa Cn > Co; nossel meter lebih efisien (lebih sedikit energi yang
terbuang) dibandingkan dengan orifis meter.
Alat ukur yang paling teliti dan paling mahal di antara ketiga jenis alat
ukur aliran jenis penghalang (obstruction-type flow meter) adalah Venturi
meter yang ditunjukkan pada Gambar 3.31 (G.B Venturi (1746 - 1822)).
Meskipun prinsip-prinsip pengoperasian dari peralatan ini sama seperti pada
orifis atau nossel meter, geometri dari venturi meter dirancang untuk mengu-
rangi kerugian-kerugian head sekecil-kecilnya. Hal ini dilakukan dengan membuat
suatu pengecilan yang relatif mulus mengikuti garis arus (yang menghilangkan
separasi di depan leher) dan pembesaran secara perlahan di keluaran leher (yang
menghilangkan separasi pada bagian yang mengalami perlambatan). Kebanyakan
kerugian head yang terjadi dalam Venturi meter yang dirancang dengan baik
lebih disebabkan oleh kerugian gesek sepanjang dinding dibandingkan dengan
127
kerugian akibat dari separasi aliran dan gerakan percampuran yang tidak efisien
yang menyertai aliran seperti itu.
Jadi, laju aliran yang melalui sebuah Venturi meter dapat dinyatakan
sebagai
( )
√
( )
di mana AT = πd2/4 adalah luas leher Venturi. Kisaran dari harga Cv, koefisien
discharge Venturi diberikan pada Gambar 3.32. Rasio diameter leher terhadap
pipa ( = d/D), bilangan Reynolds, dan bentuk bagian yang mengecil dan
membesar dari alat ukur adalah parameter-parameter yang mempengaruhi
nilai Cv.
Sekali lagi, nilai yang tepat dari Cn, Co, dan Cv, tergantung pada bentuk
spesifik dari peralatan yang digunakan. Informasi yang cukup banyak mengenai
perancangan, penggunaan dan instalasi dari alat-alat ukur laju aliran standar
dapat ditemukan di buku teks.
128
Alat pengukur laju aliran yang cukup umum, akurat dan relatif tidak
mahal adalah sebuah rotameter, atau pengukur luas variabel seperti yang
ditunjukkan pada Gambar 3.33. Dalam peralatan ini, sebuah benda apung
terdapat di dalam tabung pengukur transparan berbentuk tirus yang dipasang-
kan secara vertikal pada jalur pipa. Ketika fluida mengalir melalui alas ukur ini
(masuk dari permukaan bawah), benda apung akan terangkat di dalam
tabung tirus dan mencapai tinggi kesetimbangan yang merupakan fungsi dari laju
aliran. Ketinggian ini bersesuaian dengan suatu kondisi kesetimbangan di mana
gaya-gaya netto pada benda apung (gaya apung, berat benda apung, dan
hambatan fluida) sama dengan nol. Suatu Skala kalibrasi pada tabung
memberikan hubungan antara posisi benda apung dengan laju aliran.
129
Gambar 3.34 Alat ukur aliran jenis turbin
Alat pengukur laju aliran jenis lain yang sangat berguna adalah turbin
meter seperti yang ditunjukkan pada Gambar 3.34. Sebuah propeler atau
turbin kecil yang dapat berputar secara bebas di dalam turbin meter akan
berputar dengan kecepatan angular yang merupakan fungsi dari (atau hampir
sebanding dengan) kecepatan rata-rata fluida di dalam pipa. Kecepatan
angular ini dibaca secara magnetik dan dikalibrasi untuk memberikan hasil
pengukuran yang akurat dari laju aliran yang melalui alas ukur tersebut.
Dalam banyak hal, perlu diketahui banyaknya (volume atau massa) dari
fluida yang telah mengalir melalui Sebuah pipa selama periode waktu tertentu,
bukannya sekedar laju aliran sesaat. Sebagai contoh, kita ingin mengetahui
berapa gallon bensin yang dipompakan ke dalam tangki mobil kita, bukannya
berapa laju bensin yang mengalir ke dalam tangki. Terdapat berbagai peralatan
untuk mengukur banyaknya (kuantitas) fluida yang memberikan informasi
mengenai itu.
Nutating disk meter seperti yang ditunjukkan pada Gambar 3.35 di-
gunakan secara luas untuk mengukur jumlah air yang digunakan pada sistem air
bersih domestik dan komersial seperti halnya jumlah bensin yang dialirkan ke
dalam tangki bensin mobil. Alat ukur ini hanya terdiri atas satu bagian utama
yang bergerak dan relatif tidak mahal serta akurat. Prinsip kerjanya sangat
sederhana, namun mungkin akan sulit memahami pengoperasiannya tanpa
pertama-tama benar-benar memeriksa dan mengamatinya. Alat ukur ini
130
terdiri dari ruang pengukur dengan sisi-sisi bulat dan bagian atas dan bawah
berbentuk kerucut. Sebuah piringan terpasang pada bola tengah dan membagi
ruang menjadi dua bagian. Piringan dibatasi berada pada sudut yang tidak
tegak lurus terhadap sumbu simetri ruang. Sebuah pelat radial (diafragma)
membagi ruang sedemikian rupa sehingga fluida yang masuk menyebabkan
piringan bergoyang mengangguk-angguk dengan fluida mengalir bergantian
melalui bagian atas atau bawah piringan. Fluida keluar dari ruang setelah
piringan melengkapi satu anggukan, yang bersesuaian dengan
suatu volume fluida tertentu yang melewati ruang. Selama tiap anggukan
piringan tersebut, pin yang terpasang pada ujung dari bola tengah, tegak
lurus terhadap piringan menyelesaikan satu lingkaran. Volume dari fluida yang
melewati alat ukur tersebut dapat ditentukan dengan menghitung jumlah
putaran yang dipenuhi.
131
Gambar 3.36 Alat ukur jenis bellow (a) pengosongan kantong belakang,
pengisian diafragma belakang. (b) Pengisian diafragma depan, pemgosongan
kantong depan. (c) Pengsian kantong belakang, pengosongan diafragma
belakang. (d) Pengosongan diafragma depan, pengisian kantong depan.
katup masuk dan keluar. Pengukur gas alam yang biasa digunakan untuk
keperluan rumah tangga adalah jenis ini. Untuk setiap siklus [(a) sampai (d)]
diketahui sejumlah volume gas yang melewati alat ukur tersebut.
Nutating disk meter (meteran air) adalah sebuah contoh yang sangat
sederhana—bagian bergeraknya dirancang dengan sangat cerdas. Sebaliknya
Bellow meter (meteran gas), relatif lebih rumit—alat ini terdiri dari banyak
komponen bergerak yang saling terhubung. Perbedaan ini disebabkan oleh
penerapannya. Alat ukur yang satu digunakan untuk menangani cairan yang
biasa, aman, dan bertekanan relatif tinggi, sementara yang lainnya digunakan
untuk mengukur gas bertekanan rendah yang relatif berbahaya. Setiap
peralatan melakukan fungsinya masing-masing dengan baik.
Terdapat banyak peralatan yang digunakan umuk mengukur aliran fluida, namun
hanya beberapa saja yang telah dibahas di sini. Pembaca disarankan umuk
melihat literatur-literatur lainnya umuk membiasakan diri dengan peralatan
lain yang canggih dan sangat berguna.
132
Latihan
1. Tebal perpindahan lapisan batas adalah (a) jarak dari batas yang terpengaruh
oleh tegangan geser batas; (b) setengah tebal lapisan batas yang sebenamya; (c)
jarak ke titik di mana u/U = 0,99; (d) jarak tergesemya aliran utama; (e) tiada di
antara jawaban ini.
2. Koefisien hambat untuk pelat datar (D = hambatan) adalah (a) 2D/ρU2l; (b)
ρUl/D; (c) ρUI/2D; (d) ρU2l/2D; e) tiada di antara jawaban-jawaban ini.
4. Udara pada kondisi standar mengalir melewati sebuah pelat datar seperti
yang ditunjukkan dalam Gambar 1. Pada kasus (a) pelat sejajar dengan aliran
hulu, dan (b) pelat tegak lurus aliran hulu. Jika distribusi tekanan dan
tegangan geser pada permukaan benda seperti yang ditunjukkan (diperoleh
baik dengan eksperimen atau secara teori), tentukan lift dan drag pada pelat.
Gambar 1.
5. Udara yang mengalir ke dalam sebuah saluran duct bujur sangkar bersisi 2- ft
dengan kecepatan seragam sebesar 10 ft/s membentuk sebuah lapisan
batas pada dinding seperti yang ditunjukkan dalam Gambar 2. Fluida di dalam
daerah inti (di luar lapisan batas) mengalir seakan-akan fluida tersebut inviscid.
Dari perhitungan tingkat lanjut, ditentukan bahwa untuk aliran ini ketebalan
perpindahan lapisan batas diberikan oleh
δ* = 0,0070(x)1/2 (1)
di mana δ* dan x dalam satuan feet. Tentukan kecepatan U = U(x) dari udara di
dalam saluran tetapi di luar lapisan batas.
133
Gambar 2.
134